Anda di halaman 1dari 19

Menakar Paradiplomasi Batam dalam Lingkup Free

Trade Zone melalui Analisis Isi Regulasi

Rizqi Apriani Putri


Hubungan Internasional Program Magister
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Email: rizqiaprianiputri@gmail.com

Abstrak
Batam merupakan salah satu daerah di Kepulauan Riau. Berdasarkan letak
geografis, Batam berbatasan langsung dengan negara tetangga yaitu Malaysia
dan Sngapura yang memiliki keistimewaan sendiri dibandingkan daerah
sekitarnya, dan dilewati oleh jalur perdagangan Internasional. Sehingga,
Batam dijadikan salah satu daerah Free Trade Zone (FTZ) untuk investasi
asing dan berdaya saing tinggi. Konsep dari FTZ ini berfokus terhadap
sektor ekspor industri, membuka lapangan pekerjaan dan mengembangkan
industri lokal. Penelitian ini menggunakan teori liberalisme, teori efektivitas,
dan paradiplomasi. Artikel ini bertujuan untuk menentukan efektivitas dari
pemerintahan Free Trade Zone (FTZ) paradiplomasi di daerah Batam. Metode
penelitian kombinasi, metode kuantitatif digunakan dalam pengkodean untuk
mendeteksi dalam konten analisis dan metode kualitatif, library research
seperti buku, artikel, jurnal, peraturan. Hasil penelitian, kebijakan baru
pemerintah Indonesia dari sentalisasi menjadi desentralisasi. Pemerintah
pusat memberikan kewenangan pemerintah daerah untuk mengelola
wilayah sendiri salah satunya Batam. Peraturan Pemerintah Nomor 5 tahun
2011 tentang area bebas dan Pelabuhan Bebas Batam untuk zona bebas
perdagangan (FTZ) daerah Batam. FTZ Batam berlaku 70 Tahun. Namun,
beberapa peraturan yang mengatur FTZ di Batam masih terjadi dalam
ketidakkonsistenan dilihat dari beberapa indikator yang diteliti.

Kata Kunci: Free Trade Zone (FTZ), Regulasi, Pemerintah, Paradiplomasi,


Efektivitas

Islamic World and Politics


Vol. 3. No. 2, December 2019 ISSN: 2614-0535, E-ISSN: 2655-1330
Islamic World and Politics
652
Vol. 3. No. 2, December 2019

Abstract
Batam is one of the areas in Riau Islands. Based on geographical, Batam directly
borders on neighboring country such as Malaysia and Singapore with its own
privileges compared to the surrounding area, and passed by international
trade. Therefore, Batam is one of the Free Trade Zone (FTZ) areas for foreign
investment and highly competitive. The concept of the FTZ focuses on the sector
exports industry, open jobs and developing local industry. The research used
theories of liberalism, effectiveness theory, and paradiplomacy. This article
aims to determine the effectiveness of the governance of Free Trade Zone (FTZ)
paradiplomacy in Batam area. The method used is quantitative research using
a coding for detect in the analysis content and qualitative for library research
such as books, articles, journals, and regulations. The research result is the
Indonesian government’s new policy of centralization into decentralization
where the central government gives regional authority to manage its own area,
one of them is Batam. Government regulation number 5 year 2011 about free
area and Batam free port for Free Trade Zone (FTZ) Batam. FTZ Batam valid
for 70 years. However, some of the regulations governing FTZ in Batam still
occur in the inconsistencies seen from some of the indicators studied.

Keywords: Free Trade Zone (FTZ), Regulations, Government, Paradiplomacy,


Effectiveness

Pendahuluan berada di Tanjungpinang. Provinsi


Terbentuknya Provinsi Kepu­ ini terletak pada jalur lalu lintas
lauan Riau (Kepri) berdasarkan transportasi laut dan udara yang
Undang-Undang Nomor 25 Tahun strategis dan terpadat pada tingkat
2002, dengan lingkup daerah Ko­ internasional serta memiliki peluang
ta Tanjungpinang, Kota Batam, besar di pasar internasional. Secara
Kabupaten Bintan, Kabupaten geografis, Provinsi Kepulauan Riau
Karimun, Kabupaten Natuna, Ka­ berdekatan dengan Singapura dan
bupaten Kepulauan Anambas dan Malaysia. (Kepri, 2014).
Kabupaten Lingga serta menjadi­ Sejak tahun 1986, Batam di­
kannya sebagai Provinsi ke 32 di jadikan kawasan berikat dengan
Indonesia. Dengan Ibukota provinsi fasilitas ekspor manufaktur sehing­
Rizqi Apriani Putri
Menakar Paradiplomasi Batam dalam Lingkup Free Trade Zone
653

