Anda di halaman 1dari 15

KAJIAN LITERATUR

KAWASAN EKONOMI KHUSUS (KEK) BITUNG DAN RE-KONEKTIVITAS KAWASAN LAUT SULAWESI-SULU

Oleh Amir Mahmud

A. Gambaran Singkat Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dan Kota Bitung


1. Kawasan Ekonomi Khusus Bitung
Pada tahun 2014 Kota Bitung ditetapkan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dengan luas 534
ha.1 Lokasi KEK Bitung, yang diusulkan oleh Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara, berlokasi di
Kecamatan Matuari Kota Bitung dengan batas wilayah Kelurahan Manembo-nembo (sebelah
Utara), Kelurahan Manembo-nembo dan Tanjung Merah (sebelah Timur), Kelurahan Tanjung
Merah (sebelah Selatan) dan Kelurahan Sagerat (sebelah Barat). Lokasi KEK Bitung berada di
Kelurahan Tanjung Merah, Keluarahan Manembo-nembo dan Kelurahan Sagerat. Di dalam KEK
Bitung dibentuk zonasi yang secara sederhana terdiri atas zona industri, zona logistik, dan zona
pengolahan ekspor. Industri utama yang dikembangkan yaitu industri pengolahan perikanan,
industri pengolahan kelapa, farmasi dan logistik. Dengan luas dan batas wilayah yang ditentukan
itu, KEK Bitung menyelenggarakan fungsi perekonomian.

Gambar 01 Master Plan KEK Bitung


Sumber: http://kek.go.id/kawasan/Bitung diakses tanggal 17 April 2019

1 Peraturan Pemerintah 32/2014 Tentang Kawasan Ekonomi Khusus Bitung. Disebutkan dalam
http://investinindonesia.uk/projects/ diakses pada tanggal 27 Mei 2019 bahwa terdapat dua SEZ yaitu industri dan
turisme. KEK Bitung termasuk SEZ industri.
Pembentukan dan penetapan KEK Bitung dianggap telah memenuhi kriteria dan syarat yang
ditentukan. KEK Bitung memenuhi kriteria berdasarkan pada: (1) KEK Bitung mempunyai luas 534
ha dengan batas yang jelas, (2) KEK sesuai dengan tata ruang dan tidak mengganggu kawasan
lindung mengacu pada Perda Provinsi Sulawesi Utara 1/2014 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014 - 2034, (3) Pemerintah provinsi mendukung keberadaan KEK
karena diajukan oleh Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara, dan (4) Secara ekonomi Bitung berlokasi
strategis di Asia Pasifik dan pelayaran Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) 3, dan mempunyai
produk unggulan (perikanan, kelapa dan lainnya). Sejumlah persyaratan yang telah dipenuhi dalam
penetapan KEK Bitung mencakup: ketersediaan peta lokasi KEK yang terpisah dari pemukiman
penduduk, aturan zonasi pada tata ruang KEK, perencanaan sumber pembiayaan, kajian analisis
dampak lingkungan, kajian kelayakan ekonomi dan finansial, dan perencanaan strategis KEK.
Sekumpulan kajian mengenai KEK Bitung ini dilaksanakan oleh konsultan dari Jepang.

Infrastruktur untuk menunjang aktivitas KEK Bitung di antaranya pelabuhan perikanan Bitung,
Pelabuhan internasional Bitung, tol Manado-Bitung, dan Bandara Udara Sam Ratulangi. Ditambah
pula dengan infrastruktur jalan nasional Manado-Bitung dan Girian-Kema, pembangkit listrik
Tanjung Merah, waduk Manembo-nembo dan fasilitas pengolahan air Pinokalan. Aneka
infrastruktur tersebut disebut dengan infrastruktur pendukung. Infrastruktur yang dibangun saling
memiliki keterkaitan yang solid. Dalam pengembangan koridor ekonomi di Indonesia, KEK Bitung
disebut sebagai pusat pertumbuhan ekonomi baru. Pusat ekonomi (perdagangan dan perniagaan)
yang baru ini termasuk yang lama dihubungkan melalui konektivitas (infrastruktur) utama.
Sementara sektor fokus yang diprioritaskan (seperti perikanan, kelapa dan lainnya di Bitung) dalam
koridor ekonomi dihubungkan dengan sektor fokus yang lain dan pusat ekonomi melalui
konektivitas (infrastruktur) pendukung.

Penyelenggaraan KEK Bitung pada tingkat provinsi dilaksanakan oleh Dewan Kawasan KEK dan
Sekretaris Dewan Kawasan KEK. Di level kabupaten/kota terdapat Badan Usaha Pembangunan dan
Pengelola (BUPP), dan Administrator KEK.2 Perusahaan Sulut Membangun merupakan BUMD
Provinsi Sulawesi Utara yang dirancang sebagai BUPP.3 Susunan organisasi KEK pada tingkat
kabupaten/kota dan provinsi berada di bawah Dewan Nasional KEK, Sekretaris Dewan Nasional KEK
dan Tim Pelaksana. Agar fungsi perekonomian KEK Bitung berjalan lancar dan berkembang dengan
baik, maka badan usaha yang berinvestasi di lokasi KEK Bitung memperoleh fasilitas yang
memudahkan dan meringankan. Pada tahap awal dan periode waktu tertentu, maka disediakan
insentif seperti perpajakan dan lain sebagainya untuk mengerakkan KEK Bitung.

Sejalan dengan KEK Bitung sebagai lokasi pertumbuhan pusat ekonomi baru, pada tahun 2008
Kota Bitung juga ditetapkan menjadi wilayah strategis nasional dari sudut kepentingan ekonomi
dalam penataan ruang wilayah nasional. Bitung dalam wilayah strategis nasional dari segi ekonomi
sebagai Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) Manado-Bitung.4 Secara historis
Manado menjadi wilayah KAPET pada tahun 1998 yang mencakup seluruh Kota Bitung, seluruh
Kota Manado dan sebagian Kabupaten Minahasa.5 Kemunculan KAPET diawali dengan

2 Keputusan Presiden No. 34 Tahun 2014 (Dewan Kawasan KEK), Keputusan Gubernur Sulawesi Utara No. 271 Tahun
2014 (Sekretaris Kawasan), Keputusan Gubernur Sulawesi Utara No. 271 Tahun 2014, dan Surat Keputusan Walikota
Bitung No. 188.45/HKM/SK/81/2015 (Administrator KEK Bitung)
3 Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Utara 3/2014 Tentang Pendirian Badan Usaha Milik Daerah PT Sulut Membangun.
4 PP 26/2008 Tentang Penataan Ruang Wilayah Nasional Lampiran X. Persyaratan KAPET: memiliki potensi untuk cepat

tumbuh; mempunyai sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi di wilayah sekitarnya; dan
memerlukan dana investasi yang besar bagi pengembangannya.
5 Kepres 14/1998 Tentang Penetapan Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Manado-Bitung dengan luas wilayah

201.207 Ha. KAPET Manado-Bitung yaitu seluruh Kota Bitung, seluruh Kota Manado dan sebagian Kabupaten Minahasa
yang meliputi kecamatan-kecamatan Likupang, Dimembe, Airmadidi, Kauditan, Wori, Pineleng, Tombariri, Tomohon,
pembentukan Dewan Pengembangan Kawasan Timur Indonesia pada tahun 19936 yang bertujuan
untuk merumuskan dan menetapkan kebijakan dan strategi percepatan pembangunan Kawasan
Timur Indonesia dan propinsi tertentu lainnya, beserta tahapan dan prioritas dalam
pelaksanaannya.

