Anda di halaman 1dari 19

ANALISIS KEBIJAKAN KESEHATAN

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM PEMERIKSAAN GIGI PADA IBU HAMIL


SEBAGAI UPAYA DETEKSI DINI KOMPLIKASI PADA MASA KEHAMILAN

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas UAS Matakuliah Analisis Kebijakan Kesehatan

Dosen Pengampu :

Dr. Muhammad Iqbal, S.Sos. M.Si.

Oleh

Nadia Dian Rosanti

182520102004

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS JEMBER

2019
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral Pembangunan


Nasional. Perencanaan pembangunan nasional dituangkan dalam Undang-Undang
R.I nomor 17 tahun 2007 dalam bentuk Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional (RPJPN) tahun 2005-2025 yang dilaksanakan secara bertahap. Tahun
20015-2019 kita memasuki Rencana Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahap
ke 3, RPJMN 2015-2019 bidang kesehatan dituangkan Kementerian Kesehatan
dalam Rencana Strategis (Renstra) kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019
dengan visi “Masyarakat Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan”. Arah dan kebijakan
strategi Kementerian Kesehatan Thaun 2015-2019 antara lain : Penguatan
pelayanan kesehatan primer (primary health care), Penerapan pelayanan kesehatan
dengan pendekatan berkelanjutan mengikuti siklus hidup manusia (continuum of
care) dan Intervensi berbasis resiko kesehatan (health risk).
Undang-Undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan, pasal 93 ayat 1
menyatakan tentang pelayanan kesehatan gigi dan mulut ditujukan untuk
memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk
peningkatan kesehatan gigi, pencegahan penyakit gigi, pengobatan penyakit gigi
dan pemulihan kesehatan gigi oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan atau
masyarakat yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan.
Angka Kematian Ibu (AKI) banyak disebabkan oleh komplikasi kebidanan
yang tidak ditangani dengan baik dan tepat waktu. Sekitar 15% kehamilan
mengalami komplikasi dan sebagian besar komplikasi tidak dapat di prediksi,
artinya setiap kehamilan beresiko terjadi komplikasi. Tiga penyebab utama
kematian ibu disebabkan oleh perdaraha preeklampsia dan infeksi. Kondisi ibu
hamil yang mengalami komplikasi saat kehamilan dapat menyebabkan resiko
kematian neonatal, seperti kejadian preeklampsia pada ibu hamil mempunyai
kontribusi besar terhadap kematian janin dan terjadinya Berat Badan Lahir Rendah
karena terkait asfiksia dan prematuritas.

1
WHO tahun 2018 melaporkan bahwa setiap harinya terdapat sekitar 830
kasus ibu meninggal saat hamil atau melahirkan di seluruh dunia. Tahun 2016
hingga tahun 2030 telah ditetapkan target SDGs (Sustainable Development Goals)
yaitu dapat menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi sebesar kurang dari
70 kasus dari 100.000 kelahiran hidup serta dapat menurunkan Angka Kematian
Bayi (AKB) menjadi 12 dari 1.000 kelahiran hidup. Pada tahun 2015 Indonesia
termasuk negara dengan Angka Kematian Ibu Tertinggi di negara ASEAN dengan
jumlah aku 305 per 100.000 kelahiran hidup. Angka Kematian Bayi di Indonesia
tahun 2017 tercatat sejumlah 15 dari 1000 kelahiran hidup.
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur pada tahun
2017 tercatat kasus kematian ibu sejumlah 964 kasus atau 92 per 100.00 kelahiran
hidup. Kematian Ibu yang disebabkan oleh preeklampsia pada tahun 2017 di
Provinsi Jawa Timur sejumlah 154 kasus. Angka Kematian Bayi di jawa Timur
tahun 2017 tercatat sejumlah 4.059 kasus. Sedangkan untuk kasus Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR) tercatat sejumlah 21.994 kasus. Dinas Kesehatan Kabupaten
jember melaporkan bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) di Kabupaten Jember
menurun sebesar 20% dibandingkan dengan kasus tahun 2017. Pada tahun 2017
tercatat Angka Kematian Ibu (AKI) sejumlah 48 kasus, sedangkan pada tahun 2018
tercatat sejumlah 41 kasus, kasus kematian terbanyak disebabkan oleh
preeklampsia dan perdarahan. Kasus preeklampsia di Kabupaten jember
berdasarkan data dari 50 Puskesmas pada bulan Januari sampai dengan bulan Juni
tercatat sejumlah 765 kasus dan pada bulan Januari 2019 tercatat sejumlah 109
kasus. Terjadi peningkatan kasus Berat badan lahir Rendah (BBLR) sejak tahun
2016 hingga tahun 2018, dilaporkan angka kejadian BBLR pada tahun 2016
sejumlah 786 kasus, tahun 2017 sejumlah 1006 kasus dan pada tahun 2018 tercatat
sejumlah 1143 kasus.
Untuk menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian bayi,
pemerintah telah membentu berbagai program. Salah satu program baru yang
dibentuk oleh pemerintah dalam mengoptimalkan pelayanan pada ibu hamil yaitu
dengan dibentuknya Program Antenatal Care terintegrasi yaitu pelaksanaan
Pemeriksaan Gigi dan Mulut pada Ibu hamil, program ini tercantum dalam

