Anda di halaman 1dari 9

KERANGKA ACUAN KEGIATAN

RAPAT KOORDINASI SINERGITAS PROGRAM PEMBANGUNAN KELUARGA,


KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA DENGAN PROGRAM
PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK DALAM UPAYA
PERCEPATAN PENURUNAN STUNTING

A. Latar Belakang

Visi Indonesia 2045 salah satunya adalah mewujudkan tingkat kesejahteraan


rakyat Indonesia yang lebih baik dan merata dengan kualitas sumber daya
manusia yang lebih unggul yang dituangkan dalam Agenda Pembangunan
Manusia. Dengan demikian, pembangunan harus diarahkan demi tercapainya
kesejahteraan lahir dan batin bagi seluruh penduduk Indonesia, tidak saja bagi
penduduk Indonesia saat ini, tetapi juga bagi penduduk Indonesia di masa
mendatang. Sehingga penting kiranya bangsa Indonesia untuk mengatasi
berbagai persoalan terkait dengan penyiapan sumber daya manusia berkualitas
agar dapat mengejar ketertinggalan dan mempunyai posisi yang sejajar serta daya
saing yang kuat di dalam pergaulan masyarakat Internasional.

Saat ini, masalah stunting, yang diukur dengan standar tinggi badan menurut umur
(sangat pendek dan pendek), menjadi permasalahan karena prevalensinya yang
fluktuatif dalam satu dekade ini serta mempunyai dampak yang sangat luas dalam
jangka pendek maupun jangka panjang. Pravelensi stunting meningkat dari 35,6%
di tahun 2007, menjadi 36,8% di tahun 2010, dan meningkat lagi menjadi 37,2%
di tahun 2013 dan menurun menjadi 30,8% di tahun 2018, dimana 11,5% adalah
prevalensi anak sangat pendek dan 19,3% adalah prevalensi untuk anak pendek.

Dalam Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021 tentang percepatan penurunan


stunting telah ditetapkan 5 pilar strategi nasional percepatan penurunan stunting
meliputi:

1. peningkatan komitmen dan visi kepemimpinan di kementerian/lembaga,


Pemerintah Daerah provinsi, Pemerintah Daerah kabupaten/kota, dan
Pemerintah Desa;

1
2. peningkatan komunikasi perubahan perilaku dan pemberdayaan
masyarakat;
3. peningkatan konvergensi Intervensi Spesifik dan Intervensi Sensitif di
kementerian/lembaga, Pemerintah Daerah provinsi, Pemerintah Daerah
kabupaten/kota, dan Pemerintah Desa;
4. peningkatan ketahanan pangan dan gizi pada tingkat individu, keluarga, dan
masyarakat; dan
5. penguatan dan pengembangan sistem, data, informasi, riset, dan inovasi.

Laporan TNP2K pada tahun 2017 menyebutkan bahwa ada empat faktor yang
mempengaruhi terjadinya stunting: 1) Praktek pengasuhan yang dipengaruhi oleh
kurangnya pengetahuan orang tua tentang kesehatan gizi sebelum dan pada
masa kehamilan serta sesudah melahirkan; 2) Pelayanan ANC – Antenatal Care
dan Post-Natal Care yang berkualitas; 3) Akses ke makanan bergizi yang masih
kurang, karena harga makanan bergizi yang relatif mahal; 4) dan kurangnya akses
ke air bersih dan sanitasi yang dapat mempengaruhi terjadinya infeksi berulang
yang berdampak pada perkembangan anak.