ga menjadikan Batam sebagai menetapkan Dewan Kawasan


pusat pertumbuhan. Pada tahun Perdagangan Bebas dan Pelabuhan
2007, Batam, Bintan, dan Karimun Bebas di ketiga wilayah tersebut
dijadikan sebagai Free Trade yang diterbitkan pada tanggal 7 Mei
Zone. Akan tetapi pada tahun 2008. Namun demikian, karena tiga
2009, penetapan Batam, Bintan, Peraturan Pemerintah di atas harus
dan Karimun baru selesai (Umar dilengkapi dengan Keputusan-
Juoro, dkk, 2013, p. 1). Pemilihan Keputusan Menteri terkait, maka
Batam, Bintan, dan Karimun (BBK) secara efektif implementasi FTZ
sebagai pilot project pelaksanaan dikawasan Batam, Bintan dan
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Karimun terhitung mulai pada
telah mendorong provinsi lainnya tanggal 1 April 2009. (Syarif Hidayat
untuk mengajukan usul kepada dkk, 2010, pp. 3-4).
pemerintah agar di daerahnya Berdasarkan letak geografis,
dapat juga dibentuk KEK. Namun kawasan BBK berada pada posisi
demikian, guna mempercepat kerja jalur perdagangan internasional
sama ekonomi antara Indonesia dan berdekatan dengan Singapura
dan Singapura, pemerintah dan Malaysia sehingga hal ini
telah menetapkan Batam, Bintan dapat mempermudah masuknya
dan Karimun sebagai kawasan investor asing ke Indonesia melalui
perdagangan bebas dan pelabuhan kawasan BBK. Apalagi, jika
bebas (free trade zone/FTZ) melalui didukung dengan infrastruktur
Peraturan Pemerintah Nomor yang berkesinambungan dan
46 Tahun 2007 untuk Kawasan memadai sehingga dapat bersaing
Perdagangan Bebas dan Pelabuhan dengan negara-negara yang lebih
Bebas Batam, Peraturan Pemerintah maju dan bernilai daya saing
Nomor 47 Tahun 2007 untuk tinggi (Bambang Hendrawan dan
Kawasan Perdagangan Bebas dan Rahmat Hidayat, 2012, pp. 5-7).
Pelabuhan Bebas Bintan, Peraturan Batam diberikan kekhususan oleh
Pemerintah Nomor 48 Tahun 2007 pemerintah tentang kepabeanan,
untuk Kawasan Perdagangan Bebas pajak, dan peraturan lain yang dapat
dan Pelabuhan Bebas Karimun meningkatkan perekonomian.
yang diterbitkan pada tanggal 20 Sebagian besar yang bertujuan
Agustus 2007 diberikan selama melakukan ekspor di Batam
70 tahun. Selanjutnya melalui merupakan perusahaan asing.
Keputusan Presiden juga telah Misalnya, Singapura yang memiliki
Islamic World and Politics
654
Vol. 3. No. 2, December 2019

keterbatasan lahan, sehingga regulasi terkait FTZ di Batam yang


menjadikan Batam serta didaerah mana pada pelaksanaannya dimulai
sekitarnya pilihan untuk melakukan pada tahun 2007 sampai sekarang
perdagangan Inetrnasional seperti dengan berdasarkan Peraturan
kegiatan ekspor impor serta Pemerintah Nomor 5 Tahun 2011
berinvestasi. (Indra Pahlawan, p. 2) perubahan atas peraturan peme­
Para perangkat birokrasi lokal rintah Nomor 46 Tahun 2007 tentang
(pemerintah daerah) merupakan Kawasan Bebas dan Pelabuhan
stakeholder dalam pelaksanaan Bebas Batam kawasan perdagangan
otonomi daerah. Termasuk dalam bebas dan pelabuhan bebas Batam
menangani masuknya investor asing yang meliputi wilayah Pulau Batam,
di daerah. Mereka pula yang akan Pulau Tonton, Pulau Nipah, Pulau
menjadi “gerbang utama” dalam rempang, Pulau Galang, Pulau
upaya memanfaatkan peluang ekspor Galang Baru dan Pulau Setokok.
bagi daerah. Peran pemerintah Dan setelah perubahan bertambah
daerah dalam pengelolaan investasi menjadi pulau Janda Hias dan gu­
asing. Salah satunya masuknya gusannya. FTZ di Batam berlaku 70
badan-badan pengelola investasi tahun sejak peraturan ini dibuat.
dengan pembagian kerja yang jelas.
Tujuannya adalah agar pemerintah Metode Penelitian
daerah memiliki kapasitas dan Penelitian ini menggunakan
keleluasaan mengelola kegiatan metode kombinasi (mix method).
investasi tanpa terlampau banyak Metode kombinasi adalah teknik
campur tangan pemerintah pu­ pengumpulan data dan analisis
sat. Kondisi lain adalah bahwa pe­ data melalui proses pencampuran
merintah daerah harus memiliki yaitu kualitatif dan kuantitatif. Mix
kemampuan yang tinggi untuk method digunakan secara bersamaan
mencari dan mengelola investasi dalam proses penelitian. Di dalam
asing bagi pembangunan daerahnya. artikel ini, penulis menggunakan
Dengan kata lain, pemerintah level teks dengan menggunakan
daerah harus aktif berdiplomasi teknik coding terkait beberapa
dan berbisnis internasional, seperti regulasi yang berlaku di Indonesia
halnya yang dilakukan pemerintah untuk menangani free trade zone/
pusat (Jatmika, 2001, p. 93). kawasan bebas dan pelabuhan bebas
Artikel ini bermaksud untuk Batam. Terdapat tiga indikator yang
memberikan gambaran beberapa digunakan penulis untuk melaku­
Rizqi Apriani Putri
Menakar Paradiplomasi Batam dalam Lingkup Free Trade Zone
655