2
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 89 tahun 2015 bagian
kedua pasal 5 sampai dengan pasal 8 yang berisi tentang pelayanan kesehatan gigi
dan mulut pada ibu hamil yang bertujuan untuk mengoptimalkan tumbuh kembang
janin dan mencegah komplikasi pada masa kehamilan.

1.1.1 Tujuan
Berdasarkan data di atas, makalah ini bertujuan untuk :

a. Mendefinisikan masalah kebijakan program pemeriksaan gigi pada ibu hamil

b. Mengumpulkan bukti tentang masalah pelaksanaan program pemeriksaan gigi


pada ibu hamil

c. Mengkaji penyebab masalah program pemeriksaan gigi pada ibu hamil

d. Mengevaluasi kebijakan program pemeriksaan gigi pada ibu hamil

e. Mengembangkan alternatif kebijakan program pemeriksaan gigi pada ibu hamil

f. Menyeleksi alternatif kebijakan terbaik

1.1.2 Metode
Metode yang digunakan dalam mengevaluasi pelaksanaan program
pemeriksaan gigi pada ibu hamil sebagai upaya deteksi dini komplikasi pada masa
kehamilan yaitu menggunakan metode kualitatif dengan menggunakan pendekatan
retrospektif yaitu menganalisis kebijakan setelah kebijakan tersebut
diimplementasikan.

3
BAB 2 DESKRIPSI MASALAH

2.1 Identifikasi Masalah


Preeklampsia merupakan salah satu dari penyulit atau masalah dalam
kehamilan yang hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti penyebab dari
preeklampsia tersebut. Tenaga kesehatan hanya dapat melakukan deteksi dini
preeklampsia menggunakan pemantauan tekanan darah dan pemeriksaan urine pada
ibu hamil. Apabila preeklampsia tidak dideteksi dan ditangani secara segera dapat
menimbulkan eklampsia yang dapat menyebabkan kematian pada ibu
hamil,bersalin atau nifas. Selain beresiko terjadinya eklampsia, ibu dengan
preeklampsia juga beresiko mengalami persalinan prematur dan Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR) pada bayi. Bayi Berat badan Lhir Rendah yaitu suatu kondisi bayi
yang dilahirkan dengan berat badan kurang dari 2500 gram. Kondisi ini beresiko
menyebabkan komplikasi pada bayi dan dapat menyebabkan resiko kematian bayi.
Di indonesia Preeklampsia dan Berat Badan lahir Rendah (BBLR) merupakan salah
satu penyebab tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi
(AKB)(Achadi, 2019).

2.2 Data Masalah


Gambar 1. AKI tahun 2012 Asia Tenggara

4
Pada tahun 2012 Indonesia merupakan negara dengan jumlah AKI tertinggi di Asia
Tenggara yaitu dengan jumlah 359 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan target
dari MDGs adalah 102 per 100.000 kelahiran hidup.

