Bupati sendiri yang sengaja perlambat pekerjaan dengan membagi DPA dekat akhir tahun
sehingga banyak proyek yang kerja asal-asalan dan tidak selesai baru mau kasi salah siapa. Ini
modus lama yg setiap tahun dilakukan oleh bupati tapi tidak pernah ada evaluasi dan perbaikan,
bahkan kontraktor2 bermasalah itu bukannya dikasi Black List tapi malah mereka yg terus dapat
paket2 APBD. Bupati sengaja perlambat proyek2 APBD karena sebagian Dana APBD dari Kas
Umum Daerah di Bank Papua dipindahkan ke Bank Mandiri dan BRI untuk kepentingan
Deposito dengan keuntungan yg sangat menggiurkan dan hanya bupati sendiri yang menikmati
hasilnya. Disisi lain, bupati bicara peduli pengawasan padahal dia sendiri yang lakukan
pelamahan. Orang BPKP yg dikontrak oleh bupati jadi Inspektur (Kepala Bawasda) di Kaimana
sama sekali tidak ada manfaat untuk tingkatkan kinerja pengawasan pembangunan, Kepala
Bawasda Kaimana itu kerjanya berangkat melulu utk atur lobby dengan BPK supaya tutupi
masalah2 yg berpotensi jadi temuan pelanggaran lalu diatur skenario pertanggungjawaban
rekayasa agar Kaimana setiap tahun panen WTP (Wajar Tanpa Pengecualian), biar terkesan
seolah-olah Pemda Kaimana sangat berprestasi dalam mengelola keuangan daerah, padahal
korupsi merajalela. Bupati ingin ada pengawasan, sedangkan anggaran yg dialokasikan ke
Inspektorat sengaja dikasi kecil, bahkan sama sekali tidak ada anggaran untuk perjalanan dinas
dalam rangka pengawasan di beberapa distrik. Ini indikasi kuat bentuk pelemahan terhadap
kinerja pengawasan agar proyek2 infrastruktur yg dibiayai dg Dana milyaran rupiah tsb biar
hasilnya berantakan tapi tidak perlu dipermasalahkan, asal yang penting uang cair dan baku bagi
keuntungan. Proyek2 dalam kota saja sudah amburadul apalagi proyek2 jalan dll yg jauh di
kampung2. Semoga DPRD Kaimana masih punya hati nurani untuk melihat kondisi Kaimana yg
makin memprihatinkan ini.
Bapak Presiden Jokowi yang mulia, mohon Bapak minta institusi terkait tegur/ tindak tegas
Bupati Kaimana agar jangan hanya sibuk kejar segala bentuk penghargaan yg diberikan diatas
dasar kepalsuan untuk menutupi isu2 Korupsi yg melibatkan dirinya, sementara ada anak bocah
Papua An. Tawakal Kamakaula asal Kampung Namatota - Kab. Kaimana, yang menderita
Kanker dibiarkan tidak berdaya oleh himpitan ekonomi dan tidak terjamah oleh bantuan
pelayanan Kesehatan yang selalu menyedot APBD cukup besar karena dianggap prioritas.
Sekilas INFO:
Sekda Kaimana sedang dipanggil ke Jakarta untuk diperiksa minggu ini di Kejaksaan Agung RI
sebagai Saksi setelah ditetapkannya Tersangka baru Gelombang Pertama terkait kasus korupsi
Pembangunan Dermaga Kaimana (APBD 2015 Fiktif). Kami sangat sayangkan dan ikut prihatin
kalau ada pejabat orang Kaimana yang terus mau dijadikan tameng untuk lindungi Bupati dan
rela masuk penjara, sementara Bupati terus bernari-nari menikmati fasilitas mewah yang
diperoleh dari hasil korupsi. Jika mau ada keringanan hukuman, harusnya mereka buka2an sudah
bahwa apa yang diperbuat adalah atas saran dan petunjuk Bupati. Jangan percaya kalau bupati
bisa berikan jaminan untuk lolos, karena cepat atau lambat Bupati Kaimana juga akan terseret ke
penjara atas beberapa kasus korupsi kelas kakap di Kaimana yang belum diungkap tuntas.