kan pengukuran yaitu aktor, tata daerah yang identtik dengan wilayah
kelola perdagangan bebas dan suatu negara. fasilitas istimewa itu
efisiensi manajemen pelabuhan berupa pembebasan pengenaan Bea
dan jumlah penggunaan kata di­ Masuk (BM), Pajak Pertambahan
akumulasikan serta dianalisa di Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas
bagian pembahasan. Barang Mewah (PPnBM) dan Cukai
(Muliono, 2003, p. 9).
Studi Pustaka Pelaksanaan atau pekerjaan yang
Free Trade Zone (FTZ) adalah dapat dikatakan efektif bilamana
wilayah dimana ada beberapa kegiatan itu dapat dicapai sejalan
hambatan perdagangan seperti sesuai tujuan seperti efektivitas,
tarif dan kuota dihapuskan dan tujuan, penetpaan standart, metode,
mempermudah urusan birokrasi fasilitas atau sarana atau fasilitas
dengan harapan menarik bisnis baru yang memberikan pengaruh,
dan investasi asing. Pelaksanaan dikarenakan efektif tidak sekadar
FTZ di wilayah Batam, Bintan, memberikan pengaruh (Mardalena,
Karimun dan Tanjung Pinang 2017, p. 81). Richard M. Steers,
adalah amanat yang terkandung berpendapat terdapat beberapa
dalam UU No. 44 tahun 2007 ser­ faktor utama yang menjadi ke­
ta peraturan pelaksanaan yang berhasilan efektivitas dalam or­
berada dibawahnya. Sebagai amanat ganisasi adalah (1) karakteristik
undang-undang, maka menjadi organisasi, terdiri dari struktur
kewajiban bagi setiap instansi dan teknologi dalam organisasi;
terkait untuk melaksanakannya (2) karakteristik lingkungan terdiri
secara konsekuen dan konsisten. dari lingkungan ekstern dan intern.
FTZ berfungsi sebagai sarana Lingkungan ekstren adalah yang
perdagangan bebas, bongkar berada di luar batas-batas organisasi
muat dan penyimpanan barang, yang mempengaruhi keputusan
serta manufacturing, dengan atau contoh kondisi ekonomi, pasar, dan
tanpa pagar pembatas di sekeliling peraturan pemerintah. Lingkungan
wilayah, dengan akses terbatas yang intern terdiri dari dalam lingkungan
dijaga petugas bea cukai (Rade, itu sendiri seperti dilihat dari segi
2014, pp. 3-4). Free trade zone ada­ efektivitas dari tingkat individu; (3)
lah kawasan yang berada di luar karakteristik pekerja, yang mana
daerah pabean dalam wilayah suatu dapat dilihat dari beragamnya
negara. Daerah pabean merupakan pandangan, tujuan, kebutuhan
Islamic World and Politics
656
Vol. 3. No. 2, December 2019

dan kemampuan orang yang ber­ Dengan adanya perdagangan,


beda-beda; (4) kebijakan dan teori liberal percaya bahwa akan
praktek manajemen, dengan ber­ meningkatkan konsumsi. Sehingga,
bagai kebijakan dan praktek ke­ dilihat dari hal ini, perdagangan
pemimpinan dapat menghasilkan dapat menguntungkan dalam
tujuan tertentu. Peranan manajemen sisi permintaan dan penawaran
dengan adanya teknologi menjadi (Bakry, 2015, p. 105). David
semakin penting untuk mencapai Ricardo menyatakan pentingnya
keberhasilan (Streers, 1985, pp. perdagangan bebas dalam hubungan
9-11). internasional, dikarenakan mem­
Berdasarkan Keating, ada tiga buat negara menjadi efisien, yang
hal untuk mengetahui ke­efektivitas­ mana salah satu nilai liberalism
an tata kelola para­ d iplomasi yang kualitasnya sama dengan
berjalan dengan sesuai dengan kebebasan. Dalam pandangan Ri­
semestinya antara lain. Pertama, cardo, pasar internasional yang
terdapat kesamaan dalam tingkat bebas akan menstimulasi industri,
pembangunan atau­pun saling mem­ medorong inovasi dan menciptakan
butuhkan satu sama lain seperti keuntungan bersama melalui pe­
sumber daya maupun keahlian ningkatan produksi. (Bakry, 2015,
lain dalam daerah untuk menjalin p. 33).
kerjasama. Kedua, kelembagaan, Pada awal abad 20-an dengan
memiliki pemerintah daerah yang adanya perkembangan globalisasi,
dapat berperan sebagai interlocutor Paradiplomasi merupakan pene­
(penghubung dan penengah) ber­ muan baru di bidang hubungan
tindak sebagai penghubung dari Internasional. Perubahan dari per­
berbagai macam kepentingan di kembangan ekonomi global ini,
wilayah tersebut. Ketiga, daerah sehingga mengakibatkan tidak
memiliki kewenangan, struktur ada­nya pembatasan antara urusan
dan kekuatan yang seimbang untuk dalam negeri dan luar negeri,
melaksanakan kerja sama (Keating, dan bertanggung jawab terhadap
2000, p. 7). pemerintah daerah dan negara
Teori-teori liberal tentang (Tavares, 2016, p. 10). Dalam ling­
interdependensi atau saling kup hubungan Internasional, pemda
ketergantungan didasarkan pada ide- menjadi sadar dengan pentingnya
ide tentang hubungan-hubungan kerjasama lintas perbatasan untuk
perdagangan dan ekonomi. mempromosikan perdagangan
Rizqi Apriani Putri
Menakar Paradiplomasi Batam dalam Lingkup Free Trade Zone
657

dan menarik investasi untuk ke­ melakukan kerjasama laur negeri


pentingan daerahnya dan negara (Mukti, 2013, pp. 2-3).
(Tavares, 2016, p. 33).
Isu paradiplomasi merupakan Hasil dan Pembahasan
hal yang baru dalam aktivitas
Perkembangan Batam
pemerintahan di Indonesia. Para­
diplomasi mengacu terhadap Konsep dari kebijakan FTZ
perilaku dan kapasitas yang di­ atau KPBPB harus disesuaikan
lakukan ‘sub-state’ atau pemerin­ dengan perkembangan zaman
tah daerah atau pemerintah regi­ sehingga pada pelaksanaannya
onal dengan pihak asing dalam mendapatkan hasil yang lebih baik
menyelenggarakan hubungan serta meminimalisirkan hambatan.
atau kerjasama luar negeri. Awal Karakterisitik di perbatasan wilayah
mulanya, istilah Paradiplomacy dalam social budaya diepngaruhi
pertama kali diluncurkan dalam atas investasi asing. Jika hal ini
perdebatan akademik oleh ilman asal dapat diimplemantasikan denan
Basque, Panayotis Soidatos tahun tepat, maka perkembangan FTZ
1980-an sebagai penggabungan di Indonesia dapat memberikan
istilah parallel diplomacy menjadi dampak positif yang signifikan
paradiplomacy yang mngacu pada terhadap pertumbuhan per­
makna ‘the foreign policy of non- ekonomian di Indonesia. Seperti
central governments’ menurut penyerapan jumlah tenaga kerja
Aldecoa, keating dan Boyer. lokal, jumlah UMKM yang ikut
Berdasarkan regulasi Indonesia, serta, multiplier bagi pengembangan
kerjasama luar negeri diatur dalam wilayah lain disekitarnya dan
UU nomor 22 tahun 1999 tentang keterlibatan bahan baku lokal yang
Pemerintah Daerah yang dikenal dipergunakan (Bappenas, 2009, p.
dengan UU Otonomi Daerah, dalam 14).
undang-undnag ini kewenangan FTZ Batam menjadi model
kerjsama luar negeri tidak di­ dalam pembangunan FTZ di
wajibkan bagi daerah, akan tetapi Indonesia. Pemberian fasilitas
dilakukan perubahan UU Nomor di FTZ Batam bukan hanya
32 Tahun 2004 tentang Pemerintah untuk perusahaan saja akan
Daerah dan didalam UU ini Pemda tetapi juga terhadap penduduk
diberikan kewenangan untuk sekitar dikarenakan wilayah ini
didalamnya berpenduduk dan
Islamic World and Politics
658
Vol. 3. No. 2, December 2019

