Anda di halaman 1dari 49

DAFTAR ISI

1.LATAR BELAKANG

2.RAMBU LALU LINTAS

3.MARKA JALAN

4.DELINEASI
LATAR BELAKANG (1)

Pasal 25
Setiap Jalan yang digunakan untuk Lalu Lintas umum wajib dilengkapi dengan
perlengkapan Jalan berupa:
a. Rambu Lalu Lintas;
b. Marka Jalan;
c. Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas;
d. alat penerangan Jalan;
e. alat pengendali dan pengaman Pengguna Jalan;
f. alat pengawasan dan pengamanan Jalan;
g. fasilitas untuk sepeda, Pejalan Kaki, dan penyandang cacat; dan
h. fasilitas pendukung kegiatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang berada di
Jalan dan di luar badan Jalan.
LATAR BELAKANG (2)

Pasal 93
(1) Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas dilaksanakan untuk mengoptimalkan
penggunaan jaringan Jalan dan gerakan Lalu Lintas dalam rangka menjamin
Keamanan, Keselamatan, Ketertiban, dan Kelancaran Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan.
(3)Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas meliputi kegiatan:
a. perencanaan;
b. pengaturan;
c. perekayasaan;
d. pemberdayaan; dan
e. pengawasan.
LATAR BELAKANG (3)

Pasal 94
(3)Kegiatan perekayasaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 93 ayat (3) huruf
meliputi:
a. perbaikan geometrik ruas Jalan dan/atau persimpangan serta
perlengkapan Jalan yang tidak berkaitan langsung dengan Pengguna
Jalan;
b. pengadaan, pemasangan, perbaikan, dan pemeliharaan perlengkapan
Jalan yang berkaitan langsung dengan Pengguna Jalan; dan
c. optimalisasi operasional rekayasa Lalu Lintas dalam rangka meningkatkan
ketertiban, kelancaran, dan efektivitas penegakan hukum.
LATAR BELAKANG (4)

Pasal 95
(1)Penetapan kebijakan penggunaan jaringan Jalan dan gerakan Lalu Lintas
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 94 ayat (2) huruf a yang berupa
perintah, larangan, peringatan, atau petunjuk diatur dengan:
a. peraturan Menteri yang membidangi sarana dan Prasarana Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan untuk jalan nasional;
b. peraturan daerah provinsi untuk jalan provinsi;
c. peraturan daerah kabupaten untuk jalan kabupaten dan jalan desa; atau
d. peraturan daerah kota untuk jalan kota.
(2)Perintah, larangan, peringatan, atau petunjuk sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) harus dinyatakan dengan Rambu Lalu Lintas, Marka Jalan,
dan/atau Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas.
LATAR BELAKANG (5)

Pasal 31
(3)Pengadaan, pemasangan, perbaikan, dan pemeliharaan perlengkapan jalan
yang berkaitan langsung dengan pengguna jalan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2) dilakukan oleh menteri yang bertanggung jawab di
bidang sarana dan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan, gubernur,
bupati dan walikota sesuai dengan kewenangannya.

Pasal 33 (1)
Perlengkapan Jalan yang berkaitan langsung dengan pengguna jalan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 28 huruf b meliputi :
a. Alat pemberi isyarat lalu lintas;
b. Rambu lalu lintas;
c. Marka jalan;
LATAR BELAKANG (6)

Pasal 33 (2)
d. Alat penerangan;
e. Alat pengendali pemakai jalan, terdiri atas Alat pembatas kecepatan dan Alat
pembatas tinggi dan lebar kendaraan .
f. Alat pengaman pemakai jalan;
1. Pagar pengaman;
2. Cermin tikungan;
3. Tanda patok tikungan (delineator)
4. Pulau – pulau lalu lintas; dan
5. Pita penggaduh.
g. Fasilitas pendukung kegiatan lalu lintas dan angkutan jalan berada di jalan
maupun di luar badan jalan; dan/atau
h. Fasilitas pendukung penyelenggara lalu lintas dan angkutan jalan.
RAMBU LALU LINTAS
(Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 13
tahun 2014 tentang Rambu Lalu Lintas)
Rambu sesuai dengan bentuknya dikelompokkan menjadi :
a. rambu lalu lintas konvensional (rambu dengan bahan retro reflektif); dan
b. rambu lalu lintas elektronik (rambu yang informasinya dapat diatur
secara elektronik).

