Oleh:
PUGUH KALBUADI
NIM : 20232111033
PAPER
Untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan
Tugas Mata Kuliah Business Law & GRC
Indonesia Banking School
puguhkalbuadi@gmail.com
ABSTRAK
REMPANG merupakan pulau yang terletak di wilayah Pemerintahan Kota Batam, Provinsi Riau
dan menjadi pulau terbesar kedua, yang dihubungkan enam Jembatan Barelang. Barelang
merupakan sebuah singkatan dari Batam, Rempang, dan Galang. Pulau Rempang di Batam
dalam Provinsi Kepulauan Riau ini dalam waktu dekat akan dijadikan lokasi Mega Proyek
Rempang Eco City. Sebuah kawasan perdagangan, industri, pariwisata, dan real estate.
Rempang Eco City ini juga termasuk dalam kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan
Bebas (KPBPB) Batam yang diharapkan menjadi mesin pertumbuhan ekonomi nasional.
Peristiwa bentrok warga Pulau Rempang dengan aparat kepolisian di Batam, Kepulauan Riau
terkait Pembangunan Proyek Strategis Nasional (PSN) Eco-City Rempang, menjadi hal yang
disesalkan banyak pihak. Apalagi peristiwa tersebut berujung adanya penangkapan dan korban
luka termasuk anak-anak. Kondisi ini menambah catatan hitam negara melakukan tindakan
represif terhadap masyarakat adat yang mempertahankan hak dasar mereka. Apakah ada
harapan bagi warga Pulau Rempang? Apakah ada solusi yang adil dan bijak bagi konflik lahan
di pulau tersebut? Apakah ada jalan tengah yang dapat mengakomodasi kepentingan dan
aspirasi semua pihak? Apakah ada mimpi yang dapat menjadi kenyataan bagi Pulau
Rempang? Itulah pertanyaan-pertanyaan yang masih menggantung di udara, menunggu
jawaban yang belum terlihat. Pulau Rempang, antara mimpi dan realita.
PENDAHULUAN
Pulau Rempang memiliki luas wilayah sekitar 16.583 hektar, yang terdiri
dari dua kelurahan, yaitu Rempang Cate dan Sembulang. Menurut data Badan
Pusat Statistik, Pulau Rempang dihuni oleh 7.512 penduduk. Di Pulau
Rempang terdapat 16 kampung permukiman warga asli. Warga asli Pulau
Rempang adalah suku Melayu, suku Orang Laut, dan suku Orang Darat, yang
diyakini sudah tinggal di Pulau Rempang sejak 1834. Keberadaan Orang Darat
di Pulau Rempang ini disebutkan dalam sejumlah arsip kolonial Belanda.
Dilansir dari Kemdikbud, Pulau Rempang dulunya belum termasuk
dalam Otorita Batam. Barulah setelah Keppres No. 28 Tahun 1992 dikeluarkan,
wilayah kerja Otorita Batam diperluas meliputi wilayah Pulau Batam, Pulau
Rempang, Pulau Galang, dan pulau-pulau sekitarnya. Pulau Rempang
terhubung dengan pulau-pulau lain melalui Jembatan Barelang. Jembatan
Barelang adalah jembatan yang saling menyambung dan dibangun untuk
memperluas Otorita Batam sebagai regulator daerah industri Pulau Batam.
Sumber: Kompas.com
C. BENTROK WARGA
Sebelum pemberitahuan penggusuran yang disampaikan BP
Batam (lembaga yang bertanggung jawab untuk investasi Eco-City
Rempang), masyarakat tidak tahu menahu perihal rencana negara ingin
membangun kawasan industri, perdagangan, dan wisata di pulau tersebut.
Masyarakat Pulau Rempang mayoritas memiliki mata pencaharian
sebagai nelayan, kegelisahan mereka bertambah bukan hanya persoalan
ruang untuk hidup, tetapi juga persoalan untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari.
Jika mereka di gusur secara paksa, maka mereka akan
kehilangan mata pencaharian. Mereka juga takut jika mega proyek Eco-City
Rempang itu rampung, tak di izinkan lagi melaut di sekitaran proyek
tersebut. Negara terkesan diam-diam dan secara sepihak memutuskan
untuk membangun kawasan industri di pulau tersebut.
Masyarakat Pulau Rempang meminta pembangunan proyek
tersebut dilakukan tanpa penggusuran karena keberadaan kampung adat
hanya sebagian kecil (sekitar 10 persen) dari total luas lahan Pulau
Rempang.
Masyarakat berpandangan pembangunan kawasan bisa dilakukan
tanpa menggusur warga. Apalagi, untuk kepentingan pariwisata,
masyarakat bisa diajak berpartisipasi.
Namun, proses pengosongan lahan dipaksakan untuk memenuhi
tengat penyerahan lahan kepada PT MEG pada 28 September 2023.
Bentrok warga dengan aparat pun terjadi pada 7 September 2023 yang
berujung penggunaan gas air mata. Rentetan peristiwa selanjutnya,
sejumlah warga ditahan polisi.
Peristiwa bentrok warga Pulau Rempang dengan aparat
kepolisian di Batam, Kepulauan Riau terkait Pembangunan Proyek
Strategis Nasional (PSN) Eco-City Rempang, menjadi hal yang disesalkan
banyak pihak. Apalagi peristiwa tersebut berujung adanya penangkapan
dan korban luka termasuk anak-anak.
