Anda di halaman 1dari 2

Menyoal Kebijakan Kontroversi di Taman Nasional Komodo

Taman Nasional Komodo di Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur,


merupakan kawasan konservasi dan rumah alami satwa endemik, komodo dan beragam
satwa lain. Ia juga punya beragam vegetasi baik darat maupun laut. Kawasan konservasi ini
sekarang dalam ancaman serius. Musababnya, Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan (KLHK), sebagai “pertahanan terakhir” konservasi dalam taman nasional
kebanggaan warga NTT itu, justru tak lagi menjalankan fungsi utama sebagai penjaga
konservasi. Melalui berbagai produk regulasi dan serangkaian kebijakan, KLHK justru telah,
tengah dan sedang mengubah Taman Nasional Komodo, dari kawasan konservasi jadi lahan
bisnis investasi pariwisata.
Dalam rentang waktu satu dekade terakhir, KLHK tercatat beberapa kali
mengeluarkan kebijakan kontroversi yang begitu mengancam konservasi di TN Komodo.
Mulai dari mengeluarkan regulasi sebagai payung bagi perusahaan-perusahaan swasta
untuk mengembangkan bisnis pariwisata alam dalam Taman Nasional Komodo, hingga
berbagi otoritas pengelolaan dengan pihak lain yang membuka ruang bagi privatisasi
pengelolaan di sini.
Berikut ini, setidaknya terdapat lima kebijakan kontroversi KLHK yang berdampak
buruk bagi nasib konservasi TN Komodo ke depan:
1. Mengeluarkan izin bagi perusahaan-perusahaan swasta untuk berinvestasi melalui
izin pengusahaan pariwisata alam (IPPA) dalam TN Komodo. Pada 2010, KLHK
mengeluarkan regulasi yaitu Peraturan Menteri (Permen) Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Nomor P.48/Menhut-II/2010 tentang izin pengusahaan pariwisata alam
di suaka margasatwa, taman nasional, taman hutan raya dan taman wisata alam.
Permen ini merupakan payung bagi perusahaan-perusahaan swasta berinvestasi di
lebih 54 taman nasional di Indonesia

2. KLHK berbagi otoritas dengan pihak lain mengelola Pulau Komodo jadi destinasi
wisata super eksklusif. Setelah gagal merelokasi warga Pulau Komodo untuk
pariwisata eksklusif medio 2019, KLHK justru berbagi otoritas dengan Kementerian
Martim dan Investasi, Kementerian Pariwisata dan Pemerintah NTT menata Pulau
Komodo jadi destinasi wisata eksklusif. Siti Nurbaya, Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan dalam rapat koordinasi pada 30 September 2019 di Jakarta,
menyebutkan, Pulau Komodo akan ditata bersama melibatkan pemerintah pusat dan
Pemprov NTT sebagai world class wisata dan investasi.

3. Atas dalih KTT negara-negara G-20 pada 2023, pemerintah juga akan merombak
penataan kawasan Loh Buaya di Pulau Rinca. Penataan ini dengan cara merobohkan
semua bangunan di Loh Buaya, ganti dengan sarana dan prasarana baru yang
mengambil model bangunan Jurassic Park. Proyek yang membuang-buang anggaran
negara sekitar Rp67 miliar ini, jelas akan sangat berdampak buruk bagi keaslian
bentang alam Loh Buaya. Ia juga mengancam ekosistem satwa yang menghuni area
itu.
4. Utak-atik zonasi Pulau Padar untuk tujuan investasi pariwisata. Dalam sistem zonasi
melalui Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam No:
65/Kpts/DJ-5/2001 tentang zonasi Taman Nasional Komodo, Pulau Padar, hanya
terdiri dari zona inti dan zona rimba. Merujuk pada aturan zonasi dalam kawasan
taman nasional, sama seperti zona inti, pada zona rimba juga tak boleh ada aktivitas
manusia kecuali wisata alam terbatas

5. Pemerintah berencana mengelola Pulau Muang dan mungkin juga Pulau


Bero/Rohbong, yang terletak antara Pulau Rinca dan Golo Mori. Ia akan jadi area
investasi mendukung Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tana Mori seluas 560 hektar.
Dua pulau itu masing-masing adalah zona rimba dan zona inti TN Komodo. Pulau
Muang, khusus tempat bertelur penyu dan Pulau Bero atau Rohbong adalah habitat
kakatua kecil jambul kuning

Anda mungkin juga menyukai