KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
karunia-Nya penyusunan Laporan Akhir Telaah RKL-RPL Pembangunan Jalur KA
Antara Besitang-Langsa ini dapat di selesaikan tepat pada waktunya.
Laporan ini terbagi dalam tiga bab yaitu Pendahuluan, Pelaksanaan dan Evaluasi,
serta Kesimpulan. Dalam Pendahuluan, dijelaskan mengenai identitas dan lokasi
perusahaan, deskripsi kegiatan, dan perkembangan lingkungan sekitar. Pada Bab
II, diuraikan mengenai pelaksanaan dan evaluasi kegiatan pengelolaan serta
pemantauan lingkungan yang dilakukan. Sedangkan Bab III berisi kesimpulan dari
pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan Pekerjaan Pembangunan
Jalur KA Antara Besitang-Langsa.
Kami berharap Laporan ini telah memuat semua materi sesuai dengan persyaratan
yang telah ditetapkan pada Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 45 Tahun
2005. Namun demikian, kami menyadari laporan ini belum dapat dikatakan
sempurna oleh karena itu kami mengharapkan saran-saran untuk penyempurnaan
laporan ini, sehingga dapat menjadi bahan masukan yang berarti bagi instansi
terkait.
i
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
DAFTAR ISI
ii
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
iii
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Nama desa yang diperkirakan terkena proyek ..................................... 1-2
Tabel 1.2 Rekam Jejak Koordinasi Antara BTP-SBU dan PT. Karetia pada Semester
I 2019 ............................................................................................................ 1-10
Tabel 2.1 Ringkasan materi pengelolaan lingkungan ........................................ 2-14
Tabel 2.2 Ringkasan materi pemantauan lingkungan hidup ............................. 2-21
Tabel 2.3 Metode pengujian dan analisis kualitas air permukaan dan air tanah 2-27
Tabel 2.4 Lokasi pengambilan sampel kualitas udara ambien ........................... 2-28
Tabel 2.5 Metode pengumpulan dan analisis sampel kualitas udara di laboratorium
...................................................................................................................... 2-29
Tabel 2.6 Baku mutu kualitas udara ambien ................................................... 2-29
Tabel 2.7 Lokasi pengambilan sampel kebisingan ............................................ 2-30
Tabel 2.8 Baku tingkat kebisingan kawasan .................................................... 2-31
Tabel 2.9 Klasifikasi jenis kendaraan ............................................................... 2-33
Tabel 2.10 Kriteria pelayanan jalan ................................................................. 2-34
Tabel 2.11 Rekam proses kegiatan observasi selama periode Oktober-Desember
2020 .............................................................................................................. 2-42
Tabel 2.13 Hasil pengujian kualitas air permukaan ......................................... 2-60
Tabel 2.14 Hasil uji kualitas udara .................................................................. 2-64
Tabel 2.15 Hasil pengujian intensitas kebisingan ............................................. 2-65
Tabel 2.17 Hasil uji getaran ............................................................................ 2-68
Tabel 2.18 Hasil pengujian kualitas air permukaan parameter TSS .................. 2-69
Tabel 2.19 Hasil uji komunitas Plankton dan Benthos ...................................... 2-73
Tabel 2.20 Hasil uji komunitas mikrobiologi .................................................... 2-73
Tabel 2.21 Persepsi masyarakat tentang kegiatan ............................................ 2-75
Tabel 2.22 Perbandingan hasil uji kualitas air Sungai Besitang ........................ 2-82
Tabel 2.23 Hasil uji kualitas air di drainase Desa Karangjadi ........................... 2-84
Tabel 2.24 Indeks keanekaragaman dan keseragaman Plankton ....................... 2-97
Tabel 2.25 Perbandingan hasil survei persepsi masyarakat sebelum dan saat
pekerjaan konstruksi .................................................................................... 2-100
Tabel 2.26 Rekam Proses Pemantauan Lingkungan ....................................... 2-105
iv
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
DAFTAR GAMBAR
vi
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
PENDAHULUAN
1-1
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
Secara admnistratif lokasi Kegiatan Pembangunan Jalan Kereta Api Antara Besitang-
Langsa melintasi 7 (tujuh) desa/kelurahan, serta 2 (dua) kecamatan. Tabel 1.1
menunjukkan wilayah administrasi yang dilewati Pembangunan Jalur Kereta Api
antara Besitang-Langsa.
2. Seumadam
Aceh Tamiang Kejuruan Muda
3. Karang Jadi
1. Halaban
2. Bukit Selamat
Langkat Besitang
3. Pekan Besitang
4. Bukit Kubu
Sumber: Dokumen RKL-RPL Pembangunan Jalan Kereta Api Antara Sigli-Bireun dan
Lhokseumawe-Langsa-Besitang
Peta lokasi Pembangunan Jalan Kereta Api Antara Besitang-Langsa dapat dilihat
pada Gambar 1.1 di bawah ini.
1-2
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
Sungai Liput
Besitang
1-3
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
Kegiatan konstruksi sudah dimulai pada bulan September tahun 2017 dan
dilaksanakan oleh pihak ketiga yaitu perusahaan konstruksi. Adapun perusahaan
konstruksi yang mengerjakan Pembangunan Jalur KA Antara Besitang-Langsa
adalah sebagai berikut:
1-4
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
Acuan dalam melaksanakan RKL dan RPL pada lokasi Pembangunan Jalur Kereta
Api Antara Besitang-Langsa ini adalah dokumen Analisa Dampak Lingkungan Hidup
melalui Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia
Nomor: SK.303/Menlhk/Setjen/PLA.4/7/2018 tentang Izin Ligkungan
Pembangunan Jalan Kereta Api Antara Sigli-Bireun dan Lhokseumawe-Langsa
Besitang Sepanjang 417,541 KM (Empat Ratus Tujuh Belas dan Lima Ratus Empat
Puluh Satu Per Seribu Kilometer) Melewati Kabupaten Pidie, Kabupaten Pidie Jaya,
Kabupaten Bireun, Kota Lhokseumawe, Kabupaten Aceh Utara, Kabupaten Aceh
Timur, Kota Langsa, dan Kabupaten Aceh Tamiang, Provinsi Aceh Serta Kabupaten
Langkat Provinsi Sumatera Utara Kepada Balai Teknik Perkeretaapian Wilayah
Sumatera Bagian Utara, Direktorat Perkeretaapian, Kementrian Perhubungan.
Sampai pada tahap Laporan Akhir Telaah RKL-RPL Pembangungan Jalur KA Antara
Besitang-Langsa ini disusun, kegiatan pembangunan adalah pada Tahap
Konstruksi. Adapun kegiatan yang diperkirakan menimbulkan dampak dan perlu
dikelola dan dipantau berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Republik Indonesia Nomor: SK.303/Menlhk/Setjen/PLA.4/7/2018
untuk pekerjaan Pembangunan Jalur Kereta Api Antara Besitang-Langsa dijelaskan
sebagai berikut.
Tahap Konstruksi
Tahap konstruksi jalur kereta api antara Besitang-Langsa meliputi:
1-5
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
untuk jaga malam, pengatur lalu lintas harian, pembantu surveyor, tukang
langsir dan pasang geotex, tukang langsir dan isi Bahan Bakar Minyak (BBM),
hubungan masyarakat, penjaga keamanan (security) koordinator lapangan,
pekerja harian, dan office boy.
Dampak lingkungan dari kegiatan rekrutmen tenaga kerja adalah berupa dampak
sosial dan ekonomi seperti terciptanya kesempatan kerja, terciptanya kesempatan
berusaha, timbulnya keresahan masyarakat, dan perubahan sikap masyarakat.
1-6
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
d. Pematangan Lahan
Komponen jalan kereta api terdiri dari:
1. Tanah dasar dan lapisan dasar (sub grade)
2. Sub ballast dan ballast
3. Bantalan dan penambat
4. Rel dan wesel
1-7
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
1-8
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
2. Pihak Balai Teknik Perkeretaapian Wilayah Sumatera Bagian Utara, PPK Aceh
melalui pihak kontraktor yang bekerja pada daerah ini yaitu BSL-6 sebagai pihak
yang akan melakukan proses undercutting lereng bukit.
Sampai akhir periode Semester I 2019, belum ada tindak lanjut tentang rencana
undercutting dikarenakan kendala internal dari pihak BTP-SBU, oleh karena itu,
maka tim konsultan memutuskan untuk menarik diri dari proses negosiasi. Rekam
jejak koordinasi antara pihak BTP-SBU dengan Pihak PT. Karetia pada Periode
Januari-Juni 2019 dijelaskan lebih rinci pada Tabel I.2 di bawah ini.
1-9
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
Tabel 1.2 Rekam Jejak Koordinasi Antara BTP-SBU dan PT. Karetia pada Semester I 2019
1-10
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
1-11
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
Dari Gambar 1.3 dapat dilihat bahwa pada semester II 2020, proses undercutting
bukit milik PT. Karetia belum terlaksanakan. Sementara PT. Karetia telah
melakukan penanaman kembali kelapa sawit. Selain itu, dikarenakan curah hujan
yang tinggi bukit milik PT. Karetia mengalami kelongsoran.
