Anda di halaman 1dari 73

RAPAT DENGAR PENDAPAT

DENGAN KOMISI IX DPR RI


SENIN, 31 JANUARI 2022

BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL


JAKARTA, 2022
LAPORAN
KEPALA BADAN KEPENDUDUKAN DANKELUARGA BERENCANA NASIONAL
PADA RAPAT DENGAR PENDAPAT (RDP) DENGAN KOMISI IX DPR-RI
TENTANG
STRATEGI PERCEPATAN PENURUNAN STUNTING
SENIN, 31 JANUARI 2022

BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL

Bismillahirrahmanirrahim,
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Selamat siang,
Salam sejahtera,
Om swastiastu,
Namo budhaya,
Salam kebajikan,

Bapak Ibu Pimpinan Sidang Komisi IX dan segenap anggota Komisi IX DPR RI yang
kami hormati,
Bersama ini kami mengucapkan terima kasih atas undangan Bapak Ibu pada siang ini, dalam
rangka menyampaikan Strategi Percepatan Penurunan Stunting yang telah dilaksanakan
oleh BKKBN selama masa Pandemi Covid-19. Laporan akan disampaikan dengan
Sistematika sebagai berikut: 1) Pendahuluan; 2) Implementasi Perpres 72 dan Rencana Aksi
Nasional Percepatan Penurunan Angka Stunting Indonesia (RAN PASTI) dan Inovasi BKKBN
untuk Percepatan Penurunan Stunting; 3) Audiensi dengan Kementerian/Lembaga; 4)
Anggaran Percepatan Penurunan Stunting; dan 5) Penutup.

Bapak Ibu yang kami hormati,


I. Pendahuluan
Berdasarkan data Sensus Penduduk tahun 1971 sampai dengan tahun 2020 (kurun
waktu 49 tahun), penduduk indonesia mengalami perubahan komposisi struktur umur
yang berdampak pada beberapa isu, sebagai berikut:
 Meningkatnya penduduk usia lansia (usia 65+) sebesar 3,46%, yakni dari 2,49%
tahun 1971 menjadi 5,95% tahun 2020;

1
 Menurunnya penduduk usia anak (usia 0-14 tahun) sebesar 20,79% yakni dari
44,12 % tahun 1971 menjadi 23,33% tahun 2020;
 Meningkatnya penduduk produktif (usia kerja 15-64 tahun) sebesar 17,33% yakni
dari 53,39% tahun 1971 menjadi 70,72% tahun 2020.

Perubahan komposisi umur penduduk Indonesia menjadi peluang terjadinya Bonus


Demografi yang terjadi hanya sekali dalam setiap peradaban suatu negara. Menurut
wongboonsin, dkk tahun 2003, Bonus Demografi merupakan keuntungan ekonomi yang
disebabkan menurunnya RASIO KETERGANTUNGAN sebagai hasil penurunan fertilitas
jangka panjang. Artinya Bonus Demografi terjadi jika 2 orang Penduduk usia produktif
(usia 15-64 tahun) menanggung 1 orang tidak produktif (usia 0-14 tahun dan usia 65
tahun +). Hal ini digambarkan dalam piramida penduduk, dimana pada tahun 2030,
jumlah Penduduk Indonesia terbesar adalah penduduk usia produktif (usia 15-64 tahun).
Dan yang menjadi tantangan adalah bagaimana semua penduduk usia produktif tersebut
memenuhi aspek kualitas sebagai syarat berhasilnya Bonus Demografi dimanfaatkan
oleh negara.

‘Bonus’ atau keuntungan ekonomi yang dimaksud diperoleh melalui peningkatan


pendapatan per kapita atau akumulasi aset sebagai akibat dari berkurangnya jumlah
penduduk yang ditanggung oleh penduduk usia kerja. Keuntungan ekonomi tersebut
disebut dengan Jendela Peluang (Window of Opportunity). Berdasarkan Proyeksi SUPAS
2015, Jendela Peluang Indonesia mulai terbuka pada tahun 2012 dan tertutup pada tahun
2037, dan Rasio ketergantungan akan terus menurun dan mencapai titik terendah antara
tahun 2020-2035. Diantara tahun 2020-2035, bangsa Indonesia akan mengalami Bonus
Demografi yang harus dimanfaatkan sebesar-besarnya dengan meningkatkan kualitas
Sumber Daya Manusia yang ada.

Menurut UNFPA tahun 2018, ada beberapa syarat bagi generasi muda sebagai penentu
Bonus Demografi. Secara garis besar, syarat-syarat yang harus dimiliki agar bonus
Demografi dapat di manfaatkan sebesar-besarnya yaitu Kebijakan yang mendukung
aspek Pendidikan, Pekerjaan, Pernikahan/Kesehatan Anak, Keamanan, Keseimbangan
dalam Bekerja, Pembelajaran, Kesejahteraan/Investasi pada Anak, serta Jaminan bagi
Usia Lanjut.

Slide berikut merupakan gambaran ketika bonus demografi tidak dapat dimanfaatkan
secara maksimal, sehingga akan terjadi penduduk yang miskin baik dimasa tua nya.

2
Menurut IMF, dengan bertambahnya jumlah penduduk usia Produktif (usai 15-64 tahun),
maka Indonesia memerlukan lebih banyak lapangan pekerjaan.

Presiden RI Indonesia, dalam acara Rakornas tanggal 28 Januari 2021 mengatakan


bahwa Pembangunan Keluarga adalah pondasi utama tercapainya kemajuan bangsa.
Dimana pada tahun 2025-2035 merupakan fase puncak periode Bonus Demografi yang
harus di kapitalisasi. Keluarga sehat, produktif, dan berkualitas adalah Tujuan Program
Bangga Kencana Menuju Indonesia Emas 2045 (100 tahun Indonesia Merdeka). Serta
Generasi Milenial dan Post-Milenial adalah sasaran utama Program Bangga Kencana,
bahwa Program Bangga Kencana tidak semata-mata tentang KB, tetapi membangun
keluarga secara utuh dalam berbagai dimensi. Oleh karena itu, BKKBN bertanggung
jawab untuk menyelesaikan Persoalan Stunting yang masih menjadi problem bagi
keluarga Indonesia.

3 isu penting yang mempengaruhi kualitas SDM remaja saat ini adalah 1) Stunting
sebesar 24%; 2) Mental Disorder sebesar 9,8%; dan 3) Defabel/Autusme sebesar 4,1%.
Data SKAP tahun 2019 juga menunjukkan bahwa 5,1 % remaja pernah mengkonsumsi
NAPZA.

Tingginya angka stunting yakni 27,7 % tahun 2019, merupakan isu penting saat ini,
karena akan mempengaruhi keberhasilan Bonus Demografi Indonesia. Oleh karena itu,
arahan Presiden RI, angka prevalensi stunting ini harus diturunkan 3 % tiap tahun. Namun
data SSGI, 2021, menunjukkan bahwa prevalensi stunting indonesia masih sebesar
24,4% ditahun 2021. Sehingga kami bersama kementerian terkait lainnya akan bekerja
lebih maksimal lagi dalam mendorong percepatan penurunan stunting Indonesia.

Data SSGI 2021, menunjukkan bahwa secara Nasional prevalensi Balita Stunted sebesar
24,4% dengan 10 provinsi tertinggi adalah 1) NTT sebesar 37,8%; 2) SulBar sebesar
33,8%; 3) Aceh sebesar 33,2%; 4) NTB sebesar 31,4%; 5) SulTra sebesar 30,2%; 6)
KalSel sebesar 30,0%; 7) KalBar sebesar 29,8%; 8) SulTeng sebesar 29,7%; 9) Papua
sebesar 29,5%, dan 10) Gorontalo sebesar 29,0%.

3
II. Implementasi Perpres 72 dan Rencana Aksi Nasional Percepatan Penurunan Angka
Stunting Indonesia (RAN PASTI) dan Inovasi BKKBN untuk Percepatan Penurunan
Stunting

Bapak Ibu Yang Kami Hormati,

Peraturan Presiden Nomor 72 tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting


telah diterbitkan. Peraturan ini memuat strategi nasional percepatan penurunan stunting;
penyelenggaraan dan koordinasi percepatan penurunan stunting; pemantauan, evaluasi
dan pelaporan serta pendanaan. Terdapat 4 (empat) peraturan pelaksanaan sebagai
turunan Perpes ini, 3 diantaranya dibawah koordinasi BKKBN yaitu: 1). rencana aksi
nasional, 2). mekanisme dan tata kerja, dan 3). pemantauan, evaluasi dan pelaporan.
Kabupaten/kota lokasi prioritas pelaksanaan program dan kegiatan percepatan
penurunan stunting ditetapkan oleh Kementerian PPN/Bappenas.

Rencana Aksi Nasional Percepatan Penurunan Stunting (RAN PASTI) sebagai


mandat Perpres 72/2021 merupakan grand design dari percepatan penurunan stunting.
Pada Pasal 8 ayat 4 menyatakan bahwa Rencana Aksi Nasional dilaksanakan oleh
K/L, Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah Daerah Kab/kota, Pemerintah Desa, dan
Pemangku Kepentingan dalam Pelaksanaan Percepatan Penurunan Stunting.

Dalam upaya mencapai target penurunan Stunting sebesar 14% ditahun 2024, maka
dalam STRANAS ditetapkan 6 Tujuan yakni 1) Menurunkan prevalensi stunting; 2)
Meningkatkan kualitas penyiapan kehidupan berkeluarga; 3) Menjamin pemenuhan
asupan gizi; 4) Memperbaiki pola asuh; 5) Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan
kesehatan; dan 6) Meningkatkan akses air minum dan sanitasi.