Gambar 2. AKI tahun 2015 berdasarkan data SUPAS

Gambar 3. AKI beberapa negara di ASEAN tahun 2015

Pada tahun 2015 Angka Kematian Ibu di Indonesia sejumlah 305 dari
100.00 kelahiran hidup dan termasuk menjadi negara dengan AKI tertinggi di
ASEAN.
Dampak Kebijakan Desentralisasi di sektor kesehatan belum banyak
diperhitungkan. Isu program KIA belum diperhatikan di tingkat daerah, khususnya
pada tingkat kabupaten. Pemerintah pusat telah memberikan perhatian yang besar

5
untuk program KIA, namun tidak mampu mengajak pemerintah provinsi dan
pemerintah kabupaten untuk memperhatikannya. Di berbagai daerah anggaran
untuk program KIA masih rendah sehingga program tidak dapat dilaksanakan
dengan maksimal.
Gambar 4. Angka Kematian Ibu di Indonesia tahun 1991-2015

Angka Kematian Ibu di Indonesia tercatat hingga tahun 2015 sejumlah 305
per 100.000 kelahiran hidup Jumlah ini masih jauh dari target SDGs yaitu 70 per
100.000 kelahiran hidup.
Angka Kematian Bayi di Indonesia pada tahun 2017 tercatat sejumlah 15
per 1.000 kelahiran hidup. Jumlah ini mendekati jumlah target SDGs yaitu
menurunkan angka kematian bayi sejumlah 12 per 1.000 kelahiran hidup.
Gambar 5. Angka kematian Bayi tahun 2017

6
Pada tingkat Provinsi, Angka Kematian Ibu di Jawa Timur masih pada tahun
2017 tercatat AKI sejumlah 92 per 100.000 kelahiran hidup.
Gambar 6. AKI Jawa Timur tahun 2010-2017

Gambar 7. Angka Kematian Ibu per Kota tahun 2017

Berdasarkan data diatas kota dengan AKI tertinggi adalah kota Mojokerto,
yaitu sejumlah 171 kasus kematian ibu. Kabupaten Jember angka kematian ibu
diatas jumlah kematian ibu di tingkat provinsi yaitu 92 per 100.000 kelahiran hidup.

7
Gambar 8. Penyebab Kematian Ibu di Provinsi Jawa Timur tahun 2017

Angka Kematian Ibu di Provinsi Jawa Timur tertinggi disebabkan oleh


preeklampsia yaitu sejumlah 154 kasus.
Gambar 9. Angka Kematian Bayi di Provinsi Jawatimur tahun 2013-2017

Keadaan Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Neonatal (AKN) yang
diperoleh dari laporan rutin relatif sangat kecil, Namun bila dihitung angka
kematian absolut masih tinggi yaitu sebanyak 4.059 Bayi meninggal pertahun
Untuk mencapai target Nasional, dukungan lintas program dan lintas sektor serta
organisasi profesi yang terkait upaya peningkatan pelayanan kesehatan ibu dan bayi
sangat diharapkan. Angka kematian bayi di provinsi Jawa Timur Sejumlah 23 dari
1.000 kelahiran hidup.

8
Gambar 10. Angka kejadian BBLR di Jawa Timur Tahun 2018

Sumber daya manusia kesehatan merupakan bagian penting dari Upaya


peningkatan Pembangunan Kesehatan. dalam Undang – undang nomer 23 tahun
2014 tentang pembagian peran pusat dan daerah dibidang Sumber daya manusia
kesehatan pemerintah daerah memegang peranan penting dalam mengatur
perencanaan dan pengembangan SDM Kes untuk UKM dan UKP Daerah
Provinsi.dalam hal menjamin ketersediaan tenaga kesehatan disebutkan pada Perda
Nomor 7 tahun 2014 pasal 7 ayat 2, bahwa ketresediaan dan kebutuhan tenaga
kesehatan dilakukan melalui pemetaan dengan cara pendataan, pengkajian, atau
dengan sisten informasi manajemen tenaga kesehatan. Sistem informasi SDM
Kesehatan disusun secara berjenjang, dimulai dari tingkat kabupaten / Kota,
Provinsi hingga Kementrian Republik Indonesia.
Gambar 11. Jumlah tenaga Kesehatan di Provinsi Jawa Timur tahun 2017

9
Jumlah tenaga bidan di Provinsi Jawa Timur sejumlah 21.953 dan Dokter Gigi
sejumlah 1.899 orang.
Gambar 12. Jumlah Tenaga Medis di Provinsi JawaTimur Tahun 2017

