Anda di halaman 1dari 40

ERWIN OCTAVIANTO, SE

Pengembangan Pulau Rempang


dalam Perspektif Pengembangan
Kawasan dan Keadilan
di Pulau Sumatera
SEMINAR PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH
DAN KOTA DALAM RANGKA PEMENUHAN TUGAS
STUDIUM GENERALE 2023
PENGALAMAN ORGANISASI

ERWIN OCTAVIANTO,
SE, ME
PT WHC ITERA
PUBLICATIONS

2020 Author : Resesi Ekonomi Lampung Dan Tantangan Pilkada Dimasa Pandemi,
JURNAL FISIP UNILA
2018 Q3 JOURNAL IJEPEE (SWITZERLAND) The Challenges To Achieve
Commonweal In Industrial Area (Case Study In Bandarlampung Industrial Area), , ISSN:
2223-5078
2008-present Write opinion at mass media, for ex.: Lampung Post, Radar Lampung,
Tribun Lampung.
2015 Book contributor author: Changing Mindset Economic Development Lampung,
Book of Lampung Development Idea, ISBN: 978-602-1534-44-1, Indepth Publishing and
Kupas Tuntas Newspaper
2015 Book contributor author: Smart in Capturing The Opportunities, Book of One Year
Lampung on Ridho-Bactiar (Towards a developed and prosperous Lampung), ISBN: 978-
602-1534-44-1, Indepth Publishing and Kupas Tuntas Newspaper
2013 Author: The Megaprojects (infrastructure) And Economic Lampung, Opinion in
Lampung Post Newspaper, June 13, 2013
2012 Author: Bandar Lampung Coastal Planning, in Lampung Post Newspaper, June 29,
2012
2011 The Economic Policy to Way Kanan District, Journal of Standar, Universitas of
Bandar Lampung, Vol 01/ No. 01, February 2011, ISSN 2088-0235.

MEETING AND CONFERENCE


2015 Speaker, SIBR 2015 Osaka Conference on Interdisciplinary Business & Economics
Research, Osaka Japan
2015 Speaker, Weak economic growth to the sales of the automotive business, on Tribun
Lampung Newspaper Office, April 15th, 2015
SISTEMATIKA 01 Latar Belakang

PEMBAHASA 02 Gambaran Umum

N
What we'll work on next month
03
Rempang Dalam Program
Strategis Nasional

Permasalahan Konflik Di
04
Rempang

05 Alternative dan Solusi


LATAR
BELAKANG
Menilik Historis Permasalahan
LATAR
BELAKANG
• Badan Pengusahaan (BP) Batam berencana merelokasi seluruh
penduduk Pulau Rempang, Batam, Kepulauan Riau yang
berjumlah lebih kurang 7.500 jiwa.
• Relokasi itu dilakukan untuk mendukung rencana
pengembangan investasi di Pulau Rempang.
• Rencananya di Pulau Rempang akan dibangun kawasan industri,
jasa, dan pariwisata dengan nama Rempang Eco City. Proyek
yang digarap PT Makmur Elok Graha (MEG) itu ditargetkan
bisa menarik investasi hingga Rp 381 triliun pada tahun 2080.
• Namun rencana tersebut mendapat penolakan warga sehingga
terjadi bentrokan pada Kamis (7/9/2023).
• Bentrok terjadi antara warga Pulau Rempang, dengan tim
gabungan yang terdiri dari TNI, Polri, Direktorat Pengamanan
Badan Pengusahaan (BP) Batam, dan Satpol PP.
(Mengutip Kompas.com 10/09/2023
KEWILAYAHA
N DAN
RENCANA
PEMBANGUN
AN
Administrasi Kota Batam
• Kota Batam secara geografis mempunyai letak yang sangat
strategis, yaitu di jalur pelayaran dunia internasional. Kota
Batam terletak antara : 0o 25’ 29’’ LU 1o 15’00’’ LU 103o 34’
35’’ BT 104o 26’04’’BT
• Wilayah Kota Batam seperti halnya Kabupaten/Kota di daerah
lainnya di Provinsi Kepulauan Riau, juga merupakan bagian dari
paparan Kontinental. Luas wilayah Kota Batam mencapai
3.868,97 km2 .
• Pulau pulau yang tersebar di daerah ini merupakan sisa sisa
erosi atau penyusutan dari daratan pra tersier yang
membentang dari semenanjung Malaysia / Pulau Singapore di
bagian utara sampai dengan pulau pulau Moro dan Kundur
serta Karimun di bagian Selatan.
• Kota Tanjungpinang yang merupakan pusat pemerintahan
Provinsi Kepulauan Riau dan Kabupaten Bintan terletak
disebelah timur dan memiliki keterkaitan emosional dan
kultural dengan Kota Batam. Jarak Kota Batam ke Kota
Tanjungpinang mencapai 44 mil.
PEMERINTAHAN KOTA BATAM
• Kota Batam Sebelum memiliki dua macam b. BP BATAM
• Badan Pengusahaan Batam (BP
pemerintahan yaitu Pemerintah Kota dan Badan Batam) Badan Pengelola Kawasan
Pengusahaan. Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas
Batam atau yang sering disingkat BP
• Namun pada tanggal 17 September 2019 Batam adalah badan pemerintahan yang
berakhirnya pemerintahan dualisme sehingga berada di bawah pimpinan Dewan
Badan Pengusaha Batam diberikan kepada Kawasan (DK) Batam Pemerintah Pusat,