1-12
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
2.1 PELAKSANAAN
2-13
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
2-14
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
INDIKATOR
SUMBER KEBERHASILAN
NO DAMPAK LH BENTUK PENGELOLAAN
DAMPAK PENGELOLAAN
LH
Terciptanya Rekrutmen Jumlah usaha
2. 1. Memberikan peluang
kesempatan Tenaga Kerja masyarakat yang
kepada masyarakat
berusaha muncul di lokasi
lokal untuk melakukan
proyek lebih dari
kegiatan usaha di
jumlah usaha
sekitar lokasi rencana
semula
proyek
2. Memberikan
kesempatan kepada
masyarakat lokal untuk
menjadi pemasok
material dengan
ketentuan yang berlaku
3. Memberikan
kesempatan kepada
masyarakat lokal untuk
menjadi pemberi jasa
angkut sesuai dengan
ketentuan yang berlaku
Timbulnya Rekrutmen Minimal 60%
3. 1) Melakukan
keresahan Tenaga Kerja responden
sosialisasi/pemberian
masyarakat bersikap positif
informasi kepada
terhadap kegiatan
masyarakat secara jelas
rekrutmen tenaga
dan transparan
kerja
mengenai kegiatan
rekrutmen tenaga kerja
2) Memprioritaskan
masyarakat lokal sesuai
dengan kualifikasi yang
dibutuhkan
3) Melakukan proses
perekrutan secara
transparan
Penurunan Kualitas air
4. 1. Operasional 1. Base camp yang
kualitas air permukaan tidak
Base camp disediakan memiliki
permukaan melebihi baku
2. Pematangan fasilitas MCK dan septic
mutu kualitas air
Lahan tank
menurut PP No.
a. Memelihara
82 Tahun 2001
pengelolaan dampak
peningkatan erosi
lahan yaitu:
Menyediakan kolam
pengendapan
lumpur yang dibuat
di ujung saluran air
lokasi pematangan
lahan sebelum
masuk ke sungai
b. Memelihara kolam
pengendapan
lumpur agar tetap
dapat berfungsi
dengan cara
memelihara
kedalaman kolam
pengendapan
lumpur
2-15
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
INDIKATOR
SUMBER KEBERHASILAN
NO DAMPAK LH BENTUK PENGELOLAAN
DAMPAK PENGELOLAAN
LH
Penurunan Operasional 1. Menjaga kebersihan
5. 1. Tersedianya
Sanitasi Base camp area base camp dan
tempat
Lingkungan menerapkan peraturan
pengumpulan
tegas bagi pekerja
limbah padat
konstruksi agar tidak
2. Tidak ada bau
membuang sampah
tidak sedap
sembarangan
dari sampah
2. Melakukan
pengumpulan sampah
dan akan
pengangkutannya ke
TPS secara rutin,
3. Memasang papan
peringatan "JAGALAH
KEBERSIHAN" di lokasi
sumber sampah
2-16
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
INDIKATOR
SUMBER KEBERHASILAN
NO DAMPAK LH BENTUK PENGELOLAAN
DAMPAK PENGELOLAAN
LH
pekerjaan di jam
istirahat warga (18:00
s/d 06:00)
5. Tidak menggunakan
peralatan yang
memiliki umur >5
tahun
Peningkatan Mobilisasi Tingkat
8. 1. Memberikan perkuatan
kerusakan Peralatan dan kerusakan jalan
sementara pada jalan-
jalan Material pada akhir
jalan lingkungan yang
kegiatan
tonasenya tidak
mobilisasi
mendukung tonase
peralatan dan
kendaraan pengangkut
material tidak
2. Segera memperbaiki
bertambah
jalan lingkungan yang
rusak akibat kendaraan
pengangkut
3. Mengembalikan kondisi
jalan minimal ke
kondisi jalan sebelum
dilaksanakan mobilisasi
peralatan dan material
Gangguan Mobilisasi Terkendalinya
9. 1. Melakukan pengaturan
arus lalu lintas Peralatan dan volume lalu lintas
lalu lintas kendaraan
Material dengan nilai
yang masuk dan keluar
derajat kejenuhan
lokasi proyek untuk
≤1
tidak melakukan
pengangkutan secara
konvoi atau iring-
iringan lebih dari satu
kendaraan pengangkut
2. Menyediakan petugas
pengatur lalu lintas
kendaraan yang masuk
dan keluar dari lokasi
proyek
Peningkatan Tingkat getaran di
10. 1. Pematangan 1. Menggunakan
getaran pemukiman tidak
Lahan peralatan yang
melebihi baku
2. Pekerjaan menghasilkan
mutu tingkat
struktur kecepatan dan
getar untuk
jembatan simpangan getaran
kesehatan dan
3. Pekerjaan rendah
bangunan
Pembangunan 2. Membuat parit pada
mengacu pada
Perlintasan arah yang menuju
Keputusan
Tidak pemukiman
Menteri Negara
Sebidang 3. Melaksanakan
Lingkungan
pemberitahuan kepada
Hidup Nomor
masyarakat sekitar jika
49/1996
akan melaksanakan
pekerjaan di jam
istirahat warga (18:00
s/d 06:00)
2-17
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
INDIKATOR
SUMBER KEBERHASILAN
NO DAMPAK LH BENTUK PENGELOLAAN
DAMPAK PENGELOLAAN
LH
Peningkatan Pematangan Nilai parameter
11. 1. Menyediakan kolam
erosi lahan Lahan TSS di air sungai
pengendapan lumpur
tidak melebihi
yang dibuat di ujung
baku mutu
saluran air lokasi
kualitas air
pematangan lahan
sungai PP
sebelum masuk ke
82/2001
sungai
2. Memelihara kolam
pengendapan lumpur
agar tetap dapat
berfungsi dengan cara
memelihara kedalaman
kolam pengendapan
lumpur
Timbulnya Pematangan Minimnya
12. 1. Pembuatan kolam
limpasan air Lahan genangan di
retensi (kolam
permukaan lokasi
penampungan air) di
pematangan
ujung saluran air di
lahan
lokasi pematangan
lahan sebelum masuk
ke sungai
2. Memelihara kolam
retensi (kolam
penampungan air) agar
tetap dapat berfungsi
dengan cara
memelihara kedalaman
kolam retensi (kolam
penampungan air)
Timbulnya Pematangan Minimnya
13. 1. Melakukan studi air
gerakan tanah Lahan gerakan
tanah dan gerakan
longsor tanah/longsor
tanah/longsor pada
yang terjadi dan
seluruh lokasi keprasan
dapat diantisipasi
2. Membuat rasio tinggi
dan lebar lereng
menjadi 1:1,5
3. Sisi miring lereng diberi
bangunan perkuatan
dan/atau gebalan
rumput
4. Segera membuat
bangunan perkuatan
lereng pada lereng tegak
Gangguan Pematangan 1. Penanaman flora pada
14. 1. Terdapat
flora Lahan sempadan rel kereta api
tanaman hijau
di luar batas jalur
di sempadan
inspeksi
jalan KA
2. Penanaman tanaman di
2. Terpenuhinya
RTH stasiun
kebtuhan RTH
3. Melarang menebang
di stasiun yang
tegakan yang berada di
akan dibangun
luar wilayah yang
dibutuhkan.
2-18
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
INDIKATOR
SUMBER KEBERHASILAN
NO DAMPAK LH BENTUK PENGELOLAAN
DAMPAK PENGELOLAAN
LH
Gangguan Pematangan Terjaganya
15. 1. Melakukan pengelolaan
fauna Lahan keberadaan fauna
terhadap dampak
liar
gangguan flora sebagai
berikut:
a. Penanaman flora
pada sempadan rel
kereta api di luar
batas jalur inspeksi
b. Penanaman tanaman
di RTH stasiun
c. Melarang menebang
tegakan yang berada
di luar wilayah yang
dibutuhkan
d. Membuat konstruksi
lintasan
penyebrangan hewan
e. Pemasangan rambu
larangan pemburuan
terhadap primata
dan fauna dilindungi
yang berada di
sekitar rencana
pembangunan jalan
rel kereta api
2-19
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
INDIKATOR
SUMBER KEBERHASILAN
NO DAMPAK LH BENTUK PENGELOLAAN
DAMPAK PENGELOLAAN
LH
Perubahan 1. Minimal 60% 1. Melakukan pengelolaan
18. 1. Rekrutmen
sikap responden terhadap dampak
Tenaga Kerja
masyarakat bersikap positif peningkatan keresahan
2. Operasional
terhadap masyarakat
Base camp
kegiatan 2. Menyediakan call center
3. Mobilisasi
rekrutmen untuk mengakomodasi
Peralatan dan
tenaga kerja saran, masukan dan
Material
2. Minimal 60% pengaduan dari
4. Pematangan
responden tidak masyarakat yang
Lahan
menolak terkena dampak
5. Pembangunan
kegiatan operasi langsung
Struktur
base camp
Jembatan
3. Minimal 60%
6. Pembangunan
masyarakat
Perlintasan
tidak menolak
Tidak
kegiatan
Sebidang
mobilisasi
peralatan dan
material
4. Minimal 60%
masyarakat
menerima
rencana
kegiatan
pematangan
lahan
5. Minimal 60%
masyarakat
tidak menolak
pelaksanaan
pembangunan
jembatan
6. Minimal 60%
masyarakat
tidak menolak
pelaksanaan
pembangunan
perlintasan
tidak sebidang
Peningkatan Tidak terjadinya
19. 1. Mobilisasi 1. Mengelola dampak
insiden dan peningkatan
Peralatan dan penurunan kualitas
prevalensi penyakit
Material udara
penyakit pernafasan yang
2. Pematangan 2. Menyediakan
signifikan akibat
Lahan pemberitahuan
kegiatan
3. Pekerjaan penggunaan masker
mobilisasii
Bangunan debu di jalan akses di
peralatan dan
Gedung sekitar lokasi proyek
material
Sumber: Lampiran Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia
Nomor: SK.303/Menlhk/Setjen/PLA.4/7/2018
2-20
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
2-21
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
2-22
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
2-23
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
2-24
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
Sumber: Lampiran Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia
Nomor: SK.303/Menlhk/Setjen/PLA.4/7/2018
2-25
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
2-26
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
Tabel 2.3 Metode pengujian dan analisis kualitas air permukaan dan air tanah
Baku Baku
No Parameter Satuan Metode Analisa Cara Uji
Mutu (1) Mutu (2)
I FISIK
1 Suhu oC Termometer Deviasi Normal SK SNI M-03-1989-F
3
2 TSS mg/l Gravimetri 50 - SK SNI M-03-1989-F
3 TDS mg/l Gravimetri 1.000 1.000 SK SNI M-03-1989-F
4 Ph - Potensiometri 6-9 7-9 SK SNI M-03-1990-F
5 Kekeruhan NTU Turbiditimeter - 5 SK SNI M-03-1989-F
6 Warna TCU - 15
II KIMIA
7 BOD5 mg/l Titrimetri 3 - SK SNI M-69-1990-03
8 COD mg/l Spektrofotometri 25 -
9 Ammonia mg/l Automated - - SM-1992-4500-NH3-N
phenate
10 Nitrat (NO3) mg/l Spektrofotometri 10 10 SM-1992-4500-NO3-C
11 Nitrit (NO2 ) mg/l Spektrofotometri 0.06 1 SM-1992-4500-NO2-C
12 Posfor (P) mg/l Spektrofotometri 0.001 -
13 PO4 total mg/l Spektrofotometri 0.2 - SK SNI M-52-1990-03
14 Flour (F) mg/l Spektrofotometri 1.5 1,5 SK SNI M-51-1990-03
15 Tembaga (Cu) mg/l AAS 0.02 - SK SNI M-80-1990-03
16 Crom (Cr6+) mg/l AAS 0.05 0,05 SK SNI M-78-1990-03
17 Besi (Fe) mg/l Spektrofotometri - 1 SK SNI M-89-1990-03
18 Mangan (Mn) mg/l Spektrofotometri - 0,5 SK SNI M-63-1990-03
19 Seng (Zn) mg/l AAS 0.05 15 SK SNI M-73-1990-03
20 Cadmium mg/l AAS 0.01 0,005 SK SNI M-34-1990-03
(Cd)
21 Cobalt (Co) mg/l Spektrofotometri 0.2 - SK SNI M-40-1990-03
22 Timbal (Pb) mg/l AAS 0.03 0,05
2-27
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
Baku Baku
No Parameter Satuan Metode Analisa Cara Uji
Mutu (1) Mutu (2)
2-28
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
Tabel 2.5 Metode pengumpulan dan analisis sampel kualitas udara di laboratorium
2-29
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
Keterangan
2-30
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
Li⁄
Leq = 10 Log (∑ni=1 fi . 10 10 ) dB(A)
2-31
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
Keterangan:
*) disesuaikan dengan ketentuan Menteri Perhubungan
2-32
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
2-33
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
Analisa derajat kejenuhan atau tingkat pelayanan ruas jalan, dapat dihitung
dari perbandingan antara volume kendaraan (V) yang lewat dengan kapasitas
(C) ruas jalan. Dari hasil perhitungan kapasitas dapat diidentifikasi derajat
kejenuhan (DS=degree of saturation) yang terjadi yaitu perbandingan antara
volume arus lalau lintas yang lewat dengan kapasitas ruas jalan. Derajat
kejenuhan merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kinerja
arus jalan pada kondisi sebelum ada proyek, selama masa konstruksi dan
masa operasional.