STRANAS juga didukung dengan 5 Pilar yaitu 1) Peningkatan komitmen dan visi
kepemimpinan di kementerian/lembaga, Pemerintah Daerah provinsi, Pemerintah
Daerah kabupaten/kota, dan Pemerintah Desa; 2) Peningkatan komunikasi perubahan
perilaku dan pemberdayaan masyarakat; 3) Peningkatan konvergensi Intervensi
Spesifik dan Intervensi Sensitif di kementerian/lembaga, Pemerintah Daerah provinsi,
Pemerintah Daerah kabupaten/kota, dan Pemerintah Desa; 4) Peningkatan ketahanan
pangan dan gizi pada tingkat individu, keluarga, dan masyarakat; serta 5) Penguatan dan
pengembangan sistem, data, informasi, riset, dan inovasi.

Pelaksanaan Tujuan dan Pilar STRANAS ini melalui RAN dengan Pendekatan Keluarga
fokus pada 5 isu penting yakni 1) Penyediaan data keluarga berisiko stunting; 2)
Pendampingan keluarga berisiko stunting; 3) Pendampingan semua calon

4
pengantin/calon PUS; 4) Surveilans keluarga berisiko stunting; serta 5) Audit kasus
stunting.

Untuk memastikan RAN PASTI dapat terlaksana dengan baik, maka disusun
kelembagaan Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) yang terdiri dari unsur
tingkat Pusat sampai dengan Tingkat Desa. Tugas Tim tersebut adalah
Mengkoordinasikan, mensinergikan, dan mengevaluasi penyelenggaraan Percepatan
Penurunan Stunting di wilayahnya. Berikut merupakan komposisi dari TPPS:
1. Tingkat Pusat, terdiri dari Pengarah dan Pelaksana;
2. Tingkat Provinsi, ditetapkan oleh Gubernur, dan terdiri dari perangkat daerah,
dan Pemangku Kepentingan termasuk Tim Penggerak Pemberdayaan
Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK);
3. Tingkat Kabupaten/Kota, ditetapkan oleh Bupati/Walikota, dan terdiri dari pe
perangkat daerah, dan Pemangku Kepentingan termasuk Tim Penggerak
Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK);
4. Tingkat Kecamatan, pembentukannya difasilitasi oleh TPPS tingkat
Kabupaten/Kota;
5. Tingkat Desa, ditetapkan oleh Kepala Desa, dengan melibatkan Nakes,
PKB/PLKB, TP-PKK, PPKBD/Sub-PPKBD/Unsur Masyarakat lainnya.

Pencegahan Stunting fokus pada sasaran utamanya yakni Keluarga yang merupakan
sasaran kerja BKKBN melalui program Bangga Kencana. Intervensi pencegahan Stunting
juga melibatkan aspek kehidupan lainnya, yang melibatkan Kementerian/Lembaga terkait
lainnya, diantaranya penyediaan Sanitasi dan Air Bersih, Ketahanan Pangan, Jaminan
Sosial, Layanan Kesehatan KB, serta Pendidikan Pengetahuan. Dari aspek-aspek
tersebut dapat diklasifikasikan bahwa masih ada program yang belum menyentuh
Keluarga, sudah ada program namun belum terakses dengan baik, dan sudah ada
program yang sudah terakses dengan baik.

Dalam upaya penyelenggaraan Percepatan Penurunan Stunting di tingkat desa


/kelurahan, BKKBN telah menetapkan Tim Pendamping Keluarga (TPK) yang terdiri dari
Bidan, Kader PKK dan Kader KB, bertugas sebagai Team Work untuk:
1. Mendeteksi dini faktor resiko stunting (spesifik dan sensitif);
2. Pendampingan dan surveilans, untuk a) melakukan Penyuluhan; b) memberikan
Fasilitasi pelayan rujukan, dan c) memastikan Penerimaan bantuan sosial.

5
Kegiatan dan sasaran yang dilakukan oleh TPK difokuskan pada:
1. Calon pengantin, adalah kelompok sasaran potensial sehingga dapat diedukasi terkait
pencegahan stunting, mengingat kualitas kesehatan anak tidak hanya ditentukan pada
saat dilahirkan, ataupun pada saat dalam kandungan, namun lebih jauh adalah pada
saat pra konsepsi. Seorang calon ibu harus disiapkan memiliki kondisi kesehatan yang
prima, contoh kondisi yang rawan adalah mengalami anemia;
2. Ibu hamil, Perawatan kesehatan pada saat hamil akan sangat menentukan kondisi
kesehatan anaknya ketika dilahirkan kelak. Oleh karena itu, ibu hamil hamil harus
secara rutin memeriksakan kehamilan, mengonsumsi suplemen, serta makanan yang
bergizi seimbang;
3. Ibu pasca persalinan, merupakan kelompok sasaran yang sangat rentan, karena
perawatan kesehatan tidak hanya fokus pada dirinya, namun juga bagaimana
memberi gizi yang memadai untuk bayinya; serta
4. Anak usia 0-59 bulan (prioritas 0-24 bulan), fokus pada asupan gizi anak.

Bapak Ibu yang Kami Hormati,

Dalam rangka peningkatan kualitas, kuantitas dan percepatan penurunan Stunting,


BKKBN telah melakukan pemaduan pengelolaan data melalui pemanfaatan Pendataan
Keluarga 2021 sebagai basis data yang disinergikan dengan sistem aplikasi ELSIMIL
(Elektronik Siap Nikah dan Hamil). Aplikasi tersebut merupakan salah satu langkah nyata
pelaksanaan Rencana Aksi Nasional (RAN). Konsep aplikasi ELSIMIL adalah
mempertemukan Calon Pengantin (CATIN) dan Petugas Pendamping, sehingga
mempermudah proses pendampingan bagi CATIN.

Melalui aplikasi ELSIMIL, CATIN/Calon PUS sejak awal dapat mengetahui informasi faktor
resiko melahirkan anak Stunting sehingga dapat diminimalisir/dihilangkan melahirkan
anak Stuntng, dan Catin/Calon PUS juga mendapatkan edukasi, konsultasi, dan akses
untuk meningkatkan status kesehatan dan gizi melalui Tim Pendamping. Dari sisi Petugas
Pendamping melalui ELSIMIL akan memudahkan menemukan Catin/Calon PUS yang
akan didampingi, serta memudahkan dalam menjalankan peran-peran pendampingan
kepada Catin/Calon PUS.

Langkah strategis lainnya dalam percepatan penurunan Stunting adalah intervensi


program dengan melakukan pendampingan kepada Keluarga Beresiko Stunting yaitu 1)
Catin (Pra-konsepsi); 2) Ibu Hamil; 3) Ibu Pasca Persalinan; 4) Anak usia 0-23 bulan dan
anak usia 24 – 59 bulan. Periode dari Hamil sampai dengan anak usia 59 bulan

6
merupakan PERIODE EMAS 1000 Hari Pertama Kehidupan.
Intervensi program yang dilakukan kepada keluarga Berisiko Stunting bertujuan agar:
1. Calon Pengantin tersebut tidak mengalami Anemia, umur kurang dari 19 tahun,
mempunyai Lingkar Lengan kurang dari 23,5 cm, dan Indeks Massa Tubuh (IMT)
yang kurang dari 18,4 kg/m2;
2. Ibu Hamil tidak mengalami Anemia, Kekurangan Energi Kronis (KEK), Pertumbuhan
Janin yang Terhambat, dan tidak termasuk kategori 4 T (Terlalu Muda, Terlalu
Sering, Terlalu Banyak dan Terlalu Tua);
3. Pada Ibu Pasca Persalinan dan Anak Usia 0-23 bulan serta Anak Usia 24-59 Bulan
adalah mencegah terjadinya anak BBLR, PB<48cm, Harus diberi ASI Eksklusif,
Mendapatkan Imunisasi, MPASI, serta mendapatkan informasi tentang Tata Laksana
gizi buruk/kurang dan infeksi, dan melakukan pemantauan terhadap pertumbuhan
dan perkembangan anak.

Data Kesga Kemenkes memperlihatkan bahwa sepanjang tahun 2021 Total Kematian Ibu
sejumlah 6.339 Kasus, dengan penyebab kematian tertinggi adalah Covid-19 sejumlah
2.552 orang, dan faktor kematian yang terendah adalah Gangguan Darah sejumlah 55
orang. Faktor kematian karena Pendarahan juga masih sangat tinggi yakni 1.083 orang.

Bapak Ibu Yang Kami Hormati

Oleh karena itu, periode Pre Wedding atau Masa Persiapan Nikah dan Pra Konsepsi
menjadi intervensi program yang penting dalam mengatasi Stunting. Pada periode Pre
Wedding, Catin harus memastikan kondisi fisik yang sehat tidak kekurangan asupan gizi
sehingga memenuhi syarat untuk kehamilan yang sehat, dan melahirkan bayi yang sehat
dan tidak stunting.