2.3 Identifikasi Penyebab Masalah pelaksanaan program pemeriksaan gigi


dan mulut pada ibu hamil :
Program pemeriksaan gigi pada ibu hamil tertampung dalam Peraturan
menteri Kesehatan nomor 89 Tahun 2015 bagian kedua pasal 5 sampai dengan pasal
8. Program pemeriksaan gigi pada ibu hamil bertujuan untuk mengoptimalkan
tumbuh kembang janin dan mencegah terjadinya msalah pada masa kehamilan.
Masih terdapat beberapa masalah yang muncul pada pelaksanaan program
pemeriksaan gigi pada ibu hamil ini sehingga pelaksanaan program belum
maksimal. Masalah yang muncul dari beberapa faktor, yaitu :
a. Kebijakan : Kesehatan gigi dan mulut masih belum cukup mendapat perhatian
dari masyarakat, karena masyarakat belum memahami pentingnya kesehatan
gigi dan mulut untuk mendukung fungsi pengunyahan, bicara dan estetik serta
sangat besar pengaruhnya pada life cycle. Hal ini berakibat kesehatan gigi dan
mulut tidak menjadi prioritas bagi sebagian besar masyarakat. Untuk itu
pemerintah perlu menyusun kebijakan dan program kesehatan gigi dan mulut
yang terintegrasi mengingat dampak penyakit gigi dan mulut pada kesehatan
umum.

10
b. Tenaga kesehatan gigi dan mulut : Jumlah tenaga kesehatan gigi dan mulut
dirasakan masih kurang, karena penyebaran tenaga yang ada belum merata.
Masih banyak Puskesmas dan Rumah Sakit yang belum memiliki tenaga
kesehatan gigi dan mulutnya sesuai dengan standar yang berlaku. Seperti di
Kabupaten Jember masih terdapat 8 Puskesmas yang masih belum memiliki
tenaga Dokter Gigi dan Perawat Gigi.
c. Sarana dan Prasarana : pemenuhan sarana dan prasarana kesehatan gigi masih
terbatas, baik pengadaan yang sumber dana dari APBN maupun APBD. Hal ini
terbukti masih banyak Puskesmas dan Rumah Sakit belum memiliki alat
kesehatan gigi dan mulut yang memadai. Kondisi ini dipengaruhi pula oleh harga
alat dan bahan kesehatan gigi yang mahal, serta oerencanaan pengajuan
pengadaan alat kesehatan gigi yang masih kurang. Pola pembiayaan baik di
Puskesmas maupun rumah Sakit masih sangat kurang terutama pembiayaaan
UKM.
d. Kerjasama dari para pemangku kepentingan terkait : perlunya peningkatan peran
serta pemangku kepentingan yang terkait dalam pelayanan kesehatan gigi dan
mulut.

2.3.1 Meta Masalah


a. Tingkat pengetahuan masyarakat masih kurang tentang kesehatan ibu dan bayi
b. Peran serta masyarakat masih kurang dalam mensukseskan program-program
kesehatan
c. Ibu hamil tidak melakukan pemeriksaan secara rutin
d. Pantangan-pantangan yang masih diterapkan oleh masyarakat terutama pda
ibu hamil dan ibu nifas
e. Jumlah petugas kesehatan kurang memadai
f. Petugas kesehatan kurang updat ilmu terbaru
g. Penerapan program deteksi dini komplikasi belum dilaksanakan secara
maksimal
h. Upaya promotif dan preventif tentang program kesehatan kepada masyarakat
kurang maksimal

11
2.3.2 Masalah Subtantif
a. Petugas kesehatan kurang update ilmu
b. Penerapan program deteksi dini komplikasi belum dilaksanakan dengan
maksimal
c. Upaya promotif dan preventif belum terlaksana dengan maksimal

2.3.4 Masalah Formal


Berdasarkan masalah yang telah dikelompokkan dalam masalah subtantif
maka penerapan program deteksi dini komplikasi belum dilaksanakan dengan
maksimal merupakan masalah formal yang dapat berdampak pada upaya
dmencegah terjadinya komplikasi pada masa kehamilan dan dapat mengurangi
angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB).

2.3.5 Peramalan
Peluang Dampak Prediksi
(probabilitas) (consequensi) ( prob x Cons)
Petugas kesehatan kurang update ilmu 4 4 16
Penerapan program deteksi dini komplikasi
4 5 20
belum dilaksanakan dengan maksimal
Upaya promotif dan preventif belum
3 4 12
dilaksanakan dengan maksimal

