Anda di halaman 1dari 40

DISKOPERINDAG KABUPATEN BANDUNG BAB III PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

BAB III
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

Untuk memprakirakan perubahan kualitas lingkungan, digunakan metoda yang berlaku


pada masing-masing aspek lingkungan yang ditelaah dengan mempertimbangkan kondisi
lingkungan eksisting dan dengan adanya kegiatan Pembangunan Pasar Cicalengka. Metoda
prakiraan besaran dampak dilakukan baik dengan cara informal maupun cara formal. Cara
formal dilakukan dengan menggunakan formula tertentu, sedangkan cara informal
dilakukan berdasarkan analog, penggunaan baku mutu lingkungan, pengalaman, penilaian
para pakar dalam masing-masing bidang kajian (professional judgement), serta
kepustakaan.

Metode penentuan sifat penting dampak mengacu pada kriteria dampak penting
berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan
(Penjelasan pasal 3 Ayat 1), yaitu:

1. besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana Usaha dan/atau
Kegiatan;
2. luas wilayah penyebaran dampak;
3. intensitas dan lamanya dampak berlangsung;
4. banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang akan terkena dampak;
5. sifat kumulatif dampak;
6. berbalik atau tidak berbaliknya dampak; dan/atau
7. kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

1Prakiraan dampak penting dilakukan terhadap komponen lingkungan yang akan terkena
dampak oleh kegiatan pada tahap kontruksi dan operasi.

Besaran dampak ditentukan berdasarkan perubahan masing-masing dampak dari setiap


kegiatan terhadap masing-masing komponen lingkungan. Sedangkan untuk menentukan
derajat penting dampak sebagai dasar pengelolaan dan pemantauan lingkungan dikaitkan
dengan Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 2012 penjelasan pasal 3 Ayat 1 mengenai
kriteria dampak penting seperti yang telah diuraikan di atas.

ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PASAR CICALENGKA III - 1


KECAMATAN CICALENGKA, KABUPATEN BANDUNG
BAB III PRAKIRAAN DAMPAK PENTING DISKOPERINDAG KABUPATEN BANDUNG

3.1. Tahap Konstruksi

3.1.1. Penurunan Kualitas Udara

1) Prakiraan Besaran Dampak

Kegiatan pematangan/penyiapan lahan, khususnya pekerjaan penggalian untuk basement


dengan melibatkan alat berat akan menimbulkan peningkatan emisi gas buang dan debu
lokal pada lokasi kegiatan seluas 10.160 m2 dan akan menyebar ke lingkungan sekitarnya.

Kegiatan tersebut berpotensi menimbulkan dampak terhadap penurunan kualitas udara


lokal yang diakibatkan dari emisi gas buang kendaraan (CO, NO 2 dan SO2) dan sebaran
debu lokal. Besaran masing-masing parameter gas buang berdasarkan sumber emisinya
menurut Environmental Data Book (1992) dan Zears Zemansky (1976) dapat dilihat pada
tabel berikut.

Tabel 3.1. Emisi Gas dari Kendaraan dan Alat-alat Berat

Faktor Emisi
No Jenis Alat Berat CO NO2 SO2
Kg/jam μg/m³ Kg/jam μg/m³ Kg/jam μg/m³
1 Tractor 0,976 7,81 0,451 3,61 0,313 2,50
2 Buldozer 0,360 2,88 2,293 18,34 0,174 1,39
3 Scapper 0,663 5,30 2,824 22,59 0,210 1,68
4 Motor Grader 4,184 33,47 0,477 3,82 0,039 0,31
5 Truck 0,608 4,86 3,464 27,71 0,206 1,65
6 Lain-lain 0,188 1,50 1,031 8,25 0,065 0,52
Total Emisi (Kg/jam) 6,979 - 10,54 - 1,008 -
 Konsentrasi Ambien (μg/m³) 55,83 84,31 8,063
12,77- 1,26-
Rona Lingkugan Awal 1) <102
13,11 12,24
Baku mutu 2) 30.000 400 900
Sumber: Environmental Data Book, 1992
Keterangan: 1) = Hasil Analisis LPKL – BINALAB, 2013
2) = Baku Mutu Udara Ambien Nasional berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999

Berdasarkan tabel tersebut, terlihat bahwa besarnya konsentrasi polutan yang dihasilkan
dari 1 kendaraan alat berat adalah gas CO sebesar 55,83 μg/m³, SO2 sebesar 8,06 μg/m³
dan NO2 sebesar 84,31 μg/m³. Apabila memperhitungkan data rona lingkungan kualitas

III - 2 ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PASAR CICALENGKA


KECAMATAN CICALENGKA, KABUPATEN BANDUNG
DISKOPERINDAG KABUPATEN BANDUNG BAB III PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

udara ambien, maka besaran dampak kondisi rona akhir adalah cukup kecil pada saat
kegiatan berlangsung karena masih jauh di bawah baku mutu.

Sedangkan parameter debu akan menyebar pada saat kendaraan bergerak dan akan
menempel pada permukaan bangunan di area permukiman terdekat dari lokasi kegiatan
serta pada tanaman, sehingga akan mudah terlihat dan secara estetika lingkungan kurang
nyaman. Dampak turunan lainnya adalah terhadap gangguan kesehatan (ISPA) akibat debu
terhirup dan masuk ke dalam sistem pernafasan, dengan demikian dampak tergolong besar.

Sebaran debu lokal dari lokasi kegiatan dipengaruhi oleh beberapa parameter yaitu
temperatur udara, kecepatan angin, laju/pergerakan kendaraan, jenis kendaraan, jumlah
ritasi dan kelayakan kendaraan.

Data rona lingkungan menunjukkan bahwa temperatur udara di wilayah studi adalah 29,6 –
30,6 oC, sedangkan kecepatan angin sesaat adalah 0,4 – 1,7 m/detik serta kadar debu
102,98 – 108,27 µg/m3 (BML = 230 µg/m3). Alat berat yang akan digunakan rata-rata
memiliki tekanan gandar seberat 10 - 30 ton.

Untuk memperkirakan berapa jauh jarak sebaran partikel debu tersebut digunakan
persamaan dinamika fluida-partikel dari Hukum Stoke. Kecepatan partikel jatuh ke
permukaan tanah ditentukan dengan persamaan:

V = gρp(dp)2/18μa

dimana: dp = diameter partikel debu rata-rata = 40 μm


g = percepatan gravitasi = 9,8 m/det²
ρp = densitas partikel debu = 144,14 lb/ft³
μa = viskositas udara = 0,0000121 lb/ft-det

Dengan menggunakan persamaan di atas, maka kecepatan partikel jatuh adalah 0,3665
ft/det.

Waktu yang diperlukan untuk partikel jatuh dengan beda ketinggian dengan permukaan
tanah adalah 3 meter (9,84 ft) adalah:

t = (ketinggian partikel jatuh) : (kecepatan partikel jatuh)


= 9,84 ft : 0,3665 ft/det.
= 26,85 det.
= 0,0074 jam

ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PASAR CICALENGKA III - 3


KECAMATAN CICALENGKA, KABUPATEN BANDUNG
BAB III PRAKIRAAN DAMPAK PENTING DISKOPERINDAG KABUPATEN BANDUNG

Maka, jarak horizontal partikel jatuh adalah:

S = (lamanya waktu partikel jatuh) x (kecepatan angin)


= 0,0074 jam x 3,80 mil/jam
= 0,028 mil  0,045 km = 45 m

Berdasarkan hasil perhitungan matematika tersebut di atas, maka radius sebaran partikel
debu dari lokasi kegiatan dapat mencapai jarak 45 m.

Untuk memprediksi resuspensi debu yang diakibatkan oleh pergerakan alat berat di areal
kerja pematangan/penyiapan lahan digunakan persamaan:

eu = 5,9 (s/12) ( S/30) (W/7)0,7 (w/4)0,5 (d/365)

Dimana : eu = jumlah debu per panjang area (lb/mile)


s = silt content (%)
S = kecepatan kendaraan (mile/jam)
W = berat kendaraan (ton)
w = jumlah roda kendaraan
d = jumlah hari tidak hujan dalam satu tahun

Bila diketahui silt content 6%, kecepatan alat berat pada saat manuver adalah 10 km/jam,
berat alat berat adalah 30 ton, jumlah roda 4 buah, jumlah hari hujan dalam 1 tahun 207
hari, sehingga kecepatan sebaran debu yang akan terangkat ke udara akibat pergerakan
roda kendaraan ke udara adalah:

eu = 5,9 (6/12) (6,21/30) (30/7)0,7 (4/4)0,5 (158/365)


= 5,9 (0,5) (0,207) (2,77) (1) (0,43)
= 0,73 lb/mile ≈ 0.46 lb/km

Apabila lebar area kerja alat berat adalah 100 m dan tinggi pengadukan (kepulan debu) 3
m, maka konsentrasi sebaran debu dari lahan yang dimatangkan adalah:

C = eu /(lebar area kerja x tinggi kepulan debu)


= (0,46 x 0,4536 X 109) / (100 x 3 x 1.000)
= 695,52 µg/m3

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut di atas terlihat bahwa konsentrasi debu di udara
ambien pada saat alat berat bekerja untuk mematangkan lahan mencapai 695,52 µg/m3.
Sedangkan konsentrasi debu di lokasi kegiatan paling tinggi pada saat ini (rona awal)

III - 4 ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PASAR CICALENGKA


KECAMATAN CICALENGKA, KABUPATEN BANDUNG
DISKOPERINDAG KABUPATEN BANDUNG BAB III PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

mencapai 108,27 µg/m3, sehingga terjadi peningkatan sekitar 6,4 kali, maka besaran
dampaknya tergolong besar.

Tabel 3.2. Konsentrasi Debu (TSS) Sebelum dan Pada Saat Pematangan/Penyiapan Lahan

Konsentrasi Debu (TSS) (µg/m3)


Sebelum Kegiatan (Rona Awal) Pada Saat Kegiatan Dilakukan
102,98 - 108,27 695,52

3.1.2. Peningkatan Kebisingan

A. Mobilisasi Alat Berat dan Material

1) Prakiraan Besaran Dampak

Dampak yang diakibatkan oleh kegiatan mobilisasi alat berat dan material konstruksi
terhadap peningkatan kebisingan bersumber dari kendaraan yang digunakan. Sumber
kebisingan yang ditimbulkan oleh kendaraan tersebut termasuk jenis intermittent. Untuk
memprediksi pola sebaran kebisingan dari kendaraan yang melaju di jalur mobilisasi alat
berat dan material terhadap lingkungan sekitarnya dibantu melalui perhitungan matematika
berikut ini.

 Sumber bergerak

I t=I o +10 log( N i /v i¿ .T )+10 log (15/d)1,5 −13 ¿

 Sumber benda tetap (point source)

I t=I 0 +20 log d−11

dimana: It = Intensitas kebisingan di lokasi penerima (receptor)


Io = Intensitas kebisingan di sumbernya
Ni = Jumlah kendaraan yang lewat secara bersamaan
vi = Kecepatan kendaraan yang lewat
T = Lamanya pemaparan
d = Jarak sumber bising terhadap penerima (receptor).

