Anda di halaman 1dari 9

Bonus Demografi

A. Pengertian Bonus Demografi

Bonus Demografi atau bisa disebut Ledakan Penduduk, Fenomena Bonus


Demografi dicirikan dengan jumlah penduduk usia produktif jauh lebih banyak dibanding
jumlah penduduk usia nonproduktif. Menurut Wongboonsin (2003) bahwa Bonus Demografi
(demographic deviden)adalah suatu keuntungan ekonomis yang disebabkan menurunnya rasio
ketergantungan jumlah penduduk, sebagai hasil fertilitas jangka panjang. Sementara itu,
Tifatul Sembiring (Kominfo, 2014), mengemukakan pengertian Bonus Demografi adalah
suatu keadaan penduduk yang menguntungkan, karena jumlah penduduk didominasi oleh
masyarakat berusia produktif. Selanjutnya, BKKBN (2013), memberikan pengertian bahwa
Bonus Demografi adalah keuntungan jumlah penduduk yang dinikmati negara. Sebagai
akibat dari besarnya proporsi penduduk produktif yang ada dalam masyarakat.
Wikipedia(2016) memberikan pandangan Bonus Demografi sebagai fenomena penting yang di
alami Indonesia karena suatu kondisi penduduknya yang lebih besar di usia produktif
dibandingkan dengan usia tidak produktif. Selanjutnya Kamus Besar Bahasa
Indonesia (2016), menyatakan bahwa Bonus Demografi adalah istilah dalam kependudukan
yang menggambarkan jumlah usia produktif lebih besar dari pada usia tidak produktif.

Adapun menurut Jimmy Ginting (2016), mengatakan bahwa Bonus Demografi sebagai
ledakan penduduk usia produktif yang akan terjadi di Indonesia pada 2020 –2035 dan Ray
(1998), menyatakan dalam bukunya yang berjudul Economic Devolovement bahwa Bonus
Demografi yang terjadi ledakan penduduk yang berdampak kepada pembangunan ekonomi
terhadap penduduk, Akan tetapi perubahan penduduk mempunyai implikasi terhadap
pembangunan perekonomian.

Bonus Demografi merupakan salah satu perubahan dinamika demografi yang terjadi
karena adanya perubahan struktur penduduk menurut umur. Fenomena transisi
demografi ini terjadi karena berkurangnya angka kelahiran yang dibarengi oleh tingginya
angka kematian dalam jangka panjang. Pada saat terjadi penurunan angka kelahiran dalam
jangka panjang, akan berdampak pada pengurangan jumlah penduduk berusia muda (< 15
tahun), akan tetapi di satu sisi jumlah penduduk usia produktif (15 –64 tahun) akan
meningkat secaradrastis sebagai akibat angka kelahiran yang tinggi di masa lalu. Di sisi lain
jumlah penduduk dengan umur di atas 64 tahun akan meningkat secara perlahan
dan kemudian meningkat cepat akibat terjadinya peningkatan usia harapan hidup. Pada saat
jumlah penduduk usia produktif jauh melebihi jumlah penduduk usia nonproduktif
(kurang dari 15 tahun dan di atas 64 tahun) ini lah yang disebut dengan kondisi Bonus
Demografi (Rusli, Toersilaningsih, Meirida, Kurniawan, & Setiawan, 2015)Parameter yang
digunakan dalammenilai fenomena Bonus Demografi adalah Dependency Ratio atau Rasio
Ketergantungan, yaitu merupakan rasio yang menggambarkan perbandingan antara jumlah
penduduk usia nonproduktif (kurang dari 15 tahun dan di atas 64 tahun) dan penduduk
usia produktif (15 –64 tahun). Angka Rasio Ketergantungan ini menunjukkan beban tanggungan
penduduk usia produktif terhadap penduduk usia nonproduktif. Pada saat angka rasio
ketergantungan rendah, kondisi ini memperlihatkan bahwa penduduk usia produktif hanya
menanggung sedikit penduduk usia nonproduktif dalam jangka panjang. Pada saat terjadi
penurunan angka kelahiran dalam jangka panjang, akan berdampak pada pengurangan
jumlah penduduk berusia muda (< 15 tahun), akan tetapi di satu sisi jumlah penduduk usia
produktif (15 –64 tahun) akan meningkat secaradrastis sebagai akibat angka kelahiran
yang tinggi di masa lalu. Di sisi lain jumlah penduduk dengan umur di atas 64 tahun
akan meningkat secara perlahan dan kemudian meningkat cepat akibat terjadinya peningkatan
usia harapan hidup. Pada saat jumlah penduduk usia produktif jauh melebihi jumlah
penduduk usia nonproduktif (kurang dari 15 tahun dan di atas 64 tahun) ini lah yang disebut
dengan kondisi Bonus Demografi (Rusli, Toersilaningsih, Meirida, Kurniawan, &
Setiawan, 2015)Parameter yang digunakan dalammenilai fenomena Bonus Demografi adalah
Dependency Ratio atau Rasio Ketergantungan, yaitu merupakan rasio yang menggambarkan
perbandingan antara jumlah penduduk usia nonproduktif (kurang dari 15 tahun dan di atas
64 tahun) dan penduduk usia produktif (15 –64 tahun). Angka Rasio Ketergantungan ini
menunjukkan beban tanggungan penduduk usia produktif terhadap penduduk usia
nonproduktif. Pada saat angka rasio ketergantungan rendah, kondisi ini memperlihatkan bahwa
penduduk usia produktif hanya menanggung sedikit penduduk usia nonproduktif.

