Anda di halaman 1dari 33

B BAB

PENDEKATAN DAN METODOLOGI

TANGGAPAN DAN SARAN TERHADAP KAK

Kerangka Acuan Kerja yang diterima oleh Konsultan telah memadai dan mencakup
hal-hal yang diperlukan dalam melaksanakan pekerjaan untuk mencapai hasil yang
diharapkan. Unsur-unsur pokok telah tercantum di dalam Kerangka Acuan Kerja,
sehingga Konsultan dapat menyusun proposal yang akan digunakan sebagai
landasan dalam pelaksanaan tugas. Namun demikian Konsultan akan memberikan
tanggapan terhadap unsur-unsur yang ada di dalam Kerangka Acuan Kerja untuk
memperjelas pemahaman antara Konsultan dengan tim teknis, karena terdapat
beberapa hal yang perlu diklarifikasi dan diberi tanggapan. Hal ini dilakukan agar tim
teknis dapat secara utuh memberikan koreksi lebih lanjut atas tanggapan dan saran
yang kami sampaikan.

I. TANGGAPAN TERHADAP LATAR BELAKANG


Penyajian Latar Belakang Penyusunan Dokumen RKL-RPL Bandar Udara
Pangsuma Putussibau pada KAK sudah cukup jelas dan dipahami oleh konsultan.

Transportasi udara merupakan moda transportasi yang cepat dan efisien.


Kelancaran kegiatan transportasi tersebut didukung oleh ketersediaan bandar udara
yang baik. Bandar udara merupakan lapangan terbang yang dipergunakan untuk
mendarat dan lepas landas pesawat udara, naik turun penumpang, dan bongkar
muat kargo, serta dilengkapi dengan fasilitas keselamatan penerbangan. Secara
umum, dampak yang paling signifikan dalam pembangunan dan pengoperasian
bandar udara adalah perubahan tata guna lahan dan peningkatan kebisingan.
Frekuensi kebisingan yang ditimbulkan akan semakin meningkat dengan semakin
padatnya arus lalu lintas penerbangan pada lokasi

tersebut. Selain itu, perubahan tata guna lahan dan tata ruang dapat terjadi pada
daerah disekitar bandar udara. Dengan terbangunnya suatu bandar udara, maka
akan ada suatu wilayah yang disebut KKOP (Kawasan Keselamatan Operasi
Penerbangan), dimana pada lokasi tersebut pembatasan pembangunan seperti
pembangunan gedung-gedung bertingkat, menara komunikasi, rumah sakit, dan lain
sebagainya. Mengingat potensi dampak lingkungan yang timbul dari kegiatan ini,
maka sebagai upaya dalam melakukan pengendalian dampak lingkungan, baik pada
saat pra konstruksi, konstruksi, dan operasi bandar udara tersebut, diperlukan
perencanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan yang dapat
dipertanggungjawabkan dalam dokumen pengelolaan lingkungan (dokumen AMDAL
maupun UKL/UPL). Kantor Unit Penyelenggara Bandar Udara Pangsuma -
Putussibau telah mempunyai Izin Lingkungan dengan SK Gubernur Kalimantan
Barat Nomor : 967/BLHD/2015 tanggal 31 Desember 2015, dan sejak izin tersebut
ditetapkan Kantor Unit Penyelenggara Bandar Udara Pangsuma Putussibau belum
pernah melaporkan RKL-RPL sesuai ketentuan dalam izin Lingkungan.

II. TANGGAPAN TERHADAP TUJUAN DAN SASARAN


Penyajian Tujuan dan Sasaran pada KAK sudah cukup jelas dan dipahami oleh
konsultan.

A. Maksud kegiatan ini adalah untuk menyusun dan melaporkan Pelaksanaan RKL /
RPL sebagai kewajiban dalam Izin Lingkungan Pengembangan Bandar Udara
Pangsuma Putussibau.
B. Tujuan kegiatan ini adalah :
1. Melaksanakan Rencana Pengelolan Lingkungan Hidup (RKL) dengan upaya
kebijakan pengendalian dampak lingkungan berupa pencegahan, tindakan
penangulangan terhadap dampak negatif yang mungkin terjadi, upaya
pengembangan dampak positif dari pengembangan Bandar Udara Pangsuma
Putussibau;
2. Melaksanakan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) yakni pemantauan
kondisi lingkungan, sehinga apabila terjadi penurunan kualitas lingkungan akibat
pengembangan Bandar Udara yang terjadi pada tahap konstruksi, konstruksi dan
tahap operasional dapat terdeteksi awal sehingga tindakan pengelolan dapat
diatasi;
3. Melaksanakan pelaporan RKL / RPL kepada instansi yang tercantum dalam izin
lingkungan, sesuai Izin Lingkungan Kantor UPBU Pangsuma Putussibau dengan
SK Gubernur Kalimantan Barat Nomor : 948/BLHD/2015 tanggal 29 Desember
2015.
III. TANGGAPAN TERHADAP DASAR HUKUM
Konsultan memahami dasar hukum yang dijadikan acuan untuk penyusunan RKL-
RPL.
a. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan;
b. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Pengendalian dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup;
c. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 Tentang Izin Lingkungan;
d. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2012 Tentang Pembangunan dan
Pelestarian Lingkungan Hidup Bandar Udara;
e. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 69 Tahun 2013 Tentang Tatanan
Kebandarudaraan Nasional;
f. Keputusan Gubernur Kalimantan Barat Nomor : 967/BLHD/2015 tanggal 31
Desember 2015 tentang Izin lingkungan kegiatan pengembangan Bandar Udara
Pangsuma oleh Kantor Unit Penyelenggara Bandar Udara Pangsuma Putussibau
Kabupaten Kapuas Hulu Provinsi Kalimantan Barat.

IV. TANGGAPAN TERHADAP GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI/PEKERJAAN


Penyajian Lokasi Kegiatan Penyusunan Dokumen RKL-RPL Bandar Udara
Pangsuma Putussibau pada KAK sudah cukup jelas dan dipahami oleh konsultan.
Ketersediaan prasarana dan sarana transportasi merupakan suatu persyaratan
utama dalam mendukung pengembangan wilayah suatu daerah, terutama bagi
daerah yang mempunyai potensi sumber daya yang besar namun kurang didukung
oleh sarana dan prasarana transportasi yang memadai. Transportasi udara
merupakan sarana penting dalam pencapaian ke berbagai lokasi, terutama wilayah
terpencil yang sulit dicapai dengan jalur darat dan laut.

Keberadaan Bandar Udara diperlukan untuk membuka daerah terisolasi- tertinggal


(sesuai KEPPRES No. 7 Tahun 2004 dan KEPMEN Percepatan Daerah Tertinggal
No. 001/KEP/M-PDT/II/2005). Bandar udara sebagai prasarana penyelenggaraan
penerbangan dalam menunjang aktifitas suatu wilayah perlu ditata secara terpadu
guna mewujudkan penyediaan kebandarudaraan secara nasional yang andal dan
berkemampuan tinggi, maka dalam proses penyusunan penataan bandar udara
tetap perlu memperhatikan tata ruang, pertumbuhan ekonomi, kelestarian
lingkungan, keamanan dan keselamatan penerbangan secara nasional. Hal ini
sesuai sebagaimana yang diatur dalam UU No, 26 Tahun 2007 Tentang Penataan
Ruang, UU No. 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan, Peraturan Pemerintah Nomor
70 Tahun 2001 Tentang Kebandarudaraan serta KM Menteri Perhubungan No. KM
83 Tahun 1998 Tentang Pedoman Proses Perencanaan di Lingkungan Kementerian
Perhubungan.