Angka 15, 1.5, 13 dan 11 adalah faktor koreksi (tetapan)

ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PASAR CICALENGKA III - 5


KECAMATAN CICALENGKA, KABUPATEN BANDUNG
BAB III PRAKIRAAN DAMPAK PENTING DISKOPERINDAG KABUPATEN BANDUNG

Pendekatan yang dilakukan adalah suara yang diemisikan kendaraan diambil rata-rata yaitu
90 dBA pada sumbernya, jumlah ritasi pada saat kegiatan mencapai puncaknya adalah 20
rit/hari, serta kecepatan kendaraan rata-rata adalah 40 km/jam, sedangkan rona lingkungan
awal rata-rata kebisingan sekitar wilayah studi adalah 31,04 - 44,76 dBA, maka prakiraan
sebaran kebisingan pada saat kegiatan mobilisasi alat berat dan material ditampilkan pada
Tabel 3.3.

Tabel 3.3. Hasil Perhitungan Sebaran Kebisingan yang Bersumber dari Kendaraan
Mobilisasi Alat Berat dan Material

Kebisingan
Jarak
Kontribusi Rona Akhir
(m)
Kendaraan (dBA) (dBA)
10 70,61 70,65
25 64,64 64,79
50 60,13 60,53
75 57,48 58,20
100 55,61 56,66
125 54,16 55,57
150 52,97 54,74
175 51,96 54,10
200 51,10 53,59
225 50,33 53,18
250 49,64 52,83
500 45,13 51,22
Sumber: Hasil Perhitungan, 2014
Ket.: Baku mutu tingkat kebisingan berdasarkan KEPMENLH No. KEP-48/
MENLH/11/1996, Peruntukan Jalan & Industri 70 dBA, Permukiman 55 dBA &
ruang terbuka hijau 50 dBA.

Hasil perhitungan tersebut dilakukan berdasarkan pendekatan bahwa sebaran kebisingan


terjadi di daerah terbuka tanpa memperhitungkan faktor peredam alami seperti tanaman
(pohon) dan tidak memperhitungkan arah serta kecepatan angin. Apabila sekitar sumber
kebisingan terdapat tanaman yang cukup, maka tingkat kebisingan dapat tereduksi antara 2
- 5 dBA (Raw & Wooten, 1980) tergantung kepada jenis dan kerapatan tanaman.

Berdasarkan Tabel 3.3, terlihat bahwa radius sebaran kebisingan terhadap reseptor,
khususnya penduduk (lingkungan permukiman), akan terjadi dalam radius 125 m (melebihi
baku mutu) dari sumber suara, sedangkan setelah radius 125 m telah memenuhi baku mutu.
Kondisi kebisingan pada saat ini di permukiman penduduk terdekat ke lokasi kegiatan

III - 6 ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PASAR CICALENGKA


KECAMATAN CICALENGKA, KABUPATEN BANDUNG
DISKOPERINDAG KABUPATEN BANDUNG BAB III PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

adalah 31,04 - 44,76 dBA, sehingga besaran dampak sebaran kebisingan terhadap
lingkungan permukiman tergolong besar.

B. Pematangan/Penyiapan Lahan

1) Prakiraan Besaran Dampak

Kegiatan pematangan/penyiapan lahan berpotensi terhadap peningkatan intensitas


kebisingan yang berasal dari beroperasinya alat-alat berat seperti buldozer dan exavator.
Operasional alat berat tersebut akan berlangsung pada siang hari dan dianggap diam
ditempat karena manuvernya relatif terbatas di satu lokasi pekerjaan (steady state).

Untuk memberikan gambaran sebaran kebisingan sekitar alat-alat berat yang beroperasi
maka dibuatkan pemodelan sebaran kebisingan melalui perhitungan matematika, yaitu
melalui beberapa pendekatan sebagai berikut :

i. Sumber suara alat yang digunakan = 90 dBA

ii. Kebisingan rona lingkungan = 31,04 - 44,76 dBA

iii. Sebaran kebisingan tidak mengalami hambatan

iv. Area sebaran kebisingan berupa lahan datar

Pemodelan sebaran kebisingan menggunakan Rumus :

I t=I 0 +20 log d−11

dimana: It = Intensitas kebisingan di lokasi penerima (receptor)


Io = Intensitas kebisingan di sumbernya
T = Lamanya pemaparan
d = Jarak sumber bising terhadap penerima (receptor)

Berdasarkan berbagai asumsi tersebut maka hasil pemodelan kebisingan di lingkungan


secara akumulasi ditampilkan pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4. Hasil Perhitungan Sebaran Kebisingan yang Bersumber dari Alat Berat pada
Kegiatan Pematangan Lahan

Radius Kebisingan (dBA)


(meter) Sumber Suara Rona Akhir

ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PASAR CICALENGKA III - 7


KECAMATAN CICALENGKA, KABUPATEN BANDUNG
BAB III PRAKIRAAN DAMPAK PENTING DISKOPERINDAG KABUPATEN BANDUNG

10 84 84
25 76 76
50 70 70
75 66 67
100 64 64
125 62 62
150 60 61
175 59 60
200 58 59
225 57 58
250 56 57
275 55 56
300 54 56
325 54 55
350 53 55
400 52 54
450 51 54
500 50 53
Sumber: Hasil Perhitungan, 2014
Ket.: Baku mutu tingkat kebisingan berdasarkan KEPMENLH No. KEP-
48/MENLH/11/1996, Lingkungan Permukiman 55 dBA

Berdasarkan Tabel 3.4, terlihat bahwa radius sebaran kebisingan terhadap reseptor,
khususnya penduduk (lingkungan permukiman), akan terjadi hingga radius 300 m
(melebihi baku mutu) dari sumber suara, sedangkan setelah radius 300 m atau lebih telah
memenuhi baku mutu. Kondisi kebisingan pada saat ini di permukiman penduduk terdekat
ke lokasi kegiatan adalah 31,04 - 44,76 dBA, sehingga besaran dampak sebaran kebisingan
terhadap lingkungan permukiman tergolong besar.

C. Pembangunan Infrastruktur Pasar

1) Prakiraan Besaran Dampak

Kegiatan pembangunan infrastruktur pasar berpotensi terhadap peningkatan intensitas


kebisingan, khususnya yang berasal pekerjaan pemancangan.

III - 8 ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PASAR CICALENGKA


KECAMATAN CICALENGKA, KABUPATEN BANDUNG
DISKOPERINDAG KABUPATEN BANDUNG BAB III PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

Untuk memberikan gambaran sebaran kebisingan dari kegiatan pemancangan, maka


dibuatkan pemodelan sebaran kebisingan melalui perhitungan matematika, yaitu melalui
beberapa pendekatan sebagai berikut :

i. Sumber suara alat yang digunakan = 85 dBA

ii. Kebisingan rona lingkungan = 31,04 - 44,76 dBA

iii. Sebaran kebisingan tidak mengalami hambatan

iv. Area sebaran kebisingan berupa lahan datar

Pemodelan sebaran kebisingan menggunakan Rumus :

r2
L P2 =L P1 - 20 log
r1

dimana: LP1 = Tingkat kebisingan pada jarak r1 (dBA)


LP2 = Tingkat kebisingan pada jarak r2 (dBA)
r1 = Jarak pengukuran dari sumber bising= 1 meter
r2 = Jarak pengukuran dari sumber bising (meter)

Berdasarkan berbagai asumsi tersebut maka hasil pemodelan kebisingan di lingkungan


secara akumulasi ditampilkan pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5. Hasil Perhitungan Sebaran Kebisingan di Lingkungan Sekitar Lokasi Kegiatan

No. Jarak (m) Kebisingan (dBA)


1. 1 85,00
2. 25 72,20
3. 50 61,02
4. 60 59,44
5. 70 58,10
6. 80 56,94
7. 90 55,92
8. 100 55,00
9. 150 51,48
10. 200 49,98
11. 250 47,04
Sumber: Hasil Perhitungan, 2014

ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PASAR CICALENGKA III - 9


KECAMATAN CICALENGKA, KABUPATEN BANDUNG
BAB III PRAKIRAAN DAMPAK PENTING DISKOPERINDAG KABUPATEN BANDUNG

Ket.: Baku mutu tingkat kebisingan berdasarkan KEPMENLH No. KEP-


48/MENLH/11/1996, Lingkungan Permukiman 55 dBA

Berdasarkan Tabel 3.5, terlihat bahwa radius sebaran kebisingan terhadap reseptor,
khususnya penduduk (lingkungan permukiman), akan terjadi dalam radius kurang dari 100
m (melebihi baku mutu) dari sumber suara, sedangkan dalam radius 100 m atau lebih telah
memenuhi baku mutu. Kondisi kebisingan pada saat ini di permukiman penduduk terdekat
ke lokasi kegiatan adalah 31,04 - 44,76 dBA, sehingga besaran dampak sebaran kebisingan
terhadap lingkungan permukiman tergolong besar.

3.1.3. Peningkatan Air Larian (Run Off)

1) Prakiraan Besaran Dampak

Perubahan karakteristik permukaan tanah akibat kegiatan pembangunan infrastruktur pasar


akan menyebabkan perubahan laju aliran air larian (run off), perubahan laju infiltrasi air
hujan ke dalam tanah, perubahan pola aliran permukaan, perubahan laju erosi serta
perubahan laju sedimen dalam perairan.

Kegiatan pembangunan infrastruktur pasar akan dilakukan seluas 5.312,02 m2 untuk


bangunan pasar, jalan dan tempat parkir (terbuat dari paving block) seluas 3.841,00 m2 dan
taman seluas 1.186,98 m2. Besarnya air larian di lokasi kegiatan dihitung dengan
menggunakan Rumus Chow, 1964 (Soemarwoto, 1998).

Q=0,2778.C . I . A

dimana: Q = debit banjir maksimum (m3/detik)


C = koefesien aliran/limpasan
I = Intensitas curah hujan (mm/jam)
A = daerah pengaliran (km2)

Berdasarkan U.S. Forest Service (1980), angka koefisien air larian (run off) menurut
keadaan lahan penutupnya adalah sebagai berikut :

 Hutan dalam keadaan baik : 0,05-0,25


 Lahan Pertanian : 0,20-0,50
 Semak belukar : 0,15-0,25

III - 10 ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PASAR CICALENGKA


KECAMATAN CICALENGKA, KABUPATEN BANDUNG
DISKOPERINDAG KABUPATEN BANDUNG BAB III PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

 Pemukiman : 0,30-0,70
 Area pemadatan yang kedap air : 0,70
 Area yang bersifat tidak kedap air : 0,45
 Bangunan yang bersifat kedap : 1,00

Kondisi pada saat ini di lokasi rencana kegiatan berupa lahan terbuka bekas bangunan
pasar yang terbakar seluas 10.160 m2 (0.010160 km2), sehingga diasumsikan untuk nilai C
adalah 0,45 dan akan berubah pada saat konstruksi menjadi bangunan kedap air seluas
5.312,02 m2 (nilai C = 1,0), area yang bersifat kedap air/jalan dan tempat parkir seluas
3.841,00 m2 (nilai C = 0,7) serta taman/RTH seluas 1.186,98 m2 (nilai C = 0,30),
sedangkan rata-rata curah hujan tertinggi di wilayah studi berdasarkan data adalah 355,90
mm dengan hari hujan 26 hari yang terjadi pada bulan Desember, maka nilai Intensitas
curah hujan 13,69 mm/hari hujan atau 0,57 mm/jam atau 0,00057 m/jam. Berdasarkan data
tersebut, sebelum dan setelah adanya kegiatan pembangunan infrastruktur pasar, debit air
larian (run off) dapat diperkirakan seperti pada tabel berikut.