Badan usaha yang menunjukkan minat untuk berinvestasi di KEK Bitung berjumlah banyak. China
Road and Bridge Corporation (CRBC) merupakan perusahaan milik pemerintah Cina yang membuat
nota kesepahaman (MoU) dengan Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara. CRBC, bagian dari China
Communications Construction Company (CCCC), bergerak di pasar internasional di bidang kontrak,
investasi, pembangunan dan operasionalisasi beberapa proyek. Sejauh ini belum diketahui secara
pasti mengenai sektor investasi dari perusahaan ini di KEK Bitung. Badan usaha lain yang telah
berkomitmen dan berdiri di lokasi KEK yaitu PT. Mapalus Makawanua Charcoal Industry (bagian
dari perusahaan Haycarb), PT. Brandtwood International dan PT. Pelindo IV. PT. Brandtwood
International fokus pada bahan baku farmaci, dan PT. Pelindo IV berinvestasi di sektor logistik.

Ketertarikan badan usaha lain untuk berinvestasi di KEK Bitung yang tercatat yaitu PT Futai
Indonesia, PT Pasific Ocean Fishery dan PT Indojaya Fortuna. PT Futai Indonesia direncanakan
membangun industri pengolahan bijih plastik, dan PT Pasific Ocean Fishery untuk industri
perikanan. Sementara PT Indojaya Fortuna sebagai perusahaan yang bergerak di bidang logistik
berencana membangun cold storage.7

2. Kota Bitung
Secara administratif Kota Bitung terletak di Provinsi Sulawesi Utara. Kota Bitung merupakan salah
satu wilayah administratif dari 11 kabupaten dan empat kota di Provinsi Sulawesi Utara. Provinsi
Sulawesi Utara resmi didirikan pada tahun 1964, yang pada tahun 2016 terdapat 171 kecamatan,
1.471 desa, dan 367 kelurahan (BPS, 2017). Sementara Kota Bitung yang dibentuk dan diresmikan
berdasarkan UU 7/1990 mempunyai luas wilayah 33.279,10 ha. Kota Bitung berbatasan dengan
Kabupaten Minahasa Utara dan Laut Maluku di sebelah utara, Laut Maluku di sebelah timur dan
selatan, dan Minahasa utara di sebelah Timur. Wilayah administratif Kota Bitung terdiri atas 8
kecamatan dan 69 kelurahan/desa pada Desember 2017. Delapan Kecamatan di Kota Bitung yaitu:
Ranowulu, Matuari, Girian, Madidir, Maesa, Aertembaga, Lembeh Utara dan Lembeh Selatan.

Tondano, Toulimambot, Eris, Lembean Timur, Kombi, Kakas, Remboken, Sonder, Kawangkoan, Tompaso dan
Langowan. Lihat juga http://kapet.somee.com/page/KAPET-MANADO-BITUNG.aspx diakses pada tanggal 3 April 2019.
6 Keppres 120/1993 Tentang Dewan Pengembangan Kawasan Timur Indonesia (DPKTI), yang terakhir diubah dengan

KEPPRES 173/1998, dan akhirnya DPKTI dibubarkan. Kawasan Timur Indonesia yaitu: Nusa Tenggara Barat; Nusa
Tenggara Timur; Timor Timur; Irian Jaya; Maluku; Sulawesi Utara; Sulawesi Tengah; Sulawesi Selatan; dan Sulawesi
Tenggara. Sementara provinsi tertentu, yaitu: Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, dan
Kalimantan Barat.
7 Investasi ke KEK Bitung Tembus Triliunan Rupiah, diakses di https://www.cendananews.com/2018/12/investasi-ke-kek-

bitung-tembus-triliunan-rupiah.html pada tanggal 2 April 2019.


Gambar 02 Kecamatan di Kota Bitung dan Lokasi KEK Bitung
Sumber: BPS (2017) Master File Desa Sulawesi Utara

Ranowulu sebagai kecamatan dengan jumlah kelurahan terbanyak yaitu 11 kelurahan, sedangkan
kecamatan yang memiliki jumlah kelurahan paling sedikit yaitu Lembeh selatan dengan 7
kelurahan. Terdapat 41 kelurahan pesisir dan 28 bukan kelurahan pesisir.

Pada tahun 2017 penduduk Kota Bitung berjumlah 212.409 jiwa berdasarkan hasil proyeksi
penduduk dengan tingkat pertumbuhan penduduk sebesar 1,74 persen pada 2010-2017. Rasio
penduduk dan lahan menunjukkan bahwa Kecamatan Lembeh Utara dan Lembeh Selatan
merupakan dua wilayah kepadatan penduduk lebih sedikit yaitu 677,5 /km2, sementara
Kecamatan Girian dengan kepadatan penduduk tertinggi. Dari jumlah penduduk tersebut, jumlah
angkatan kerja sebesar 87.731 orang, dan jumlah penduduk bekerja sebanyak 79.092 orang Pada
tahun 2017. Sektor jasa-jasa atau tersier mendominasi penyerapan tenaga kerja di Kota Bitung
yaitu 57,57persen penduduk yang bekerja pada tahun 2017. Penyerapan tenaga kerja di sektor
manufaktur (industri, konstruksi dan LGA) sebesar 28 persen yang diikuti oleh sektor agrikultur
yang menyerap 14,42 persen (BPS, 2018)

Berdasarkan lapangan usaha pada tahun 2017 struktur perekonomian Kota Bitung didominasi oleh
tiga lapangan usaha utama yaitu: Industri Pengolahan sebesar 33,63 persen; Pertanian, Kehutanan
dan Perikanan sebesar 19,66 persen, dan Transportasi dan Pergudangan sebesar 14,67 persen
(BPS, 2018). Pada tahun yang sama, sumber pertumbuhan ekonomi Kota Bitung berasal dari
lapangan usaha Industri Pengolahan sebesar 1,96 persen (tertinggi), yang diikuti oleh lapangan
Usaha Transportasi dan Pergudangan sebesar 0,90 persen dan Konstruksi sebesar 0,86 persen.
Sisanya sebesar 2,47 persen ditopang oleh kategori lapangan usaha yang lain.

Meskipun dalam beberapa tahun terakhir kontribusi pertanian terhadap Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB) tercatat mengalami penurunan, namun sub sektor perikanan memiliki andil paling
besar. Dengan jumlah rumah tangga perikanan laut di kota Bitung sebanyak 12,03 persen di
Sulawesi Utara, akan tetapi produksi perikanan laut mencapai seperempat dari total perikanan laut
di Sulawesi Utara. Jumlah rumah tangga/perusahaan perikanan di kota bitung tahun 2017
sebanyak 2.407 yang menghasilkan produksi perikanan 98,87 ribu ton di tahun 2017. Sementara
tanaman perkebunan di Kota Bitung yaitu Kelapa dan Pala dengan luas tanaman kelapaa seluas
14,10 ribu hektar, dan pala seluas 794 hektar pada tahun 2017. Produksi kelapa sebesar 11,77 ribu
ton dan pala sebanyak 60,98 ton.
B. Koridor Ekonomi dalam Pembentukan Jejaring Produksi dan Aglomerasi Industri Global
1. KEK Bitung dan Ragam Koridor Ekonomi
Infrastruktur dibangun untuk membentuk dan mengembangkan konektivitas dan inovasi (ERIA,
2015). Konektivitas diciptakan antar wilayah administratif, dan antar kawasan untuk memperlancar
aliran barang, orang dan jasa. Inovasi melalui keberadaan layanan yang disediakan (sistem
perekonomian, kebudayaan, teknologi dan lainnya) dalam rangka menjaga keberlanjutan
pembangunan dan pertumbuhan yang telah/sedang dicapai. Oleh karena itu, pembangunan
infrastruktur bertujuan untuk memperdalam integrasi ekonomi dan mempersempit kesenjangan
pembangunan antar wilayah administratif dan antar kawasan di tingkat lokal, nasional hingga
global.