Kantor Unit Penyelenggara Bandar Udara (UPBU) Kelas II Pangsuma - Putussibau


terletak pada Kabupaten Kapuas Hulu Propinsi Kalimantan Barat secara geografis

posisinya pada kawasan timur Propinsi Kalimantan Barat sebelah Utara berbatasan
dengan Serawak (Malaysia Timur), sebelah Timur berbatasan dengan Propinsi
Kalimantan Timur dan Serawak, sebelah Selatan berbatasan dengan Propinsi
Kalimantan Tengah dan sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Sintang dan
Sebelah Utara berbatasan dengan Malaysia Timur/Serawak Kantor Unit
Penyelenggara Bandar Udara (UPBU) Kelas II Pangsuma - Putussibau terletak pada
Koordinat 00˚ 50’ 21” N dan 112º 56’ 03” E dengan Elevasi 137 feet dari permukaan
laut.

Kondisi eksisting Bandar Udara Pangsuma Putussibau saat ini melayani


penerbangan dari dan ke Pontianak dengan jumlah pergerakan pesawat rata-rata 4
kali pergerakan dalam sehari. Pesawat yang dilayani adalah jenis ATR 72 ( NAM Air
dan Wings Air).

V. TANGGAPAN TERHADAP LINGKUP PEKERJAAN


Penyajian Lingkup Kegiatan, data dan Fasilitas penunjang Data Dasar Penyusunan
Dokumen RKL-RPL Bandar Udara Pangsuma Putussibau pada KAK sudah cukup
jelas dan dipahami oleh konsultan.

A. PELAKSANAAN DAN PELAPORAN RKL


Ruang Lingkup pengelolaan lingkungan yang telah dilaksanakan terhadap semua
komponen kegiatan yang menimbulkan dampak negatif ataupun positif pada
tahap kontruksi dan tahap operasional Bandar Pangsuma Putussibau, dengan
mekanisme pengelolaan dan pelaporan yang tercantum dalam dokumen RKL/
RPL yang telah disyahkan, :
1. Dampak lingkungan yang dikelola;
2. Sumber dampak;
3. Indikator keberhasilan pengelolaan lingkungan;
4. Lokasi pengelolaan lingkungan;
5. Periode pengelolaan;
6. Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup
a. Pelaksana pengelolaan;
b. Pengawas;

c. Pelaporan.

Pelaksanaan dan Pelaporan RKL/RPL sebagaimana dalam izin lingkungan yang


telah didapatkan terhadap dampak lingkungan yang dikelola pada tahap
pengembangan Bandar Udara Pangsuma Putussibau :
1. Tahap Konstruksi
Pada tahap konstruksi dampak lingkungan yang dikelola seperti:
a. Peningkatan peluang kerja;
b. Peningkatan pendapatan;
c. Keresahan social;
d. Bangkitan lalu lintas;
e. Kerusakan jalan;
f. Gangguan flora dan fauna;
g. Peningkatan kebisingan;
h. Penigkatan air larian;

i. Peningkatan kuantitas air

2. Tahap Operasional
Pada tahap operasional dampak lingkungan yang dikelola seperti:
a. Peningkatan peluang kerja;
b. Peningkatan pendapatan;
c. Keresahan social;
d. Peningkatan kebisingan;
e. Penurunan kualitas udara;
f. Penurunan kualitas air permukaan;

g. Gangguan biota air.

B. PELAKSANAAN DAN PELAPORAN RKL-RPL


Sesuai dengan ketetapan dalam Izin Lingkungan Nomor : 948/BLHD/2015 tanggal
29 Desember 2015 bahwa pelaksanaan dan pelaporan RKL-RPL adalah 6 (enam)
bulan sekali atau dalam 1 tahun dilaksanakan 2 kali (semester I dan semester II).
Untuk pelaksanaan Penyusunan Laporan RKL-RPL ini dimaksudkan untuk
pelaporan pada Semester Ke I dan II Tahun 2020.

C. STRATEGI PENCAPAIAN KELUARAN


Metode pengumpulan dan análisis data harus relevan dengan metode
pengumpulan dan analisis data untuk mengkaji rona lingkungan hidup untuk
setiap dampak penting, yaitu :
1. Cantumkan secara jelas metode yang digunakan dalam proses pengumpulan
data berikut dengan jenis peralatan, instrumen dan tingkat ketelitian alat yang
digunakan dalam pengumpulan data. Metode pengumpulan data yang
digunakan harus sesuai dengan Standar Nasional Indonesia, sesuai peraturan
per Undang-Undang yang berlaku atau metode-metode ilmiah yang berlaku
secara nasional dan internasional.

2. Uraikan metode yang digunakan untuk menganalisa data hasil pengukuran.


Cantumkan jenis peralatan, instrumen, dan rumus yang digunakan dalam
proses análisis data. Khusus untuk análisis data primer yang memerlukan
pengujian di laboratorium, maka harus dilakukan di laboratorium yang
terakreditasi dan/atau teregistrasi.

D. URAIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN


1. PEKERJAAN PERSIAPAN
Pekerjaan persiapan harus dilakukan oleh konsultan sebelum memulai
pelaksanaan pekerjaan, meliputi langkah - langkah yang akan dilakukan
berupa penyusunan rencana kerja yang mencakup :
a. Penjelasan maksud dan tujuan pekerjaan secara rinci dan mendetail;
b. Metodologi pelaksanaan pekerjaan;
c. Membuat program kerja yang berisi Uraian Kegiatan Pekerjaan, Jadwal
Pelaksanaan Pekerjaan (Time Schedule), Susunan Tenaga Ahli yang akan
dilibatkan dalam pelaksanaan pekerjanaan, Struktur Organisasi Pelaksana
Pekerjaan, Perlengkapan / Peralatan yang akan dipergunakan untuk
pelaksanaan pekerjaan;
d. Pengumpulan data dan informasi sekunder (Studi Kepustakaan / Literatur);
e. Menyiapkan data, kuesioner dan format (form) yang diperlukan untuk
pengumpulan data di lokasi / di lapangan.
2. KAJIAN DOKUMEN LINGKUNGAN

Inventarisasi penanganan permasalahan kuantitatif dan kualitatif yaitu


inventarisasi penanganan permasalahan dengan data yang diperoleh melalui
studi kepustakaan / literatur (data sekunder) dan melalui survei lapangan (data
primer) berdasarkan hasil koordinasi dengan penyelenggara bandar udara.

3. PENINJAUAN DAN PENGAMATAN LAPANGAN


Peninjauan dan pengamatan lapangan merupakan kegiatan pengumpulan data
di lapangan, untuk mendapatkan data yang terkait dengan proses penyusunan
dokumen RKL / RPL. Peninjauan dan pengamatan lapangan dilaksanakan di
wilayah studi hasil pelingkupan yang berpotensi terkena dampak. Hal ini bisa
dilakukan dengan melaksanakan kuesioner kepada penduduk yang diprediksi
terkena dampak.
Adapun peninjauan dan pengamatan lapangan yang dilakukan antara lain:
a. Trafik / lalu lintas kendaraan;
b. Timbulan sampah;
c. Kegiatan sosekbud dan kesmas;

d. Dll.

4. PENGAMBILAN SAMPLE DAN UJI LABORATORIUM


Pengambilan sampel dan uji laboratorium merupakan kegiatan pengambilan
data primer yang selanjutnya dilakukan uji laboratorium untuk mengetahui
kualitas lingkungan pada saatpelaksanaan kegiatan pengembangan.
Pengambilan sample dilakukan di lokasi-lokasi yang telah ditetapkan dalam
dokumen RKL / RPL Pengembangan Bandara Pangsuma Putussibau.
Adapun pengambilan sample dan uji laboratorium yang dilakukan antara lain:
a. Kualitas udara;
b. Kebisingan;

c. Kualitas air.

5. KAJIAN TERHADAP TINJAUAN LAPANGAN SERTA UJI LABORATORIUM


Setelah didapatkan data hasil tinjauan lapangan dan hasil uji laboratorium
kualitas lingkungan. Maka data-data tersebut harus dikaji untuk mengetahui
rona lingkungan setelah adanya proyek. Berdasar hasil kajian tersebut ini
merupakan dasar untuk menyusun tindakan pengelolaan dan pemantauan
yang diperlukan.