Tabel 3.6. Hasil Perhitungan Air Larian (Run Off) Tanpa dan dengan Adanya Proyek

Koefesien Intensitas Debit


Daerah
Aliran/ Curah Hujan Pengaliran Banjir
Penggunaan Konstant
No. Jenis kegiatan Limpasan Maksimum
Lahan a (m/jam) (m2)
(m3/jam)
(C) (I) (A)
(Q)
1. Belum ada Lahan terbuka 0,2778 0,45 0,00057 10.160,00 0,72
kegiatan
proyek
2. Pembangunan Bangunan 0,2778 1,00 0,00057 5.312,02 0,84
infrastruktur pasar
pasar
Jalan & parkir 0,2778 0,70 0,00057 3.841,00 0,43
RTH 0,2778 0,30 0,00057 1.186,98 0,06
Jumlah No. 2 1,32
Sumber : Pengolahan data sekunder dari berbagai sumber, 2013
Keterangan : Nilai C dihitung berdasarkan rata-rata angka dari Chow, 1964

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa jumlah air larian sebelum ada kegiatan adalah 0,72
m3/jam atau 0,00020 m3/detik, sedangkan setelah ada kegiatan jumlah air larian menjadi
1,32 m3/jam atau 0,00037 m3/detik, sehingga ada peningkatan debit air larian sebesar 0,60

ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PASAR CICALENGKA III - 11


KECAMATAN CICALENGKA, KABUPATEN BANDUNG
BAB III PRAKIRAAN DAMPAK PENTING DISKOPERINDAG KABUPATEN BANDUNG

m3/jam atau 0,00017 m3/detik. Air larian tersebut akan dialirkan ke dalam sumur resapan,
maka dampaknya tergolong kecil.

3.1.4. Penurunan Kuantitas Air Tanah Dangkal

1) Prakiraan Besaran Dampak

Kegiatan pembangunan infrastruktur pasar, khususnya pekerjaan konstruksi basement akan


dilakukan seluas 5.312,02 m2. Kegiatan tersebut akan menimbulkan dampak terhadap
penurunan kuantitas air tanah dangkal pada sumur penduduk di sekitar lokasi kegiatan.
Penurunan kuantitas air tanah dangkal terjadi pada saat dilakukan dewatering dengan
menggunakan pompa kapasitas 1 – 2 liter/detik, adapun kondisi pada saat ini kedalaman
sumur dangkal (sumur gali) milik penduduk di sekitar lokasi kegiatan rata-rata memiliki
kedalaman 6 – 12 m dengan kedalaman muka air sumur 2 – 3 m, sehingga dampaknya
tergolong besar.

3.1.5. Penurunan Kualitas Air

1) Prakiraan Besaran Dampak

Kegiatan Pematangan Lahan dan Pembangunan Infrastruktur Pasar diprakirakan akan


menimbulkan dampak terhadap penurunan kualitas air permukaan, khususnya akan
meningkatkan padatan tersuspensi dan pelumpuran di badan air penerima.

Pekerjaan galian tanah untuk membuat basement cukup besar, yaitu dalamnya mencapai 4
m dengan luas 5.132,02 m2, sehingga material hasil galian tersebut apabila tercecer dan
terbawa hanyut (tererosi) ke badan air pada saat hujan turun, akan menyebabkan
pelumpuran dan peningkatan kandungan padatan tersuspensi (TSS) sehingga akan
mempengaruhi kualitas air. Demikian pula pada saat pembangunan infrastruktur pasar,
ceceran material seperti pasir dan semen apabila terbawa air hujan dan masuk ke badan air
penerima akan meningkatkan kandungan padatan tersuspensi (TSS).

Perkiraan besarnya potensi erosi pada saat kegiatan pematangan lahan adalah sebagai
berikut:

A=RKLSCP

Dimana :

III - 12 ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PASAR CICALENGKA


KECAMATAN CICALENGKA, KABUPATEN BANDUNG
DISKOPERINDAG KABUPATEN BANDUNG BAB III PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

A = rata-rata potensi erosi tanah tahunan (ton/ha)

R = indeks erosivitas hujan dihitung dengan rumus R = 0,41 x H 1,09 dimana H adalah
curah hujan (mm/tahun)

Lo
L = dihitung dengan rumus
L=
√ 22 dengan Lo = panjang lereng (m)

( s )1,4
S=
S = dihitung dengan rumus 9 dengan s = kemiringan lereng (%)

Berdasarkan data dan pengamatan lapangan, maka:


 R = 0,41 x (2.052,04)1,09 = 1.671,35; curah hujan rata-rata tahunan di wilayah studi
adalah 2.052,04 mm/tahun.
 L =  (25/22) = 1,07 ; rata-rata panjang lereng di wilayah studi adalah 25 m.
 S = (5)1,4/9 = 1,06 ; rata-rata kemiringan di wilayah studi adalah 5%.
 Penggunaan lahan di lokasi rencana kegiatan berupa tanah terbuka (tanpa tanaman
akibat land clearing) , sehingga nilai C = 0,45
 Pengelolaan tanah di lokasi rencana kegiatan tanpa tindakan konservasi, sehingga
nilai P = 0,5
 Jenis tanah di lokasi rencana kegiatan adalah latosol merah-kuning, sehingga nilai
K = 0,12

Sehingga besarnya potensi erosi adalah:

A = 1.671,35 x 0,12 x 1,07 x 1,06 x 0,45 x 0,5

= 51,18 ton/ha/tahun

Kelas erosi menurut Departemen Kehutanan RI (1987) adalah :

Kelas 1 : sangat ringan : < 15 ton/ha/tahun

Kelas 2 : ringan : 15 – 60 ton/ha/tahun

Kelas 3 : Sedang : 60 – 180 ton/ha/tahun

Kelas 4 : Berat : 180 – 480 ton/ha/tahun

ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PASAR CICALENGKA III - 13


KECAMATAN CICALENGKA, KABUPATEN BANDUNG
BAB III PRAKIRAAN DAMPAK PENTING DISKOPERINDAG KABUPATEN BANDUNG

Potensi tererosinya tanah di lokasi rencana kegiatan pada saat kegiatan


pematangan/penyiapan lahan dan pembangunan infrastruktur pasar adalah 51,18
ton/ha/tahun (tergolong ringan).

Tingginya laju erosi serta meningkatnya jumlah air larian akan menyebabkan penurunan
kualitas air badan air penerima. Penurunan kualitas air tersebut akibat meningkatnya
parameter total padatan tersuspensi (TSS). Besaran TSS yang terkandung dalam air larian
adalah:

 Erosi pada pematangan lahan konstruksi : 51,18 Ton/Ha/tahun


 Luas lahan yang dibuka pada saat konstruksi : 1,016 Ha
 Debit air larian pada saat konstruksi : 1,32 m3/jam atau 31,68 m3/hari

Maka:

 Besarnya erosi tahunan = 51,18 Ton/Ha/th x 1,016 Ha


= 52,00 Ton/tahun
= 0,14 Ton/hari
 Besarnya TSS yang terbawa air larian = 0,14 Ton/hari : 31,68 m3/hari
= 4,50 mg/L
 TSS yang masuk ke saluran irigasi = 4,50 mg/L x 20% (asumsi)
= 0,90 mg/L.

Kandungan TSS di saluran irigasi saat ini pada musim hujan (rona) berkisar 56,29 mg/L,
pada saat ini telah melewati baku mutu, sehingga masuknya TSS yang terbawa oleh air
larian dari lokasi pembangunan pasar sebesar 0,90 mg/L akan menambah beban
pencemaran terhadap saluran irigasi tersebut.

3.1.6. Gangguan Getaran

1) Prakiraan Besaran Dampak

Kegiatan pembangunan infrastruktur pasar, khususnya pekerjaan pembuatan pondasi


dengan sistem tiang pancang akan menimbulkan dampak terhadap gangguan getaran.

Untuk memprakirakan dampak getaran dari tiang pancang digunakan data empiris dari
Puslitbang Permukiman (2008), yaitu pada Jurnal Permukiman Vol. 3 No.1 Mei 2008
tentang Pengaruh Getaran Pemasangan Pondasi Tiang Pancang Terhadap Lingkungan

III - 14 ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PASAR CICALENGKA


KECAMATAN CICALENGKA, KABUPATEN BANDUNG
DISKOPERINDAG KABUPATEN BANDUNG BAB III PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

Permukiman. Dampak getaran dari kegiatan pemancangan pondasi gedung dengan panjang
tiang pancang 12 m disajikan pada tabel berikut.

Tabel 3.7. Rata-rata Hasil Uji Vibrasi Tiang Pancang

Frekuensi Simpangan Kecepatan


No Jarak Kedalaman
(Hz) (x 10-6 m) (x 10 mm/det.)
1. 25 0 – 24 4,40 359 9,93
2. 50 0 – 20 4,70 336 9,92
3. 75 0 – 23 2,39 619 9,90
4. 100 0 – 22 4,24 331 8,82
5. 150 0 – 18 4,32 314 8,52
6. 200 0 – 22 3,98 329 8,23
Sumber: Puslitbang Permukiman, 2008

Dari data empiris tersebut, kemudian dibandingkan dengan standar getaran menurut
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 49 Tahun 1996. Berdasarkan standar
tersebut, dampak getaran dibagi dua, yaitu terhadap kenyamanan manusia dan terhadap
kerusakan fisik bangunan.

- Dampak getaran terhadap kenyamanan dan kesehatan manusia

Dampak getaran terhadap kenyamanan manusia dibagi menjadi empat kategori


berdasarkan besaran frekuensi dan amplitudo maksimum seperti terlihat pada tabel
berikut ini.

Tabel 3.8. Baku Tingkat Getaran untuk Kenyamanan dan Kesehatan

Nilai Tingkat Getaran, dalam mikron (10-6 meter)


Frekuens Tidak
i (Hz) Menggangg Tidak Menyakitka
Menggangg
u Nyaman n
u
4 < 100 100-500 > 500-1000 > 1000
5 < 80 80-350 > 350-1000 > 1000
6,3 < 70 70-275 > 275-1000 > 1000
8 < 50 50-160 > 160 - 500 > 500
10 < 37 37-120 > 120-300 > 300
12,5 < 32 32-90 > 90 - 220 > 220
16 < 25 25-60 > 60-120 > 120

ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PASAR CICALENGKA III - 15


KECAMATAN CICALENGKA, KABUPATEN BANDUNG
BAB III PRAKIRAAN DAMPAK PENTING DISKOPERINDAG KABUPATEN BANDUNG

20 < 20 20-40 > 40-85 > 85


25 <7 17-30 > 30-50 > 50
31,5 <2 12-20 > 20-30 > 30
40 <9 9-15 > 15-20 > 20
50 <8 8-12 > 12-15 > 15
63 <6 6-9 > 9-12 > 12
Sumber: Lampiran I Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 49 Tahun 1996

- Dampak getaran terhadap kerusakan fisik bangunan

Dampak getaran terhadap kerusakan fisik bangunan dibagi menjadi empat kategori
berdasarkan besaran frekuensi dan cepat rambat gelombang seperti terlihat pada tabel
berikut ini.