Rambu sesuai dengan jenisnya dikelompokkan menjadi :


a. rambu peringatan;
b. rambu larangan;
c. rambu perintah;
d. rambu petunjuk.

1. Rambu peringatan digunakan untuk memberi peringatan kemungkinan


ada bahaya di jalan atau tempat berbahaya pada jalan dan
menginformasikan tentang sifat bahaya.
2. Rambu larangan digunakan untuk menyatakan perbuatan yang dilarang
dilakukan oleh Pengguna Jalan.
3. Rambu Perintah digunakan untuk menyatakan perintah yang wajib
dilakukan oleh pengguna jalan.
4. Rambu Petunjuk digunakan untuk untuk memandu Pengguna Jalan saat
melakukan perjalanan atau untuk memberikan informasi lain kepada
Pengguna Jalan.
Rambu lalu lintas konvensional terdiri atas :
a. daun rambu; dan
b. tiang rambu.

Deskripsi detail rambu konvensional:


1. Ukuran daun rambu dibagi menjadi ukuran kecil,
sedang, besar dan sangat besar.
2. Setiap daun rambu wajib dipasang stiker logo
perhubungan di bagian depan sebelah bawah yang
diterbitkan oleh Direktur Jenderal, gubernur, atau
bupati/walikota sesuai dengan kewenangan.
3. Tiang rambu dapat berbentuk tiang tunggal, tiang
F, tiang kupu-kupu dengan tiang tunggal, atau
tiang gawang (gantry) dengan tiang ganda atau
lebih.
Rambu lalu lintas elektronik terdiri atas :
a. layar monitor;
b. modul kontrol;
c. catu daya; dan
d. tiang rambu.

Rambu lalu lintas elektronik digunakan untuk :


1. Informasi pengendalian lalu lintas.
2. Informasi kondisi lalu lintas;
3. Informasi kondisi cuaca;
4. Informasi perbaikan jalan; dan
5. Kampanye keselamatan lalu lintas dan
angkutan jalan.
Rambu peringatan terdiri atas :
a. peringatan perubahan kondisi alinyemen horizontal;
b. peringatan perubahan kondisi alinyemen vertikal;
c. peringatan kondisi jalan yang berbahaya;
d. peringatan pengaturan lalu lintas;
e. peringatan lalu lintas kendaraan bermotor;
f. peringatan selain lalu lintas kendaraan bermotor;
g. peringatan kawasan rawan bencana;
h. peringatan lainnya;
i. peringatan dengan kata-kata;
j. keterangan tambahan tentang jarak lokasi kritis; dan
k. peringatan pengarah gerakan lalu lintas.

Rambu peringatan memiliki :

a. warna dasar kuning;

b. warna garis tepi hitam;

c. warna lambang hitam; dan

d. warna huruf dan/atau angka hitam.


Rambu larangan terdiri atas :
a. larangan berjalan terus;
b. larangan masuk;
c. larangan parkir dan berhenti;
d. larangan pergerakan lalu lintas tertentu;
e. larangan membunyikan isyarat suara;
f. larangan dengan kata-kata; dan
g. batas akhir larangan.

Rambu larangan memiliki :

a. warna dasar putih;

b. warna garis tepi merah;

c. warna lambang hitam; ...


d. warna huruf dan/atau angka hitam; dan
m
e. warna kata-kata merah.
Rambu perintah terdiri atas :
a. perintah mematuhi arah yang ditunjuk;
b. perintah memilih salah satu arah yang ditunjuk;
c. perintah memasuki bagian jalan tertentu;
d. perintah batas minimum kecepatan;
e. perintah penggunaan rantai ban;
f. perintah menggunakan jalur atau lajur lalu lintas khusus;
g. batas akhir perintah tertentu; dan
h. perintah dengan kata-kata.