B. Pengertian Bonus Demografi Menurut Para Ahli

1. Wongboonsin (2003)

Memberikan pengertian bahwa bonus demografi (demographic dividen) adalah suatu keuntungan
ekonomis yang disebabkan menurunnya rasio ketergantungan jumlah penduduk, sebagai hasil
fertilitas jangka panjang.

2. Tifatul Sembiring (Kominfo, 2014)

Memberikan pengertian bonus demografi adalah suatu keadaan penduduk yang menguntungkan,
karena jumlah penduduk didominasi oleh masyarakat yang masih berusia produktif .

3. BKKBN (2013)

Lembaga negara ini mengartikan bahwa bonus demografi adalah keuntungan jumlah penduduk
yang dinikmati Negara. Sebagai akibat dari besarnya proporsi penduduk produktif yang ada
dalam masyarakat.
4. Wikipedia (2016)

Memberikan pengertian bonus demografi sebagai fenomena penting yang di alami Indonesia
karena suatu kondisi penduduknya yang lebih besar di usia produktif dibandingkan dengan usia
tidak produktif.

5. Kamus Besar Bahasa Indonesia (2016)

memberikan ulasan bahwa bonus demografi adalah istilah dalam kependudukan yang
mengambarkan jumlah usia produktif lebih besar dibandiangkan dengan usia tidak produktif.

C. Penyebab Bonus Demografi

Permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia bagaimana penanganan Bonus Demografi ini
sebab apabila tidak ditangani dengan baik akan menimbulkan kerugian besar bagi Indonesia,
dengan demikian Bonus Demografi harus mendapat penanganan yang baik dan komprehensif
agar tidak menimbulkan bencana di kemudian hari. Ledakan jumlah penduduk akan berimbas
pada segala aspek lain dalam berbagai bidang yaitu kependudukan, kesehatan, kesejahteraan,
perekonomian, dan lain-lain.

D. Dampak Bonus Demografi

Dampak positif bonus demografi

Dengan meningkatnya jumlah individu yang termasuk dalam usia produktif, masa ini dinilai
sebagai peluang besar dalam dunia industri. Anda bisa mengulik banyak manfaat dari dalam
ulasan dampak positifnya berikut.

1. Membuka peluang tenaga kerja

Salah satu dari dampak positif bonus demografi adalah momen yang tepat bagi perusahaan untuk
mencari kandidat yang kompeten. Hal ini juga bisa menjadi keuntungan bagi Anda yang
termasuk dalam usia produktif.

Sebaiknya Anda sebagai perusahaan atau calon pekerja bisa memanfaatkan peluang ini dengan
baik. Jangan sampai momentum ini lepas dan tidak ada keuntungan yang bisa dicapai.