6. PENYUSUNAN LAPORAN

Hasil akhir kegiatan iniadalah pelaporan Pelaksanaan RKL / RPL yang akan
disampaikan kepada instansi terkait sesuai dengan izin lingkungan yang telah
didapatkan,penyusunan harus sesuai dengan ketentuan Kementerian
Lingkungan Hidup.

E. KETENTUAN PELAKSANAAN PEKERJAAN PERSYARATAN UMUM


1. Usulan Teknis
Usulan teknis wajib dibuat oleh konsultan untuk menjelaskan pandangan dan
rencana pelaksanaan pekerjaan secara rinci dan jelas serta mudah dimengerti,
yang isinya mencakup hal – hal sebagai berikut :
a. Tanggapan dan saran mengenai lingkup pekerjaan konsultan sesuai
Kerangka Acuan Kerja (Terms of Reference);
b. Pendekatan teknis dan metodologi yang akan diterapkan dalam
pelaksanaan pekerjaan;
c. Rencana kerja dan susunan organisasi pelaksanaan serta jadwal
pelaksanaan pekerjaan yang akan dilakukan oleh konsultan;
d. Daftar personalia dan rencana penugasan untuk kegiatan di kantor maupun
di lapangan serta prakiraan kebutuhan “Man Month“ yang disajikan dalam
bentuk “diagram“ atau “barchart“;
e. Perencanaan tugas masing – masing personil dalam pelaksanaan
pekerjaan;
f. Daftar riwayat hidup personil yang diusulkan dengan mencantumkan nama,
tempat dan tanggal lahir, pendidikan terakhir disertai lampiran foto copy
ijazah, pengalaman kerja, jabatan dalam perusahaan dan ditandatangani
yang bersangkutan serta diketahui oleh pimpinan perusahaan;
g. Surat pernyataan bersedia ditugaskan sebagai tenaga ahli untuk pekerjaan
Penyusunan Dokumen RKL / RPL Bandar Udara Pangsuma – Putussibau
dan sanggup melaksanakan tugas yang diberikan sampai dengan pekerjaan
dimaksud selesai, yang dibuat diatas kop surat bermaterai cukup (Rp.
6.000,-) diberi tanggal dan ditandatangani oleh yang bersangkutan serta
distempel perusahaan;
h. Daftar peralatan yang dipergunakan dalam pelaksanaan pekerjaan dan
status kepemilikannya;
i. Daftar pengalaman perusahaan dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir,
dengan mencantumkan nama pekerjaan, lokasi pekerjaan, nilai kontrak,
lingkup pekerjaan, pemberi tugas dan waktu pelaksanaan pekerjaan;
j. Daftar pekerjaan yang sedang dan akan dilaksanakan dengan
mencantumkan perincian sebagaimana dimaksud dalam butir 9);

k. Usulan pelaksanaan pekerjaan lapangan.

2. Usulan Biaya
Usulan biaya berupa penjelasan secara rinci mengenai usulan biaya yang
diperlukan untuk pekerjaan studi serta syarat – syarat pembayaran wajib dibuat
oleh konsultan, yang mencakup :
a. Biaya Langsung Personil, meliputi Tenaga Ahli dan Tenaga Penunjang yang
besarnya ditentukan berdasarkan usulan kebutuhan Man Month dan Billing
Rate masing-masing jabatan personil yang diusulkan untuk pelaksanaan
pekerjaan;
b. Biaya Langsung Non-Personil, meliputi biaya transportasi, pekerjaan survei
lapangan, penyedia bahan terpakai, pelaporan dan lain-lain yang diperlukan
untuk pelaksanaan pekerjaan;

c. Total biaya pelaksanaan pekerjaan termasuk pajak.

3. Tenaga Ahli
Tenaga Ahli yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan meliputi tenaga
profesional lulusan perguruan tinggi negeri atau perguruan tinggi swasta yang
telah terakreditasi, yang meliputi berbagai disiplin ilmu sebagai berikut :
a. Ketua Tim (1 orang) pendidikan minimal S-1 Teknik Lingkungan Kualifikasi
Ahli Madya dengan pengalaman dibidang AMDAL minimal 3 (tiga) tahun dan
memiliki sertifikat kompetensi penyusun dokumen AMDAL;
b. Ahli Sosekbud (1 orang) Pendidikan minimal S-1 Sosial Ekonomi dan
Budaya Kualifikasi Muda dengan pengalaman dibidang amdal minimal 2
(dua) tahun dan memiliki sertifikat kompetensi penyusun dokumen AMDAL;

c. Ahli Fisik – Kimia (1 orang) pendidikan minimal S-1 Teknik Fisika / Teknik
Kimia, Kualifikasi Ahli Muda dengan pengalaman di bidang AMDAL minimal
2 (dua) tahun dan memiliki sertifikat kompetensi penyusun dokumen
AMDAL;

4. Tenaga Penunjang
Operator Komputer (1 orang).
F. Metode Pelaksanaan Kegiatan
1. Metode Pelaksanaan Kegiatan/Program Kerja/Konsep Pelaksanaan
menggunakan E- Tender
2. Tahapan Pelaksanaan E- Tender
a. Kualifikasi Penyedia
1) Peserta harus memiliki Sertifikat Badan Usaha (SBU) yang dikeluarkan oleh
Instansi yang berwenang dan masih berlaku di Sub Bidang Jasa Konsultansi
Lingkungan (KL401) Kualifikasi Kecil. Memiliki Tanda Daftar Perusahaan
(TDP);
2) Memiliki Surat Izin Tempat Usaha (SITU) atau Surat Domisili Perusahaan
atau Izin Gangguan
3) Penyedia berbentuk Badan Usaha, memperoleh paling sedikit 1 (satu)
pekerjaan sebagai penyedia dalam kurun waktu 4 (empat) tahun terakhir,
baik dilingkungan pemerintah maupun swasta termasuk pengalaman sub
kontrak, kecuali bagi penyedia yang baru berdiri kurang dari 3 (tiga) tahun.
Personil yang disediakan oleh Peserta lelang harus memenuhi ketentuan
sebagaimana Surat Edaran Menter Pekerjaan Umum Nomor : 10/SE/M/201
tanggal 4 Desember 2012, Perihal : Pemberlakuan Sertifikat Badan Usaha
(SBU), Sertifikat Keahlian (SKA), dan Sertifikat Keterampilan (SKT) pada
Pelaksanaan Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Konsultasi serta
Kualifikasi.
Penyedia Jasa Konstruksi untuk Tahun Anggaran 2020, dibuktikan dengan :
1) Menyampaikan hasil pemindaian/scan sertifikat keahlian dan Ijazah;
2) Menyampaikan hasil scan/pemindaian salah satu bukti pengalaman kerja
berupa Surat Referensi dari Instansi/Unit Kerja/Lembaga Pemilik
Pekerjaan yang menyebutkan dengan jelas tempat dan nama pekerjaan
yang pernah dilakukan.

b. Syarat Teknis Tambahan:


Mencantumkan bukti sewa Peralatan berupa:
1) Komputer 1 Unit;
2) Printer 1 Unit.
3. Serah Terima Hasil Pekerjaan Oleh Panitia Penerima Hasil Pekerjaan
dibuktikan dengan Berita Acara Serah Terima.
G. JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN
Pekerjaan Penyusunan Dokumen RKL & RPL Bandar Udara Pangsuma
Putussibau dijadwalkan dapat selesai dalam jangka waktu 90 hari kalender,
dengan perincian sebagai berikut:

No Kegiatan Bulan ke
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Proses Lelang dan tandatangan
Kontrak
2 Persiapan
3 Kajian Dokumen Lingkungan
4 Pengamatan Lapangan
5 Sampling dan uji laboratorium
6 Analisa hasil sampling dan perumusan
pelaporan
7 Pelaporan RKL-RPL Semester I
8 Pelaporan RKL-RPL Semester II

H. PELAPORAN

Pelaporan pelaksanaan pekerjaan wajib dibuat oleh konsultan untuk disampaikan


kepada instansi yang tercantum dalam izin lingkunganya itu Laporan RKL RPL.
Laporan dibuat dan disampaikan oleh konsultan sebanyak 10 (lima) copy / buku
untuk masing-masing semester,yang berisi uraian pelaksanaan RKL RPL yang
telah dilaksanakan oleh Bandar Udara.