Rambu perintah memiliki :

a. warna dasar biru;

b. warna garis tepi putih;

c. warna lambang putih;

d. warna huruf dan/atau angka putih; dan

e. warna kata-kata putih.


Rambu petunjuk terdiri atas :
a. petunjuk pendahulu jurusan;
b. petunjuk jurusan;
c. petunjuk batas wilayah; Kawasan Tertib
d. petunjuk batas jalan tol;
e. petunjuk lokasi utilitas umum; Lalu Lintas
f. petunjuk lokasi fasilitas sosial;
g. petunjuk pengaturan lalu lintas;
h. petunjuk dengan kata-kata; dan
i. papan nama jalan. JL. Jend. A. Yani

Jal ur Evakuasi 750 10


TOLI-TOLI Gunung Sinabung m Tangkuban Parahu km

Kota Bekasi
Bul ak Kapal
Jalan Tol
Jakarta
LINGKARDALAM Kranji Bandung
Stasiun KA Bekasi Lewat Jalan Tol
1. Dalam keadaan dan kegiatan tertentu dapat digunakan Rambu Lalu
Lintas sementara.
2. Rambu Lalu Lintas sementara berupa rambu peringatan, rambu
larangan, rambu perintah, dan rambu petunjuk.
3. Penempatan dan penggunaan Rambu Lalu Lintas sementara yang
bersifat perintah dan larangan dapat didukung atau dijaga oleh
Petugas dari Kepolisian Negara Republik Indonesia
Rambu peringatan sementara memiliki :

a. warna dasar jingga;

b. warna garis tepi hitam; dan

c. Warna lambang dan/atau tulisan hitam.


Rambu Lalu Lintas dapat dilengkapi papan tambahan.

Papan tambahan digunakan untuk memberi keterangan tambahan yang


diperlukan untuk menyatakan Rambu Lalu Lintas hanya berlaku untuk:
a. nilai tertentu;
b. arahtertentu;
c. arahdan nilai tertentu;
d. hal tertentu dengan kata-kata;dan
e. hal tertentu dengan kata-kata dan nilai.

Papan tambahan memiliki :

a. warna dasar putih;

b. warna garis tepi hitam;


Serong 60°
c. warna huruf dan/atau angka hitam; dan

d. warna kata-kata hitam.


1. Penempatan rambu harus memperhatikan :
a. desain geometrik jalan;
b. karakteristik lalu lintas;
c. kelengkapan bagian konstruksi jalan;
d. kondisi struktur tanah;
e. perlengkapan jalan yang sudah terpasang;
f. konstruksi yang tidak berkaitan dengan Pengguna Jalan; dan
g. fungsi dan arti perlengkapan jalan lainnya.

2. Penempatan dan peletakan rambu harus pada daerah manfaat


jalan.

3. Rambu ditempatkan di sebelah kiri menurut arah lalu lintas,


pada jarak tertentu dari tepi paling luar bahu jalan atau jalur lalu
lintas kendaraan serta tidak merintangi lalu lintas kendaraan
atau pejalan kaki.
4. Dalam hal lalu lintas satu arah dan tidak ada ruang pemasangan
lain, rambu dapat ditempatkan di sebelah kanan menurut arah
lalu lintas.

5. Rambu dapat ditempatkan di atas ruang manfaat jalan apabila


jumlah lajur lebih dari 2 (dua).

6. Rambu dapat dipasang pada pemisah jalan (median) ditempatkan


dengan jarak paling sedikit 30 (tiga puluh) sentimeter, diukur dari
bagian terluar daun rambu ke tepi paling luar kiri dan kanan dari
pemisah jalan.