2. Perkembangan ekonomi
Masa ini jelas membantu perkembangan ekonomi sebuah negara. Karena berarti semakin banyak
individu yang mendapatkan kesempatan kerja, sehingga semakin banyak sumber daya manusia
yang dimanfaatkan. Selain peluang tenaga kerja, dampak positif bonus demografi juga tercermin
dari semakin banyaknya investasi yang dilakukan.

Dengan begitu, otomatis akan membantu sektor ekonomi untuk semakin bertumbuh.
Pertumbuhan tersebut juga bisa membantu pemerintah dalam mempersiapkan percepatan
pembangunan negara menjadi lebih maju.

3. Pertumbuhan sektor pemerintah yang lain

Selain ekonomi, pastinya demographic dividend membawa keuntungan bagi sektor yang lain,
misalkan saja pendidikan. Dengan adanya prediksi bonus demografi 2030, pemerintah pasti akan
merancang sistem pendidikan yang lebih baik demi meningkatkan sumber daya manusia. Dengan
adanya rancangan sistem yang lebih baik, sektor pendidikan akan mengalami peningkatan.

Dampak negatif bonus demografi

Momen demographic dividend tidak hanya akan menghadirkan keuntungan bagi sebuah negara.
Jika tidak dipersiapkan dengan matang, maka fenomena ini akan membawa dampak negatif dan
menjadi sebuah masalah.

1. Membludaknya angka pengangguran

Pertama, dampak bonus demografi adalah membludaknya angka pengangguran. Jumlah usia
produktif yang diperkirakan mencapai 60%-70% dari total penduduk. Jika kesempatan ini tidak
disalurkan dengan baik, bukan tidak mungkin malah menjadi bencana bagi suatu negara.

Jumlah yang besar itu justru bisa menjadi titik dimana angka pengangguran akan membludak.
Karena itu, tindakan preventif seperti perancangan peluang kerja sejak dini bisa dilakukan
sebagai pencegahan.

2. Kualitas dan kualifikasi SDM yang tidak seimbang


Dengan banyaknya usia produktif, perusahaan yang berlomba membuka peluang pekerja akan
semakin selektif. Mereka tidak menginginkan dari sekian banyak individu masuk sembarangan,
sehingga kualifikasi yang ditetapkan juga akan semakin sulit.

Dampak negatif bonus demografi ini menjadi tantangan bagi pemerintah, perusahaan, sekaligus
para individu usia produktif itu sendiri. Jika pemerintah tidak berhasil menyediakan fasilitas
untuk membentuk sumber daya manusia dengan baik, maka akan terjadi ketidakseimbangan.

Pemerintah harus bisa menyediakan kebutuhan pendidikan yang memadai untuk membentuk
sumber daya yang bagus. Baru para masyarakat produktif dan perusahaan bisa memanfaatkan
kesempatan itu dengan baik.

3. Aging Population

Selain istilah demographic dividend, istilah lain yang berkaitan dengan demografis adalah aging
population. Peningkatan jumlah angka lansia yang drastis dan mendominasi masyarakat suatu
negara merupakan yang dinamakan aging population.

Jika pemerintah atau Anda sebagai pebisnis kehilangan peluang ini, kemungkinan besar
Indonesia akan mengalami aging population. Dimana angka harapan hidup tetap tinggi namun
dengan dominasi lansia. Hal ini akan sangat berpengaruh pada kemajuan Negara.

E. Manfaat Bonus Demografi

Meningkatkan Perkonomian Negara

Seperti diketahui, masyarakat usia produktif lebih banyak dari usia nonproduktif dalam bonus
demografi. Hal ini membuat jumlah tabungan dari penduduk produktif semakin besar, sehingga
perekonomian negara semakin bertumbuh.

Membentuk Generasi Emas


Banyaknya masyarakat usia produktif dapat membentuk generasi emas di suatu negara. Generasi
emas dapat diartikan sebagai penerus yang kreatif dan mampu memikul tanggung jawab serta
membangun bangsa dan negara.

