Kerangka Acuan Kerja yang diterima oleh Konsultan telah memadai dan mencakup
hal-hal yang diperlukan dalam melaksanakan pekerjaan untuk mencapai hasil yang
diharapkan. Unsur-unsur pokok telah tercantum di dalam Kerangka Acuan Kerja,
sehingga Konsultan dapat menyusun proposal yang akan digunakan sebagai
landasan dalam pelaksanaan tugas. Namun demikian Konsultan akan memberikan
tanggapan terhadap unsur-unsur yang ada di dalam Kerangka Acuan Kerja untuk
memperjelas pemahaman antara Konsultan dengan tim teknis, karena terdapat
beberapa hal yang perlu diklarifikasi dan diberi tanggapan. Hal ini dilakukan agar tim
teknis dapat secara utuh memberikan koreksi lebih lanjut atas tanggapan dan saran
yang kami sampaikan.
tersebut. Selain itu, perubahan tata guna lahan dan tata ruang dapat terjadi pada
daerah disekitar bandar udara. Dengan terbangunnya suatu bandar udara, maka
akan ada suatu wilayah yang disebut KKOP (Kawasan Keselamatan Operasi
Penerbangan), dimana pada lokasi tersebut pembatasan pembangunan seperti
pembangunan gedung-gedung bertingkat, menara komunikasi, rumah sakit, dan lain
sebagainya. Mengingat potensi dampak lingkungan yang timbul dari kegiatan ini,
maka sebagai upaya dalam melakukan pengendalian dampak lingkungan, baik pada
saat pra konstruksi, konstruksi, dan operasi bandar udara tersebut, diperlukan
perencanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan yang dapat
dipertanggungjawabkan dalam dokumen pengelolaan lingkungan (dokumen AMDAL
maupun UKL/UPL). Kantor Unit Penyelenggara Bandar Udara Pangsuma -
Putussibau telah mempunyai Izin Lingkungan dengan SK Gubernur Kalimantan
Barat Nomor : 967/BLHD/2015 tanggal 31 Desember 2015, dan sejak izin tersebut
ditetapkan Kantor Unit Penyelenggara Bandar Udara Pangsuma Putussibau belum
pernah melaporkan RKL-RPL sesuai ketentuan dalam izin Lingkungan.
A. Maksud kegiatan ini adalah untuk menyusun dan melaporkan Pelaksanaan RKL /
RPL sebagai kewajiban dalam Izin Lingkungan Pengembangan Bandar Udara
Pangsuma Putussibau.
B. Tujuan kegiatan ini adalah :
1. Melaksanakan Rencana Pengelolan Lingkungan Hidup (RKL) dengan upaya
kebijakan pengendalian dampak lingkungan berupa pencegahan, tindakan
penangulangan terhadap dampak negatif yang mungkin terjadi, upaya
pengembangan dampak positif dari pengembangan Bandar Udara Pangsuma
Putussibau;
2. Melaksanakan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) yakni pemantauan
kondisi lingkungan, sehinga apabila terjadi penurunan kualitas lingkungan akibat
pengembangan Bandar Udara yang terjadi pada tahap konstruksi, konstruksi dan
tahap operasional dapat terdeteksi awal sehingga tindakan pengelolan dapat
diatasi;
3. Melaksanakan pelaporan RKL / RPL kepada instansi yang tercantum dalam izin
lingkungan, sesuai Izin Lingkungan Kantor UPBU Pangsuma Putussibau dengan
SK Gubernur Kalimantan Barat Nomor : 948/BLHD/2015 tanggal 29 Desember
2015.