Pemerintahan Wali kota Batam berdasarkan Pada


Kebijakan tertuang dalam Peraturan Pemerintah
(PP) Nomor 62 Tahun 2019 tentang Perubahan a. Pemerintah Kota BATAM ;
Kedua atas PP 46/2007 tentang Kawasan Peran pemerintah Kota Batam mengurus
segala administrasi kependudukan dan
Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam. pencatatan sipil maupun Sumber Daya
• Kepala Badan Pengusahaan Kawasan Manusia.
• Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam
dijabat ex-officio oleh Wali Kota Batam sehingga
pelaksanaan tugas dan wewenangnya akan
• lebih efektif.
KEPENDUDUK
AN • Penduduk Kota Batam pada tahun 2022,
menurut data hasil proyeksi penduduk interim
2020-2023 (Pertengahan tahun/Juni), tercatat
ada sebanyak 1.269.413 orang tinggal di Kota
Batam.
• Dilihat dari proporsi jenis kelamin terlihat bahwa
jumlah penduduk laki-laki di Kota Batam pada
tahun 2022 masih lebih banyak daripada jumlah
penduduk perempuan. Hal ini dijelaskan melalui
angka Rasio Jenis Kelamin Penduduk Kota Batam
2021 senilai 104.
• Artinya bahwa dalam setiap 100 jiwa penduduk
perempuan terdapat 104 jiwa penduduk laki-laki
di suatu wilayah
PEREKONOMI
AN

• Ekonomi Batam sangat tergantung dengan


Penanaman Modal Asing dan Ekspor-Impor.