Meringankan Beban Hidup

Rupanya, fenomena bonus demografi juga dapat meringankan beban hidup suatu negara. Ini
karena jumlah penduduk usia nonproduktif yang harus ditanggung oleh negara lebih sedikit.

Modal Bangsa

Jika dimanfaatkan dengan baik, bonus demografi dapat menjadi modal bagi suatu negara.
Fenomena ini dapat memiliki daya saing tinggi apabila kualitas sumber daya manusia (SDM)
juga tinggi.

F. Peluang dan Tantangan Bonus Demografi

a. Peluang

Berbicara mengenai peluang maka bonus demografi dapat dimanfaatkan dengan maksimal oleh
pemerintah. Beberapa hal yang membuat optimis bahwa bonus demografi menjadi potensi yaitu
terkait pemerintah Joko Widodo telah memasukkan isu bonus demografi ke dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019. Termasuk

menjabarkan kerangka pelaksanaannya. Hal ini menunjukkan bahwa fenomena bonus demografi
telah disadari dan mendapatkan perhatian dari pemerintah.

Salah satu upaya pemerintah untuk menghadapi era bonus demografi ini melalui pemerataan
pendidikan dasar bagi seluruh penduduk Indonesia dengan memberikan beasiswa dari Lembaga
Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) sebesar 1,3 Triliun. Pemerataan akses pendidikan dasar
terutama bagi penduduk yang ada di pelosok dan kurang mampu secara tidak langsung akan
meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Selain akses pendidikan dasar bagi
penduduk kurang mampu, akses terhadap pentingnya pendidikan kependudukan juga menjadi
point penting dalam menghadapi era bonus demografi ini.

Selain itu dicanangkannya pendidikan kependudukan oleh Departemen Pendidikan dan


Kebudayaan menjadi salah satu upaya untuk memberikan pengetahuan, kesadaran, dan tingkah
laku tentang komponen-komponen dalam demografi dan kependudukan. Dengan mengetahui,
setidaknya penduduk usia non produktif (penduduk usia sekolah sampai 15 tahun) menjadi sadar
dan akhirnya akan mempengaruhi perilaku mereka yang serba bertanggung jawab terhadap
pertambahan penduduk di Indonesia.

Menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Pendidikan kependudukan adalah suatu


program pendidikan untuk membina anak atau peserta didik agar memiliki pengertian,
kesadaran, sikap, dan tingkah laku yang rasional serta bertanggung jawab tentang pengaruh
petambahan penduduk terhadap aspek-aspek kehidupan individu, keluarga, masyarakat, bangsa
dan umat manusia.

Menurut UNESCO,population education is an educational programme which provide for a study


of the population situation in the family community, nation and the world, with the purposes of
developing in the student rational and responsible attitudes and behavior toward the situation.
Menurut Donald S. Chouls, ahli pendidikan dari INESCO Bangkok mengartikan pendidikan
kependudukan adalah program kegiatan pendidikan yang ditujukan untuk membangkitkan
kesadaran tentang masalah kependudukan dalam perspektif yang lebih luas, yang berkaitan
dengan kehidupan ekonomi, social, budaya, dan pelestarian lingkungan yang komprehensif dan
rasional untuk kepentingan pribadi, keluarga, masyarakat, dan bangsa.

“jumlah penduduk yang besar memang merupakan potensi pembangunan yang besar, tapi juga
harus disadari bahwa hanya dengan jumlah yang besar saja, bukanlah jaminan bagi berhasilnya
pembangunan. Peningkatan penduduk yang besar tanpa adanya peningkatan. kesejahteraan justru
dapat merupakan bencana. Dapat menimbulkan gangguan terhadap program-program
pembangunan yang sedang kita laksanakan bersama, dan dapat pula menimbulkan kesulitan-
kesulitan bagi generasi-generasi yang akan datang” (Burhan, 2017:8).