III. TANGGAPAN TERHADAP DASAR HUKUM
Konsultan memahami dasar hukum yang dijadikan acuan untuk penyusunan RKL-
RPL.
a. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan;
b. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Pengendalian dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup;
c. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 Tentang Izin Lingkungan;
d. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2012 Tentang Pembangunan dan
Pelestarian Lingkungan Hidup Bandar Udara;
e. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 69 Tahun 2013 Tentang Tatanan
Kebandarudaraan Nasional;
f. Keputusan Gubernur Kalimantan Barat Nomor : 967/BLHD/2015 tanggal 31
Desember 2015 tentang Izin lingkungan kegiatan pengembangan Bandar Udara
Pangsuma oleh Kantor Unit Penyelenggara Bandar Udara Pangsuma Putussibau
Kabupaten Kapuas Hulu Provinsi Kalimantan Barat.
posisinya pada kawasan timur Propinsi Kalimantan Barat sebelah Utara berbatasan
dengan Serawak (Malaysia Timur), sebelah Timur berbatasan dengan Propinsi
Kalimantan Timur dan Serawak, sebelah Selatan berbatasan dengan Propinsi
Kalimantan Tengah dan sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Sintang dan
Sebelah Utara berbatasan dengan Malaysia Timur/Serawak Kantor Unit
Penyelenggara Bandar Udara (UPBU) Kelas II Pangsuma - Putussibau terletak pada
Koordinat 00˚ 50’ 21” N dan 112º 56’ 03” E dengan Elevasi 137 feet dari permukaan
laut.
c. Pelaporan.
2. Tahap Operasional
Pada tahap operasional dampak lingkungan yang dikelola seperti:
a. Peningkatan peluang kerja;
b. Peningkatan pendapatan;
c. Keresahan social;
d. Peningkatan kebisingan;
e. Penurunan kualitas udara;
f. Penurunan kualitas air permukaan;
d. Dll.
c. Kualitas air.
6. PENYUSUNAN LAPORAN
Hasil akhir kegiatan iniadalah pelaporan Pelaksanaan RKL / RPL yang akan
disampaikan kepada instansi terkait sesuai dengan izin lingkungan yang telah
didapatkan,penyusunan harus sesuai dengan ketentuan Kementerian
Lingkungan Hidup.
2. Usulan Biaya
Usulan biaya berupa penjelasan secara rinci mengenai usulan biaya yang
diperlukan untuk pekerjaan studi serta syarat – syarat pembayaran wajib dibuat
oleh konsultan, yang mencakup :
a. Biaya Langsung Personil, meliputi Tenaga Ahli dan Tenaga Penunjang yang
besarnya ditentukan berdasarkan usulan kebutuhan Man Month dan Billing
Rate masing-masing jabatan personil yang diusulkan untuk pelaksanaan
pekerjaan;
b. Biaya Langsung Non-Personil, meliputi biaya transportasi, pekerjaan survei
lapangan, penyedia bahan terpakai, pelaporan dan lain-lain yang diperlukan
untuk pelaksanaan pekerjaan;
3. Tenaga Ahli
Tenaga Ahli yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan meliputi tenaga
profesional lulusan perguruan tinggi negeri atau perguruan tinggi swasta yang
telah terakreditasi, yang meliputi berbagai disiplin ilmu sebagai berikut :
a. Ketua Tim (1 orang) pendidikan minimal S-1 Teknik Lingkungan Kualifikasi
Ahli Madya dengan pengalaman dibidang AMDAL minimal 3 (tiga) tahun dan
memiliki sertifikat kompetensi penyusun dokumen AMDAL;
b. Ahli Sosekbud (1 orang) Pendidikan minimal S-1 Sosial Ekonomi dan
Budaya Kualifikasi Muda dengan pengalaman dibidang amdal minimal 2
(dua) tahun dan memiliki sertifikat kompetensi penyusun dokumen AMDAL;
c. Ahli Fisik – Kimia (1 orang) pendidikan minimal S-1 Teknik Fisika / Teknik
Kimia, Kualifikasi Ahli Muda dengan pengalaman di bidang AMDAL minimal
2 (dua) tahun dan memiliki sertifikat kompetensi penyusun dokumen
AMDAL;
4. Tenaga Penunjang
Operator Komputer (1 orang).