7. Rambu ditempatkan pada jarak paling sedikit 60 (enam puluh)


sentimeter, diukur dari bagian terluar daun rambu ke tepi paling
luar bahu jalan.
8. Rambu pada jalan yang lurus, diletakkan dengan persyaratan :
a. rambu ditempatkan dengan ketinggian minimal 1,75 (satu koma
tujuh puluh lima) meter dari permukaan jalan atau trotoar;
b. secara umum diletakkan dengan posisi rambu diputar paling
banyak 5 (lima) derajat menghadap permukaan jalan dari posisi
tegak lurus sumbu jalan, sesuai dengan arah lalu lintas;
c. khusus rambu pengarah tikungan ke kanan dan pengarah
tikungan ke kiri diletakkan dengan posisi rambu diputar paling
banyak 3 (tiga) derajat menghadap permukaan jalan dari posisi
tegak lurus sumbu jalan, sesuai dengan arah lalu lintas
kelengkapan bagian konstruksi jalan; dan
d. rambu larangan berhenti dan larangan parkir diletakkan
dengan posisi rambu diputar antara 30 (tiga puluh) derajat
sampai 45 (empat puluh lima) derajat menghadap permukaan
jalan dari posisi tegak lurus sumbu jalan, sesuai dengan arah
lalu lintas.

9. Dalam hal tidak tersedianya ruang untuk pemasangan tiang


rambu, Rambu Lalu Lintas dapat dipasang antara lain pada
tembok, kaki jembatan, bagian jembatan layang, tiang bangunan
utilitas dan pohon.
10. Rambu pada jalan melengkung ke kiri, diletakkan dengan
persyaratan:
a. ditempatkan pada sisi jalan;
b. diletakkan dengan posisi rambu digeser paling banyak 5 (lima)
derajat searah jarum jam dari posisi tegak lurus sumbu jalan.

11. Rambu pada jalan yang melengkung ke kanan, diletakkan


dengan persyaratan:
a. ditempatkan pada sisi jalan;
b. diletakkan dengan posisi rambu tegak lurus sumbu jalan.

12. Rambu petunjuk penyeberangan orang, tempat pemberhentian


angkutan umum, dan parkir diletakkan dengan posisi rambu
sejajar dengan sumbu jalan.

13. Rambu yang ditempatkan pada awal pemisah jalan dan di atas
ruang manfaat jalan, diletakkan dengan posisi rambu tegak
lurus sumbu jalan.
1. Pemeliharaan Rambu Lalu Lintas dilakukan secara berkala dan
insidentil.

2. Pemeliharaan berkala dilakukan paling sedikit setiap 6 (enam)


bulan, yang meliputi:
a. menghilangkan benda di sekitar perlengkapan jalan yang
mengakibatkan berkurangnya arti dan fungsi rambu; dan
b. membersihkan rambu dari debu/kotoran sehingga tampak jelas.

3. Pemeliharaan insidentil dilakukan apabila ditemukan adanya


kerusakan Rambu Lalu Lintas.

4. Pemeliharaan insidentil sebagaimana dimaksud pada ayat (4)


berupa mengganti rambu yang rusak dan cacat dengan yang baru
untuk dapat memberi jaminan keamanan atau keselamatan bagi
pemakai jalan.
1. Persyaratan penghapusan rambu lalu lintas ditentukan berdasarkan:
a. umur teknis;
b. kebijakan pengaturan lalu lintas;
c. keberadaan fisik rambu.

2. Umur teknis tersebut paling lama 5 (lima) tahun.

3. Kebijakan pengaturan lalu lintas dilakukan apabila terjadi perubahan


pengaturan lalu lintas yang ditentukan oleh pejabat yang berwenang.

4. Keberadaan fisik rambu meliputi antara lain:


a. kerusakan;
b. hilang.

5. Penghapusan rambu dilakukan berdasarkan penilaian kinerja oleh


Pejabat sesuai dengan kewenangannya.

6. Ketentuan lebih lanjut mengenai penilaian kinerja diatur dengan


Peraturan Direktur Jenderal.
1. Pembuatan rambu di jalan hanya boleh dilakukan oleh badan
usaha yang telah memenuhi persyaratan:
a. bahan, perlengkapan, dan peralatan produksi; dan
b. sumber daya manusia yang berkompetensi di bidang
perlengkapan jalan.

2. Badan usaha yang telah memenuhi persyaratan tersebut didaftar


di Direktorat Jenderal sebagai badan usaha pembuat Rambu Lalu
Lintas

3. Untuk memenuhi persyaratan tersebut, dilakukan penilaian oleh


Direktur Jenderal.