dapat memberikan manfaat yang social, dan sistem transportasi


besar dari sisi konsumsi. Disamping barang agar tidak terjadinya peng­
itu, juga harus diperkuat dengan gelapan terhadap barang maupun
pelayanan keimigrasian dan proses imigran gelap (Bahrum, Mercusuar
transaksi keuangan yang lebih Batam Madani Potret & Prospek
modern. Adanya saling koordinasi Pengembangan FTZ Batam, 2011,
antara transaksi ekonomi, inetraksi pp. 22-23).

Tabel 1. Perkembangan Status Batam


No Status Keterangan
1 Tahun 1970-an Entrepot Partikulir adalah suatu tempat
ditetapkan Batu Ampar perusahaan partikulir yang berfungsi
sebagai Kawasan sebagai pusat penerimaan barang untuk
Industri yang berstatus distribusi, dengan pelabuhan alih-
entrepot partikulir kapal barang impor atau penyimpanan
sementara sebelum direekspor tanpa
control pabean. menjadi logistic bagi
Pertamina hingga menjadi kawasan
Bonded Zone atau kawasan berikat
2 Penetapan Kawasan Bonded Warehouse adalah suatu kawasan
Kabil, Batu Ampar, dengan batas-batas tertentu diwilayah
dan Sekupang sebagai pabean Indonesia yang didalamnya
Gudang Berikat diberlakukan ketentuan khusus dibidang
(Bonded Warehouse) ke pabean yaitu terhadap barang
dengan Keppres No yang dimasukkan dari luar daerah
33 Tahun 1974 hingga pabean atau dari dalam daerah pabean
Diatur dalam Keppres Indonesia lainnya tanpa terlebih dahulu
No 41 Tahun 1978 dikenakan pungutan bea, cukai dan
atau pungutan Negara lainnya sampai
barang tersebut dikeluarkan untuk
tujuan impor, ekspor atau reekspor.
Meliputi Pulau Janda Berhias, Tanjung
Sauh, Ngenang, Kasem dan Moi-Moi
berdasarkan Keppres No 56 Tahun 1984.
kawasan ini dilakukan penyimpanan
barang
Rizqi Apriani Putri
Menakar Paradiplomasi Batam dalam Lingkup Free Trade Zone
659

No Status Keterangan
3 Bonded Zone (Kawasan Bonded Zone adalah suatu kawasan
Berikat) Keppres No 28 dengan batas-batas tertentu diwilayah
Tahun 1992 pabean Indonesia yang didalamnya
diberlakukan ketentuan khusus dibidang
pabean, yaitu terhadap barang yang
dimasukkan dari luar daerah pabean
atau dari dakam daerah pabean
Indonesia lainnya tanpa terlebih dahulu
dikenakan pungutan bea, cukai dan atau
pungutan Negara lainnya sampai barang
tersebut dikeluarkan untuk tujuan
impor, ekspor atau reekspor. Memiliki
cangkupan yang lebih luas yaitu Batam,
Rempang, Galang, Galang Baru dan
39 pulau kecil disekitarnya disebut
wilaayah kerja daerah industry Pulau
Batam. Dapat dilakukan pengolahan dan
penyimpanan barang
4 Diwacanakan menjadi Kawasan yang SEZ mencakup seluruh
kawasan SEZ (Special kawasan Berikat (Bonded Zone Plus) di
Economic Zone) akan 26 kawasan industry dan dijadikan FTZ
tetapi yang muncul FTZ termasuk kawasan industry berakses
pelabuhan yang dijadikan FTZ Plus
Free Port-partikelir yakni Batu Ampar,
Sekupang, Tanjung Uncang dan Kabil.
5 PP No 46 Tahun 2007 Menetapkan tujuh pulau ditetapkan
sebagai kawasan FTZ yaitu Batam,
Tonton, Nipah, Setokok, Rempang,
Galang dan Galang Baru. Menyusul
Pulau Janda Berhias berdasarkan PP No
5 Tahun 2011 tentang perubahan atas
PP No 46 Tahun 2007 tentang KPBPB
Batam
Sumber: Diolah oleh penulis dari beberapa sumber
Islamic World and Politics
660
Vol. 3. No. 2, December 2019