Kedua, tersangka MCK, mantan Kepala Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan (KUPP) Kelas
III Kaimana, ditahan di Rumah Tahanan Negara Salemba Cabang Kejaksaan Agung RI selama
20 (dua puluh) hari terhitung mulai tanggal 5 Desember 2017 sampai dengan 24 Desember 2017
berdasarkan surat perintah penahanan Direktur Penyidikan pada Jaksa Agung Muda Tindak
Pidana Khusus Nomor: Print-38/F.2/Fd.1/12/2017 tanggal 5 Desember 2017.
Penyidik melakukan penahanan dengan pertimbangan tersangka diancam pidana penjara lebih
dari 5 (lima) tahun dan dikhawatirkan melarikan diri, merusak atau menghilangkan barang
bukti .
Seperti siaran pers Pusat Penerangan Hukum Kejaksaan Agung ( Puspenkum Kejagung )
menerangkan, pada tahun 2010 dilakukan pengembangan Fasilitas Pelabuhan Laut Kaimana
atau pembangunan Dermaga Kaimana Tahun Anggaran 2010-2012.
Didalam pelaksanaan pembangunan, penanaman tiang pancang (pondasi) trestle dan dermaga,
kontraktor tidak dapat melaksanakan pekerjaan sesuai spesifikasi teknis yang disyaratkan dalam
rencana kerja dan syarat-syarat (RKS) dalam kontrak.
Antara lain, pemancangan tiang pancang tidak mampu mencapai kedalaman yang disyaratkan
dalam kontrak, sehingga seluruh bagian Trestle panjang 50 meter dan lebar 6 meter (APBN TA-
2010), Dermaga Fingger panjang 80 meter dan lebar 8 meter (APBN TA-2011), dan
Dermaga/GT panjang 50 x 10 meter (APBD TA-2012) dalam kondisi goyang, sehingga kapal
tidak bisa merapat untuk bersandar.
Perhitungan sementara kerugian keuangan negara diperkirakan mencapai kurang lebih senilai
Rp58 milyar.
Tersangka dijerat Pasal 2 ayat (1), Pasal 3, Undang-Undang Nomor 31 tahun 1999 sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. Pasal 55 ayat
(1) ke-1 KUHP, dan penyidik telah memeriksa puluhan saksi, kata Kapuspenkum Kejagung.
(SUR).
Dua orang Tersangka baru kasus Korupsi Dana Haji melalui APBD Kaimana yg dijemput dari
Jakarta sdh tiba di Kaimana. TSK H sementara nginap di ruang tahanan Polres, sedangkan TSK
S di tahanan Lapas Kaimana. Kehadiran 2 TSK ini bisa membuka tabir keterlibatan kroni2
Bupati Kaimana yg menikmati hasil kerugian Negara yg disanyalir mengalir juga keatas. Harap
pak AK dan AS (TSK lama) bisa buka kartu yg selama ini ditutup rapat jika mau lolos atau
mendapat keringanan hukuman, karena apapun upaya Kajari Fakfak untuk melindungi bapak2
itu pasti sia2. Ini murni kasus korupsi om, bukan sekedar penipuan atau kesengajaan sepihak
oleh pihak Travel yg merugikan negara sebesar Rp. 3,6 Milyar, sehingga mau diakal-akalin oleh
Kajari Fakfak utk korbankan pihak travel dan lindungi kroni2 bupati. Semoga proses
pemberkasan berjalan lancar utk ke P 21 dan TSK lama juga langsung dieksekusi biar tidak
dianggap tebang pilih, karena saat ini sdh menjadi buah bibir di masyarakat Kaimana dan banyak
orang salut dg kinerja Polres Kaimana tapi masih berharap-harap cemas tentang apakah kaki
tangan bupati yg kuat itu bisa diseret atau tidak. Tentu kami bersama masyarakat dan semua
pegiat anti korupsi dimanapun pasti mendukung langkah keberanian dan profesionalitas Kapolres
bersama para penyidiknya utk usut tuntas tanpa pandang buluh.
