Anda di halaman 1dari 11

POLEMIK PEMBANGUNAN PASAR PAGI METRO SAMARINDA

Sudah sejak setahun terakhir ini, Kota Samarinda Kalimantan Timur diributkan oleh proses
rencana Pemerintah Kota membangun pasar tradisional ditengah kota. Polemik muncul
awalnya karena pembangunan Pasar Pagi Metro/PPM terkesan mendadak dan tidak disertai
dengan tahapan seperti feasibility studi maupun proses usulan dari bawah. Pemerintah
propinsi mengaku keberatan dengan proyek tersebut karena pembangunan PPM tidak
memecahkan persoalan substansial terkait kebutuhan masyarakat. Selain itu, masyarakat
secara umum juga banyak yang menolak kebijakan ini. Lantas, apa saja kajian yang bisa saya
kemukakan atas persoalan tersebut? Paling tidak ada 8 hal yang perlu dijadikan dasar
mengkaji hal tersebut yakni :

1. Tata kota
Penataan sebuah kota tidak dapat dibangun secara serampangan. Artinya kalau proyek
pasar pagi akan dijalankan, pemerintah kota harus membuka dokumen apakah lokasi
pembangunan pasar pagi metro memang diperuntukkan bagi perdagangan umum,
perkantoran atau hunian. Penting untuk diketahui bahwa hingga sekarang review Perda
RUTRK (Rencana Umum Tata Ruang Kota) Pemprov Kaltim saja masih dalam proses. belum
mendapat pengesahan dari pemerintah pusat. Otomatis Perda RUTRK dibawahnya masih
terjadi kekosongan hukum dan harus menunggu Perda tingkat provinsi untuk dilakukan
penyesuaian. Maka dari itu, berbagai kebijakan yang menyangkut mengenai tata kota harus
menunggu kepastian.

2.    Jalur Hijau


Beberapa orang (seperti di kutip media lokal) menyatakan bahwa tempat tersebut
merupakan jalur hijau. Selain itu pelabuhan peti kemas lokasinya sangat berdekatan dengan
PPM. Tentunya selain berkurangnya lahan terbuka hijau (berdasar UU No 26 Tahun 2007
tentang Tata Ruang menyebutkan RTH /Ruang terbuka hijau) harus 30 persen. Nah bila
wilayah tersebut dibangun maka otomatis akan mengurangi RTH. Apakah selama ini
Samarinda telah memenuhi hal tersebut? Sebab banyak kawasan justru dikuasai oleh Kuasa
Pertambangan. Belum lagi ketika jarak dengan pelabuhan peti kemas terlalu dekat, tidak
bisa dibayangkan betapa crowdednya lalu lintas disana. Jalan Gajah Mada sendiri
merupakan salah satu jalur padat dan pendirian pasar bisa memperparah kondisi lalu lintas.
Pembangunan PPM justru berdampak signifikan tidak hanya pada arus lalu lintas semata
namun berimplikasi pada distribusi bahan dari terminal peti kemas yang bisa saja terganggu.

3.    Batas Sempadan sungai


Proyek ini akan didirikan tepat di pinggiran Mahakam yang juga merupakan jalur padat lalu
lintas kapal-kapal pengangkut batu bara, bahan makanan ke pedalaman serta kapal
angkutan umum maupun arus mobilitas masyarakat tepian sungai. Dibutuhkan kajian
mendalam meliputi lokasi, lalu lintas sungai serta lahan sempadan sungai. Aturan sempadan
sungai juga ada batasnya. PPM didirikan betul-betul berada di tepian mahakam dan ini
melanggar. Selain itu sangat berbahaya bagi bangunan dan masyarakat yang melakukan
transaksi ditempat tersebut. Belum lagi ditambah dengan berton-ton peti kemas.Selain itu
apakah status disitu bisa didirikan pasar? Sementara berdasarkan Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum No 63 Tahun 1993 Pasal 6 ayat (1)b disebutkan bahwa Garis sempadan
sungai bertanggul dalam kawasan perkotaan ditetapkan sekurang-kurangnya 3 (tiga) meter
disebelah luar sepanjang kaki tanggul. Artinya proyek PPM perlu dilihat kembali apakah
sudah sesuai dengan Permen Pekerjaan Umum ini atau tidak.

