Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kota Palembang adalah salah satu kota metropolitan di Indonesia yang juga
merupakan ibukota Provinsi Sumatera Selatan. Palembang merupakan kota
terbesar kedua di Sumatera setelah Medan. Kota ini dahulu pernah menjadi pusat
kerajaan Sriwijaya, sebelum kemudian berpindah ke Jambi. Kota Palembang
terkenal sebagai kota industri dan perdagangan. Posisi geografis Palembang yang
terletak di tepian Sungai Musi dan tidak jauh dari Selat Bangka, sangat
menguntungkan. Walaupun tidak berada di tepi laut, Kota Palembang mampu
dijangkau kapal-kapal dari luar negeri. Terutama dengan adanya Dermaga Tangga
Buntung dan Dermaga Sei Lais. Dan juga ditambah lagi dengan adanya Bandar
Sultan Mahmud Badaruddin II (SMB II).
Kota Palembang juga terkenal sebagai Kota tua, yang pernah menjadi pusa
pendidikan agama Budha. Banyak terdapat peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang
tersebar diseluruh kota dan sekitarnya, dan situs-situs ini masih belum terurus,
seperti Benteng Kuto Besak yang bahkan menjadi polemik karena dijadikan
tempat perniagaan. Kota Palembang khas karena dibelah dan dikelilingi oleh
Sungai Musi dan anak-anak sungainya, seharusnya lebih tepat menjadi kota
sungai Venice from the East, namun sayangnya pola pembangunan pada masa
lalu sangat kuat dengan visi penyeragaman, sehingga Kota Palembang dibuat
sedemikian rupa menjadi kota daratan sebagaimana kota-kota lain di Pulau Jawa.
Aliran sungai menjadi sempit, bahkan tertutup, rawa-rawa pun ditimbun lalu
ketika hujan turun, genangan air dan banjir terjadi di mana-mana.
Berdasarkan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi
Indonesia (MP3EI) 2011-2015, Koridor ekonomi wilayah Sumatera diharapkan
menjadi pusat Produksi dan Pengolahan Sumber Daya Alam sebagai Cadangan

Energi Bangsa. Lokasi strategis Sumatera mampu mendorong Sumatera menjadi


Garis Terdepan Ekonomi Nasional menuju pasar Eropa, Afrika, Asia Selatan,
Asia Timur, dan Australia. Koridor Sumatera menjadi wilayah perkembangan
ekonomi dan sosial. Kegiatan ekonomi utamanya adalah industri hulu minyak
kelapa sawit, karet dan batu bara. Ketiga aktivitas tersebut akan menjadi
penggerak ekonomi utama. Produksi baja yang terkonsentrasi di Banten juga
diharapkan menjadi penggerak perkembangan ekonomi, terutama setelah
terselesaikannya Jembatan Selat Sunda.
Salah satu misi dari pemerintahan Kota Palembang adalah meningkatkan
pertumbuhan perekonomian melalui peningkatan jejaring kerja antar daerah baik
dalam maupun luar negeri. Peningkatan jejaring kerja tersebut juga harus
didukung dengan sistem transportasi yang baik yang meliputi sarana dan
prasarananya. Tidak hanya transportasi udara saja yang harus diperhatikan tetapi
transportasi darat yang menghubungkan antar-wilayah juga harus mendapatkan
perhatian. Saat ini, bandar udara yang ada di Kota Palembang telah menjadi
Bandar Udara Internasional yang artinya konektivitas Kota Palembang dengan
dunia Internasional telah terbuka. Di sisi lain, transportasi darat Kota Palembang
juga telah dilakukan pembenahan. Dengan adanya Surat Keputusan no 1465
Tahun 2008 yang dikeluarkan Walikota Kota Palembang tentang Penghentian dan
Penggantian kendaraan bus kota dan angkutan sejenis diganti dengan Bus Mass
Rapid Transit yang bernama Trans Musi dapat menjadi awal yang baik untuk
menata system transportasi darat yang ada. Namun demikian seiring
perkembangan kota maka jumlah penduduk akan meningkat. Oleh karena itu
perlu ada alternatif transportasi massal lain yang dapat mengantisipasi hal tersebut
dan untuk penataan kota yang lebih terencana.
Untuk mendukung misi yang telah dicanangkan, Pemerintah Provinsi
Sumatera Selatan berencana untuk membangun LRT sebagai salah satu
transportasi missal dengan kapasitas angkut menengah. Dengan adanya LRT ini,
penataan kota dapat terencana dengan baik sebagai upaya antisipasi kerapatan