BRAVO POLRES KAIMANA
DIMANA BUPATI, DIMANA DPRD KAIMANA, KETIKA IBU & ANAK MENJADI
KORBAN PELAYANAN KESEHATAN YANG BURUK.
Percuma bicara prioritas anggaran yang besar di bidang kesehatan, sementara grafik perbaikan
kesehatan tidak meningkat dan masyarakat tetap menjadi korban karena buruknya pelayanan di
RSUD. Ini fakta yang dialami oleh keluarga tdk mampu. Dimana pada tanggal 1 oktober 2017
lalu ada pasien ibu melahirkan yg dibawa ke RSUD Kaimana, tapi dokter di RSUD rujuk pasien
tsb ke RS. Misi Kaimana. Setelah dilakukan operasi cesar hingga selesai perawatan dan pasien
hendak mau pulang ternyata dibebankan oleh biaya hampir 20 Juta dan keluarga pasien tidak
mampu bayar. Disaat hampir bersamaan ada pasien ibu hamil dari kampung di Buruway yang
dirujuk dari puskemas ke RSUD lalu dari RSUD rujuk lagi ke RS. Misi, namun sayangnya tidak
tertolong, bayi dan sang ibunya meninggal dunia. Sudah seperti itu, keluarga korban bingung
dengan tagihan yg sama jumlahnya hampir 20 Juta. Pada prinsipnya pihak RS. Misi tidak bisa
disalahkan karena mereka sdh bekerja sesuai SOP tapi mungkin saja ada kendala lain akibat
pasien tidak terjangkau oleh pelayanan kesehatan sejak awal. Yang kami pertanyakan itu kenapa
RSUD tidak mau tangani pasien. Apapun alasan kamar operasi direhab, kenapa tdk ada ruang
operasi cadangan. Kenapa juga pasien dirujuk ke RS Misi tanpa penjelasan soal konsekuensi
biaya dan sebagainya. Anehnya lagi kenapa Dinas Kesehatan dan RSUD tidak mau bertanggung
jawab selesaikan biaya perawatan padahal Dana yg mereka kelola masing-masing mencapai
Puluhan Milyar. Jika pasien tidak punya BPJS, terus dana BPJS di Dinkes dan RSUD yang
dianggarkan tersendiri dari APBD Kaimana lebih 5 Milyar itu untuk siapa. Dana Bantuan
Rujukan, bantuan pelayanan kesehatan, bantuan persalinan dll itu untuk siapa.
Tolong bapak/ ibu Dewan yg terhormat di Gedung DPRD panggil Direktur RSUD, Kadis
Kesehatan dan Bupati untuk klarifikasi persolan tersebut.
Bupati dan pejabat pemda Kaimana ini urat malu sudah putus. Mereka tidak merasa bersalah
pada rakyat dan negeri yg membuat mereka hidup bermewah-mewahan. Mereka bukan pelayan
rakyat tapi pelayan BPK, makanya Kabupaten Kaimana bisa peroleh predikat WTP (Wajar
Tanpa Pengecualian) dari BPK sebagai penghargaan tertinggi atas kinerja pengelolaan keuangan
daerah, utk mengelabui masyarakat bahwa Pemda Kaimana paling bersih dan tdk ada korupsi.