4.    Perijinan
Masalah perijinan yang dinyatakan belum tuntas menjadi pertanyaan kita semua. Kenapa
ijin belum tuntas tapi investor sudah mulai membangun? Mestinya Satpol bisa
menghentikan kegiatan tersebut sebab memang tugas mereka penegakan Perda.. Selain ijin
HO tetapi juga apakah PPM tidak melanggar Perda lainnya? Gubernur sendiri menyatakan
bahwa jalan Gajahmada berstatus jalan propinsi sehingga perijinan maupun kajian layaknya
dilakukan oleh pemerintah propinsi. Proyek senilai Rp 15 miliar itu dikerjakan oleh PT Surya
Rizki Reza Jaya Abadi yang belum memiliki izin mendirikan bangunan (IMB) serta studi
kelayakan tentang analisis mengenai dampak lingkungan (Amdal) (Kaltimpost 28 maret
2009).

5.    Proses perencanaan


Banyaknya statement tentang meminta agar PPM ditunda membuktikan bahwa aspek
perencanaan tidak matang. Satu institusi saja (DPRD) pendapatnya bisa berbeda. bagaimana
mungkin ini terjadi? Harusnya DPRD bisa satu suara karena lembaga itulah yang memang
melakukan inventarisasi dan klarifikasi kebutuhan masyarakat. Kalau benar masih belum
clear siapa yang memberikan ijin maka patut dipertanyakan ada apa dengan proyek PPM?
Kan usulan pembangunan itu dibahas di Musrenbang maupun di RAPBD di komisi-komisi
DPRD. Bila mereka (dewan) tidak satu suara, lantas APBD 2009 yang disahkan apakah
pembangunan PPM disetujui atau tidak. Sebenarnya melacak dokumen ini tidak begitu sulit
apalagi dengan nominal yang cukup besar. Tinggal ada kemauan atau tidak untuk membuka
secara jelas siapa sebenarnya yang diuntungkan dalam proyek ini.

6.    Penertiban PKL


Cara melakukan penertiban PKL juga tidak bisa dengan sporadis serta reaksioner. Harus
dikaji mendalam dan dipikir secara matang merelokasi PKL. Ada tahapan-tahapan yang
harus dilalui dan bukan seperti membalik telapak tangan. Apakah PPM itu juga nantinya
bakal diperuntukkan bagi pedagang pasar tradisional? Berasal darimanakah mereka?
Jangan-jangan ruang-ruang yang dijual nantinya justru dimiliki oleh pedagang-pedagang
bermodal besar. Bukan masyarakat kelas bawah yang digusur dari lokasi semula. Biasanya
pendataan dan bujuk rayu dilakukan di awal proses. Mereka sering dijanjikan akan
mendapat prioritas namun pasti diminta menyetor dana atau membayar diluar kemampuan
mereka. Padahal pembangunan itu disediakan oleh dana APBD yang juga merupakan hasil
pajak serta retribusi rakyat.

7.    Investor
Lantas, kenapa tiba-tiba investor bisa membangun? Bukankah mestinya harus ada
kesepakatan harga, kontrak, jangka waktu dan model pembayarannya seperti apa. Kami
berpikir dengan proyek PPM ini yan nominalnya sangat besar harus melalui lelang. Tidak
bisa asal tunjuk karena bisa dikenakan klausul pelanggaran Keppres 80 Tahun 2003. Proses
abu-abu ini dilain waktu bisa jadi masalah seperti kasus-kasus sebelumnya. Apalagi sebentar
lagi ada pemilihan walikota. Kenapa bisa begini? Wajar bila masyarakat menduga ada
sesuatu. Penting ditelisik antara DPRD, pemerintah kota maupun investor PT Surya Rizki
Reza Jaya Abadi. Adakah hubungan dengan para kandidat yang akan berkompetisi dalam
Pilwalkot.

8.    Ijin Komisi II


Jika memang benar komisi II sudah mengijinkan bersama ketua dewan, tidak otomatis bisa
begitu saja pryek berjalan. Sebab harus dianggarkan di APBD. Baru setelah disahkan akan
dilakukan pelelangan. Proses ini membutuhkan waktu cukup panjang sehingga masyarakat
umum juga mengerti dan memahami. Dewan harus mendengarkan argumentasi dari
masyarakat sebagai pemangku kepentingan atas PPM tidak hanya sebagai konsumen pasar
tetapi juga pengguna jalan. Yang patut dilihat adalah polemic ini muncul pada awal tahun
2009 dan awal 2010 baru dibangun. Lantas sebenarnya pembangunan PPM itu masuk APBD
2009 atau 2010?