Keseluruhan Laporan disampaikan juga dalam bentuk softcopy yang disimpan


dalam CD sebanyak 1 (set) buah untuk masing-masing semester.
I. KEWAJIBAN KONSULTAN
1. Konsultan wajib menyusun laporan sesuai dengan ketentuan dan peraturan
yang berlaku;

2. Konsultan wajib untuk melaporkan pelaksanan pengelolaan lingkungan yang


telah dilakukan Banar Udara, melakukan pemantauan yang telah ditentukan
dan menyusun pelaporan kepada instansi terkait sebagaimana yang tercantum
dalam izin lingkungan dan kepada Direktorat Jenderal Perhubungan Udara
Kementerian Perhubungan.

J. KETENTUAN LAINNYA
1. Setiap anggota tim penyusunan Pelaporan RKL/ RPL Bandar Udara Pangsuma
Putussibau harus membuat Surat Pernyataan Sanggup melaksanakan studi
sampai disetujui di atas kertas bermaterai Rp. 6.000,- yang diketahui oleh
Pimpinan Perusahaan/Konsultan; apabila pemenang dalam pelaksanaan
pekerjaan tidak sesuai dengan surat pernyataan tersebut akan dikenakan
sanksi pemotongan sesuai surat perjanjian pemborongan yang telah disetujui
bersama.;
2. Tim Studi Penyusunan (Konsultan) baru dapat dianggap telah menyelesaikan
Kegiatan apabila Pelaporan hasil Pelaksanaan RKL / RPL telah disampaikan
dan diterima olehinstansi berwenang dan kepada Direktorat Jenderal
Perhubungan Udara;

3. Ketentuan - ketentuan lain yang belum tercakup dalam ketentuan ini, apabila
diperlukan akan diberikan kepada konsultan sebagai pelengkap/tambahan.

VI. TANGGAPAN TERHADAP BIAYA YANG DIPERLUKAN


Penyajian Sumber Pendanaan Studi Penyusunan Dokumen RKL-RPL Bandar Udara
Pangsuma Putussibau dengan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) dengan total HPS sebesar Rp. 246.288.900,- (Dua Ratus Empat Puluh
Enam Juta Dua Ratus Delapan Puluh Delapan Ribu Sembilan Ratus Rupiah).

2.2. PENDEKATAN METODOLOGI

2.2.1. Metodologi
Data yang akan digunakan dalam studi ini terdiri dari 2 (dua) jenis data, yaitu data
primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan cara sigi dan pengukuran
langsung di lapangan kemudian dianalisis di laboratorium. Data sekunder diperoleh
dari berbagai laporan hasil penelitian yang berkaitan dengan masalah Pembangunan
serta laporan berkala dari beberapa instansi yang ada di daerah studi.

Pengamatan di lapangan bertujuan memperoleh gambaran kondisi rona lingkungan,


hal ini dilakukan dengan melihat dan mendengar langsung fakta yang ada di
lapangan.

Komponen data yang ditelaah adalah sebagai berikut:

2.2.2. Pelaksanaan dan Pelaporan RKL-RPL

a. Peluang Kerja

1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data untuk mengetahui dampak peningkatan peluang kerja yaitu


menggunakan data sekunder atau data yang diperoleh dari sumber instansi
terkait seperti Kantor Kecamatan, Pemerintah Kelurahan, Badan Pusat Statistik,
atau lembaga-lembaga pemerintah dan non pemerintah yang memiliki data sosial
di tapak proyek dan sekitarnya. Data sekunder yang dicari berupa data
kependudukan yang meliputi jumlah penduduk, jumlah angkatan kerja, tingkat
pendidikan dan jumlah angka pengangguran.

2. Analisis data

Prakiraan dampak terjadinya peluang kerja ditentukan dengan membandingkan


rasio jumlah tenaga kerja lokal yang direkrut dengan jumlah total tenaga kerja
yang dibutuhkan terhadap rasio jumlah tenaga kerja yang direkrut dengan jumlah
pengangguran di wilayah studi. Rumus yang digunakan untuk mengetahui tingkat
kesempatan kerja adalah sebagai berikut :
LOin/LOn
LO = x 100%
LOn /UL
Dimana :

LO : Tingkat kesempatan kerja

LO in : Jumlah tenaga kerja lokal yang direkrut pada kegiatan


LO n : Jumlah total tenaga kerja yang direkrut
UL : Jumlah penduduk yang menganggur di wilayah studi

Adapun kriteria dampaknya adalah sebagai berikut :


 Kegiatan berdampak signifikan dalam memberikan kesempatan kerja bilamana

LO=1;
 Kegiatan berdampak cukup bilamana LO bernilai antara 0 sampai dengan
kurang
dari 1 dan antara lebih dari 1 sampai 2; dan
 Kegiatan kurang berdampak bilamana LO lebih dari 2.

3. Lokasi

Pengumpulan data sosial penduduk yang terkena dampak langsung dilakukan di


permukiman yang terdapat di sekitar tapak proyek. Sedangkan responden yang
secara tidak langsung terkena dampak rencana kegiatan proyek diambil dari
permukiman yang terdapat di wilayah studi.

b. Keresahan Sosial

1. Pengumpulan data

Dalam rangka menjawab ada tidaknya keresahan sosial, maka perlu dilakukan
upaya pengumpulan data dan informasi yang dapat menunjang adanya dampak
tersebut.

Metode atau teknik pengumpulan data, dilakukan dengan teknik wawancara dan
berpanduan pada kuesioner. Kuesioner ini ditanyakan kepada masyarakat sekitar,
yang diprakirakan akan terkena dampak dari adanya kegiatan ini.

Penentuan besar sampel/responden dilakukan dengan mempertimbangkan


kaidah statistika dan dengan memerhatikan tingkat homogenitas unit populasi
berdasarkan jenis pekerjaan yang didominasi oleh pekerjaan formal dan sektor
informal ciri khas perkotaan, maka besar sampel untuk penduduk di pemukiman
sekitar rencana kegiatan ditentukan secara menggunakan rumus penentuan
responden (Idrus, 2007), sebagai berikut :

N
N=
N . d 2 +1
Dimana :
N = Jumlah Populasi [KK] yang diteliti
d = Tingkat kesalahan [berkisar 5% - 10%]
d² = 0.1 x 0.1 = 0.01
n = Jumlah Responden

2. Analisis data

Metode analisis data untuk mengukur konflik sosial dilakukan dengan


membandingkan sikap/pendapat/persepsi negatif akibat keresahan masyarakat
terhadap pekerjaan dengan persepsi positif terhadap pekerjaan. Konflik sosial
dinyatakan muncul ketika %URS lebih besar dari 100 persen seperti ditunjukkan
oleh formula berikut:

%Urs = P ¿ ¿ x 100%

Dimana :

Urs = prosentase konflik

P (+) = persepsi positif terhadap kegiatan

P (-) = persepsi negatif terhadap kegiatan

3. Lokasi

Pengumpulan data sosial penduduk yang terkena dampak langsung dilakukan di


permukiman yang terdapat di sekitar tapak proyek. Sedangkan responden yang
secara tidak langsung terkena dampak rencana kegiatan proyek diambil dari
permukiman yang terdapat di wilayah studi.

c. Peningkatan Pendapatan

1. Pengumpulan data

Dalam rangka menjawab ada tidaknya peningkatan pendapatan masyarakat,


maka perlu dilakukan upaya pengumpulan data dan informasi yang dapat
menunjang adanya dugaan tersebut. Pengumpulan dilakukan dengan teknik
wawancara dan berpanduan pada kuesioner. Kuesioner ini ditanyakan kepada
masyarakat yang diprakirakan akan terdampak dari adanya kegiatan tersebut.