F. Metode Pelaksanaan Kegiatan
1. Metode Pelaksanaan Kegiatan/Program Kerja/Konsep Pelaksanaan
menggunakan E- Tender
2. Tahapan Pelaksanaan E- Tender
a. Kualifikasi Penyedia
1) Peserta harus memiliki Sertifikat Badan Usaha (SBU) yang dikeluarkan oleh
Instansi yang berwenang dan masih berlaku di Sub Bidang Jasa Konsultansi
Lingkungan (KL401) Kualifikasi Kecil. Memiliki Tanda Daftar Perusahaan
(TDP);
2) Memiliki Surat Izin Tempat Usaha (SITU) atau Surat Domisili Perusahaan
atau Izin Gangguan
3) Penyedia berbentuk Badan Usaha, memperoleh paling sedikit 1 (satu)
pekerjaan sebagai penyedia dalam kurun waktu 4 (empat) tahun terakhir,
baik dilingkungan pemerintah maupun swasta termasuk pengalaman sub
kontrak, kecuali bagi penyedia yang baru berdiri kurang dari 3 (tiga) tahun.
Personil yang disediakan oleh Peserta lelang harus memenuhi ketentuan
sebagaimana Surat Edaran Menter Pekerjaan Umum Nomor : 10/SE/M/201
tanggal 4 Desember 2012, Perihal : Pemberlakuan Sertifikat Badan Usaha
(SBU), Sertifikat Keahlian (SKA), dan Sertifikat Keterampilan (SKT) pada
Pelaksanaan Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Konsultasi serta
Kualifikasi.
Penyedia Jasa Konstruksi untuk Tahun Anggaran 2020, dibuktikan dengan :
1) Menyampaikan hasil pemindaian/scan sertifikat keahlian dan Ijazah;
2) Menyampaikan hasil scan/pemindaian salah satu bukti pengalaman kerja
berupa Surat Referensi dari Instansi/Unit Kerja/Lembaga Pemilik
Pekerjaan yang menyebutkan dengan jelas tempat dan nama pekerjaan
yang pernah dilakukan.
No Kegiatan Bulan ke
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Proses Lelang dan tandatangan
Kontrak
2 Persiapan
3 Kajian Dokumen Lingkungan
4 Pengamatan Lapangan
5 Sampling dan uji laboratorium
6 Analisa hasil sampling dan perumusan
pelaporan
7 Pelaporan RKL-RPL Semester I
8 Pelaporan RKL-RPL Semester II
H. PELAPORAN
J. KETENTUAN LAINNYA
1. Setiap anggota tim penyusunan Pelaporan RKL/ RPL Bandar Udara Pangsuma
Putussibau harus membuat Surat Pernyataan Sanggup melaksanakan studi
sampai disetujui di atas kertas bermaterai Rp. 6.000,- yang diketahui oleh
Pimpinan Perusahaan/Konsultan; apabila pemenang dalam pelaksanaan
pekerjaan tidak sesuai dengan surat pernyataan tersebut akan dikenakan
sanksi pemotongan sesuai surat perjanjian pemborongan yang telah disetujui
bersama.;
2. Tim Studi Penyusunan (Konsultan) baru dapat dianggap telah menyelesaikan
Kegiatan apabila Pelaporan hasil Pelaksanaan RKL / RPL telah disampaikan
dan diterima olehinstansi berwenang dan kepada Direktorat Jenderal
Perhubungan Udara;
3. Ketentuan - ketentuan lain yang belum tercakup dalam ketentuan ini, apabila
diperlukan akan diberikan kepada konsultan sebagai pelengkap/tambahan.
2.2.1. Metodologi
Data yang akan digunakan dalam studi ini terdiri dari 2 (dua) jenis data, yaitu data
primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan cara sigi dan pengukuran
langsung di lapangan kemudian dianalisis di laboratorium. Data sekunder diperoleh
dari berbagai laporan hasil penelitian yang berkaitan dengan masalah Pembangunan
serta laporan berkala dari beberapa instansi yang ada di daerah studi.
a. Peluang Kerja
1. Pengumpulan Data
2. Analisis data
LO=1;
Kegiatan berdampak cukup bilamana LO bernilai antara 0 sampai dengan
kurang
dari 1 dan antara lebih dari 1 sampai 2; dan
Kegiatan kurang berdampak bilamana LO lebih dari 2.
3. Lokasi
b. Keresahan Sosial
1. Pengumpulan data
Dalam rangka menjawab ada tidaknya keresahan sosial, maka perlu dilakukan
upaya pengumpulan data dan informasi yang dapat menunjang adanya dampak
tersebut.