DS= Q/C
Q: volume lalu lintas (smp/jam)
C: kapasitas (smp/jam)
Kriteria pelayanan jalan berdasarkan nilai Q/C disajikan dalam tabel berikut.
Analisis data untuk melihat kondisi eksisting antrian pada saat kegiatan
konstruksi dilakukan dengan metode deskriptif kuantitatif dan kualitatif.
Data panjang antrian dan lama penutupan arus jalan akan dianalisis untuk
mengidentifikasi kondisi antrian eksisting serta potensi terjadinya
2-34
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
9) Peningkatan Getaran
a. Jenis Data yang Dikumpulkan
Pengukuran didasarkan pada Kep-49/MENLH/11/1996 yang menyatakan
bahwa dampak getaran ada 2 yaitu: dampak getaran untuk kenyamanan dan
kesehatan serta dampak getaran mekanik untuk struktur dan bangunan.
Dampak getaran kesehatan dan kenyamanan diukur simpang getaran (satuan
mikron) pada beberapa frekuensi yang kemudian dipaparkan pada grafik dan
dianalisis untuk mendapatkan kriteria dampak. Untuk dampak getaran
mekanik yang diukur adalah kecepatan getaran (satuan mm/dt) pada
beberapa frekuensi yang kemudian dipaparkan pada grafik dan dianalisis
untuk mendapatkan kategori dampak.
b. Lokasi Pengumpulan Data
Lokasi pengambilan sampel getaran adalah sesuai dengan yang disarankan
pada dokumen RKL-RPL.
c. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data getaran menggunakan alat vibration meter atau vibration
analyzer.
d. Metode Analisis Data
Analisis data getaran menggunakan metode komparasi, yaitu
membandingkan data yang diperoleh di lapangan dengan tingkat baku
getaran Kep-49/MENLH/11/1996.
2-35
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
2-36
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
2-37
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
2-38
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
Hal mendasar yang menjadi syarat untuk tercapainya pengelolaan lingkungan dalam
pembangunan Jalur Kereta Api antara Besitang-Langsa adalah kegiatan pengelolaan
dan pemantauan lingkungan yang berkelanjutan. Kegiatan ini mencakup
pemantauan terhadap tiap-tiap sub-kegiatan dari pekerjaan yang dilakukan seperti
kegiatan mobilisasi material dan alat berat, pematangan lahan, lokasi basecamp
maupun Quarry tanah yang memberikan dampak langsung kepada masyarakat.
2.3 METODE
2-39
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
yang digunakan oleh tim konsultan adalah observasi dan wawancara yang akan
dijelaskan sebagai berikut.
a) Observasi
Observasi yang dimaksudkan adalah melakukan pengamatan langsung di
lapangan dengan membuat check list pengelolaan yang harus dilakukan
berdasarkan dokumen RKL-RPL. Format check list adalah seperti terlihat pada
Gambar 2.1. Observasi ini dilakukan secara rutin setiap 2 minggu dan saat
terjadi permasalahan kritis mengharuskan tim segera melakukan pengecekan
langsung ke lapangan. Hasil dari observasi lapangan akan dilaporkan langsung
kepada pihak BTP-SBU melalui laporan mingguan. Namun jika terdapat
permasalahan kritis, maka akan langsung diajukan rekomendasi teknis
penyelesaian permasalahan.
2-40
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
9 Menyediakan petugas pengatur lalu lintas kenderaan yang masuk dan keluar
dari lokasi proyek
10 Menyediakan pemberitahuan penggunaan masker debu di jalan akses di
sekitar lokasi proyek
Gambar 2.1 Format Chek List pengawasan pelaksanaan pengelolaan dampak lingkungan
2-41
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
Tabel 2.11 Rekam proses kegiatan observasi selama periode Oktober-Desember 2020
NO TANGGAL URAIAN PEKERJAAN TINDAK LANJUT
1 21 Oktober 2020 Observasi rutin Pelaporan ke pihak BTP-SBU
Ditemukan bahwa: dalam bentuk laporan
1. Saluran drainase mingguan dan sudah
tersumbat oleh disampaikan kepada pihak
sedimentasi dan semak kontraktor pada saat ekspose
belukar di Kelurahan laporan pendahuluan
Bukit Kubu.
2. Hilir drainase mengarah
ke jalan dan rumah warga
di Dusun XV (Dusun
Bersama) Desa Halaban.
3. Box culvert mengalami
penyempitan alur jalan
keluar kendaraan pada
satu sisi box culvert di
lingkungan VII Kelurahan
Bukit Kubu
4. Kegiatan replanting lahan
Kelapa Sawit PT. Karetia
di Desa Bukit Selamat,
Kecamatan Besitang,
Kabupaten Langkat sudah
berjalan.
2 31 Oktober 2020 Observasi rutin Pelaporan ke pihak BTP-SBU
Ditemukan bahwa: dalam bentuk laporan
1. Pembangunan hilir mingguan
drainase telah dilanjutkan
hingga ke badan air di
Desa Halaban.
2. Lantai box culvert yang
berlumpur dan tergenang
air di lingkungan VII
Kelurahan Bukit Kubu.
3. Warga meminta
pembangunan dinding
penahan tanah (retaining
wall) agar tidak terjadi
longsor pada rumah warga
di lingkungan VII
Kelurahan Bukit Kubu.
3 11 November 2020 Observasi rutin Pelaporan ke pihak BTP-SBU
Ditemukan bahwa: dalam bentuk laporan
1. Kondisi jalan akses menuju mingguan
kampung rel rusak dan
tergenang
4 26 November 2020 Observasi rutin Pelaporan ke pihak BTP-SBU
Ditemukan bahwa: dalam bentuk laporan
1. Akses jalan sementara ke mingguan
rumah warga di Desa
Halaban tidak memenuhi
standar keamanan karena
terlalu curam.
2-42
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
b) Wawancara
Wawancara dilakukan oleh pihak konsultan untuk menggali informasi kepada
objek terkena dampak khususnya masyarakat sekitar tentang pengelolaan
lingkungan yang telah dilakukan oleh pihak kontraktor, selain itu teknik
wawancara ini juga dilakukan agar masyarakat dapat menyampaikan keluhan
dan aspirasi tentang pekerjaan sungaiyang telah dilakukan. Hasil wawancara
kemudian di analisis untuk dilaporkan kepada pihak Balai Kereta Api.
Adapun dampak lingkungan yang dikelola pada tahapan konstruksi sampai dengan
pematangan lahan dan pembangunan jembatan akan dijelaskan sebagai berikut.
a. Jenis Dampak
Jenis dampak adalah terciptanya kesempatan kerja bagi warga di sekitar lokasi
proyek.
b. Sumber Dampak
Sumber dampak terciptanya kesempatan kerja adalah kegiatan rekrutmen tenaga
kerja.