Tabel 3.9. Baku Tingkat Getaran Mekanik Berdasarkan Dampak Kerusakan

Frekuensi Batas Gerakan Peak (mm/detik)


(Hz) Kategori A Kategori B Kategori C Kategori D
4 <2 2-27 > 27-40 > 140
5 < 7,5 < 7,5-25 > 24-130 > 130
6,3 <7 < 7-21 > 21-110 > 110
8 <6 < 6-19 > 19 -100 > 100
10 < 5,2 < 5,2-16 > 16-90 > 90
12,5 < 4,8 < 4,8-15 > 15-80 > 80
16 <4 < 4-14 > 14-70 > 70
20 < 3,8 < 3,8-12 > 12-67 > 67
25 < 3,2 < 3,2-10 > 10-60 > 60
31,5 <3 < 3-9 > 9-53 > 53
40 <2 < 2-8 > 8-50 > 50
50 <1 < 1-7 > 7-42 > 42
Sumber: Lampiran II Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 49 Tahun 1996
Keterangan: Kategori A : Tidak menimbulkan kerusakan
Kategori B : Kemungkinan keretakan plesteran (retak/terlepas plesteran pada
dinding pemikul beban pada kasus khusus)
Kategori C : Kemungkinan rusak komponen struktur dinding pemikul beban
Kategori D : Rusak dinding pemikul beban

III - 16 ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PASAR CICALENGKA


KECAMATAN CICALENGKA, KABUPATEN BANDUNG
DISKOPERINDAG KABUPATEN BANDUNG BAB III PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

Berdasarkan data pada Tabel 3.5 hingga Tabel 3.7, maka dampak terhadap kenyamanan
manusia sampai radius 75 m termasuk menimbulkan rasa tidak nyaman, sedangkan
pengaruh terhadap komponen bangunan termasuk kategori B, yaitu dapat menimbulkan
retakan pada plesteran dinding bangunan sampai jarak 200 m. Oleh karena itu, dampak
tergolong besar.

3.1.7. Terganggunya Kelancaran Lalu Lintas

1) Prakiraan Besaran Dampak

Untuk memprakirakan dampak dari kegiatan mobilisasi alat berat dan material terhadap
terganggunya kelancaran lalu lintas digunakan hasil dari Studi Analisis Dampak Lalu
Lintas Pembangunan Pasar Cicalengka (Dinas Perhubungan Kabupaten Bandung, 2013).

Hal yang harus diwaspadai dalam masa konstruksi adalah aktivitas mobil barang
pengangkut material bangunan. Walaupun volumenya tidak terlalu banyak, namun aspek
keselamatan dan keamanan operasionalnya menjadi penting untuk diperhatikan, baik di
sepanjang perjalanan maupun pada saat kendaraan melakukan manuver keluar masuk
kawasan pembangunan. Selain itu, jumlah pegawai yang terlibat dalam kegiatan konstruksi
juga pastinya akan menimbulkan pergerakan perjalanan baru. Tercampurnya arus keluar
masuk lokasi pembangunan antara angkutan barang dengan angkutan orang berpotensi
menimbulkan konflik lalu lintas.

Kondisi pada saat ini pada Jalan Raya Cicalengka memiliki kapasitas sebesar 2.229,98
smp/jam dengan volume tertinggi 1.050,20 smp/jam dan VCR 0,47. Pada saat dilakukan
kegiatan mobilisasi akan terjadi penambahan sekitar 13 smp yang dihasilkan dari 10 truk
pengangkut alat berat dan material dengan ritasi pada saat puncaknya mencapai 20 rit/hari
(2 rit/hari/truk), oleh karena itu dampaknya tergolong kecil.

3.1.8. Terganggunya Biota Air

1) Prakiraan Besaran Dampak

Kegiatan pematangan/penyiapan lahan berupa pekerjaan galian tanah untuk basement serta
kegiatan pembangunan infrastruktur pasar berpotensi menimbulkan peningkatan TSS di
perairan dan akan menimbulkan dampak lanjutan terganggunya biota air.

ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PASAR CICALENGKA III - 17


KECAMATAN CICALENGKA, KABUPATEN BANDUNG
BAB III PRAKIRAAN DAMPAK PENTING DISKOPERINDAG KABUPATEN BANDUNG

Pekerjaan galian tanah dalamnya mencapai 4 m dan seluas ± 5.132,02 m2, sehingga
material hasil galian yang tercecer, apabila terkena air hujan akan masuk ke perairan.
Masuknya material galian ke perairan akan meningkatkan TSS dan dapat mengganggu
biota air.

TSS yang masuk ke perairan diperkirakan sebesar 1,047 mg/L, adapun data rona
lingkungan untuk TSS di badan air penerima (saluran irigasi) adalah 56,29 mg/L atau telah
melebihi baku mutu yang dipersyaratkan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun
2001 tentang Baku Mutu Air Kelas II yaitu sebesar 50 mg/L, sehingga dengan masuknya
TSS sebesar 1,047 mg/L dari lokasi kegiatan, akan meningkat dan menambah beban
pencemar di badan air penerima tersebut.

Berdasarkan rona lingkungan, diketahui hasil perhitungan Indeks Diversitas Shannon-


Wiener (H’) untuk fitoplankton di badan air penerima (saluran irigasi) saat ini memiliki
nilai 1,338 dengan kelimpahan sebanyak 495 sel/liter dan hasil perhitungan Indeks
Dominansi Simpson (D) untuk fitoplankton memiliki nilai 0,316. Untuk zooplankton,
memiliki nilai Indeks Diversitas Shannon – Wiener (H’) 0,637 dan Indeks Dominansi
Simpson (D) 0,556 dengan kelimpahan sebanyak 99 individu/liter. Adapun untuk benthos,
hanya dijumpai satu jenis dengan kelimpahan 75 individu/m2. Berdasarkan kondisi
tersebut, maka biota air di badan air penerima kegiatan (saluran irigasi) berada dalam
kondisi sedang hingga tidak stabil, sehingga adanya penambahan beban pencemar
(peningkatan TSS) akan semakin membuat biota air tertekan, maka dampaknya tergolong
besar.

3.1.9. Terbukanya Kesempatan Kerja dan Berusaha

1) Prakiraan Besaran Dampak

Pengadaan tenaga kerja dan aktivitasnya aktivitas untuk kegiatan konstruksi menjadi
sumber mata pencaharian baru bagi masyarakat setempat. Dampak ini adalah dampak
langsung (primer). Tenaga kerja konstruksi yang direncanakan direkrut sekitar 41 orang,
dimana sebagian besar (80% atau ± 33 orang) akan dipenuhi dari tenaga kerja setempat.
Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk usia produktif (15 – 64 th) di Kecamatan
Cicalengka, yaitu 71.620 jiwa, maka jumlah tenaga kerja yang direkrut tergolong kecil
(0,05%), sehingga dampaknya tergolong kecil.

III - 18 ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PASAR CICALENGKA


KECAMATAN CICALENGKA, KABUPATEN BANDUNG
DISKOPERINDAG KABUPATEN BANDUNG BAB III PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

3.1.10. Timbulnya Keresahan Masyarakat

1) Prakiraan Besaran Dampak

Sedikitnya tenaga kerja yang direkrut untuk konstruksi, yaitu 33 orang dari 41 tenaga kerja
total, diprakirakan akan mengakibatkan timbulnya keresahan masyarakat.

Keresahan masyarakat juga akan timbul akibat terjadinya peningkatan debu lokal pada
kegiatan pematangan/penyiapan lahan; peningkatan kebisingan pada kegiatan mobiliasi
alat berat dan material, pematangan/penyiapan lahan dan pembangunan infrastruktur pasar;
penurunan kuantitas air tanah dangkal pada kegiatan pematangan/penyiapan lahan;
penurunan kualitas air pada kegiatan pematangan/penyiapan lahan serta pembangunan
infrastruktur pasar; serta terganggunya kelancaran lalu lintas pada kegiatan mobilisasi alat
berat dan material. Oleh karena itu dampaknya tergolong besar.

3.1.11. Terjadinya Konflik Sosial

1) Prakiraan Besaran Dampak

Sedikitnya tenaga kerja yang direkrut untuk konstruksi, yaitu 33 orang dari 41 tenaga kerja
total, diprakirakan dapat menimbulkan ketidak-puasan masyarakat sehingga dapat
menimbulkan potensi terjadinya konflik sosial.

Tenaga kerja konstruksi yang direncanakan direkrut sekitar 41 orang, dimana sebagian
besar (80% atau ± 33 orang) akan dipenuhi dari tenaga kerja setempat. Jika dibandingkan
dengan jumlah penduduk usia produktif (15 – 64 th) di Kecamatan Cicalengka, yaitu
71.620 jiwa, maka jumlah tenaga kerja yang direkrut tergolong kecil (0,05%), sehingga
dapat menimbulkan ketidak-puasan sebagian masyarakat yang ingin dilibatkan. Namun
pengadaan tenaga kerja tidak menjadi isu pokok pada saat konsultasi publik, sehingga
dampaknya tergolong kecil.

3.1.12. Gangguan Kesehatan Lingkungan

1) Prakiraan Besaran Dampak

ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PASAR CICALENGKA III - 19


KECAMATAN CICALENGKA, KABUPATEN BANDUNG
BAB III PRAKIRAAN DAMPAK PENTING DISKOPERINDAG KABUPATEN BANDUNG

Dampak terhadap kesehatan lingkungan dari kegiatan pematangan lahan dan pembangunan
infrastruktur pasar merupakan dampak turunan dari penurunan kualitas udara, peningkatan
kebisingan dan penurunan kualitas air. Gangguan kesehatan lingkungan akibat dari
penurunan kualitas udara, yaitu akibat paparan debu pada saat dilakukan kegiatan
pematangan lahan dan pembangunan infrastruktur pasar. Paparan debu sebanyak 695,52
µg/m3 diprakirakan akan menyebar hingga radius 45 m, debu tersebut dapat menempel
pada permukaan bangunan, jalan hingga permukaan daun. Banyaknya debu yang
menempel tersebut, khususnya pada saat kemarau akan mengganggu kesehatan
lingkungan.

Gangguan kesehatan lingkungan lainnya yaitu peningkatan kebisingan. Sumber kebisingan


dari alat yang digunakan pada saat kegiatan pematangan/penyiapan lahan dan
pembangunan infrastruktur pasar adalah 90 dBA. Kebisingan yang ditimbulkan
diprakirakan akan melebihi baku mutu hingga radius 350 m dari sumber suara (BML = 55
dBA) dan akan menimbulkan gangguan kesehatan dan kenyamanan lingkungan.

Gangguan kesehatan lingkungan akibat dari penurunan kualitas air yaitu dari sedimen hasil
kegiatan pematangan lahan dan pembangunan infrastruktur pasar yang terbawa oleh run
off menuju ke saluran drainase/irigasi di sekitar pemukiman warga, dan dapat menurunkan
nilai estetika lingkungan. Selain itu, sedimen yang terbawa ke saluran irigasi bisa
menimbulkan banjir sehingga akan menyebabkan sanitasi buruk dan dapat juga
menimbulkan habitat vektor penyakit di sekitar lokasi kegiatan.

3.1.13. Peningkatan Morbiditas

1) Prakiraan Besaran Dampak

Kegiatan pematangan/penyiapan lahan dapat menimbulkan gangguan kesehatan


lingkungan, sehingga meningkatkan morbiditas (angka sakit) yang merupakan dampak
turunan dari peningkatan debu, peningkatan kebisingan dan penurunan kualitas air
permukaan.

Dampak terhadap kesehatan akibat masuknya partikel debu ke saluran pernafasan sehingga
berpotensi menyebabkan penyakit asma, common cold, infeksi saluran pernapasan akut
(ISPA), dan gangguan paru-paru, tetapi tidak semua debu yang masuk ke saluran napas
akan mengendap di paru. Pengendapan debu di paru dipengaruhi oleh beberapa faktor, di

III - 20 ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PASAR CICALENGKA


KECAMATAN CICALENGKA, KABUPATEN BANDUNG
DISKOPERINDAG KABUPATEN BANDUNG BAB III PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

antaranya jenis dan karakteristik debu itu sendiri, lamanya paparan serta daya tahan tubuh
seseorang. Semakin tinggi konsentrasi partikel debu dalam udara dan semakin lama
paparan berlangsung, kemungkinan jumlah partikel yang mengendap di paru juga semakin
banyak. Paparan debu dari lokasi kegiatan diperkirakan hingga radius 45 m.