Hal ini sejalan dengan 5 (lima) isu prioritas arahan Presiden Joko Widodo pada
sektor perlindungan perempuan dan anak, yaitu 1) Peningkatan pemberdayaan
perempuan dalam kewirausahaan, 2) Peningkatan peran ibu dan keluarga dalam
pendidikan/pengasuhan anak, 3) Penurunan kekerasan terhadap perempuan dan
anak, 4) Penurunan pekerja anak dan 5) Pencegahan perkawinan anak. Dalam
menangani isu pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, Kemen
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak perlu menjalin sinergi,
kerjasama, dan bergandengan tangan dengan Kementerian atau Lembaga,
akademisi, dunia usaha, lembaga masyarakat, termasuk dengan media massa.
Melihat faktor-faktor penentu yang mempengaruhi terjadinya stunting, maka
penanganan permasalahan stunting harus dilakukan secara paripurna,
komprehensif, terpadu dan bersifat multisektoral dengan mengintensifkan
pendampingan terhadap para keluarga yang berisiko menghasilkan bayi-bayi
stunting. Upaya pendampingan dan fokus pada masa-masa tersebut merupakan
upaya agar segenap intervensi sensitive maupun intervensi spesifik yang
diberikan dapat dipastikan sampai kepada penerima manfaat dan mempunyai
dampak nyata dengan menurunnya angka prevalensi stunting 14 % pada tahun
2024 sesuai dengan target yang telah di berikan oleh Presiden dalam Peraturan
Presiden Nomor 72 Tahun 2021 tentang percepatan penurunan stunting serta
memenuhi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB)/Sustainable Development
Goals (SDGs), khususnya pada tujuan kedua, target 2.2.1 Prevalensi stunting
(pendek dan sangat pendek) pada anak di bawah lima tahun/balita. Disamping itu

2
upaya percepatan stunting ini akan mempunyai multiplier efek terhadap
peningkatan kesehatan ibu dan bayi pada umumnya.

B. Dasar

Untuk melaksanakan strategi nasional percepatan penurunan stunting, Peraturan


Presiden Nomor 72 Tahun 2021 tentang percepatan penurunan stunting
mengamanatkan disusunnya rencana aksi nasional melalui pendekatan keluarga
berisiko stunting, yang akan menjadi panduan kementerian/lembaga, Pemerintah
Daerah provinsi, Pemerintah Daerah kabupaten dan kota, Pemerintah Desa, serta
Pemangku Kepentingan dalam pelaksanaan Percepatan Penurunan Stunting
sejalan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
tahun 2020-2024.

Menindaklanjuti peraturan presiden di atas, Kepala Badan Kependudukan dan


Keluarga Berencana Nasional yang mendapatkan amanat sebagai Ketua
Pelaksana Percepatan Penurunan Stunting melakukan audiensi untuk
meningkatkan sinergitas antar kementerian/lembaga dan lintas sektor terkait.
Menindaklanjuti hasil audiensi Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional ke Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak, tersusun rencana aksi kegiatan yang akan disinergikan, salah satunya
adalah Rapat Koordinasi dengan Para Pengurus PERKADIS dan Kepala Dinas
yang membidangi urusan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak di
tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota.

C. Tujuan

Kegiatan ini bertujuan untuk :


1. Meningkatkan pemahaman tentang Percepatan Penurunan Stunting
berdasarkan Peraturan Presiden No 72 Tahun 2021;
2. Meningkatkan pemahaman tentang 5 (lima) Isu Prioritas Program
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dan kaitannya dengan
upaya Percepatan Penurunan Stunting;
3. Meningkatkan sinergitas Program Kegiatan Bangga Kencana dengan
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak di Daerah (Kampung
Keluarga Berkualitas dengan Desa Ramah Perempuan dan Peduli Anak).

3
D. Pelaksanaan

1. Waktu
Hari/Tanggal : Kamis, 16 September 2021
Waktu : Pukul 08.00 – 11.00 WIB
Media Pertemuan : Zoom Meeting
https://us02web.zoom.us/j/86342230104?pwd=WFV
3UEZxSU5xRFFFaVd1N1NwUWVYQT09
(Meeting ID : 863 4223 0104 /Passcode: 401730)

2. Peserta
a. Peserta Pusat :
1) Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan
Kebudayan
2) Kementerian Dalam Negeri
3) Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
4) Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional Republik
Indonesia/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
5) Kantor Staf Presiden
6) Sekretariat Wakil Presiden – Tim Percepatan Penurunan Kemiskinan
7) Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
8) Forum GenRe Nasional
9) Forum Anak Nasional
10) IPeKB Indonesia
b. Peserta Daerah
1) Pengurus Perkadis Pusat dan Provinsi
2) Dinas yang membidangi urusan PPPA di tingkat Provinsi dan
Kab/Kota
3) Perwakilan BKKBN Provinsi
4) Dinas PPAPP DKI Jakarta
5) Forum GenRe Daerah
6) Forum Anak Daerah

