Dosen Pengampu :
Oleh
182520102004
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS JEMBER
2019
BAB I PENDAHULUAN
1
WHO tahun 2018 melaporkan bahwa setiap harinya terdapat sekitar 830
kasus ibu meninggal saat hamil atau melahirkan di seluruh dunia. Tahun 2016
hingga tahun 2030 telah ditetapkan target SDGs (Sustainable Development Goals)
yaitu dapat menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi sebesar kurang dari
70 kasus dari 100.000 kelahiran hidup serta dapat menurunkan Angka Kematian
Bayi (AKB) menjadi 12 dari 1.000 kelahiran hidup. Pada tahun 2015 Indonesia
termasuk negara dengan Angka Kematian Ibu Tertinggi di negara ASEAN dengan
jumlah aku 305 per 100.000 kelahiran hidup. Angka Kematian Bayi di Indonesia
tahun 2017 tercatat sejumlah 15 dari 1000 kelahiran hidup.
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur pada tahun
2017 tercatat kasus kematian ibu sejumlah 964 kasus atau 92 per 100.00 kelahiran
hidup. Kematian Ibu yang disebabkan oleh preeklampsia pada tahun 2017 di
Provinsi Jawa Timur sejumlah 154 kasus. Angka Kematian Bayi di jawa Timur
tahun 2017 tercatat sejumlah 4.059 kasus. Sedangkan untuk kasus Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR) tercatat sejumlah 21.994 kasus. Dinas Kesehatan Kabupaten
jember melaporkan bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) di Kabupaten Jember
menurun sebesar 20% dibandingkan dengan kasus tahun 2017. Pada tahun 2017
tercatat Angka Kematian Ibu (AKI) sejumlah 48 kasus, sedangkan pada tahun 2018
tercatat sejumlah 41 kasus, kasus kematian terbanyak disebabkan oleh
preeklampsia dan perdarahan. Kasus preeklampsia di Kabupaten jember
berdasarkan data dari 50 Puskesmas pada bulan Januari sampai dengan bulan Juni
tercatat sejumlah 765 kasus dan pada bulan Januari 2019 tercatat sejumlah 109
kasus. Terjadi peningkatan kasus Berat badan lahir Rendah (BBLR) sejak tahun
2016 hingga tahun 2018, dilaporkan angka kejadian BBLR pada tahun 2016
sejumlah 786 kasus, tahun 2017 sejumlah 1006 kasus dan pada tahun 2018 tercatat
sejumlah 1143 kasus.
Untuk menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian bayi,
pemerintah telah membentu berbagai program. Salah satu program baru yang
dibentuk oleh pemerintah dalam mengoptimalkan pelayanan pada ibu hamil yaitu
dengan dibentuknya Program Antenatal Care terintegrasi yaitu pelaksanaan
Pemeriksaan Gigi dan Mulut pada Ibu hamil, program ini tercantum dalam
2
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 89 tahun 2015 bagian
kedua pasal 5 sampai dengan pasal 8 yang berisi tentang pelayanan kesehatan gigi
dan mulut pada ibu hamil yang bertujuan untuk mengoptimalkan tumbuh kembang
janin dan mencegah komplikasi pada masa kehamilan.
1.1.1 Tujuan
Berdasarkan data di atas, makalah ini bertujuan untuk :
1.1.2 Metode
Metode yang digunakan dalam mengevaluasi pelaksanaan program
pemeriksaan gigi pada ibu hamil sebagai upaya deteksi dini komplikasi pada masa
kehamilan yaitu menggunakan metode kualitatif dengan menggunakan pendekatan
retrospektif yaitu menganalisis kebijakan setelah kebijakan tersebut
diimplementasikan.
3
BAB 2 DESKRIPSI MASALAH
4
Pada tahun 2012 Indonesia merupakan negara dengan jumlah AKI tertinggi di Asia
Tenggara yaitu dengan jumlah 359 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan target
dari MDGs adalah 102 per 100.000 kelahiran hidup.
Pada tahun 2015 Angka Kematian Ibu di Indonesia sejumlah 305 dari
100.00 kelahiran hidup dan termasuk menjadi negara dengan AKI tertinggi di
ASEAN.
Dampak Kebijakan Desentralisasi di sektor kesehatan belum banyak
diperhitungkan. Isu program KIA belum diperhatikan di tingkat daerah, khususnya
pada tingkat kabupaten. Pemerintah pusat telah memberikan perhatian yang besar
5
untuk program KIA, namun tidak mampu mengajak pemerintah provinsi dan
pemerintah kabupaten untuk memperhatikannya. Di berbagai daerah anggaran
untuk program KIA masih rendah sehingga program tidak dapat dilaksanakan
dengan maksimal.
Gambar 4. Angka Kematian Ibu di Indonesia tahun 1991-2015
Angka Kematian Ibu di Indonesia tercatat hingga tahun 2015 sejumlah 305
per 100.000 kelahiran hidup Jumlah ini masih jauh dari target SDGs yaitu 70 per
100.000 kelahiran hidup.
Angka Kematian Bayi di Indonesia pada tahun 2017 tercatat sejumlah 15
per 1.000 kelahiran hidup. Jumlah ini mendekati jumlah target SDGs yaitu
menurunkan angka kematian bayi sejumlah 12 per 1.000 kelahiran hidup.
Gambar 5. Angka kematian Bayi tahun 2017
6
Pada tingkat Provinsi, Angka Kematian Ibu di Jawa Timur masih pada tahun
2017 tercatat AKI sejumlah 92 per 100.000 kelahiran hidup.
Gambar 6. AKI Jawa Timur tahun 2010-2017
Berdasarkan data diatas kota dengan AKI tertinggi adalah kota Mojokerto,
yaitu sejumlah 171 kasus kematian ibu. Kabupaten Jember angka kematian ibu
diatas jumlah kematian ibu di tingkat provinsi yaitu 92 per 100.000 kelahiran hidup.
7
Gambar 8. Penyebab Kematian Ibu di Provinsi Jawa Timur tahun 2017
Keadaan Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Neonatal (AKN) yang
diperoleh dari laporan rutin relatif sangat kecil, Namun bila dihitung angka
kematian absolut masih tinggi yaitu sebanyak 4.059 Bayi meninggal pertahun
Untuk mencapai target Nasional, dukungan lintas program dan lintas sektor serta
organisasi profesi yang terkait upaya peningkatan pelayanan kesehatan ibu dan bayi
sangat diharapkan. Angka kematian bayi di provinsi Jawa Timur Sejumlah 23 dari
1.000 kelahiran hidup.
8
Gambar 10. Angka kejadian BBLR di Jawa Timur Tahun 2018
9
Jumlah tenaga bidan di Provinsi Jawa Timur sejumlah 21.953 dan Dokter Gigi
sejumlah 1.899 orang.
Gambar 12. Jumlah Tenaga Medis di Provinsi JawaTimur Tahun 2017
10
b. Tenaga kesehatan gigi dan mulut : Jumlah tenaga kesehatan gigi dan mulut
dirasakan masih kurang, karena penyebaran tenaga yang ada belum merata.
Masih banyak Puskesmas dan Rumah Sakit yang belum memiliki tenaga
kesehatan gigi dan mulutnya sesuai dengan standar yang berlaku. Seperti di
Kabupaten Jember masih terdapat 8 Puskesmas yang masih belum memiliki
tenaga Dokter Gigi dan Perawat Gigi.
c. Sarana dan Prasarana : pemenuhan sarana dan prasarana kesehatan gigi masih
terbatas, baik pengadaan yang sumber dana dari APBN maupun APBD. Hal ini
terbukti masih banyak Puskesmas dan Rumah Sakit belum memiliki alat
kesehatan gigi dan mulut yang memadai. Kondisi ini dipengaruhi pula oleh harga
alat dan bahan kesehatan gigi yang mahal, serta oerencanaan pengajuan
pengadaan alat kesehatan gigi yang masih kurang. Pola pembiayaan baik di
Puskesmas maupun rumah Sakit masih sangat kurang terutama pembiayaaan
UKM.
d. Kerjasama dari para pemangku kepentingan terkait : perlunya peningkatan peran
serta pemangku kepentingan yang terkait dalam pelayanan kesehatan gigi dan
mulut.
11
2.3.2 Masalah Subtantif
a. Petugas kesehatan kurang update ilmu
b. Penerapan program deteksi dini komplikasi belum dilaksanakan dengan
maksimal
c. Upaya promotif dan preventif belum terlaksana dengan maksimal
2.3.5 Peramalan
Peluang Dampak Prediksi
(probabilitas) (consequensi) ( prob x Cons)
Petugas kesehatan kurang update ilmu 4 4 16
Penerapan program deteksi dini komplikasi
4 5 20
belum dilaksanakan dengan maksimal
Upaya promotif dan preventif belum
3 4 12
dilaksanakan dengan maksimal
12
secara dini komplikasi yang dapat terjadi pada masa kehamilan, ibu hamil
diharapkan sadar akan pentingnya menjaga kesehatan dan kebersihan gigi dan
mulutnya sebelum masa kehamilan dan saat kehamilan untuk mencegah terjadinya
komplikasi pada kehamilannya. Pelaksanaan program ini masih belum terlaksana
dengan maksimal karena ketersediaan tenaga Dokter Gigi di Puskesmas masih
belum merata, masih terdapat beberapa Puskesmas yang belum memiliki tenaga
Dokter Gigi sehingga program ini tidak dapat terlaksana. Pelaksanaan program ini
seharusnya dapat lebih ditingkatkan melalui berbagai upaya mulai dari tingkat
Dinas Kesehatan hingga Ibu Hamil. Sarana dan prasarana pelaksanaan program
harus lebih ditingkatkan untuk mengoptimalkan pelaksanaan program ini. Peran
dari Dokter Gigi dan Bidan sangat diperlukan untuk melakukan penyuluhan kepada
ibu hamil akan pentingnya pemeriksaan gigi pada masa kehamilan.
13
2.6 Perumusan Rekomendasi
Alternatif Kebijakan teknis politis hukum sosial Eko adm Total
Pengenalan program 4 4 1 4 4 3 20
deteksi dini komplikasi
kepada masyarakat
Pelaksanaan program 4 4 2 4 4 4 18
deteksi dini komplikasi
Update Ilmu Tenaga 4 3 1 2 3 3 16
Kesehatan
Berdasarkan tabel diatas, alternatif kebijakan terbaik yaitu mengenalakan
program kepada masyarakan melalui penyuluhan yang dilakukan oleh dokter gigi
dan bidan, dengan dilakukannya penyuluhan diharapkan ibu hamil lebih paham
tentang pentingnya meperiksaan gigi spada masa kehamilan sebagai upaya deteksi
dini adanya komplikasi pada kehamilan, sehingga dapat segera dideteksi dan
dilakukan penanganan sebelum terjadi komplikasi yang lebih berat. Slanjutnya
melaksanakan program deteksi dini komplikasi dengan terintegrasinya poli KIA
dan Poli Gigi sehingga pelaksanaan program dapat lebih maksimal. Agar
pelaksanaan program dapat berjalan dengan maksimal, perlu dilakukan update ilmu
kepada petugas atau pelaksana program agar mendapatkan wawasan atau
pengetahuan yang terbaru.
2.7 Identifikasi Manfaat dari Pelaksanaan Program
Kebijakan Program pemeriksaan gigi pada ibu hamil ini diharapkan dapat
berjalan dengan lebih baik dengan berbagai aspek yang masih perlu ditingkatkan
lagi.
Manfaat kebijakan yang paling penting yaitu :
a. Ibu hamil dapat dilakukan skrining secara dini untuk mencegah terjadinya
komplikasi pada masa kehamilannya.
b. Deteksi dini preeklampsia dapat dilakukan tidak hanya melalui
pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan tekanan darah, namun juga
dapat melalui skrining pada kondisi gigi dan mulut pada ibu hamil.
14
c. Dapat mengurangi angka kejadian preeklampsia apabila telah dilakukan
skrining sedini mungkin dan berdampak pada penurunan Angka
Kematian Ibu (AKI).
2.8 Identifikasi Biaya atau Kerugian dari Pelaksanaan Program
Pelaksanaan program pemeriksaan gigi pada ibu hamil harus ditunjang
dengan sarana dan prasaran yang memadai, dan membtuhkan anggaran biaya untuk
pelaksanaan programnya. Kerugian dalam pelaksanaan program ini tidak akan
terjadi apabila pihak yang terkait dapat melakukan perencanaan dan pelaksanaan
program sesuai dengan petunjuk teknis yang telah ditetapkan sesuai Permenkes
nomor 89 tahun 2015 dan pembiayaan dapat diberikan melalui ABPN, APBD
maupun dana BOK.
15
BAB III KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
3.1 Kesimpulan
Program deteksi dini komplikasi pada masa kehamilan masih belum mampu
menjamin berjalannya pelayanan kesehatan ibu dan anak yang efektif, masih belum
terintegrasinya pelayanan kesehatan primer dengan sekunder/tertier, pelaksanaan
program kegiatan yang dilakukan oleh Dinas sektor lain dan masyarakat di luar
Dinas Kesehatan masih belum maksimal, pembagian wewenang antar berbagai
profesi kesehatan belum jelas pelaksanaannya. Upaya promosi dan prevenyif harus
lebih ditingkatkan dengan memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang
bahaya komplikasi kehamilan dan cara deteksi dini komplikasi atau masalah pada
masa kehamilan. Update ilmu untuk tenaga kesehatan dibutuhkan untuk
memberikan ilmu baru dan dapat meningkatkan kualitas pelayanan tenaga
kesehatan.
3.2 Rekomendasi
1. Memaksimalkan pelaksanaan program deteksi dini komplikasi pada masa
kehamilan dengan pelaksanaan program-program antenatal care
terintegrasi seperti pemeriksaan gigi pada ibu hamil yang harus
berkolaborasi antara poli KIA dan poli gigi puskesmas.
2. Meningkatkan upaya promotif dan preventif kepada masyarakat untuk
dapat memberikan pengetahuan tentang tanda tanda komplikasi kehamilan,
tanda bahaya kehamilan dan cara deteksi dini komplikasi kehamilan
sehingga masyarakat mendapatkan informasi yang jelas dari tenaga
kesehatan.
3. Tenaga kesehatan harus slealu mengupdate ilmu melalui kegiatan seminar
dan pelatihan untuk dapat memberikan pelayanan yang up to date dan lebih
berkompeten di bidangnya.
16
CATATAN AKHIR
Sumber data yang ditampilkan dalam makalah ini merupakan data yang
kredibel atau dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Penulis mendapat data
dari lembaga yang ahli di bidangnya seperti dari Kementerian Kesehatan, Data
Dinas Kesehatan Provinsi dll.
17
Daftar Pustaka
Dinas Kesehatan Kabupaten Jember. 2017. Angka Kematian Ibu, Angka Kematian
Bayi tahun 2018
18