Idealnya memang pemerintah kota melempar terlebih dahulu wacana tentang PPM supaya
menjadi legitimate. Mungkin itu beberapa argumentasi saya. Masih banyak hal yang
sebenarnya bisa didiskusikan secara bersama-sama sebab yang terkait dengan proyek PPM
itu tidak hanya investor, pedagang, pembeli namun juga pemilik taksi, sopir taksi, pengguna
jalan disitu dan masih banyak yang lainnya.

Berdasarkan perda RTRW/RUTRK Propinsi saja masih di evaluasi oleh Pemerintah Pusat
sehingga otomatis Perda RTRW/RUTRK Kota/Kabupaten belum bisa dilakukan evaluasi.
Artinya keputusan-keputusan penting tentang penataan ruang di Samarinda harus
menunggu regulasi atau evaluasi atas Perda RTRW/RUTRK disahkan. Sayangnya tidak mudah
mendapatkan Perda tersebut. Namun berdasarkan UU No 26 Tahun 2007 Tentang Tata
Ruang Pasal 60 dijelaskan bahwa :
Dalam penataan ruang, setiap orang berhak untuk:
a.    mengetahui rencana tata ruang;
b.    menikmati pertambahan nilai ruang sebagai akibat penataan ruang;
c.    memperoleh penggantian yang layak atas kerugian yang timbul akibat pelaksanaan
kegiatan pembangunan yang sesuai dengan rencana tata ruang;
d.    mengajukan keberatan kepada pejabat berwenang terhadap pembangunan yang tidak
sesuai dengan rencana tata ruang di wilayahnya;
e.    mengajukan tuntutan pembatalan izin dan penghentian pembangunan yang tidak sesuai
dengan rencana tata ruang kepada pejabat berwenang; dan
f.    mengajukan gugatan ganti kerugian kepada pemerintah dan/atau pemegang izin apabila
kegiatan pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang menimbulkan
kerugian.

Bila begitu, apakah proyek Pasar Pagi Metro Samarinda masih layak dilanjutkan? Penting
dipikirkan ulang oleh Pemkot Samarinda.
Sabtu, 20 November 2010 , 08:40:00
Siapkan Parkir, Hilangkan Kekumuhan
Dishub Wacanakan Pemindahan Terminal Pasar Pagi

Bagi berita/artikel ini kepada rekan atau kerabat lewat Facebook


SAMARINDA - Masalah parkir yang berujung kemacetan di kawasan Pasar Pagi akan segera
teratasi dengan diwacanakannya pemindahan terminal Pasar Pagi, kemudian eks terminal
akan dijadikan lahan parkir. Namun, untuk sementara akan dilakukan penataan lebih dulu.
“Kami wacanakan memindah terminal Pasar Pagi sebagai solusi yang paling tepat. Bekas
terminal kemudian dijadikan lahan parkir. Tapi tidak bisa instan, perlu kajian serta duduk
satu meja dengan stakeholder. Jadi, sementara ini kita melakukan perapian dulu,” ujar
Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Samarinda H Suko Sunawar kepada wartawan melalui
ponselnya, Jumat (19/11).
Suko mengatakan pemindahan terminal angkutan kota (angkot) tujuan Samarinda Seberang
dan Palaran ini juga akan memberikan dampak positif lainnya, selain mengatasi masalah
parkir dan kemacetan, juga menghilangkan kesan kumuh karena adanya pedagang kaki lima
(PKL).
“Kita perlu mengajak stakeholder lainnya. Siapa tahu ada masukan-masukan tempat parkir
atau terminal yang lokasinya lebih representatif lagi. Tapi, teman-teman di Dishub
menyimpulkan memanfaatkan eks pelabuhan peti kemas sebagai terminal Pasar Pagi yang
baru sudah pilihan tepat. Sebab, harus dipindah kemana lagi, karena tidak ada lahan selain
di eks pelabuhan,” sebut Suko.
Hanya saja, lanjutnya, jika di eks Pelabuhan Samarinda harus menunggu pelabuhan itu
dipindahkan ke Palaran. Makanya, kata Suko, saat ini selain melakukan kajian juga
melakukan perapian terlebih dulu. “Kami juga akan melibatkan instansi terkait lainnya,
seperti Satpol PP dan Dinas Pasar, karena juga akan menghadapi masalah PKL ketika
memindah terminal itu. Jangan sampai ketika dipindah tetap kumuh atau bahkan muncul
persoalan baru,” imbuhnya.
Suko tidak menampik kondisi di terminal maupun sekitarnya yang tidak hanya dijadikan
kawasan berdagang, melainkan juga tempat tinggal, sehingga menjadi kawasan kumuh.
Sedangkan masalah parkir yang sering menyebabkan kemacetan, karena kendaraan sering
parkir sampai ke badan jalan. Hal ini tak bisa dihindari karena tidak ada lahan parkir.
“Kita berharap pemindahan pelabuhan peti kemas ke Palaran segera terealisasi, sehingga
wacana ini bisa kita lanjutkan untuk tahapan selanjutnya,” tandas Suko. (hms2)