3. Narasumber
a. Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
b. Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
c. Sekretaris Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
d. Sekretaris Utama Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional

4
4. Materi
a. Peraturan Presiden No. 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan
Stunting.
b. 5 (lima) Program Prioritas tentang Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak.
c. Sinergi Program dan Kegiatan Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak (5 Arahan Presiden) dalam upaya Percepatan
Penurunan Stunting.
d. Sinergi Program dan Kegiatan Bangga Kencana dalam upaya
Percepatan Penurunan Stunting.
e. Program PERKADIS dan Komitmen Sinergitas Program Bangga
Kencana dan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.
f. Program DINAS BIDANG URUSAN Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak dan Komitmen Sinergitas Program Bangga
Kencana dan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.

5. Jadwal Tentative

Waktu
Kegiatan Pembicara
(WIB)
07.30 – 08.00  Open Link Zoom dan Youtube MC : Abi GenRe
 Tayangan Media KIE Bangga
Kencana dan PPPA
 Opening
08.00 – 08.10  Indonesia Raya
 Mars KB

08.10 – 08.15 Laporan Pelaksanaan Kegiatan Sestama BKKBN

08.15 – 08.45 Keynote Speaker tentang PerPres Kepala BKKBN


72/2021
08.45 – 09.15  Keynote Speaker tentang 5 Menteri PPPA
Program Prioritas PPPA dalam
upaya penurunan stunting
 Pembukaan Kegiatan
09.15 – 09.35  Tanya Jawab Peserta
(Perkadis, Forum Anak dan
Forum GenRe)

5
Waktu
Kegiatan Pembicara
(WIB)
 Tanya Jawab Jurnalis Humas BKKBN –
PPPA dan Media
Center
09.35 – 10.15 Panel :
1. Materi Sinergi Program dan Sesmen PPPA
Kegiatan PPPA (5 Arahan
Presiden) dalam upaya PPS
2. Materi Sinergi Program dan Sestama BKKBN
Kegiatan Bangga Kencana
dalam upaya PPS

Moderator : Nofrijal, SP, MA


(Penyuluh KB Ahli Utama)

10.15 – 10.45 Sesi Tanya Jawab Peserta


 Tanya Jawab
Moderator : Nofrijal, SP, MA

10.45 – 10.55 Sesi Komitmen :


 Penyampaikan Profil Program Ketua PERKADIS
PERKADIS dan Komitmen NASIONAL
Sinergitas Program Bangga
Kencana dan PPPA (5 menit)
 Penyampaikan Profil Program Kepala Dinas PPPA
DINAS BIDANG URUSAN Kab/Kota
PPPA Tingkat Provinsi dan
Komitmen Sinergitas Program
Bangga Kencana dan PPPA (5
menit)

10.55 – 11.00 Sesi Penutup :


 Simpulan dan Penutupan Deputi Pemenuhan
Hak Anak
KemenPPPA

 Tayangan Media-Media KIE


Bangga Kencana dan PPPA

6
E. Hasil yang diharapkan
Terbangunnya komitmen dan sinergitas para pengelola program di tingkat Provinsi
dan Kabupaten/Kota dalam Program Bangga Kencana dan Program PPPA.

F. Pembiayaan
Pembiayaan kegiatan ini dibebankan kepada instansi/lembaga masing-masing
peserta pertemuan.

G. Penutup
Demikian kerangka acuan ini disusun sebagai panduan dalam pelaksanaan
Kegiatan Rapat Koordinasi Program Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak dengan Program Bangga Kencana dalam upaya percepatan
penurunan stunting.

Jakarta, 10 September 2021


Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional –
Kementerian Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak
Republik Indonesia

Anda mungkin juga menyukai