Padahal faktanya korupsi di Kaimana sangat merajalela, mulai dari proyek2 infrastruktur
bermasalah spt Gedung Kantor Bupati, Kantor DPRD, pembangunan Jalan, Jembatan dll yang
MARK-UP, MANGKRAK dan FIKTIF dengan nilai Ratusan Milyar Rupiah, serta
penyalahgunaan Dana Bansos ratusan Milyar rupiah. Anehnya mantan Kepala BPK RI setelah
serahkan WTP di Manokwari langsung besoknya menuju Kaimana dan disambut oleh Bupati di
bandara, tdk jelas urusan apa ke Kaimana tapi setidaknya bisa terima ucapan terima kasih dari
bupati cs. Ini sungguh keterlaluan. Untuk itu saya ajak adik2 mahasiswa Kaimana dimanapun
dan seluruh masyarakat Kaimana utk atur waktu kita gelar parlemen jalanan desak DPRD
hadirkan Bupati dan orang BPK biar jelaskan apa prestasi Pemda selama ini shg Kaimana dapat
WTP hingga 4 tahun berturut. Lalu kenapa Aspirasi Dewan Adat yang ditindaklanjuti melaui
surat DPRD utk minta BPKP lakukan Audit Investigasi terhadap Dana Bansos dan bbrp proyek
bermasalah di Kaimana tidak ditanggapi oleh BPKP Papua Barat. Sayangnya DPRD juga tinggal
diam seolah tdk mau perduli dg penderitaan rakyat. Ayo kita lawan kejoliman ini..!
Dana OTSUS Rp. 6 Milyar dianggarkan melalui Bansos 2014 untuk biaya kuliah 7 orang anak
asli Kaimana selama 4 tahun di Jerman. kami patut bangga dan salut atas kebijakan bupati
melakukan terobosan kuliah ke luar negeri, tapi sangat disayangkan bahwa ini kebijakan yang
kebablasan dan sarat muatan kepentingan politik. pada saat bupati menghadapi gugatan hukum
pemalsuan dokumen (akta kelahiran) Tahun 2013 lalu, bertepatan dengan kembalinya anak2
Kaimana yang dididik di Yayasan Surya Institute.Yayasan ini sudah lepas tangan tanpa ada
alasan jelas dikembalikan karena sdh memenuhi target atau ada alasan lain, karena ternyata nilai
eksata dibawah rata-rata. akibatnya mereka tidak punya Ijazah sehingga Dinas Pendidikan hanya
berikan mereka ijazah Paket C dan Raport fiktif. adik-adik kita juga mengikuti program kursus
bahasa Jerman selama hampir 1 tahun di Jakarta tapi masih sulit mencapai standar. Ironinya
Bupati makin gencar publikasi bahwa Tanggal 19 September mereka sudah berangkat dan nanti
dilepas oleh pemda dan dewan adat. Anehnya pihak dinas tidak tahu alamat mereka di jakarta
sehingga sulit memonitor perkembangan mereka apakah TOEFEL diatas 500, kemudian program
study apa yang mau ditempuh dan apakah sudah ada/belum undangan dari Universitas atas hasil
seleksi yang nanti menjadi bagian dari syarat untuk mendapatkan Visa Study di Jerman. Jangan
sampai bupati hanya kejar pencitraan karena terlanjur Dana 6 Milyar sudah dikasi cair jadi
targetnya kasi brangkat saja, jika nanti dikembalikan setidaknya bupati bisa cuci tangan bahwa
kebijakannya itu mulia tapi klu dikembalikan itu adalah masalah personal karna
ketidakmampuan mereka. Anak-anak kaimana yang lain juga bisa menuntut hak yang sama..
silahkan berkomentar !!
Kami perlu berlindung dibawah payung Dewan Adat untuk menuntut hak2 dasar kami atas janji
negara untuk membina, memberdayakan dan mensejahterakan orang Papua lewat kebijakan
OTONOMI KHUSUS di Tanah Papua. Kami hanya menuntut Bupati Kaimana agar
bertanggungjawab atas program pendidikan abal2 yang berbau penipuan, eksploitasi dan korupsi
serta telah mengorbankan masa depan anak2 8 suku di Kab. Kaimana. Mohon kepada basodara
suku2 lain terutama basodara AMKAY, agar jangan terprovokasi utk buat aksi tandingan lawan
mereka yang sedang menuntut hak dan keadilan diatas Tanahnya sendiri. Kami tidak ganggu
kalian jadi tolong hargai kami agar kita tetap hidup berdampingan dalam suasana yang damai.
Kami hanya minta bupati yang hrs bertanggungjawab dan jangan lagi ada pihak2 yang coba mau
adu domba orang Kaimana dengan menciptakan kelompok2 tandingan.