Pada level nasional dan provinsi, KEK Bitung dibentuk sebagai pusat pertumbuhan ekonomi baru.
Dengan menjadi pusat ekonomi baru, maka KEK Bitung melalui sektor prioritasnya tidak hanya
menjalankan konektivitas antar wilayah administratif pada level lokal hingga nasional tapi juga
pada kawasan Asia. Integrasi ekonomi antar wilayah dengan perbedaan geografis dan sumber
agrarianya yang berjalan sebelumnya semakin diperdalam dan diperluas ke depan. Pelaksanaan
pembangunan antar wilayah yang timpang sebelumnya didorong secara intensif untuk dilakukan
pemerataan dengan mempersempit kesenjangan. Melalui KEK Bitung beserta infrastrukturnya,
sejumlah sumber agraria dan orang Bitung termasuk sekitar Bitung ditarik atau dimasukkan dalam
lingkaran jejaring produksi dan aglomerasi industri global.

Untuk membentuk dan mengembangkan keterhubungan antar wilayah dan kawasan di dalam
wilayah Indonesia dan antar Indonesia dengan negara lain, maka dibuat koridor ekonomi. Di dalam
wilayah Indonesia dibentuk Koridor Pembangunan Ekonomi Indonesia. Dokumen Comprehensive
Asia Development Plan (CADP) yang dibuat oleh ERIA (2009) menyebutkan bahwa proyek
infrastruktur terpilih untuk membentuk dan mengembangkan konektivitas tingkat nasional dan
Asia. Pada level nasional, Koridor Pembangunan Ekonomi Indonesia terdiri atas enam koridor yang
dibangun yaitu Sumatera Bagian Timur-Jawa Barat Bagian Utara, Jawa Bagian Utara, Kalimantan,
Sulawesi Bagian Barat, Jawa Timur-Bali-Nusa Tenggara, dan Papua.

Gambar 03 Koridor Pembangunan Ekonomi Indonesia


Sumber: ERIA (2009)

Namun koridor ekonomi di atas disesuaikan kembali di dalam Masterplan Percepatan dan
Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia yaitu: Koridor Ekonomi Sumatera, Koridor Ekonomi
Jawa, Koridor Ekonomi Kalimantan, Koridor Ekonomi Sulawesi, Koridor Ekonomi Bali – Nusa
Tenggara, dan Koridor Ekonomi Papua – Kepulauan Maluku. Tahapan pelaksananaan proyek yang
dirancang oleh ERIA disebutkan bahwa fase pertama proyek di Sumatera Bagian Timur-Jawa Barat
Bagian Utara, dan Jawa Bagian Utara; fase kedua proyek di Kalimantan dan Sulawesi Bagian Barat;
dan fase ketiga proyek di Jawa Timur-Bali-Nusa Tenggara, dan Papua. Di koridor Sulawesi Bagian
Barat, proyek infrastruktur berada di Makasar (pembangunan pelabuhan terminal terminal, jalan
Trans Sulawesi: Jeneponto-Makassar-Parepare sepanjang 658km dan TPA Tamangapa); Mamuju
(jalan Trans-Sulawesi: Mamuju-Palu sepanjang 387km dan Parepare-Mamuju sepanjang 692km);
Palu (jalan Trans-Sulawesi: Mamuju-Palu sepanjang 387km dan Palu-Kwandang sepanjang
1019km), dan Gorontalo (jalan Trans-Sulawesi: Toboli-Gorontalo sepanjang 973km dan Gorontalo-
Bitung sepanjang 893km).

Di Koridor Ekonomi Sulawesi terdapat 6 pusat ekonomi yaitu: Palu, Gorontalo, Manado, Makassar,
Kendari dan Mamuju. Tema yang diusung dalam pembangunan Koridor Sulawesi sebagai Pusat
Produksi dan Pengolahan Hasil Pertanian, Perkebunan, Perikanan, Migas dan Pertambangan
Nasional (Kemenko Perekonomian, 2011). Kegiatan pertanian pangan mencakup padi, jagung,
kedelai, dan ubi kayu. Tantangan pada pertanian terletak pada keterbatasan potensi ekspansi areal
pertanian, dan rendahnya produktivitas sehingga diperlukan intensifikasi dan penyediaan
infrastruktur pendukung. Kakao juga mengalami penurunan produktivitas. Hasil perikanan di
Sulawesi sebagian besar untuk pemenuhan kebutuhan ekspor seiring dengan permintaan global
yang terus meningkat namun menghadapi penangkapan berlebihan. Alternatifnya, pengembangan
budidaya. Kegiatan ekonomi yang potensial lainnya yaitu cadangan nikel dan migas.8

Pada level regional Southeast Asia, Indonesia bersama dengan beberapa negara membentuk
koneksi dalam bentuk koridor ekonomi yang penting. Koridor ekonomi ini dibentuk dengan
memanfaatkan lingkaran kerjasama atau inisiatif sejenis lainnya. Di antara negara-negara ASEAN
dan negara tetangga lainnya, dibentuk inisiatif untuk pembentukan dan pengembangan
konektivitas seperti IMT-GT (Indonesia, Malaysia, Thailand Growth Triangle); BIMP-EAGA (Brunei,
Indonesia, Malaysia, Philippines East ASEAN Growth Area); IMT +; dan BIMP +. BIMP-EAGA
merupakan inisiatif kerjasama yang dibentuk secara resmi pada tahun 1994 sebagai strategi kunci
pemerintah dalam pembangunan sosial ekonomi pada wilayah yang kurang berkembang dan
terpencil, dan mempersempit kesenjangan pembangunan lintas dan antar wilayah.9

Untuk mengatasi masalah keterbelakangan pembangunan sosial ekonomi dan mempersempit


kesenjangan pembangunan lintas dan antar wilayah, dokumen BIMP-EAGA VISION 2025
menyebutkan bahwa terdapat dua koridor ekonomi yang dibangun dalam BIMP-EAGA yaitu West
Borneo Economic Corridor (WBEC) dan the Greater Sulu-Sulawesi Corridor (GSSC). WBEC meliputi
wilayah Brunei Darussalam, Kalimantan Barat (Indonesia) dan Sarawak dan Sabah (Malaysia)
dengan konektivitas infrastruktur Pontianak (Kalimantan Barat-Indonesia) menuju Kuching
(Malaysia) dan Brunei Darussalam. Sementara GSSC (koridor maritim di laut Sulu-Sulawesi)
meliputi Sulawesi Utara (Indonesia), Sabah (Malaysia), dan Mindanao dan Palawan (Filipina). Rute

8 Empat lokasi yang memiliki cadangan nikel berlimpah di Sulawesi yaitu: 1. Sorowako, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi
Selatan; 2. Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah; 3. Pomalaa, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara; 4. Kabupaten
Konawe, Sulawesi Tenggara. Sementara kegiatan ekonomi Migas berada di lokasi sebagai berikut: 1. Area eksploitasi
gas bumi di Donggi Senoro, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah; 2. Area eksploitasi minyak bumi di Kabupaten Luwuk,
Sulawesi Tengah; 3. Area eksploitasi gas bumi di Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat; 4. Area eksploitasi gas bumi di
Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan; dan 5. Lapangan Migas Karama, Sulawesi Barat (Kemenko Perekonomian, 2011)
9 Dalam BIMP-EAGA Roadmap to Development 2006-2010 disebutkan bahwa untuk “mengatasi pembangunan sosial

ekonomi di wilayah yang kurang berkembang dan terpencil” saja tapi dalam Implementation Blueprint 2012–2016
BIMP-EAGA ditambahkan dengan kalimat “mempersempit kesenjangan lintas dan antar wilayah” di antara negara yang
tergabung dalam BIMP-EAGA. Pembentukan BIMP-EAGA sejak awal difasilitasi oleh Asian Development Bank (ADB).
koridornya yaitu Palawan-Sabah, Zamboanga Peninsula-Sabah, Davao (Davao del Sur), dan General
Santos-Sulawesi Utara. Kawasan laut dalam proyek BIMP-EAGA terletak di laut Sulu (Filipina)-
Sulawesi (Indonesia) yang secara historis menjadi lokasi pusat perdagangan sebelum dikuasai oleh
bangsa kolonial (Lapian, 2004 dan Ulaen, 2015)