Tak Kalah Bersaing dengan Mal


Pasar Pagi, Pasar Tradisional Tertua di Samarinda
DI TENGAH pembangunan Samarinda yang terus menggeliat, keberadaan pasar tradisional
tampaknya masih cukup eksis meski harus bersaing dengan sejumlah pusat perbelanjaan
moder seperti Mall dan Plaza.
Pasar Pagi adalah pasar tradisional tertua di Samarinda dan hingga saat ini masih menjadi
lokasi favorit masyarakat Samarinda untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari.
Pasar Pagi merupakan salah satu bagian yang tidak bisa dipisahkan dari roda perekonomian
Samarinda.
Masyarakat memilih berbelanja kebutuhan seperti sembako, kebutuhan rumah tangga,
pakaian bahkan hingga kebutuhan sekunder seperti perhiasan.
Produk dan barang dagangan di Pasar Pagi pun tak kalah bersaing dengan sejumlah barang
dagangan yang dijual di Mall atau pusat perbelanjaan modern.
"Pasar Pagi memiliki pangsa pasar sendiri dan sudah terbentuk sejak puluhan tahun lalu.
Meski banyak pusat perbelanjaan modern, lebih banyak masyarakat awam senang
berbelanja kebutuhan pokok di pasar tradisional. Pasar Tradisional lekat dengan kehidupan
masyarakat," jelas Kepala Dinas Pasar Makmun AH saat berbincang dengan Sapos beberapa
waktu lalu.
Sejumlah warga yang ditemui Sapos di Pasar Pagi, mengaku lebih memilih pasar tersebut
ketimbang mall atau plaza untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari dengan berbagai alasan.
Mulai soal harga hingga soal kualitas, khususnya untuk sembako, daging, ikan dan
sejenisnya.
"Berbelanja bahan makanan seperti ikan, daging, telur, dan sayur, lebih baik di Pasar Pagi
atau pasar tradisional seperti ini. Karena dijamin lebih segar dibandingkan dengan yang dijual
di mal. Kebanyakan daging, ikan, sayur dan buah di supermarket atau di mal mengandalkan
bahan pengawet. Kalau di pasar seperti ini lebih fresh," jelas Maryati (34) warga Jl Lambung
Mangkurat gang 5, Samarinda Ilir yang ditemui Sapos, Sabtu (5/2) pagi kemarin.
Selain itu menurutnya, harga barang di Pasar Pagi bisa ditawar. "Seninya belanja di sini
(Pasar Pagi,red) yang harganya bisa saling menawar. Beda kalau di supermarket atau di mal,
harganya sudah ditentukan dan tidak bisa dikurangi lagi," tandasnya lagi.
Pasar Pagi disebut-sebut sebagai pasar tertua di Samarinda. Dulu, lokasinya persis di pinggir
Sungai Mahakam atau di sekitar Pelabuhan Samarinda saat ini. Namun sekitar tahun 1969,
sejumlah pemukiman termasuk lokasi pasar direlokasi atau dipindahkan oleh pihak Pemkot
Samarinda.  Pasar Pagi pun dipindahkan ke lokasi yang agak jauh dari pinggiran Sungai
Mahakam.
Beberapa kali, pasar ini terbakar. Kebakaran besar terakhir terjadi pada akhir Maret 2009
silam. Hanya dalam hitungan menit, api lalu menjilati bangunan di sekitarnya.
Tercatat sekitar 30 kios terdiri warung makanan, toko dan gudang pakaian milik pedagang
ludes.
Dan setelah kebakaran itu, muncul wacana dari H Achmad Amins MM yang saat itu masih
menjabat sebagai Walikota Samarinda, agar Pasar Pagi didesain lebih modern dan dikenal
dengan Proyek Pasar Pagi Metro (PPM). Namun, usulan itu menimbulkan reaksi dan
gelombang protes.
Pasalnya, desain PPM dinilai tidak tepat karena kembali menggunakan lahan di Tepi Sungai
Mahakam. Saat ini, wacana proyek tersebut masih mengambang dan belum jelas endingnya.
Sampai hari ini Pasar Pagi menjadi salah satu pasar tradisional terbesar di Samarinda yang
masih menjadi barometer sejumlah pasar tradisional lainnya yang ada di kota Samarinda.
Berbagai permasalahan sosial di kawasan itu pun sering menjadi sorotan, misalnya saja
masalah parkir liar dan penataan los atau petak yang masih camuh.
Namun,  apapun permasalahan yang terjadi, keberadaan Pasar Pagi dan kehidupan ekonomi 
masyarakat Samarinda tidak bisa dipisahkan sejak dulu.  Pasar Pagi tidak kalah menarik dari
sejumlah Mal atau pusat perbelanjaan yang berdiri megah di sejumlah sudut kota Samarinda
saat ini.(uya)