• Hal itu dapat dilihat dari Struktur Perekonomian Kota


Batam yang menempatkan Industri Pengolahan dan
Konstruksi sebagai dua sektor utama dengan masing-
masing sebesar 55,95% dan 19,34%
Batam dan Selat
Malaka
• Baru-baru ini Malaka telah berfungsi sebagai rute
transit utama yang memasok komoditas penting
untuk mendorong ekonomi Asia yang tumbuh cepat.
• Dari 87 juta barel minyak yang diproduksi per hari,
sekitar 15,2 juta melewati Selat Malaka, rute laut
terpendek antara pemasok Teluk Afrika dan Persia
dan pasar Asia. Volume perdagangan di Selat Malaka
sekitar 19 kali jumlah yang melewati Terusan
Panama dan empat kali lebih banyak dari volume
melalui Terusan Suez selama periode yang sama.
• Menurut perkiraan dari Tinjauan Konferensi
Perdagangan dan Pembangunan Transportasi PBB
(UNCTAD) tentang Transportasi Maritim, hampir
setengah dari total tonase perdagangan kereta laut
tahunan dunia melewati Selat Malaka dan Selat
Sunda dan Lombok di dekatnya pada tahun. Sebagai
kawasan ekonomi selat ini terus berkembang
demikian pula kepentingan ekonomi Malaka bagi
Asia dan ekonomi global yang lebih luas.
REMPANG DALAM RTRW KOTA
BATAM
• Pulau Rempang Ditetapkan sebagai SPPK (Sub Pusat Pelayanan
Kota) yang merupakan pusat pelayanan ekonomi, sosial, dan/atau
administrasi yang melayani sub wilayah Kota.
• Rempang di khususkan berfungsi sebagai pusat pelayanan pariwisata,
industri, permukiman, dan perdagangan jasa.
Sejarah REMPANG
• Warga asli Pulau Rempang adalah suku Melayu, suku
Orang Laut, dan suku Orang Darat, yang diyakini sudah
tinggal di Pulau Rempang sejak 1834.
• Pada abad ke-19, banyak laporan atau berkas yang
menyatakan bahwa pejabat Belanda, Elisha Netscher pernah
berkunjung ke Pulau Rempang sekitar tahun 1946.
• Kala itu, Pulau Rempang sudah banyak dihuni oleh orang-
orang, yang berasal dari suku Melayu Galang, Orang Darat
dan Orang Laut.
• Suku laut atau lebih dikenal dengan orang laut, merupakan
salah satu suku asli di Pulau Rempang.
• Mereka tinggal di pesisir yang tersebar di Pulau Batam
Rempang dan Galang (Barelang). Sementara Orang Darat,
berada di pedalaman Pulau Rempang.
Administrasi Wilayah
• Pulau Rempang memiliki luas wilayah sekitar 16.583 hektar, yang
terdiri dari dua kelurahan, yaitu Rempang Cate dan Sembulang.
• Keduanya masuk dalam wilayah Kecamatan Galang, Kota Batam,
Kepulauan Riau.
• Sementara itu, menurut data Badan Pusat Statistik, Tahun 2022 Pulau
Rempang dihuni oleh 7.512 penduduk.
• Setelah Keppres No. 28 Tahun 1992 dikeluarkan, wilayah kerja
Otorita Batam diperluas meliputi wilayah Pulau Batam, Pulau
Rempang, Pulau Galang, dan pulau-pulau sekitarnya,
• sehingga dulu ada istilah yang cukup populer, yaitu Barelang yang
berarti Batam, Rempang, dan Galang.
• Pulau Rempang terhubung dengan pulau-pulau lain melalui Jembatan
Barelang.
• Jembatan Barelang adalah jembatan yang saling menyambung dan
dibangun untuk memperluas Otorita Batam sebagai regulator daerah
industri Pulau Batam.
KEPENDUDUK
AN
Badan Pusat Statistik, Tahun 2022 Pulau
Rempang (Terdiri dari Rempang Cate dan
Sembulang) dihuni oleh 7.512 penduduk.

Tingkat Kepadatan penduduk Untuk Rempang Cate


20,23 Jiwa/Km2

Sedangkan Sembulang Tingkat Kepadatan


Penduduknya Mencapai 28,32 Jiwa/Km2

Tingkat kepadata di Rempang Merupakan yang kedua


dan ketiga daerah terpadat di Kecamatan Galang
POTENSI
EKONOMI
Saat ini, Pulau Rempang lebih
dikembangkan untuk wilayah pertanian
dan perikanan Sembulang.
Pada tahun 2022, produksi sayursayuran
di Kecamatan Galang di dominasi oleh
Ketimun sebesar 603 ton, disusul oleh
Bayam sebesar 512 ton dan Kangkung
sebesar 448 ton.

Sementara itu, produksi buah-buahan di


kacamatan Galang di dominasi oleh Pepaya
sebesar 97,2 ton. Diikuti Jambu biji sebesar 81,8
ton dan Mangga sebesar 78,2 ton
LETAK STRATEGIS
PULAU REMPANG
• Pulau Rempang (juga Kepulauan Riau)
memiliki posisi penting karena letaknya
yang strategis di antara Selat Malaka dan
Laut China Selatan.
• Di sini hal yang wajib diingat: Selat Malaka
adalah salah satu jalur pelayaran paling
sibuk di dunia, dan merupakan rute ­utama
bagi perdagangan internasio­nal, terutama
Jal
minyak mentah dan produk-produk energi. ur
Pe
lay
• Posisi Strategis dalam keamanan regional, ara
n Int
ern
perdagangan internasional, dan hubungan asi
on
a l
dengan negara-negara tetangga.
• Maka Indonesia wajib mengatur dan
mengawasi lalu lintas kapal di selat yang
berdampak besar pada ekonomi global ini
TRANSPORT
ASI
• Kecamatan Galang memiliki jaringan angkutan darat dan air,
• sebagai sarana yang dapat menghubungkan daerah tersebut dengan daerah lain
• Pulau Rempang Terhubung oleh Jembatan Raja Ali Haji dan Tuanku Tembusai
REMPANG
DALAM
PROGRAM
STRATEGIS
NASIONAL
REMPANG ECO-
CITY Sebagai mesin ekonomi baru di Indonesia, pemerintah pusat melalui BP
Batam menyiapkan Rempang menjadi kawasan industri, perdagangan,
residensial hingga wisata yang terintegrasi demi mendorong peningkatan
daya saing Indonesia terhadap Singapura dan Malaysia.