Dampak terhadap kesehatan akibat peningkatan kebisingan hingga radius 350 m dari lokasi
kegiatan, secara berulang-ulang terpapar kebisingan besar resiko untuk mengalami
gangguan kesehatan terutama pada bagian pendengarannya. Dan tidak menutup
kemungkinan akan mengalami gangguan kesehatan mental apabila terus-menerus berada
dalam keadaan tersebut dalam kurun waktu yang lama. Pengaruh kebisingan terhadap
kesehatan tergantung pada frekuensi, intesitas, lama paparan, jenis bising dan sesitivitas
individu. Dalam kegiatan pematangan/penyiapan lahan pekerja yang kesehariannya
berhadapan dengan mesin akan lebih beresiko mengalami gangguan kesehatan yang
ditimbulkan karena adanya suara bising dari mesin. Selain gangguan fisiologis dan
pendengaran, kebisingan juga akan menimbulkan gangguan psikologis berupa stress,
insomnia, depresi dan sebagainya. Disamping itu, kebisingan juga dapat menggaggu
komunikasi. Seseorang yang sudah terbiasa berkerja dalam keadaan bising biasanya
berkomunikasi dengan yang lainnya dengan cara berteriak agar suaranya terdengar. Oleh
karena sudah terbiasa berbicara keras di lingkungan kerja sebagai akibat dari lingkungan
kerja yang bising. Maka kebiasaan ini akan terbawa ke dalam lingkungan luar.

Demikian pula dampak akibat penurunan kualitas air yang tidak memenuhi syarat
kesehatan merupakan media penularan penyakit karena air merupakan salah satu media
dari berbagai macam penularan tertama penyakit perut (Diare). Mauknya limbah/cemaran
ke badan air penerima pada saat kegiatan pematangan/penyiapan lahan dapat meurunkan
kualitas air, sehingga dapat menimbulkan habitat vektor penyakit disekitar tapak proyek.

Dampak peningkatan morbiditas (angka kesakitan) merupakan dampak kumulatif dari


pencemaran lingkungan yang berlangsung secara terus menerus, sehingga berkategori
dampak besar.

3.2. Tahap Operasi

3.2.1. Penurunan Kualitas Udara

1) Prakiraan Besaran Dampak

ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PASAR CICALENGKA III - 21


KECAMATAN CICALENGKA, KABUPATEN BANDUNG
BAB III PRAKIRAAN DAMPAK PENTING DISKOPERINDAG KABUPATEN BANDUNG

Pengoperasian Pasar Cicalengka akan meningkatkan mobilitas kendaraan, baik itu mobil
penumpang, truk maupun sepeda motor yang masuk dan keluar area pasar sehingga
dampaknya akan meningkatkan debu lokal dan gas buang dari kendaraan (CO, NO 2, SO2 &
Pb). Peningkatan debu dan gas buang kendaraan akan menurunkan kualitas udara di lokasi
pasar dan menyebar ke lingkungan sekitarnya. Dampak yang terjadi akan berlangsung
terus menerus selama pengoperasian pasar, dan akan mengganggu terhadap semua
pengunjung pasar yang cukup banyak, selain itu sebaran debu dan gas buang akan
dirasakan pula oleh penduduk sekitar lokasi pasar. Dampak lanjutannya adalah adalah
terhadap gangguan kesehatan khususnya sistem pernafasan serta penurunan estetika
lingkungan karena debu menempel pada tanaman dan bangunan sehingga terlihat kotor.

Besaran masing-masing parameter gas buang berdasarkan sumber emisinya menurut


Environmental Data Book (1992) dan Zears Zemansky (1976) dapat dilihat pada tabel
berikut.

Tabel 3.10. Emisi Gas dari Kendaraan Bermotor pada Saat Pengoperasian Pasar

Faktor Emisi
No Jenis Alat Berat CO NO2 SO2
Kg/jam μg/m³ Kg/jam μg/m³ Kg/jam μg/m³
1 Truck 0,608 8,712 3,464 27,712 0,206 1,660
2 Kendaraan Lain-lain 0,188 2,694 1,031 8,248 0,065 0,524
Total Emisi (Kg/jam) 0,796 - 1,031 - 0,065 -
Δ Konsentrasi Ambien (μg/m³) 11,406 35,960 2,184
Rona Lingkugan Awal <102 12,77- 13,11 1,26- 12,24
Baku mutu 30 400 900
Sumber: Environmental Data Book, 1992
Keterangan: 1) = Hasil Analisis LPKL – BINALAB, 2013
2) = Baku Mutu Udara Ambien Nasional berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999

Berdasarkan tabel tersebut, terlihat bahwa besarnya peningkatan konsentrasi kualitas udara
ambien pada saat kendaraan bermotor melewati reseptor adalah gas CO sebesar 11,406
μg/m³, NO2 sebesar 35,960 μg/m³ dan SO2 sebesar 2,184 μg/m³. Apabila
memperhitungkan data rona lingkungan kualitas udara ambien, maka besaran

III - 22 ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PASAR CICALENGKA


KECAMATAN CICALENGKA, KABUPATEN BANDUNG
DISKOPERINDAG KABUPATEN BANDUNG BAB III PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

dampak kondisi rona akhir adalah cukup kecil pada saat kegiatan berlangsung
karena masih jauh di bawah baku mutu.

Adapun untuk memprediksi resuspensi debu lokal yang diakibatkan oleh pergerakan roda
kendaraan, khususnya pada saat musim kemarau, akan dihitung dengan dengan
menggunakan persamaan seperti yang diuraikan pada sub bab 3.1.1, yaitu:

eu = 5,9 (s/12) ( S/30) (W/7)0,7 (w/4)0,5 (d/365)

Dimana : eu = jumlah debu per panjang area (lb/mile)


s = silt content (%)
S = kecepatan kendaraan (mile/jam)
W = berat kendaraan (ton)
w = jumlah roda kendaraan
d = jumlah hari tidak hujan dalam satu tahun

Bila diketahui silt content 6%, kecepatan kendaraan 25 km/jam, berat kendaraan rata-rata
1,4 ton, jumlah roda 4 buah, jumlah hari hujan dalam 1 tahun 207 hari, sehingga kecepatan
sebaran debu yang akan terangkat ke udara akibat pergerakan roda kendaraan ke udara
adalah:

eu = 5,9 (6/12) (15,53/30) (1,4/7)0,7 (4/4)0,5 (158/365)

= 5,9 (0,5) (0,518) (0,324) (1) (0,43)

= 0,213 lb/mile ≈ 0.133 lb/km

Apabila lebar jalan yang dilalui adalah 7 m dan tinggi kepulan debu 3 m, maka konsentrasi
sebaran debu sepanjang jalan yang dilalui adalah:

C = eu /(lebar jalan x tinggi kepulan debu)

= (0,133 x 0,4536 X 109) / (7 x 3 x 1.000)

= 2.872,8 µg/m3

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut di atas terlihat bahwa konsentrasi debu di udara
ambien pada saat kendaraan lewat mencapai 2.872,8 µg/m 3. Sedangkan konsentrasi debu di
sekitar lokasi kegiatan pada saat ini (rona awal) 102,98 – 108,27 µg/m3, sehingga terjadi
peningkatan sekitar 26,5 kali, maka besaran dampaknya tergolong besar.

ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PASAR CICALENGKA III - 23


KECAMATAN CICALENGKA, KABUPATEN BANDUNG
BAB III PRAKIRAAN DAMPAK PENTING DISKOPERINDAG KABUPATEN BANDUNG

Nilai ISPU untuk debu di sekitar lokasi kegiatan pada saat ini masuk kategori tidak sehat,
sehingga akan meningkat pada saat pengoperasian pasar menjadi berbahaya. Peningkatan
debu lokal di area pasar dan sekitarnya dapat menyebabkan gangguan kesehatan (ISPA),
serta menurunkan estetika lingkungan.

3.2.2. Peningkatan Kebisingan

1) Prakiraan Besaran Dampak

Banyaknya aktivitas di lokasi pasar seperti mobilitas kendaraan yang masuk dan ke luar
pasar, aktivitas pembeli dan pedagang, dan lain-lain akan menimbulkan peningkatan
kebisingan. Kebisingan terutama bersumber dari mobilitas kendaraan.

Untuk memprediksi pola sebaran kebisingan dari pengoperasian Pasar Cicalengka terhadap
lingkungan sekitarnya dibantu melalui perhitungan matematika berikut ini:

I t=I o +10 log ( N i /v i¿ .T )+10 log(15/d)1,5 −13 ¿

dimana: It = Intensitas kebisingan di lokasi penerima (receptor)


Io = Intensitas kebisingan di sumbernya
Ni = Jumlah kendaraan yang lewat secara bersamaan
vi = Kecepatan kendaraan yang lewat
T = Lamanya pemaparan
d = Jarak sumber bising terhadap penerima (receptor).

Angka 15, 1.5, 13 dan 11 adalah faktor koreksi (tetapan)

Pendekatan yang dilakukan adalah suara yang diemisikan kendaraan diambil rata-rata yaitu
85 dBA pada sumbernya, jumlah kendaraan yang bergerak secara bersamaan rata-rata 5
kendaraan serta kecepatan kendaraan rata-rata adalah 35 km/jam. Berdasarkan berbagai
asumsi tersebut maka hasil pemodelan kebisingan di lingkungan secara akumulasi
ditampilkan pada Tabel 3.11.

Tabel 3.11. Hasil Perhitungan Sebaran Kebisingan di Lingkungan Sekitar Pasar Cicalengka

No Radius (meter) Tingkat Kebising (dBA)


1 1 87,21

III - 24 ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PASAR CICALENGKA


KECAMATAN CICALENGKA, KABUPATEN BANDUNG
DISKOPERINDAG KABUPATEN BANDUNG BAB III PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

No Radius (meter) Tingkat Kebising (dBA)


2 10 72,21
3 20 67,70
4 30 65,05
5 40 63,18
6 50 61,73
7 60 60,54
8 70 59,53
9 80 58,66
10 90 57,90
11 100 57,21
12 125 55,76
13 150 54,57
14 175 53,57
15 200 52,70
Sumber: Hasil Perhitungan, 2014
Ket.: Baku mutu tingkat kebisingan berdasarkan KEPMENLH No.
48 Th 1996, Peruntukkan Permukiman 55 dBA, Perdagangan dan
Jasa 70 dBA.

Berdasarkan hasil perhitungan sebaran kebisingan pada Tabel 3.11 terlihat bahwa
kebisingan melebihi baku mutu lingkungan permukiman hingga radius 125 m dari lokasi
pasar, sedangkan setelah jarak 125 m telah memenuhi baku mutu. Adapun sebaran
kebisingan untuk area perdagangan dan jasa akan melebihi baku mutu dalam radius 20 m.

Lokasi pasar berbatasan langsung dengan permukiman masyarakat Desa Cicalengka Wetan
dan Desa Cicalengka Kulon, sehingga kebisingan ini dapat menyebabkan gangguan
kenyamanan bagi masyarakat di sekitar lokasi pasar. Kondisi kebisingan pada saat ini di
permukiman penduduk terdekat ke lokasi kegiatan adalah 31,04 - 44,76 dBA, sehingga
besaran dampak sebaran kebisingan terhadap lingkungan permukiman tergolong besar.