Bila dilacak pada dokumen sebelumnya, proyek-proyek di kawasan GSSR sebenarnya telah dimuat
dalam BIMP-EAGA Roadmap to Development 2006-2010. Proyek prioritas untuk memajukan
layanan jalur pelayaran di GSSR melalui sistem transportasi multi-modal, dan layanan pelayaran Ro-
Ro dan pelabuhan. Pada tahun 2005 telah tersedia rute Davao-Manado dengan pesawat Merpati.
Rute layanan transportasi yang telah tersedia sebelumnya tapi kemudian ditangguhkan yaitu (1)
untuk transportasi udara di antaranya Davao-Manado (pesawat Bouraq) dan Kota Kinabalu-
Manado (pesawat Malaysia Airlines), dan (2) untuk transportasi laut yaitu General Santos-Bitung.
Rute baru di GSSR yang diajukan sebagai proyek prioritas untuk rute udara di antaranya Tawau-
Balikpapan-Manado; dan untuk rute laut di antaranya Bitung (Sulawesi)-Kota Kinabulu-Bitung.
Dokumen Implementation Blueprint 2012-2016 BIMP-EAGA juga berisi tentang peningkatan
keterhubungan Manado-Bitung (perluasan pelabuhan Manado dan jalan tol Manado-Bitung)
sebagai proyek infrastruktur prioritas BIMP-EAGA 2012-2016. Proyek ini untuk menghubungkan
sub koridor Davao-General Santos (Filipina)-Sulawesi Utara (Indonesia).

Proyek infrastruktur di Manado dan Bitung yang berada di region BIMP + pada tabel di bawah ini.

Tabel 01 Proyek Pilihan di Manado dan Sekitarnya


Tipe Sektor Sub sektor Nama proyek
Proyek ke depan di BIMP+ (tingkat 3): Prioritas
Publik Logistik Pelabuhan/maritim Perluasan terminal pelabuhan Bitung
Proyek ke depan di BIMP+ (tingkat 3): Normal
Private Logistik Jalan/jembatan Jalan tol Manado-Bitung
Proyek ke depan di BIMP+ (tingkat 3): Normal
Private Logistik Jalan/jembatan Peningkatan dan pemeliharaan jalan Trans-Sulawesi
(prioritas 8): Kuwandang – Manado − Bitung (1399km)
Private Logistik Jalan/jembatan Peningkatan dan pemeliharaan jalan Trans-Sulawesi
(prioritas 9): Gorontalo – Bitung (893km)
Sumber: ERIA (2009)

Infrastruktur di Bitung dan sekitarnya yang direncanakan dibangun pada saat itu yaitu perluasan
terminal pelabuhan Bitung, jalan tol Manado-Bitung, jalan Kuwandang-Manado-Bitung (jalan
Trans-Sulawesi), dan jalan Gorontalo-Bitung (jalan Trans-Sulawesi). Melalui rute laut,
pembangunan pelabuhan Makasar-Surabaya, pelabuhan Manado-Surabaya dan pelabuhan Davao-
Manado agar terhubung dengan kapal. Misalnya, pelabuhan Davao-Manado dengan kapal Roll in-
Roll out (Ro-Ro). Namun dalam The Comprehensive Asia Development Plan 2.0 (ERIA, 2015),
dilakukan perubahan yang berfokus pada jalan tol Manado-Bitung dan pembangunan
pelabuhan Bitung.

Tabel 02 Proyek Infrastruktur di Bitung dan Sekitarnya


Sektor Kategori Nama proyek Region Tingkat
Jalan/ Jalan penghubung pusat industri, hub Jalan tol Manado- BIMP+ Tingkat 2
jembatan logistik, aglomerasi industri terdekat, Bitung
Penguatan jejaring dan koridor ekonomi
Pelabuhan/ Pembangunan pelabuhan Pembangunan BIMP+ Tingkat 2
maritim pelabuhan Bitung
Sumber: ERIA (2015)
Sebelumnya proyek di Bitung yang berada di region BIMP+ dengan status tingkat (deretan) 3 tapi
kemudian berubah menjadi tingkat 2. Sesuai status tingkat 2, maka proyek pendukung di suatu
negara/region ditujukan untuk ikut serta dalam jejaring produksi. Tingkat 1 dikategorikan proyek
yang melayani negara/region yang telah siap dalam jejaring produksi dan mulai membentuk
aglomerasi industri.

Proyek dalam BIMP-EAGA+ (Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia-The Philippines East ASEAN


Growth Area Plus) khususnya di Bitung yaitu: rute Ro-Ro baru sepanjang Davao-General Santos-
Bitung; perbaikan rute laut antara Surabaya dan Bitung; perluasan pelabuhan dan Bandar udara
untuk mencegah kemacetan (pelabuhan Makassar, pelabuhan Balikpapan, pelabuhan Bitung,
pelabuhan General Santos, pelabuhan Jakarta, pelabuhan Semarang, pelabuhan Surabaya,
pelabuhan Manila, Bandar udara Ninoy Aquino International dan Bandar udara Soekarno Hatta
International). Untuk BIMP-EAGA (Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia-The Philippines East
ASEAN Growth Area) proyek yang dilaksanakan yaitu rute Ro-Ro baru sepanjang Davao-General
Santos-Bitung; perbaikan rute laut antara Surabaya dan Bitung; dan perluasan pelabuhan untuk
mencegah kemacetan (pelabuhan Makassar, pelabuhan Balikpapan, pelabuhan Bitung dan
pelabuhan General Santos).

2. Dukungan Koridor Ekonomi dan Kawasan Ekonomi Khusus


Terdapat sejumlah kemudahan dan insentif yang diberikan dalam berusaha di dalam KEK.
Kemudahan dan insentif tersebut tertuang dalam peraturan perundang-undangan sehingga badan
usaha dijamin dan dilindungi dalam pelaksanaan usahanya. Setidaknya terdapat tiga aspek yang
dijamin dalam perencanaan dan pelaksanaan KEK yaitu (1) penyediaan lahan kawasan KEK, (2)
infrastruktur pendukung, dan (3) ekonomi.

Sebelum ditetapkan menjadi KEK Bitung oleh pemerintah pusat pada tanggal 16 Mei 2014, lokasi
seluas 534 ha telah dimasukkan dalam RTRW Provinsi Sulawesi Utara pada tanggal 17 Maret 2014
dan RTRW Kota Bitung pada tangggal 5 Desember 2013. Sebelumnya, aturan mengenai KEK juga
telah dibuat mengacu pada UU 39/2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus. Sejumlah aturan dibuat
dalam rangka penyediaan tanah untuk pembangunan. Misalnya, UU 2/2012 Tentang Pengadaan
Tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum, dan aturan turunannya dalam Peraturan
Presiden 148/2015. Bahkan dampak sosial akibat dari pengadaan tanah tersebut juga diatur dalam
Perpres 62/2018 Tentang Penanganan Dampak Sosial Kemasyarakatan dalam rangka Penyediaan
Tanah Untuk Pembangunan Nasional. Informasi harga tanah di KEK Bitung sebesar Rp 300.000 – Rp
1.000.000/m2 (USD 22,22-74).10

Sementara infrastruktur pendukung untuk aktivitas KEK Bitung yaitu pelabuhan perikanan Bitung,
Pelabuhan internasional Bitung, tol Manado-Bitung, Bandara Udara Sam Ratulangi, jalan nasional
Manado-Bitung dan Girian-Kema, pembangkit listrik Tanjung Merah, waduk Manembo-nembo dan
fasilitas pengolahan air Pinokalan. Untuk melancarkan pembangunan infastruktur dari segi
pembiayaan, maka dibentuk lembaga pembiayaan infrastruktur yaitu Pusat Investasi Pemerintah
(PII), PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI), PT Indonesia Infrastructure Finance (IIF), dan PT
Penjaminan Infrastruktur Indonesia (PII). Masing-masing perusahaan mempunyai sector prioritas
dalam rangka pembangunan infrastruktur. Semua perusahaan milik pemerintah kecuali PT IIF
dengan pemilikan saham PT SMI 30%, International Finance Corporation 19,99%, Asian
Development Bank 19,99%, Deutsche Investition und Entwicklungsgessellschaaft mbH 15,12%, dan
Sumitomo Mitsui Banking Corporation 14,90%. Skema pembiayaan yang digunakan yaitu Private-
Public Partnership.