Untuk diketahui, jumlah masyarakat yang terdampak pembangunan


Rempang Eco-City seluas 2.000 hektare tersebut sebanyak 700 KK.

Sementara, Kampung Baru yang mengusung konsep “Marime City” akan


dibangun di atas tanah seluas 471 hektare dengan jumlah kaveling
sebanyak 3.000 unit.

Selain dilengkapi dengan fasilitas umum dan fasilitas sosial yang memadai,
kampung baru tersebut juga akan didukung dengan dermaga modern yang
berfungsi untuk memaksimalkan aktivitas nelayan serta kegiatan bongkar
muat
REMPANG ECO-
CITY
INVESTASI
• Rempang Eco City dijadikan sebagai ajang
berkompetisi (dengan negara tetangga) untuk
Potensi Investasi Rempang Eco City
mendapatkan Investasi Rp174 triliun untuk Xinyi
Group dan Rp381 Triliun untuk PT. MEG.
• Sedangkan rata-rata total investasi di Batam saja
per tahun adalah sebesar Rp13,63 triliun
• kehadiran Xinyi, dapat menarik investasi lainnya,
sehingga tercipta ekosistem usaha yang berdampak
bagi Kawasan (multiplier effect).
• Xinyi Group didirikan pada 1988 dan berkantor
pusat di Hong Kong. Perusahaan ini bergerak pada
produksi kaca apung (float glass), kaca mobil, dan
kaca arsitektur hemat energi berkualitas tinggi dan
telah memiliki jaringan di 130 negara di dunia.
PERMASALAHAN
KONFLIK DI
REMPANG
UMUM
• Rencana investasi ratusan triliun rupiah awalnya
menjanjikan kemajuan, tetapi berakhir dengan konflik
antara pihak pengembang, masyarakat setempat, dan
pemerintah.
• Kasus ini menunjukkan kompleksitas perencanaan
pembangunan dan dampak sosialnya.
• Konflik tersebut menyoroti pentingnya melibatkan
masyarakat dalam proses perencanaan pembangunan
dan pengambilan keputusan.
• Keadilan, transparansi, dan pelestarian budaya serta
mata pencaharian lokal harus menjadi poin utama
dalam rencana pembangunan.
MAIN PROBLEM
01 02 03 04 05

Legalisasi Adanya Tekanan BP Batam belum Masyarakat Eco City 'tak


kampung tua di pada Masyarakat kantongi 'punya hak' atas tertuang' dalam
Pulau Rempang (Terkesan di sertifikat HPL tanah di rencana tata ruang
'dibiarkan Paksakan Rempang
menggantung' Menyetujui)

Masyarakat mengaku Sampai saat ini, BP Menurut KPA, Dalam RTRW Nasional
temuan awal Ombudsma merasa tertekan oleh Batam belum masyarakat yang telah berdasarkan PP Nomor 13
n RI desakan-desakan untuk mengantongi sertifikat menempati wilayah itu Tahun 2017 pun, tidak ada
mengungkap bahwa mendaftarkan diri ke hak pengelolaan lahan selama berpuluh-puluh yang secara spesifik
upaya legalisasi program relokasi (HPL) di Pulau Rempang tahun dinilai semestinya menunjukkan alokasi ruang
kampung-kampung tua karena lahan yang memiliki hak yang sah untuk pengembangan
di Pulau Rempang “belum clean and clear”. atas tanah tersebut. Rempang Eco City.
"dibiarkan Yang ada justru Taman Buru
menggantung" oleh Pulau Rempang yang masuk
Pemerintah Kota Batam sebagai Kawasan Lindung
sejak awal 2000-an. Nasional,
PERMASALAH
AN
GENTRIFIKASI
• Gentrifikasi nampaknya meluas dan terlegalkan dalam dokumen tata
ruang di Indonesia.
• Hal ini dibuktikan dengan adanya kebijakan untuk menyingkirkan
penghuni lama dari kampung tua yang ada di sana.
• Konsep baru yang dibawa, yaitu menjadikan pulau tersebut sebagai
pulau dengan citra suatu kota yang maju dan modern dan tercerabut
dari akar budaya pulau itu sendiri.
• perencanaan tata ruang yang mengabaikan eksistensi penduduk asli
telah menimbulkan geger budaya dan juga geger mental bagi
masyarakat yang ada di sana, terutama anak-anak dan kaum wanita.
ALTERNATIVE
DAN SOLUSI
PRINSIP 01
Keberadaan Rempang Eco City harus menghormati dan menempatkan
kampung tua dan warganya sebagai elemen penting dari suatu upaya
menjaga keseimbangan dan eksistensi seluruh aktivitas yang ada di

