Anda di halaman 1dari 6

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Indonesia merupakan negara bahari dan negara kepulauan, peran pelabuhan
sangat penting dalam berbagai aspek. Pelabuhan yang dibangun di wilayah pesisir
mempunyai fungsi yang semakin lama menjadi semakin penting dalam menentukan
perkembangan wilayah. Keberadaan pelabuhan akan meningkatkan perkembangan
ekonomi, sosial, budaya masyarakat. Secara tidak langsung pelabuhan juga
berperan dalam perkembangan pendidikan, hubungan antarbangsa dan politik serta
sebagai tolak ukur tingkat perkembangan suatu wilayah.
Lokasi pembangunan pelabuhan pada umumnya berada pada ekosistem dan
sosiosistem yang beranekaragam. Hal ini menyebabkan luasnya persoalan yang
timbul dari kegiatan pembangunan pelabuhan, Demikian pula kegiatan
pembangunan ini sangat banyak permasalahannya karena akan berpengaruh pada
dua sistem yaitu sistem laut dan sistem darat. Dampak dari kegiatan ini sangat
banyak terhadap parameter lingkungan yang menyebabkan adanya hubungan
antarparameter dan antarkomponen lingkungan yang terganggu.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa itu kawasan ekonomi khusus?
2. Bagaimana rencana pembangunan KEK di Tanjung Carat oleh
pemerintah?
3. Apa kebijakan pemerintah terhadap hutan mangrove setelah pembangunan
KEK di Tanjung Carat?

1.3. Tujuan
1. Untuk mengetaahui kawasan ekonomi khusus.
2. Untuk mengetahui rencana pembangunan KEK di Tanjung Carat oleh
pemerintah.
3. Untuk mengetahui kebijakan pemerintah terhadap hutan mangrove setelah
pembangunan KEK di Tanjung Carat.

1
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)


Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) adalah kawasan dengan batas-batas
tertentu yang termasuk dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia
yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi ekonomi dan memperoleh fasilitas
tertentu. KEK pada dasarnya dibentuk untuk menciptakan lingkungan yang
kondusif bagi kegiatan investasi, ekspor, dan perdagangan guna mendorong
pertumbuhan ekonomi dan sebagai katalisator reformasi ekonomi. Ide ini
terinspirasi dari keberhasilan beberapa negara yang pertama kali mengadopsinya,
seperti China dan India. Menurut data empiris menggambarkan bahwa KEK di
dalam negeri mampu menarik investor, terutama investor asing, untuk berinvestasi
dan menciptakan lapangan kerja. Hal ini tidak lain adalah kemudahan yang
diperoleh investor, kemudahan tersebut berupa kemudahan di bidang fiskal,
perpajakan dan kepabeanan. Bahkan ada bidang non-fiskal, seperti kemudahan
birokrasi, pengaturan khusus di bidang ketenagakerjaan dan keimigrasian, serta
efisiensi pelayanan dan ketertiban di daerah.
Pemberlakuan status KEK bagi daerah tertentu sangat memberikan manfaat
ekonomi baik secara nasional maupun daerah. Namun status ini juga berpotensi
merugikan, karena adanya pengurangan penerimaan pajak akibat insentif fiskal, dan
dapat mengancam kawasan industri yang ada untuk pindah ke KEK yang
berdampak pada berkurangnya penerimaan negara. Faktanya, tidak semua KEK
berhasil diimplementasikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada beberapa
faktor yang menyebabkan kegagalan di beberapa negara. Hal yang paling penting
adalah lokasi KEK yang ditunjuk berada di daerah terpencil (Remote Area),
sehingga membutuhkan biaya yang tinggi, selain itu fasilitas infrastruktur yang
kurang memadai, serta belum adanya mekanisme Public-Private Partnership
dalam pengembangannya.
Melihat kegagalan tersebut, maka KEK yang akan dikembangkan di
Indonesia harus berada pada lokasi yang strategis, dekat dengan jalur perdagangan
atau pelayaran internasional, memiliki infrastruktur yang memadai, dan perlu

2
menggunakan mekanisme Kerjasama Pemerintah-Swasta dalam mengembangkan
KEK tersebut. Sementara itu, perbedaan utama KEK dengan kawasan ekonomi
lainnya, selain fasilitas yang diberikan, adalah banyaknya peran Pemerintah
Daerah, baik dalam pengelolaan maupun penyediaan infrastruktur dan lahan. Hal
ini menyebabkan perlunya Kerjasama Pemerintah-Swasta dalam pengelolaan KEK,
mengingat dana untuk KEK tersebut sangat besar. Hasil kajian dari beberapa negara
menunjukkan bahwa KEK yang dikelola sepenuhnya oleh swasta menunjukkan
kemajuan yang lebih besar dibandingkan dengan yang dikelola oleh pemerintah.

2.2. Pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus di Tanjung Carat


Pembangunan pelabuhan baru merupakan inisiatif yang sudah ada sejak lama.
Presiden meminta kita memastikan pembangunan pelabuhan di Tanjung Carat
segera dilakukan dan ground breaking sudah dilakukan tahun ini dan ditargetkan
selesai pada 2023. Lokasi yang telah dibangun Pelabuhan Palembang Baru di
Tanjung Carat dinyatakan layak karena telah memenuhi tiga kriteria yaitu pertama,
memiliki kedalaman air yang cukup yaitu 12-18 meter sehingga dapat disinggahi
kapal-kapal besar. Kedua, lokasinya terjangkau. Ketiga, ketersediaan lahan,
sehingga siap untuk pembangunan pelabuhan.
Kemenkomarves, kemenko perekonomian, bappenas merupakan pihak-pihak
yang terkait dalam perihal skema pembiayaan pembangunan tersebut. Terdapat dua
alternatif investasi yaitu solicited yakni pemerintah yang akan membiayai dan
alternatif kedua yaitu unsolicited yakni swasta yang akan membiayai.
Pembangunan pelabuhan baru di Palembang ini sangat penting untuk mendukung
kegiatan perdagangan di Provinsi Sumsel yang memiliki komoditas unggulan
seperti batu bara, curah cair, karet dan pupuk, dan sebagainya. Hal ini akan
berdampak baik bagi pertumbuhan ekonomi Sumsel dan sekitarnya.
Pelabuhan Palembang Baru yang akan dibangun di Tanjung Carat akan
menjadi pusat distribusi barang (logistik) menggantikan Pelabuhan Boom Baru
yang tidak dapat dikembangkan lagi karena letaknya di tengah kota, dan juga karena
telah mengalami pendangkalan (sedimentasi). sehingga tidak dapat dikunjungi oleh
kapal berukuran besar. besar. Nantinya Pelabuhan Boom Baru akan difungsikan
sebagai pelabuhan penumpang.

3
2.3. Kebijakan Pemerintah Terhadap Hutan Mangrove di Tanjung Carat
Persoalan terhadap ketersediaan lahan karena sedikitnya ada 60 hektare hutan
mangrove yang akan digusur. Namun dengan keluarnya surat dari Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan, keinginan untuk mengembangkan Tanjung
Carat menjadi pelabuhan akan terwujud. Kepala Bidang Pengelolaan Lingkungan
Hidup, Pengkajian dan Peningkatan Kapasitas Dinas Lingkungan Hidup dan
Pertanahan Provinsi Sumsel, Triana Huswani mengatakan, melepaskan hutan
lindung bukan perkara mudah bagi negara, sehingga wajar saja menjadi masalah
selama bertahun-tahun. Sebagai “win-win solution”, negara mewajibkan Sumsel
untuk mengganti kawasan hutan lindung di kawasan lain dengan membuat hutan
konservasi.
Pemprov Sumsel membangun taman konservasi (ecopark) seluas lebih dari
60 hektar di Kabupaten Banyuasin. Penciptaan ecopark di Banyuasin sebenarnya
sudah ada sejak tahun 2014 karena kawasan ini berada di bawah kewenangan
Pemprov Sumsel. Ecopark yang akan dibangun melebihi luas kawasan hutan
lindung yang dilepas yakni 60 hektar dan di kawasan ini juga menjadi percontohan
konservasi. Dalam proses pelepasan kawasan hutan lindung untuk kebutuhan
pembangunan pelabuhan, Pemprov telah mengajukan tiga alternatif kepada
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. KLHK akhirnya menyepakati
alternatif dengan luas paling kecil hanya 60 hektar.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menegaskan dalam
pemanfaatan hutan lindung ini, pihak berwenang tidak melakukan penimbunan atau
reklamasi agar fungsi hutan bakau tetap terjaga. Hal ini mirip dengan pembangunan
pelabuhan milik pabrik OKI Pulp & Paper yang mempertahankan mangrove atau
tidak melakukan reklamasi. Gubernur Sumsel Herman Deru mengatakan,
keputusan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan tentang pelepasan
kawasan hutan lindung tersebut merupakan langkah positif yang patut kita syukuri,
mengingat rumitnya upaya mewujudkan pelabuhan ini.

4
BAB 3
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Berdasarkan isi makalah yang telah disusun dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :
1. KEK dibentuk untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi
kegiatan investasi, ekspor, dan perdagangan guna mendorong
pertumbuhan ekonomi dan sebagai katalisator reformasi ekonomi.
2. Lokasi KEK yang ditunjuk berada di daerah terpencil (Remote Area),
sehingga membutuhkan biaya yang tinggi, selain itu fasilitas
infrastruktur yang kurang memadai, serta belum adanya mekanisme
Public-Private Partnership dalam pengembangannya.
3. Pelabuhan Palembang Baru di Tanjung Carat dinyatakan layak karena
memiliki kedalaman air yang cukup yaitu 12-18 meter sehingga dapat
disinggahi kapal-kapal besar, lokasinya terjangkau, dan ketersediaan
lahan sehingga siap untuk pembangunan pelabuhan.
4. Pelabuhan Palembang Baru yang dibangun di Tanjung Carat akan
menjadi pusat distribusi barang (logistik) menggantikan Pelabuhan
Boom Baru yang tidak dapat dikembangkan lagi karena letaknya di
tengah kota, dan juga karena telah mengalami pendangkalan
(sedimentasi).
5. Pemerintah membangun taman konservasi (ecopark) di Banyuasin pihak
berwenang tidak melakukan penimbunan atau reklamasi agar fungsi
hutan bakau tetap terjaga.

3.2. Saran
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan dan penyusunan makalah ini
masih terdapat kekurangan dan kekeliruan, maka penulis membutuhkan kritikan
dan saran dari semua pihak baik dari teman-teman maupun dosen selaku
pembimbing mata kuliah praktikum biologi pesisir dan laut guna untuk penyusunan
makalah selanjutnya.

5
DAFTAR PUSTAKA

Fandeli, C. 2018. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Pembangunan Pelabuhan.


Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Dolly Rosana. 2022. Babak Baru Proyek Pembangunan Pelabuhan Tanjung Carat di
Sumatera Selatan. Website Kantor Berita Indonesia.
https://www.antaranews.com/berita/2988645/babak-baru-proyek-
pembangunan-pelabuhan-tanjung-carat-di-sumsel
Pelabuhan Palembang Baru di Tanjung Carat Ditargetkan Mulai Dibangun Tahun 2021.
Kementrian Perhubungan Republik Indonesia.
https://dephub.go.id/post/read/pelabuhan-palembang-baru-di-tanjung-carat-
ditargetkan-mulai-dibangun-tahun-2021
Yesuari, A.P. 2010. Mengenal Kawasan Ekonomi Khusus”. Bulletin Tata Ruang.

Anda mungkin juga menyukai