Secara teori, pada periode Pra Konsepsi, Pria membutuhkan waktu sekitar 73-75 hari
untuk menghasilkan sperma yang berkualitas, sedangkan Wanita membutuhkan waktu
sekitar 90 hari untuk menghasilkan sel telur yang mateng/siap dibuahi. Artinya baik pria
maupun wanita membutuhkan waktu kurang lebih 3 bulan untuk menghasilkan
pembuahan yang sempurna (kehamilan). Pada periode prakonsepsi dilakukan
pemeriksaan untuk mengidentifikasi resiko-resiko yang ada dalam proses kehamilan.
Beberapa hal yang harus diperiksa antara lain riwayat penyakit, status gizi calon ibu
hamil, masalah psikososial dan lainnya. Didalam kandungan, janin akan tumbuh dan
berkembang melalui pertambahan berat dan panjang badan, perkembangan otak serta
organ-organ lainnya seperti jantung, hati, dan ginjal. Melalui proses tahapan ini,
diharapkan ibu hamil dapat melahirkan bayi-bayi yang sehat dan tidak stunting.

7
Periode 1000 HPK menjadi PERIODE EMAS untuk tumbuh kembang anak yang dimulai
dari janin sampai dengan anak berusia 24 bulan. Pada masa 1000 HPK ini status gizi ibu
dan anak, memperbaiki pola asuh dan mengakses air bersih dan sanitasi menjadi
prioritas utama intervensi program.

Periode 1000 HPK yang dimulai dari 280 hari dalam kandungan, dilanjutkan dengan 6
bulan pertama pada kehidupan pertama bayi dilahirkan, dan usia 6 s.d 24 bulan
merupakan periode sensitif tumbuh kembang anak karena pada periode 1000 HPK ini
terjadi pembentukan koqnitif anak, kemampuan motorik halus dan kasar. Dampak negatif
yang ditimbulkan jika kita mengabaikan 1000 HPK tersebut tidak hanya pada
pertumbuhan fisik, tetapi juga pada perkembangan mental dan kecerdasannya, yang
pada usia dewasa terlihat dari ukuran fisik yang tidak optimal serta kualitas kerja yang
tidak kompetitif yang berakibat pada rendahnya produktivitas ekonomi.

Slide 26 dan 27 menunjukkan perkembangan tengkorak kepala anak pada masa 1000
HPK. Dimana ubun-ubun mulai menutup pada usia 3 bulan sebesar 1 % dan tertutup
hampir sempurna pada usia 24 bulan sebesar 96%.

Bapak Ibu yang Kami Hormati,

Data menunjukkan bahwa di tahun 2024 total Balita sejumlah 24,35 juta anak. Dari total
anak tersebut, target penurunan Stunting adalah 14% atau sejumlah 3,409 juta anak
Stunting di tahun 2024. Untuk mencapai target tersebut, kita harus mencegah bayi lahir
stunting setiap tahunnya sebesar 3 %, Sehingga bayi yang tercatat sebagai stunting rata-
rata pertahunnya berjumlah 681.800 bayi. Dengan pelaksanaan RAN PASTI, dan
konvergensi program stunting antar Kementerian/Lembaga terkait, Pemerintah Pusat,
Pemerintah Daerah, maka target 14% dapat kita capai.

Pelaksanaan RAN PASTI terkait ketersediaan data keluarga berisiko stunting dapat kita
peroleh dari Hasil Pendataan Keluarga 2021 (PK21) yang dapat diakses pada web portal
PK21. Pemetaan Keluarga Sasaran Berpotensi Stunting dapat diakses by name by
address, dan data tersebut juga dapat diakses dalam tampilan peta (map) sasaran
wilayah. (slide 30 dan 31). Pada Data PK21 juga dilakukan Verifikasi dan Validasi Data
untuk memperoleh data final keluarga berisiko stunting (slide 32). Data PK21 juga
dilakukan pemutakhiran setiap tahunnya, sehingga data keluarga berisiko stunting ini
akan selalu update tiap tahunnya.

Strategi percepatan penurunan Stunting dilakukan dari Hulu sampai ke Hilir. Strateginya
dapat dilakukan dengan intervensi Sensitif dan Spesifik. Intervensi Spesifik dengan
melakukan konvergensi program pada aspek Pendidikan, Air Bersih, Sanitasi dan

8
Kemiskinan. Dan intervensi Spesifik dengan melakukan konvergensi program mulai dari
periode Pra Nikah, Hamil dan Masa Interval.

III. Audiensi dengan Kementerian/Lembaga

Bapak ibu yang Kami Hormati,


Sebagai Ketua Pelaksana Percepatan Penurunan Stunting, kami melakukan audiensi
dengan Kementerian/Lembaga terkait untuk koordinasi, sinkronisasi, dan integrasi
program dan kegiatan Percepatan Penurunan Stunting. Berikut adalah beberapa K/L
yang telah melakukan pertemuan dan pembahasan dengan BKKBN:
1. Kemenko PMK
2. Kemenag
3. Kemen PU dan PR
4. Kemen PP dan PA
5. Kementan
6. Kemenkes
7. Kemendagri
8. Kerjasama Lintas K/L
9. Kemendes

Dengan Rincian kegiatan tertuang pada slide 36 sampai dengan 51.

Bapak ibu yang Kami Hormati,


Strategi Inovasi yang telah dilaksanakan dalam percepatan penurunan Stunting adalah
Program Dapur Sehat Atasi Stunting (DASHAT) slide 52, Program 1000 Mitra Untuk 1000
HPK slide 53, dan Program Mahasiswa Peduli Stunting (Mahasiswa Penting) slide 54.

DASHAT merupakan kegiatan pemberdayaan masyarakat dalam upaya pemenuhan gizi


seimbang bagi keluarga berisiko stunting yang dilaksanakan di Kampung Keluarga
Berkualitas (Kampung KB). Lokus Program DASHAT adalah Desa/Kelurahan dengan
kasus stunting tinggi. Tujuan dari Program DASHAT adalah Meningkatkan kualitas gizi
masyarakat, terutama bagi Keluarga Berisiko Stunting melalui optimalisasi berbagai
sumber daya alam dalam rangka mempercepat upaya penurunan stunting di tingkat
desa/kelurahan. Target dari program ini adalah kelompok Ibu Hamil, Ibu Menyusui, dan
Balita (Keluarga Beresiko Stunting).

Program 1000 Mitra untuk 1000 HPK adalah program untuk menggalang kerjasama dan
komitmen Mitra Kerja dalam mendukung percepatan Penurunan Stunting. Sejak mulai
dilaksanakan pada 1 Juni 2021, kerjasama dengan mitra kerja ini juga tertuang dalam
MoU/PKS. Program ini telah berhasil menggalang kerjasama dengan mitra kerja baik

9
ditingkat pusat, tingkat daerah dan tingkat internasional. Komitmen berupa dukungan
bantuan dari mitra kerja diberikan secara langsung kepada keluarga berisiko stunting.

Program MAHASISWA PENTING merupakan program dengan melibatkan mahasiswa


dalam mendukung percepatan penurunan stunting. Implementasi program ini melalui 1)
Kampus Merdeka; 2) Pengabdian Masyarakat; dan 3) Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik
di Perguruan Tinggi.

IV. Anggaran Percepatan Penurunan Stunting


Anggaran Percepatan Penurunan Stunting sejak tahun 2018 sampai tahun 2021
mengalami kenaikan yang signifikan. Anggaran tersebut dialokasikan di
Kementerian/Lembaga terkait untuk pelaksanaan Intervensi Spesifik, Intervensi Sensitif,
dan Pendampingan, Koordinasi dan Dukungan Teknis. Dengan rincian sebagai berikut:
1. Tahun 2018; dengan total anggaran sebesar Rp 24 Trilyun dialokasikan di 13
Kementerian/Lembaga;
2. Tahun 2019; dengan total anggaran sebesar Rp 29 Trilyun dialokasikan di 18
Kementerian/Lembaga;
3. Tahun 2020; dengan total anggaran sebesar Rp 39,8 Trilyun dialokasikan di 20
Kementerian/Lembaga
4. Tahun 2021; dengan total anggaran sebesar Rp 35,3 Trilyun dialokasikan di 19
Kementerian/Lembaga.

Tindak Lanjut Ratas terkait Realokasi Anggaran K/L adalah Jika tidak bisa dilakukan
pergeseran antar K/L maka akan dilakukan penguncian anggaran stunting masing-
masing K/L oleh Menteri Keuangan.

V. Penutup
Bapak Ibu Yang Kami Hormati,

Dari materi-materi yang telah kami sampaikan, tindak lanjut yang harus dilaksanakan
terkait isu 1) Stunting: perlunya data yang akurat dan tingkat presisi yang tepat; 2)
Intervensi: diperlukan intervensi yang tepat dan sesuai; 3) Pendampingan: dilaksanakan
di level keluarga berisiko; 4) Lintas Sektor: perlu dilaksanakan Kerja Bersama yang Multi
Sektor dan Multi Pihak.

Beberapa Kesimpulan atas apa yang telah disampaikan siang ini adalah:
1. Menguatkan mencegah lahirnya stunting baru sejak 3 bulan pra nikah (wajib
pemeriksaan sederhana:
2. Konvergensi ditingkat desa/kelurahan didukung dengan Tim Pendamping

10
Keluarga;
3. Program pemberian makanan gizi seimbang berbasis makan lokal dan melibatkan
masyarakat (kader) dan padat karya;
4. Dukungan dari Mitra kerja (PT, Swasta dan BUMN)

Demikianlah hal-hal yang dapat kami sampaikan pada kesempatan Rapat Dengar
Pendapat siang ini. Tentunya kami tetap Mohon dukungan dan arahan lebih lanjut Bapak
dan Ibu Pimpinan serta seluruh anggota Komisi IX DPR RI agar Program Pembangunan
Keluarga, Kependudukan dan Keluarga Berencana (Bangga Kencana) dapat
berkontribusi terhadap upaya peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia dan
percepatan penurunan stunting sesuai dengan target yang telah ditentukan.