JTV Surabaya
JTV yang merupakan singkatan dari Jawa Pos Media
Televisi, adalah sebuah stasiun televisi swasta regional di
Kota Surabaya, Jawa Timur. JTV adalah televisi swasta
regional pertama di Indonesia sekaligus yang terbesar
hingga saat ini. Jangkauan JTV meliputi hampir seluruh
provinsi Jawa Timur secara terestrial, juga bisa diterima
diseluruh Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam, Filipina
dan sebagian Australia dengan parabola melalui satelit
Telkom 1, dan fasilitas televisi berlangganan
TELKOMVision.
Stasiun televisi ini dimiliki oleh Grup Jawa Pos, yang juga memiliki afiliasi surat kabar dan stasiun
televisi di Indonesia seperti SBO TV (Surabaya TV), Malioboro TV (Yogyakarta), PJTV (Padjajaran TV)
(Bandung), Semarang TV, Bogor TV, Jak TV (Jakarta) dan MKTV (Mahkamah Konstitusi Televisi)
(Jakarta), PAL TV (Palembang), Padang TV (Padang), Jambi TV (Jambi), dan Jek TV (Jambi). Sedangkan
biro JTV di Jawa Timur ada 7 yaitu Malang, Jember, Banyuwangi, Kediri, Madiun, Bojonegoro dan
Madura. Dahlan Iskan (CEO Grup Jawa Pos) menargetkan JTV untuk melahirkan 20 TV lokal setiap
tahunnya.

BALI TV

Stasiun televisi yang didirikan pada awal abad ke-21 ini terutama menjadi terkenal karena
menanyangkan acara televisi biasa dalam bahasa Bali.
Acara-acara ini antara lain mencakup, nyanyian dalam bahasa Bali, acara-acara lain yang bernafaskan
Hindu dan upacara-upacara kedaerahan lainnya. Tetapi mereka juga menanyangkan warta berita
pula (dalam bahasa Indonesia).

EKSISTING DATA
(STASIUN TELEVISI LOKAL DAERAH KALTIM)
RENCANA JUDUL :
PERENCANAAN STASIUN TELEVISI SWASTA DAERAH/REGIONAL KALTIM.

RENCANA LOKASI :
JL. HM. RIFADDIN, SAMARINDA SEBERANG.

LOKASI EKSISTING STASIUN TV YANG ADA DI KALTIM :


TVRI KALTIM - Jl. Eri Supardjan Samarinda.
Balikpapan TV – Jl. Soekarno Hatta Balikpapan

PERMASALAHAN EKSISTING :
TVRI Kaltim selama ini menjadi satu-satunya yang bias di andalkan dalam hal informasi
berbasis media televisi. Berbeda dengan stasiun TV lain, TVRI kaltim merupakan stasiun TV miliki
pemerintah daerah yang memiliki keterbatasan dalam mengolah siaran dan acara yang mampu
bersaing dengan stasiun TV lokal lain di Indonesia.
Balikpapan TV baru saja berdiri dan masih dalam proses menuju stasiun TV berkualitas yang
bisa menandingi keberadaan stasiun televisi lokal untuk regional Kaltim seperti TVRI Kaltim, dan
TV lokal lain di kaltim.

TUJUAN UNTUK DIAJUKAN :


Merancang bangunan dan kawasan stasiun televisi swasta lokal/regional yang mampu dijangkau
untuk daerah lain di luar Kaltim, yang mampu membawa cirri khas daerah dalam penyajian
siarannya.