Perkembangan dalam sejarah dan terjadinya ubanisasi. Kedua,


status Batam selalui berubah-ubah, Pemerintah Kota Batam merupakan
dimulai pada tahun 1970-an hingga pelaksanaan otonom daerah atau
ditetapkan Batam sebagai Kawasan pemerintah daerah di Batam. Pemko
Perdagangan dan Pelabuhan Bebas Batam berperan sebagai pendirian
dengan dikeluarkannya peraturan dalam pengelolaan Batam dengan
pada tahun 2007. Pada mulanya, memiliki fungsi utama sebagai
pertamina yang merasa berat kawasan industri, bongkar muat
dengan biaya yang terus meningkat kapal (jasa ahli kapal), pariwisata
dalam pengelolaan minyak lepas maupun perdagangan. (Bahrum,
pantai (offshore) sehingga dicarilah 2008, p. 89).
daerah Indonesia yang berdekatan Dilakukan proses penanda­
dengan Singapura, dan dipilih tanganan kesepakan kerja sama
Batam sekaligus dijadikan daerah ekonomi antara Pemrintah Indonesia
investasi. Batam memiliki dua dan Pemerintah Singapura dalam
instutisi dalam pembangunannya pengembangan Kawasan BBK pada
yang berada dalam pemerintahan tahun 2006. Ditindaklanjutinnya
Batam. Pertama, Badan Pengusahan dari kesepakatan ini, dengan di­
Batam yang dahalu bernama Otorita keluarkan Peraturan pemerintah
Batam sebelum tahun 2007, BP ini untuk pengembangan wilayah ini.
berperan sebagai pengembangan Melalui Peraturan Pemerintah
dalam pembangunan Batam, yang No 46 Tahun 2007 untuk KPBPB
dimulai perkembangan pesatnya Batam, Peraturan Pemerintah No
terjadi pada masa orde baru 47 Tahun 2007 untuk KPBPB Bintan
dibawah Presiden BJ. Habibie dan Peraturan Pemerintah No 48
dengan dicontoh Barelang. BP Tahun 2007 untuk KPBPB Karimun
Batam merupakan lembaga dengan (Bambang Hendrawan dan Rahmat
kewenangan yang merujuk pada Hidayat, 2012, pp. 5-7). Pada tanggal
Presiden RI sebagai kepala negara 25 Juni 2006 dibentuk kerja sama
dan regulasi pemerintah pusat. antara Indonesia dan Singapura
Dari Badan Pengusahaan inilah, dengan ditandatangi Memorandum
yang “melahirkan” dan maju seperti of Understanding (MoU) Kawasan
sekarang. Untuk meningkatkan Ekonomi Khusus untuk wilayah
devisa negara, pendapatan daerah, BBK oleh Menko Perekonomian
membuka lapangan pekerjaan, Boediono dan Menteri Perdagangan
magnet bagi tenaga kerja nasional, & Perindustrian Singapura Lim
Rizqi Apriani Putri
Menakar Paradiplomasi Batam dalam Lingkup Free Trade Zone
661

keterbukaan pertanggungjawaban
Hing Kiang dan disaksikan Pre­
dan responsiveness (Malik, 2015,
siden Republik Indonesia Susilo
p. 29). Perubahan atas Undang-
Bambang Yudhoyono dan Perdana
Undang Nomor 32 Tahun 2004
Menteri Singapura-Lee Hsien
menjadi UU 23 Tahun 2014 tentang
Loong bertempat di Nongsa Point
Pemerintah Daerah, didalam UU
Marina Batam. (Waluyo, Romayati
ini berisi memberikan hak kepada
Apriliyanti dan Tri Joko, 2015, p. 9)
daerah untuk mengurusi daerahnya
Regulasi FTZ yang Sangat Biro­ sendiri, serta memanfaatkan potensi
kratis daerahnya masing-masing untuk
melakukan hubungan dengan pihak
Di dalam paradiplomasi, aktor
asing. Pemerintah daerah sebagai
merupakan hal yang penting karena
pelaku dalam melakukan kerja
aktorlah yang melakukan hubungan
sama luar negeri dengan pihak
luar negeri. Good governance men­
asing dnegan bentuk investasi
jadi hubungan yang kompleks d­i
asing, hanya diberikan batas dalam
antara sektor privat dan publik
pendatanganan MoU atau Letter
dengan masyarakat, kekuatan dari
of Intent. Sehingga, dapat dilihat
keseimbangan yang di barengi dari
pemerintah pusat masih memegang
praktek demokrasi berkelanjutan.
kendali penuh dalam kesepakatan-
Pada saat ini, civil society menjadi
kespakatan internasional seperti
alasan untuk good governance
konvensi, perjanjian maupun traktat
seperti transparan, efektivitas,
(Fathun, 2016, p. 80).
Tabel 2. Indikator Aktor
Regulasi Nasional Total %
994/17

120/17

Indikator
10/12

44/07
10/19
48/12
45/17
07/16
5/11
4/18

Aktor Pusat Presiden P),


Pemerintah Pusat (PP),
Diplomat (D), Duta Besar
(DB), Menteri (M), Menteri
5 6 27 42 12 3 18 6 31 15 165 56%
Luar Negeri (MLN), Lembaga
Negara (LN), Direktorat
Jenderal (DJ), Kepala Badan
Pengusahaan (KP)
Islamic World and Politics
662
Vol. 3. No. 2, December 2019

Regulasi Nasional Total %

994/17

120/17
Indikator

10/12

44/07
10/19
48/12
45/17
07/16
5/11
4/18
Aktor Daerah Dewan
Kawasan (DK), Pemerintah
Daerah (PD), Gubernur (G), 3 8 3 1 1 3 7 0 17 22 65 22%
Walikota (W), DPRD, Kepala
Daerah (KD),
Aktor Swasta Pengusaha/
0 0 2 2 40 0 0 14 4 1 63 21,5%
Pelaku Usaha (PU)