3.2.3. Peningkatan Air Larian (Run Off)

1) Prakiraan Besaran Dampak

Perubahan perubahan kondisi lahan yang tadinya berupa lahan terbuka menjadi areal
tertutup bangunan akan menyebabkan perubahan laju aliran air larian (run off), perubahan
laju infiltrasi air hujan ke dalam tanah, perubahan pola aliran permukaan, perubahan laju
erosi serta perubahan laju sedimen dalam perairan.

ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PASAR CICALENGKA III - 25


KECAMATAN CICALENGKA, KABUPATEN BANDUNG
BAB III PRAKIRAAN DAMPAK PENTING DISKOPERINDAG KABUPATEN BANDUNG

Areal yang tertutup bangunan adalah seluas 5.312,02 m2 yang berupa bangunan/gedung
pasar, jalan dan tempat parkir (terbuat dari paving block) seluas 3.841,00 m2 dan taman
seluas 1.186,98 m2. Besarnya air larian di lokasi kegiatan dihitung dengan menggunakan
Rumus Chow, 1964 (Soemarwoto, 1998).

Q=0,2778.C . I . A

dimana: Q = debit banjir maksimum (m3/detik)


C = koefesien aliran/limpasan
I = Intensitas curah hujan (mm/jam)
A = daerah pengaliran (km2)

Berdasarkan U.S. Forest Service (1980), angka koefisien air larian (run off) menurut
keadaan lahan penutupnya adalah sebagai berikut :

 Hutan dalam keadaan baik : 0,05-0,25


 Lahan Pertanian : 0,20-0,50
 Semak belukar : 0,15-0,25
 Pemukiman : 0,30-0,70
 Area pemadatan yang kedap air : 0,70
 Area yang bersifat tidak kedap air : 0,45
 Bangunan yang bersifat kedap : 1,00

Pendekatan yang dilakukan untuk menghitung besarnya air larian (run off) dari lokasi pasar
yaitu koefisien air larian dari bangunan kedap air seluas 5.312,02 m2 (nilai C = 1,0), area
yang bersifat kedap air/jalan dan tempat parkir seluas 3.841,00 m2 (nilai C = 0,7) serta
taman/RTH seluas 1.186,98 m2 (nilai C = 0,30), sedangkan rata-rata curah hujan tertinggi
di wilayah studi berdasarkan data adalah 355,90 mm dengan hari hujan 26 hari yang terjadi
pada bulan Desember, maka nilai Intensitas curah hujan 13,69 mm/hari hujan atau 0,57
mm/jam atau 0,00057 m/jam. Berdasarkan data tersebut besarnya air larian dapat
diperkirakan seperti pada tabel berikut.

Tabel 3.12. Hasil Perhitungan Air Larian (Run Off) pada Saat Pengoperasian Pasar

Koefesien Intensitas Daerah Debit Banjir


Penggunaan Aliran/ Curah Hujan Pengalira Maksimum
No. Konstant
Lahan a Limpasan (m/jam) n (m2) (m3/jam)
(C) (I) (A) (Q)

III - 26 ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PASAR CICALENGKA


KECAMATAN CICALENGKA, KABUPATEN BANDUNG
DISKOPERINDAG KABUPATEN BANDUNG BAB III PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

1. Bangunan pasar 0,2778 1,00 0,00057 5.312,02 0,84

2. Jalan & tempat 0,2778 0,70 0,00057 3.841,00 0,43


parkir
3. RTH 0,2778 0,30 0,00057 1.186,98 0,06
Jumlah 1,32
Sumber : Pengolahan data sekunder dari berbagai sumber, 2013
Keterangan : Nilai C dihitung berdasarkan rata-rata angka dari Chow, 1964

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa jumlah air larian pada saat pengoperasian pasar
adalah 1,32 m3/jam atau 0,00037 m3/detik, adapun jumlah air larian sebelum ada bangunan
pasar dan infrastrukturnya (seperti telah diuraikan pada sub Bab 3.1.3) adalah 0,72 m3/jam
atau 0,00020 m3/detik, sehingga ada peningkatan debit air larian sebesar 0,60 m3/jam atau
0,00017 m3/detik. Air larian tersebut akan dialirkan ke dalam sumur resapan dan
diprakirakan sebanyak 80% dari total run off yang dihasilkan atau sebesar 1,06 m3/jam
akan meresap, sehingga air yang kemumngkinan masuk ke badan air penerima adalah kecil
(0,26 m3/jam), maka dampaknya tergolong kecil.

3.2.4. Penurunan Kualitas Air

1) Prakiraan Besaran Dampak

Berbagai buangan limbah dari kegiatan pasar diperkirakan dapat mencemari badan air di
sekitar lokasi kegiatan dan daerah hilirnya. Jenis limbah yang dihasilkan meliputi limbah
cair dan padat. Limbah cair bersumber dari kegiatan pedagang dan pengunjung (MCK)
yang antara lain mengandung zat organik yang tinggi. Limbah dan bahan pencemar
tersebut apabila masuk ke badan air penerima (saluran Ciseureuh) akan menambah beban
pencemaran yang akan menurunkan kualitas air akibat meningkatnya kadar BOD, total
padatan terlarut (TDS), total padatan tersuspensi (TSS), serta minyak dan lemak, sehingga
menurunkan kualitas air saluran Ciseureuh. Jumlah grey water yang berpotensi masuk ke
badan air penerima terdekat yang akan dihasilkan adalah dari pedagang dan pengelola
sebesar 132.780 L/hari (32,780 m3/hari), pengunjung sebesar 41.487 L/hari (41,487
m3/hari), lapak basah dan RPU 39.000 L/hari (39.00 m 3/hari) serta utiliti 5.000 L/hari (5,00
m3/hari), sehingga jumlah air limbah yang berpotensi menuju badan air penerima (saluran
Ciseureuh apabila tidak dialirkan ke septic tank dan IPAL adalah sebesar 174,00 m3/hari.

ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PASAR CICALENGKA III - 27


KECAMATAN CICALENGKA, KABUPATEN BANDUNG
BAB III PRAKIRAAN DAMPAK PENTING DISKOPERINDAG KABUPATEN BANDUNG

Untuk menghitung beban pencemaran akibat buangan limbah cair domestik, digunakan
persamaan berikut:

Jika konsentrasi outlet dikonversi berdasarkan beban maksimum, maka akan diperoleh:

a) Beban pencemar sungai

BPS = (Cs)j x Qs x f

Keterangan: BPS : Beban Pencemar Sungai (kg/hari)


(Cs)j : Kadar terukur sebenarnya unsur tercemar-j ( mg/L)
Qs : Debit Air Sungai (m3/hari)
F : Faktor Konversi = (1 kg x 1.000.000 mg) x 1000 L / 1 m3

b) Beban pencemaran air limbah

BPA = (Σ Qw x Cw) x f

Keterangan: BPA : Beban Pencemar Air limbah (kg/hari)


Cw : Konsentrasi Polutan Air Limbah ( mg/L)
Qs : Debit Air limbah (m3/hari)
F : Faktor Konversi = (1 kg x 1.000.000 mg) x 1000 L / 1 m3

Dari persamaan-persamaan di atas diperoleh prakiraan beban pencemar saluran irigasi


sebagai berikut:

Tabel 3.13. Hasil Perhitungan Beban Pencemar Saluran Irigasi

Satuan kg  Konsentrasi Konsentrasi Sungai


Konsentrasi akhir / mixing zone Baku
No Parameter Parameter/ sebelum mixing
Sungai (mg/L) mutu*
hari (kg/hari) zone (mg/L) (mg/L)
1 BOD 46,12 26,69 2,45 29.14 3
2 COD 77,81 45,03 4,13 49.16 25
3 N total 0,051 0,03 0.0038 0.03 10
4 P Total 1,43 0,830 0.0762 0.91 0,2
5 Sulfat 26,75 15,48 1.42 16.90 -
Sumber : Hasil Perhitungan, 2014
Ket. * : Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air

Berdasarkan hasil perhitungan konsentrasi kualitas air saluran irigasi setelah masuknya
limbah cair domestik diketahui bahwa kandungan parameter kualitas air yang diukur

III - 28 ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PASAR CICALENGKA


KECAMATAN CICALENGKA, KABUPATEN BANDUNG
DISKOPERINDAG KABUPATEN BANDUNG BAB III PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

mengalami peningkatan. Walaupun peningkatan relatif sedikit jika dibandingkan dengan


baku mutu kualitas air sungai berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001
tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, namun telah melebihi
baku mutu yang dipersyaratkan.

3.2.5. Terganggunya Kelancaran Lalu Lintas

1) Prakiraan Besaran Dampak

Untuk memprakirakan dampak dari kegiatan mobilisasi alat berat dan material terhadap
terganggunya kelancaran lalu lintas digunakan hasil dari Studi Analisis Dampak Lalu
Lintas Pembangunan Pasar Cicalengka (Dinas Perhubungan Kabupaten Bandung, 2013).

Jenis peruntukkan Pasar Cicalengka adalah pusat perdagangan dan perkantoran. Berikut
adalah perhitungan bangkitan dan tarikan lalu lintas sebagai dampak pengoperasian Pasar
Cicalengka:

Luas lahan : 10.160 m2


Luas bangunan : 5.312,02 m2

Sehingga diketahui:

Luas tanah per 1.000 m2 (X1) = 10.160 m2 : 1.000 = 10.16 m2

Luas bangunan per 1.000 m2 (x2) = 5.312,02 m2 : 1.000 = 5,31 m2

Y = volume perjalanan atau volume lalu lintas yang ditimbulkan oleh Pasar
Cicalengka

Dari data tersebut kemudian diprediksikan dan disajikan pada tabel berikut:

Tabel 3.14. Prediksi Bangkitan dan Tarikan Perjalanan

Tata Guna Bangkitan Perjalanan Tarikan Perjalanan Total Volume


Lahan Persamaaan Model Hasil Prediksi Persamaaan Model Hasil Prediksi Perjalanan (Y)

Perkantoran Y = 2,123 (X1) + 59,75 Y = 1,639 (X1) + 95,35 155,10


(kend/jam) 4,785 (X2) + 12,776 8,437 (X2) + 33,897

Dari tabel di atas dapat disimpulkan:

ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PASAR CICALENGKA III - 29


KECAMATAN CICALENGKA, KABUPATEN BANDUNG
BAB III PRAKIRAAN DAMPAK PENTING DISKOPERINDAG KABUPATEN BANDUNG

a) Berdasar prediksi model, bangkitan dan tarikan perjalanan Pasar Cicalengka


diperkirakan mencapai 155,10 kend/jam.

b) Prediksi di atas pada dasarnya merupakan model bangkitan dan tarikan bagi kawasan
perkantoran, sehingga total bangkitan dan tarikan perjalanan sangat berpotensi
melebihi dari yang diprediksikan model, mengingat Pasar Cicalengka selain memiliki
bangunan perkantoran juga memiliki fungsi utama sebagai pusat perbelanjaan.

c) Memperhatikan pola orang berbelanja dibanding dengan pola orang bekerja di


perkantoran, maka bangkitan dan tarikan perjalanan yang ditimbulkan kemungkinan
jauh lebih tinggi per jam-nya karena periode orang berbelanja lebih dinamis sepanjang
jam operasional Pasar Cicalengka, dibanding orang bekerja yang datang di pagi hari
dan pulang di sore hari.

d) Prediksi di atas tanpa mempertimbangkan alternatif penggunaan moda lain selain


kendaraan bermotor pribadi; seperti angkutan umum, sepeda dan berjalan kaki.
Sehingga, total bangkitan dan tarikan perjalanan bisa saja diturunkan dari prediksi
model.

e) Prediksi di atas belum mengadopsi faktor satuan mobil penumpang, sehingga jika
dominasi perjalanan dilakukan oleh sepeda motor, maka total bangkitan dan tarikan
perjalanan dalam smp/jam akan menjadi lebih kecil dari prediksi model.