jalan di kota. Keberadaan transportasi LRT dapat melayani angkutan penumpang


yang lebih memadai. Rencana pembangunan jalur LRT di Palembang adalah
Bandara SMB II - Jln. Jendral Sudirman - Masjid Agung (Ampera) - Jakabaring Lingkar Selatan Provinsi Sumatera Selatan telah melaksanakan analisa mengenai
dampak lingkungan terhadap penyelenggaraan dan pembangunan LRT di koridor
yang telah ditentukan tersebut. Analisa mengenai dampak lingkungan tersebut
meliputi beberapa aspek, yaitu rencana usaha/kegiatan, rona lingkungan hidup,
ruang lingkup studi, dan prakiraan besaran dampak penting. Analisa mengenai
dampak lingkungan yang dihasilkan diharapkan menjadi bahan pertimbangan
sebelum Pemerintah Provinsi Sumsel melangkah menuju tahap konstruksi
pekerjaan Monorel..
Selain itu, seiring dengan rencana pelaksanaan Asian Games 2018 di Provinisi
DKI Jakarta dan Kota Palembang, pembangunan LRT menjadi proyek prioritas
pemerintah. Pemerintah berencana akan membangun prasarana dan kemudian
dilakukan tender Badan Usaha Pengelola Prasarana yang akan mengelola
prasarana

yang

dibangun

termasuk

fasilitas

pendukungnya.

Sedangkan

pengelolaan sarana akan dilakukan oleh PT. KAI.


Oleh karena itu, dalam rangka mempercepat implementasi pembangunan
proyek Palembang LRT ini serta merujuk kepada Peraturan Presiden No. 38 tahun
2015 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan
Infrastruktur dan Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional
(PPN)/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional No. 4 tahun 2015
tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam
Penyediaan Infrastruktur, diperlukan penyiapan proyek kerjasama investasi,
secara khusus penyelesaian dokumen kajian akhir ANDAL guna mempercepat
pelaksanaan konstruksi LRT di Kota Palembang

B. Tujuan dan Manfaat


1. Tujuan
Tujuan Proyek ini adalah membangun suatu moda transportasi terbaru
yang memanfaatkan kereta listrik ringan yang melayang di atas jembatan
sepanjang koridor Bandara SMB II hingga Stasiun Dempo. Dalam mencapai
tujuan itu, maka Pemerintah Kota Palembang melalui kontraktor PT. Waskita
Karya (Persero) akan melakukan kegiatan pembebasan lahan, perataan
pembatas median jalan, pekerjaan tanah, dan kontruksi jalan layang LRT.
2. Manfaat
Proyek Pembangunan LRT (light railway transit) Palembangini sangat
bermanfaat secara ekonomi, sosial dan teknologi bagi kepentingan lokal,
regional, dan nasional. Manfaat LRT Palembang itu antara lain:
1. Tersedianya moda transportasi baru.
2. Peningkatan pendapatan bagi Kota Palembang akibat adanya penggunaan
transportasi moda baru.
3. Memberikan peluang kerja dan usaha bagi masyarakat lokal, regional dan
nasional
4. Peningkatan kemampuan bangsa dalam penguasaaan teknologi light
railway transit.
Selain bermanfaat secara ekonomi, sosial dan teknologi, pelaksanaan
Proyek LRT Palembang ini diperkirakan akan dapat menimbulkan dampak
negative terhadap beberapa komponen lingkungan hidup. Oleh karena itu
Pemerintah Kota Palembang bermaksud melaksanakan studi Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) sebelum dilakukan
pembangunan fisik di lapangan. Hal ini sesuai dengan komitmen pemerintah
kota untuk berpartisipasi mewujudkan perlindungan terhadap lingkungan pada
setiap kegiatan yang dilakukan. Disamping itu, terkait dengan Undang-

Undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup,


Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan (AMDAL), serta Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup
No. 11 Tahun 2006 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang
Wajib Dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
(AMDAL). Hasil studi AMDAL pada dasarnya berupa informasi tentang
berbagai komponen kegiatan yang diprakirakan akan menimbulkan dampak
besar dan penting yang bersifat positif dan negatif, penilaian kelayakan
lingkungan dari rencana kegiatan tersebut.
C. Peraturan
Di bawah ini adalah daftar peraturan dan perundang-undangan yang berlaku
yang terkait dengan rencana kegiatan dan peraturan sebagai dasar pelaksanan
studi AMDAL (Tabel 1.1).
Tabel 1.1 Peraturan Perundang-Undangan yang Berlaku sebagai Dasar
Pelaksanaan Studi AMDAL LRT Palembang di Kota Palembang,
Sumatera Selatan
A
1
2
3
4