Hasil dari isi yang dikaji ter­ ini. Jika, hal ini dapat ditingkatkan
hadap sepuluh regulasi, pada maka dapat memenuhi kebutuhan
indikator aktor. Peranan aktor dan menyejahterakan masyarakat.
daerah masih menjadi minoritas Sebagaimana impelementasi
dibandingkan aktor pusat. Artinya, Batam yang dijadikan sebagai
aktor daerah diajdikan dijadikan kawasan Free Trade Zone ber­
sebagai fasilitator atau hanya dampak positif. Pelaku usaha atau
memfasilitasi penyelenggaraan bisnis dapat didukung dengan
hubungan kerjasama internasional memperbaiki sesuai dengan ber­
di cangkupan FTZ Batam. Pada bagai bidangnya agar memiliki
Peraturan Menteri Keuangan No­ kesiapan go international. Pe­
mor 48/PMK.04/2012 Tentang merintah selaku fasilitator dapat
Pemberitahuan Pabean Dalam ditingkatkan lagi karena ke­butuhan
Rangka Pemasukan dan Pengeluaran masyrakat di Batam yang lebih
Barang Ke Dan Dari Kawasan yang modern sehingga dapat mem­
Telah Ditetapkan Sebagai Kawasan berikan manfaat bagi mereka,
Perdagangan Bebas dan Pelabuhan memberikan kemudahan izin dan
Bebas, dalam konten analisis ini investasi bagi pengusaha di Batam,
aktor daerah tidak terdeteksi serta didukung dengan mendirikan
sama sekali. Sehingga, hal ini pusat informasi dan promosi untuk
kurang efektif dalam pelaksanaan produk Indonesia, perbankan
paradilomasi di lingkungan FTZ di sistem go internasional dan juga
Batam. Seharusnya, aktor daerah memberikan fasilitas lainnya untuk
dapat memiliki peran dalam hal
Rizqi Apriani Putri
Menakar Paradiplomasi Batam dalam Lingkup Free Trade Zone
663

kemudahan berinvestasi selama masalah ketenagakerjaan, dan


FTZ di Batam (Lesar, 2003, p. 27). belum siapnya bersaing produk
dengan dengan lain. Biaya produksi
Tata Kelola Pelabuhan Bebas yang yang tinggi dibandingkan dengan
Kurang Kompetitif negara lain membuat ketidaksiapan
Dampak positif yang seharusnya ini terjadi (Bappenas, 2009, p.
diberikan kawasan industri 15). Pada akhirnya, para investor
yaitu penyediaan infrastruktur, kurang berminat melakukan
pengelolaan lingkungan dan adanya investasi dikarenakan hal ini. Jika,
peningkatan sehingga memudahkan permasalahan ekonomi yang tinggi
dalam suatu kawasan dengan dapat diatasi, maka investor akan
memperluas lapangan kerja dan melakukan kegaitan investasi di
meningkatkan pendapatan daerah wialayah ini terutama di wilayah
melalui pajak dan berkurangnya industri logistik dan industri
arus urbanisasi. Namun, pada pengolahan. Sehingga, investor
penyelenggarannya masih belum dapat berminat melakukan investasi
terjadi keefektivitasan pengaruh di kawasan FTZ jika masalah
hal ini, dan terjadinya masalah ekonomi dengan biaya tinggi ini
iklim investasi di lingkungan FTZ. dapat diatasi, terutama di wilayah
Permasalahan akibat terhambatnya industry pengolahan dan industri
iklim investasi ini dikarenakan logistik.

Tabel 3. Indikator Tata Kelola Perdagangan Bebas


Regulasi Nasional Total %
994/17

120/17

Indikator
10/12

44/07
10/19
48/12
45/17
07/16
5/11
4/18

Pro-Investasi Kemudahan (K),


Perdagangan Internasional
(KI), Percepatan (PC), 1 2 5 14 42 0 5 2 12 2 30%
Jaminan (J), Insentif (IS),
Kelancaran (KE), Waktu (W)
Islamic World and Politics
664
Vol. 3. No. 2, December 2019

Regulasi Nasional Total %

994/17

120/17
Indikator

10/12

44/07
10/19
48/12
45/17
07/16
5/11
4/18
Disinvestasi Perizinan
(PZ), Pertimbangan (PB),
4 2 15 44 69 1 32 12 14 1 70%
Pengurusan (PG), Pajak (PA),
Kendala (KE), Tarif (T)

Dilihat dari tabel indikator tata kerusakan produk atau keter­


kelola perdagangan bebas, tata kelola lambatan pendistribusian ke lokasi
masih bersifat disinvestasi dengan FTZ diperlukan pembangun infra­
persentase 70% dibandingkan struktur seperti tol (untuk daratan)
yang pro-investasi 30%. Artinya, dan menambah cargo ship (untuk
dalam beberapa regulasi ini, masih antar pulau); (6) mengatur kembali
kurang memberikan keleluasaan pertauran-peraturan daerah
terhadap investasi asing. Untuk yang mempersulit pihak yang
meningkatkan paradiplomasi berinvestasi dan selnajutnya diawasi
dalam hubungan kerja sama kebijakan tersebut sehingga dapat
ekonomi maupun politik di ajang berjalan sesuai rencana. Peraturan
Internasional maka perlu adanya Pemerintah Nomor 5 Tahun
koordinasi dan keseimbangan 2011 perubahan atas peraturan
(Yusuf, 2019 , p. 189). Pemerintah pemerintah Nomor 46 Tahun
dapat melakukan kebijakan seperti 2007 tentang Kawasan Bebas dan
(1) pemberantasan pungutan liar dan Pelabuhan Bebas Pasal 1, Kawasan
korupsi di bidang perijinan, lokasi Batam ditetapkan menjadi KPBPB
investasi dan perpajakan di FTZ; dengan jangka waktu 70 tahun,
(2) penurunan tingkat suku bunga meliputi Pulau Batam, Pulau
kredit usaha; (3) memberlakukan Setokok, Pulau Tonton, Pulau
perizinan elektronik satu atap untuk Rempang, Pulau Nipah, Pulau
memudahkan dan memberikan Galang, Galang Baru, dan Pulau
pelayanan bisnis lebih cepat; (4) Janda Berhias serta gugusannya
memberikan kepastian hukun (Peraturan Pemerintah Nomor 5
terhadap pengusaha agar merasa Tahun 2011 Tentang Kawasan Bebas
aman menanamkan modalnya dan Pelabuhan Bebas Batam, 2011,
di FTZ; (5) untuk mengurangi p. 2).
Rizqi Apriani Putri
Menakar Paradiplomasi Batam dalam Lingkup Free Trade Zone
665