PENYELESAI pulau tersebut.

Masyarakat setempat yang memang sudah menghidupkan daerah

AN
02
tersebut, mendapatkan Manfaat turunan dari Pembangunan Rempang
Eco City tanpa menghapus Adat dan Budaya Masyarakat Setempat

MASALAH 03 Mereka yang memang sudah tinggal di sana harus dilindungi


eksistensinya dan kepentingannya.

04 Keadilan, transparansi, dan pelestarian budaya serta mata pencaharian


lokal harus menjadi poin utama dalam rencana pembangunan.

05 Setiap Perencanaan Pembangunan untuk memahami sejarah, budaya,


dan kebutuhan masyarakat setempat. Dalam Rangka Mewujudkan
Pembangunan Berkelanjutan
TIPOLOGI
KONFLIK
Meri Persch-Orth dan Esther Mwangi
(2016) menyebutkan penyebab konflik
utama ialah perampasan lahan (land
grabbing) (84%), dimana sebagian besar
konflik umumnya terkait pada tenurial
lahan dan ketidakadilan pembagian
manfaat.

disebabkan oleh: perampasan lahan,


kurang atau tidak lengkapnya persetujuan
atas dasar informasi awal tanpa paksaan
(FPIC), dihiraukannya klaim hak adat,
tidak memadainya kompensasi, dll Penyebab Konflik di Perkebunan (Meri
Persch-Orth dan Esther Mwangi, 2016)
TIPOLOGI KONFLIK :
Aktor, Obyek dan Sikap-Perilaku
TIPOLOGI KONFLIK
REMPANG DAN
KONFLIK MESUJI
LAMPUNG
Wilayah bernama Mesuji tak hanya ada di Lampung.
Ada juga Mesuji yang merupakan kecamatan di
Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan.
Kedua wilayah tersebut berbatasan langsung.

Konflik di Mesuji dipicu masalah agraria (lahan). Sejak


reformasi, konflik pertanahan di Mesuji kerap terjadi.
Lantaran kala itu, negara dinilai sering menyerobot
tanah masyarakat lokal. Kemudian konflik ini
berkembang menjadi menjadi konflik antara warga
dengan perusahaan. Yakni, ketika negara banyak
memberikan konsesi pengelolaan lahan hutan kepada
pengusaha.

Solusi Rekonsiliasi

Lalu bagaimana solusi rekonsiliasi untuk Mesuji?


Konsorsium Pembaharuan Agraria (KPA) melihat
masalah konflik di Mesuji tak pernah jauh dari masalah
agraria. Khususnya, di wilayah Mekar Jaya Abadi KHP
Register 45 SBM.
Penyebab Konflik di Perkebunan (Meri
Persch-Orth dan Esther Mwangi, 2016)
PENANGANAN KONFLIK
PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

AGRARIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2020

a. PENGKAJIAN KASUS; b. Gelar awal c. Penelitian;


pokok permasalahan yang menguraikan • menentukan instansi atau lembaga atau • data fisik berupa peta tematik maupun
subjek yangbersengketa, keberatan atau pihakpihak yang mempunyai kewenangan kadastral, terestris maupun fotogrametris,
tuntutan pihak pengadu, letak, luas dan dan/atau kepentingan terkait Kasus yang peta citra, peta tata ruang, peta
status objek Kasus; ditangani; penatagunaan tanah dan peta lain;
• Merumuskan rencana Penanganan; • data yuridis berupa dokumen tentang
• Menentukan ketentuan peraturan subjek yang bersengketa;
perundangundangan yang dapat • data lapangan merupakan fakta yang
f. Gelar akhir • diterapkan; menggambarkan kondisi senyatanya
memastikan kesesuaian antara data bukti
dan bahan keterangan saksi dan/atau ahli;
menentukan layak tidaknya penerapan
hukum dan ketentuan peraturan perundang- e. Rapat Koordinasi; d. ekspos hasil Penelitian;
undangan terhadap Kasus yang ditangani. a. keputusan Penyelesaian Kasus; Menyampaikan data/bahan keterangan yang
b. surat rekomendasi Menteri atau Dirjen VII; menjelaskan status hukum Produk Hukum
c. surat petunjuk Menteri atau Dirjen VII. maupun posisi hukum masing-masing pihak.

g. Penyelesaian Kasus.
PENANGANAN KONFLIK
AGRARIA BERKAITAN DENGAN
PSN
Dalam Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/ Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 21 Tahun
2020 hal gugatan Perkara merupakan Program Strategis Nasional, Tanah Aset Pemerintah/BUMN/BUMD dapat dilakukan Rapat
Koordinasi Penanganan Perkara, antar kuasa hukum:
a. Kementerian, Kantor Wilayah dan/atau Kantor Pertanahan;
b. Pejabat dan/atau Instansi terkait, tergugat lainnya; dan/atau
c. Narasumber/Ahli,
yang hasilnya dituangkan dalam notula.

Rapat Koordinasi sebagaimana dimaksud bertujuan untuk:


a. memberikan informasi adanya gugatan Perkara;
b. saling bertukar informasi dan data yang diperlukan dalam Penanganan Perkara; dan
c. merencanakan strategi Penanganan Perkara.
PENANGANAN KONFLIK
AGRARIA BERKAITAN DENGAN
PSN
Terkait dengan relokasi atau pemukiman kembali atau involuntary resettlement. Prasyarat involuntary resettlement mencakup:
1). Penilaian awal kondisi social;
2). Rencana relokasi yang rinci dan jangka waktunya;
3). Pemulihan kembali kondisi sosial ekonomi warga, peluang kerja, langkah untuk mengatasi permasalahan yang timbul,
monitoring, dan evaluasi, karena ukuran seharusnya adalah Replacement Value (Nilai Pengganti).

Resettlement yang baik seharusnya memberi kesempatan pihak untuk melihat dan menilai tempat dimana ia akan dipindah jadi
terdapat pilihan-pilihan untuk hal tersebut. Tawaran relokasi yang tidak partisipatif itu sejatinya menyisakan permasalahan yang
cukup besar karena tidak memperhitungkan kondisi psikologis warga, misalnya
1). Kekhawatiran kehilangan sejarah/identitas;
2). Tecabut dari jejaring sosial yang ada;
3). Ketidakpastian untuk mengawali hidup di tempat yang baru; dan
4). Akan adanya potensi konflik horizontal di warga sekitar.
Relokasi tanpa partisipasi akan sulit diterima warga terdampak. Menawarkan bentuk/fasilitas relokasi dan lain-lain dan
menetapkan prioritas penerima, tanpa memberikan waktu bagi masyarakat untuk berpikir dan membuat pilihan atau keputusan,
terkesan menjadikan relokasi sebagai satu-satunya jalan keluar
PEMBANGUNAN
BERKELANJUTAN
Pembangunan berkelanjutan berwawasan kependudukan
menitikberatkan penduduk sebagai titik sentral dan modal dasar
pembangunan. Konsep ini dapat diterapkan dengan memperhatikan
beberapa hal, sebagai berikut:

1.Memastikan tercapainya jumlah penduduk yang


berkelanjutan.

2.Menggiatkan pertumbuhan ekonomi penduduk.

3.Menjaga kelestarian dan meningkatkan sumber daya


4.Berorientasi pada teknologi dalam pengelolaan resiko,

5.Mengintegrasikan kepentingan ekonomi, sosial-budaya, serta


lingkungan dalam pengambilan keputusan.
Thank you!
Feel free to approach us
if you have any questions.

Anda mungkin juga menyukai