Metode atau teknik pengumpulan data, dilakukan dengan teknik wawancara dan
berpanduan pada kuesioner. Kuesioner ini ditanyakan kepada masyarakat sekitar,
yang diprakirakan akan terkena dampak dari adanya kegiatan ini.
N
N=
N . d 2 +1
Dimana :
N = Jumlah Populasi [KK] yang diteliti
d = Tingkat kesalahan [berkisar 5% - 10%]
d² = 0.1 x 0.1 = 0.01
n = Jumlah Responden
2. Analisis data
%Urs = P ¿ ¿ x 100%
Dimana :
3. Lokasi
c. Peningkatan Pendapatan
1. Pengumpulan data
IO 0
IR =
IO1
Dimana :
3. Lokasi
Transportasi yang akan dikaji terdiri dari transportasi jalan. Adapun kajian tersebut
adalah sebagai berikut:
b. Survei geometrik
Metoda survei yang dilakukan adalah dengan cara manual (menggunakan
meteran). Geometrik ruas-ruas yang diukur adalah ruas jalan. Survei geometrik ini
tidak dipengaruhi oleh waktu survei.
Analisis data dan informasi mengenai lalu lintas jalan dilakukan secara kuantitatif
dan kualitatif. Analisa secara kuantitatif dilakukan untuk lalu-lintas jalan akan
menggunakan metoda IHCM (Indonesian Highway Capacity Manual), dengan
parameter lalu-lintas jalan yang akan dinilai:
b. Survey Geometrik
Metoda survei yang dilakukan adalah dengan menggunakan walking measure
yang digunakan untuk pengukuran jalan secara akurat. Geometrik ruas-ruas
yang diukur adalah ruas jalan.
Jalan akses yang dipakai untuk kegiatan mobilisasi alat dan bahan kemudian
diklasifikasikan berdasarkan kelas jalan nya. Untuk mengetahui prakiraan dampak
yang akan terjadi terhadap kondisi jalan di masa mendatang akibat kegiatan
mobilisasi alat dan material, maka dilakukan perhitungan prediksi sisa umur
perkerasan berdasarkan data Road Condition Index (RCI) dan International
Roughness Index (IRI).
Np
[
RL = 100 1−
N2 ]
Np = Kumulatif ESAL pada tahun ke-n
. 4. Lokasi studi
Flora diambil cuplikan sampel pada masing-masing tipe Penggunaan lahan yang
akan dikaji dari nilai ekonomis khususnya Tanaman budidaya. Survey lapangan
akan dilakukan dengan metoda Board Survey.
1. Pengumpulan Data
2. Analisis Data
Fauna Terestrial
1. Pengumpulan Data
Selain itu, untuk mendapatkan data mengenai jenis-jenis fauna yang ada di
daerah penelitian, tetapi tidak ditemukan pada saat survey, dilakukan
wawancara terhadap penduduk yang mengetahui keadaan fauna di daerah
tapak proyek dan sekitarnya.
2. Analisis Data
Untuk mengetahui jenis fauna yang langka dan bernilai ekonomi dilakukan
dengan studi literatur dan mewawancarai penduduk setempat.
3. Lokasi
g. Peningkatan Kebisingan
1. Pengumpulan data Sekunder dan Sampling
Daerah pengaruh dampak dan satu titik acuan kondisi lingkungan yang
dianggap belum tercemar.
Lokasi rencana kegiatan.
Aspek meteorologis, arah dan kecepatan angin dominan.
Topografis, untuk melihat massa dan sifat-sifat materi berdasarkan
level ketinggian.
Letak kawasan pemukiman penduduk dan keadaan vegetasi setempat.
Berdasarkan pada kriteria-kriteria tersebut di atas, maka ditentukan beberapa
titik pengukuran dan pengambilan contoh kebisingan di daerah rencana kegiatan
dan daerah sekitarnya.
Data hidrologi diantaranya meliputi debit minimal, maksimal, debit rata-rata, debit
banjir, intensitas hujan harian (mm/jam). Data hidrologi diperoleh dari hasil
pengumpulan data sekunder dari dinas terkait antara lain Dinas Pengairan dan
dari laporan Feasibility Study.