RU/TRK UNTUK DAERAH KEL. SEMPAJA

EKSISTING DATA
(PASAR TRADISIONAL/PASAR PAGI SAMARINDA)
RENCANA JUDUL :
PENATAAN ULANG KOMPLEK PASAR PAGI SAMARINDA.

RENCANA LOKASI :
Jl. PINANG BABARIS SAMARINDA
JL. JEND. SUDIRMAN SAMARINDA

LOKASI EKSISTING :
JL. JEND. SUDIRMAN KEL. PASAR PAGI, SAMARINDA HILIR.

PERMASALAHAN EKSISTING :
Beberapa orang (seperti di kutip media lokal) menyatakan bahwa tempat tersebut berada dekat
dengan jalur hijau. Tentunya berkurangnya lahan terbuka hijau (berdasar UU No 26 Tahun 2007
tentang Tata Ruang menyebutkan RTH /Ruang terbuka hijau) harus 30 persen, menyebabkan
timbulnya permasalahan yang komples, tidak hanya sekedar pemandangan kota. Kondisi lalu lintas
yang parah dan arus yang tidak memungkin adanya tempat pejalan kaki menjadikan wilayah ini
sebagai wilayah crowded nomor satu di Samarinda. Jalan Gajah Mada dan KH. Khalid sendiri
merupakan salah satu jalur padat, dan aktifitas pasar yang tidak teratur tentunya memperparah
kondisi lalu lintas.

TUJUAN UNTUK DIAJUKAN :


Merelokasi komplek pasar pagi ke lahan baru, dengan memperhatikan aspek-aspek sosial di
masyarakat. Mengingat pentingnya keberadaan pasar pagi sebagi pasar induk di Samarinda, maka
harus dirancang dengan mempertimbangkan keluhan-keluhan dari masyarakat baik dari si penjual
dan pembeli. Misalkan dalam hal penataan pedagang kaki lima, penataan kios-kios yang tertata rapi
namun tidak menyulitkan aktifitas jual beli yang selama ini kita ketahui memang sangat-sangat
sederhana dan tradisional.

RU/TRK UNTUK DAEARAH PASAR PAGI DAN SEKITAR PUSAT KOTA


RESPON TERHADAP RENCANA PASAR PAGI METRO :
Pemerintah propinsi mengaku keberatan dengan proyek Pasar Pagi Metro (PPM) yang merupakan
alternatif penggantian pasar pagi sekarang, karena pembangunan PPM tidak memecahkan persoalan
substansial terkait kebutuhan masyarakat. Selain itu, masyarakat secara umum juga banyak yang
menolak kebijakan ini. Paling tidak ada 8 hal yang perlu dijadikan dasar mengkaji hal tersebut yakni :
Tata kota, jalur hijau, batas sempadan sungai, peijinan sesuai dengan RU/TRK, dan masalah PKL.
EKSISTING DATA
(BENGKEL & DOK KAPAL KECIL SAMARINDA)
RENCANA JUDUL :
WORKSHOP DAN GALANGAN KAPAL ANGKUTAN SUNGAI YANG TERINTEGRASI.

RENCANA LOKASI :
DISAMAKAN DENGAN LOKASI EKSISTING.

LOKASI EKSISTING :
KEC. SUNGAI KUNJANG (KEL. LOA BAKUNG & KEL. LOA BUAH).

PERMASALAHAN EKSISTING :
Sistem galangan kapal kecil yang terdapat di Samarinda tepatnya di sepanjang daerah aliran sungai
mahakam memiliki kendala dalam hal pemanfaatan lahan, standar bangunan industry kapal kecil,
distribusi bahan pembuatan kapal, kurangnya kesadaran akan safety/keselamatan/K3, serta polusi
yang ditimbulkan akibat dari aktifitas industri galangan kapal itu sendiri.

TUJUAN UNTUK DIAJUKAN :


Mengolah dan merancang sistem bangunan pendukung industri perkapalan dengan skala kecil di
Samarinda, yang teratur, memiliki kualitas standar, mampu bersaing dengan infrastruktur industri
lain, serta memiliki memperhatikan aspek fungsionalitas dan utilitas yang baik. Selain itu diharapkan
kedepannya bisa memberikan masukan positif bagi pemerintah daerah setempat.

RU/TRK KOTA SAMARINDA UNTUK DAERAH SUNGAI KUNJANG

Anda mungkin juga menyukai