Wabillahi taufiq walhidayah,


Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Jakarta, 31 Januari 2022


Kepala BKKBN

DR. (H.C.) dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG(K)

11
Disampaikan Pada Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi IX DPR RI

Kepala BKKBN
DR. (H.C.) dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG(K)

Jakarta, 31 Januari 2022 1


I. Pendahuluan
II. Implementasi Perpres 72 dan Rencana Aksi
Nasional Percepatan Penurunan Angka
Stunting Indonesia (RAN PASTI) dan Inovasi
BKKBN untuk Percepatan Penurunan Stunting
III. Audiensi Dengan K/L
IV. Anggaran Percepatan Penurunan Stunting
V. Penutup
2
01 PENDAHULUAN

3
3
KOMPOSISI UMUR PENDUDUK, 1971-2020 (%)

• Dalam periode yang sama,


70.72 penduduk usia kerja 15-64 tahun
66.09
59.58
65.03 meningkat dari 53,39 persen
53.39
55.84 menjadi 70,72 persen.
44.12
40.91 • Proporsi penduduk usia 0-14
36.65
tahun turun dari 44,12 persen
30.44 28.87
23.33
pada tahun 1971 menjadi 23,33
persen pada tahun 2020.
5.95
2.49 3.25 3.77 4.53 5.04 • Sementara penduduk usia 65
tahun ke atas naik dari 2,49
SP1971 SP1980 SP1990 SP2000 SP2010 SP2020 persen menjadi 5,95 persen.
0-14 Tahun 15-64 Tahun 65+ Tahun
Catatan Data Tahun 2020:
1) Tidak memasukkan penduduk tanpa keterangan umur
2) 2) Sumber data usia penduduk berasal dari Ditjen Dukcapil 4
BONUS DEMOGRAFI INDONESIA
2030
Merupakan fenomena unik dan
HANYA SEKALI dalam setiap peradaban bangsa Feminization of ageing

Abundant labor force..


Sebuah negara dikatakan Yet, Its quality?
mengalami bonus demografi
jika 2 orang penduduk usia Low fertility
produktif (15-64) menanggung
1 orang tidak produktif (kurang
dari 15 tahun dan 65 tahun
atau lebih

Bonus demografi merupakan keuntungan ekonomi yang disebabkan menurunnya


RASIO KETERGANTUNGAN sebagai hasil penurunan fertilitas jangka Panjang
(wongboonsin, dkk. 2003)
Bonus Demografi : penurunan kelahiran yang dalam jangka Panjang menurunkan proporsi
penduduk muda sehingga investasi untuk pemenuhan kebutuhannya berkurang dan sumber
daya dapat dialihkan kegunaannya untuk memacu pertumbuhan ekonomi dan peningkatan
kesejahteraan keluarga (John Ross, 2004)
5
WINDOWS OF OPPORTUNITY

• Penurunan angka kelahiran dan kematian serta


peningkatan UHH menyebabkan perubahan struktur
umur penduduk di Indonesia yang pada gilirannya
berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.

Dampak perubahan struktur umur penduduk


terhadap ekonomi tersebut dikenal dengan
bonus demografi.

• ‘Bonus’ atau keuntungan ekonomi yang dimaksud


diperoleh melalui peningkatan pendapatan per kapita
atau akumulasi aset sebagai akibat dari berkurangnya
jumlah penduduk yang ditanggung oleh penduduk
usia kerja.
• Rasio ketergantungan akan terus menurun dan
mencapai titik terendah antara tahun 2020-2035.
6
SYARAT GENERASI MUDA PENENTU BONUS DEMOGRAFI

Sejahtera

Stunting

Sengsara
7
8
Pembangunan Keluarga adalah
pondasi utama tercapainya
kemajuan bangsa “Petugas Penyuluh KB Desa dan Sub-petugas Penyuluh KB
seluruhnya berjumlah 1,2 juta. Tadi dr. Hasto (Kepala BKKBN)
Tahun 2025 – 2035 merupakan fase
menyampaikan agar ini bisa ditambah, saya jawab bisa. Karena
puncak periode bonus demografi yang
memang yang dibutuhkan sekarang ini adalah yang ada di
harus terus dikapitalisasi.
lapangan, operasional, langsung menyentuh masyarakat.”
Keluarga sehat, produktif, dan berkualitas “Yang dikerjakan oleh BKKBN sangat strategis bagi masa depan
adalah Tujuan Program Bangga Kencana bangsa dan negara, karena sesungguhnya keluarga adalah tiang
Menuju Indonesia Emas 2045 (100 Tahun negara.”
Indonesia Merdeka)
“Jumlah penduduk Indonesia saat ini didominasi oleh generasi
Generasi Milenial dan Post-Milenial muda, yang baru berkeluarga dan yang akan berkeluarga. Tahun
adalah sasaran utama Program Bangga 2025-2035 adalah puncaknya bonus demografi.”
Kencana, pola komunikasi harus
“Harus kita siapkan sehingga saat Indonesia emas, yang muncul
berubah
adalah keluarga yang sehat, produktif dan memiliki kualitas. Di
Program Bangga Kencana bukan tangan merekalah nasib bayi yang baru lahir maupun yang akan
semata-mata KB, namun membangun lahir ke depannya.”
keluarga secara utuh dalam berbagai “Karena sasaran utama binaan BKKBN adalah generasi muda.
dimensinya Keluarga-keluarga muda, lebih berkarakter digital, aktif di media
sosial. Metode komunikasinya harus berubah, kekinian.”
Persoalan Stunting masih menjadi
problem bagi keluarga Indonesia, “Sosialisasi bukan hanya perihal jumlah anak dan jarak antar
BKKBN bertanggungjawab untuk kelahiran. Yang sangat penting disampaikan juga membangun
menyelesaikannya. ketahanan keluarga secara utuh dalam berbagai bidang.”
Seluruh kementerian dan lembaga yang berkaitan dengan
Presiden Jokowi kegiatan-kegiatan ini akan dikoordinasikan oleh Menko PMK dan
BKKBN memegang kendali pencegahan stunting mulai saat ini.”
Rakornas, 28 Januari 2021

9
TANTANGAN BAGI KUALITAS ANAK /GENERASI EMAS 2045
5,1% REMAJA PERNAH
KUALITAS SDM MENGKONSUMSI NAPZA (SKAP, 2019)

Napza
5.1 %

41.5 %

ODGJ
7/1000

10
11

PERMASALAHAN STUNTING DI INDONESIA

Prevalen
si
Stunting

2019 2021

27,7 24,4
Arahan Presiden : Target penurunan 3% per tahun
Sumber: SSGI, 2021

11
10.0
15.0
20.0
25.0
30.0
35.0
40.0

0.0
5.0
NUSA TENGGARA TIMUR 37.8
SULAWESI BARAT
33.8
ACEH 33.2
NUSA TENGGARA BARAT
31.4
SULAWESI TENGGARA 30.2
KALIMANTAN SELATAN 30.0
KALIMANTAN BARAT 29.8
SULAWESI TENGAH 29.7
PAPUA 29.5
GORONTALO 29.0
MALUKU 28.7
KALIMANTAN UTARA 27.5
MALUKU UTARA 27.5
(TINGGI BADAN MENURUT UMUR) BERDASARKAN PROVINSI, SSGI 2021

KALIMANTAN TENGAH 27.4


SULAWESI SELATAN 27.4
PAPUA BARAT 26.2
SUMATERA UTARA 25.8

SUMATERA SELATAN 24.8


JAWA BARAT 24.5

BANTEN 24.5

JAWA TIMUR 23.5


INDONESIA, 2021

23.3
PREVALENSI BALITA STUNTED (Data Terkini)

SUMATERA BARAT

KALIMANTAN TIMUR 22.8


JAMBI 22.4

RIAU 22.3

BENGKULU 22.1

SULAWESI UTARA 21.6


JAWA TENGAH 20.9

KEP. BANGKA BELITUNG 18.6

LAMPUNG 18.5

KEPULAUAN RIAU 17.6

D.I YOGYAKARTA 17.3

D K I JAKARTA 16.8

BALI 10.9
12

INDONESIA 24.4
02
IMPLEMENTASI PERPRES NO 72 DAN RAN
PASTI DAN INOVASI PERCEPATAN PENURUNAN
STUNTING

13
13
MANDAT PERPRES 72/2021

 Ps 8 (4):
Rencana aksi nasional
dilaksanakan oleh K/L,
Rencana Aksi Nasional
Pemerintah Daerah Prov,
Percepatan Penurunan
Pemerintah Daerah
Stunting Indonesia Kab/Kota, Pemerintah Desa,
RAN PASTI dan pemangku Kepentingan
dalam pelaksanaan
Percepatan Penurunan
Stunting

14
MANDATORY PELAKSANAAN PERCEPATAN PENURUNAN STUNTING

14%
STRANAS : Acuan Dalam Rangka Menyelenggarakan Utk pelaksanaan
Percepatan Penurunan Stunting STRANAS disusun:

RENCANA AKSI NASIONAL


TUJUAN PILAR STRANAS
Pendekatan Keluarga
1. Menurunkan prevalensi 1. Peningkatan komitmen dan visi kepemimpinan di
1. Penyediaan data keluarga
stunting kementerian/lembaga, Pemerintah Daerah provinsi,
berisiko stunting
2. Meningkatkan kualitas Pemerintah Daerah kabupaten/kota, dan Pemerintah Desa;
2. Pendampingan keluarga berisiko
penyiapan kehidupan 2. Peningkatan komunikasi perubahan perilaku dan
stunting
berkeluarga pemberdayaan masyarakat;
3. Pendampingan semua calon
3. Menjamin pemenuhan asupan 3. Peningkatan konvergensi Intervensi Spesifik dan Intervensi
pengantin/calon PUS;
gizi Sensitif di kementerian/lembaga, Pemerintah Daerah
4. Surveilans keluarga berisiko
4. Memperbaiki pola asuh provinsi, Pemerintah Daerah kabupaten/kota, dan
stunting
5. Meningkatkan akses dan Pemerintah Desa;
5. Audit kasus stunting
kualitas pelayanan kesehatan 4. Peningkatan ketahanan pangan dan gizi pada tingkat
6. Meningkatkan akses air minum individu, keluarga, dan masyarakat;
dan sanitasi 5. Penguatan dan pengembangan sistem, data, informasi,
riset, dan inovasi
Ditetapkan oleh
Kepala BKKBN
15
KELEMBAGAAAN DAN MEKANISME TATA KERJA
 Koordinasi Penyelenggaraan Percepatan Penurunan Stunting

Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS)

1. Tingkat Pusat Terdiri atas Pengarah dan Pelaksana


Ditetapkan oleh Gubernur
Tingkat Provinsi Terdiri atas perangkat daerah, dan Pemangku Kepentingan termasuk Tim
2.
Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK).
Ditetapkan oleh bupati/wali kota
3. Tingkat kabupaten/kota Terdiri atas perangkat daerah, dan Pemangku Kepentingan termasuk Tim
Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK).
Pembentukannya difasilitasi oleh Tim Percepatan Penurunan Stunting tingkat
4. Tingkat kecamatan kabupaten/kota

Ditetapkan oleh Kepala Desa


5. Tingkat Desa Melibatkan nakes, PKB/PLKB, TP-PKK, PPKBD/Sub-PPKBD/unsur masy. lain

Tugas Tim: mengkoordinasikan, mensinergikan, dan mengevaluasi penyelenggaraan Percepatan


Penurunan Stunting di wilayahnya. 16
Ketahanan pangan,
JamSos

BKKBN BKKBN
Keluarga

Belum ada program untuk keluarga


Program sudah ada, belum terakses dengan baik sesuai harapan
Program sudah ada, dan terakses dengan baik sesuai harapan
17
TUGAS TIM PENDAMPING KELUARGA
Bekerja sebagai Team work yang solid, yang TIM PENDAMPING KELUARGA
dikoordinir oleh bidan atau PKK desa
BIDAN, KADER PKK dan KADER KB
TUGAS
• Mendeteksi dini faktor resiko stunting (spesifik & sensitif);
• Pendampingan dan Surveilans:
a. penyuluhan;
b. fasilitasi pelayan rujukan; dan
c. penerimaan bantuan sosial

KEGIATAN DAN SASARAN PENDAMPINGAN KELUARGA

Catin Ibu Hamil Pasca Persalinan Anak 0-5 Th


(Anak 0-2 Th Prioritas)
identifikasi faktor risiko stunting dan melakukan pelayanan KIE pelayanan
kesehatan dan pelayanan lainnya untuk pencegahan risiko stunting 18
MANFAAT Elsimil

Aplikasi Elsimil mempertemukan


Catin dan Pendamping, serta
Mempermudah Proses Pendampingan

Catin/ Petugas
Calon PUS Pendamping

 Mengetahui sejak awal faktor risiko  Memudahkan menemukan


melahirkan anak stunting sehingga Catin/Calon PUS yang akan
dapat diminimalisir/ dihilangkan didampingi
 Mendapatkan edukasi, konsultasi,  Memudahkan dlm
dan akses untuk meningkatkan status menjalankan peran-peran
kesehatan dan gizi melalui Tim pendam-pingan kepada
Pendamping Catin/ Calon PUS

19
PENDEKATAN KELUARGA BERISIKO STUNTING

Ibu Pasca Persalinan


KB Pasca persalinan

Catin (Pra-konsepsi) Ibu Hamil Anak 0-23 Bulan Anak 24-59 Bulan
1. Anemia; 1. Anemia; 1.BBLR;
2. Umur < 19 Tahun 2. KEK; 2.PB<48cm;
3.ASI eksklusif;
3. Lila: < 23,5 cm 3. Pertumbuhan janin
4.Imunisasi;
4. IMT: < 18.4 kg/m2 terhambat 5.MPASI;
4. 4T 6.Tata laksana gizi buruk/kurang & infeksi;
7.Pemantauan pertumbuhan & perkembangan
PERIODE EMAS
1000 Hari Pertama Kehidupan 20
PENYEBAB KEMATIAN IBU JANUARI-DESEMBER 2021

Total Kasus : 6339 Jumlah secara nasional


Sumber: Kesga Kemenkes 21
Pre Wedding Pre Konsepsi

22
PRE KONSEPSI
KONDISI PATOLOGIS LAKI-LAKI KONDISI PATOLOGIS PEREMPUAN

Spermatosit
Indung Telur
sekunder

Kerusakan
Spermatid
Mitokondria

Oosit (telur)
Spermatozoa Dengan Stres
seluler

73-75 hari 90 hari


23
1000 HPK

24
SEMUA KEMAMPUAN DASAR MANUSIA DIBENTUK SAAT 1000 HPK

280 HARI 6 BULAN PERTAMA


6-24 BULAN
Dalam Kandungan ASI eklusif

• Penglihatan
• Logika
• Pendengaran
Organogenesis • Kemandirian-interaksi
• Bicara-Bahasa
• Motorik
• Emosi

25
Examination of a newborn's fontanels offers the physician a window into the infant's developing bra
and general state of health. The word “fontanel” is derived from the Latin fonticulus and the Old Fren
fontaine, meaning a little fountain or spring.1– 3 The normal fontanel varies widely in shape and time
closure. The incidence of abnormal fontanel differs, depending on the abnormality and cause.
MAKNA 1000 HPK
View/ Print Figu

FIGURE 1.
(Left) Lateral
(Left) view
Lateral viewofofthe
thenewborn skull.(Right)
newborn skull. Superior
(Right)Superior view
view of the
of the newborn
newborn skull.skull.
Redrawn with
Redrawn with permission
permission after Netter
after netter FH.
FH. Atlas ofAtlas
humanof anatomy.
human anatomy. Summit,
Summit, N.J.: N.J.: Ciba-Geigy, 1994.
Ciba-Geigy,1994.

26
View/ Print Figu
indistinct suture, or sclerosis along the suture margins indicates fusion. Cortical thinning, widened bulging ant erior fontanel can be a result of increased int racranial
sutures, and a beaten-metal appearance known as “thumbprinting” are associated with increased and general
extracranial state
tumors, and of health.fontanel
a sunken The word “fontanel”
usually is derive
is a sign of de
Advertisement
helpsfontaine,
t he physician determine
meaning which
a little imaging
fountain 1–
modalit
or spring. y,3such
The as
norp
intracranial pressure.12
computed tomographic
closure. scan, or
The incidence of magnetic
abnormalresonance imaging,
fontanel differs, to
dep
If the anterior fontanel is open, ultrasonography is useful to evaluate ventricular dilatation.13 A
computed tomographic (CT) scan can detect a fused suture, dilated ventricles, enlarged subarachnoid Examination of a newborn's fontanels offers the physician a windo
space, brain size, or an intracranial or extracranial mass.14 Magnetic resonance imaging (MRI) can and general state of health. The word “fontanel” is derived from the

UBUN-UBUN DEPAN DAN BELAKANG MENUTUP SEBELUM USIA 1000 HPK


detect cortical and white-matter abnormalities, such as degenerative diseases, and document the
extent of calvarial masses. Disadvantages of CT scans and MRI include cost, the need for sedation,
fontaine, meaning a little fountain or spring.1– 3 The normal fontane
closure. The incidence of abnormal fontanel differs, depending on t
AAFP
and, in the| case
AAFPof CT,Foundation
irradiation.13,15 | AFP Journal | FPM Journal | FMX

Normal Fontanel
POSTERIOR FONTANEL Issues AFP By Topic Collections CME Quiz Blog
At birth, the average size of the posterior fontanel is 0.5 cm in white infants and 0.7 cm in black
infants.16 The fontanel usually is completely closed by two months of age.10
<< Previous article Jun 15, 2003 Issue Next article >>
ANTERIOR FONTANEL

The Abnormal Fontanel


The key feature of a normal anterior fontanel is variation. On the first day of an infant's life, the normal
fontanel ranges from 0.6 cm to 3.6 cm, with a mean of 2.1 cm.17 Black infants have larger fontanels FIGURE 1.
4.7 cm).16
(1.4 cm toPDF " The fontanels #
PRINT of full-term
COMMENTSand preterm infants are similar in size once preterm (Left) Lateral view of the newborn skull. (Right) Superior
infants reach term. The fontanel can enlarge in the first few months of life,18 and the median age of Redrawn with permission after Netter FH. Atlas of human a
closure is 13.8 months. By three months of age, the anterior fontanel is closed in 1 percent of infants; FIGURE 1. Ubun-ubun Belakang
JOSEPH
by 12 months, itKIESLER,
is closed in 38M.D.,
percent;and RICK
and by RICER,
24 months, M.D.,
it is closed in 96University offontanels
percent. Anterior Cincinnati College(Left)
of Medicine, (Fontanela posterior)
Lateral view Cincinnati,
of the newborn skull. (Right) Superior view of the
Redrawn with permission after Netter FH. Atlas of human anatomy. Su
Ohio
tend to close earlier in boys than in girls; the initial size of the fontanel is not a predictor of when it will
close.19