2-43
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
a. Jenis Dampak
Jenis dampak adalah timbulnya keresahan masyarakat.
b. Sumber Dampak
Sumber dampak adalah kegiatan rekrutmen tenaga kerja.
c. Indikator Keberhasilan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Indikator keberhasilan pengelolaan lingkungan untuk dampak timbulnya
keresahan masyarakat adalah minimal 60% responden bersikap positif terhadap
kegiatan rekrutmen tenaga kerja
d. Lokasi dan Waktu Pengelolaan
Lokasi pengelolaan terciptanya kesempatan kerja adalah di sekitar lokasi proyek
yang terdapat pemukiman penduduk, yaitu Desa Bukit Kubu, Desa Pekan
Besitang, Desa Bukit Selamat, Desa Halaban, serta Desa Seumadam. Waktu
pengelolaan adalah selama pekerjaan/proyek berlangsung.
e. Tindakan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Tindakan pengelolaan lingkungan yang harus dilakukan untuk meminimalisir
dampak timbulnya keresahan masyarakat adalah:
1) Melakukan sosialisasi/pemberian informasi kepada masyarakat secara jelas
dan transparan mengenai kegiatan rekrutmen tenaga kerja;
2-44
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
a. Jenis Dampak
Jenis dampak adalah adanya penurunan kualitas air permukaan.
b. Sumber Dampak
Sumber dampak penurunan kualitas air permukaan adalah operasional base
camp dan pematangan lahan.
c. Indikator Keberhasilan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Indikator keberhasilan pengelolaan untuk dampak penurunan kualitas air
permukaan adalah kualitas air permukaan tidak melebihi baku mutu kualitas air
menurut PP No. 82 Tahun 2001.
d. Lokasi dan Waktu Pengelolaan
Lokasi pengelolaan dampak penurunan kualitas air permukaan adalah sungai di
sekitar lokasi proyek khusunya sungai besitang. waktu pengelolaan adalah
selama kegiatan operasional base camp dan selama kegiatan pematangan lahan.
e. Tindakan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Tindakan pengelolaan lingkungan hidup yang bisa dilakukan untuk mengelola
dampak penurunan kualitas air permukaan ialah:
1) Base camp yang disediakan memiliki fasilitas MCK dan septic tank
2) Memelihara pengelolaan dampak peningkatan erosi lahan yaitu:
a) Menyediakan kolam pengendapan lumpur yang dibuat di ujung saluran air
lokasi pematangan lahan sebelum masuk ke sungai.
b) Memelihara kolam pengendapan lumpur agar tetap dapat berfungsi dengan
cara memelihara kedalaman kolam pengendapan lumpur.
a. Jenis Dampak
Jenis dampak adalah penurunan sanitasi lingkungan.
b. Sumber Dampak
Kegiatan operasional base camp.
c. Indikator Keberhasilan Pengelolaan Lingkungan Hidup
- Tersedianya tempat pengumpulan limbah padat;
- Tidak ada bau tidak sedap dari sampah.
2-45
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
a. Jenis Dampak
Jenis dampak adalah adanya penurunan kualitas udara
b. Sumber Dampak
Sumber dampak adalah adanya kegiatan mobilisasi peralatan dan material dan
kegiatan pematangan lahan.
c. Indikator Keberhasilan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Indikator keberhasilan pengelolaan dampak penurunan kualitas udara adalah
Nilai parameter TSP di bawah baku mutu Peraturan Pemerintah Nomor 41/1999.
d. Lokasi dan Waktu Pengelolaan
Lokasi pengelolaan dampak penurunan kualitas udara adalah di sekitar lokasi
proyek yang terdapat pemukiman penduduk, yaitu Desa Bukit Kubu, Desa Pekan
Besitang, Desa Bukit Selamat, Desa Halaban, serta Desa Seumadam. Waktu
pengelolaan adalah selama pekerjaan/proyek berlangsung.
e. Tindakan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Tindakan pengelolaan yang dapat dilakukan untuk meminimalisir dampak
penurunan kualitas udara adalah sebagai berikut:
1) Menutup bak kendaraan pengangkut secara rapat dan sempurna;
2) Melakukan penyiraman;
3) Membersihkan dengan segera material yang jatuh dari kendaraan;
4) Mengatur kecepatan kendaraan tidak melebihi 40 km/jam;
5) Segera melakukan pemadatan tanah uruk setelah tanah uruk digelar di tubuh
baan;
6) Melakukan pemadatan secara lapisan per lapisan;
7) Memasang pagar proyek;
2-46
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
a. Jenis Dampak
Jenis dampak adalah peningkatan intensitas kebisingan.
b. Sumber Dampak
Sumber dampak sampai dengan kegiatan pematangan lahan ialah kegiatan
mobilisasi peralatan dan material.
c. Indikator Keberhasilan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Tingkat kebisingan siang malam tidak melebihi baku tingkat kebisingan
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 48/1996.
d. Lokasi dan Waktu Pengelolaan
Lokasi pengelolaan adalah di sepanjang trase jalan kereta api antara Besitang-
Langsa, terutama yang dekat dengan pemukiman penduduk yaitu Desa Bukit
Kubu, Desa Pekan Besitang, Desa Bukit Selamat, Desa Halaban, serta Desa
Seumadam. Waktu pengelolaan adalah selama pekerjaan/proyek berlangsung.
e. Tindakan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Tindakan pengelolaan yang harus dilakukan adalah:
1) Mengatur kecepatan kendaraan tidak melebihi 40 km/jam;
2) Memasang pagar proyek;
3) Menggunakan peralatan yang memiliki tingkat kebisingan rendah;
4) Melaksanakan pemberitahuan kepada masyarakat sekitar jika akan
melaksanakan pekerjaan di jam istirahat warga (18:00 s/d 06:00);
5) Tidak menggunakan peralatan yang memiliki umur >5 tahun.
a. Jenis Dampak
Jenis dampak adalah peningkatan kerusakan jalan.
b. Sumber Dampak
Sumber dampak adalah mobilisasi peralatan dan material.
c. Indikator Keberhasilan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Tingkat kerusakan jalan pada akhir kegiatan mobilisasi peralatan dan material
tidak bertambah.
d. Lokasi dan Waktu Pengelolaan
Lokasi pengelolaan adalah sepanjang jalan akses yang dilewati oleh kendaraan
pengangkut terutama jalan lintas Sumatera dan jalan kabupaten atau jalan
2-47
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
a. Jenis Dampak
Jenis dampak adalah gangguan arus lalu lintas.
b. Sumber Dampak
Sumber dampak adalah kegiatan mobiliasasi peralatan dan material.
c. Indikator Keberhasilan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Terkendalinya volume lalu lintas dengan nilai derajat kejenuhan ≤1.
1) Melakukan pengaturan lalu lintas kendaraan yang masuk dan keluar lokasi
proyek untuk tidak melakukan pengangkutan secara konvoi atau iring-
iringan lebih dari satu kendaraan pengangkut;
2) Menyediakan petugas pengatur lalu lintas kendaraan yang masuk dan
keluar dari lokasi proyek.
Peningkatan Getaran
a. Jenis Dampak
Jenis dampak adalah peningkatan getaran.
2-48
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
b. Sumber Dampak
Sumber dampak adalah pematangan lahan.
a. Jenis Dampak
Jenis dampak adalah peningkatan erosi lahan.
b. Sumber Dampak
Sumber dampak adalah kegiatan pematangan lahan.
c. Indikator Keberhasilan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Nilai paramaeter TSS di air sungai tidak melebihi baku mutu kualitas air sungai
PP 82/2001
d. Lokasi dan Waktu Pengelolaan
Lokasi pengelolaan adalah lokasi kegiatan pematangan lahan. Waktu
pengelolaan adalah selama kegiatan pematangan lahan.
e. Tindakan Pengelolaan Lingkungan Hidup
1) Menyediakan kolam pengendapan lumpur yang dibuat di ujung saluran air
lokasi pematangan lahan sebelum masuk ke sungai;
2) Memelihara kolam pengendapan lumpur agar tetap dapat berfungsi dengan
cara memelihara kedalaman kolam pengendapan lumpur.
2-49
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
a. Jenis Dampak
Jenis dampak adalah timbulnya limpasan air permukaan.
b. Sumber Dampak
Sumber dampak adalah kegiatan pematangan lahan.
c. Indikator Keberhasilan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Minimnya genangan di lokasi pematangan lahan.
a. Jenis Dampak
Timbulnya gerakan tanah longsor.
b. Sumber Dampak
Sumber dampak adalah kegiatan paprasan pada saat pematangan lahan.
c. Indikator Keberhasilan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Minimnya gerakan tanah/longsor yang terjadi dan dapat diantisipasi.
2-50
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
Gangguan Flora
a. Jenis Dampak
Jenis dampak adalah gangguan flora.
b. Sumber Dampak
Sumber dampak adalah kegiatan pematangan lahan.
c. Indikator Keberhasilan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Indikator keberhasilan pengelolaan dampak gangguan flora adalah:
Gangguan Fauna
a. Jenis Dampak
Jenis dampak adalah gangguan fauna.
b. Sumber Dampak
Sumber dampak adalah kegiatan pematangan lahan.
2-51
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
a. Jenis Dampak
Gangguan biota perairan
b. Sumber Dampak
Sumber dampak adalah kegiatan pematangan lahan
c. Indikator Keberhasilan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Minimnya Indeks Keanekaragaman Plankton dan Benthos
d. Lokasi dan Waktu Pengelolaan
a. Jenis Dampak
Gangguan lalu lintas air
b. Sumber Dampak
Pembangunan jembatan
2-52
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
a. Jenis Dampak
Jenis dampak adalah perubahan sikap masyarakat.
b. Sumber Dampak
Sumber dampak adalah:
2-53
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
a. Jenis Dampak
Jenis dampak adalah peningkatan insiden dan prevalensi penyakit.
b. Sumber Dampak
Sumber dampak adalah mobilisasi peralatan dan material dan pematangan lahan.
c. Indikator Keberhasilan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Tidak terjadinya peningkatan penyakit pernafasan yang signifikan akibat kegiatan
mobilisasi peralatan dan material.
d. Lokasi dan Waktu Pengelolaan
Lokasi pengelolaan dampak perubahan sikap masyarakat adalah adalah di
sepanjang trase jalan kereta api antara Besitang-Langsa, terutama yang dekat
dengan pemukiman penduduk seperti yaitu Desa Bukit Kubu, Desa Pekan
Besitang, Desa Bukit Selamat, Desa Halaban, serta Desa Seumadam. Waktu
pengelolaan adalah selama pekerjaan/proyek berlangsung.
e. Tindakan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Tindakan pengelolaan lingkungan yang direkomendasikan untuk dilakukan
adalah:
1) Mengelola dampak penurunan kualitas udara;
2) Menyediakan pemberitahuan penggunaan masker debu di jalan akses di
sekitar lokasi proyek.