4. Tata cara penilaian dan pendaftaran tersebut ditetapkan oleh


Direktur Jenderal.
MARKA JALAN
(Materi Pokok Perubahan dan Tambahan pada
Rancangan Peraturan Menteri Perhubungan
tentang Marka Jalan)
KM 60 tahun 1993 tentang Marka Jalan RPM tentang Marka Jalan
Pasal 3
(1) Marka Jalan berfungsi untuk mengatur lalu lintas,
memperingatkan, atau menuntun Pengguna Jalan
dalam berlalu lintas berupa:
a. peralatan; dan
b. tanda.
Pasal 2 Pasal 3
(3) Marka jalan yang dinyatakan dengan garis-garis (2) Peralatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
pada permukaan jalan dapat digantikan dengan huruf a berupa:
paku jalan atau kerucut lalu lintas. a. paku jalan;
b. alat pengarah lalu lintas; dan
c. pembagi lajur atau jalur.
Pasal 19 Pasal 6
(2) Paku jalan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) (2) Paku jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus memenuhi ketentuan: dibuat dari bahan antara lain:
a. dibuat dari bahan plastik, baja tahan karat atau a. plastik;
alumunium campur; b. kaca;
c. Baja tahan karat; dan
d. Aluminium campur.
KM 60 tahun 1993 tentang Marka Jalan RPM tentang Marka Jalan
Pasal 19 Pasal 6
(2) Paku jalan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) (4) Paku jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus memenuhi ketentuan: dilengkapi dengan pemantul cahaya.
b. apabila paku jalan dilengkapi pemantul (5) Pemantul cahaya sebagaimana dimaksud pada ayat
cahaya, maka pemantul cahaya harus dapat (4) harus memenuhi ketentuan:
berfungsi dalam kondisi permukaan jalan kering a. pemantul cahaya berwarna putih digunakan
ataupun basah; untuk melengkapi Marka Membujur utuh pada sisi
c. warna pemantul cahaya adalah putih, kuning kanan jalan sesuai dengan arah lalu lintas;
atau merah. b. pemantul cahaya berwarna kuning digunakan
untuk melengkapi Marka Membujur utuh dan
putus-putus pada pemisah jalur atau lajur lalu
lintas; dan
c. pemantul cahaya berwarna merah digunakan
untuk melengkapi Marka Membujur utuh pada sisi
kiri jalan sesuai dengan arah lalu lintas.
KM 60 tahun 1993 tentang Marka Jalan RPM tentang Marka Jalan
Pasal 17 Pasal 14
Pembuatan marka jalan dapat menggunakan bahan- (1) Marka Jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
bahan sebagai berikut: 13 dibuat dengan menggunakan bahan berupa:
a. cat; a. cat;
b. thermoplastik; b. termoplastic;
c. reflectorization; c. coldplastic; atau
d. Prefabricated marking; d. prefabricated marking.
e. Cold applied resin based markings (2) Marka Jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus terbuat dari bahan yang tidak licin.
(3) Bahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
mampu memantulkan cahaya dan memenuhi
persyaratan teknis yang ditetapkan oleh Direktur
Jenderal.
KM 60 tahun 1993 tentang Marka Jalan RPM tentang Marka Jalan
Pasal 11 Pasal 31
Marka lambang berupa panah, segitiga, atau tulisan, (1) Marka Lambang sebagaimana dimaksud dalam
dipergunakan untuk mengulangi maksud rambu-rambu Pasal 13 huruf d berupa:
lalu lintas atau untuk memberitahu pemakai jalan yang a. panah;
tidak dinyatakan dengan rambu lalu lintas jalan.
b. gambar;
c. segitiga; dan
d. Tulisan.
(1) Marka Lambang sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dipergunakan untuk mengulangi maksud rambu-
rambu atau untuk memberitahu pengguna jalan yang
tidak dapat dinyatakan dengan rambu-rambu.
(2) Marka Lambang sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dapat ditempatkan secara sendiri atau dengan