10 Diakses di http://investinindonesia.uk/wp-content/uploads/2018/06/SEZ-LAND-PRICE.pdf pada tanggal 27 Mei 2019.


Kemudahan dan insentif dari aspek ekonomi diberikan kepada badan usaha yang berinvestasi di
KEK Bitung meliputi: pajak penghasilan, pajak barang mewah, kerangka bea cukai, cukai, daftar
barang negatif, pemberlakukan pembatasan impor dan ekspor, surat izin bisnis, pemilikan barang
luar di SEZ Turisme, pajak lokal dalam SEZ Turisme, ketenagakerjaan, imigrasi, sertifikat tanah, izin
mendirikan bangunan, izin lingkungan, penyediaan listrik, air, dan telekomunikasi, pengelolaan
limbah, akomodasi dan tempat tenaga kerja, pendirian perusahaan baru, dan pelayanan satu
atap.11

Dukungan pembentukan suatu koridor ekonomi beserta infrastrukturnya dilengkapi dengan


sejumlah kajian seputar pemetaan, potensi dan tantangannya. Misalnya, kajian Economic Research
Institute for ASEAN and East Asia (ERIA) pada tahun 2009 berjudul The Comprehensive Asia
Development Plan, dan pada tahun 2015 berjudul The Comprehensive Asia Development Plan 2.0
(CADP 2.0), Infrastructure for Connectivity and Innovation. Kajian ini selaras dengan Master Plan
Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia. Asian Development Bank (ADB) juga
melakukan serangkaian kajian seperti konektivitas ASEAN, BIMP-EAGA dan lainnya. Pada tahun
2013 ADB mengeluarkan kajian Regional and Subregional Program Links: mapping the links
between ASEAN and the GMS, BIMP-EAGA, and IMT-GT.12Sementara Jepang melalui Japan
International Cooperation Agency (JICA) memberikan dukungan di antaranya pada kajian Master
Plan on ASEAN Connectivity 2025 (MPAC 2025) yang konsep tersebut diadopsi sejak tahun 2010.
Kajian-kajian yang diselenggarakan oleh lembaga tersebut disertai dengan perencanaan proyek
infrastruktur yang dirancang untuk dibangun.

C. Pembentuan Ulang Kawasan Laut Sulawesi-Sulu


1. Kawasan Laut Sulawesi-Sulu dan Kerjasama Koridor Ekonomi
Pada level nasional (Indonesia), KEK Bitung berada dalam Koridor Ekonomi Sulawesi, yang
berdekatan dengan KEK Morotai di Koridor Ekonomi Papua-Kepulauan Maluku, KEK Maloy Batuta
Trans Kalimantan di Koridor Ekonomi Kalimantan, dan KEK Palu di Koridor Ekonomi Sulawesi. Pada
level Southeast Asia, KEK Bitung terhubung dengan Mindanao Development Corridors (MDC), dan
MDC dengan Sabah Development Corridor (SDC), yang berada di Greater Sulu Sulawesi Corridor
dalam kerjasama sub regional BIMP-EAGA di ASEAN. KEK Bitung, MDC dan SDC disatukan perairan
laut di kawasan laut Sulawesi dan laut Sulu dengan infrastruktur angkutan kapal antar pelabuhan.

Penciptaan kawasan perdagangan di perairan laut Sulawesi dan laut Sulu antar beberapa negara
memiliki akar historis yang panjang. Pada saat ini kawasan perdagangan di kawasan tersebut
melalui kerjasama regional ASEAN dan sub regional BIMP-EAGA melalui pembentukan ragam
koridor ekonomi. Pada abad 14 dan 15 kawasan laut Sulawesi-Sulu menjadi ruang jejaring Melayu
bagi pelaut-peniaga Melayu (Ulaen, 2015) dan disebut sebagai Kawasan Sulu (Sulu Zone) yang
menjadi “great connector” dalam perdagangan pada pertengahan abad 18 dan 19 (Warren, 1979
dan Warren, 1997). Perdagangan telah menciptakan kawasan tersebut dengan ragam komoditas
yang berasal dari laut dan hutan, yaitu (1) tripang, sarang burung, mutiara, lilin dan kapur barus,
dan (2) teh, tekstil, senjata, porselin dan opium. Laut Sulawesi-Sulu juga disinggahi dalam
pelayaran perdagangan rempah-rempah pada abad 14 hingga pertengahan abad 16 melalui rute

11 Diakses di http://investinindonesia.uk/wp-content/uploads/2018/06/ilovepdf_merged-13.pdf pada tanggal 27 Mei


2019.
12 ADB mendukung BIMP-EAGA dengan sejumlah projek dan bantuan teknis. Misalnya, ADB TA 7718-REG: Promoting

Links and Improving Coordination Among the Greater Mekong Subregion (GMS), the Brunei Darussalam–Indonesia–
Malaysia–Philippines East ASEAN Growth Area (BIMP-EAGA), the Indonesia–Malaysia–Thailand Growth Triangle(IMT-
GT), and the Association of Southeast Asian Nations (ASEAN), dan ADB TA Report Project Number: 39553, November
2006, Enhancement of Subregional Cooperation in BIMP-EAGA and IMT-GT (Cofinanced by the Government of the
People’s Republic of China).
Jawa dan rute Borneo untuk sampai ke Maluku Utara sebagai salah satu titik terminal bagian timur
dalam perdagangan intra-Asia ke Indonesia (Ptak, 1992).

Pada masa Kerajaan Sulu kawasan laut Sulawesi-Sulu membentuk ekonomi kapitalis dunia yang
menghubungkan Sulu, Borneo, Sulawesi, Maluku dengan Cina dan Eropa. Sebagai konsekuensi dari
peningkatan perdagangan tersebut, maka dibutuhkan pekerja/buruh yang seringkali diperoleh dari
perbudakan (Warren, 2003) agar mampu memperoleh dan melipatgandakan keuntungan dari
komoditas yang dipertukarkan. Namun pengaruh kerajaan Sulu dan kerajaan lain di kawasan ini
secara perlahan tenggelam bersamaan dengan kedatangan dan peningkatan pengaruh bangsa
kolonial dalam perdagangan dan di luar perdagangan.13 Kekuasaan kolonial yang mencengkeram
juga berakhir pada saat negara-negara di kawasan ini memperjuangkan dan memperoleh
kemerdekaannya. Kawasan laut Sulawesi dan laut Sulu saat ini terbagi dalam tiga negara berbeda
yang berdaulat yaitu Indonesia, Filipina, dan Malaysia.

Di awal periode kemerdekaan negara-negara ini hingga pembentukan koridor ekonomi, kawasan
Sulawesi-Sulu menjadi kawasan perbatasan dan pinggiran. Wilayah perbatasan dan “wilayah
pinggiran” cenderung kurang diurus dan diperhatikan secara serius daripada “wilayah inti”. Namun
wilayah pinggiran terkadang menjadi wilayah perebutan klaim daratan dan lautan antar pihak
negara sebelum dibuat perjanjian antar negara. Dengan keunggulan geografis dan sumber agraria
Kota Bitung dan kawasan sekitarnya saat ini, wilayah perbatasan dan “wilayah pinggiran” ini
kemudian dibentuk ulang dengan infrastruktur agar terkoneksi baik barang, manusia dan jasa di
antara tiga negara dan negara lainnya.