2-54
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
a. Jenis Dampak
Jenis dampak adalah terciptanya kesempatan kerja.
b. Sumber Dampak
Sumber dampak adalah kegiatan rekrutmen tenaga kerja.
c. Lokasi Pemantauan
Lokasi pemantauan dampak terciptanya kesempatan kerja adalah di sekitar
lokasi proyek yang berdekatan dengan pemukiman penduduk, yaitu Desa Bukit
Kubu, Desa Pekan Besitang, Desa Bukit Selamat, Desa Halaban, serta Desa
Seumadam.
d. Parameter Lingkungan yang Dipantau
1) Jumlah tenaga kerja yang diterima dari masyarakat sekitar;
2) Transparansi penerimaan tenaga kerja.
e. Metode Pemantauan
1) Pengumpulan data dari pihak kontraktor pembangunan jalan kereta api
untuk mendapatkan data mengenai penerimaan tenaga kerja lokal;
2) Pengisian kuesioner oleh masyarakat di sekitar lokasi pembangunan jalan
kereta api, untuk melihat apakah kegiatan ini merekrut tenaga kerja lokal
selama masa konstruksi;
3) Pemilihan lokasi distribusi kuesioner dilakukan pada daerah pemukiman
padat (secara purposive sampling) yang berdampingan dengan rencana jalur
kereta api;
4) Pilihan responden dilakukan secara acak pada area distribusi yang telah
ditetapkan secara purposive sampling;
5) Wawancara mendalam dengan informan kunci (tokoh masyarakat, tokoh
agama, serta aparat desa) dengan menggunakan panduan wawancara:
pertanyaan difokuskan pada sisi adanya peluang kerja dan kesempatan
kerja bagi warga lokal;
6) Analisis data dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif di mana data
kuesioner ditabulasi dengan metode SPSS dan memunculkan frekuensi
jawaban dan hasilnya dinarasikan bersama dengan data hasil wawancara
medalam serta data sekunder lainnya sebagai sebuah eksplanasi atas
fenomena yang muncul.
f. Waktu dan Frekuensi Pemantauan
Waktu pelaksanaan pemantauan adalah di awal masa konstruksi dan periode
pemantauan adalah sekali selama masa konstruksi.
2-55
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
g. Hasil Pemantauan
Wawancara dan pengisian kuesioner yang dilakukan terhadap masyarakat
secara random sampling bertujuan untuk mengetahui anggota keluarga
responden yang mendapatkan peluang untuk bekerja di proyek pembangunan.
Adapun hasil random sampling adalah seperti ditunjukkan pada Gambar 2.2
berikut ini.
Ya
26%
Tidak
74%
Gambar 2.2 Persentase anggota keluarga responden yang mendapat kesempatan bekerja
Sumber: Hasil Survei Lapangan dan Analisis, 2020
2-56
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
12%
40%
48%
Pekerjaan yang dilakukan oleh warga lokal berdasarkan hasil kuesioner adalah
seperti pada Gambar 2.4 di bawah ini.
Pengawas
Proyek
5%
Lainnya
14% Mandor
14%
Keamanan
Proyek
(Satpam)
10%
Pekerjaan
Lapangan
(Buruh)
57%
Gambar 2.4 Jenis pekerjaan yang dilakukan warga lokal berdasarkan hasil kuesioner
Sumber: Hasil Survei Lapangan dan Analisis, 2020
2-57
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
a. Jenis Dampak
Jenis dampak adalah timbulnya keresahan masyarakat.
b. Sumber Dampak
Sumber dampak adalah kegiatan rekrutmen tenaga kerja.
c. Lokasi Pemantauan
Lokasi pengelolaan terciptanya kesempatan kerja adalah di sekitar lokasi proyek
yang terdapat pemukiman penduduk, yaitu yaitu Desa Bukit Kubu, Desa Pekan
Besitang, Desa Bukit Selamat, Desa Halaban, serta Desa Seumadam.
d. Parameter Lingkungan yang Dipantau
Keresahan masyarakat selama kegiatan rekrutmen tenaga kerja.
e. Metode Pemantauan
Wawancara
Wawancara mendalam dengan informan kunci (tokoh masyarakat, tokoh agama,
serta aparat desa) dengan menggunakan panduan wawancara: pertanyaan
difokuskan pada sisi adanya peluang kerja dan kesempatan kerja bagi warga
lokal.
f. Waktu dan Frekuensi Pemantauan
Pada saat rekrutmen tenaga kerja.
g. Hasil Pemantauan
Berdasarkan hasil wawancara dengan 88 responden pada periode Oktober-
Desember 2020 jumlah warga yang mendapat informasi rekrutmen adalah
seperti ditampilkan pada Gambar 2.6 di bawah ini. Jumlah responden yang
menerima informasi rekrutmen 43%, dan sebanyak 57% lainnya yang mengaku
tidak mendapatkan informasi. Responden yang mengaku tidak menerima
2-58
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
Ya
43%
Tidak
57%
Gambar 2.6 Persentase responden yang menerima informasi rekrutmen tenaga kerja
Sumber: Hasil Survei Lapangan dan Analisis, 2020
a. Jenis Dampak
Jenis dampak adalah penurunan kualitas air permukaan.
b. Sumber Dampak
Sumber dampak adalah kegiatan operasional base camp dan kegiatan
pematangan lahan.
c. Lokasi Pemantauan
Lokasi pemantauan adalah sungai di sekitar lokasi proyek, khususnya Sungai
Besitang.
d. Parameter Lingkungan yang Dipantau
Parameter yang di pantau adalah semua parameter kualitas air berdasarkan PP
Nomor 82 Tahun 2001.
e. Metode Pemantauan
Metode pemantauan berdasarkan SNI yang berlaku.
f. Waktu dan Frekuensi Pemantauan
Enam bulan sekali selama operasional base camp dan enam bulan sekali selama
kegiatan pematangan lahan.
g. Hasil Pemantauan
Pemantauan kualitas air sungai dilakukan dengan cara mengambil sampel air
sungai kemudian diuji di Laboratorium. Sampel air sungai yang diambil adalah
Sungai Besitang (04o 02’ 16,43” N 98o 10’ 34,36” E) dan drainase di Desa
2-59
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
Karangjadi (04o 08’ 8,43” N 98o 03’ 57,55” E) seperti pada Gambar 2.7 di bawah
ini.
Hasil pengujian kualitas air permukaan dapat di lihat pada Tabel 2.13.
FISIK
Udara Udara Udara Udara
Suhu Insitu °C 31,2 29,6
±3 °C ±3 °C 3 °C 5 °C
PH Insitu 6,5 7,8 9 5 s.d 9 6 s.d 9 6 s.d 9
DHL ms/cm
TDS mg/l 72 68 1.000 1.000 1.000 2000
TSS mg/l 31 29 50 50 400 400
KIMIA ANORGANIK
Nitrit (NO₂₋N)
mg/l 0,2978 0,3242 0,06 0,06 0,06
*) -
2-60
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
BAKU MUTU*
SUNGAI DRAINASE
PARAMETER SATUAN
BESITANG KARANGJADI Kelas I Kelas II Kelas III Kelas IV
Kadmium
mg/l 0,00009 0,00009 0,01 0,01 0,01 0,01
(Cd)
Khromium VI
mg/l 0,032 0,031 0,05 0,05 0,05 1
(CR⁶ ⁺)
Khlorin bebas
mg/l 0,021 0,018 0,03 0,03 0,03
(Cl₂) -
KIMIA ORGANIK
Minyak &
μg/l 21,6 19,4 1.000 1.000 1.000
Lemak -
Detergen μg/l <500 <500 200 200 200
-
Fenol μg/l 1 1 1
MIKROBIOLOGI
Fecal
MPN/100ml 610 590 100 1000 2000 2000
Coliform
2-61
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
a. Jenis Dampak
Jenis dampak adalah penurunan sanitasi lingkungan.
b. Sumber Dampak
Sumber dampak adalah kegiatan operasional base camp.
c. Lokasi Pemantauan
Lokasi pemantauan berdasarkan rekomendasi dari dokumen RKL-RPL adalah di
sekitar lokasi base camp.
d. Parameter Lingkungan yang Dipantau
Parameter lingkungan yang di pantau adalah:
1) Kebersihan di sekitar lokasi base camp;
2) Keluhan masyarakat tentang kondisi kebersihan di sekitar lokasi base camp.
e. Metode Pemantauan
Observasi
Observasi yang dimaksud adalah pengamatan langsung di lokasi sekitar base
camp untuk melihat kondisi lingkungan terutama kebersihan lingkungan, tidak
adanya tumpukan sampah, dan tersedianya tempat sampah.
Wawancara
Wawancara kepada masyarakat di sekitar lokasi proyek mengenai kebersihan
lingkungan selama operasional base camp.
f. Waktu dan Frekuensi Pemantauan
Enam bulan sekali selama masa konstruksi.
g. Hasil Pemantauan
Berdasarkan hasil observasi di lapangan, terdapat base camp pekerja konstruksi
di sekitar pemukiman warga di Desa Seumadam.
a. Jenis Dampak
Jenis dampak adalah penurunan kualitas udara.
b. Sumber Dampak
Sumber dampak adalah kegiatan mobilisasi peralatan dan material serta
pematangan lahan.
c. Lokasi Pemantauan
Lokasi pemantauan dampak penurunan kualitas udara adalah di sekitar lokasi
proyek yang terdapat pemukiman penduduk yaitu Desa Seumadam, Desa
Karangjadi dan Desa Pekan Besitang.