rambu lalu lintas tertentu.
KM 60 tahun 1993 tentang Marka Jalan RPM tentang Marka Jalan
Pasal 14 Pasal 40
Marka untuk penyeberangan pejalan kaki dinyatakan (3) Marka untuk menyatakan tempat penyeberangan
dengan : pejalan kaki sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
a. zebra cross yaitu marka berupa garis-garis utuh yang huruf a berupa:
membujur tersusun melintang jalur lalu lintas; a. garis utuh yang membujur tersusun melintang jalur
b. marka berupa 2 (dua) garis utuh melintang jalur lalu lalu lintas (zebra cross) tanpa alat pemberi
lintas. isyarat lalu lintas untuk menyeberang (pelican
crossing); dan
b. dua garis utuh yang melintang jalur lalu lintas
dengan alat pemberi isyarat lalu lintas untuk
menyeberang (pelican crossing).
Pasal 15 Pasal 40
Untuk menyatakan tempat penyeberangan sepeda, (4) Marka untuk menyatakan tempat penyeberangan
dipergunakan 2 (dua) garis putus-putus berbentuk bujur pesepeda sebagimana dimaksud pada ayat (1)
sangkar atau belah ketupat. huruf b berupa 2 (dua) garis putus-putus berbentuk
bujur sangkar atau belah ketupat.
KM 60 tahun 1993 tentang Marka Jalan RPM tentang Marka Jalan
Pasal 13 Pasal 43
(1) Daerah tepi jalan dengan marka berupa garis (1) Marka larangan parkir atau berhenti di jalan
berbiku-biku berwarna kuning pada sisi jalur lalu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 huruf b
lintas sebagaimana dalam Lampiran I Gambar 1a, dinyatakan dengan garis berbiku-biku berwarna
menyatakan dilarang parkir pada jalan tersebut. kuning.
Pasal 30 Pasal 44
(1) Tanda garis melintang sebagai batas berhenti (1) Marka peringatan perlintasan sebidang antara jalan
kendaraan ditempatkan pada jarak sekurang- rel dan jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
kurangnya 4,50 meter dari jalan kereta api dan 39 huruf c dinyatakan dengan Marka Melintang
sebelum garis melintang diberi tanda peringatan berupa garis utuh sebagai batas berhenti kendaraan
berupa marka lambang dengan jarak 100 meter dan Marka Lambang berupa tanda silang dan
dilengkapi dengan tulisan “KA”. tulisan “KA”.
(2) Marka sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berwarna putih.
KM 60 tahun 1993 tentang Marka Jalan RPM tentang Marka Jalan
Pasal 34 Pasal 54
Pengaturan lalu lintas yang bersifat perintah dan/atau (1) Penyelenggaraan Marka Jalan sebagaimana
larangan sebagai hasil manajemen lalu lintas, ditetapkan dimaksud dalam Pasal 53 dilakukan oleh:
dengan: a. Menteri, untuk jalan nasional;
a. Keputusan Direktur Jenderal atau pejabat yang b. gubernur, untuk jalan provinsi;
ditunjuk untuk pengaturan lalu lintas pada jalan c. bupati, untuk jalan kabupaten dan jalan desa;
nasional dan jalan tol, kecuali jalan nasional yang dan
terletak di Ibu Kota Kabupaten Daerah Tingkat II
d. walikota, untuk jalan kota.
dan Kotamadya Daerah Tingkat II, serta diumumkan
dalam Berita Negara; (1) Penyelenggaraan Marka Jalan untuk jalan tol
dilakukan oleh penyelenggara jalan tol setelah
b. Peraturan Daerah Tingkat I, untuk pengaturan pada
mendapatkan penetapan Menteri.
jalan propinsi, kecuali jalan propinsi yang berada
dalam Ibu Kota Kabupaten Daerah Tingkat II dan
jalan propinsi yang berada dalam Kotamadya
Daerah Tingkat II serta diumumkan dalam Berita
Daerah;
c. Peraturan Daerah Tingkat II, untuk pengaturan lalu
lintas pada jalan kabupaten/kotamadya, jalan
nasional dan jalan propinsi, serta diumumkan dalam