2. Metode/teknik pengumpulan data


Analisis data dilakukan dengan cara melihat deskripsi kegiatan untuk memastikan
adanya kesempatan kerja yang dapat diberikan kepada masyarakat setempat.
Selain itu, menghitung rasio besaran penerimaan upah/usaha terhadap rata-rata
pendapatan masyarakat, seperti ditunjukkan melalui formula dan kriteria sebagai
berikut :

IO 0
IR =
IO1

Dimana :

IR = rasio pendapatan setelah kegiatan terhadap pendapatan sebelum adanya


kegiatan
IO0 = rasio pendapatan sebelum adanya kegiatan
IO1 = rasio pendapatan setelah adanya kegiatan

3. Lokasi

Pengumpulan data sosial penduduk yang terkena dampak langsung dilakukan di


permukiman yang terdapat di sekitar tapak proyek. Sedangkan responden yang
secara tidak langsung terkena dampak rencana kegiatan proyek diambil dari
permukiman yang terdapat di wilayah studi.

d. Bangkitan Lalu Lintas

Transportasi yang akan dikaji terdiri dari transportasi jalan. Adapun kajian tersebut
adalah sebagai berikut:

1. Parameter Yang Akan Dikaji


Telaah mengenai komponen transportasi meliputi: Kondisi prasarana jalan umum
dan jalan produksi sekitar area proyek: kondisi fisik, volume lalu-lintas, spesifikasi
teknis jalan termasuk persimpangan, rambu, dan sebagainya. Tingkat
aksesibilitas dan keamanan transportasi pada jalan operasional dan jalan umum
yang bersinggungan dengan mobilisasi operasional. Untuk melihat perubahan
dengan adanya Pembangunan, maka perlu dilakukan perhitungan terutama titik-
titik yang diperkirakan sebagai sumber bangkitan lalu-lintas, terutama pada pintu
masuk (gerbang) utama dan ruas jalan yang bersinggungan dengan jalan umum
yang digunakan oleh masyarakat sebagai akses pencapaian.
2. Metode Pengumpulan Data

Survei volume lalulintas dan survei geometrik pada ruas jalan

a. Survei volume Lalulintas


Metoda survei dengan cara manual yang dipilih pada hari kerja
(weekdays/weekends). Pencacahan kendaraan (traffic counting) terklasifikasi
dilakukan pada titik pengamatan yang telah ditetapkan dan dilakukan pada
periode waktu puncak (jam-jam sibuk), yakni pagi antara jam 06.00-09.00, siang
antara jam 11.00-14.00 dan sore antara jam 16.00-18.00. Alat yang digunakan
untuk pengukuran volume lalu lintas diantaranya yaitu Speed Gun, traffic counter,
dan Walking measure.

Jenis moda kendaraan yang diklasifikasikan menjadi: angkutan mobil penumpang


(sedan, jeep), bus, mobil beban atau pengantar barang (trailer/tronton, pick up,
dan truk) dan sepeda motor.

b. Survei geometrik
Metoda survei yang dilakukan adalah dengan cara manual (menggunakan
meteran). Geometrik ruas-ruas yang diukur adalah ruas jalan. Survei geometrik ini
tidak dipengaruhi oleh waktu survei.

c. Survei waktu perjalanan


Waktu perjalanan dapat diukur dengan T = L/V

dimana T= waktu perjalanan (dt, detik), L=Jarak (meter), V= Kecepatan (m/det)

3. Metode Analisis Data

Analisis data dan informasi mengenai lalu lintas jalan dilakukan secara kuantitatif
dan kualitatif. Analisa secara kuantitatif dilakukan untuk lalu-lintas jalan akan
menggunakan metoda IHCM (Indonesian Highway Capacity Manual), dengan
parameter lalu-lintas jalan yang akan dinilai:

a. Ruas Jalan, parameter yang dinilai adalah :


 Derajat Kejenuhan (DS)
Q
DS =
C
dimana :
Q = arus lalu-lintas.
C = kapasitas.
 Kapasitas (C)
C = Co x FCw x FCsp x FCsf (smp/jam)
dimana :
Co = kapasitas dasar (smp/jam).
FCw = faktor penyesuaian lebar jalur lalu-lintas.
FCsp = faktor penyesuaian pemisahan arah.
FCsf = faktor penyesuaian hambatan samping.

b. Persimpangan Tanpa Signal, parameter yang dinilai adalah :


 Kapasitas (C)
C = Co x Fw x Fm x Fcs x Frsu x Flt x Frt x Fmi (smp/jam)
dimana :
Co = kapasitas dasar (smp/jam).
Fw = faktor penyesuaian kapasitas dasar yang berkaitan dengan
lebar mulut simpang.
Fm = faktor penyesuaian kapasitas dasar yang berkaitan dengan
median jalan.
Fcs = faktor penyesuaian kapasitas dasar yang berkaitan dengan
ukuran kota.
Frsu = faktor penyesuaian kapasitas dasar yang berkaitan dengan
kondisi lingkungan, hambatan samping dan rasio kendaraan
tak bermotor.
Flt = faktor penyesuaian kapasitas dasar yang berkaitan dengan
arus belok kiri.
Frt = faktor penyesuaian kapasitas dasar yang berkaitan dengan
arus belok kanan.
Fmi = faktor penyesuaian kapasitas dasar yang berkaitan dengan
rasio arus lalu-lintas jalan minor.

Selanjutnya analisa kuantitatif dipadukan dengan analisa kualitatif untuk


memperoleh kesimpulan mengenai:
 Kondisi tingkat kinerja ruas jalan lokal dan persimpangan yang
bersinggungan dengan jalan produksi.
 Kondisi keamanan lalu-lintas menurut kapasitas dan keadaan prasarana
jalan, sehingga tidak menimbulkan dampak yang membahayakan terhadap
lingkungan sekitar.
 Kondisi keamanan persimpangan di dalam lokasi kegiatan eksisting menuju
tapak proyek.
4. Lokasi studi
Lokasi studi meliputi jaringan jalan yang bersinggungan langsung dengan jalur
produksi dan jalan masuk/akses menuju lokasi kegiatan, yang diprakirakan akan
terkena dampak dari kegiatan operasional seperti gangguan aksesibilitas lalu
lintas.

e. Dampak Kerusakan Jalan

1. Parameter yang akan diteliti


Parameter kerusakan jalan yang akan diteliti yaitu jalan akses yang digunakan
pada tahap konstruksi, kondisi fisik jalan sekitar lokasi kegiatan.
2. Metode pengumpulan data
Data dan informasi mengenai kerusakan fisik jalan dilakukan dengan :

a. Survei volume Lalu lintas


Metoda survei dengan cara manual yang dipilih pada hari kerja
(weekdays/weekends). Pencacahan kendaraan (traffic counting) terklasifikasi
dilakukan pada titik pengamatan yang telah ditetapkan dan dilakukan pada
periode waktu puncak (jam-jam sibuk), yakni pagi antara jam 06.00-09.00,
siang antara jam 11.00-14.00 dan sore antara jam 16.00-18.00.

Jenis moda kendaraan yang diklasifikasikan menjadi: angkutan mobil


penumpang (sedan, jeep), bus, mobil beban atau pengantar barang
(trailer/tronton, pick up, dan truk) dan sepeda motor.

b. Survey Geometrik
Metoda survei yang dilakukan adalah dengan menggunakan walking measure
yang digunakan untuk pengukuran jalan secara akurat. Geometrik ruas-ruas
yang diukur adalah ruas jalan.