Am Fam Anterior
Abnormal Physician. 2003 Jun 15;67(12):2547-2552.
Fontanel
LARGE FONTANEL AND DELAYED FONTANEL CLOSURE
The diagnosis of an abnormal fontanel requires an underst anding of the wide variation of normal. At
birth, an infant
Usia Menutupnya Ubun-ubun Depan
A list of the medical conditions associated with a large fontanel or delayed fontanel closure can be
has six fontanels. The anterior fontanel is t he largest and most important for clinical
20,21
found in Table 1. Achondroplasia, congenital hypothyroidism, Down syndrome, rickets, and
evaluation. The average size of the anterior fontanel
is 2.1 cm, and the median time of closure is
Usia (Bulan)
increased intracranial pressure are among
Ubun –Ubun Menutup (%)
the most common conditions.
13.8 months. The most common causes of a large anterior fontanel or delayed fontanel closure are
Achondroplasia is an autosomal-dominant disorder of the epiphyseal plate cartilage that results in
achondroplasia,
dwarfism. 3 hypothyroidism,
22 At birth, the infant Down
has an enlarged head, low nasal bridge,1
syndrome, increased
prominent forehead, and intracranial pressure, and rickets. A
bulging
shortened anterior
extremities, fontanel
in addition to a can be a result of increased intracranial pressure or intracranial and
large fontanel.9
12 tumors, and a sunken fontanel
extracranial 38 usually is a sign of dehydration. A physical
FIGURE examination
2.
An elevated thyroid-stimulating hormone level on a newborn screening usually detects congenital
helps t he physician determine which imagingwith modality, such as plain fi lms, ultrasonography,
Measurement
FIGURE 2.
Ubun-ubun depan
of the anterior fontanel.

computed
fontanel
24
hypothyroidism, but an abnormally
can be antomographic
large anterior fontanel
scan,
early sign of the disorder. or magnetic
Myxedema
96
in conjunction an open posterior
resonance
and growth deficiency are laterimaging,
signs. to use for diagnosis. (Fontanela
Measurement of the Anterior)
anterior fontanel.
Anatomy of the Fontanels 27
Anatomy of the
Fontanels Fontanels
are the fibrous, membrane-covered gaps crea
View/ Print
Examination of a newborn's fontanels offers the physician Table
a window into the infant's developing brain
Fontanels are the fibrous,
juxtaposed, membrane-covered
as opposed gaps created
to sutures, which when
are narrow sem
TABLE 1
and general state of health. The word “fontanel” is derived from the Latin fonticulus and
juxtaposed,
the the
flatas Oldof French
opposed
bones to sutures,
the skull. which are narrow seams of fibr
Conditions Associated with an Enlarged Anterior Fontanel and Delayed Closure the flat bones of the skull.
fontaine, meaning a little fountain or spring.1– 3 The normal fontanel varies widely in shape and time of
ENLARGED DELAYED A newborn has six fontanels (Figure 1): the anterior and
closure.
CONDITIONS
The incidence of abnormal fontanel differs, depending
FONTANEL CLOSURE on the abnormality and has
A newborn cause.
six fontanels (Figure 1): the anterior and posterior, t
rhomboid-shaped anterior fontanel, located at the junct
rhomboid-shaped anterior fontanel, located at the juncture of the tw
Most common the most
the most prominent.
prominent. The superior
The superior sagittal
sagittal dural dural
venous venous
sinus is pa
STRATEGI MENUJU ANGKA 14 % STUNTING TAHUN 2024

Maksimal stunting
Dibagi 5 tahun maka per tahun Maksimal stunting baru : 681.800
14 % = 3,409 jt

Tahun 2024 total ada : 24.35 jt Balita

2021 2022 2023 2024 KB pasca


4,8 JT 4,85 JT 4,9 JT 5 JT Persalinan

ESTIMASI MINIMAL KELAHIRAN DARI PUS BARU DI TAHUN BERSAMAAN


Menikah : 1,6 jt (33,3 % dari 4,8 jt persalinan per tahun)
Angka stunting 27 % dari 1,6 jt = 432.000 bayi Stunting

Kondisi awal 27 % x 4.8 jt = 1.296.000 Stunting baru/tahun

Untuk menuju 14 % maka bayi baru lahir rata-rata harus bisa mencapai angka stunting : 681.800/4.8 jt = 14.20 % 28
PENDATAAN KELUARGA
Menunjang Percepatan Penurunan Stunting
29
29
PEMETAAN KELUARGA SASARAN BERPOTENSI RISIKO STUNTING
BY NAME BY ADDRESS
HASIL PENDATAAN KELUARGA 2021 – tersedia pada web portal PK21
REKAPITULASI KELUARGA SASARAN BERPOTENSI RISIKO STUNTING DATA RAHASIA
Provinsi : Maluku
Kabupaten : Buru
Kecamatan : Air Buaya
Kelurahan : Air Buaya
SASARAN PENAPISAN
Keluarga Sumber Air Jamban Pendidikan BERESIKO
RW RT NIK Nama KK Terlalu Terlalu Terlalu Terlalu
Baduta Balita PUS PUS hamil Pra minum Tidak RTLH istri/ibu /TIDAK
Muda Tua Dekat Banyak
sejahtera Tidak layak layak rendah
RW 001 RT 001
xxxxxxxxxxxxxxxx
IKSAN WAMLOLI X V V X X X X X X X X X X X
RW 001 RT 002
xxxxxxxxxxxxxxxx
RUSDI A MULAICIN X V V X X X X X X X X - X X
RW 001 RT 002
xxxxxxxxxxxxxxxx
RAHMAN PONI X X V V X X X X X X X - X V
RW 001 RT 002
xxxxxxxxxxxxxxxx
JAHRA KAU X X V V X X X V V X X - X V
RW 001 RT 003
xxxxxxxxxxxxxxxx
DAUD MULAICIN X V V X X X X X X X V X X V
RW 001 RT 003
xxxxxxxxxxxxxxxx
ABDUL M GAILEA X X V X X X X X X X V X V V
RW 001 RT 003
xxxxxxxxxxxxxxxx
ISMAIL LATUCONSINA X X V V X X X X X X V - X V
RW 002 RT 001
xxxxxxxxxxxxxxxx
FAIZAL BIDAULAH X V V X X X X X X X V X V V
RW 002 RT 002
xxxxxxxxxxxxxxxx
ALFARID GAILEA X V V X X X V V X X X - X V
RW 002 RT 002
xxxxxxxxxxxxxxxx
JULKARNAIN WARNANGAN
X V V X X X X V X X X - X V
RW 002 RT 002
xxxxxxxxxxxxxxxx
SALEM MULAICIN X X V X X X X V X X V X X V
RW 002 RT 002
xxxxxxxxxxxxxxxx
YASER MULAICIN X V V X X X X V X X X X X V
Note: KATEGORI:
• V : menunjukkan memenuhi kriteria sasaran/penapisan/risiko • BERESIKO jika memenuhi salah satu faktor resiko pada Penapisan
• X : tidak memenuhi kriteria sasaran/penapisan/risiko • Ibu hamil --- memnuhi/tdk memenuhi faktor resiko dikategorikan beresiko
• - : Tidak berlaku (sasaran pendampingan) 30
KECAMATAN

NASIONAL

DESA – SASARAN BALITA


DESA – SASARAN IBU HAMIL

31
INISIATIF PUSAT PENGENDALI DATA: PEMUTAKHIRAN/PERBAIKAN DATA KELOMPOK SASARAN

PERUBAHAN KONDISI KELUARGA BERSIFAT DINAMIS

KONSEKUENSI

TINGKAT AKURASI DALAM PENENTUAN SASARAN

KESALAHAN

1. INCLUSION ERROR (TYPE 1)  BUKAN SASARAN TETAPI


DIINTERVENSI
2. EXCLUSION ERROR (TYPE 2)  SASARAN TeTAPI TIDAK
MENDAPAT INTERVENSI

KESALAHAN

VERIFIKASI & VALIDASI DATA


32
‘RANCANGAN’ TOOLS VERIVALI :
Data Rekapitulasi Keluarga Sasaran Berpotensi Resiko Stunting PK 21 + Data E-PPGBM

Data PK21 + Data E PPGBM

* memperbaiki
* Memutakhirkan

* Melengkapi

* Menambahkan
data sasaran baru
33
PENDEKATAN INTERVENSI GIZI TERPADU

34
03 AUDIENSI DENGAN K/L
SERTA TINDAK LANJUTNYA

35
35
KEMENKO BIDANG PEMBANGUNAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN

Pelaksanaan : 24 Agustus 2021

Substansi Audiensi : Laporan Tindak Lanjut Perpres 72/2021 dan


Perkembangan yang dipersiapkan BKKBN

Arahan Menteri Koord. Bidang PMK :


1.Strategi penanganan stunting : berkelanjutan dan diarahkan ke
pencegahan
2.Pencegahan stunting sekaligus membangun ketahanan keluarga
(Pembangunan Keluarga)
3.BKKBN mengkoordinasikan dan mensinergikan program, kegiatan
dan anggaran di K/L terkait Stunting

Tindak lanjut : Sinergitas program dan kegiatan dengan


Kementerian/Lembaga terkait

36
KEMENTERIAN AGAMA

Pelaksanaan : 23 Agustus 2021

Substansi Audiensi : Sinergitas Pelaksanaan Pendampingan 3 Bulan


Pranikah bagi Calon Pengantin

Arahan Sekjen dan Dirjen Kementerian Agama :