2-62
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
2-63
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
a. Jenis Dampak
Jenis dampak adalah peningkatan intensitas kebisingan.
b. Sumber Dampak
Sumber dampak adalah mobilisasi peralatan dan material.
c. Lokasi Pemantauan
Lokasi pemantauan dampak peningkatan intensitas kebisingan adalah di sekitar
lokasi proyek yang terdapat pemukiman penduduk, yaitu Desa Seumadam, Desa
Karangjadi dan Desa Pekan Besitang.
d. Parameter Lingkungan yang Dipantau
Parameter lingkungan yang di pantau adalah intensitas kebisingan.
e. Metode Pemantauan
Pengukuran tingkat kebisingan di sekitar pemukiman, kemudian dibandingkan
dengan baku mutu tingkat kebisingan di pemukiman.
f. Waktu dan Frekuensi Pemantauan
Enam bulan sekali selama kegiatan mobilisasi peralatan dan material.
g. Hasil Pemantauan
Pengukuran kebisingan yang dilakukan mengacu pada Keputusan Menteri
Nomor 48 Tahun 1996 dengan menggunakan sound level meter seperti pada
Gambar 2.9.
2-64
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
Hasil pengukuran kebisingan pada 3 (tiga) titik sampling dapat dilihat pada Tabel
2.15 di bawah ini.
a. Jenis Dampak
Jenis dampak adalah peningkatan kerusakan jalan.
b. Sumber Dampak
Sumber dampak adalah kegiatan mobilasasi peralatan dan material.
c. Lokasi Pemantauan
Lokasi pemantauan adalah sepanjang jalan akses yang dilewati oleh kendaraan
pengangkut terutama jalan lintas sumatera dan jalan kabupaten atau jalan desa.
2-65
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
a. Jenis Dampak
Jenis dampak adalah gangguan arus lalu lintas
b. Sumber Dampak
Sumber dampak adalah kegiatan mobilisasi peralatan dan material
c. Lokasi Pemantauan
Lokasi pemantauan adalah sepanjang jalan akses yang dilewati oleh kendaraan
pengangkut terutama jalan lintas sumatera dan jalan kabupaten atau jalan desa.
d. Parameter Lingkungan yang Dipantau
Parameter lingkungan yang dipantau adalah gangguan arus lalu lintas.
2-66
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
e. Metode Pemantauan
Metode pemantauan adalah observasi lapangan.
f. Waktu dan Frekuensi Pemantauan
Waktu pemantauan adalah enam bulan sekali selama pelaksanaan mobilisasi
peralatan dan material.
g. Hasil Pemantauan
Secara umum, arus lalu lintas normal dan tidak menimbulkan dampak yang
signifikan.
Peningkatan Getaran
a. Jenis Dampak
Jenis dampak adalah peningkatan getaran.
b. Sumber Dampak
Sumber dampak adalah kegiatan pematangan lahan.
c. Lokasi Pemantauan
Lokasi pengelolaan peningkatan getaran adalah di sepanjang trase jalan kereta
api antara Besitang-Langsa yaitu Desa Seumadam, Desa Karangjadi, dan Desa
Pekan Besitang.
d. Parameter Lingkungan yang Dipantau
Parameter lingkungan yang dipantau adalah getaran.
e. Metode Pemantauan
Pengukuran tingkat getaran di sekitar pemukiman, kemudian dibandingkan
dengan baku mutu tingkat getaran di pemukiman.
f. Waktu dan Frekuensi Pemantauan
Enam bulan sekali selama kegiatan pematangan lahan.
g. Hasil Pemantauan
Pengukuran peningkatan getaran yang dilakukan mengacu pada Keputusan
Menteri Lingkungan Hidup Nomor 49 Tahun 1996 degan menggunakan
vibrameter seperti pada Gambar 2.11 di bawah ini.
2-67
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
Hasil pengukuran getaran di lokasi pemantauan dapat dilihat pada Tabel 2.17
di bawah ini.
a. Jenis Dampak
Jenis dampak adalah peningkatan erosi lahan.
b. Sumber Dampak
Sumber dampak adalah kegiatan pematangan lahan.
c. Lokasi Pemantauan
Lokasi pemantauan adalah lokasi kegiatan pematangan lahan dan kolam
pengendapan lumpur.
2-68
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
Baku Mutu*
Sungai Drainase
Parameter Satuan
Besitang Karangjadi Kelas Kelas Kelas Kelas
I II III IV
TSS mg/l 31 29 50 50 400 400
Sumber: Hasil Uji, 2020
Keterangan: *Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 Baku mutu kelas II
a. Jenis Dampak
Jenis dampak adalah timbulnya limpasan air permukaan.
b. Sumber Dampak
Sumber dampak adalah kegiatan pematangan lahan.
c. Lokasi Pemantauan
Lokasi pemantauan adalah lokasi pematangan lahan.
d. Parameter Lingkungan yang Dipantau
Parameter lingkungan yang dipantau adalah genangan yang ada di sekitar lokasi
pematangan lahan.
2-69
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
e. Metode Pemantauan
Pengamatan langsung (observasi) di lokasi pemantauan untuk mengetahui
lokasi genangan yang ada di sekitar lokasi pematangan lahan.
f. Waktu dan Frekuensi Pemantauan
Enam bulan sekali selama pematangan lahan.
g. Hasil Pemantauan
Oktober-Desember didominasi oleh musim hujan, sehingga banyak kejadian
timbulnya limpasan air permukaan yang meresahkan warga.
a. Jenis Dampak
Jenis dampak adalah timbulnya gerakan tanah longsor.
b. Sumber Dampak
Sumber dampak adalah kegiatan pematangan lahan.
c. Lokasi Pemantauan
Lokasi pemantauan adalah pada lokasi kegiatan keprasan.
d. Parameter Lingkungan yang Dipantau
Parameter lingkungan yang dipantau adalah gerakan tanah atau longsor yang
terjadi di sekitar lokasi kegiatan keprasan.
e. Metode Pemantauan
1) Pengamatan pelaksanaan studi kondisi geologi detail dan pengujian
permeabilitas-porositas batuan;
2) Observasi kegiatan pengeprasan.
f. Waktu dan Frekuensi Pemantauan
Enam bulan sekali selama masa konstruksi dan jika ada gerakan tanah/longsor.
2-70
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
g. Hasil Pemantauan
Pada semester II 2020, ditemukan salah satu rumah warga yang rumahnya
berada di lokasi pematangan lahan. Saat hujan deras, tanah yang berasal dari
proses pematangan lahan akan masuk ke rumah warga tersebut.
Gambar 2.13 Kondisi rumah warga yang berada dekat lokasi pematangan lahan
Sumber: Data Primer, 2020
Gangguan Flora
a. Jenis Dampak
Jenis dampak adalah gangguan flora.
b. Sumber Dampak
Sumber dampak adalah kegiatan pematangan lahan.
c. Lokasi Pemantauan
Lokasi pemantauan adalah lokasi pematangan lahan.
d. Parameter Lingkungan yang Dipantau
Parameter lingkungan yang dipantau adalah tanaman yang ada di sekitar lokasi
pematauan.
e. Metode Pemantauan
Pengamatan langsung (observasi) di lokasi pemantauan untuk melihat adanya
gangguan pada flora yang ada di sekitar lokasi pematauan.
f. Waktu dan Frekuensi Pemantauan
Sekali setelah jalan KA selesai dibangun dan sekali setelah stasiun selesai
dibangun.
g. Hasil Pemantauan
Berdasarkan observasi di lokasi pemantauan, tidak terlihat adanya gangguan
terhadap flora yang diakibatkan oleh kegiatan pematangan lahan. Seperti yang
ditunjukkan oleh Gambar 2.14 berikut ini.
2-71
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
Gangguan fauna
a. Jenis Dampak
Jenis dampak adalah gangguan fauna.
b. Sumber Dampak
Sumber dampak adalah kegiatan pematangan lahan.
c. Lokasi Pemantauan
Lokasi pemantauan adalah lokasi pematangan lahan.
d. Parameter Lingkungan yang Dipantau
Parameter lingkungan yang dipantau adalah hewan liar yang ada di sekitar
lokasi pematauan.
e. Metode Pemantauan
Pengamatan langsung (observasi) di lokasi pemantauan untuk melihat adanya
gangguan pada fauna yang ada di sekitar lokasi pematauan.
f. Waktu dan Frekuensi Pemantauan
Sekali setelah jalan KA selesai dibangun dan sekali setelah stasiun selesai
dibangun.
g. Hasil Pemantauan
Berdasarkan observasi di lokasi pemantauan, tidak terlihat adanya gangguan
terhadap fauna yang diakibatkan oleh kegiatan pematangan lahan.
a. Jenis Dampak
Jenis dampak adalah gangguan biota perairan.
b. Sumber Dampak
Sumber dampak adalah kegiatan pematangan lahan.
2-72
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
c. Lokasi Pemantauan
Lokasi pemantauan adalah lokasi pematangan lahan.
d. Parameter Lingkungan yang Dipantau
Parameter lingkungan yang dipantau adalah gangguan biota perairan
e. Metode Pemantauan
Metode pemantauan adalah pengukuran struktur komunitas plankton dan
benthos dengan pengambilan sampel plankton dan benthos
f. Waktu dan Frekuensi Pemantauan
Enam bulan sekali selama masa konstruksi
g. Hasil Pemantauan
Hasil pemantauan pada periode Juli-Desember dapat dilihat pada Tabel 2.19 dan
2.20 di bawah ini.
2-73
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
a. Jenis Dampak
Jenis dampak adalah gangguan lalu lintas air
b. Sumber Dampak
Sumber dampak adalah pembangunan jembatan
c. Lokasi Pemantauan
Lokasi pemantauan yaitu sungai besitang
d. Parameter Lingkungan yang Dipantau
Parameter lingkungan yang dipantau adalah keluhan pengguna kapal terkait
terganggunya lalu lintas air
e. Metode Pemantauan
Metode pemantauan yaitu dengan cara observasi langsung di lapangan dan
wawancara dengan pengguna kapal
f. Waktu dan Frekuensi Pemantauan
Enam bulan sekali selama masa pembangunan jembatan
g. Hasil Pemantauan
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan pemilik kapal, pada periode
Oktober-Desember 2020 tidak terjadi gangguan lalu lintas perairan yang begitu
berarti, hal ini dikarenakan pekerjaan jembatan sudah selesai masa
pembongkaran namun belum masuk masa pembangunan.
a. Jenis Dampak
Jenis dampak adalah perubahan sikap masyarakat.
b. Sumber Dampak
Sumber dampak adalah:
1) Mobilisasi peralatan dan material;
2) Pematangan lahan;
3) Pekerjaan overpass;
c. Lokasi Pemantauan
Lokasi pemantauan adalah di sekitar lokasi proyek yang terdapat pemukiman
penduduk, yaitu Desa Halaban , Desa Bukit Kubu dan Desa Pekan Besitang.
d. Parameter Lingkungan yang Dipantau
Parameter lingkungan yang dipantau adalah respon masyarakat terhadap
seluruh kegiatan pembangunan jalan kereta api antara Besitang-Langsa.