3. Metode analisis data


Analisa yang digunakan dengan menentukan terlebih dahulu Indeks Kondisi Jalan
(Road Condition Index, RCI) yang merupakan skala tingkat kenyamanan jalan
yang dapat diperoleh secara visual. Untuk penentuan nilai RCI dapat dilihat pada
tabel berikut.
Tabel 2. Penentuan Nilai RCI (Road Condition Index)
No Kondisi ditinjau secara visual Nilai RCI Nilai IRI
1 Tidak bisa dilalui 0-2 24-17
No Kondisi ditinjau secara visual Nilai RCI Nilai IRI
2 Rusak berat, banyak lubang dan seluruh
2-3 17-12
daerah perkerasan mengalami kerusakan
3 Rusak, bergelombang, dan banyak lubang 3-4 12-9
4 Agak rusak, kadang-kadang ada lubang,
4-5 9-7
permukaan jalan agak tidak rata
5 Cukup, tidak ada atau sedikit sekali lubang,
5-6 7-5
permukaan jalan agak tidak rata
6 Baik 6-7 5-3
7 Sangat baik umumnya rata 7-8 3-2
8 Sangat rata dan teratur 8-10 2-0
Sumber : Bina Marga, 2012

Jalan akses yang dipakai untuk kegiatan mobilisasi alat dan bahan kemudian
diklasifikasikan berdasarkan kelas jalan nya. Untuk mengetahui prakiraan dampak
yang akan terjadi terhadap kondisi jalan di masa mendatang akibat kegiatan
mobilisasi alat dan material, maka dilakukan perhitungan prediksi sisa umur
perkerasan berdasarkan data Road Condition Index (RCI) dan International
Roughness Index (IRI).

 Faktor pengali pertumbuhan lalu lintas kumulatif (R)


(1+0,01 i)UR−1
R=
0,01 i
Keterangan :
i = faktor pertumbuhan lalu lintas
UR = umur rencana
Untuk nilai faktor pertumbuhan lalu lintas dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3. Faktor Pertumbuhan Lalu Lintas (i)
Rata-Rata
Jawa Sumatera Kalimantan
  Indonesia
Arteri dan
4,80 4,83 5,14 4,75
perkotaan
Kolektor
3,50 3,50 3,50 3,50
rural
Jalan desa 1,00 1,00 1,00 1,00

 Jumlah Kumulatif Beban Sumbu Lalu Lintas (ESAL)


ESAL = ( ∑ LHR × VDF) ×365 × DD × DL × R
Keterangan :
LHR = Prediksi lalu lintas rencana (unit)
VDF = Faktor ekuivalen beban tiap jenis kendaraan
DD = Faktor distribusi
DL = Faktor Distribusi Lajur : 1 lajur/arah = 1

R = Faktor pengali pertumbuhan lalu lintas kumulatif

 Prediksi Sisa Umur Perkerasan (RL)

Np
[
RL = 100 1−
N2 ]
Np = Kumulatif ESAL pada tahun ke-n

N2 = Kumulatif ESAL pada akhir tahun rencana

 Road Condition Index (RCI)

RCI = 10 x Exp (-0,0501 x RL1,220920)

RL = Prediksi Sisa Umur Perkerasan

. 4. Lokasi studi

Data dan informasi dihimpun untuk wilayah di sekitar lokasi kegiatan

f. Gangguan Flora Fauna


Flora Terestrial

Flora diambil cuplikan sampel pada masing-masing tipe Penggunaan lahan yang
akan dikaji dari nilai ekonomis khususnya Tanaman budidaya. Survey lapangan
akan dilakukan dengan metoda Board Survey.

1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data tumbuhan di lokasi pengamatan dilakukan dengan


menggunakan inventarisasi jenis. Sampling dilakukan pada jenis-jenis
vegetasi yang terdapat pada lokasi rencana proyek dan sekitarnya. Untuk
lahan ladang/tegalan dilakukan pengamatan/inventarisasi jenis dominan, pola
tanam dan produktivitas.

2. Analisis Data

Untuk mengetahui jenis tumbuhan yang langka dan bernilai ekonomi


dilakukan dengan studi literatur dan mewawancarai penduduk setempat.
3. Lokasi dan waktu

Penentuan lokasi pengumpulan data flora terestrial dilakukan dengan


mempertimbangkan lokasi tapak proyek dan tipe vegetasi (kebun campuran,
semak belukar, dsb) di tapak proyek dan sekitarnya.

Fauna Terestrial

1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data mengenai fauna dilakukan dengan metoda jelajah, yaitu


pencatatan jenis fauna yang ditemukan selama penjelajahan pada tiap lokasi
pengamatan.

Khusus untuk pengumpulan data jenis-jenis burung digunakan metoda titik


hitung/IPA (Indices Ponctuale d’Abondance). Pengamatan dilakukan pada tiap
titik hitung selama 5 – 10 menit dengan jarak antar titik 200 m. Jumlah titik IPA
di setiap titik/kampung sebanyak tiga titik hitung berdasarkan luasan daerah
studi dan perbedaan tipe vegetasi. Jumlah pengamatan dilakukan sebanyak
dua kali pengulangan di setiap titik IPA. Waktu pengamatan dimulai pada saat
pagi hari (jam 06.00 – 09.00) dan sore hari (15.00 – 17.00).

Selain itu, untuk mendapatkan data mengenai jenis-jenis fauna yang ada di
daerah penelitian, tetapi tidak ditemukan pada saat survey, dilakukan
wawancara terhadap penduduk yang mengetahui keadaan fauna di daerah
tapak proyek dan sekitarnya.

2. Analisis Data

Untuk mengetahui jenis fauna yang langka dan bernilai ekonomi dilakukan
dengan studi literatur dan mewawancarai penduduk setempat.

3. Lokasi

Pengumpulan data mengenai fauna darat dilakukan berdasarkan pertimbangan


yang sama seperti pengumpulan data flora. Dengan demikian lokasi
pengumpulan data fauna terestrial dilakukan di lokasi yang sama seperti flora.

g. Peningkatan Kebisingan
1. Pengumpulan data Sekunder dan Sampling

Pengumpulan data mengenai kebisingan akan dilakukan pengukuran langsung


di lapangan. Untuk mengukur tingkat kebisingan dilakukan dengan alat sound
level meter selama 10 (sepuluh) menit untuk tiap pengukuran dan pembacaan
dilakukan setiap 5 (lima) detik.

Dalam menentukan jumlah dan lokasi-lokasi sampling mengacu kepada kriteria-


kriteria berikut ini:

 Daerah pengaruh dampak dan satu titik acuan kondisi lingkungan yang
dianggap belum tercemar.
 Lokasi rencana kegiatan.
 Aspek meteorologis, arah dan kecepatan angin dominan.
 Topografis, untuk melihat massa dan sifat-sifat materi berdasarkan
level ketinggian.
 Letak kawasan pemukiman penduduk dan keadaan vegetasi setempat.
Berdasarkan pada kriteria-kriteria tersebut di atas, maka ditentukan beberapa
titik pengukuran dan pengambilan contoh kebisingan di daerah rencana kegiatan
dan daerah sekitarnya.

2. Metode Analisis Data Sekunder dan Analisis Laboratorium

Setelah dilakukan sampling maka selanjutnya dilakukan analisis tingkat


kebisingan dengan membandingkan berdasarkan Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup No. Kep-48/MENLH/11/ 1996 tentang Baku Tingkat
Kebisingan. Baku mutu udara ambien dan baku tingkat kebisingan disajikan
pada Tabel 4.

Tabel 4. Baku Mutu Udara Ambien dan Kebisingan

No Parameter Periode Satuan Baku Mutu *)


1 Kebisingan - dBA 50 (RTH)***)
Keterangan :
*) Peraturan Pemerintah No 41 Tahun 1999
**) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. Kep-50/MENLH/11/1996
***) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. Kep-48/MENLH/11/1996
3. Lokasi Pengumpulan Data

Lokasi pengambilan contoh kebisingan akan dilakukan di lokasi yang dipandang


representatif, yaitu di sekitar wilayah studi yang terkena dampak.

h. Peningkatan Air Larian dan Peningkatan Kuantitas Air


1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dapat berupa data primer dan data sekunder. Data primer
dilakukan dengan survey lapangan untuk menghitung besar luas penampang
drainase. Pengumpulan data sekunder berupa pengumpulan

Data hidrologi diantaranya meliputi debit minimal, maksimal, debit rata-rata, debit
banjir, intensitas hujan harian (mm/jam). Data hidrologi diperoleh dari hasil
pengumpulan data sekunder dari dinas terkait antara lain Dinas Pengairan dan
dari laporan Feasibility Study.