2. Krisis Laut Sulawesi-Sulu dan Komoditas Perikanan Tuna


Pada masa kini laut Sulawesi-Sulu mengalami krisis yang berakar pada aneka persoalan. Persoalan
terdiri atas aturan hukum yang lemah dan berbagai aktivitas maritim terlarang yang menciptakan
lingkaran setan (Amling et al, 2019). Aturan hukum yang lemah mencakup korupsi dan jarak yang
jauh dari ibu kota sedangkan berbagai aktivitas maritim terlarang yaitu trafficking margasatwa,
obat terlarang, dan senjata; illegal, unregulated and unreported (IUU) fishing dan over-fishing;
migrasi tidak teratur dan perdagangan orang; dan pembajakan, perampokan bersenjata, dan
penculikan untuk menuntut tebusan. Di kawasan laut Sulawesi khususnya Indonesia, penangkapan
ikan yang mengandung unsur IUU fishing dan over-fishing muncul secara masif sekalipun kemudian
mengalami penurunan belakangan ini. Hal itu ditandai dengan penegakan hukum melalui
penangkapan dan penenggelaman kapal bagi pelanggaran IUU fishing di laut Sulawesi.

Seperti diketahui bahwa laut Sulawesi terletak di Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) 716 di
Negara Republik Indonesia (NRI). Keberadaan Kota Bitung tidak hanya berdekatan dengan WPP
716 tapi juga WPP 715. Lokasi ini termasuk kawasan Coral Triangle Initiatives (CTI) dalam
konservasi keaneragaman hayati, dan wilayah pengelolaan The Western and Central Pacific
Fisheries Commission (WCPFC) dalam perikanan tuna. WPP NRI 715 dan WPP NRI 715 terletak di
beberapa perairan dan provinsi di Indonesia.

Tabel 03 Lokasi, Potensi dan Tangkapan Dominan WPP 716 dan WPP 715
No Wilayah Lokasi Provinsi Estimasi Potensi SDI Utama Tangkapan
Pengelolaan dominan
Perikanan
1 WPP-NRI 716 Perairan Laut Kalimantan Timur, 1. Ikan pelagis kecil; 2. Ikan Cakalang, Layang,
Sulawesi dan Kalimantan Utara, pelagis besar; 3. Ikan Madidihang,

13 Wilayah ini secara cepat atau lambat mendapatkan pengaruh kuat dari Inggris dan Amerika di Filipina; Spanyol, dan
Inggris di Borneo; Spanyol dan Belanda di Sulawesi; dan Portugis, Spanyol, dan Belanda di Maluku.
Luas 851.093,5 Sebelah Utara Gorontalo, demersal; 4. Ikan karang; Tongkol abu-abu,
km2 Pulau Sulawesi Utara, 5. Udang penaeid; 6. dan Teri
Halmahera Sulawesi Tengah Lobster; 7. Kepiting; 8.
Laut Dalam (> dan Maluku Utara Rajungan; dan 9. Cumi-
200 m) cumi.

2 WPP-NRI 715 Perairan Teluk Sulawesi Utara, 1. Ikan pelagis kecil; 2. Ikan Cakalang, Layang,
Laut Dalam (> Tomini, Laut Gorontalo, pelagis besar; 3. Ikan Madidihang, Teri,
200 m) Maluku, Laut Sulawesi Tengah, demersal; 4. Ikan karang; dan Selar
Halmahera, Maluku, Maluku 5. Udang penaeid; 6.
Laut Seram, Utara, dan Papua Lobster; 7. Kepiting; 8.
dan Teluk Barat Rajungan; dan 9. Cumi-
Berau cumi.
Sumber: Kepmen KP No 83/KEPMEN-KP/2016 Tentang RPP WPP NRI 716 dan Kepmen KP No
82/KEPMEN-KP/2016 Tentang RPP WPP NRI 715

Misalnya, WPP 716 berada di Perairan Laut Sulawesi dan Sebelah Utara Pulau Halmahera di 6
provinsi yaitu: Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Gorontalo, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah
dan Maluku Utara. Posisi WPP 716 berbatasan dengan: Kepulauan Sulu, Laut Sulu, dan Pulau
Mindanao (Filipina) di utara; di timur berbatasan dengan rantai Kepulauan Sangihe; di selatan
berbatasan dengan Pulau Sulawesi; dan di barat dibatasi pulau Kalimantan (Indonesia dan Malaysia
Timur).

Dari segi estimasi potensi Sumber Daya Ikan (SDI) utama di WPP 716 dan 715 yaitu Ikan pelagis
kecil, Ikan pelagis besar, Ikan demersal, Ikan karang,14 Udang penaeid, Lobster, Kepiting, Rajungan
dan Cumi-cumi. Dari estimasi tersebut tangkapan dominan di antaranya Cakalang (skipjack tuna),
Madidihang (yellowfin tuna), dan Tongkol (neritic tuna). Selama ini Kota Bitung dikenal dengan
Kota Cakalang. Sebab potensi perikanan tuna relatif berlimpah di Bitung yang diperoleh dari laut
Sulawesi dan sekitarnya. Perairan Bitung di laut Sulawesi dikenal dengan lumbung tuna Indonesia
dan Asia Pasifik.

Tabel 04 Estimasi Potensi, Jumlah Tangkapan yang Diperbolehkan dan Tingkat Pemanfaatan
Sumber Daya Ikan di WPP 716 dan WPP 715
WPP NRI Ikan Ikan Ikan Ikan Udang Lobs- Kepi- Raju- Cumi- Jumlah
Pelagis Pelagis Demersal Karang Penaeid ter ting ngan cumi
Kecil Besar
WPP- Potensi (ton) 332.635 181.491 36.142 34.440 7.945 894 2.196 294 1.103 597.139
NRI JTB (ton) 266.108 145.193 28.914 27.552 6.356 715 1.756 235 883 -
716
Tingkat 0,48 0,63 0,45 1,45 0,50 0,75 0,38 0,50 1,42 -
pemanfaatan15
WPP- Potensi (ton) 555.982 31.659 325.080 310.866 6.436 846 891 495 10.272 1.242.526
NRI JTB (ton) 444.786 25.327 260.064 248.693 5.149 677 712 396 8.217 -
715 Tingkat 0,88 0,97 0,22 0,34 0,78 1,32 1,19 0,98 1,86 -
pemanfaatan
Sumber: Kepmen KP 50/KEPMEN-KP/2017

14
Ikan pelagis kecil di antaranya: Ikan layang, ikan teri, ikan selar, ikan kembung, dan ikan tembang. Ikan pelagis besar di
antaranya: ikan cakalang (skipjack tuna), ikan tongkol (neritic tuna), ikan madidihang (yellowfin tuna), dan ikan tuna
mata besar (big eye tuna). Ikan karang di antaranya: ikan ekor kuning dan jenis-jenis ikan kerapu. Ikan demersal di
antaranya: ikan kakap merah, ikan kuwe, ikan kakap putih, ikan manyung, ikan sebelah, ikan bawal putih, ikan lencam,
ikan kuniran, dan ikan layur.
15 Keterangan: E < 0,5 = Moderate, upaya penangkapan dapat ditambah; 0,5 ≤ E < 1 = Fully-exploited, upaya penangkapan

dipertahankan dengan monitor ketat; dan E ≥ 1 = Over-exploited, upaya penangkapan harus dikurangi.
Secara keselurahan pada tahun 2017 potensi di WPP 716 sebesar 597.139 ton dan di WPP 715
sebanyak 1.242.526 ton. Namun tingkat pemanfaatan Ikan pelagis besar di WPP 716 dan WPP 715
berada pada fully-exploited. Bitung sebagai Kota Cakalang masih dapat mengambil dan
memanfaatkan ikan tuna atau ikan pelagis besar di WPP 716 dan 715 namun dengan pengetatan
monitoring. Bila dibandingkan dengan tahun 2011, ikan cakalang dimanfaatkan secara moderate,
ikan madidihang fully-exploited, dan ikan mata besar over-expoited di WPP 716 dan 715.
Sementara itu, pada tahun 2017 di WPP 716 hanya ikan pelagis kecil dan ikan demersal yang
dimanfaatkan secara moderate; dan ikan karang dan cumi-cumi yang over-exploited. Pemanfaatan
over-exploited di WPP 715 berupa lobster, kepiting dan cumi-cumi. Untuk Ikan demersal dan ikan
karang dimanfaatkan secara moderate sehingga masih bisa ditingkatkan pemanfaatannya.

Eksploitasi dalam pemanfaatan ikan yang melewati batas optimal berdampak serius pada hasil
tangkapan ikan di laut Sulawesi. Dampak itu di antaranya hasil tangkapan ikan mengalami
penurunan dari segi jumlahnya, dan dari segi ukuran ikan hasil tangkapan. Penangkapan ikan
dengan alat tangkap yang merusak juga dapat mengurangi jumlah ikan, dan merusak eksositem
laut. Kondisi seperti ini tidak dapat dilepaskan dari kebutuhan ikan untuk industri tuna di Bitung
dan General Santos (Gensan), dan penangkapan ikan secara ilegal di laut Sulawesi.16 Sebab di
seberang Kota Bitung yang disebut Kota Cakalang, terdapat Pulau Mindanao yang dikenal sebagai
“Tuna Capital of the Phillipines”.

Di Indonesia pada tahun 2017, Jumlah Tangkapan yang diperbolehkan (JTB) di WPP 716 untuk ikan
pelagis besar sebanyak 145.193 ton/tahun dengan potensi ikan 181.491 ton. Kenyataannya,
produksi ikan cakalang, tongkol dan tuna di WPP 716 yang mencakup enam provinsi telah
mencapai sebesar 277.357.188 Kg.

Tabel 05 Jumlah Produksi Perikanan Cakalang, Tongkol dan Tuna di WPP 716 Tahun 2017
Jumlah Produksi (Kg)
No Provinsi Jumlah
Cakalang Tongkol Tuna
1 Kalimantan Timur 7.132.361 1.920.867 3.967.471 13.020.699
2 Kalimantan Utara 109 21 0 130
3 Gorontalo 51.391.484 8.949.560 23.543.460 83.884.504
4 Sulawesi Utara 46.419.709 4.133.300 12.762.507 63.315.516
5 Sulawesi Tengah 50.481.066 937 10.371.450 60.853.453
6 Maluku Utara 25.589.859 6.133.286 24.559.740 56.282.885
Jumlah 181.014.588 21.137.971 75.204.628 277.357.188
Sumber: KKP (2018)

Data di atas menunjukkan bahwa produksi ikan cakalang lebih besar daripada tuna dan tongkol.
Provinsi Sulawesi Utara nomer dua setelah Gorontalo dalam produksi cakalang, tongkol dan tuna.

Berdasarkan data BPS Sulawesi Utara (2018) produksi perikanan tangkap di Sulawesi Utara pada
tahun 2016 sebesar 302.798,40 ton, dan naik menjadi 393.448,13 ton pada tahun 2017 dengan
nilai Rp 12.402.856.099. Dari jumlah produksi perikanan pada tahun 2017, komoditas Cakalang
sebesar 46.419.709 ton, Tongkol sebanyak 4.133.300 ton, dan Tuna sebanyak 12.762.507 ton.

16 "Di Laut, Ada Uang Besar Menanti," Katadata News, Senin 3/4/2017, 17.03 WIB, diakses di
https://katadata.co.id/berita/2017/04/03/di-laut-ada-uang-besar-menanti pada tanggal 4/5/2019, dan “Jalur Gemuk
Poros Bitung-Gensan”, Katadata News, Senin 3/4/2017, 16.32 WIB, diakses di
https://katadata.co.id/berita/2017/04/03/jalur-gemuk-poros-bitung-gensan pada tanggal 4/5/2019.
Tabel 06 Produksi Perikanan Tangkap Laut Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi
Sulawesi Utara (ton), 2016 dan 2017
Perikanan Laut
No Kabupaten/ Kota
2016 2017
1 Bolaang Mongondow 21 690,50 21 089,33
2 Minahasa 13 089,80 18 618,82
3 Kepulauan Sangihe 29 186,10 31 123,22
4 Kepulauan Talaud 14 649,80 13 224,30
5 Minahasa Selatan 16 000,60 18 256,40
6 Minahasa Utara 36 634,40 48 849,34
7 Bolaang Mongondow Utara 12 823,70 14 204,50
8 Kepulauan Sitaro 13 977,50 14 992,73
9 Minahasa Tenggara 40 758,50 49 001,99
10 Bolaang Mongondow Selatan 8 242,00 8 408,99
11 Bolaang Mongondow Timur 6 223,90 7 327,08
12 Kota Manado 33 354,20 49 481,16
13 Kota Bitung 56 167,40 98 870,27
14 Kota Tomohon 0 0
15 Kota Kotamobagu 0 0
Sulawesi Utara 302 798,40 393 448,13
Sumber: BPS Sulawesi Utara (2018)

Dari produksi perikanan di atas, Kota Bitung menyumbang sebanyak 56.167,40 ton pada tahun
2016 dan 98.870,27 ton pada tahun 2017. Produksi ikan terbanyak setelah Kota Bitung ditempati
oleh Kabupaten Minahasa Tenggara, dan Minahasa Utara. Kabupaten Minahasa Tenggara pada
tahun 2016 dan 2017 masing-masing sebanyak 40.758,50 ton pada tahun dan 49.001,99 ton. Dari
segi jumlah rumah tangga/perusahaan perikanan tangkap tercatat di Sulawesi Utara sebanyak
20.011 pada tahun 2016 dan 2017 (BPS Sulawesi Utara, 2018). Kota Bitung, Kabupaten Minahasa
Utara, dan Kabupaten Kepulauan Sitaro masing-masing secara berurutan sebanyak 2.407, 2.317,
dan 2.202 untuk rumah tangga/perusahan perikanan tangkap.

Sejak tahun 2014 hingga 2017 volume dan nilai ekspor cakalang, tongkol dan tuna (CTT) bukan
olahan mengalami fluktuasi yaitu berturut-turut sebesar 101.111 ton (USD 210.341 ribu), 77.465
ton (USD 148.356 ribu), 56.853 ton (USD 140.513 ribu), dan 106.850 ton (USD 207.548 ribu).
Produk olahan cakalang, tongkol dan tuna diekspor dengan volume dan nilai sepanjang 2014-2017
berturut-turut sebagai berikut: 105.450 ton (USD 482.106 ribu), 94.828 ton (USD 435.232 ribu),
89.048 ton (USD 425.649 ribu), dan 96.594 ton (USD 470.352 ribu).17 Pada tahun 2016 Indonesia
menempati urutan ke-7 sebagai eksportir CTT, yang urutan pertama ditempati Thailand. Negara
tujuan utama ekspor CTT di antaranya adalah Uni Eropa, Jepang dan Amerika Serikat. Sementara
eksportir perikanan di Sulawesi Utara khususnya tuna diperkirakan sebanyak 37 perusahaan.18

Dengan perkiraan masifnya kegiatan IUU fishing, mulai tahun 2014 Indonesia melakukan
moratorium penggunaan kapal eks asing dan asing dalam penangkapan ikan, dan larangan
transshipment (alih muatan) ikan di tengah laut Indonesia. Keduanya diatur dalam Peraturan

17 Diakses di https://kkp.go.id/djpdspkp/artikel/2746-ekspor-tuna-cakalang-tongkol-indonesia-6-tahun-terakhir-2012-
2017-kondisi-dan-harapan pada tanggal 14/6/2019.
18 Diakses di https://infoproduk.kkp.go.id/company//?provinsi_id=24&export=print pada tanggal 4/5/2019.
Menteri Kelautan dan Perikanan 56/PERMEN-KP/2014 dan Peraturan Menteri Kelautan dan
Perikanan 57/PERMEN-KP/2014. Sebab keduanya diduga sebagai penyebab kerugian negara
Indonesia, dan minimnya produksi ikan di Indonesia. Sebagai konsekuensi dari larangan itu, dan
kenekatan nelayan Filipina dalam menangkap ikan di perairan laut Sulawesi, Indonesia, maka
beberapa kapal beserta anak buah kapal (nelayan) Filipina ditangkap.19 Kapal yang ditangkap
sebagian besar diledakkan dan ditenggelamkan, dan anak buah kapal diadili, dan ditahan.