Pendidikan kependudukan yang dilaksanakan di sekolah-sekolah secara tidak langsung akan


membentuk atau membina sikap dan perilaku yang responsive terhadap pemecahan masalah
kependudukan sejak dini sampai usia lanjut. Dengan proses pembentukan perilaku hidup
berwawasan kependudukan melalui proses pendidikan baik formal, melalui kursus dan
kediklatan atau melalui pemberian informasi dengan menggunakan institusi keluarga ataupun
media yang ada di masyarakat maka diharapkan generasi muda mampu mengetahui, menyadari,
dan berperilaku responsive terhadap berbagai permasalahan kependudukan di Indonesia terutama
menghadapi bonus demografi.

Selain dengan Pendidikan Kependudukan dan Perilaku Hidup Berwawasan Kependudukan,


bonus demografi menjadi sebuah potensi atau peluang apabila pemerintah mempersiapkan
lapangan kerja. Menurut Sugiarto hanya dengan bekerja maka bonus demografi dapat
dimanfaatkan dengan baik. Tetapi apabila tidak bekerja maka bonus demografi itu tidak
bermanfaat bahkan dapat menimbulkan bahaya. Oleh karena itu, menurut Sugiarto, untuk dapat
bekerja secara optimal setidaknya ada empat bidang garapan yang harus dilakukan. Bidang
garapan pertama adalah melindungi penduduk yang sudah bekerja dapat terus bekerja. Kedua,
bagaimana membuka kesempatan kerja agar angkatan kerja baru memperoleh tempat untuk
bekerja. Ketiga, memfasilitasi penduduk yang bekerja terus bekerja dan memiliki produktifitas
yang tinggi. Keempat, menyiapkan angkatan kerja baru agar memiliki kompetensi yang tinggi
sesuai dengan permintaan pasar tenaga kerja (Ristekdikti.htm diakses tanggal 28 Oktober 2017).

b. Tantangan

Bonus demografi selain memberikan keuntungan bagi pemerintah, juga dapat menjadi
boomerang apabila pemerintah tidak menyiapkan sumberdaya manusianya maupun lapangan
pekerjaannya. Berbicara mengenai kualitas sumberdaya manusia, maka dapat dilihat dalam
Human Development Repot (HDI) atau Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Angka IPM
Indonesia pada tahun 2015 adalah 0,689 menempati rangking 113 dari 188 negara di dunia (INS-
HDR 2016 Indonesia Summary-final.pdf diakses tanggal 28 Oktober 2017). Hal ini

menunjukkan bahwa IPM Indonesia meningkat dari tahun sebelumnya yaitu tahun 2012 dimana
Indonesia menempati posisi 121 dengan nilai 0,629. Berdasarkan nilai tersebut maka Indonesia
termasuk dalam kelompok medium human development. Hal ini mencerminkan kemajuan yan…

[23.59, 26/2/2022] Neak👸🏻: http://tekno.kompas.com/read/2017/12/18/07092867/berapa-


jumlah-pengguna-dan-pengemudi- go-jek). Hal ini menunjukkan adanya peningkatan jumlah
pekerja per sektor selama setahun (Agustus 2015 – Agustus) di mana terdapat penambahan
pekerja pada sektor transportasi yang disumbangkan oleh penambahan driver transportasi
berbasis online/aplikasi. Solusi lain dalam usaha menekan angka pengangguran adalah dengan
memperbanyak jumlah pengusaha. Saat ini jumlah pengusaha di Indonesia sebesar 1,65% dari
jumlah penduduk.

Kebijakan yang dapat mendorong terbukanya lapangan kerja (misalnya melalui investasi) dan
kemudahan membuka usaha menjadi pekerjaan rumah buat pemerintah. Dengan banyaknya
penduduk usia produktif yang terserap lapangan kerja dan membuka usaha, ekonomi pun akan
tumbuh disertai peningkatan PDB. Dari sinilah pertumbuhan ekonomi dimulai.

Dalam hal ini pemerintah harus mampu menjadi agent of development dengan cara memperbaiki
mutu modal manusia, mulai dari pendidikan, kesehatan, kemampuan komunikasi, serta
penguasaan teknologi. Solusi lainnya bisa dengan memberikan keterampilan kepada tenaga kerja
produktif sehingga pekerja tidak hanya bergantung pada ketersediaan lapangan pekerjaan tapi
mampu menciptakan lapangan pekerjaan itu sendiri. Selain itu pemerintah juga harus mampu
menjaga ketersediaan lapangan pekerjaan, menjaga aset-aset Negara agar tidak banyak dikuasai
pihak asing yang pastinya akan merugikan dari sisi peluang kerja. Bukan hanya pemerintah,
masyarakat juga harus menjadi pendukung utama pembangunan mutu manusia dengan cara
menyadari pentingnya arti pendidikan, kesehatan dan aspek-aspek yang dapat mengembangkan
kualitas manusia itu sendiri.
Selain potensi yang cukup besar, bonus demografi juga memunculkan masalah baru dimana usia
muda juga bertambah cukup signifikan. Hal ini berhubungan dengan banyaknya jumlah perokok
remaja di Indonesia yang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Angka remaja perokok
laki-laki meningkat mencapai 54,8%. Merokok menimbulkan berbagai penyakit yang dapat
berujung pada kematian. Diantaranya yaitu penyakit jantung coroner (PJK), penyakit
kardiovaskular, penyakit katastropik yang memerlukan biaya yang lumayan besar dalam
pengobatannya. Selain itu dampak negative dari rokok juga menyebabkan penyakit paru ostruktif
yang semakin tahun semakin meningkat. Merokok juga mengakibatkan tingginya angka Hal ini
menunjukkan adanya peningkatan jumlah pekerja per sektor selama setahun (Agustus 2015 –
Agustus) di mana terdapat penambahan pekerja pada sektor transportasi yang disumbangkan
oleh penambahan driver transportasi berbasis online/aplikasi. Solusi lain dalam usaha menekan
angka pengangguran adalah dengan memperbanyak jumlah pengusaha. Saat ini jumlah
pengusaha di Indonesia sebesar 1,65% dari jumlah penduduk.

Kebijakan yang dapat mendorong terbukanya lapangan kerja (misalnya melalui investasi) dan
kemudahan membuka usaha menjadi pekerjaan rumah buat pemerintah. Dengan banyaknya
penduduk usia produktif yang terserap lapangan kerja dan membuka usaha, ekonomi pun akan
tumbuh disertai peningkatan PDB. Dari sinilah pertumbuhan ekonomi dimulai.

Dalam hal ini pemerintah harus mampu menjadi agent of development dengan cara memperbaiki
mutu modal manusia, mulai dari pendidikan, kesehatan, kemampuan komunikasi, serta
penguasaan teknologi. Solusi lainnya bisa dengan memberikan keterampilan kepada tenaga kerja
produktif sehingga pekerja tidak hanya bergantung pada ketersediaan lapangan pekerjaan tapi
mampu menciptakan lapangan pekerjaan itu sendiri. Selain itu pemerintah juga harus mampu
menjaga ketersediaan lapangan pekerjaan, menjaga aset-aset Negara agar tidak banyak dikuasai
pihak asing yang pastinya akan merugikan dari sisi peluang kerja. Bukan hanya pemerintah,
masyarakat juga harus menjadi pendukung utama pembangunan mutu manusia dengan cara
menyadari pentingnya arti pendidikan, kesehatan dan aspek-aspek yang dapat mengembangkan
kualitas manusia itu sendiri.

Selain potensi yang cukup besar, bonus demografi juga memunculkan masalah baru dimana usia
muda juga bertambah cukup signifikan. Hal ini berhubungan dengan banyaknya jumlah perokok
remaja di Indonesia yang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Angka remaja perokok
laki-laki meningkat mencapai 54,8%. Merokok menimbulkan berbagai penyakit yang dapat
berujung pada kematian. Diantaranya yaitu penyakit jantung coroner (PJK), penyakit
kardiovaskular, penyakit katastropik yang memerlukan biaya yang lumayan besar dalam
pengobatannya. Selain itu dampak negative dari rokok juga menyebabkan penyakit paru ostruktif
yang semakin tahun semakin meningkat. Merokok juga mengakibatkan tingginya angka
kematian bayi yang disebabkan karena BBRL atau berat badan lahir rendahkematian bayi yang
disebabkan karena BBRL atau berat badan lahir rendah.

Anda mungkin juga menyukai