2. Analisis Data
Penentuan volume air larian dilakukan dengan menggunakan fungsi dari nilai
koefisien air larian, intensitas hujan dan luas lahan untuk kegiatan (Chow, 1988),
dengan formula sebagai berikut:
Q = C.I.A
Dimana:
Q = Volume air larian (m3/detik)
C = Koefisien air larian
I = lntensitas hujan-harian (mm/hari hujan)
A = Luas lahan proyek (m2)
Perubahan koefisien air larian ini terjadi karena berubahnya kondisi tanah
permukaan yang mulanya ditutupi vegetasi menjadi tanah terbuka sehingga
memperkecil resapan air hujan ke dalam tanah dan memperbesar mengalirnya air
hujan di permukaan. Perubahan koefisien air larian ini memberikan kontribusi
terhadap debit air dan sedimen pada sungai.
Sumber :
- PP RI Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara
- Kepmen LH 50 Tahun 1996 tentang Baku Tingkat Kebauan
- Kep Men LH 48 tahun 1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan
Daerah pengaruh dampak dan satu titik acuan kondisi lingkungan yang
dianggap belum tercemar.
Lokasi rencana kegiatan.
Aspek meteorologis, arah dan kecepatan angin dominan.
Topografis, untuk melihat massa dan sifat-sifat materi berdasarkan
level ketinggian.
Letak kawasan pemukiman penduduk dan keadaan vegetasi setempat.
Berdasarkan pada kriteria-kriteria tersebut di atas, maka ditentukan beberapa
titik pengukuran dan pengambilan contoh kualitas udara serta kebisingan di
daerah rencana kegiatan dan daerah sekitarnya.
Hasil analisis kualitas udara kemudian dibandingkan dengan baku mutu udara
ambien, berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 41 Tahun 1999 tentang
Pengendalian Pencemaran Udara. Baku mutu udara ambien disajikan pada
Tabel 6.
Keterangan :
*) Peraturan Pemerintah No 41 Tahun 1999
**) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. Kep-50/MENLH/11/1996
***) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. Kep-48/MENLH/11/1996
1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data meliputi debit air dan kualitas air Sungai di sekitar lokasi studi.
Data hidrologi yang dikumpulkan yaitu debit minimal, maksimal, debit rata-rata,
debit banjir, sedimentasi dan erosi. Data hidrologi diperoleh dari hasil
pengumpulan data sekunder dari dinas terkait antara lain Dinas Pengairan dan
dari laporan Feasibility Study.
Pengambilan contoh air sungai dilakukan di tengah sungai sebanyak 2 liter dan di
analisis di laboratorium. Sampel air ditambah pengawet yang sesuai dengan
parameter yang akan dianalisis agar tidak mengalami perubahan sampai saat
dianalisis. Beberapa parameter diukur langsung dilapangan yaitu : temperatur, pH
dan oksigen terlarut.
2. Analisis Data
Pemeriksaan kualitas air permukaan dilakukan dengan pengumpulan data primer.
Pengumpulan data primer kualitas air dilakukan dengan pengambilan sampel
kualitas badan air dan air limbah di lokasi studi dan selanjutnya data akan
dianalisis di laboratorium. Pemilihan parameter kualitas air sungai didasarkan
pada pertimbangan
Beberapa parameter yang cepat berubah karena waktu akan diukur di lapangan
(in-situ), sedangkan parameter lainnya diperiksa di laboratorium. Parameter
kualitas air sungai yang akan diperiksa, serta alat dan metode analisisnya
disajikan pada tabel dibawah ini.
Tabel 7. Parameter, Alat dan Metode Analisis untuk Kualitas Air Sungai.