1.Mendukung upaya meminimalisir stunting melalui upaya intervensi
/kolaborasi bersama anatara Kemenag dan BKKBN
2.Kolaborasi lebih detail yang akan dituangkan dengan PKS
3.Memungkinkan pendaftaran bagi Catin 3 bulan sebelum menikah

Tindak lanjut :
1.Sinergitas kebijakan mekanisme perkawinan, mengarah pada
pendampingan 3 bulan pranikah dan pemeriksaan kesehatan dan
kesiapan mental
2.Integrasi sistem lapor nikah (SIMKAH) dan sistem pendampingan
Calon Pengantin (ELSIMIL)
37
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Pelaksanaan : 25 Agustus 2021

Substansi Audiensi : Sinergitas intervensi lingkungan (air minum dan


sanitasi) bagi Keluarga

Arahan Menteri PUPR:


1.Rumuskan lokus intervensi berdasarkan data
2.Hasil Pendataan Keluarga 21 bisa dijadian dasar untuk perumusan lokus
intervensi pemenuhan sanitasi, penyediaan rumah layak huni, dan
penyediaan air bersih
3.Pendataan Keluarga 21 dijadikan dasar penyelarasan perencanaan
program kegiatan tahun 2022

Tindak lanjut : Data lokus stunting dipotret berdasarkan hasil Pendataan


Keluarga Tahun 2021 : Sasaran Kelurga Beresiko Stunting dengan sumber
air minum layak dan juga data lain seperti : Data Prevalensi Stunting
(SSGBI 2019), Data Sanitasi Layak (BPS 2020) Data Sumber Air Minum
Layak (BPS 2020), Data Kemiskinan (BPS 2021)
38
ISU STRATEGI PELAKSANAAN KEGIATAN (NEW INITIATIVES)

Strategi intervensi sensitive melalui kerjasama dengan


TNI dan Polri, misal: Manunggal KB-Kes dengan Polri,
melanjutkan strategi “Sejuta Jamban” dengan TNI

Strategi intervensi DASHAT (Dapur Sehat


Atasi Stunting) dengan berbasis pangan lokal
melalui optimalisasi Kampung KB

Skenario pembiayaan kerjasama:


• Pemerintah: melalui Perwakilan BKKBN Provinsi (APBN)
• Pemerintah Daerah: melalui TKDD
• Swasta: CSR
39
RUMAH LAYAK HUNI
Persentase Kepemilikan Rumah Layak Huni per Provinsi

58.615.644
dari 66.207.139
keluarga di Indonesia
tinggal di rumah layak
88,53% huni 11,47%
Layak Tidak Layak

40
SUMBER AIR MINUM UTAMA LAYAK
Persentase Sumber Air Minum Utama per Provinsi

59.447.727
dari 66.207.139 keluarga di
Indonesia memiliki sumber air
minum utama layak
89,78% 10,22%
Layak Tidak Layak

Sumur Terlindungi Sumber air minum layak memenuhi


salah satu kriteria berikut :
Sumur Bor  Air Kemasan/ Isi Ulang
Ledeng/PAM  Ledeng/PAM
 Sumur BOR
Air Kemasan/Isi Ulang  Sumur Terlindungi

41
SANITASI LAYAK
Persentase Kepemilikan Jamban per Provinsi
55.696.345
dari 66.207.139 keluarga di
Indonesia telah memiliki jamban
dengan septic tank
84,12% 15,88%
Layak Tidak Layak

42
PENYEDIAAN DATA KELUARGA UNTUK KEMEN-PUPR
Harmonisasi Penanganan Stunting

Sanitasi
RTLH
Air Minum Dipertahankan karena
sasaran sudah sesuai
(sinkron)

Program/Kegiatan Eksisting Keluarga Sasaran Berpotensi Risiko


Kementerian PUPR 212 Stunting dengan baseline PK21 &
Kabupaten/kota kemiskinan ekstrim Keluarga dengan balita Stunting

Perlu sinkronisasi/Harmonisasi
43
PEMETAAN KAB/KOTA KEMISKINAN EKSTRIM
BERDASARKAN PREVALENSI STUNTING PER KAB/KOTA

212 Kab/Kota PRIORITAS Miskin Ekstrim Berdasarkan 302 Kab/Kota NON PRIORITAS Berdasarkan
Prevalensi Stunting (SSGBI 2019) Prevalensi Stunting (SSGBI 2019)

Dari 212 Kab/Kota prioritas kemiskinan ekstrim, Dari 302 Kab/Kota Non prioritas terdapat 137
terdapat 87 kab/kota dengan prevalensi stunting antara kab/kota dengan prevalensi stunting high (20%-
20%- <30% (high) dan 102 Kab/Kota dengan prevalensi <30%) dan 110 Kab/Kota dengan prevalensi stunting
stunting very high (>30%) very high (>30%)

44
PEMETAAN KAB/KOTA KEMISKINAN EKSTRIM
BERDASARKAN SANITASI, AKSES AIR MINUM DAN RTLH PER KAB/KOTA (PK21)

210 Kab/Kota PRIORITAS 210 Kab/Kota PRIORITAS 210 Kab/Kota PRIORITAS


Miskin Ekstrim Berdasarkan Miskin Ekstrim Berdasarkan Miskin Ekstrim Berdasarkan
Sanitasi Tidak Layak, PK21* Akses Air Minum Tidak Layak, Rumah Tidak Layak Huni, PK21*
PK21*

Dari 210 Kab/Kota prioritas, terdapat 37 Dari 210 Kab/Kota prioritas, terdapat 25 Dari 210 Kab/Kota prioritas, terdapat 25
Kab/Kota dengan persentase keluarga Kab/Kota dengan persentase keluarga dengan Kab/Kota dengan persentase keluarga dengan
dengan sanitasi tidak layak antara 20% - akses air minum tidak layak antara 20% - <30% rumah tidak layak huni antara 20% - <30% (high)
<30% (high) dan 59 Kab/Kota dengan (high) dan 35 Kab/Kota dengan persentase dan 50 Kab/Kota dengan dengan persentase
dengan persentase keluarga dengan keluarga dengan akses air minum tidak layak keluarga dengan rumah tidak layak huni very high
sanitasi tidak layak very high (>30%) very high (>30%) (>30%)
45
*Tidak termasuk Kabupaten Intan Jaya dan Kota Jakarta Utara
KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK

Pelaksanaan : 27 Agustus 2021

Substansi Audiensi : Sinergitas Program Bangga Kencana dan Program


PPPA dalam Percepatan Penurunan Stunting

Arahan Menteri PPPA :


1.Perkuat Kelembagaan baik urusan utuh/gabung
2.Kolaborasi program kegiatan dari Pusat - Daerah
3.Integrasi menu program melalui BOKB

Tindak lanjut :
1.Rakor Nasional Sinergitas Program ke PERKADIS dan Seluruh Dinas PPPA
2.Integrasi Kampung KB dengan Desa Ramah Perempuan dan Peduli Anak
3.Pengembangan media-media promosi/KIE
4.Kolaborasi Forum GenRe dengan Forum Anak
5.Sinergitas Menu Program dan Kegiatan di BOKB
6.Penyediaan Data Single Parent dari Pendataan Keluarga 21
7.Penguatan kompetensi tenaga Lini Lapangan
8.Review iBangga dan Indeks Perlindungan Anak dan Kualitas Keluarga
46
KEMENTERIAN PERTANIAN

Pelaksanaan : 31 Agustus 2021

Substansi Audiensi : Penguatan Program Ketahanan Pangan untuk


intervensi Spesifik

Arahan Menteri Pertanian :


1.Fokus di Lokus Prioritas untuk Pelaksanaan Intervensi
2.Kolaborasikan data Lokus Stunting dengan Program Ketahanan Pangan
Tindak lanjut :
Lokus prioritas 6 (enam) Provinsi : NTT, Kalimantan Barat, Sulawesi
Barat, Maluku, Papua dan Papua Barat. Total Kabupaten/Kota yang akan
disasar dari 6 provinsi tersebut sejumlah 95 Kab/Kota dan 1.369
Kecamatan.