Efisiensi Pengelolaan Manajemen berkembang dengan baik. Dengan


Pelabuhan yang Kurang Kompe­ adanya proses ini, seharusnya setiap
titif barang yang atau jasa yang dijual
Interaksi antara pemerintah atau ditawarkan dalam lingkungan
daerah dan pemerintah pusat ha­rus FTZ, masuknya melalui pintu
ditingkatkan dalam proses pengem­ terminal pelabuhan bebas FPZ (Free
bangan wilayah FTZ sehingga dapat Port Zone) didapatkan dengan harga
memberikan hasil yang maksimal yang lebih murah dibandingkan
terhadap pelayanan publik dan dengan kawasan non-FTZ lainnya.
juga dalam proses pengambilan Tidak dikenakan pajak, maka
keputusan juga aka bersifat efektif diberi kemudahan dengan masuk
dan efisien berdasarkan otoritas yang lebih bebas dan tanpa kuota.
yang dimiliki oleh kedua stakeholder Sehingga kebijakan kuota dapat
tersebut. Masyarakat Batam diterapkan secara fleksibel dan
yang heteregon menguntungkan maencakup terhadap ketersediaan
daerah lainnya karena terwakilkan (Bahrum, Mercusuar Batam Madani
keberadaan etnis sehingga me­ Potret & Prospek Pengembangan
mudahkan dalam perdagangan FTZ Batam, 2011).
antarnegara dan berharap agar dapat

Tabel 5. Indikator Efisiensi Manajemen Pelabuhan


Regulasi Nasional Total %
994/17

120/17

Indikator
10/12

44/07
10/19
48/12
45/17
07/16
5/11
4/18

Inward Looking
Pembebasan (PB), Bandar
Udara (BU), Pelabuhan
43 0 29 50 46 4 34 5 28 12 251 74%
Nasional (PN), Infrastruktur
(I), Pelayanan (PL), Badan
Pengusahaan (BP)
Outward Looking Bongkar
Muat (BM), Bea Cukai (BC),
Pelabuhan Internasional 0 0 17 46 3 0 10 11 1 2 90 26%
(PI), Fasilitas (F), Tempat
Penimbunan (TP)
Islamic World and Politics
666
Vol. 3. No. 2, December 2019

Dilihat dari tabel indikator pabean yang dimasukkan dan


efisiensi manajemen pelabuhan, dikeluarkan ke dan dari Kawasan
masih bersifat inward looking Perdagangan Bebas dan Pelabuhan
atau melayani kebutuhan domes­ Bebas. (Peraturan Kepala Badan
tik dengan persentase 74% di­ Pengusahaan Kawasan Perdagangan
bandingkan outward looking yang Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam
berorientasi melayani kebutuhan Nomor 10 Tentang Penyelenggaraan
luar negeri dengan persentase 26%. Pemasukan dan Pengeluaran Barang
Untuk mendorong kegiatan lalu Ke Dan Dari Kawasan Perdagangan
lintas perdagangan internasional Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam,
dengan mendatangkan devisa bagi 2019 , p. 7).
negara dalam berorientasi outward
looking, harus meningkatkan Kesimpulan
penanaman modal asing serta Pembentukan Batam pada
memperluas lapangan kerja, tahun 1970-an dikarenakan offshore
maka diperlukan Undang-undang Pertamina yang terbebani oleh
atau peraturan-peraturan untuk biaya yang terus meningkat dan
mendukung menstabilkan kegiatan dicarilah daerah yang berdekatan
ini. Akan tetapi, dalam dapat dengan Singapura sehingga dipilih
dilihat dalam indikator ini masih Batam menjadi daerah investasi
dominan ke sektor inward looking. dikarenakan hal ini. Batam
Di dalam perundangan-undangan yang dilalui jalur perdagangan
sudah dijelaskan dengan rinci atau internasional melalui Selat Malaka.
mekanisme tentang pemasukan Berdasarkan Peraturan Pemerintah
atau pengeluaran barang dan dari ke Nomor 5 Tahun 2011 perubahan
kawasan bebas bagi pengusaha besar. atas peraturan pemerintah Nomor
Akan tetapi, pada praktik dilapangan 46 Tahun 2007 tentang Kawasan
masih terjadi kekurangan bagi Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam,
pengusaha kecil atau masyarakat KPBPB Batam berlaku selama 70
untuk melakukan perdagangan tahun sesuai peraturan ini dibuat.
di kawasan bebas. Fasilitas adalah Peranan pemerintah juga
pembebasan pengenaan Bea Masuk, sebagai fasilitator harus ditingkat­
Pajak Pertambahan Nilai, dan Pajak kan karena kebutuhan masyarakat
Penjualan atas Barang Mewah modern di Batam. Sehingga, ke­
dan Cukai untuk barang asal luar dudukan elite-elite politik yang
daerah pabean, dalam daerah ada di pemerintahan Batam se­perti
Rizqi Apriani Putri
Menakar Paradiplomasi Batam dalam Lingkup Free Trade Zone
667

Walikota Batam, Badan Pengu­ Pengembangan FTZ Batam.