Aturan larangan alih muat, penggunaan kapal eks asing dan asing, dan pemberantasan IUU fishing
di laut Indonesia beriringan dengan tren perlambatan penurunan produksi perikanan tuna di
Gensan sekalipun tren itu dimulai sejak tahun 2000-an. Bahkan penurunan produksi perikanan
memunculkan ancaman penutupan industri tuna di Gensan.20 Namun perlambatan produksi
perikanan tuna tersebut perlahan kembali bangkit. Sejauh ini sebagian tangkapan tuna yang masuk
dalam industri tuna di Filipina diperkirakan berasal dari tangkapan ikan illegal di laut Indonesia.

Daftar Rujukan
Amling Al, Bell C, Salleh A, Benson J, Duncan S. 2019. Stable Seas: Sulu and Celebes Seas. One Earth
Future. Accessed at http://dx.doi.org/OEF.2019.034.
ASEAN Secretariat. 2016. Master Plan on ASEAN Connectivity 2025. Jakarta: ASEAN Secretariat.
Asian Development Bank (ADB). 2013. Regional and Subregional Program Links: mapping the links
between ASEAN and the GMS, BIMP-EAGA, and IMT-GT Mandaluyong City. Philippines: Asian
Development Bank.
Badan Pusat Statistik (BPS) Sulawesi Utara. 2018. Statistik Pertanian Sulawesi Utara 2017. Manado:
BPS Sulawesi Utara.
Badan Pusat Statistik (BPS). 2017. Statistik Daerah Provinsi Sulawesi Utara 2017. Sulawesi Utara:
BPS.
Badan Pusat Statistik (BPS). 2018. Statistik Daerah Kota Bitung 2018. Bitung: BPS.
Badan Pusat Statistik. 2017. Master File Desa Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2017. Sulawesi Utara:
BPS Provinsi Sulawesi Utara.
BIMP-EAGA Roadmap to Development 2006-2010. Diakses di
https://www.adb.org/sites/default/files/related/19736/bimp-eaga-roadmap-development-
2006-2010.pdf pada tanggal 2 Mei 2019.
Economic Research Institute for ASEAN and East Asia (ERIA). 2009. The Comprehensive Asia
Development Plan.
Economic Research Institute for ASEAN and East Asia (ERIA). 2015. The Comprehensive Asia
Development Plan 2.0 (CADP 2.0), Infrastructure for Connectivity and Innovation. ERIA
Research Project Report 2014, No.4.
Implementation Blueprint 2012–2016 BIMP-EAGA. Diakses di
http://www.bigconnectivity.org/beta/sites/default/files/2017-03/BIMP-
EAGA_ImplementationBlueprint.pdf pada tanggal 2 Mei 2019.
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian (Kemenko Perekonomian). 2011. Masterplan
Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia. Jakarta: Kemenko
Perekonomian.
Kementerian Perikanan dan Kelautan (KKP). 2018. Buku Satu Data Produksi Kelautan dan Perikanan
Tahun 2017. Jakarta: KKP.

19 Satu Wajah, Dua Warga Negara, Katadata News, Jum'at 31/3/2017, 15.51 WIB diakses di
https://katadata.co.id/berita/2017/03/31/satu-wajah-dua-warga-negara pada 4/5/2019.
20 Pabrik pengalengan tuna di Filipina sebanyak enam buah di Gensan, dan 2 buah sisanya di Zamboanga. Perusahaan di

Filipina yang terancam ditutup dan tidak beroperasi di antaranya RD Tuna Ventures, Inc.; San Andres Fishing Industries,
Inc.; Santa Monica Inc.; Pamalario, Inc.; Starcky Ventures, Inc.; Virgo, Inc.; dan Kemball Inc. dalam Jalur Gemuk Poros
Bitung-Gensan, Katadata News Senin 3/4/2017, 16.32 WIB, diakses di https://katadata.co.id/berita/2017/04/03/jalur-
gemuk-poros-bitung-gensan pada 4/5/2019.
Lapian AB. 2004. Laut Sulawesi: The Celebes sea, from center to peripheries, Moussons [Online], 7,
2004. DOI: 10.4000/moussons.2445.
Ptak R. 1992. The northern trade route to the spice islands: south China sea - Sulu zone - north
Moluccas (14th to early 16th century), Archipel, volume 43, 1992. pp. 27-56. DOI:
https://doi.org/10.3406/arch.1992.2804.
Ulaen AJ. 2015. Miangas dalam dinamika wilayah perbatasan bahari, Jejak Nusantara, Vol. 03
Agustus 2015.
Warren JF. 1979. The Sulu zone: commerce and the evolution of a multi-ethnic polity, 1768-1898,
Archipel. Volume 18, pp. 223-229. DOI: 10.3406/arch.1979.1512.
Warren JF. 1997. The Sulu zone, the world capitalist economy and the historical imagination:
problematizing global-local interconnections and interdependencies, Southeast Asian
Studies, Vol. 35, No.2, September 1997.
Warren JF. 2003. The structure of slavery in the Sulu zone in the late eighteenth and nineteenth
centuries, Slavery & Abolition: A Journal of Slave and Post-Slave Studies, 24:2, 111-128, DOI:
10.1080/01440390308559159.

Link Berita
Di Laut, Ada Uang Besar Menanti, Katadata News, Senin 3/4/2017, 17.03 WIB, diakses di
https://katadata.co.id/berita/2017/04/03/di-laut-ada-uang-besar-menanti pada 4/5/2019.
Ekspor Tuna Cakalang Tongkol Indonesia, diakses di https://kkp.go.id/djpdspkp/artikel/2746-
ekspor-tuna-cakalang-tongkol-indonesia-6-tahun-terakhir-2012-2017-kondisi-dan-harapan
pada tanggal 14/6/2019.
Info Produk Perusahaan di Sulawesi Utara, diakses di
https://infoproduk.kkp.go.id/company//?provinsi_id=24&export=print pada tanggal
4/5/2019.
Investasi ke KEK Bitung Tembus Triliunan Rupiah, diakses di
https://www.cendananews.com/2018/12/investasi-ke-kek-bitung-tembus-triliunan-
rupiah.html pada tanggal 2 April 2019.
Jalur Gemuk Poros Bitung-Gensan, Katadata News, Senin 3/4/2017, 16.32 WIB, diakses di
https://katadata.co.id/berita/2017/04/03/jalur-gemuk-poros-bitung-gensan pada 4/5/2019.
Kapet Manado-Bitung, diakses di http://kapet.somee.com/page/KAPET-MANADO-BITUNG.aspx
pada tanggal 3 April 2019.
Kawasan Ekonomi Khusus dan Harga Lahan KEK Bitung, diakses di http://investinindonesia.uk/wp-
content/uploads/2018/06/SEZ-LAND-PRICE.pdf pada tanggal 27 Mei 2019.
Kawasan Ekonomi Khusus, diakses di http://investinindonesia.uk/projects/ pada tanggal 27 Mei
2019.
Kawasan Ekonomi Khusus, diakses di http://investinindonesia.uk/wp-
content/uploads/2018/06/ilovepdf_merged-13.pdf pada tanggal 27 Mei 2019.
Satu Wajah, Dua Warga Negara, Katadata News, Jum'at 31/3/2017, 15.51 WIB diakses di
https://katadata.co.id/berita/2017/03/31/satu-wajah-dua-warga-negara pada tanggal
4/5/2019.

Anda mungkin juga menyukai