Berdasarkan prediksi bangkitan dan tarikan perjalanan seperti yang tertera pada Tabel
3.14, maka Jalan Raya Cicalengka akan mendapatkan tambahan beban arus lalu lintas
(traffic assignment). Perubahan traffic assigment di Jalan Raya Cicalengka disajikan pada
tabel berikut.

Tabel 3.15. Perubahan VCR Pasca Konstruksi (Pengoperasian Pasar)

Volume Lalu Prediksi Volume


Waktu Lintas Pra Lalu Lintas Pasca VCR Baru Keterangan
Pembangunan Pembangunan
Peak time
1.050,20
06.45 – 07.45 1.205,30 smp/jam 0,54 selama periode
smp/jam
survei

Kondisi lalu lintas Jalan Raya Cicalengka pada saat ini berdasarkan rona memiliki VCR
0,47 dan setelah pasar beroperasi menjadi 0,54. Dengan perubahan VCR tersebut, Jalan

III - 30 ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PASAR CICALENGKA


KECAMATAN CICALENGKA, KABUPATEN BANDUNG
DISKOPERINDAG KABUPATEN BANDUNG BAB III PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

Raya Cicalengka tidak mengalami perubahan tingkat pelayanan yang signifikan (LoS tetap
berada pada level C), sehingga dampaknya tergolong kecil. Namun demikian, tindakan
manajemen dan rekayasa lalu lintas yang optimal di pintu keluar masuk Pasar Cicalengka
tetap perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya hambatan lalu lintas dan untuk
mengakomodir pertumbuhan arus lalu lintas di tahun-tahun mendatang, termasuk sebagai
antisipasi sering munculnya terminal bayangan di depan area pasar yang ditimbulkan oleh
angkutan umum yang menunggu penumpang juga kebiasaan PKL yang selalu berjualan di
dekat jalan bahkan cenderung ke bahu jalan.

3.2.6. Terganggunya Biota Air

1) Prakiraan Besaran Dampak

Berbagai buangan limbah dari kegiatan pasar diperkirakan dapat mencemari badan air di
sekitar lokasi kegiatan dan daerah hilirnya. Jenis limbah yang dihasilkan meliputi limbah
cair dan padat. Limbah cair bersumber dari kegiatan pedagang dan pengunjung (MCK)
yang antara lain mengandung zat organik yang tinggi. Limbah dan bahan pencemar
tersebut apabila masuk ke badan air penerima akan menambah beban pencemaran yang
akan menurunkan kualitas air akibat meningkatnya kadar BOD, total padatan terlarut
(TDS), total padatan tersuspensi (TSS), serta minyak dan lemak, sehingga menurunkan
kualitas air saluran irigasi tersebut sampai ke Sungai Cibodas. Jumlah grey water yang
yang akan dihasilkan adalah dari pedagang dan pengelola sebesar 119.502 L/hari (119,502
m3/hari), Pengunjung sebesar 37.388,6 L/hari (37,388 m 3/hari), jumlah air limbah tersebut
akan menuju saluran irigasi apabila tidak dialirkan ke IPAL sebesar 156,89 m3/hari.

Berdasarkan rona lingkungan, diketahui hasil perhitungan Indeks Diversitas Shannon-


Wiener (H’) untuk fitoplankton di badan air penerima (saluran irigasi) saat ini memiliki
nilai 1,338 dengan kelimpahan sebanyak 495 sel/liter dan hasil perhitungan Indeks
Dominansi Simpson (D) untuk fitoplankton memiliki nilai 0,316. Untuk zooplankton,
memiliki nilai Indeks Diversitas Shannon – Wiener (H’) 0,637 dan Indeks Dominansi
Simpson (D) 0,556 dengan kelimpahan sebanyak 99 individu/liter. Adapun untuk benthos,
hanya dijumpai satu jenis dengan kelimpahan 75 individu/m2. Berdasarkan kondisi
tersebut, maka biota air di badan air penerima kegiatan (saluran irigasi) berada dalam

ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PASAR CICALENGKA III - 31


KECAMATAN CICALENGKA, KABUPATEN BANDUNG
BAB III PRAKIRAAN DAMPAK PENTING DISKOPERINDAG KABUPATEN BANDUNG

kondisi sedang hingga tidak stabil, sehingga adanya penambahan beban pencemar akan
semakin membuat biota air tertekan, maka dampaknya tergolong besar.

3.2.7. Perubahan Jumlah Penduduk

1) Prakiraan Besaran Dampak

Kegiatan pengoperasian Pasar akan membuka peluang untuk berusaha (berjualan) bagi
masyarakat dari luar wilayah Kecamatan Cicalengka. Pasar Cicalengka direncanakan
memiliki kapasitas tempat dagang sebanyak 2.213 unit, yang terdiri dari IPK 687 unit, IPL
427 unit dan PKL 1.099 unit, adapun jumlah pedagang lama adalah sebanyak 1.968 (IPK
684 unit, IPL 484 unit dan PKL 800 unit), sehingga terdapat penambahan sebanyak 245
unit tempat dagang. Adanya tambahan 245 unit tempat dagang yang baru membuka
peluang bagi masyarakat dari luar wilayah Kecamatan Cicalengka untuk berjualan di Pasar
Cicalengka, sehingga dapat mempengaruhi jumlah penduduk Kecamatan Cicalengka.

Kondisi saat ini sebelum pasar beroperasi berdasarkan data dalam Kabupaten Bandung
Dalam Angka 2012, Kecamatan Cicalengka dengan luas 35,99 Km 2 memiliki jumlah
penduduk sebanyak 111.374 jiwa dengan kepadatan penduduk 3.095 jiwa/Km 2 dan laju
pertumbuhan penduduk 2,25%.

Berdasarkan data tersebut dapat diperkirakan kepadatan penduduk di Kecamatan


Cicalengka dalam jangka waktu 5 tahun ke depan tanpa adanya kegiatan Pasar Cicalengka
yang dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Po (1+r tp )t
Dtp = orang / Km2
Ltot

dimana : Dtp = Kepadatan penduduk “tanpa proyek” pada waktu t (jiwa/km2)


Po = Jumlah penduduk pada waktu acuan (ti) (jiwa)
rtp = Laju tahunan pertumbuhan penduduk “tanpa proyek” (%)
t = Periode waktu perhitungan ti – to (tahun)
Ltot = Luas total daerah desa atau kecamatan (km2)

III - 32 ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PASAR CICALENGKA


KECAMATAN CICALENGKA, KABUPATEN BANDUNG
DISKOPERINDAG KABUPATEN BANDUNG BAB III PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

111374(1+2,25)5
Dtp = jiwa/ Km2
35,99
= 3458.75 jiwa/Km2

Berdasarkan historis proyek-proyek yang sejenis di daerah lain menunjukkan laju


pertumbuhan penduduk yang meningkat mula-mula perlahan-lahan kemudian naik dengan
pesat, yaitu bervariasi antara 3,5% per tahun – 6,0% pertahun dengan rata-rata 4,5% per
tahun (Soemarwoto, 1990). Angka rata-rata (4,5%) digunakan sebagai prakiraan laju
pertumbuhan penduduk dengan adanya proyek. Oleh karena itu, kepadatan penduduk di
Kecamatan Cicalengka dalam jangka waktu 5 tahun ke depan dengan adanya kegiatan
Pasar Cicalengka dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Po (1+r dp)t 2
D dp= orang/ Km
Ltot −Li

dimana : Ddp = Kepadatan penduduk “dengan proyek” pada waktu t (jiwa/km2)


Po = Jumlah penduduk pada waktu acuan (ti) (jiwa)
t = Periode waktu perhitungan ti – to (tahun)
Ltot = Luas total wilayah (km2)
Rdp = Laju tahunan pertumbuhan penduduk “dengan proyek” (%)
Li = Luas lahan yang dipakai untuk proyek

111374(1+ 4,5)5
Ddp= jiwa/ Km2
35,98

= 3857.50 jiwa/Km2

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, dampak kegiatan pengoperasian Pasar Cicalengka


terhadap kepadatan penduduk dalam jangka waktu 5 tahun ke depan adalah:

∆ D=D dp−D tp jiwa / Km2

= 3857.50 - 3458.75 = 398.76 jiwa/Km2

Hasil perhitungan kepadatan penduduk tanpa proyek dan dengan proyek menunjukkan
bahwa kepadatan penduduk di Kecamatan Cicalengka dalam jangka waktu 5 tahun ke
depan mengalami peningkatan sebesar 10,34%.

ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PASAR CICALENGKA III - 33


KECAMATAN CICALENGKA, KABUPATEN BANDUNG
BAB III PRAKIRAAN DAMPAK PENTING DISKOPERINDAG KABUPATEN BANDUNG

3.2.8. Terbukanya Kesempatan Kerja dan Berusaha

1) Prakiraan Besaran Dampak

Kegiatan pengoperasian Pasar Cicalengka akan membuka peluang untuk berusaha


(berjualan) bagi masyarakat dari luar wilayah Kecamatan Cicalengka. Pasar Cicalengka
direncanakan memiliki kapasitas tempat dagang sebanyak 2.213 unit, yang terdiri dari IPK
687 unit, IPL 427 unit dan PKL 1.099 unit, adapun jumlah pedagang lama adalah sebanyak
1.968 (IPK 684 unit, IPL 484 unit dan PKL 800 unit), sehingga terdapat penambahan 245
unit tempat dagang. Adanya tambahan 245 unit tempat dagang yang baru membuka
peluang bagi masyarakat setempat maupun dari luar wilayah Kecamatan Cicalengka untuk
berjualan di Pasar Cicalengka. Selain itu, kesempatan kerja juga terbuka bagi masyarakat
selain pedagang seperti menjadi kuli/buruh di pasar.

3.2.9. Timbulnya Keresahan Masyarakat

1) Prakiraan Besaran Dampak

Pengoperasian/aktivitas Pasar Cicalengka akan menurunkan kualitas udara khususnya debu


dan emisi kendaraan juga akan meningkatkan kebisingan di area sekitar pasar serta di
permukiman masyarakat yang berbatasan langsung dengan lokasi pasar sehingga akan
menimbulkan gangguan kesehatan dan kenyamanan lingkungan. Dengan adanya pasar juga
akan menimbulkan gangguan kelancaran lalu lintas di jalan sekitar pasar. Banyaknya orang
berbeda latar belakang yang beraktivitas di pasar juga bisa menimbulkan kerawanan sosial
khususnya bagi penduduk di permukiman sekitar lokasi pasar.

Disamping dampak negatif, timbul juga dampak positif, yaitu dengan terbukanya
kesempatan kerja dan berusaha yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat serta
kegiatan pemeliharaan pasar yang dapat meminimalkan penurunan tingkat kenyamanan
lingkungan di kawasan sekitar lokasi pasar. Namun dampaknya dapat berbalik menjadi
negatif masyarakat yang ingin memanfaatkan kesempatan kerja dan berusaha tidak
terakomodir serta ketika kegiatan pemeliharaan telah selesai dilakukan.