sahaan (BP) Batam atau Gubernur UNRI Press: Pekanbaru
Kepulauan Riau harus memiliki Bakry, U. S. (2015). Ekonomi Poli-
perbedaan dengan daerah lainnya tik Internasional (Suatu Pen-
di Indonesia, karena memiliki gantar). Yogyakarta: Pustaka
keistimewaan dengan berhadapan Pelajar
langsung dengan negara tetangga Keating, M. (2000). Paradiplomacy
seperti Singapura dan Malaysia. and Regional Networking. Can-
Dilihat dari tabel indikator tata ada: Hanover
kelola perdagangan bebas, tata kelola
Jatmika, S. (2001). Otonomi Daerah
masih bersifat disinvestasi dengan
(Perspektif Hubungan Inter-
persentase 70% dibandingkan yang
nasional). Yogyakarta: Bigraf
pro-investasi 30%. Artinya, da­
Publishing
lam beberapa regulasi ini, masih
kurang memberikan keleluasaan Lesar, A. K. (2003). FTZ Batam;
terhadap investasi asing. Untuk Demi Kemakmuran Indonesia.
mendorong kegiatan lalu lintas Jakarta: UI-Press
perdagangan internasional dengan Malik, M. (2015). Good Governance
mendatangkan devisa bagi negara Civil Society and Islam. Malay-
dalam berorientasi outward looking, sia: IIUM Press
harus meningkatkan penanaman Mukti, T. A. (2013). Paradiplomacy
modal asing serta memperluas (Kerjasama Luar Negeri oeh
lapangan kerja, maka diperlukan Pemda di Indonesia). Yogya-
Undang-undang atau peraturan- karta: The Phinisi Press
peraturan untuk mendukung men­ Muliono, H. (2003). Batam Free
stabilkan kegiatan ini. Akan tetapi, Trade Zone: Sebuah Kiat Pem-
dalam dapat dilihat dalam indikator bangunan Ekonomi. Depok:
ini masih dominan ke sektor inward LP3ES Indonesia.
looking.
Streers, R. M. (1985). Efektivitas Or-
Bibliography ganisasi. Jakarta: Erlangga
Bahrum, S. (2008). SEZ dan Para- Syarif Hidayat dkk. (2010). Quo
doks Ekonomi Pembangunan. Vadis Kawasan Ekonomi Khu-
Pekanbaru : Unripress sus (KEK). Jakarta: PT. RajaG-
rafindo Persada
Bahrum, S. (2011). Mercusuar Ba
tam Madani Potret & Prospek Tavares, R. (2016). Paradiplomacy
Cities and States as Global Play-
Islamic World and Politics
668
Vol. 3. No. 2, December 2019

ers. New York: Oxford Univer- Bintan Wilayah Kota Tanjun-


sity Press gpinang. Jurnal Umrah .
Bambang Hendrawan dan Rahmat Waluyo, Romayati Apriliyanti dan
Hidayat. (2012). Dampak Pem- Tri Joko. (2015). Upaya Diplo-
berlakuan Kawasan Ekonomi masi Indonesia pada Pening-
Khusus Terhadap Kinerja Peru- katan Investasi Asing di Kota
sahaan dalam Kawasan. Pusat Batam, Provinsi Kepulauan
Kajian Daya Saing/Program stu- Riau (Studi Kasus “Diplomatic
di Administrasi Bisnis Terapan Tour, Batam 7-9 September
http://p2m.polibatam.ac.id/ 2012). Jom Fisip
wp-content/uploads/2012/12/ Yusuf, M. (2019). Kerjasama Pem-
Microsoft-Word-Full-Paper- prov Kaltim dan Northern Ter-
D amp a k-p emb erl a ku kan- ritory dalam Bidang pendidikan
KEK-terhadap-kinerja-perusa- dan Pelatihan Vokasional Mel-
haan-Seminar-AIABI_Benks. alui Program Vocational Edu-
pdf cation Training (VET) Tahun
Fathun, L. M. (2016). Paradiplo- 2010. eJournal Ilmu Hubungan
masi Menuju Kota Dunia: Studi Internasional (ejournal.hi.fisip-
Kasus Pemerintah Kota Makas- unmul.ac.id).
sar. Jurnal Indonesian Perspec- Bappenas. (2009). Kawasan Strate-
tive gis Ekonomi Indonesia. Jakarta:
Indra Pahlawan, A. C. (n.d.). Ker- Bappenas
jasama Pemerintah Indonesia Umar Juoro, dkk. (2013). Joint Ex-
dan Singapura dalam Peneta- pert Study on Competitiveness
pan Kawasan Special Economic of Batam-Bintan-Karimun.
Zone di Wilayah Batam, Bintan, Retrieved from Kementerian
Karimun (BBK). Repository Koordinator Bidang Pereko-
Universitas Riau nomian Republik Indonesia:
Mardalena. (2017). Efektivitas https://ekon.go.id/ekliping/
Kepemimpinan; Sebuah Kajian download/237/40/kajian-bbk-
Teoritis “Fokus”. Jurnal Pendidi- final-report-19apr.pdf
kan STKIP YPM Bangko (2019). Peraturan Kepala Badan
Rade, Y. L. (2014). Evaluasi Kebi- Pengusahaan Kawasan Perda-
jakan Kawasan Perdagangan gangan Bebas dan Pelabuhan
Bebas dan Pelabbuhan Bebas Bebas Batam Nomor 10 Tahun
Rizqi Apriani Putri
Menakar Paradiplomasi Batam dalam Lingkup Free Trade Zone
669

2019 Tentang Penyelenggaraan Kepri, R. (2014). Sejarah Kepulau­


Pemasukan dan Pengeluaran an Riau. Retrieved from Kepri
Barang Ke Dan Dari Kawasan news.com: https://www.ke-
Perdagangan Bebas dan Pelabu- prinews.com/2014/08/sejarah-
han Bebas Batam kepulauan-riau.html
(2011). Peraturan Pemerintah No-
mor 5 Tahun 2011 Tahun 2011
Tentang Kawasan Bebas dan
Pelabuhan Bebas Batam

Anda mungkin juga menyukai