2-74
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
e. Metode Pemantauan
1) Observasi
Pengamatan langsung di sekitar lokasi proyek untuk melihat adanya
perubahan sikap masyarakat di sekitar lokasi proyek.
2) Wawancara
Wawancara mendalam dengan informan kunci (tokoh masyarakat, tokoh
agama, serta aparat desa) dengan menggunakan panduan wawancara:
pertanyaan difokuskan pada sisi adanya dampak yang dirasakan warga
terkait kegiatan pembangunan jalan kereta api antara Besitang-Langsa.
3) Kuesioner
Pengisian kuesioner oleh masyarakat di sekitar lokasi pembangunan jalan
kereta api, untuk mengetahui dampak yang dirasakan masyarakat selama
berlangsungnya kegiatan pembangunan jalan kereta api antara Besitang-
Langsa. Pemilihan lokasi distribusi kuesioner dilakukan pada daerah
pemukiman padat (secara purposive sampling) yang berdampingan dengan
rencana jalur kereta api.
f. Waktu dan Frekuensi Pemantauan
Waktu pelaksanaan pemantauan adalah di awal masa konstruksi dan periode
pemantauan adalah sekali selama masa konstruksi.
g. Hasil Pemantauan
Wawancara persepsi masyarakat terhadap kegiatan selama periode Oktober-
Desember 2020 dilakukan terhadap 88 responden di sekitar area proyek. Hasil
survei tentang persepsi masyarakat dapat dilihat pada Tabel 2.21 di bawah ini.
Dari Tabel 2.21 dapat dilihat bahwa persepsi masyarakat terhadap dampak
kegiatan mobilisasi peralatan dan material terdapat 81% responden merasa
terganggu akibat kegiatan tersebut dan sisanya 19% responden merasa tidak
terganggu. Pada kegiatan pematangan lahan, responden yang merasa terganggu
adalah sebanyak 99%. Pada kegiatan pembangunan overpass sebanyak 67%
responden merasa terganggu, dan 31% lainnya merasa tidak terganggu.
2-75
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
Adapun hal yang paling meresahkan dari kegiatan mobilisasi peralatan dan
material polusi udara sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 2.16 di bawah ini.
Kebisingan Kerusakan
5% Jalan
4%
Polusi
Udara
91%
Gambar 2.16 Dampak yang paling meresahkan saat kegiatan mobilisasi peralatan dan
material
Sumber: Hasil Analisis, 2020
Selain itu, pada saat kegiatan pematangan lahan, dampak yang paling meresahkan
warga adalah longsor dan genangan/banjir sebagaimana ditunjukkan pada Gambar
2.17 di bawah ini.
2-76
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
Mengakibat
kan
genangan/b
anjir
25%
Terjadi
longsor
75%
Gambar 2.17 Dampak yang paling meresahkan saat kegiatan pematangan lahan
Sumber: Hasil Analisis, 2020
Tidak
Menjawab Menjadi
29% Sumber
Kebisingan
dan Getaran
42%
Terganggunya
lalu lintas air
19% Terjadi
Luapan Air
10%
Gambar 2.18 Dampak yang paling meresahkan saat kegiatan pembangunan jembatan
Sumber: Hasil Analisis, 2020
a. Jenis Dampak
Jenis dampak adalah peningkatan insiden dan prevalensi penyakit.
b. Sumber Dampak
Sumber dampak adalah mobilisasi peralatan dan material serta pematangan
lahan.
2-77
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
c. Lokasi Pemantauan
Lokasi pemantauan adalah di sekitar lokasi proyek yang terdapat pemukiman
penduduk, yaitu Desa Bukit Kubu, Desa Pekan Besitang, Desa Halaban, serta
Desa Seumadam.
d. Parameter Lingkungan yang Dipantau
Parameter lingkungan yang dipantau adalah penyakit pernafasan yang dialami
masyarakat sekitar lokasi proyek.
e. Metode Pemantauan
1) Observasi
Pengamatan langsung di sekitar lokasi proyek untuk melihat adanya insiden
ataupun dampak penyakit yang diakibatkan oleh pembangunan jalur kereta
api antara Besitang-Langsa.
2) Wawancara
Wawancara mendalam dengan informan kunci (tokoh masyarakat, tokoh
agama, serta aparat desa) dengan menggunakan panduan wawancara:
pertanyaan difokuskan pada sisi adanya insiden ataupun dampak penyakit
yang diakibatkan oleh pembangunan jalur kereta api antara Besitang-Langsa.
3) Kuesioner
Pengisian kuesioner oleh masyarakat di sekitar lokasi pembangunan jalan
kereta api, untuk melihat apakah kegiatan ini menimbulkan insiden ataupun
dampak penyakit bagi masyarakat sekitar lokasi proyek. Pemilihan lokasi
distribusi kuesioner dilakukan pada daerah pemukiman padat (secara
purposive sampling) yang berdampingan dengan rencana jalur kereta api.
f. Waktu dan Frekuensi Pemantauan
Enam bulan sekali selama masa konstruksi dan pematangan lahan.
g. Hasil Pemantauan
Berdasarkan hasil wawancara denga warga, penyakit yang paling sering diderita
warga selama pekerjaan pembangunan jalur KA antara Besitang-Langsa adalah
influenza/radang tenggorokan dan penyakit pernapasan lainnya. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada gambar bawah ini.
2-78
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
Lainnya
37%
Influensa/Radang
Tenggorokan
Gatal- 57%
gatal/Penyakit
Kulit Lainnya
4%
Diare/Disentri
dan Penyakit
Perut Lainnya
2%
Gambar 2.19 Penyakit yang sering diderita warga selama proses pekerjaan
Sumber: Hasil Analisis, 2020
2.6 EVALUASI
29% 29%
26%
9%
11%
4%
SEMESTER II 2017 SEMESTER I 2018 SEMESTER II 2018 SEMESTER I 2019 SEMESTER II 2019 SEMESTER II 2020
2-79
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
Dari grafik terlihat bahwa adanya peningkatan dari semester II 2017 ke tahun
2018, yaitu dari 9% menjadi 29%. Pada tahun 2018 semester I dan II jumlah
tenaga kerja lokal yang diterima berdasarkan hasil wawancara dengan
masyarakat adalah tetap yaitu 29%. Namun pada semester I 2019 terjadi
penurunan jumlah warga lokal yang terserap sebesar 18% menjadi 11%. Begitu
juga dengan semester II 2019 jumlah warga lokal yang terserap menurun
menjadi 4%. Tetapi pada semester II 2020, terjadi peningkatan penerimaan
tenaga kerja hingga 26%.
LOKASI TENAGA
JANGKA
JUMLAH WAKTU MULAI
NO KABUPATEN/ KEGIATAN WAKTU KETERANGAN
PROVINSI TENAGA PEKERJAAN
KOTA (Bulan)
KERJA (Orang)
1 2 4 6 7 10 14
DIREKTORAT JENDERAL PERKERETAAPIAN 156
BTP WILAYAH SUMATERA BAGIAN UTARA 156
A Pembangunan Jalan KA antara Langsa - Besitang (Segmen Sei Liput - Besitang) (MYC 2017 - 2020) (35 Km)
1 Aceh Aceh Tamiang Pekerjaan Pengeceran Rel, Ballas, dan Bantalan 3 5 MEI
2 Aceh Aceh Tamiang Pekerjaan Pengeceran Rel, Ballas, dan Bantalan 3 5 JANUARI
3 Aceh Aceh Tamiang Pekerjaan Pengeceran Rel, Ballas, dan Bantalan 3 5 JANUARI
4 Aceh Halaban Pekerjaan Perbaikan/Normalisasi Saluran dan Pembuatan Saluran 1 4 MARET
Pekerjaan Pengeceran Rel, Ballas, dan Bantalan 3 5 FEBRUARI
Security/Safetyman/Penjaga Malam/Penjaga Semboyan/Keamanan Lokasi
5 Sumatra Utara Langkat 7 3 JANUARI
Kerja
6 Sumatra Utara Langkat Pekerjaan Pengeceran Rel, Ballas, dan Bantalan 1 4 MEI
Hal ini sesuai dengan progress pekerjaan kontraktor dimana masih ada
pekerjaan yang berjalan di bulan Oktober-November 2020.
2-80
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
tenaga kerja juga menjadi berkurang. Hal tersebut sering terjadi selama proyek
berjalan. Masyarakat mengharapkan agar pekerjaan dapat berjalan lancar dan
kebutuhan tenaga kerja juga memadai, sehingga masyarakat di sekitar lokasi
proyek mendapatkan pekerjaan.
2-81
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
2-82
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
2-83
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
2-84
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
1200
1000
800
600
400
200
0
Semester I Semester II Semester I Semester II Semester II
2018 2018 2019 2019 2020
Sungai Besitang 64 356 125 132 72
Baku Mutu 1000 1000 1000 1000 1000
2-85
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
60
50
40
30
20
10
0
Semester I Semester Semester I Semester Semester
2018 II 2018 2019 II 2019 II 2020
Sungai Besitang 25 19 26 32 31
Baku Mutu 50 50 50 50 50
2-86
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
1000
800
600
400
200
0
Semester Semester Semester Semester Semester
I 2018 II 2018 I 2019 II 2019 II 2020
Sungai Besitang 17,2 5,31 5,24 4,89 21,6
Baku Mutu 1000 1000 1000 1000 1000
Gambar 2.24 Grafik kecenderungan nilai minyak dan lemak di Sungai Besitang
Sumber: Hasil Analisis, 2018-2020
Dari Gambar 2.24 dapat diketahui hasil analisis minyak dan lemak di Sungai
Besitang mengalami penurunan setiap semester. Namun pada semester II
2020, terjadi kenaikan nilai minyak dan lemak hingga mencapai 21,6 μg/l.