2.4 Evaluasi Pelaksanaan Program Pemeriksaan Gigi pada Ibu Hamil


Sebagai upaya mengurangi Angka Kematian ibu (AKI) dan upaya
mencegah terjadinya komplikasi pada masa kehamilan, pemerintah membuat
program pemeriksaan gigi pada ibu hamil yang tertulis dalam peraturan Menteri
Kesehatan nomor 89 Tahun 2015 tentang Pemeriksaan Gigi Pada Ibu Hamil.
Program ini bertujuan untuk mengoptimalkan tumbuh kembang janin dan
mencegah terjadinya komplikasi pada masa kehamilan. Kondisi gigi dan mulut ibu
hamil yang buruk akan menyebabkan ibu hamil beresiko mengalami masalah pada
kehamilannya. Program ini juga sebagai upaya pemerintah untuk dapat mendeteksi

12
secara dini komplikasi yang dapat terjadi pada masa kehamilan, ibu hamil
diharapkan sadar akan pentingnya menjaga kesehatan dan kebersihan gigi dan
mulutnya sebelum masa kehamilan dan saat kehamilan untuk mencegah terjadinya
komplikasi pada kehamilannya. Pelaksanaan program ini masih belum terlaksana
dengan maksimal karena ketersediaan tenaga Dokter Gigi di Puskesmas masih
belum merata, masih terdapat beberapa Puskesmas yang belum memiliki tenaga
Dokter Gigi sehingga program ini tidak dapat terlaksana. Pelaksanaan program ini
seharusnya dapat lebih ditingkatkan melalui berbagai upaya mulai dari tingkat
Dinas Kesehatan hingga Ibu Hamil. Sarana dan prasarana pelaksanaan program
harus lebih ditingkatkan untuk mengoptimalkan pelaksanaan program ini. Peran
dari Dokter Gigi dan Bidan sangat diperlukan untuk melakukan penyuluhan kepada
ibu hamil akan pentingnya pemeriksaan gigi pada masa kehamilan.

2.5 Alternatif Kebijakan


Alternatif kebijakan Tujuan umum Fokus Kebijakan Dampak Positif Konsekuensi
Pengenalan program Melakukan Masyarakat, Mencegah Penambahan
deteksi dini
penyuluhan kepada tokoh masyarakat, terjadinya tupoksi pada
komplikasi kepada masyarakat tentang kader, ibu hamil komplikasi pada tenaga kesehatan
masyarakat program yang dan keluarag masa kehamilan di Puskesmas
diterapkan di terdekat ibu
Puskesmas hamil,
Pelaksanaan program Melaksanakan Tenaga kesehatan Dapat Pelaksanaan
deteksi dini program sesuai dengan pelaksana mendeteksi program anc
komplikasi aturan dan anjuran program secara dini terintegrasi
yang telah ditetapkan komplikasi pada dengan
kehamilan laboratorium
sehingga dapat dan poli lain di
dilakukan puskesmas (Poli
penanganan agar gigi)
tidak semakin
parah
Update Ilmu Tenaga Update ilmu-ilmu baru Tenaga kesehatan Tenaga Jumlah tenaga
Kesehatan yang dapat kesehatan lebih kesehatan yang
meningkatkan update dan lebih bertugas
pengetahuan dan terampil dalam berkurang
keterampilan tenaga meberikan karena harus
kesehatam pelayanan tugas belajar.
kesehatan

13
2.6 Perumusan Rekomendasi
Alternatif Kebijakan teknis politis hukum sosial Eko adm Total
Pengenalan program 4 4 1 4 4 3 20
deteksi dini komplikasi
kepada masyarakat
Pelaksanaan program 4 4 2 4 4 4 18
deteksi dini komplikasi
Update Ilmu Tenaga 4 3 1 2 3 3 16
Kesehatan
Berdasarkan tabel diatas, alternatif kebijakan terbaik yaitu mengenalakan
program kepada masyarakan melalui penyuluhan yang dilakukan oleh dokter gigi
dan bidan, dengan dilakukannya penyuluhan diharapkan ibu hamil lebih paham
tentang pentingnya meperiksaan gigi spada masa kehamilan sebagai upaya deteksi
dini adanya komplikasi pada kehamilan, sehingga dapat segera dideteksi dan
dilakukan penanganan sebelum terjadi komplikasi yang lebih berat. Slanjutnya
melaksanakan program deteksi dini komplikasi dengan terintegrasinya poli KIA
dan Poli Gigi sehingga pelaksanaan program dapat lebih maksimal. Agar
pelaksanaan program dapat berjalan dengan maksimal, perlu dilakukan update ilmu
kepada petugas atau pelaksana program agar mendapatkan wawasan atau
pengetahuan yang terbaru.
2.7 Identifikasi Manfaat dari Pelaksanaan Program
Kebijakan Program pemeriksaan gigi pada ibu hamil ini diharapkan dapat
berjalan dengan lebih baik dengan berbagai aspek yang masih perlu ditingkatkan
lagi.
Manfaat kebijakan yang paling penting yaitu :
a. Ibu hamil dapat dilakukan skrining secara dini untuk mencegah terjadinya
komplikasi pada masa kehamilannya.
b. Deteksi dini preeklampsia dapat dilakukan tidak hanya melalui
pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan tekanan darah, namun juga
dapat melalui skrining pada kondisi gigi dan mulut pada ibu hamil.