Banyaknya dampak yang ditimbulkan tersebut apabila tidak dikelola dengan baik akan
menimbulkan keresahan masyarakat.

III - 34 ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PASAR CICALENGKA


KECAMATAN CICALENGKA, KABUPATEN BANDUNG
DISKOPERINDAG KABUPATEN BANDUNG BAB III PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

3.2.10. Terjadinya Konflik Sosial

1) Prakiraan Besaran Dampak

Pengoperasian Pasar Cicalengka akan menyebabkan banyaknya orang yang beraktivitas di


lokasi pasar. Banyaknya aktivitas orang di pasar akan menyebabkan terjadinya interaksi
sosial, baik antara pedagang dan pembeli, pedagang dengan masyarakat setempat maupun
pembeli dengan masyarakat setempat. Interaksi sosial yang terjadi akan berdampak
terhadap adat istiadat/pola kebiasaan masyarakat setempat karena terdapat perbedaan
norma-norma sehingga dapat menimbulkan terjadinya konflik sosial. Konflik sosial juga
bisa diakibatkan oleh adanya premanisme yang sering terjadi di lokasi pasar.

3.2.11. Gangguan Kesehatan Lingkungan

1) Prakiraan Besaran Dampak

Dampak terhadap kesehatan lingkungan pada kegiatan pengoperasian/aktivitas pasar


bersumber dari timbulan limbah domestik baik cair maupun padat yang akan menimbulkan
vektor penyakit yang disebabkan dari lalat, tikus, kecoa dan jentik nyamuk. Air limbah
yang dihasilkan dari pengoperasian Pasar Cicalengka diperkirakan ± 161.841 L/hr adapun
limbah padat ± 13,13 m3/hr.

Untuk memprakirakan kepadatan lalat, tikus, kecoa dan jentik nyamuk di pasar mengacu
pada Keputusan Menteri Kesehatan RI No.519/MENKES/SK/VI/2008 tentang
penyelenggaraan Pasar Sehat.

Adapun interpretasi kepadatan lalat di suatu lokasi adalah:

0 – 2 : Tidak menjadi masalah

3 – 5 : Perlu dilakukan pengamatan terhadap tempat-tempat berkembangbiaknya


lalat (tempat sampah) (Sedang)

6 – 20 : Populasi padat dan perlu pengamanan terhadap tempat-tempat


berkembangbiaknya lalat dan dilakukan pengendaliannya (Tinggi/Padat)

21 / > : Populasinya sangat padat dan perlu dilakukan pengamanan terhadap tempat-
tempat berkembangbiaknya dan tindakan pengendalian lalat (Sangat tinggi/
sangat padat).

ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PASAR CICALENGKA III - 35


KECAMATAN CICALENGKA, KABUPATEN BANDUNG
BAB III PRAKIRAAN DAMPAK PENTING DISKOPERINDAG KABUPATEN BANDUNG

Berdasarkan data empiris dari hasil penelitian di lokasi pasar di tempat lain (Studi
Kepadatan Lalat di Pasar Randudongkal Kecamatan Randudongkal Kabupaten Pemalang
Tahun 2010, Politeknik Kesehatan Semarang), kepadatan lalat, kecoa, dan tikus adalah
sebagai berikut:

a) Kepadatan lalat di lokasi pasar pada umumnya adalah sebanyak 15 - 55 yang


terkonsentrasi di lokasi TPS, mengacu pada standar kepadatan, lalat di pasar termasuk
ke dalam populasi yang padat hingga sangat padat, sehingga perlu dilakukan
pengendalian.

b) Angka kepadatan Kecoa maksimal 2 per plate dititik pengukuran sesuai dengan area
pasar dan untuk tikus kepadatannya nol.

3.2.12. Peningkatan Morbiditas

1) Prakiraan Besaran Dampak

Kegiatan operasional pasar dapat menimbulkan gangguan kesehatan lingkungan sehingga


meningkatkan morbiditas (angka sakit) yang merupakan dampak turunan dari peningkatan
debu, peningkatan kebisingan, penurunan kualitas air tanah dan permukaan. Pasar
merupakan salah satu tempat umum yang sering dikunjungi oleh masyarakat, sehingga
memungkinkan terjadinya penularan penyakit baik secara langsung maupun tidak langsung
melalui perantaraan vektor seperti lalat, tikus, kecoa dan jentik nyamuk.

Status kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah faktor
lingkungan. Lingkungan yang kurang memenuhi syarat sanitasi dapat mengundang
berbagai macam penyakit menular. Upaya untuk mencegah dan memberantas penyakit
menular dengan cara meningkatkan atau memperbaiki sanitasi lingkungan dan telah
diketahui bahwa salah satu sebab penyebaran penyakit menular adalah melalui serangga
(Arthropoda). Vektor mempunyai peranan yaitu sebagai pengganggu dan penular penyakit.
Vektor yang berperan sebagai pengganggu yaitu nyamuk, kecoa/lipas, lalat, pinjal, dll.
Penularan penyakit pada manusia melalui vektor penyakit berupa serangga dikenal sebagai
arthropod - borne diseases atau sering juga disebut sebagai vector – borne diseases.

Agen penyebab penyakit infeksi yang ditularkan pada manusia yang rentan dapat melalui
beberapa cara yaitu :

III - 36 ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PASAR CICALENGKA


KECAMATAN CICALENGKA, KABUPATEN BANDUNG
DISKOPERINDAG KABUPATEN BANDUNG BAB III PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

a) Dari orang ke orang

b) Melalui udara

c) Melalui makanan dan air

d) Melalui hewan

e) Melalui vektor arthropoda.

Vektor penyakit dari arthropoda yang berperan sebagai penular penyakit dikenal sebagai
arthropod - borne diseases atau sering juga disebut sebagai vector – borne diseases.

ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PASAR CICALENGKA III - 37


KECAMATAN CICALENGKA, KABUPATEN BANDUNG
BAB III PRAKIRAAN DAMPAK PENTING DISKOPERINDAG KABUPATEN BANDUNG

Tabel 3.16. Hasil Prakiraan Dampak Penting

Konstruksi Operasi
Komponen Kegiatan

Pengadaan Tenaga Kerja & Aktivitasnya


 

Pembangunan Infrastruktur Pasar


Mobilisasi Alat Berat & Material

Pematangan/Penyiapan Lahan

Pengoperasian/Aktivitas Pasar

Pemeliharaan Pasar
Komponen Lingkungan

1 2 3 4 5 6
A. Fisik - Kimia            
1. Kualitas Udara
2. Kebisingan
3. Hidrologi (Run Off)
4. Kuantitas Air Permukaan
5. Kuantitas Air Tanah Dangkal
6. Kualitas Air
7. Getaran
8. Lalu Lintas
B. Biologi
9. Biota Air
C. Sosial, Ekonomi & Budaya
10. Kesempatan Kerja & Berusaha
11. Keresahan Masyarakat
12. Konflik Sosial
D. Kesehatan Masyarakat
13. Kesehatan Lingkungan
14. Morbiditas
Keterangan: DP = Dampak Penting; DTP = Dampak Tidak Penting

III - 38 ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PASAR CICALENGKA


KECAMATAN CICALENGKA, KABUPATEN BANDUNG
DISKOPERINDAG KABUPATEN BANDUNG BAB III PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

PRAKIRAAN DAMPAK PENTING....................................................................................1

3.1. Tahap Konstruksi.....................................................................................................2

3.1.1. Penurunan Kualitas Udara....................................................................................2

3.1.2. Peningkatan Kebisingan.......................................................................................6

3.1.3. Peningkatan Air Larian (Run Off)......................................................................14

3.1.4. Penurunan Kuantitas Air Tanah Dangkal..........................................................17

3.1.5. Penurunan Kualitas Air......................................................................................19

3.1.6. Gangguan Getaran..............................................................................................22

3.1.7. Terganggunya Kelancaran Lalu Lintas..............................................................25

3.1.8. Terganggunya Biota Air.....................................................................................27

3.1.9. Terbukanya Kesempatan Kerja dan Berusaha...................................................29

3.1.10. Timbulnya Keresahan Masyarakat...................................................................30

3.1.11. Terjadinya Konflik Sosial................................................................................32

3.1.12. Gangguan Kesehatan Lingkungan...................................................................33

3.1.13. Peningkatan Morbiditas...................................................................................35

3.2. Tahap Operasi........................................................................................................37

3.2.1. Penurunan Kualitas Udara..................................................................................37

3.2.2. Peningkatan Kebisingan.....................................................................................40

3.2.3. Peningkatan Air Larian (Run Off)......................................................................43

3.2.4. Penurunan Kualitas Air......................................................................................46

3.2.5. Terganggunya Kelancaran Lalu Lintas..............................................................48

3.2.6. Terganggunya Biota Air.....................................................................................51

3.2.7. Perubahan Jumlah Penduduk.............................................................................53

3.2.8. Terbukanya Kesempatan Kerja dan Berusaha...................................................56

3.2.9. Timbulnya Keresahan Masyarakat.....................................................................57

ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PASAR CICALENGKA III - 39


KECAMATAN CICALENGKA, KABUPATEN BANDUNG
BAB III PRAKIRAAN DAMPAK PENTING DISKOPERINDAG KABUPATEN BANDUNG

3.2.10. Terjadinya Konflik Sosial................................................................................59

3.2.11. Gangguan Kesehatan Lingkungan...................................................................60

3.2.12. Peningkatan Morbiditas...................................................................................62

Tabel 3.1. Emisi Gas dari Kendaraan dan Alat-alat Berat.....................................................2

Tabel 3.2. Konsentrasi Debu (TSS) Sebelum dan Pada Saat Pematangan/Penyiapan Lahan5

Tabel 3.3. Hasil Perhitungan Sebaran Kebisingan yang Bersumber dari Kendaraan
Mobilisasi Alat Berat dan Material........................................................................................7

Tabel 3.4. Hasil Perhitungan Sebaran Kebisingan yang Bersumber dari Alat Berat pada
Kegiatan Pematangan Lahan................................................................................................10

Tabel 3.5. Hasil Perhitungan Sebaran Kebisingan di Lingkungan Sekitar Lokasi Kegiatan
..............................................................................................................................................13

Tabel 3.6. Hasil Perhitungan Air Larian (Run Off) Tanpa dan dengan Adanya Proyek......16

Tabel 3.7. Rata-rata Hasil Uji Vibrasi Tiang Pancang.........................................................22

Tabel 3.8. Baku Tingkat Getaran untuk Kenyamanan dan Kesehatan.................................23

Tabel 3.9. Baku Tingkat Getaran Mekanik Berdasarkan Dampak Kerusakan....................23

Tabel 3.10. Emisi Gas dari Kendaraan Bermotor pada Saat Pengoperasian Pasar..............38

Tabel 3.11. Hasil Perhitungan Sebaran Kebisingan di Lingkungan Sekitar Pasar Cicalengka
..............................................................................................................................................41

Tabel 3.12. Hasil Perhitungan Air Larian (Run Off) pada Saat Pengoperasian Pasar.........44

Tabel 3.13. Hasil Perhitungan Beban Pencemar Saluran Irigasi..........................................47

Tabel 3.14. Prediksi Bangkitan dan Tarikan Perjalanan......................................................49

Tabel 3.15. Perubahan VCR Pasca Konstruksi (Pengoperasian Pasar)...............................50

Tabel 3.16. Hasil Prakiraan Dampak Penting......................................................................65

III - 40 ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PASAR CICALENGKA


KECAMATAN CICALENGKA, KABUPATEN BANDUNG

Anda mungkin juga menyukai