2. Analisis Data
Penentuan volume air larian dilakukan dengan menggunakan fungsi dari nilai
koefisien air larian, intensitas hujan dan luas lahan untuk kegiatan (Chow, 1988),
dengan formula sebagai berikut:
Q = C.I.A
Dimana:
Q = Volume air larian (m3/detik)
C = Koefisien air larian
I = lntensitas hujan-harian (mm/hari hujan)
A = Luas lahan proyek (m2)

Perubahan koefisien air larian ini terjadi karena berubahnya kondisi tanah
permukaan yang mulanya ditutupi vegetasi menjadi tanah terbuka sehingga
memperkecil resapan air hujan ke dalam tanah dan memperbesar mengalirnya air
hujan di permukaan. Perubahan koefisien air larian ini memberikan kontribusi
terhadap debit air dan sedimen pada sungai.

3. Lokasi Pengukuran dan Pengambilan Contoh Kualitas Air

Lokasi pengukuran dilakukan di badan air sekitar lokasi kegiatan.

i. Penurunan Kualitas Udara


1. Pengumpulan data Sekunder dan Sampling
Parameter kualitas udara yang diukur meliputi: SO2, NO2, CO, H2S, NH3, Pb dan
debu (TSP). Pengambilan contoh udara dilakukan selama 1 jam dengan
menggunakan absorbent kemudian dianalisis di laboratorium. Metoda dan
peralatan yang digunakan untuk analisis parameter kualitas udara dan kebisingan
tertera pada Tabel 5.

Tabel 5. Metoda Dan Peralatan Analisis Parameter Kualitas Udara

No Parameter Simbol Metoda Alat


 Midget
 Spektrofotometri Impinger
1 Sulfur Dioksida SO2
 Pararosanilin  Spektrofotom
eter
 Midget
 Spektrofotometri Impinger
2 Nitrogen Oksida NOx
 Saltzman  Spektrofotom
eter
 Non Dipersive  NDIR
3 Karbon Monoksida CO
Infra Red (NDIR) Analyzer
 Chemiluminescen  Spektrofotom
4 Ozon O3
t eter
Partikulat
5 TSP  Gravimetri  High Volume Sampler
tersuspensi
 Indofenol  Impinger
6 Amoniak NH3
 Spektrofotometer
 Merkuri Tiosianat  Spektrofotometer
7 Hidrogen Sulfida H2S
 Absorpsi gas  Gas Kromatografi

Sumber :
- PP RI Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara
- Kepmen LH 50 Tahun 1996 tentang Baku Tingkat Kebauan
- Kep Men LH 48 tahun 1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan

Dalam menentukan jumlah dan lokasi-lokasi sampling untuk kualitas udara


mengacu kepada kriteria-kriteria berikut ini:

 Daerah pengaruh dampak dan satu titik acuan kondisi lingkungan yang
dianggap belum tercemar.
 Lokasi rencana kegiatan.
 Aspek meteorologis, arah dan kecepatan angin dominan.
 Topografis, untuk melihat massa dan sifat-sifat materi berdasarkan
level ketinggian.
 Letak kawasan pemukiman penduduk dan keadaan vegetasi setempat.
Berdasarkan pada kriteria-kriteria tersebut di atas, maka ditentukan beberapa
titik pengukuran dan pengambilan contoh kualitas udara serta kebisingan di
daerah rencana kegiatan dan daerah sekitarnya.

Metoda pengemasan dan pengawetan sampel khususnya dalam pengiriman dari


lapangan menuju laboratorium dilakukan sebagai berikut:

 Untuk sampel kualitas udara, khususnya untuk parameter gas, nilai


konsentrasi dalam sampel akan sangat sensitif terhadap perubahan suhu.
Dalam pengirimannya, sampel disimpan dalam ice box dengan temperatur
minimal 4oC.

 Filter yang telah digunakan dalam pengambilan sampel debu (TSP),


parameter logam yang terkandung dalam partikulat (Pb) dikemas dengan
baik, dimana permukaan filter bagian luar dilipat ke bagian dalam dan
dimasukan ke dalam amplop kemas sehingga kandungan sampel tidak akan
berubah akibat tercecer.

2. Metode Analisis Data Sekunder dan Analisis Laboratorium

Hasil analisis kualitas udara kemudian dibandingkan dengan baku mutu udara
ambien, berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 41 Tahun 1999 tentang
Pengendalian Pencemaran Udara. Baku mutu udara ambien disajikan pada
Tabel 6.

Tabel 6. Baku Mutu Udara Ambien

No Parameter Periode Satuan Baku Mutu *)


1 SO2, (SulfurDioksida) 1 Jam g/m3 900
2 CO (Karbon Monoksida) 1 Jam g/m3 30.000
NO2 (Nitrogen
3 1 Jam g/m3 400
Dioksida)
4 H2S (Hidrogen Sulfida) 1 Jam ppm 0,02**)
5 NH3 (Amoniak) 1 Jam ppm 2**)
6 TSP (Debu) 1 Jam g/m3 230
7 Pb (Timah Hitam) 1 Jam g/m3 2
No Parameter Periode Satuan Baku Mutu *)

Keterangan :
*) Peraturan Pemerintah No 41 Tahun 1999
**) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. Kep-50/MENLH/11/1996
***) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. Kep-48/MENLH/11/1996

3. Lokasi Pengumpulan Data

Lokasi pengambilan contoh kebisingan akan dilakukan di lokasi yang dipandang


representatif, yaitu di sekitar wilayah studi yang terkena dampak.

j. Kualitas Air Permukaan

1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data meliputi debit air dan kualitas air Sungai di sekitar lokasi studi.
Data hidrologi yang dikumpulkan yaitu debit minimal, maksimal, debit rata-rata,
debit banjir, sedimentasi dan erosi. Data hidrologi diperoleh dari hasil
pengumpulan data sekunder dari dinas terkait antara lain Dinas Pengairan dan
dari laporan Feasibility Study.

Pengambilan contoh air sungai dilakukan di tengah sungai sebanyak 2 liter dan di
analisis di laboratorium. Sampel air ditambah pengawet yang sesuai dengan
parameter yang akan dianalisis agar tidak mengalami perubahan sampai saat
dianalisis. Beberapa parameter diukur langsung dilapangan yaitu : temperatur, pH
dan oksigen terlarut.

2. Analisis Data
Pemeriksaan kualitas air permukaan dilakukan dengan pengumpulan data primer.
Pengumpulan data primer kualitas air dilakukan dengan pengambilan sampel
kualitas badan air dan air limbah di lokasi studi dan selanjutnya data akan
dianalisis di laboratorium. Pemilihan parameter kualitas air sungai didasarkan
pada pertimbangan
Beberapa parameter yang cepat berubah karena waktu akan diukur di lapangan
(in-situ), sedangkan parameter lainnya diperiksa di laboratorium. Parameter
kualitas air sungai yang akan diperiksa, serta alat dan metode analisisnya
disajikan pada tabel dibawah ini.
Tabel 7. Parameter, Alat dan Metode Analisis untuk  Kualitas Air Sungai.
No Uni
Parameter Metode Analisis Pedoman
. t
Fisika
1. TSS mg/l Gravimetri SNI 06-6989.3-2004
2. TDS mg/l Gravimetri SNI.06.6989.27-2005
Kimiawi
1. pH - Elektrometri SNI 6989.57-2008
2. DO mg/l DO Meter SNI 06-6989. 14-2004
Inkubasi pada T 20 0C,
3. BOD5 mg/l SNI 6989.72-2009
5 hari
4. COD mg/l Refluks secara tertutup SNI 6989.73-2009

Analisis penurunan kualitas air permukaan ditentukan dari konsentrasi air limbah
yang masuk ke badan air yang digunakan sebagai data penunjang bagi
perhitungan penurunan kualitas air permukaan yang ditimbulkan dari kegiatan
operasional HI Mall. Untuk menentukan perhitungan kualitas air permukaan
menggunakan rumus sebagai berikut:

Ql × Ll +Q s × Ls
Lc =
Ql +Qs
dimana :
Qs   = Debit badan air, m3/det
Ql    = Debit air limbah, m3/det      
Ls    = Konsentrasi sungai mg/L
Ll     = Konsentrasi air limbah mg/L
Lc    = Konsentrasi campuran mg/L

Untuk menilai data kualitas air di wilayah studi, maka nilai parameter dari hasil
pemeriksaan laboratorium dibandingkan dengan baku mutu kelas III berdasarkan
PP No. 82 Tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian
pencemaran air. Parameter kualitas air yang diukur tertera pada Tabel 8.