2-87
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
2-88
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
250
200
150
100
50
0
Rona Semester Semester Semester Semester Semester
Awal I 2018 II 2018 I 2019 II 2019 II 2020
Lokasi 1 52 20 198 220 225 23,5
Lokasi 2 63,5 201 219 210 72,5
Lokasi 3 48 30,5 202 223 209 80,5
Baku Mutu 230 230 230 230 230 230
Dari Gambar 2.25 diketahui bahwa kandungan TSP di udara masih dibawah
baku mutu yang persyaratkan pada PP Nomor 41 Tahun 1999. Konsentrasi TSP
di setiap lokasi menunjukkan kecenderungan yang sama, yaitu konsentrasi
tinggi pada semester II 2017 (awal masa konstruksi), konsentrasi menurun pada
Semester I 2018, mengalami kenaikan yang ekstrim pada semester II 2018. Pada
semester I 2019 dan semester II 2019 di setiap titik konsentrasi TSP cenderung
tinggi dan mendekati nilai baku mutu. Untuk semester II 2020 nilai TSP
menunjukkan penurunan nilai jauh di bawah baku mutu. Hal ini disebabkan
oleh intensitas kegiatan di sekitar lokasi proyek hanya terdapat di beberapa titik
tertentu seperti pembangunan overpass. Kemudian pada semester II 2020 ini
telah memasuki musim penghujan.
2-89
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
segera material yang jatuh, serta menyiram ban kendaraan pengangkut sebelum
melewati jalan nasional.
80
60
40
20
0
Rona Semester Semester Semester Semester Semester
Awal I 2018 II 2018 I 2019 II 2019 II 2020
Lokasi 1 68,8 50,2 60,1 59,2 52,8 65,5
Lokasi 2 55,4 58,9 57,7 57,5 59,6
Lokasi 3 65,5 61,9 59,2 59,3 58,5 68,9
Baku Mutu 73 73 73 73 73 73
Dari Gambar 2.26 dapat dilihat bahwa intensitas kebisingan meningkat pada
semester II 2018, dan menurun secara fluktuasi setiap semester hingga semester
II 2019. Tetapi pada semester II 2020 intensitas kembali mengalami kenaikan.
Hal ini disebabkan oleh aktivitas pekerjaan pembangunan di sekitar lokasi
pengujian yang sudah menurun. Oleh karena itu, hal ini berdampak pada
mobilitas masyarakat yang cenderung mendekati kondisi seperti rona awal.
2-90
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
Gambar 2.27 Kondisi jalan pada Gambar 2.28 Kondisi jalan pada
Semester I 2018 Semester II 2018
Sumber: Data Primer, 2018 Sumber: Data Primer, 2018
2-91
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
Gambar 2.29 Kondisi jalan pada Gambar 2.30 Kondisi jalan pada
Semester I 2019 Semester II 2019
Sumber: Data Primer, 2019 Sumber: Data Primer, 2019
Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa tidak terjadi kerusakan jalan selama
kegiatan pembangunan jalan kereta api antara Besitang-Langsa.
2-92
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
Peningkatan Getaran
2-93
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
5
4
3
2
1
0
Semester Semester Semester Semester Semester
I 2018 II 2018 I 2019 II 2019 II 2020
Desa Seumadam 0,6 0,9 0,9 0,3
Karangjadi 0,039 0,8 0,7 0,6 1,5
Besitang 0,7 1,2 0,7 2,3
BM Kelas I 2 2 2 2 2
BM Kelas II 4 4 4 4 4
Gambar 2.32 Perbedaan kecepatan getaran sebelum adanya konstruksi dan saat
konstruksi berlangsung
Sumber: Hasil Analisis, 2018-2020
Keterangan: * Baku Mutu Tingkat Getaran Kejut KepMenLH No. 49 Tahun 1996 Lampiran IV:
Kelas 1 : Peruntukan dan bangunan kuno yang mempunyai nilai sejarah tinggi
Kelas 2 : Bangunan dengan kerusakan yang sudah ada, tampak keretakan-keretakan
pada tembok
2-94
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
2-95
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
Gangguan Flora
Gangguan Fauna
2-96
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
Hasil analisis seperti pada Tabel 2.24 menunjukkan sungai Besitang dan
drainase di Desa Karangjadi tercemar sedang.
2-97
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
100,00%
90,00%
80,00%
70,00%
60,00% Menerima
98,83%
50,00% Tidak Menerima
40,00%
30,00%
20,00%
10,00%
1,16%
0,00%
Menerima Tidak Menerima
2-98
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
2-99
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
Tabel 2.23 Perbandingan hasil survei persepsi masyarakat sebelum dan saat pekerjaan konstruksi
2-100
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
2-101
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
2-102
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
60%
50%
40%
30% 57%
20% 37%
10%
2% 4%
0%
Dari gambar 2.35 dapat dilihat bahwa penyakit yang paling sering diderita warga
adalah influensa/radang tenggorokan (ISPA), hal ini dikarenakan dampak dari
polusi udara parameter TSP.
2-103
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
Beberapa hal yang didapatkan dari pemantauan ini adalah sebagai berikut:
2-104
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
2-105
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
2-106
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
2-107
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
2-108
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
2-109
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
2-110
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
2-111
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
2-112
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
2-113
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
2-114
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
2-115
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
2-116
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
2-117
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
2-118
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
2-119
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
13 Selasa, 22 Desember 2020 Desa Bukit Selamat, Bukit Karetia mengalami kelongsoran
Kecamatan Besitang,
Kabupaten Langkat
14 Rabu, 21 Oktober 2020 Desa Halaban, Lumpur yang dihasilkan dari pengerjaan bor
Kecamatan Besitang, pile untuk pembangunan overpass
Kabupaten Langkat ditampung dalam kolam sementara yang
telah dilapisi pelapis kedap agar tidak
langsung menyerap kedalam tanah. Lumpur
ini kemudian akan diangkut untuk dibuang
ke disposal area dengan menggunakan truk
kontainer.
2-120
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
15 Rabu, 21 Oktober 2020 Desa Seumadam, Akses jalan menuju Kampul Rel
Kecamatan Kejuruan
Muda, Kabupaten Aceh
Tamiang (Area
Konstruksi BSL-1)
2-121
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
2-122
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
18 Rabu, 21 Oktober 2020 Desa Seumadam, Akibat kondisi jalanan yang rusak dan
Kecamatan Kejuruan berlumpur, masyarakat lebih sering
Muda, Kabupaten Aceh menggunakan jalan rel sebagai akses.
Tamiang (Area Tentunya ini sangat membahayakan bagi
Konstruksi BSL-1) warga.
2-123
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
2-124
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
2-125
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
22 Rabu, 02 Desember 2020 Pekan Besitang, Pihak kontraktor telah memasang rambu-
Kecamatan Besitang, rambu K3 di sekitar lokasi pekerjaan yang
Kabupaten Langkat berpotensi menimbulkan bahaya.
2-126
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
2-127
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
2-128
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
2-129
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
26 Rabu, 02 Desember 2020 Desa Halaban (Dusun Pembuatan lubang saluran persinyalan
Albanjati), Kecamatan
Besitang, Kabupaten
Langkat
2-130
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
27 Selasa, 22 Desember 2020 Desa Bukit Selamat, Persinyalan kereta api di Stasiun Sei Sirah
Kecamatan Besitang,
Kabupaten Langkat
(BSL-14)
2-131
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
28 Selasa, 22 Desember 2020 Desa Bukit Selamat, Persinyalan kereta api di Stasiun Halaban
Kecamatan Besitang,
Kabupaten Langkat
(BSL-14)
2-132
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
2-133
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
31 Selasa, 22 Desember 2020 Desa Halaban, Tidak terdapat pagar pembatas pada
Kecamatan Besitang, pekerjaan yang berdampingan langsung
Kabupaten Langkat dengan jalan raya.
2-134
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
2-135
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
KESIMPULAN
3.1 KESIMPULAN
3-1
LAPORAN AKHIR TELAAH RKL-RPL PEMBANGUNAN JALUR KA ANTARA BESITANG-LANGSA
3.2 REKOMENDASI
Berdasarkan hasil survei lapangan, kegiatan pengelolaan yang harus dilakukan dan
ditingkatkan adalah sebagai berikut:
1. Memperhatikan aliran air dan saluran drainase pada saat pembangunan
jembatan/box culvert.
2. Pada lokasi pembangunan yang langsung berdampingan dengan jalan lintas
Sumatera, seharusnya dibangun sistem drainase pembuangan dari konstruksi
jalan rel. Terutama pada titik dimana jalan kereta api lebih tinggi dibandingkan
jalan lintas.
3. Mengantisipasi kondisi tanah timbun yang sedemikian tinggi, maka perlu
penyesuaian ketinggian dan panjang retaining wall, mengingat curah hujan yang
tinggi pada semester ini. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi dampak
longsor terhadap lingkungan pemukiman.
4. Menyediakan jalan akses sementara bagi warga selama kegiatan konstruksi dan
memperbaiki kualitas jalan akses yang sudah ada.
5. Setiap proses pekerjaan pembangunan harus memperhatikan aspek keamanan.
Terutama pada pekerjaan yang berdampingan langsung dengan jalan raya harus
dilengkapi dengan pagar pembatas. Selain itu, peron di Stasiun Halaban yang
bedampingan langsung dengan tebing sungai juga harus dipasangi pagar
pembatas.
6. Posisi tiang listrik di Stasiun Halaban perlu dilakukan pemindahan karena
berada di bagian jalan dan rel kereta api, sehingga membuat retaing wall miring.
3-2