No Uni
Parameter Metode Analisis Pedoman
. t
Fisika
1. TSS mg/l Gravimetri SNI 06-6989.3-2004
2. TDS mg/l Gravimetri SNI.06.6989.27-2005
Kimiawi
1. pH - Elektrometri SNI 6989.57-2008
2. DO mg/l DO Meter SNI 06-6989. 14-2004
Inkubasi pada T 20 0C,
3. BOD5 mg/l SNI 6989.72-2009
5 hari
4. COD mg/l Refluks secara tertutup SNI 6989.73-2009
Analisis penurunan kualitas air permukaan ditentukan dari konsentrasi air limbah
yang masuk ke badan air yang digunakan sebagai data penunjang bagi
perhitungan penurunan kualitas air permukaan yang ditimbulkan dari kegiatan
operasional HI Mall. Untuk menentukan perhitungan kualitas air permukaan
menggunakan rumus sebagai berikut:
Ql × Ll +Q s × Ls
Lc =
Ql +Qs
dimana :
Qs = Debit badan air, m3/det
Ql = Debit air limbah, m3/det
Ls = Konsentrasi sungai mg/L
Ll = Konsentrasi air limbah mg/L
Lc = Konsentrasi campuran mg/L
Untuk menilai data kualitas air di wilayah studi, maka nilai parameter dari hasil
pemeriksaan laboratorium dibandingkan dengan baku mutu kelas III berdasarkan
PP No. 82 Tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian
pencemaran air. Parameter kualitas air yang diukur tertera pada Tabel 8.
Biota air yang diteliti adalah plankton baik phytoplankton maupun zooplankton,
benthos, dan ikan.
Contoh air sebanyak 50 liter disaring melalui plankton-net No. 25. Contoh
suspensi plankton kemudian diberi bahan pengawet plankton dengan
menggunakan pipet, sehingga diperhitungkan kadar larutan pengawet (alkohol) di
dalam botol contoh plankton menjadi 4%. Memberi label pada masing-masing
botol plankton yang berisi tentang lokasi pengambilan contoh, banyaknya air yang
disaring dan tanggal pengambilan contoh, sedangkan benthos diambil dengan
menggunakan Surber nett. Sementara data makro flora diperoleh dengan
melakukan pengamatan pada perairan di sekitar lokasi studi.
2. Analisis Data
Plankton
Hasil analisis secara mikroskopik ditabulasi untuk menentukan indeks
keanekaan plankton dengan menggunakan rumus Simpson (Odum, 1971):
2
ni
I =1−∑ ( ) N
Dimana:
I : Indeks keanekaan plankton menurut Simpson
ni : Jumlah individu suatu jenis
N : Jumlah individu seluruh jenis
Benthos
Keanekaan jenis benthos ditentukan dengan menggunakan rumus Shannon
Wiener (Odum, 1971) yaitu:
1
ni ni
H ' =−∑
i
[ N
ln
N ]
Dimana:
H’ : lndeks KeanekaanShannon Wiener
ni : Jumlah individu jenis benthos
N : Jumlah individu seluruh jenis
Untuk mengetahui tingkat pencemaran atau gangguan terhadap perairan
berdasarkan kondisi plankton dan benthos digunakan kriteria indeks keanekaan
(Tabel 11).
3. Lokasi
2. Uji Pelaksanaan
1. Periode Pemantauan dilakukan sesuai dengan ketentuan yang tercantum
dalam dokumen RKL-RPL.
2. Metode pelaksanaan pemantauan dapat dilakukan dengan membuat metode
ceklis.
Metode ceklis yang dilakukan berupa metode observasi beserta pencatatan yang
mampu memberikan keterangan mengenai pengelolaan yang sudah dilaksanakan
sesuai dengan dokumen RKL-RPL. Tujuan dari metode ceklis adalah untuk
melihat persentase ketercapaian pengelolaan dari setiap dampak yang ada.
3. Uji Efisiensi
Uji efisiensi ditentukan dari ketercapaian suatu pengelolaan dilihat dari hasil
pemantauan setiap dampak yang telah dikelola untuk selanjutnya dibandingkan
dengan Standar baku mutu yang diatur baik undang-undang maupun peraturan
lain yang berlaku.
Pengelolaan yang tidak efektif ditunjukkan dengan hasil pengelolaan yang sudah
memenuhi baku mutu. Untuk pengelolaan yang tidak efektif maka perlu
peninjauan kembali terkait metode pelaksanaan pengelolaan yang telah
dilakukan. Sedangkan untuk pengelolaan yang sudah efektif perlu
mengoptimalkan metode pengelolaan agar dampak dapat terkelola dengan baik.