Undang-Undang
Republik Indonesia
Undang-Undang No. 5
Tahun 1960
Undang-Undang No. 14
Tahun 1992
Undang-Undang No. 23
Tahun 1992
Undang-Undang No. 26
Tahun 2007
Undang-Undang No. 5

5
Tahun 1994

Tentang

Keterkaitan Dengan Rencana

Pokok-pokok Agraria

Terkait dengan pengadaan lahan

Lalulintas dan Angkutan Jalan

Penggunaan jalan Provinsi dan jalan


untuk kegiatan proyek
Terkait dengan pemeliharaan keseha
dan masyarakat sekitar rencana kegi
Terkait dengan kesesuaian lokasi ren
kegiatan dengan tata ruang

Ksehatan
Penataan Ruang
Pengesahan Konvensi
Internasional
mengenai Keanekaragaman
Hayati

Terkait dengan pengelolaan keaneka

hayati yang ada di beberapa bagian l

6
7
8
9

10

Undang-Undang No. 1
Tahun 1995
Undang-Undang No. 23
Tahun 1997
Undang-Undang No. 65
Tahun 2001
Undang-Undang No. 20
Tahun 2002

Perseroan Terbatas

Undang-Undang No. 7

Sumberdaya Air

Tahun 2004
Undang-Undang No. 32
11 Tahun 2004
Undang-Undang No. 33
12 Tahun 2004

Pengelolaan Lingkungan Hidup


Pajak Daerah
Ketenagakerjaan

Pemerintahan Daerah

Perimbangan Keuangan antara


Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah

Peraturan
Pemerintah
Republik Indonesia
PP No. 35 Tahun 1991

Sungai

PP No. 41 Tahun 1993

Angkutan Jalan

PP No. 43 Tahun 1993

Prasarana dan Lalulintas Jalan

PP No. 47 Tahun 1997

Rencana Tata Ruang Wilayah


Nasional
Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan

Tentang

3
4
5

PP No. 27 Tahun 1999

Terkait dengan status hukum institus


pemrakarsa
Terkait dengan arti penting Studi AM

Terkait dengan kewajiban pemrakars


membayar pajak untuk daerah
Terkait dengan tatacara dan pengatu
rekrutmen dan hak serta kewajiban p
terhadap tenaga kerja
Terkait dengan hubungan Pemrakars
menggunakan
sungai untuk kegiatan pemboran pon
Terkait dengan hubungan pemrakars
kewenangan pemerintah daerah seba
otonom
Terkait dengan pengaturan kewajiba

untuk membayar pajak untuk daerah

Keterkaitan Dengan Rencana Kegiatan


Terkait dengan keberadaan banyak sungai yang
terpotong oleh pemasangan pipa dan penggunaan
air sungai dalam kegiatan proyek.
Terkait dengan pengaturan dan pengawasan
moda angkutan darat yang digunakan dalam
proyek
Terkait dengan pengaturan dan pengawasan
prasarana dan lalulintas kendaraan darat yang
digunakan dalam proyek
Kesesuaian lokasi rencana kegiatan dengan tata
ruang
Terkait dengan arti penting pelaksanaan studi
AMDAL

PP No. 41 Tahun 1999

Pengendalian Pencemaran
Udara

PP No. 82 Tahun 1999

Angkutan di Perairan

PP No. 74 Tahun 2001

Pengelolaan Bahan Berbahaya


dan Beracun (B3)

PP No. 82 Tahun 2001

Pengelolaan Kualitas Air dan


Pengendalian Pencemaran Air

PP No. 38 Tahun 2007


1
0

Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,


Pemprov dan Pemda/Pemko.

Terkait dengan pengaturan dan pengendalian


pencemaran udara yang mungkin ditimbulkan
oleh rencana kegiatan
Pengaturan dan pengawasan tentang lalulintas
kapal laut yang digunakan dalam rencana
kegiatan
Terkait dengan pengaturan, penanganan dan
pengawasan limbah B3 yang dihasilkan oleh
rencana kegitan
Terkait dengan pengaturan dan pengelolaan
kualitas air dan pengendalian pencemaran air
oleh rencana kegiatan, terutama pada tahap
operasional.
Terkait dengan hubungan pemrakarsa dengan
kewenangan Pemerintah Daerah

Keputusan
Pemerintah
Republik Indonesia
Keppres No. 46
Tahun 1988

Pengelolaan Kawasan Lindung

Keppres No. 32
Tahun 1990
Perpres No. 65

Terkait dengan keberadaan banyak sungai yang


terpotong oleh pemasangan pipa dan penggunaan
air sungai dalam kegiatan proyek.
Terkait dengan pengaturan pengelolaan
kawasan lindung yang terpengaruh oleh rencana
kegiatan.
Pengaturan dan pengawasan pengadaan tanah
bagi pemrakarsa yang terkait untuk kepentingan
umum
Terkait dengan batas Baku Mutu Lingkungan