47
KEMENTERIAN KESEHATAN

Pelaksanaan : 1 September 2021

Substansi Audiensi : Penguatan intervensi Spesifik, Kebutuhan Bidan


dalam Pelaksanaan Pendampingan Keluarga dan Integrasi Data

Arahan Menteri Kesehatan :


1.Perlu disusun Permenkes tentang penyediaan 1 (satu) Bidan dan 1 (satu)
Perawat di setiap Desa
2.Integrasi sistem data untuk surveillance sasaran keluarga beresiko
stunting secara real time
Tindak lanjut :
1. Penyusunan Permenkes untuk memperkuat 1 Desa 1 Bidan dan 1 Perawat
2. Melakukan koordinasi dan sikronisasi dengan Kemendes, Kemendagri, PB
IBI, PPNI tentang pemenuhan kebutuhan 1 desa, 1 bidan dan 1 perawat
3. Melakukan pemetaan dan sikronisasi data terkait stunting pada sasaran
BBL, bayi, Balita dan ibu hamil (e PPGBM dan PK)
4. Rencana ujicoba intervensi dengan tahap pertama pada provinsi yang
memiliki jumlah penduduk yang besar
48
KEMENTERIAN DALAM NEGERI

Pelaksanaan : 23 September 2021

Substansi Audiensi : Penguatan Tim Percepatan Penurunan Stunting,


Revitalisasi Posyandu, Ketersediaan Bidan di Desa, Penguatan Program
dan Anggaran daerah untuk PPS

Arahan Menteri Dalam Negeri:


1.Perlu Penguatan Kapasitas bagi Kepala Daerah tentang Strategi PPS
2.Pengawalan Program Anggaran Kegiatan Daerah terkait PPS
3.Lokus penanganan di provinsi prioritas sesuai arahan Presiden
Tindak lanjut :
1. MoU antara Kemendagri, Kemenkes, BKKBN dan BPKP;
2. Peraturan Menteri Dalam Negeri terkait Kodefikasi kegiatan dan Sub Kegiatan tentang Stunting
yang bersifat wajib/terkunci untuk dapat dialokasikan Pemerintah Daerah;
3. Surat Edaran tentang Pelaksanaan Review Perencanaan Deerah dan tentang Ketua Pelaksana
Tim Percepatan Penurunan Stunting Provinsi dan Kabupaten/Kota, yaitu Wakil Kepala Daerah;
4. Memerankan Ketua TP PKK dalam implementasi percepatan penurunan stunting dari tingkat
Pusat s.d Desa;
5. Konsep Revitalisasi Posyandu oleh BKKBN;
6. Pelaksanaan Forum Kepala Daerah tentang Strategi Percepatan Penurunan Stunting dengan
menghadirkan Menteri Dalam Negeri, Menteri Kesehatan, Menteri Desa, Kepala BKKBN.
49
KERJASAMA LINTAS K/L

Ruang Lingkup:
a. Fasilitasi perencanaan dan penganggaran Daerah
b. Penguatan kelembagaan
c. Peningkatan Sumber Daya Manusia
d. Peningkatan pemberdayaan masayarakat desa dan kelurahan
Kesepakatan Bersama antara e. Pelaksanaan intervensi spesifik dan sensitif
Kemendagri, Kemenkes, BKKBN, dan f. Fasilitasi penguatan Tim Penggerak Pemberdayaan dan
BPKP Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) dan Pos Pelayanan Terpadu
No: 441.1/5234.ASJ ttg (Posyandu)
No: HK.02.01/Menkes/6434/2021 g. Pertukaran data dan/atau informasi
No: 31/KSMG2/2021
h. Pembinaan dan pengawasan
No: MoU-6/K/D3/2021
Tentang Percepatan Penurunan i. Koordinasi pelaksanaan tugas dan fungsi lainnya sesuai dengan
Stunting di Daerah kesepakatan PARA PIHAK dan ketentuan peraturan
perundangan-undangan
(tanggal 27 September 2021)
50
KEMENTERIAN DESA

Pelaksanaan : 06 Oktober 2021

Substansi Audiensi : Penguatan Tim Pendamping Keluarga, Tim PPS Desa,


Kebijakan Penyediaan Bidan di Desa, Program KKN bagi Mahasiswa

Arahan Menteri Desa & PDT :


1. Kolaborasi Pendamping Desa dengan TPK
2. Kelembagaan untuk keberadaan Bidan di Des, sementara gunakan
Posyandu sebagai wadah
3. Integrasi PERTIDES dengan Program PENTING
Tindak lanjut :
1. Tim Pendamping Keluarga dan Pendamping Desa akan berkolaborasi mengawal perencanan
anggaran stunting di desa dan mengintervensi hasil dari pendampingan keluarga berisiko stunting
dari kegiatan-kegiatan di Desa.
2. Pembahasan dengan Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Kesehatan dan Kementerian Desa,
PDTT terkait kebijakan penempatan Bidan atau tenaga Medis di Desa.
3. Selama proses pembahasan poin 1, Bidan Desa bisa didorong diperkuat penempatan secara
operasional di kegiatan-kegiatan Desa seperti di Posyandu.
4. Integrasi Program PERTIDES dengan MAHASISWA PENTING untuk membuka peluang bagi
Mahasiswa yang akan KKN belajar dan berkarya di Desa

51
DAHSAT

Di Kampung Keluarga Berkualitas (Kampung KB) adalah meningkatkan kualitas gizi masyarakat, terutama
kegiatan pemberdayaan masyarakat dalam upaya bagi Keluarga Beresiko Stunting melalui optimalisasi
pemenuhan gizi seimbang bagi keluarga berisiko stunting berbagai sumber daya dalam rangka mempercepat
(terutama dari keluarga kurang mampu) upaya penurunan stunting di tingkat desa/kelurahan.

Desa/Kelurahan dengan kasus stunting tinggi (1 desa


setidaknya memiliki 1 Dashat di tingkat RW/Posyandu)

Target: kelompok Ibu Hamil, Ibu Menyusui, dan Balita


(Keluarga Beresiko Stunting)

Pelaksana: Pemerintah Desa/Kel. Implementasi melalui


pengembangan kelembagaan lokal yang sesuai dengan
potensi
52
PROGRAM 1000 MITRA UNTUK 1000 HPK
Target Kemitraan Per Tingkatan
Tingkat Daerah Tingkat Pusat
Tingkat Internasional
(Provinsi dan Kab/Kota) (Nasional)

PROVINSI : • Minimal target 25 Perusahaan Besar Minimal target 6 mitra di tingkat


• Menjalin kerjasama dengan Bank Daerah • Minimal target 20 kerja sama dengan mitra Internasional
di wilayahnya target Kaper (minimal 13 pusat
provinsi yaitu Provinsi Jabar, Jateng, • Charity Night for Stunting 1 kali bulan (misal: BMGF, Tanoto Foundation,
Jatim, DIY, NTT, NTB, Aceh, Sumut, depan (Pusat sebagai percontohan untuk SEAMEO, UNFPA, JHPIEGO, WHO)
Kalbar, Sulbar, Maluku, Kalteng dan daerah)
Papua) • Dalam intervensi bersama mitra pusat
• Minimal target 5 perusahaan swasta lokasi intervensi di DKI Jakarta sebagai
• Minimal target 10 mitra kerja di daerah percontohan untuk daerah, contoh
• Minimal target 4 media lokal Kegiatan : Food

KAB/KOTA :
• Kab/Kota min kerjasama dengan 2
Perusahaan Swasta RTL Kegiatan
• Charity night for stunting sifatnya local min Pelaksanaan kegiatan dan pemberian intervensi ke sasaran
1 kali (bisa dalam bentuk kegiatan offline paling lambat mulai dilaksanakan di 1 Juni 2021
sesuai dengan kearifan lokal)

53
MAHASISWA PEDULI STUNTING (MAHASISWA PENTING)

PROGRAM MAHASISWA PENTING DAPAT DI IMPLEMENTASIKAN MELALUI

54

54
04 ANGGARAN PERCEPATAN
PENURUNAN STUNTING

55
TREN ANGGARAN YANG MENDUKUNG PENURUNAN STUNTING

TA 2018 TA 2019 TA 2020 TA 2021


Rp 0,6 T Rp 1,4 T
Rp 1 T (1%) Rp 2,4,T
Rp 1,4 T Rp 2,3 T Rp 3,7 T (4%)
(4%) (7 %)
(6%) (9%) (13%)

13 K/L 18 K/L 20 K/L 19 K/L


(Rp 24 T) (Rp 29 T) (Rp 39,8 T) (Rp 35,3 T)

Rp 24,3 T Rp 37,8 T
Rp 20,5 T (83%)
(85%) (95%)

Intervensi Spesifik Intervensi Sensitif Pendampingan, Koordinasi dan Dukungan Teknis

Catatan: perhitungan sementara per Januari 2021, akan


dilakukan analisis lanjutan

 6 K/L Kunci
 5 K/L Koordinasi/dukungan 56
 8 K/L Penajaman Intervensi Sumber: Data Renja KL 2018 serta DIPA 2019 dan APBN-P 2020
REALOKASI ANGGARAN K/L (Tindak Lanjut Ratas)

• Jika tidak bisa dilakukan pergeseran antar K/L maka akan


dilakukan penguncian anggaran
• Menteri keuangan akan melakukan penguncian anggaran
stunting di masing-masing K/L dan Pemerintah Daerah
• Usulan dari Kementerian Dalam Negeri saat Rapat Tingkat
Eselon 1 akan dilakukan :
1. workshop lintas K/L untuk menelaah kesesuaian kegiatan
K/L serta timeline kegiatan dengan indikator antara dalam
Perpres 72/2021
2. workshop dengan pemerintah daerah untuk menelaah
kesesuaian kodefikasi kegiatan pemerintah daerah terkait
kegiatan stunting melalui APBD

57
05. PENUTUP

58
TINDAK LANJUT

Diperlukan data yang


Intervensi yang
akurat dan tingkat
tepat dan sesuai
presisi yang tepat
STUNTING INTERVENSI

Pendampingan di
Kerja Bersama :
Level Keluarga
Multi SEKTOR dan
berisiko
Multi Pihak
PENDAMPINGAN LINTAS SEKTOR

59
RESUME

Menguatkan mencegah lahirnya stunting baru sejak 3 bulan


pra nikah (wajib pemeriksaan sederhana)

Konvergensi ditingkat desa/kelurahan didukung dengan tim


pendamping keluarga

Program pemberian makanan gizi seimbang berbasis makan


lokal dan melibatkan masyarakat (kader) dan padat karya

Mohon dukungan dari Mitra (PT, Swasta dan BUMN)

60
“No One Can Whistle A Symphony. It Takes A Whole Orchestra To Play It”
H.E. Luccock

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


Jl. Permata No. 1 Halim Perdana Kusuma, Jakarta

Berencana itu keren

61

Anda mungkin juga menyukai