Berita Daerah.
KM 60 tahun 1993 tentang Marka Jalan RPM tentang Marka Jalan
Pasal 39 Pasal 77
Penghapusan marka jalan harus diinformasikan kepada (1) Persyaratan penghapusan Marka Jalan ditentukan
pemakai jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 berdasarkan:
ayat (2). a. umur teknis;
b. kebijakan pengaturan lalu lintas; dan
c. keberadaan fisik marka.
(2) Umur teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a paling lama 2 (dua) tahun.
(3) Kebijakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b dilakukan apabila terjadi perubahan
pengaturan lalu lintas yang ditentukan oleh pejabat
yang berwenang.
(4) Keberadaan fisik Marka Jalan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi:
a. pelapisan ulang perkerasan jalan; dam
b. hilang.
(5) Penghapusan Marka Jalan dilakukan berdasarkan
penilaian kinerja oleh Pejabat sesuai dengan
kewenangannya.
(6) Tata cara penilaian kinerja sebagaimana dimaksud
pada ayat (5) ditetapkan oleh Direktur Jenderal.
Pasal 37
(1) Marka Kotak Kuning sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf e merupakan Marka Jalan
berbentuk segi empat dengan 2 (dua) garis diagonal berpotongan dan berwarna kuning yang
berfungsi untuk melarang kendaraan berhenti di suatu area.
(2) Marka Kotak Kuning sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memiliki panjang disesuaikan
dengan kondisi simpang atau kondisi lokasi akses jalan keluar masuk kendaraan menuju area
tertentu.
(3) Marka Kotak Kuning sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memiliki lebar paling sedikit 10
(sepuluh) sentimeter.
Pasal 39
Marka lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf f terdiri atas:
a. marka tempat penyeberangan;
b. marka larangan parkir atau berhenti di jalan;
c. marka peringatan perlintasan sebidang antara jalan rel dan jalan;
d. marka lajur sepeda, marka lajur khusus bus, marka lajur sepeda motor;
e. marka jalan keluar masuk lokasi pariwisata;
f. marka jalan keluar masuk pada lokasi gedung dan pusat kegiatan yang digunakan untuk jalur
evakuasi; dan
g. marka kewaspadaan dengan efek kejut.
Pasal 45
Marka lajur sepeda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 huruf d dinyatakan dengan Marka Lambang berupa
gambar sepeda berwarna putih dan/atau Marka Jalan berwarna hijau.
Pasal 46
Marka lajur khusus bus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 huruf d dinyatakan dengan Marka Lambang
berupa gambar bus berwarna putih dan/atau Marka Jalan berwarna merah.
Pasal 47
Marka lajur sepeda motor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 huruf d dinyatakan dengan Marka Lambang
berupa sepeda motor berwarna putih.
Pasal 49
(1) Marka jalan keluar masuk lokasi pariwisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 huruf e dinyatakan
dengan Marka Lambang berupa tulisan “KAWASAN WISATA” berwarna putih dan/atau Marka Jalan
berwarna coklat.
Pasal 50
(1) Marka jalan keluar masuk pada lokasi gedung dan pusat kegiatan yang digunakan untuk jalur evakuasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 huruf f dinyatakan dengan Marka Lambang berupa tulisan “JALUR
EVAKUASI“ berwarna putih dan/atau Marka Jalan berwarna coklat.
Pasal 51
(1) Marka kewaspadaan dengan efek kejut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 huruf g merupakan marka
profil yang berbentuk trapezoid dan dipasang membujur.
Marka Kotak Kuning Marka Lajur Sepeda Marka Lajur Khusus Bus