Tentang
Sungai

Tahun 2006

Pengadaan Tanah Bagi


Pelaksanaan Pembangunan
untuk Kepentingan Umum

Kep.Men.Neg

Pedoman Penetapan Baku Mutu

Keterkaitan Dengan Rencana Kegiatan

Kependudukan
dan Lingkungan
Hidup
No. 02/MENKLH/I/
1988
Kep.Men.Hub. No.
KM
23 Tahun 1990
Kep.Men PU
No.63/PRT/ 1993

untuk berbagai parameter lingkungan yang harus


diacu oleh pemrakarsa lingkungan
Lingkungan
Usaha Salvage dan/atau
Pekerjaan
Bawah Air (PBA)
Batas Badan Sungai, Peruntukan
Sungai, Daerah Pengawasan
Sungai dan Bekas Sungai
Tata Cara Pemeriksaan Teknik
dan Laik Jalan Kendaraan Bermotor.

Terkait pemancangan di Sungai Musi

Kep.Men LH No. 13/


MENLH/1995

Baku Mutu Emisi Sumber Tidak


Bergerak

PP No. 82 Tahun 2001

Pengelolaan Kualitas Air dan


Pengendalian Pencemaran Air

Baku Tingkat Kebisingan

10

Kep. MNLH No. Kep48/ MENLH/ 11/1996


Kep. MNLH No. Kep49/ MENLH/ 11/1996

Baku Mutu Tingkat Getaran

11

Kep. MNLH No. Kep50/ MENLH/ 11/1996


Kep.Men.LH No. 51

Kebauan
Baku Mutu Air Laut

Baku mutu emisi sumber tidak bergerak ini akan


diacu dalam setiap operasi alat non mobil yang
mengeluarkan emisi
Terkait dengan pengaturan dan pengelolaan
kualitas air dan pengendalian pencemaran air
oleh rencana kegiatan, terutama pada tahap
operasional.
Baku mutu tingkat kebisingan ini akan diacu
dalam setiap operasi alat yang mengeluarkan
kebisingan
Baku mutu tingkat ini akan diacu dalam setiap
operasi alat atau kegiatan penyebab getaran.
kebisingan
Baku mutu kebauan ini akan diacu dalam setiap
operasi kegiatan yang menimbulkan kebauan.
Pedoman dalam pengelolaan kualitas air

Pedoman Penyusunan Laporan

Pedoman dalam penyusunan laporan

Kep.Men Hub No.


KM 67/ 1993

12

Terkait dengan pengaturan dan pengawasan


penggunaan badan dan air sungai yang digunakan
oleh pemrakarsa
Terkait dengan pemeriksaan kelaikan jalan
kendaraan bermotor yang dipakai oleh pemrakarsa

13

14

Tahun 2004
Kep.MN.LH No. 45

pelaksanaan RKL dan RPL

15

16

17

Tahun 2005
Per. Men. Negara
Lingkungan Hidup
No. 08 Tahun 2006
Kep.Men. PU No. 63
PRT Tahun 1993
Per. Men. Negara
Lingkungan Hidup
No.
11 Tahun 2006

18

19

Per.Men. ESDM No.


045 Tahun 2006

Per.Men.Hut No.
64/Men. Hut-11/2006

RKL dan RPL.


Pedoman Penyusunan Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan
Hidup.
Batas Badan Sungai, Peruntukan
Sungai, Daerah Pengawasan
Sungai dan Bekas Sungai
Jenis Rencana Usaha dan atau
Kegiatan yang Wajib Dilengkapi
dengan Analisis Mengenai
Dampak
Lingkungan Hidup
Pengelolaan Lumpur Bor,
Limbah
Lumpur dan Serbuk Bor pada
kegiatan Pengeboran Tanah.
Perubahan Permen Hut No.
P.14/MENHUT-II/2006 tentang
Pedoman Pinjam Pakai Kawasan
Hutan

Pedoman ini digunakan acuan dalam


penyusunan dok. AMDAL
Pedoman ini digunakan sebagai acuan dalam
menjelaskan peruntukan sungai
Berdasarkan Peraturan ini rencana kegiatan
PPGM termasuk dalam rencana kegiatan yang
wajib dilengkapi dengan Dokumen AMDAL

Sebagai acuan dalam pengelolaan lumpur bor,


limbah lumpur dan serbuk bor yang dihasilkan
kegiatan ini
Terkait dengan lokasi rencana kegiatan dengan
kawasan hutan.

Anda mungkin juga menyukai