Tabel 8. Parameter Kualitas Air Permukaan yang Diukur


dan Baku Mutu Air
Baku Mutu
No Parameter Satuan
(Kelas III)
I. FISIK
1 Suhu oC +3
Baku Mutu
No Parameter Satuan
(Kelas III)
2 Residu Terlarut mg/L 1000
Residu
3
Tersuspensi mg/L 400
II. KIMIA
1 pH - 6–9
2 BOD mg/L 6
3 COD mg/L 50
4 DO mg/L 3
5 Cd mg/L 0,01
6 Cr6+ mg/L 0,05
7 Hg mg/L 0,002
8 Total PO4 mg/L 1
9 NO3 –N mg/L 20
10 NH3-N mg/L -
11 NO2 – N mg/L 0,06
12 Timbal mg/L 0,03
13 H2S mg/L 0,002
14 Minyak dan Lemak µg/L 1000
15 Senyawa Fenol µg/L 1
16 Detergen µg/L 200
III. MIKROBIOLOGI
1 Fecal Coliform Jmg/100 ml 2000
2 Total Coliform Jmg/100 ml 10000
Sumber : PP No. 82 Tahun 2001

3. Lokasi Pengukuran dan Pengambilan Contoh Kualitas Air

Lokasi pengukuran dan pengambilan contoh (sampel) kualitas air dititikberatkan


pada air permukaan yang diprakirakan akan terpengaruh oleh rencana kegiatan ini
yaitu meliputi; Sungai terdekat dan wilayah sekitarnya. Untuk keperluan studi ini
ditetapkan lokasi-lokasi titik sampling pengukuran dan pengambilan contoh air
sungai di sekitar lokasi dengan lokasi seperti pada Tabel 9.
Tabel 9. Lokasi Pengambilan Sampel Kualitas Air

No. Kode Jenis Lokasi


1. S1 Air Permukaan Air Sungai Hulu sekitar
2. S2 Air Permukaan Air Sungai Hilir sekitar

k. Gangguan Biota Air


1. Pengumpulan Data

Biota air yang diteliti adalah plankton baik phytoplankton maupun zooplankton,
benthos, dan ikan.

Contoh air sebanyak 50 liter disaring melalui plankton-net No. 25. Contoh
suspensi plankton kemudian diberi bahan pengawet plankton dengan
menggunakan pipet, sehingga diperhitungkan kadar larutan pengawet (alkohol) di
dalam botol contoh plankton menjadi 4%. Memberi label pada masing-masing
botol plankton yang berisi tentang lokasi pengambilan contoh, banyaknya air yang
disaring dan tanggal pengambilan contoh, sedangkan benthos diambil dengan
menggunakan Surber nett. Sementara data makro flora diperoleh dengan
melakukan pengamatan pada perairan di sekitar lokasi studi.

Data ikan diperoleh melalui wawancara dengan penduduk di sekitar rencana


kegiatan. Metode pengumpulan data untuk biota perairan dapat dilihat pada Tabel
10.

Tabel 10. Metode Pengumpulan Data Biota Perairan


No Parameter Satuan Metoda Alat
1 PLANKTON
- Ke ind/l SNI 06-3963- Plankton net
limpahan - 1995 -
- Ke - Perhitungan -
anekaragaman - Perhitungan -
- Ke Perhitungan
seragaman
- Do
minasi
2 BENTHOS
- Ke ind/m2 pengamatan Surber nett
padatan - Perhitungan
- Ke - Perhitungan
anekaragaman - Perhitungan
- Ke
No Parameter Satuan Metoda Alat
seragaman
- Do
minasi
3 NEKTON/IKAN
- Ke - Wawancara/pu Data Primer
limpahan - staka/
- Ke pengamatan
anekaragaman Lapangan

2. Analisis Data

 Plankton
Hasil analisis secara mikroskopik ditabulasi untuk menentukan indeks
keanekaan plankton dengan menggunakan rumus Simpson (Odum, 1971):
2
ni
I =1−∑ ( ) N
Dimana:
I : Indeks keanekaan plankton menurut Simpson
ni : Jumlah individu suatu jenis
N : Jumlah individu seluruh jenis

 Benthos
Keanekaan jenis benthos ditentukan dengan menggunakan rumus Shannon
Wiener (Odum, 1971) yaitu:
1
ni ni
H ' =−∑
i
[ N
ln
N ]
Dimana:
H’ : lndeks KeanekaanShannon Wiener
ni : Jumlah individu jenis benthos
N : Jumlah individu seluruh jenis
Untuk mengetahui tingkat pencemaran atau gangguan terhadap perairan
berdasarkan kondisi plankton dan benthos digunakan kriteria indeks keanekaan
(Tabel 11).

Tabel 11. Klasifikasi Derajat Pencemaran Berdasarkan Indeks Keanekaan Jenis


No Derajat/Tingkat Lee et. al. (1978) Odum (1975)
Indeks Keanekaan Indeks Keanekaan
Pencemaran
Shannon – Wiener Simpson
1 Belum tercemar > 2,0
2 Tercemar ringan 2,0 – 1,6 > 0,8
3 Tercemar sedang 1,5 – 1,0 0,6 < IK < 0,8
4 Tercemar berat < 1,0 < 0,6

Untuk mengetahui status jenis ikan yang dilindungi/tidak dilindungi, mengacu


pada PP No 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa.

3. Lokasi

Lokasi pengambilan sampel untuk biota aquatik (plankton dan benthos)


dilakukan pada titik yang sama dengan lokasi sampling air.

2.2.3. Rencana Pengelolaan Dan Pemantauan Lingkungan Hidup


Rencana pelaksanaan RKL-RPL dapat dikaji dengan peninjauan studi literatur, uji
pelaksanaan dan uji efisiensi dapat dilihat sebagai berikut :
1. Studi Literatur
Dalam tahap ini melakukan peninjauan kembali terhadap literatur-literatur yang
terkait dengan Dokumen RKL-RPL. Literatur tersebut berupa Standar Nasional
Indonesia dan Peraturan Per Undang-Undang yang berlaku yang dapat dijadikan
acuan yang berhubungan dengan Dokumen RKL-RPL.

2. Uji Pelaksanaan
1. Periode Pemantauan dilakukan sesuai dengan ketentuan yang tercantum
dalam dokumen RKL-RPL.
2. Metode pelaksanaan pemantauan dapat dilakukan dengan membuat metode
ceklis.
Metode ceklis yang dilakukan berupa metode observasi beserta pencatatan yang
mampu memberikan keterangan mengenai pengelolaan yang sudah dilaksanakan
sesuai dengan dokumen RKL-RPL. Tujuan dari metode ceklis adalah untuk
melihat persentase ketercapaian pengelolaan dari setiap dampak yang ada.

3. Uji Efisiensi
Uji efisiensi ditentukan dari ketercapaian suatu pengelolaan dilihat dari hasil
pemantauan setiap dampak yang telah dikelola untuk selanjutnya dibandingkan
dengan Standar baku mutu yang diatur baik undang-undang maupun peraturan
lain yang berlaku.
Pengelolaan yang tidak efektif ditunjukkan dengan hasil pengelolaan yang sudah
memenuhi baku mutu. Untuk pengelolaan yang tidak efektif maka perlu
peninjauan kembali terkait metode pelaksanaan pengelolaan yang telah
dilakukan. Sedangkan untuk pengelolaan yang sudah efektif perlu
mengoptimalkan metode pengelolaan agar dampak dapat terkelola dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai