i
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
KATA PENGANTAR
Tim Penyusun
i
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
DAFTAR ISI
ii
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
ii
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
BAB I. PENDAHULUAN
I - 1
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
Adapun besar kecilnya dampak pusat kegiatan terhadap arus lalu lintas
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
a. Bangkitan perjalanan.
b. Menarik-tidaknya suatu pusat kegiatan.
c. Tingkat kelancaran lalu lintas pada jaringan jalan yang ada.
d. Prasarana jalan di seputar pusat kegiatan.
I - 2
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
b. Tujuan
1. Tujuan kegiatan ini adalah memperkirakan dampak yang diakibatkan dari
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan;
2. Menentukan bentuk peningkatan/perbaikan yang diperlukan guna
mengakomodasi perubahan yang terjadi sebagai akibat perubahan dan
pengembangan aktivitas tata guna lahan;
3. Menyesuaikan dan menyeleraskan keputusan-keputusan tentang tata guna
lahan dengan kondisi lalu lintas dan jaringan jalan;
4. Sebagai alat pengawasan dan evaluasi terhadap pelaksanaan manajemen
dan rekayasa lalu lintas dalam rangka penanganan dampak lalu lintas;
5. Tersusunnya dokumen Analisa Dampak Lalu lintas Pembangunan Lembaga
Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
I - 3
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
a. Persiapan
1. Persiapan pelaksanaan.
2. Mempersiapkan sumberdaya yang diperlukan untuk dapat melakukan
pekerjaan. Memperoleh gambaran lengkap pekerjaan dengan menggali
berbagai masukan dan harapan pemilik pekerjaan secara mendalam.
b. Pengumpulan data dan informasi lapangan dan data pendukung lainnya, berupa:
1. Melakukan pengumpulan data sosial, ekonomi, kependudukan dan tata
ruang.
2. Inventarisasi data pendukung (data sekunder) pembangunan Gedung
Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan, antara lain: luas
lahan, luas bangunan, lebar jalan keluar/masuk dan rencana gambar tapak
(site plan).
3. Inventarisasi kondisi prasarana jalan (inventarisasi geometrik ruas jalan)
antara lain: jarak lokasi terhadap jalan utama, lebar jalan, arah lalu lintas,
desain jalan, inventarisasi fasilitas perlengkapan jalan (rambu, marka jalan
dan sebagainya) serta kondisi lingkungan jalan.
4. Inventarisasi data lalu lintas dengan melakukan perhitungan volume lalu
lintas dengan klasifikasi dari berbagai jenis kendaraan yang melintas di jalan
utama (jalan depan dan sekitar lokasi).
5. Melakukan analisis kinerja dan tingkat pelayanan jalan (Gedung Lembaga
Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan).
6. Membuat solusi penanganan dampak lalu lintas yang terjadi dengan
meminimalkan konflik kendaraan yang keluar-masuk Gedung Lembaga
Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan terhadap lalu lintas menerus,
menata sirkulasi pergerakan kendaraan di dalam lokasi, menata dan
menghitung kebutuhan tempat parkir.
I - 4
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
I - 5
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
Lokasi kegiatan studi ini terletak di ruas Jalan Jl. Ir. H. Juanda, Kelurahan Tapaan,
Kecamatan Bugul Kidul, Kota Pasuruan, Jawa Timur. Lokasi dapat dilihat pada Gambar
1.1.
I - 6
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
a. Manajemen dan rekayasa lalu lintas adalah serangkaian usaha kegiatan yang
meliputi perencanaan, pengadaan, pemasangan, pengaturan, dan
pemeliharaan fasilitas perlengkapan jalan dalam rangka mewujudkan,
mendukung dan memelihara keamanan, keselamatan, ketertiban, dan
kelancaran lalu lintas.
b. Keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan adalah suatu keadaan terhindarnya
setiap orang dari risiko kecelakaan selama berlalu lintas yang disebabkan oleh
manusia, kendaraan, jalan, dan/atau lingkungan.
c. Kelancaran lalu lintas dan angkutan jalan adalah suatu keadaan berlalu lintas
dan penggunaan angkutan yang bebas dari hambatan dan kemacetan di jalan.
d. Jaringan jalan adalah satu kesatuan jaringan yang terdiri atas sistem jaringan
jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder yang terjalin dalam hubungan
hierarkis.
e. Analisis dampak lalu lintas adalah serangkaian kegiatan kajian mengenai
dampak lalu lintas dari pembangunan pusat kegiatan, permukiman, dan
infrastruktur yang hasilnya dituangkan dalam bentuk dokumen hasil analisis
dampak lalu lintas.
f. Tingkat pelayanan adalah ukuran kuantitatif dan kualitatif yang
menggambarkan kondisi operasional lalu lintas.
g. Jalan adalah seluruh bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan
perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum, yang berada pada
permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah
dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan rel dan jalan kabel.
h. Volume lalu lintas adalah jumlah kendaraan yang melewati suatu titik tertentu
pada ruas jalan per satuan waktu, dinyatakan dalam kendaraan per jam atau
satuan mobil penumpang per jam.
i. Kapasitas jalan adalah kemampuan ruas jalan untuk menampung volume lalu
lintas ideal per satuan waktu, dinyatakan dalam kendaraan per jam atau satuan
mobil penumpang per jam.
j. Derajat kejenuhan adalah rasio arus lalu lintas terhadap kapasitas.
I - 7
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
I - 8
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
2.1. Umum
II - 9
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
DIBANDINGKAN
ANALISIS KINERJA
JARINGAN JALAN
ANALISIS KINERJA
JARINGAN JALAN
TIDAK
TIMBUL DAMPAK
DO NOTHING
DO NOTHING
YA
DO MINIMUM/ YA
TIMBUL DAMPAK
DO SOMETHING
DO MINIMUM/
DO SOMETHING
TIDAK
SKENARIO
PENANGANAN
DO NOTHING SKENARIO
DAMPAK
PENANGANAN
DAMPAK
REKOMENDASI
II - 10
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
Lap Pendahuluan
- Koordinasi pemberi tugas
- Koordinasi tim pelaksana studi
- Penyempurnaan metodologi
- Persiapan peralatan dan kantor
-
- tata guna lahan dan lingkungan
sekitar jaringan jalan
Lap Antara
- Survei parkir
- Survei angkutan umum
Data Sekunder:
- Guna Lahan
- Kondisi sosial ekonomi wilayah
Analisis Kondisi Eksisting:
- Fungsi dan kelas jalan
- Analisis lalu lintas eksisting
- Rencana Pengembangan
- Analisis Kinerja Ruas
- Peta-peta pendukung
- Analisis Kinerja Simpang
- Analisis Parkir
-
II - 11
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
Tahap awal dari penyusunan dokumen analisis dampak lalu lintas Gedung
Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan ialah mengumpulkan data
sekunder berupa data lay out/rancang bangun, resume rencana pembangunan
Gedung Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan, data jaringan
transportasi dan data tata guna lahan daerah sekitar pembangunan Gedung Lembaga
Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan. Data tersebut dipergunakan untuk
menentukan daerah dampak, membangun model jaringan transportasi serta untuk
menentukan survei-survei primer.
1. Persiapan survei
Pelaksanaan survei lapangan diawali dengan persiapan yang meliputi logistik
survei, persamaan persepsi surveyor, penetapan lokasi definitif titik-titik
survei dan alokasi waktu.
2. Survei pendahuluan
Sebelum pelaksanaan survei, terlebih dahulu dilakukan peninjauan lapangan
atau lebih dikenal dengan sebutan survei pendahuluan. Maksud
dilaksanakannya survei pendahuluan ini ialah untuk:
II - 12
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
II - 13
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
lainnya. Metode yang digunakan dalam survei ini ialah dengan melakukan
pengukuran dilapangan dan pencatatan di dalam formulir survei yang
sudah dipersiapkan sebelumnya.
• Survei panjang ruas jalan
Survei ini dimaksudkan untuk mendapatkan data panjang masing-masing
ruas jalan. Metode yang digunakan dalam survei ini ialah dengan
melakukan pengukuran dilapangan dan pencatatan di dalam sketsa peta
jaringan jalan yang sudah dipersiapkan sebelumnya.
• Survei tata guna lahan
Survei ini dimaksudkan untuk mendapatkan data penggunaan lahan di
daerah sekitar lokasi pembangunan Gedung Lembaga Pemasyarakatan
Terintegrasi Kota Pasuruan khususnya tata guna lahan ditepi ruas jalan.
Metode yang digunakan di dalam survei ini ialah dengan melakukan
pengamatan dilapangan dan pencatatan di dalam sketsa peta yang sudah
dipersiapkan sebelumnya.
• Survei pencacahan lalu lintas terklasifikasi
Survei ini dimaksudkan untuk mendapatkan data volume lalu lintas.
Metode yang digunakan di dalam survei ini ialah dengan melakukan
pengamatan dilapangan dan pencatatan di dalam formulir yang sudah
dipersiapkan sebelumnya secara terklasifikasi sesuai dengan jenis
kendaraan dan terpisah untuk masing-masing arah lalu lintas.
• Survei volume parkir terklasifikasi
Survei ini dimaksudkan untuk mendapatkan data volume permintaan
kendaraan yang parkir. Metode yang digunakan di dalam survei ini ialah
dengan melakukan pengamatan dilapangan dan pencatatan di dalam
formulir yang sudah dipersiapkan sebelumnya secara terklasifikasi
sesuai dengan jenis kendaraan dan terpisah untuk masing-masing
kantong-kantong parkir.
II - 14
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
II - 15
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
II - 16
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
b. Analisis kondisi lalu lintas dan angkutan jalan saat ini meliputi:
1. Kondisi geometrik jalan paling sedikit memuat geometrik jalan, perkerasan
jalan, dimensi potongan melintang jalan, fungsi jalan status jalan, kelas
jalan, dan perlengkapan jalan.
2. Kondisi lalu lintas eksisting paling sedikit memuat data historis volume lalu
lintas, volume gerakan membelok, tundaan membelok, panjang antrian,
kecepatan rata-rata kendaraan, waktu perjalanan, okupansi jalan, data
penumpang angkutan umum, pejalan kaki, dan pesepeda.
3. Kondisi angkutan jalan paling sedikit memuat jaringan trayek, faktor muat,
jenis kendaraan dan waktu tunggu.
c. Analisis bangkitan/tarikan lalu lintas dan angkutan jalan akibat pembangunan
berdasarkan kaidah teknis transportasi dengan menggunakan faktor trip rate
yang ditetapkan secara nasional
d. Analisis distribusi perjalanan.
e. Analisis pemilihan moda.
f. Analisis pembebanan perjalanan.
g. Simulasi kinerja lalu lintas pada kondisi lalu lintas yang dilakukan terhadap
analisis dampak lalu lintas, meliputi:
1. Simulasi kinerja lalu lintas sebelum pembangunan.
2. Simulasi kinerja lalu lintas pada saat pembangunan.
3. Simulasi kinerja lalu lintas setelah pembangunan.
4. Simulasi kinerja lalu lintas dalam jangka waktu paling sedikit 5 (lima)
tahun.
h. Rekomendasi dan rencana implementasi penanganan dampak, yang meliputi:
1. Peningkatan kapasitas ruas dan/atau persimpangan jalan.
2. Penyediaan angkutan umum.
3. Manajemen dan rekayasa lalu lintas pada ruas jalan.
4. Manajemen kebutuhan lalu lintas.
5. Penyediaan fasilitas parkir berupa gedung parkir dan/atau taman parkir.
6. Penyediaan akses keluar dan akses masuk untuk orang, kendaraan pribadi
dan kendaraan barang.
7. Penyediaan fasilitas bongkar muat barang.
II - 17
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
Penanganan ini mencakup perubahan fisik ruas jalan yang berupa pelebaran
atau penambahan lajur sehingga kapasitas ruas jalan dapat ditingkatkan secara
berarti. Jenis penanganan ini dilakukan apabila nilai DS sudah lebih besar dari
0,80.
Penanganan ini dilakukan bagi persimpangan tanpa lampu lalu lintas dengan
arus lalu lintas cukup tinggi, sehingga titik konfliknya cukup berat dan kompleks.
Pendekatan dapat didasarkan pada besarnya nilai DS ruas jalan yang sudah
mendekati 0,80.
Penanganan ini dilakukan bila nilai DS ruas jalan yang menuju persimpangan
sudah lebih besar dari 0,80.
II - 18
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
Penanganan ini terutama diterapkan pada ruas jalan kelas arteri serta yang
kondisi lalu lintas di kaki persimpangan atau DS ruas jalan yang menuju
persimpangan tersebut tidak bisa lagi diatasi dengan penanganan R2 dan R3.
2.7. Simpang
2.7.1. Persimpangan
II - 19
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
gerakan, jumlah lengan simpang, jumlah lajur dari setiap lengan simpang dan
pengaturan simpang. Pada titik konflik tersebut berpotensial terjadinya kecelakaan
dan kemacetan lalu lintas. Pada simpang empat lengan, titik-titik konflik yang terjadi
terdiri dari 16 titik crossing, 8 titik diverging dan 8 titik merging seperti ditunjukan
dalam Gambar 2.3.
16 Crossing conflict
8 Diverging conflict
8 Merging conflict
II - 20
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
Waktu pengosongan dan jumlah serta tipe kendaraan melintasi garis stop
diukur selama beberapa jam pada jam sibuk. Dua detik pertama waktu hijau
dihilangkan dari hitungan, sebab arus lalu lintas pada awal waktu hijau diperkirakan
masih tidak stabil karena adanya tundaan pada saat awal gerak kendaraan. Fase lampu
II - 21
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
yang digunakan untuk mencek arus lalu lintas merupakan arus terlindung (tidak
berpotongan dengan arus dari arah lain) yang diharapkan dapat memberikan nilai
yang dapat digunakan untuk simpang lain dengan kondisi geometri yang sama.
Data arus lalu lintas jenuh tersebut kemudian digunakan untuk mengkalibrasi
nilai standar arus lalu lintas jenuh pada program KAJI, dengan melihat tipe lengan,
disesuaikan dengan salah satu dari tiga tepi lengan hasil survei. Diskusi dengan
pemerintah daerah dan rekomendasi dari studi sebelumnya juga merupakan salah
satu pertimbangan untuk analisis perbaikan yang diperlukan untuk masing-masing
simpang. Kapasitas simpang, arus lalu lintas, geometri dan masalah lingkungan
merupakan hal pokok yang harus dipertimbangkan pada perbaikan simpang. Usulan
perbaikan kemudian dicek dengan program KAJI.
Metodologi dapat dilihat pada gambar 2.3.
II - 22
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
Ada masalah
Ada masalah Tidak ada
Tidak Lalulintas Geometri atau Tidak
Kapasitas? Perbaikan
Lingkungan ?
Ya
Ya
Alternatif Perbaikan
Tidak
Usulan Perbaikan
II - 23
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
Menurut MKJI (1997), pada umumnya penggunaan sinyal lalu lintas pada
persimpangan dipergunakan untuk satu atau lebih alasan berikut ini.
1. Untuk menghindari kemacetan simpang akibat adanya konflik arus lalu lintas,
sehingga terjamin bahwa suatu kapasitas tertentu dapat dipertahankan,
bahkan selama kondisi lalu lintas jam puncak.
2. Untuk memberi kesempatan kepada kendaraan dan/atau pejalan kaki dari
jalan simpang (kecil) untuk memotong jalan utama.
3. Untuk mengurangi jumlah kecelakaan lalu lintas akibat tabrakan antara
kendaraankendaraan dari arah yang bertentangan.
II - 24
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
Penggunaan sinyal dengan lampu tiga warna (hijau, kuning, merah) diterapkan
untuk memisahkan lintasan dari gerakan-gerakan lalu lintas yang saling bertentangan
dalam dimensi waktu.
1. Fase Sinyal
Pemilihan fase pergerakan tergantung dari banyaknya konflik utama, yaitu
konflik yang terjadi pada volume kendaraan yang cukup besar. Menurut
MKJI, 1997 Jika fase sinyal tidak diketahui, maka pengaturan dengan dua
fase sebaiknya digunakan sebagai kasus dasar. Pemisahan gerakan-gerakan
belok kanan biasanya hanya dilakukan berdasarkan pertimbangan
kapasitas kalau gerakan membelok melebihi 200 smp/jam.
2. Waktu Antar Hijau dan Waktu Hilang
Waktu antar hijau adalah periode kuning dan merah semua antara dua fase
yang berurutan, arti dari keduanya sebagai berikut ini:
i. Panjang waktu kuning pada sinyal lalu lintas perkotaan di Indonesia
menurut MKJI, 1997 adalah 3,0 detik.
ii. Waktu merah semua pendekat adalah waktu dimana sinyal merah
menyala bersamaan dalam semua pendekat yang dilayani oleh dua fase
sinyal yang berurutan. Fungsi dari waktu merah semua adalah memberi
kesempatan bagi kendaraan terakhir (melewati garis henti pada akhir
sinyal kuning) berangkat sebelum kedatangan kendaraan pertama dari
fase berikutnya.
Waktu hilang (lost time) adalah jumlah semua periode antar hijau dalam
siklus yang lengkap. Waktu hilang dapat diperoleh dari beda antara waktu
siklus dengan jumlah waktu hijau dalam semua fase.
LTI = (semua merah + kuning)
Sumber : MKJI, 1997 (Hal : 2 – 44)
II - 25
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
Dengan:
Cua = waktu siklus sebelum penyesuaian
LTI = waktu hilang total per siklus
FR = rasio arus simpang
ii. Waktu hijau (gi)
Waktu hijau untuk masing-masing fase:
Dengan:
gi = tampilan waktu hijau pada fase i
PRi= Rasio fase FR/ ∑FR
II - 26
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
Arus lalu lintas untuk setiap gerakan (belok kiri, lurus, dan belok kanan)
dikonversi dari kendaraan per jam menjadi satuan mobil penumpang (smp) per jam
dengan menggunakan ekivalen kendaraan penumpang (emp) untuk masing-masing
pendekat terlindung dan terlawan. Nilai konversi untuk setiap jenis kendaraan dapat
dilihat pada Tabel 2.2 sebagai berikut.
Rumus yang digunakan dari MKJI (1997) untuk menghitung arus jenuh lalu lintas
adalah sebagai berikut:
1. Menentukan arus jenuh dasar (So) untuk setiap pendekat, untuk pendekat
tipe P (arus terlindung).
So = 600 x We …………………………………(2.4)
Dengan:
SO = Arus jenuh dasar
FCS = Faktor penyesuaian ukuran kota
FSF = Faktor penyesuaian tipe lingkungan jalan, hambatan samping,
dan kendaraan tak bermotor
FG = Faktor penyesuaian untuk kelandaian
II - 27
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
II - 28
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
C. Kapasitas
Kapasitas pada persimpangan didasarkan pada konsep dan angka arus aliran
jenuh (Saturation Flow). Angka Saturation Flow didefinisikan sebagai angka
maksimum arus yang dapat melewati pendekat pertemuan jalan menurut kontrol lalu
lintas yang berlaku dan kondisi jalan Saturation Flow dinyatakan dalam unit
kendaraan per jam pada waktu lampu hijau, di mana hitungan kapasitas masing-
masing pendekat adalah:
C = S x cg (smp/jam) .……………………………………………………(2.6)
Sumber : MKJI,1997 (Hal : 2 – 61)
Dengan:
C = kapasitas
S = arus jenuh
g = waktu hijau
c = waktu siklus
II - 29
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
DS =Q/C ..……………………………………………………………………….(2.7)
Sumber : MKJI,1997 (Hal : 2 – 61)
Dengan:
DS = derajat kejenuhan
Q = arus lalu lintas pada pendekat tersebut (smp/jam)
C = kapasitas
D. Panjang Antrian
Panjang Antrian adalah panjang antrian kendaraan dalam suatu pendekat dan
antrian dalam jumlah kendaraan yang antri dalam suatu pendekat (kendaraan, smp).
Untuk menghitung jumlah antrian smp (NQ1):
1. Untuk DS > 0.5 maka:
8 𝑥 (𝐷𝑆−0,5)
𝑁𝑄1 = 0,25 𝑥 𝐶 𝑥 [(𝐷𝑆 − 1) + √(𝐷𝑆 − 1)2 + +]……….……….(2.8)
𝐶
Dengan:
NQ12 = jumlah smp yang tertinggal dari fase hijau sebelumnya (smp)
Untuk menghitung antrian smp yang datang selama fase merah (NQ2):
1−𝐺𝑅 𝑄
𝑁𝑄2 = 𝑐 𝑥 𝑥 /…….………………………………………………………(2.9)
1−𝐺𝑅 𝑋 𝐷𝑆 3600
Sumber : MKJI,1997 (Hal : 2 – 65)
II - 30
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
Panjang antrian:
𝑁𝑄𝑚𝑎𝑥 𝑥 20
𝑄𝐿 = (𝑚) ……..……………………………………………………(2.12)
𝑊𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘
Kendaraan terhenti:
Angka henti (NS) masing-masing pendekat:
𝑁𝑄
𝑁𝑆 = 0,9 𝑥 𝑥 3600 (𝑠𝑚𝑝⁄𝑗𝑎𝑚)……………………………………………. (2.13)
𝑄𝑥𝑐
E. Tundaan
Dengan:
DT = tundaan lalu lintas rata-rata untuk pendekat j
C = waktu siklus yang disesuaikan (det)
0,5 𝑥 (1−𝐺𝑅)2
𝐴= (1−𝐺𝑅𝑥𝐷𝑆)
……………………………………………………(2.17)
A = konstanta
II - 31
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
Dengan:
DGj = tundaan geometri rata-rata untuk pendekat j
Psv = rasio kendaraan terhenti pada suatu pendekat
3. Menghitung tundaan geometri gerakan belok kiri langsung (LTOR).
Tundaan lalu lintas dengan belok kiri langsung (LTOR) diasumsikan
tundaan geometri rata-rata = 6 detik
4. Menghitung tundaan rata-rata (det/jam)
Tundaan rata-rata dihitung dengan menjumlahkan tundaan lalu lintas (DT)
dan tundaan geometri rata-rata untuk pendekat j (DGj)
5. Menghitung tundaan total
Tundaan total dalam detik dengan mengalihkan tundaan rata-rata dengan
arus lalu lintas.
6. Menghitung tundaan rata-rata untuk seluruh simpang (D1)
Tundaan rata-rata untuk seluruh simpang (D1) dihitung dengan membagi
jumlah nilai tundaan pada kolom 16 dengan jumlah arus total (Qtot) dalam
smp/jam.
(𝑄𝑥𝐷)
𝐷1 = ∑ (𝑑𝑒𝑡⁄𝑠𝑚𝑝)……………………………………………………..……(2.19)
𝑄𝑡𝑜𝑡
Simpang tak bersinyal adalah perpotongan atau pertemuan pada suatu bidang
antara dua atau lebih jalur jalan raya dengan simpnag masing-masing, dan pada titik-
titik simpang tidak dilengkapi dengan lampu sebagai rambu-rambu simpang.
II - 32
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
Sedangkan simpang bersinyal adalah perpotongan atau pertemuan pada suatu bidang
antara dua atau lebih jalur jalan raya dengan simpang masing- masing, dan pada titik-
titik simpang yang dilengkapi dengan lampu sebagai rambu-rambu simpang. Simpang
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari jaringan jalan. Di daerah perkotaan
biasanya banyak memiliki simpang, dimana pengemudi harus memutuskan untuk
berjalan lurus atau berbelok dan pindah jalan untuk mencapai satu tujuan. Simpang
dapat didefinisikan sebagai daerah umum dimana dua jalan atau lebih bergabung atau
bersimpangan, termasuk jalan dan fasilitas tepi jalan untuk pergerakan lalu lintas di
dalamnya (Juniardi, 2008). Simpang juga dibagi menjadi dua bagian yaitu simpang
bersinyal dan tak bersinyal.
Secara umum terdapat 3 (tiga) jenis persimpangan, yaitu: (1) simpang
sebidang, (2) pemisah jalur tanpa ramp, dan (3) interchange (simpang susun).
Simpang sebidang (intersection at grade) adalah simpang dimana dua jalan atau lebih
bergabung, dengan tiap jalan mengarah keluar dari sebuah simpang dan membentuk
bagian darinya. Jalan-jalan ini disebut kaki simpang atau lengan simpang atau
pendekat.
Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997 (MKJI), komposisi lalu lintas
dibagi menjadi empat jenis kendaraan yaitu:
1. Kendaraan ringan (Light Vehicle, LV), yaitu kendaraan bermotor as dua
dengan 4 roda dan jarak as 2,0 - 3,0 m. Kendaraan ringan meliputi: mobil
penumpang, mikrobis, pick-up, dan truk kecil.
2. Kendaraan berat (Heavy Vehicle, HV), yaitu kendaraan bermotor dengan
jarak as lebih dari 3,5 m biasanya beroda lebih dari empat buah. Kendaran
berat meliputi: bus, truk dua as, truk kombinasi sesuai klasifikasi dari bina
marga.
3. Sepeda motor (Motorcycle, MC), yaitu untuk kendaraan bermotor dengan
dua roda dan kendaraan tiga roda.
4. Kendaraan tak bermotor (Unmotorize, UM), yaitu kendaraan yang di
gerakkan oleh dua orang manusia. Kendaraan tak bermotor meliputi:
sepeda, becak, kereta kuda dan kereta dorong.
II - 33
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
Dalam MKJI 1997 kendaraan tak bermotor tidak dianggap sebagai bagian dari
arus lalu lintas tetapi sebagai unsur dari hambatan samping.
C. Kinerja Simpang
Menurut MKJI 1997 kinerja suatu simpang dapat didefinisikan sebagai ukuran
yang menerangkan kondisi operasional fasilitas simpang. Kinerja suatu simpang dapat
diukur sebagai berikut:
1. Kapasitas
Kapasitas didefinisikan sebagai arus maksimum per jam yang
dipertahankan, yang melewatu suatu titik di jalan dalam kondisi yang ada.
Kapasitas merupakan ukuran kinerja pada kondisi yang bervariasi,
dapat diterapkan pada suatu jalan yang kompleks dan dinyatakan pada
smp/jam.
2. Derajat Kejenuhan
Derajat kejenuhan merupakan rasio arus lalu lintas terhadap kapasitas.
Derajat kejenuhan merupakan suatu indikator yang menentukan tingkat
kinerja suatu simpang. Suatu simpang mempunyai tingkat kinerja yang
baik apabila derajat kejenuhan tidak lebih dari 0,8 pada jam puncak tahun
rencana.
II - 34
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
3. Tundaan
Tundaan adalah waktu tempuh tambahan yang diperlukan untuk melewati
simpang apabila dibandingkan lintasan tanpa melewati simpang. Tundaan
terdiri dari Tundaan Lalu Lintas (DT) yang disebabkan oleh pengaruh
kendaraan lain dan Tundaan (DG) disebabkan perlambatan dan percepatan
untuk melewati fasilitas tertentu. Tundaan meningkat seiring
bertambahnya arus total, yaitu arus jalan utama dan arus simpang, yang
mengakibatkan bertambahnya derajat kejenuhan.
4. Peluang Antrian
Peluang antrian (QP%) adalah kemungkinan terjadinya antrian dengan
lebih dua kendaraan di daerah pendekat yang mana saja pada simpang tak
bersinyal. Batas nilai peluang antrian dapat diperkirakan dari hubungan
kurva peluang antrian atau derajat kejenuhan.
D. Data Masukan
Data masukan untuk analisis kinerja simpang tak bersinyal menurut MKJI 1997
di bagi menjadi tiga, yaitu kondisi geometrik, kondisi lalu lintas dan kondisi hambatan
samping. Penjelasan mengenai ketiga data masukan adalah sebagai berikut:
1. Kondisi Geometrik
Kondisi geometrik dibuat dalam bentuk sketsa yang memberikan
gambaran suatu simpang mengenai informasi tenteng kereb, lebar jalur,
bahu dan median. Jalan utama adalah jalan yang dipertimbangkan
terpenting pada simpang, misalnya jalan dengan klasifikasi fungsional
tertinggi. Untuk simpang 3 lengan, jalan yang menerus selalu jalan utama.
Pendekat jalan minor diberi notasi A dan C, pendekat jalan utama diberi
notasi B dan D (lihat pada Gambar 2.6). Pemberian notasi dibuat searah
jarum jam. Sketsa lalu lintas memberikan informasi lalu lintas yang lebih
rinci dari yang diperlukan untuk analisa simpang tak bersinyal. Jika
alternatif pemasangan sinyal pada simpang juga akan diuji, informasi ini
akan diperlukan (MKJI,1997).
II - 35
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
II - 36
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
3. Kondisi lingkungan
Lingkungaan jalan diklasifikasikan dalam kelas menurut tata guna tanah
dan aksebilitas jalan tersebut dari aktivitas sekitarnya. Hal ini ditetapkan
secara kualitatif dari pertimbangan teknik lalu lintas seperti di bawah ini:
a. Komersial (Com), yaitu tata guna lahan komersial (misalnya:
pertokoan, rumah makan dan perkantoran) dengan jalan masuk
langsung bagi pejalan kaki dan kendaraan.
b. Permukiman (Res), yaitu tata guna lahan tempat tinggal dengan jalan
masuk langsung bagi pejalan kaki dan kendaraan.
c. Akses terbatas (RA), yaitu tanpa jalan masuk atau jalan masuk langsung
terbatas (misalnya karena adanya penghalang fisik, jalan samping, dsb).
Penentuan kelas hambatan samping dapat dilihat pada Tabel 2.6
II - 37
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
E. Kapasitas
Kapasitas total untuk seluruh lengan simpang adalah hasil dari perkalian antara
kapasitas dasr (Co) yaitu kapasitas pada kondisi tertentu (ideal) dan faktor – faktor
penyesuaian (F), dengan memperhitungkan pengaruh kondisi lapangan terhadap kapasitas
(MKJI,1997). Kapasitas simpang tak bersinyal dihitung dengan persamaan 2.20
II - 38
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
b. Jumlah lajur
<5,5 2
WBD= (b+d/2)/2
≥5,5 4
<5,5 2
WAC= (a/2+c/2)/2
≥5,5 4
Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI,1997)
II - 39
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
c. Tipe Simpang
II - 40
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
II - 41
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
Tabel 2.12. Faktor penyesuaian tipe lingkungan jalan, hambatan samping dan
kendaraan tak bermotor (FRSU)
KELAS TIPE KELAS RASIO KENDARAAN TAK BERMOTOR (PUM)
LINGKUNGAN HAMBATAN
0,00 0,05 0,10 0,15 0,20 ≥ 0,75
(RE) SAMPING (SF)
Tinggi/Sedang/
Akses Terbatas 1,00 0,95 0,90 0,85 0,80 0,75
Rendah
Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI,1997)
II - 42
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
Keterangan:
pMI = Rasio arus jalan minor terhadap arus persimpangan total
DS = QTOT / C …………………………………………….(2.31)
Keterangan:
DS : Derajat kejenuhan
QTOT : Arus kendaraan bermotor total pada persimpangan
dinyatakan dalam kend/jam, smp/jam atau LHRT (Lalu lintas
harian rata-rata, smp/jam)
C : Kapasitas (smp/jam)
2. Tundaan
II - 43
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
lintas dan tundaan geometrik. Tundaaan lalu lintas (DS) adalah waktu
menunggu akibat interkasi lalu lintas dengan lalu lintas yang berkonflik dan
tundaan geometrik (DG) adalah waktu yang tertunda akibat perlambatan
dan percepatan lalu lintas yang terganggu dan tidak terganggu (MKJI,1997).
Tundaan lalu lintas yang dihitung dalam simpang tak bersinyal adlah
sebagai berikut:
Tundaan lalu lintas rata-rata DT1 (detik/smp) adalah tundaan rata- rata
untuk seluruh kendaraan yang masuk simpang. Tundaan DT1
ditentukan dari hubungan empiris antara tundaan DT1 dan derajat
kejenuhan DS
Untuk DS ≤ 0,6
DT1 = 2+8,2078*DS – (1-DS)*2 ……………………(2.32)
Untuk DS > 0,6
DT1 = 1,0504 / (0,274 – 0,2042*DS) – (1-DS)*2 …..…...(2.33)
Tundaan lalu lintas rata-rata untuk jalan minor merupakan tundaan lalu
lintas rata-rata untuk seluruh kendaraan yang masuk di simpang
melalui jalan major.
Untuk ≤ 0,6
DTMA = 1,8 + 5,8234 * DS – (1-DS)*1,8 ……………(2.34)
Untuk > 0,6
DTMA = 1,05034 / (0,346-0,246*DS)-(1-DS)*1,8 ……………(2.35)
II - 44
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
e. Tundaan simpang ( D )
G. Peluang Antrian
Batas nilai peluang antrian QP (%) ditentukan dari hubungan empiris antara
peluang antrian QP (%) dan derajat kejenuhan (DS). Peluang antrian dengan batas atas
dan batas bawah dapat diperoleh dengan menggunakan Persamaan 2.39 dan
Persamaan 2.40 (MKJI,1997).
QP % batas atas = 47,71*DS-24,68*DS2 + 56,47*DS3 ……….(2.39)
QP % batas bawah = 9,02*DS+20,66*DS2+10,49* DS3 ……….(2.40)
II - 45
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
II - 46
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
II - 47
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
Tingkat pelayanan yang diinginkan pada ruas jalan pada sistem jaringan
jalan primer sesuai fungsinya, meliputi:
II - 48
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
Perbandingan volume dan kapasitas dihitung dengan program KAJI dari hasil
survei lalu lintas dan geometri, dengan memperhitungkan faktor-faktor yang
mempengaruhi seperti hambatan samping dan klasifikasi jalan. Klasifikasi arus lalu
lintas dan perbandingan V/C kemudian disusun. V/C maksimum yang dapat diterima
adalah 0,8, karena angka ini diharapkan tidak akan melampaui 1,0 dalam jangka waktu
5 tahun jika pertumbuhan arus lalu lintas tidak lebih dari 5%. Periode jam puncak pagi
umumnya merupakan arus lalu lintas tertinggi di kota, kecuali di daerah pertokoan.
A. Geometri Jalan
Berisi data geometrik segmen jalan yang menggambarkan kondisi segmen jalan
yang diamati. Pada penelitian ini kondisi geometri jalan yang diamati adalah
penampang melintang jalan, antara lain sebagai berikut.
1. Lebar jalur lalu lintas
2. Kereb
3. Jarak rata-rata Kereb ke penghalang seperti pepohonan, tiang listrik/lampu
penerangan jalan dan lain-lain.
Volume lalu lintas adalah banyaknya kendaraan yang melewati suatu titik atau
garis tertentu pada suatu penampang melintang jalan. Data pencacahan volume lalu
lintas adalah informasi yang diperlukan untuk fase perencanaan, desain, manajemen
sampai pengoprasian jalan (Sukirman 1994).
II - 49
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
C. Kapasitas
II - 50
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
II - 51
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
II - 52
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
II - 53
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
≤ 3,0 1,01
Sumber : Manual kapasitas Jalan Indonesia 1997
II - 54
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
Empat-lajur
1,00 0,985 0,97 0,955 0,94
4/2
Sumber : Manual kapasitas Jalan Indonesia 1997
emp
Arus lalu MC
Tipe Jalan :
lintas Total
Jalan Tak Lebar Jalur Lalu
dua Arah
Terbagi HV Lintas
(Kend/ jam)
<6 >6
E. Derajat Kejenuhan
Keterangan:
DS : Derajat kejenuhan
Q : Arus total (smp/jam)
C : Kapasitas (smp/jam)
II - 55
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
𝑉 = 𝐿 /𝑇𝑇 …………………………………………….(2.47)
Keterangan :
V : Kecepatan rerata ruang LV (km/jam),
L : Kanjang segmen jalan (km),
TT : Waktu tempuh rerata LV sepanjang segmen jalan (jam).
Kecepatan arus bebas adalah kecepatan kendaraan pada arus sama dengan nol,
yaitu kecepatan kendaraan yang tidak dipengaruhi oleh kendaraan lainya (MKJI,
1997).
Persamaan untuk kecepatan arus bebas adalah :
II - 56
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
a. Jalur Bus
b. Tempat Henti
II - 57
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
II - 58
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
II - 59
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
permasalahan yang kecil, dan para pejalan kaki hanya perlu menunggu beberapa detik
saja untuk memperoleh kesempatan. Dari sudut pandang keselamatan saja, maka
penyeberangan sebidang sebaiknya dihindari pada jalan-jalan arteri primer kecepatan
tinggi, yaitu bila kecepatan pendekatan pada daerah penyeberangan lebih dari 60
km/jam.
Jembatan dan terowongan merupakan pemisahan yang terbaik, tetapi biayanya
juga tinggi. Selanjutnya perlu untuk membiasakan masyarakat agar mau
menggunakan fasilitas pejalan kaki untuk menaiki dan menuruni tangga. Jika fasilitas
pejalan kaki diperlukan, maka pertimbangan rangking/hierarki fasilitas yang
diberikan adalah sebagai berikut ini.
1. Pulau pelindung.
2. Zebra cross.
3. Penyeberangan dengan lampu pengatur (pelican crossing).
4. Jembatan penyeberangan atau terowongan bawah tanah (jika arus lalu lintas
menerus sangat tinggi atau pada jalan bebas hambatan).
PV2
dengan:
P = volume pejalan kaki yang menyeberang pada panjang 100 – 150 meter
V = volume kendaraan setiap jam 2 arah pada jalan 2 arah yang tidak dibagi (tidak
ada median).
Survei harus dilakukan minimum untuk 6 jam pada periode jam sibuk, dihitung
untuk masing-masing jalan, dan 4 nilai tertinggi PV2 rata-rata. Tabel berikut
menunjukkan kriteria untuk zebra cross, pelican crossing dan penyeberangan
sebidang.
II - 60
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
P V
PV2 REKOMENDASI AWAL
(orang/jam) (kend./jam)
108 Tidak perlu penyeberangan
> 108 50 - 1100 300 – 500 Zebra Cross
> 2 x 108 50 - 1100 400 – 750 Zebra Cross dengan pemisah
> 108 50 - 1100 > 500 Pelican crossing
> 108 > 1100 > 300 Pelican crossing
> 2 x 108 50 - 1100 > 750 Pelican crossing dengan pemisah
> 2 x 108 > 1100 > 400 Pelican crossing dengan pemisah
d. Pada simpang
1. Arus pejalan kaki yang menyeberang lebih besar dari 500 orang/jam.
2. Lalu lintas yang membelok ke setiap kaki simpang mempunyai waktu antara
(headway) rata-rata kurang dari 5 detik dan terjadi konflik dengan arus pejalan
kaki yang besarnya lebih besar dari 150 orang/jam.
2.11. Parkir
a. Pengelompokkan parkir
− Kendaraan roda 2
− Kendaraan roda 4 (mobil penumpang)
− Bus/truk
− becak
II - 61
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
b. Permasalahan parkir
1. Pasar
Kawasan pasar yang ada, penyediaan dan pengaturan parkir belum memadai
sehingga pada jam puncak pagi hari umumnya menimbulkan masalah terhadap
kelancaran arus lalu lintas.
2. Komplek Pertokoan/Perdagangan
Kawasan pertokoan dan perdagangan (pada ruas jalan) pada kondisi jam
puncak menimbulkan permasalahan karena kapasitas jalan berkurang dengan
adanya aktifitas parkir pengunjung kompleks pertokoan tersebut.
3. Komplek Sekolah
Parkir kendaraan penjemput anak sekolah sering menimbulkan masalah
terhadap kelancaran arus lalu lintas karena tidak tersedia fasilitas parkir dan
pengaturan perparkiran di badan jalan yang belum baik.
4. Komplek Perkantoran
II - 62
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
1. Permintaan parkir
Besaran permintaan parkir pada suatu kawasan ruas jalan sangat dipengaruhi
oleh pola tata guna lahan di kawasan yang bersangkutan, sehingga di dalam
penanganan masalah parkir harus pula diikuti dengan pengaturan mengenai
pola tata guna lahan yang disesuaikan dengan Rencana Detail Tata Ruang Kota
yang ada. Selain itu, mengingat besarnya permintaan parkir sehingga
memunculkan banyak bangkitan parkir di ruas badan jalan maka, diharapkan
adanya persyaratan penyediaan fasilitas parkir minimal pada pusat kegiatan
yang sudah ada atau pusat kegiatan baru yang dapat dituangkan sebagai
persyaratan dalam pembuatan IMB.
II - 63
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
Guna ruas jalan suatu ruas jalan dari sisi pandang transportasi dapat dibagi
dalam tiga bagian pokok yaitu:
Jalan Arteri
Jalan
JalanLokal
Lokal Jalan Arteri
Jalan Kolektor
1. Jalan Arteri: fungsi utama dari pemanfaatan ruang jalan khususnya perkerasan
jalan adalah untuk pergerakan arus lalu lintas kendaraan sehingga:
• Lokasi berhenti dan parkir pada badan jalan seharusnya tidak diijinkan.
• Jumlah jalan akses ke ruas jalan arteri dibatasi seminimal mungkin.
2. Jalan Kolektor: fungsi utama dari pemanfaatan ruang jalan khususnya
perkerasan jalan adalah untuk pergerakan arus lalu lintas kendaraan tetapi
masih dimungkinkan parkir kendaraan di badan jalan.
3. Jalan Lokal: pelayanan parkir kendaraan lebih diutamakan, namun demikian
kelancaran arus lalu lintas juga harus diperhatikan.
II - 64
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
Fungsi Jalan Tipe Lebar jalur lalu lintas Lebar bahu Lokasi Parkir
• Parkir pada satu sisi untuk mobil penumpang dan sepeda motor serta
kendaraan tidak bermotor,
• Parkir pada dua sisi, yang dapat dilakukan dengan:
− Satu sisi untuk mobil penumpang dan disisi lain untuk sepeda motor
dan kendaraan tak bermotor.
− Masing-masing sisi jalan dapat untuk parkir mobil, sepeda motor dan
kendaraan tak bermotor.
II - 65
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
• Besar arus lalu lintas yang dikaitkan dengan volume/kapasitas jalan untuk
menjamin kelancaran arus lalu lintas di ruas yang bersangkutan.
• Sistem jaringan jalan baik menyangkut fungsi dan letak pertemuan jalan
yang berkaitan dengan kelancaran arus lalu lintas dan kemungkinan
terjadinya kecelakaan lalu lintas.
• Pelataran/taman parkir,
• Gedung parkir, yang dalam perencanaan dan perancangan fasilitas parkir
tersebut, harus dipertimbangkan dari aspek lokasi, tapak (site) dan akses
dari fasilitas parkir tersebut.
Dari hasil analisis data yang ada jangkauan berjalan kaki berkisar antara 100–
300 meter. Sedangkan aspek tapak berkaitan dengan luasan dan daya tampung
(konfigurasi parkir) serta pola arus didalam fasilitas parkir. Untuk akses, sebaiknya
dikaitkan dengan sistem jaringan jalan dan pola arus lalu lintas yang pada ruas jalan
terkait.
II - 66
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
II - 67
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
SATUAN RUANG
NEGARA LUAS (m2)
PARKIR (m x m)
2,40 x 5,00 12
Perancis (Paris) 2,30 x 5,00 11,5
2,20 x 5,00 11
Barcelona 2,40 x 4,75 11,4
Jerman (2,3 - 2,4) x (5 - 5,5) 11,5 - 12
Belanda 2,25 x 5,00 11,25
2,50 x 5,00 12,5
Inggris: J. Brcley 2,40 x 4,75 11,4
Chesire Country Planning Dept. 2,40 x 5,50 13,2
Housing Development Note 7 2,40 x 4,80 11,52
USA 2,59 x 5,49 14,22
Mengingat belum adanya definisi mengenai satuan ruang parkir yang baku,
maka untuk kesamaan pendapat satuan ruang parkir (SRP) dapat didefinisikan
sebagai suatu ukuran kebutuhan ruang untuk parkir suatu kendaraan dengan aman
dan nyaman dengan pemakaian ruang seefisien mungkin.
Bertitik tolak dari definisi satuan ruang parkir tersebut di atas, maka besaran
roda empat dan roda dua adalah sebagai berikut:
II - 68
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
dengan:
SRP = satuan ruang parkir
D = dimensi kendaraan standar
Ls = ruang kebebasan samping (arah lateral)
Lm = ruang bebas membujur (arah memanjang)
Lp = lebar bukaan pintu
g. Dimensi kendaraan standar
II - 69
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
II - 70
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
II - 71
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
j. Lintasan kendaraan
Lintasan kendaraan yang akan bersirkulasi dan keluar masuk tempat parkir
perlu diperhatikan. Aspek yang diperhatikan ditunjukkan dalam tabel dan gambar
berikut.
Tabel 2.32. Radius Kendaraan
Mobil
Jenis kendaraan desain Mopen Bus
barang
Radius belok minimum
7,6 12,6 12
(meter)
Radius belok dalam
4,7 6,1 6
(meter)
II - 72
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
1. Pengaturan ruas-ruas jalan yang boleh untuk parkir, yang mencakup lokasi dan
pola parkirnya sehingga menghasilkan gangguan terhadap kelancaran arus lalu
lintas minimal.
2. Mengoptimalkan pemanfaatan fasilitas parkir yang telah ada.
3. Penyediaan fasilitas parkir di luar badan jalan khususnya pada kawasan
perdagangan, jasa dan perkantoran serta tempat hiburan/rekreasi.
4. Penambahan item persyaratan dalam pengusulan IMB mengenai penyediaan
fasilitas parkir minimal.
II - 73
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
a. Waktu dimana lalu lintas pada jaringan jalan dalam keadaan arus terpadat.
b. Waktu dimana lalu lintas yang menuju atau dari suatu pengembangan dalam
keadaan terbesar.
c. Bagaimana hubungan antara kedua waktu di atas terhadap jaringan jalan
maupun di dalam lokasi pengembangan.
d. Apakah terdapat variasi musiman baik pada jaringan jalan maupun aktivitas di
dalam lokasi pengembangan.
e. Bangkitan perjalanan pada saat tidak sibuk (off peak) kalau dimungkinkan
karena dibutuhkan untuk analisis dampak lingkungan secara keseluruhan
(standar studi Amdal).
II - 74
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
Definisi satu kali perjalanan adalah satu kali perjalanan ke lokasi pengembangan
atau satu kali perjalanan dari lokasi pengembangan. Penggunaan perjalanan 2 arah
(datang dan pergi) harus tidak dipergunakan karena terminologi ini harus dinyatakan
sebagai 2 perjalanan.
2.12.3. Persamaan
II - 75
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
pembebanan lalu lintas. Formula bangkitan perjalanan pada umumnya sudah terdapat
di dalam model, walaupun demikian penggunaan model ini sering kurang akurasi
seperti penetapan zona analisis serta asumsi-asumsi didalamnya, mengingat model ini
pada umumnya digunakan untuk perencanaan transportasi kota.
Interaksi antara tata guna lahan (land use) dan ketersediaan jaringan jalan
(transport supply) secara kongkrit diwujudkan dalam bentuk bangkitan lalu lintasyang
besarnya proporsional atau berbanding lurus dengan intensitas kegiatan di zona
atraksi dan zona produksi dan berbanding terbalik dengan hambatan perjalanan atau
“travel impedance” dari kedua zona yang berinteraksi.
Model bangkitan perjalanan digunakan untuk memperkirakan jumlah
perjalanan yang dibangkitkan oleh suatu zona serta arah yang dituju. Bangkitan
perjalanan bergantung pada sifat-sifat sosial ekonomi masyarakat seperti jenis
perumahan, jumlah penghuni rumah, pemilikan kendaraan dan golongan penghasilan.
Dari analisis data tersebut didapat jumlah perjalanan rata-rata untuk masing-masing
kategori serta moda transportasi yang digunakan. Kemudian dapat ditentukan pula
distribusi dari perjalanan yang dibangkitkan tersebut. Bagan alir kegiatan dapat
dilihat pada gambar 2.14. berikut ini.
Pij = oi . dj . Fij
II - 77
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
......(2.1.)
dengan:
Pij = jumlah perjalanan dari i ke j
oi dan dj = polarities, yaitu daya tarik zona asal (o = origin) dan zona
tujuan (d = destination)
Fij = deterence function
Polarities menggambarkan intensitas potensi pergerakan di setiap zona, sedangkan
deterence function menggambarkan kemampuan tarik menarik antara dua zona. Jika
generalized costantara dua zona meningkat, deterence function akan menurun, sesuai
dengan model pada persamaan 2.2.
II - 78
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
Model ini digunakan untuk memperkirakan jumlah yang akan dibebankan pada
masing-masing ruas jalan berdasarkan hasil pemodelan distribusi perjalanan. Ada
beberapa model yang dikenal untuk proyeksi pembebanan ini, namun dalam laporan
ini menggunakan model sederhana berupa pembebanan dengan distribusi arah
alamat pedagang pasar.
II - 79
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
KATEGORI BANGKITAN
NO JENIS RENCANA PEMBANGUNAN UKURAN MINIMAL
LALU LINTAS
1.000 m2 s.d. 4.000 m2 luas lantai Bangkitan Rendah
bangunan (Standar Teknis)
c. Kegiatan Industri dan Pergudangan
Di atas 10.000 m2 luas lantai Bangkitan Tinggi
bangunan (Dokumen Andalalin)
5.001 m2 s.d. 10.000 m2 luas lantai Bangkitan Sedang
- Industri
bangunan (Rekomendasi Teknis)
2.500 m2 s.d. 5.000 m2 luas lantai Bangkitan Rendah
bangunan (Standar Teknis)
Di atas 500.000 m2 luas lantai Bangkitan Tinggi
bangunan (Dokumen Andalalin)
170.001 m2 s.d. 500.000 m2 luas Bangkitan Sedang
- Pergudangan
lantai bangunan (Rekomendasi Teknis)
40.000 m2 s.d. 170.000 m2 luas lantai Bangkitan Rendah
bangunan (Standar Teknis)
d. Kegiatan Pariwisata
Bangkitan Tinggi
- Kawasan Pariwisata Wajib
(Dokumen Andalalin)
Bangkitan Tinggi
Di atas 10,0 hektar luas lahan
(Dokumen Andalalin)
Bangkitan Sedang
- Tempat Wisata 5,0 hektar s.d. 10,0 hektar luas lahan
(Rekomendasi Teknis)
Bangkitan Rendah
1,0 hektar s.d. 5,0 hektar luas lahan
(Standar Teknis)
e. Fasilitas Pendidikan
Bangkitan Tinggi
Di atas 1.500 siswa
(Dokumen Andalalin)
- Sekolah/Universitas
Bangkitan Sedang
500 s.d. 1.500 siswa
(Rekomendasi Teknis)
f. Fasilitas Pelayanan Umum
Bangkitan Tinggi
Di atas 700 tempat tidur
(Dokumen Andalalin)
Bangkitan Sedang
- Rumah Sakit 201 s.d. 700 tempat tidur
(Rekomendasi Teknis)
Bangkitan Rendah
75 s.d. 200 tempat tidur
(Standar Teknis)
Di atas 3.000 m2 luas lantai Bangkitan Tinggi
bangunan (Dokumen Andalalin)
1.001 m2 s.d. 3.000 m2 luas lantai Bangkitan Sedang
- Bank
bangunan (Rekomendasi Teknis)
500 m2 s.d. 1.000 m2 luas lantai Bangkitan Rendah
bangunan (Standar Teknis)
2 Perumahan dan Permukiman
a. Perumahan Sederhana
II - 80
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
KATEGORI BANGKITAN
NO JENIS RENCANA PEMBANGUNAN UKURAN MINIMAL
LALU LINTAS
Bangkitan Tinggi
Di atas 1.000 unit
(Dokumen Andalalin)
Bangkitan Sedang
- Perumahan Sederhana 401 s.d. 1.000 unit
(Rekomendasi Teknis)
Bangkitan Rendah
150 s.d. 400 unit
(Standar Teknis)
Bangkitan Tinggi
Di atas 500 unit
(Dokumen Andalalin)
- Perumahan menengah-atas / Bangkitan Sedang
301 s.d. 500 unit
Townhouse / Cluster (Rekomendasi Teknis)
Bangkitan Rendah
100 s.d. 300 unit
(Standar Teknis)
b. Rumah Susun dan Apartemen
Bangkitan Sedang
Di atas 800 unit
(Rekomendasi Teknis)
- Rumah Susun Sederhana
Bangkitan Rendah
150 s.d. 800 unit
(Standar Teknis)
Bangkitan Tinggi
Di atas 500 unit
(Dokumen Andalalin)
Bangkitan Sedang
- Apartement 301 s.d. 500 unit
(Rekomendasi Teknis)
Bangkitan Rendah
100 s.d. 300 unit
(Standar Teknis)
3 Infrastruktur
Bangkitan Tinggi
a. Akses ke dan dari jalan tol Wajib
(Dokumen Andalalin)
b. Pelabuhan
Wajib (melayani kegiatan angkutan Bangkitan Tinggi
- Pelabuhan Utama
laut dalam negeri dan internasional) (Dokumen Andalalin)
Wajib (melayani kegiatan angkutan
Bangkitan Tinggi
- Pelabuhan Pengumpul laut dalam negeri dengan jangkauan
(Dokumen Andalalin)
pelayanan antarprovinsi)
Wajib (melayani kegiatan angkutan
- Pelabuhan Pengumpan Bangkitan Tinggi
laut dalam negeri dengan jangkauan
Regional (Dokumen Andalalin)
pelayanan dalam provinsi)
Wajib (melayani kegiatan angkutan
Bangkitan Sedang
- Pelabuhan Pengumpan Lokal laut dalam negeri dengan jangkauan
(Rekomendasi Teknis)
pelayanan dalam kabupaten/kota)
Bangkitan Tinggi
Luas Lahan di atas 100.000 m2
(Dokumen Andalalin)
Luas Lahan 50.001 m2 s.d. 100.000 Bangkitan Sedang
- Pelabuhan Khusus
m2 (Rekomendasi Teknis)
Bangkitan Rendah
Luas Lahan di bawah 50.000 m2
(Standar Teknis)
- Pelabuhan Sungai, Danau, dan Penyeberangan Lintas Provinsi Bangkitan Tinggi
Penyeberangan dan/atau antarnegara (Dokumen Andalalin)
II - 81
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
KATEGORI BANGKITAN
NO JENIS RENCANA PEMBANGUNAN UKURAN MINIMAL
LALU LINTAS
Penyeberangan Lintas Bangkitan Sedang
Kabupaten/Kota (Rekomendasi Teknis)
Penyeberangan Lintas dalam Bangkitan Rendah
Kabupaten/Kota (Standar Teknis)
c. Bandar Udara
- Bandar Udara Pengumpul Bangkitan Tinggi
Wajib ≥ 5 juta orang pertahun
Skala Pelayanan Primer (Dokumen Andalalin)
- Bandar Udara Pengumpul Wajib ≥ 1 juta orang s.d. ≤ 5 juta Bangkitan Tinggi
Skala Pelayanan Sekunder orang pertahun (Dokumen Andalalin)
- Bandar Udara Pengumpul Wajib ≥ 500 ribu orang s.d. ≤ 1 juta Bangkitan Sedang
Skala Pelayanan Tersier orang pertahun (Rekomendasi Teknis)
- Bandar Udara Pengumpan Bangkitan Rendah
Wajib
(Spoke) (Standar Teknis)
d. Terminal
Wajib (melayani hingga kendaraan
penumpang umum untuk angkutan
Bangkitan Tinggi
- Terminal Penumpang Tipe A antar kota antar provinsi (AKAP),
(Dokumen Andalalin)
dan angkutan lintas batas antar
negara)
Wajib (melayani hingga kendaraan
penumpang umum untuk angkutan Bangkitan Sedang
- Terminal Penumpang Tipe B
antar kota dalam provinsi (AKDP), (Rekomendasi Teknis)
dan angkutan kota (AK))
Wajib (melayani hingga kendaraan
Bangkitan Rendah
- Terminal Penumpang Tipe C penumpang umum untuk angkutan
(Standar Teknis)
pedesaan (ADES))
Bangkitan Tinggi
- Terminal Angkutan Barang Wajib
(Dokumen Andalalin)
Bangkitan Tinggi
- Terminal Peti Kemas Wajib
(Dokumen Andalalin)
e. Stasiun Kereta
Bangkitan Tinggi
- Stasiun Kereta Api Kelas Besar Wajib
(Dokumen Andalalin)
- Stasiun Kereta Api Kelas Bangkitan Sedang
Wajib
Sedang (Rekomendasi Teknis)
Bangkitan Rendah
- Stasiun Kereta Api Kelas Kecil Wajib
(Standar Teknis)
Bangkitan Sedang
f. Pool Kendaraan Wajib
(Rekomendasi Teknis)
Bangkitan Tinggi
Di atas 300 SRP
(Dokumen Andalalin)
g. Fasilitas Parkir untuk Umum
Bangkitan Sedang
100 s.d. 300 SRP
(Rekomendasi Teknis)
4 Pusat
Kegiatan/Permukiman/Infrastruktur
Lainnya
II - 82
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
KATEGORI BANGKITAN
NO JENIS RENCANA PEMBANGUNAN UKURAN MINIMAL
LALU LINTAS
Bangkitan Tinggi
Di atas 6 dispenser
(Dokumen Andalalin)
Bangkitan Sedang
a. Stasiun Pengisian Bahan Bakar 3 s.d. 6 dispenser
(Rekomendasi Teknis)
Bangkitan Rendah
1 s.d. 2 dispenser
(Standar Teknis)
Bangkitan Tinggi
Di atas 300 kamar
(Dokumen Andalalin)
Bangkitan Sedang
b. Hotel 121 s.d. 300 kamar
(Rekomendasi Teknis)
Bangkitan Rendah
75 s.d. 120 kamar
(Standar Teknis)
Di atas 3.000 m2 luas lantai Bangkitan Tinggi
bangunan (Dokumen Andalalin)
c. Gedung Pertemuan
1.000 m2 s.d. 3.000 m2 luas lantai Bangkitan Sedang
bangunan (Rekomendasi Teknis)
Bangkitan Sedang
Di atas 300 tempat duduk
(Rekomendasi Teknis)
d. Restaurant
Bangkitan Rendah
100 s.d. 300 tempat duduk
(Standar Teknis)
Di atas 20.000 m2 luas lantai Bangkitan Tinggi
bangunan (Dokumen Andalalin)
e. Fasilitas Olahraga (indoor atau 5.001 m2 s.d. 20.000 m2 luas lantai Bangkitan Sedang
outdoor) bangunan (Rekomendasi Teknis)
1.000 m2 s.d. 5.000 m2 luas lantai Bangkitan Rendah
bangunan (Standar Teknis)
f. Kawasan TOD (Transit Oriented Bangkitan Tinggi
Wajib
Development) (Dokumen Andalalin)
Bangkitan Sedang
Di atas 700 kamar
(Rekomendasi Teknis)
g. Asrama
Bangkitan Rendah
150 s.d. 700 kamar
(Standar Teknis)
Di atas 5.000 m2 luas lantai Bangkitan Sedang
bangunan (Rekomendasi Teknis)
h. Ruko
2.000 m2 s.d. 5.000 m2 luas lantai Bangkitan Rendah
bangunan (Standar Teknis)
Bangkitan Tinggi
i. Jalan Layang (flyover) Wajib
(Dokumen Andalalin)
Bangkitan Tinggi
j. Lintas Bawah (underpass) Wajib
(Dokumen Andalalin)
Bangkitan Tinggi
k. Terowongan (tunnel) Wajib
(Dokumen Andalalin)
Bangkitan Tinggi
l. Jembatan Wajib
(Dokumen Andalalin)
m. Rest Area
II - 83
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
KATEGORI BANGKITAN
NO JENIS RENCANA PEMBANGUNAN UKURAN MINIMAL
LALU LINTAS
Bangkitan Tinggi
- Rest Area Tipe A Wajib
(Dokumen Andalalin)
Bangkitan Sedang
- Rest Area Tipe B Wajib
(Rekomendasi Teknis)
Bangkitan Rendah
- Rest Area Tipe C Wajib
(Standar Teknis)
n. Kegiatan yang apabila ternyata
diperhitungkan telah
menimbulkan 1.500 perjalanan
(kendaraan) baru pada jam padat
dan/atau menimbulkan rata-rata
di atas 10.000 perjalanan Bangkitan Tinggi
Wajib
(kendaraan) baru setiap harinya (Dokumen Andalalin)
pada jalan yang dipengaruhi oleh
adanya bangunan atau
permukiman atau infrastruktur
yang dibangun atau
dikembangkan.
o. Kegiatan yang apabila ternyata
diperhitungkan telah
menimbulkan 500 perjalanan
(kendaraan) baru pada jam padat
dan/atau menimbulkan rata-rata
3.000 – 4.000 perjalanan Bangkitan Sedang
Wajib
(kendaraan) baru setiap harinya (Rekomendasi Teknis)
pada jalan yang dipengaruhi oleh
adanya bangunan atau
permukiman atau infrastruktur
yang dibangun atau
dikembangkan.
p. Kegiatan yang apabila ternyata
diperhitungkan telah
menimbulkan 100 perjalanan
(kendaraan) baru pada jam padat
dan/atau menimbulkan rata-rata
Bangkitan Rendah
700 perjalanan (kendaraan) baru Wajib
(Standar Teknis)
setiap harinya pada jalan yang
dipengaruhi oleh adanya
bangunan atau permukiman atau
infrastruktur yang dibangun atau
dikembangkan.
II - 84
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
3.1. Geografis
Kota Pasuruan adalah sebuah kota yang terletak di Provinsi Jawa Timur,
Indonesia yang terletak tepat di jalur utama transportasi dan perdagangan Surabaya-
Bali, menjadikan Kota dengan luas wilayah 36.58 km2 atau sekitar 0.07 persen luas
Jawa Timur ini cukup strategis memberikan kontribusi pada pergerakan
perindustrian dan perdagangan. Kota Pasuruan yang terletak pada 7 0 35’ - 70 45’
Lintang Selatan dan 1120 45’ - 1120 55’ Bujur Timur merupakan salah satu daerah
tingkat II di Provinsi Jawa Timur. Wilayahnya merupakan dataran rendah dengan
ketinggian rata-rata 4 meter diatas permukaan laut yang dibatasi oleh wilayah
administrasi Kabupaten Pasuruan kecuali disebelah utara yang berbatasan dengan
Selat Madura.
Secara administratif, Kota Pasuruan terbagi menjadi empat kecamatan dengan
luas 35,29 km2. Empat kecamatan tersebut adalah Gadingrejo, Purworejo, Bugulkidul,
dan Panggungrejo. Dari Keempat kecamatan tersebut Purworejo adalah kecamatan
dengan luas wilayah terkecil yaitu 8,08 km2, sedangkan Bugulkidul adalah kecamatan
dengan wilayah terluas yaitu 11,11 km 2. Secara rinci luas wilayah kecamatan di Kota
Pasuruan dapat dilihat pada tabel berikut ini.
III - 85
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
3.2. Kependudukan
III - 86
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
Tabel 3.2. Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk per Tahun Menurut
Kecamatan di Kota Pasuruan, 2021
Laju Pertumbuhan
Penduduk (ribu)
No. Kecamatan Penduduk per Tahun (%)
2020 2021 2020 2021
1 Gadingrejo 49.442 50.059 1,63 0,93
2. Purworejo 62.007 62.827 1,71 0,99
3. Bugulkidul 31.687 31.947 1,20 0,61
4. Panggungrejo 64.870 64.695 0,10 -0,20
. Kota Pasuruan 208.006 209.528 1,70 0,55
Sumber: Kota Pasuruan Dalam Angka 2022
Kepadatan Penduduk
No. Kecamatan Persentase Penduduk
per Km2
1 Gadingrejo 23,89 6053,08
2. Purworejo 29,99 7775,62
3. Bugulkidul 15,25 2875,52
4. Panggungrejo 30,88 8265,45
. Kota Pasuruan 100 5937,32
Sumber: Kota Pasuruan Dalam Angka 2022
III - 87
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
Gambar 3.4. Foto Situasi Eksisting Lapas Kelas II B Kota Pasuruan Tampak Depan
III - 88
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
Gambar 3.5. Foto Situasi Eksisting Lapas Kelas II B Kota Pasuruan Tampak Depan
III - 89
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
yang memiliki luas bangunan lebih dari 963 m2 luas lantai bangunan sehingga wajib
dilakukan andalalin.
III - 90
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
Jalan Veteran adalah jalan dengan karakteristik 4/2 UD (dua lajur dengan
adanya median) dengan lebar jalan yaitu 12,5 m dan lebar bahu jalan 2,5 m di kiri jalan
dan 2,5 m di kanan jalan. Dilihat dari kondisi tata guna lahan yang ada, dapat
disimpulkan bahwa ruas Jalan Veteran hambatan samping tinggi.
III - 91
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
Gambar 3.9. Situasi Ruas Jalan Raya Pantura (Terminal Kota Pasuruan), Kota
Pasuruan
III - 92
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
Jalan Ir. H. Juanda adalah jalan dengan karakteristik 2/2 UD (dua lajur tanpa
adanya median) dengan lebar jalan yaitu 5 m dan lebar bahu jalan 1,5 m di kiri jalan
dan 1,5 m di kanan jalan. Dilihat dari kondisi tata guna lahan yang ada, dapat
disimpulkan bahwa ruas Jalan Ir. H. Juanda hambatan samping rendah
Volume lalu lintas merupakan salah satu indikator untuk mengetahui baik
buruknya kinerja suatu ruas jalan maupun persimpangan yang ada pada jaringan jalan
yang ditinjau. Volume lalu lintas didapatkan dengan melakukan survei pencacahan
lalu lintas menurut jenis dan arah kendaraan pada beberapa titik survei. Semakin
lama waktu pencatatan maka data yang akan diperoleh akan semakin baik karena bisa
mewakili berbagai kondisi dan waktu.
Pada studi andalalin ini survei lalu lintas dilakukan pada ruas Jalan Veteran yang
dilakukan pada hari kerja selama 12 jam yaitu pada pukul 06.00 WIB sampai dengan
pukul 18.00 WIB. Dan dilakukan survai lalu lintas pada ruas Jalan Raya Pantura yang
dilakukan pada hari kerja pada saat jam sibuk yaitu pada pagi dan sore hari. Serta
survei dilakukan pada Simpang Tak Bersinyal (Ir. H. Juanda) dilakukan pada hari kerja
pada saat jam sibuk di pagi dan sore hari. Hasil survei untuk ruas dan simpang tersebut
dapat dilihat pada beberapa gambar berikut.