Marka Akses Lokasi Pariwisata Marka Kewaspadaan


dengan Efek Kejut
Pasal 76
(1) Pemeliharaan Marka Jalan dilakukan dengan cara:
a. berkala; dan
b. insindentil.
(2) Pemeliharaan berkala sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a adalah
mengganti Marka Jalan yang rusak dengan yang baru untuk dapat memberi jaminan
keamanan atau keselamatan bagi pengguna jalan.
(3) Pemeliharaan insidentil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:
a. melakukan pemantauan terhadap unjuk kerja Marka Jalan dan penggantian bila
tidak sesuai dengan fungsinya; dan
b. melakukan penentuan dan penetapan jenis dan jumlah Marka Jalan yang
memerlukan pemeliharaan dan perbaikan.
Pasal 78
(1) Pembuatan Marka Jalan dilakukan oleh badan usaha yang telah memenuhi
persyaratan:
a. spesifikasi teknis bahan;
b. bahan, perlengkapan dan peralatan produksi; dan
c. sumber daya manusia yang berkompenten di bidang perlengkapan jalan.
(2) Untuk memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
penilaian oleh Direktur Jenderal.
(3) Badan usaha yang telah memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) didaftar di Direktorat Jenderal sebagai badan usaha pembuat Marka Jalan.
(4) Tata cara penilaian dan pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat
(3) ditetapkan oleh Direktur Jenderal.
DELINEASI
(Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 3
tahun 1994 tentang Alat Pengendali dan
Pengaman Pemakai Jalan)
Definisi, Fungsi dan Penempatan

1. Delineator merupakan suatu unit konstuksi berbentuk pipa yang


memiliki reflektor (tanda yang dapat memantulkan cahaya).
2. Fungsi delineator adalah pengarah dan pemberi peringatan kepada
pengguna jalan (delineasi), terutama pada malam hari, tentang bahaya
yang berada pada sisi terluar delineator tersebut.
3. Delineator ditempatkan sekurang-kurangnya 60 cm diukur dari tepi
badan jalan dan lokasi pengulangan penempatan delineator
disesuaikan dengan hasil manajemen dan rekayasa lalu lintas.
4. Delineator dipasang dengan mengikuti ketentuan:
a. sisi reflektor berwarna merah dipasang di sebelah kiri sisi jalan
menghadap ke arah pengguna jalan; dan
b. sisi reflektor berwarna putih dipasang di sebelah kanan sisi jalan
menghadap ke arah pengguna jalan.
Desain Konstruksi (1)

1. Delineator berbahan pipa besi berdiameter 10 cm dengan ketebalan 2


mm dan panjang 110 cm.
2. Delineator berbahan pipa plastik memiliki penampang horizontal
berbentuk segitiga sama sisi dengan panjang sisi sebesar 15 cm dan
panjang 125 cm.
3. Delineator dicat dengan warna hitam dan warna kuning berselang-
seling dengan warna hitam pada ujung delineator paling atas.
4. Delineator memiliki reflektor berwarna merah dan berwarna putih
yang dipasang saling berlawanan.
Desain Konstruksi (2)
www.hubdat.web.id
www.dephub.go.id
E-mail : hubdat@hubdat.web.id
1c 1d 1k 1l 1q 1r 1u 1v

3b 3c 4a2 5a 5b 5c 5d 5e

5f 6b 6d 7a 7b 7c 11a 11b

11c
T T T
8 8 8

2b10 2b11 2b12 2b13 2d7 2d8 2d9 4f

7a
Tambun

6a1 6a2 6a3


8
POS
P
5a1 5a2 5a3 5a4 5b1 5b2 5c1 5f2

5g1 5g2 5h1 5h2 5h3 5h4 5h5 5h6

BERKALA EMISI
6b3 6b5 6b6 6b7 6c1 6d7 6e3 6f1
PROVINSI NASIONAL KABUPATEN KOTA

TAKSI AH8 999 999 999 999


6f2 5d2 5d3 10a 10b 10c 10d 10e
Merak
Cilegon Barat
Bakauheni AH1
Pantai Anyer
Bandar Lampung
Menandakan lokasi Menandakan nomor rute
pariwisata. tertentu.

Kota Bekasi
Bul ak Kapal
Rambu Petunjuk Pendahulu
Jurusan nomor 1a (bawah) Jakarta
dan 1b (atas) Kranji Bandung
Stasiun KA Bekasi Lewat Jalan Tol

Menandakan lokasi Menandakan rute


utilitas umum dan tertentu.
fasilitas sosial.

Anda mungkin juga menyukai