14
c. Dapat mengurangi angka kejadian preeklampsia apabila telah dilakukan
skrining sedini mungkin dan berdampak pada penurunan Angka
Kematian Ibu (AKI).
2.8 Identifikasi Biaya atau Kerugian dari Pelaksanaan Program
Pelaksanaan program pemeriksaan gigi pada ibu hamil harus ditunjang
dengan sarana dan prasaran yang memadai, dan membtuhkan anggaran biaya untuk
pelaksanaan programnya. Kerugian dalam pelaksanaan program ini tidak akan
terjadi apabila pihak yang terkait dapat melakukan perencanaan dan pelaksanaan
program sesuai dengan petunjuk teknis yang telah ditetapkan sesuai Permenkes
nomor 89 tahun 2015 dan pembiayaan dapat diberikan melalui ABPN, APBD
maupun dana BOK.

15
BAB III KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

3.1 Kesimpulan
Program deteksi dini komplikasi pada masa kehamilan masih belum mampu
menjamin berjalannya pelayanan kesehatan ibu dan anak yang efektif, masih belum
terintegrasinya pelayanan kesehatan primer dengan sekunder/tertier, pelaksanaan
program kegiatan yang dilakukan oleh Dinas sektor lain dan masyarakat di luar
Dinas Kesehatan masih belum maksimal, pembagian wewenang antar berbagai
profesi kesehatan belum jelas pelaksanaannya. Upaya promosi dan prevenyif harus
lebih ditingkatkan dengan memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang
bahaya komplikasi kehamilan dan cara deteksi dini komplikasi atau masalah pada
masa kehamilan. Update ilmu untuk tenaga kesehatan dibutuhkan untuk
memberikan ilmu baru dan dapat meningkatkan kualitas pelayanan tenaga
kesehatan.

3.2 Rekomendasi
1. Memaksimalkan pelaksanaan program deteksi dini komplikasi pada masa
kehamilan dengan pelaksanaan program-program antenatal care
terintegrasi seperti pemeriksaan gigi pada ibu hamil yang harus
berkolaborasi antara poli KIA dan poli gigi puskesmas.
2. Meningkatkan upaya promotif dan preventif kepada masyarakat untuk
dapat memberikan pengetahuan tentang tanda tanda komplikasi kehamilan,
tanda bahaya kehamilan dan cara deteksi dini komplikasi kehamilan
sehingga masyarakat mendapatkan informasi yang jelas dari tenaga
kesehatan.
3. Tenaga kesehatan harus slealu mengupdate ilmu melalui kegiatan seminar
dan pelatihan untuk dapat memberikan pelayanan yang up to date dan lebih
berkompeten di bidangnya.

16
CATATAN AKHIR

Sumber data yang ditampilkan dalam makalah ini merupakan data yang
kredibel atau dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Penulis mendapat data
dari lembaga yang ahli di bidangnya seperti dari Kementerian Kesehatan, Data
Dinas Kesehatan Provinsi dll.

17
Daftar Pustaka

Achadi, Endang L. 2019 . Kematian Maternal dan Neonatal di Indonesia . Fakultas


Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Dinas Kesehatan Kabupaten Jember. 2017. Angka Kematian Ibu, Angka Kematian
Bayi tahun 2018

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia nomor 89 Tahun 2015 Tentang Upaya kesehatan Gigi
dan Mulut

Prawirohardjo S. 2009. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal dalam Ilmu


Kebidanan. Jakarta : Penerbit Yayasan Bina Pustaka

Sustainable Development Goals. 2017 . diakses melalui:


https://www.sdg2030indonesia.org/page/11-tujuan-tiga

William N. 2003. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta : Gajah Mada


University Press Cetakan Kelima

World Health Organization.2018.Maternal Mortality. WHO Newsroom

18

Anda mungkin juga menyukai