III - 93
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
Gambar 12. Grafik Fluktuasi Lalu Lintas Simpang Tak Bersinyal (Ir. H. Juanda)
III - 94
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
Hasil analisis kinerja ruas dan simpang tak bersinyal Lembaga Pemasyarakatan
Kelas II B Kota Pasuruan saat ini dengan menggunakan MKJI dapat dilihat pada tabel
berikut.
III - 95
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
Kendaraan berat ini untuk mobilisasi material yang akan sering dijumpai
karena kendaraan berat ini termasuk yang paling kecil dibanding lainnya, sehingga
mobilitasnya cukup tinggi dari yang lainnya.
Kendaraan berat ini adalah kendaraan pengangkut alat khusus yang cukup
besar dan panjang. Biasanya kendaraan berat ini digunakan untuk mengangkut Alat
Exavator, Mesin Bore, Mesin Tiang Pancang, Tower Crane, dan lain sebagainya.
Mobilisasi kendaraan ini sesuai dengan schedule kebutuhan peratan berat yang akan
I IV - 96
V - 96
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
digunakan. Sebagai catatan untuk mobilasi kedatangan mabil berat ini dilakukan di
luar jam kerja, sehingga masuk pada pukul 22.00 WIB sda pukul 05.00 WIB.
Kendaraan berat ini adalah kendaraan berat yang dilengkapi dengan pompa
untuk pencoran beton. Kendaraan ini diciptakan untuk membantu dalam pencoran
beton dengan peralatan mesin pompa yang mampu memompa campuran beton
sampai dengan lantai 5 pada bangunan atau maksimam 40 m, selanjutnya harus
mengunakan bantuan Tower Crane atau Mesin pompa yang stanbye menyatu dalam
struktur beton. Kendaraan ini sesuai dengan schedule pencoran beton namun
demikian apabila terus menerus dilakukan pencoran biasanya kendraan akan tinggal
bebera waktu di lokasi pencoran. Sebagai catatan untuk mobilasi kedatangan mabil
berat ini dilakukan diluar jam kerja, sehingga masuk pada pukul 22.00 WIB sda pukul
05.00 WIB.
I IV - 97
V - 97
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
I IV - 98
V - 98
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
Pada pelaksanaan pembangunan tertentu akan terkait dengan arus lalu lintas
kendaraan proyek. Kendaraan proyek yang dibangkitkan meliputi, kendaraan ringan
(roda dua dan roda empat) dan kendaraan berat. Sehingga perlu dianalisis prakiraan
bangkitan kendaraan tersebut yang akan memberikan dampak pada arus lalu lintas di
sekitar lokasi pembangunan. Prakiraan bangkitan kendaraan konstruksi juga
mengacu pada jadwal pelaksanaan pembangunan. Untuk jadwal pelaksanaan
pembangunan dapat dilihat pada tabel berikut.
I IV - 99
V - 99
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
Tabel 4.1. Jadwal Pelaksanaan Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
JADWAL PELAKSANAAN
NO URAIAN PEKERJAAN MINGGU KE-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
A PEKERJAAN PERSIAPAN
1 PEKERJAAN ADMINISTRASI
2 PAPAN NAMA PROYEK
3 AKSES JALAN 1 1 1 1 1
4 MOBILISASI 1 1 1
B PEKERJAAN TANAH
1 PEKERJAAN PENGUKURAN 1 1 1 1
2 PEKERJAAN PENEMPATAN PATOK 1 1 1 1
3 PEKERJAAN PEMBANGUNAN TURAP 1 1 1 1 1 1
4 PEKERJAAN TIMBUNAN TANAH 6 6 8 8 9 9 10 10 10 10
C PEKERJAAN PENYELESAIAN
1 PEMBERSIHAN 1
2 DEMOBILISASI 1 1
3 SERAH TERIMA
I IV - 100
V - 100
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
Berdasarkan jadwal konstruksi kendaraan pada tabel di atas, diperoleh hasil bahwa
pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan akan
membangkitkan kendaraan material yang berupa truk sebanyak 6-10 kendaraan per
jam. Namun untuk mengantisipasi adanya kendaraan material lainnya yang
diperlukan, maka jumlah kendaraan material sebagai hasil bangkitan lalu lintas
diperhitungan sebanyak 10 kendaraan per jam. Untuk kendaraan direksi dan tamu
berupa mobil penumpang diasumsikan sebanyak 5 kendaraan per jam. Untuk sepeda
motor pekerja diasumsikan dari sejumlah 30 pekerja, Sebagian merupakan pekerja
yang tinggal di sekitar lokasi dengan bangkitan sepeda motor pekerja adalah 15
sepeda motor per jam.
I IV - 101
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
Berdasarkan hasil analisis data yang tertera pada tabel di atas maka dapat
dihitung dan diketahui:
1. Durasi parkir rata-rata = 120,2 menit
2. Kebutuhan ruang parkir mobil = 4 SRP
I IV - 102
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
Berdasarkan hasil analisis data yang tertera pada tabel di atas maka dapat
dihitung dan diketahui durasi parkir sepeda motor rata-rata adalah 134,3 menit.
Dari DED Site Plan yang didapatkan, telah disediakan ruang parkir dimana
terdiri dari 2 lokasi parkir, yaitu parkir kendaraan roda dua dan lokasi parkir
kendaraan roda empat. Ketersediaan ruang parkir tersebut diperhitungkan
berdasarkan ketersediaan luas lahan dan kenyamanan sirkulasi kendaraan. Adapun
ketersediaan lokasi parkir, yakni:
I IV - 103
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
Setelah dilakukan pengaturan ulang penyedian lahan parkir yang sudah disesuaikan
dengan ketersediaan luas lahan dan kenyamanan sirkulasi, didapatkan ruang parkir
untuk sepeda motor 37 SRP dan untuk mobil menjadi 7 SRP. Sehingga kekurangan
ruang parkir dapat teratasi. Hasil rekapitulasi kebutuhan ruang parkir dapat dilihat
pada tabel berikut.
Tabel 4.5. Analisis Hasil Survei Parkir
No Analisis Motor Mobil
1 Kebutuhan Parkir Seluruhnya (SRP) 27 4
I IV - 104
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
60
𝑥 𝑘𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑟𝑢𝑎𝑛𝑔 𝑝𝑎𝑟𝑘𝑖𝑟 𝑟𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎
𝑑𝑢𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑝𝑎𝑟𝑘𝑖𝑟 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑚𝑜𝑡𝑜𝑟
I IV - 105
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
10
%
90
%
60
% 30
%
Gambar 5.1. Skema Pergerakan Arus Lalu Lintas Bangkitan Masa Konstruksi
Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
V - 106
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
Arus Lalu
Kapasitas Derajat Kecepatan
Ruas Kondisi Lintas LOS
(smp/jam) Kejenuhan (km/jam)
(smp/jam)
Eksisting
Pagi 2.726 1.632 0,60 36 D
Jalan Ir.H Juanda
Sore 2.726 1.594 0,58 38 C
Masa Konstruksi (Tahun 2023)
Pagi 2.726 1.818 0,67 36 D
Jalan Ir.H Juanda
Sore 2.726 1.776 0,65 36 D
Masa Operasional Tanpa Pembangunan (Tahun 2024)
Pagi 2.726 1.885 0,69 36 D
Jalan Ir.H Juanda
Sore 2.726 1.841 0,68 36 D
Masa Operasional Dengan Pembangunan (Tahun 2024)
Pagi 2.726 1.893 0,69 36 D
Jalan Ir.H Juanda
Sore 2.726 1.849 0,68 36 D
Prediksi Tahun 2029 Tanpa Pembangunan
Pagi 2.726 2.291 0,84 30 E
Jalan Ir.H Juanda
Sore 2.726 2.237 0,82 30 E
Prediksi Tahun 2029 Dengan Pembangunan
Pagi 2.726 2.299 0,84 30 E
Jalan Ir.H Juanda
Sore 2.726 2.245 0,82 30 E
V - 107
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
Dapat dilihat dari tabel di atas bahwa akibat pembangunan gedung Lembaga
Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan dampak yang ditimbulkan terhadap
simpang tak bersinyal di sekitarnya tidak terlalu signifikan. Kinerja simpang masih
baik dilihat dari nilai tundaan berada pada rentang 5,1 - 15 dengan tingkat pelayanan
baik (B).
V - 108
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
Gambar 5.2. Titik konflik di Pintu Masuk – Keluar Saat Masa Konstruksi
V - 109
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
Pada masa konstruksi terdapat 7 titik konflik karena pintu masuk dan keluar
berada dalam satu lokasi. Sedangkan saat operasional akan ada 3 titik konflik pada
pintu masuk dan pintu keluar.
Tabel 5.3. Perbandingan Titik Konflik Pada Akses Masuk dan Keluar
Titik Konflik
No Lokasi
Konstruksi Operasional
1 Pintu Masuk 7 3
2 Pintu Keluar 3
Jumlah 7 6
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa terjadi penurunan jumlah titik konflik
dari kondisi saat konstruksi dengan adanya pengaturan pintu akses menjadi searah.
Perbandingan kondisi kinerja lalu lintas dititik konflik dapat dilihat pada tabel berikut.
Dengan bertambahnya volume lalu lintas, terlihat bahwa dalam kurun waktu lima
tahun setelah operasional (tahun 2029) tundaan simpang yang terjadi masih berada
pada kisaran < 15 det/smp sehingga pada akses tersebut masih dalam kondisi BAIK .
5.4. Analisis Pintu Masuk dan Keluar Lembaga Pemasyarakatan Kota Pasuruan
Hal yang terpenting dalam menentukan lebar pintu masuk atau keluar area
yang menjadi tempat parkir kendaraan atau akses kendaraan adalah ketercukupan
V - 110
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
V - 111
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
Guna menciptakan lalu lintas yang aman dan berkeselamatan maka perlu
dilakukan beberapa pengaturan terkait dengan pembangunan gedung Lembaga
Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan diantaranya adalah dengan mengatur
pintu masuk dan keluar secara terpisah pada saat operasional sehingga akan
mengurangi titik konflik kendaraan. Selain itu direkomendasikan penyediaan petugas
pengatur lalu lintas di pintu masuk dan keluar. Dalam hal meningkatkan kewaspadaan
dan pemberian informasi kepada pengguna jalan dipasang rambu dan marka di dalam
dan sekitar gedung, misal zebra cross, rambu DILARANG PARKIR, rambu HATI-HATI,
rambu PENUNJUK JALAN, dan sebagainya.
V - 112
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
Penganturan akses kendaraan akan ada sedikit pola yang berbeda pada masa
konstruksi dan operasional. Selama masa konstruksi, pengaturan menitikberatkan
pada sirkulasi kendaraan proyek/truk yang mengangkut material maupun kendaraan
pribadi dari pelaksana pembangunan dan petugas kantor. Karena kegiatan ini bersifat
sementara atau jangka pendek maka pengaturan juga disesuaikan dengan waktu
konstruksi. Pada prinsipnya perlu diatur agar kendaraan berat tidak beroperasi pada
saat jam sibuk.
6.1. Permasalahan
VI- 113
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
Selain sirkulasi kendaraan berat, juga ada dampak lalu lintas akibat kendaraan
pekerja maupun direks dan tamu. Dengan demikian pengaturan waktu dan jalur
sirkulasi kendaraan akan membantu untuk meminimalkan dampak lalu lintas yang
timbul. Penanganan lainnya adalah penyediaan ruang parkir untuk kendaraan yang
beroperasi selama proyek berlangsung, sehingga tidak ada kendaraan yang parkir di
badan jalan karena akan mengganggu lalu lintas menerus.
Material bangunan juga direkomendasikan agar tidak ditumpuk di badan jalan
tetapi dimasukkan dalam lokasi proyek. Perlu dipilih agar lokasi material adalah
tempat yang dekat dengan didirikannya gedung tersebut namun tidak boleh
mengganggu sirkulasi pekerja maupun kendaraan proyek.
Pada saat proses pembangunan berlangsung, pemasangan rambu peringatan
di beberapa titik sekitar lokasi proyek sangat diperlukan, agar penduduk sekitar
maupun pengguna jalan mengetahui adanya proyek pembangunan. Penempatan
petugas pengatur lalu lintas terutama di pintu masuk/keluar maupun simpang di
dekatnya yang dipergunakan untuk sirkulasi kendaraan juga perlu dijaga petugas.
a. Sirkulasi Kendaraan
VI- 114
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
1. Kendaraan Masuk
- Dari arah Ir.H Juanda (Timur) melewati ruas Jalan Ir.H Juanda berbelok
ke kanan memotong ruas Jalan menuju lokasi pembangunan.
- Dari arah Ir.H Juanda (Barat) melewati ruas Jalan Ir.H Juanda hingga
melewati simpang tidak bersinyal Jl. Ir.H Juanda – Jl. Pantura dan
berbelok ke kiri menuju lokasi pembangunan.
2. Kendaraan Keluar
VI- 115
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
VI- 116
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
VI- 117
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
VI- 118
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
- Untuk sirkulasi kendaraan roda dua dari pintu masuk kemudian belok
ke kanan menuju lokasi parkir yang telah disediakan khusus roda dua.
Untuk sirkulasi kendaraan keluar melalui pintu Timur. Skema sirkulasi
kendaraan roda dua dapat dilihat pada gambar berikut.
VI- 119
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
VI- 120
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
VI- 121
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
VI- 122
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
VI- 123
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
Untuk setiap elemen dampak lalu lintas jalan yang diukur harus ditetapkan
apakah menghasilkan masalah yang harus ditangani atau tidak. Pada tabel berikut
disampaikan kriteria berupa nilai batas dari indikator dampak lalu lintas jalan yang
membutuhkan penanganan.
VI- 124
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
VI- 125
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
VI- 126
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
Penanggungjawab Periode Penanggungjawab
No. Bentuk Penanganan Masa Konstruksi
Penanganan Pemantauan Pemantauan
PEMBANGUNAN” dengan jarak 50 meter, 100 meter, dan 200 meter
sebelum lokasi konstruksi.
b. Rambu PERINGATAN HATI-HATI pada kedua arah pendekat lokasi
pembangunan dengan tambahan tulisan “HATI-HATI KELUAR MASUK
KENDARAAN BERAT” dengan jarak 50 meter, 100 meter, dan 200
meter sebelum lokasi konstruksi
3 Memasang lampu peringatan di dekat pintu keluar masuk lokasi • Pemrakarsa • Sebelum • Dishub Kota
pembangunan. • Kontraktor konstruksi Pasuruan
4 Memasang lampu penerangan yang memadai di area dalam dan luar • Pemrakarsa • Sebelum • Dishub Kota
kawasan pembangunan, pada saat melakukan aktivitas proyek di malam • Kontraktor konstruksi Pasuruan
hari
5 Selama proses pengangkutan material proyek, kendaraan pengangkut • Pemrakarsa • Selama • Dishub Kota
material diwajibkan memberikan penutup (terpal atau bahan lainnya) • Kontraktor konstruksi Pasuruan
sehingga dapat menahan material jatuh selama proses pengangkutan • Dinas PUPR Kota
Pasuruan
6 Mobilisasi kendaraan material dimaksimalkan pada malam hari mulai • Pemrakarsa • Selama • Dishub Kota
pukul 22.00 – 04.00. Apabila dilakukan pada siang hari maka • Kontraktor konstruksi Pasuruan
direkomendasikan menghindari saat jam puncak pagi 06.00 – 08.00 dan • Dinas PUPR Kota
jam puncak sore 16.00 – 18.00. Pasuruan
• Polres Kota
Pasuruan
7 Menyediakan petugas pembersih jalan yang bertanggungjawab • Pemrakarsa • Selama • Dishub Kota
membersihkan ceceran material yang ada, minimal 100 meter di kiri- • Kontraktor konstruksi Pasuruan
kanan lokasi pembangunan, terutama pada ruas Jalan Ir.H Juanda. • Dinas PUPR Kota
Pasuruan
VI- 127
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
Penanggungjawab Periode Penanggungjawab
No. Bentuk Penanganan Masa Konstruksi
Penanganan Pemantauan Pemantauan
8 Menyediakan ruang untuk pencucian truk (water trap), untuk • Pemrakarsa • Selama • Dishub Kota
membersihkan sisa material/tanah yang menempel truk pada akses • Kontraktor konstruksi Pasuruan
keluar, sehingga kendaraan meninggalkan area proyek dalam kondisi • Dinas PUPR Kota
bersih Pasuruan
9 Penyediaan fasilitas parkir untuk pekerja dilakukan dalam kawasan • Pemrakarsa • Selama • Dishub Kota
pembangunan dan dilarang menggunakan badan jalan sebagai ruang • Kontraktor konstruksi Pasuruan
parkir kendaraan pekerja
10 Ruang parkir untuk kendaraan berat disediakan di dalam lokasi • Pemrakarsa • Selama • Dishub Kota
pembangunan untuk menghindari penggunaan badan jalan sebagai • Kontraktor konstruksi Pasuruan
parkir kendaraan material
11 Menempatkan bahan/material di dalam kawasan lokasi pembangunan • Pemrakarsa • Selama • Dishub Kota
sehingga tidak mengganggu lalu lintas kendaraan di jalan • Kontraktor konstruksi Pasuruan
12 Memasang pagar pembatas (sementara) pada saat proyek konstruksi • Pemrakarsa • Sebelum • Dishub Kota
berlangsung • Kontraktor konstruksi Pasuruan
• Selama
konstruksi
13 Pembongkaran dan pemuatan material dilakukan di dalam lokasi • Pemrakarsa • Selama • Dishub Kota
pembangunan pada tempat yang telah ditentukan • Kontraktor konstruksi Pasuruan
14 Membangun pos pengamanan sementara dan menempatkan petugas • Pemrakarsa • Sebelum • Dishub Kota
pengatur lalu lintas kendaraan proyek pada setiap pintu masuk lokasi • Kontraktor konstruksi Pasuruan
pembangunan dengan dilengkapi peralatan yang memadai seperti rompi • Selama • Polda Kota
reflektor, tongkat lampu/stick lamp, helm, dan sebagainya konstruksi Pasuruan
VI- 128
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
Penanggungjawab Periode Penanggungjawab
No. Bentuk Penanganan Masa Konstruksi
Penanganan Pemantauan Pemantauan
15 Bertanggungjawab untuk memperbaiki kerusakan jalan yang timbul • Pemrakarsa • Selama • Dishub Kota
akibat proses pembangunan pada radius 100-200 meter dari lokasi • Kontraktor konstruksi Pasuruan
pembangunan
16 Untuk mengurangi kebisingan dan getaran, selama proses mobilisasi • Pemrakarsa • Selama • Dishub Kota
kendaraan material dilajukan dengan cara tidak konvoi (beriringan) dan • Kontraktor konstruksi Pasuruan
menggunakan kecepatan rendah.
17 Memasang papan edukasi mengenai penerapan K3 di pintu akses keluar • Pemrakarsa • Sebelum • Dishub Kota
masuk lokasi pembangunan. • Kontraktor konstruksi Pasuruan
• Selama • Dinas PUPR Kota
konstruksi Pasuruan
18 Selama proses pembangunan, pihak kontraktor dan pemrakarsa wajib • Pemrakarsa • Selama • Dishub Kota
menjalankan kegiatan sesuai dengan peraturan mengenai K3, • Kontraktor konstruksi Pasuruan
menerapkan protokol kesehatan, serta menjaga keamanan dan • Dinas PUPR Kota
ketertiban. Pasuruan
16 Pemrakarsa bersedia melakukan pengurusan izin in-gang atau akses • Pemrakarsa • Selama • Dishub Kota
masuk keluar di instansi terkait. konstruksi Pasuruan
17 Selalu berkoordinasi dengan pihak instansi terkait seperti Dinas • Pemrakarsa • Selama • Dishub Kota
Perhubungan, Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, Kepolisian • Kontraktor konstruksi Pasuruan
Resor, Dinas Lingkungan Hidup, serta institusi pemangku kewenangan • Dinas PUPR Kota
yang berkompeten lainnya maupun masyarakat sekitar lokasi rencana Pasuruan
pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan. • Polres Kota
Pasuruan
VI- 129
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
Keterangan:
VI- 130
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
4 Menyediakan ruang parkir kendaraan minimal untuk kendaraan roda 4 • Pemrakarsa • Sebelum • Dishub Kota
(empat) sejumlah 7 SRP dan sepeda motor sejumlah 37 SRP termasuk Operasional Pasuruan
dengan parkir khusus disabilitas.
VI- 131
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
Penanggungjawab Periode Penanggungjawab
No. Bentuk Penanganan Masa Operasional
Penanganan Pemantauan Pemantauan
5 Menempatkan petugas yang sudah terlatih untuk mengatur lalu lintas di • Pemrakarsa • Sebelum • Dishub Kota
pintu masuk dan keluar gedung LAPAS dilengkapi dengan alat lalu lintas Operasional Pasuruan
(stick lamp, rompi reflektor, helm, dll). • Polres Kota
Pasuruan
6 Membuat akses pejalan kaki (pendestrian), yakni membuat trotoar • Pemrakarsa • Sebelum • Dishub Kota
ramah difabel dengan lebar 1,5 meter yang dilengkapi dengan lajur Operasional Pasuruan
pemandu (guiding block) dan zebra cross • Dinas PUPR Kota
Pasuruan
7 Membuat jalur darurat, titik penempatan hydrant, dan rambu titik • Pemrakarsa • Sebelum • Dishub Kota
kumpul pada tempat yang telah direkomendasikan. Operasional Pasuruan
8 Dalam pemasangan rambu lalu lintas, pemasangan lampu peringatan • Pemrakarsa • Sebelum • Dishub Kota
serta perlengkapan jalan lainnya di sekitar lokasi, agar berkoordinasi Operasional Pasuruan
dengan Dinas Perhubungan , Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan • Dinas PUPR Kota
Ruang, Kepolisian Resor, Dinas Lingkungan Hidup , serta institusi Pasuruan
pemangku kewenangan yang berkompeten lainnya; • Polres Kota
Pasuruan
9 Wajib melakukan Analisis Dampak Lalu Lintas kembali, apabila • Pemrakarsa • Setelah • Dishub Kota
dikemudian hari akan melakukan pengembangan di luar master plan Operasional Pasuruan
yang dijadikan acuan dalam penyusunan dokumen Analisis Dampak Lalu
Lintas ini
VI- 132
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
Keterangan:
VI- 133
Standar Teknis Dampak Lalu Lintas
Pekerjaan Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Terintegrasi Kota Pasuruan
VI- 134