Berdasarkan data korban yang disampaikan oleh Solidaritas
Nasional untuk Rempang dalam Final Temuan Awal Investigasi atas
Peristiwa Kekerasan dan Dugaan Pelanggaran HAM 7 September 2023,
Pulau Rempang, terdapat setidaknya 10 murid SMPN 22 dan seorang guru
perempuan yang dibawa ke RS Embung Fatimah, serta sebagian besar
korban murid lainnya dibawa oleh TNI ke RS Marinir (klinik kesehatan di
dalam Yoniv 10 Marinir). Menurut pemaparan Humas RS Embung Fatimah,
10 murid dan guru tersebut datang sekitar pukul 14.00 WIB. 10 murid
tersebut mengalami shock berat, tegang, dan beberapa sesak nafas berat.
Seorang guru perempuan juga mengalami hal yang serupa, namun karena
memiliki penyakit asma, efek gas air mata mengakibatkan guru tersebut
pun tidak dapat bernafas hingga pingsan.
Penembakan gas air mata yang serampangan, mengakibatkan
pula ibu dan anak yang tinggal di sekitar jalur harus berlarian
mengevakuasi diri.
Peristiwa 7 September 2023 juga menimbulkan korban dari
kelompok Lanjut Usia (Lansia). Salah satunya yakni Ridwan, Lansia
berumur 60 tahun, yang videonya viral di media sosial karena berlumuran
darah. Berdasarkan data yang dikumpulkan, setidaknya terdapat 20 Orang
luka berat dan ringan yang terdiri dari berbagai kelompok.
Salah satu temuan penting tim Solidaritas Nasional untuk
Rempang yakni bahwa dalam kerusuhan tanggal 7 September 2023 lalu,
kental sekali peran unsur birokrat yang ada di baliknya. Hal ini disebabkan
oleh carut marutnya tata kelola Batam sebagai suatu kota. Walikota yang
saat ini menjabat yakni Muhammad Rudi juga merupakan Kepala BP
Batam. Hal ini jelas berbahaya mengingat jabatan administratif yang
diemban akan bias dengan tugasnya sebagai Kepala BP yang bertugas
Merencanakan, Mengorganisasikan, Melaksanakan, Mengawasi, dan
Mengevaluasi Pelaksanaan Kegiatan Pengelolaan dan Pelayanan Informasi
di Lingkungan Badan Pengusahaan Batam. Konsekuensinya, seorang
Walikota hanya akan cenderung berpihak pada kelompok pemodal belaka.
Sementara warga yang memiliki masalah - seharusnya difasilitasi dan
dicarikan solusinya oleh jabatan seperti halnya Walikota, akan sulit
terwujud.
KESIMPULAN
https://batam.tribunnews.com/topic/kisruh-rempang
Khoirul Rosyadi. 2016. Kewenangan Badan Pengusahaan Batam pada Pengelolaan
Lahan di Pulau Batam, Pulau Rempang dan Pulau Galang. Journal of Law and
Policy Transformation. Volume 1, number 1, June 2016. ISSN: 2541-3139.
Kompas.com. 2023. Sikap PP Muhammadiyah Terkait Bentrok di Rempang: Minta
Jokowi Cabut PSN Rempang Eco City dan Tarik Pasukan".
https://nasional.kompas.com/read/2023/09/14/13494981/8-sikap-pp-
muhammadiyah-terkait-bentrok-di-rempang-minta-jokowi-cabut-psn.
law.ugm.ac.id. 2023. Hak Atas Pembangunan: Refleksi dari Konflik Agraria Rempang
dan Proyek Strategis Nasional (PSN). https://law.ugm.ac.id/hak-atas-
pembangunan-refleksi-dari-konflik-agraria-rempang-dan-proyek-strategis-
nasional-psn/
Litbang Kompas. 2023. Kasus Rempang Puncak Gunung Es Konflik Agraria.
https://www.kompas.id/baca/riset/2023/09/29/kasus-rempang-puncak-gunung-es-
konflik-agraria
Litbang Kompas. 2023. Rempang, Proyek Strategis Nasional, dan Luka Sosial.
https://www.kompas.id/baca/riset/2023/09/18/rempang-proyek-strategis-nasional-
dan-luka-sosial
Rahmad Romadlon. 2023. Kajian Sosiologi Hukum "Kasus Rempang Tanah
Batam”.https://www.kompasiana.com/rahmadromadlon7388/650ad5a34addee65
d1595522/kajian-sosiologi-hukum-kasus-rempang-tanah-batam
Riyan Auliyanda Safrizal. 2023. Konflik Rempang: Hak Hidup Masyarakat Adat Tumbal
“investasi. https://modusaceh.co/news/konflik-rempang-hak-hidup-masyarakat-
adat-tumbal-investasi/index.html
Solidaritas Nasional Untuk Rempang, 2023. Keadilan Timpang di Pulau Rempang.
Temuan Awal Investigasi atas Peristiwa Kekerasan dan Dugaan Pelanggaran
HAM 7 September 2023, Pulau Rempang.
Tjahjo Arianto. 2023. Memahami Kasus Pulau Rempang.
https://www.kompas.id/baca/opini/2023/09/13/memahami-kasus-pulau-rempang
UGM.ac.id. 2023. Menilik Konflik Rempang dan Pengakuan Pemerintah Atas Hak-Hak
Masyarakat Adat. https://ugm.ac.id/id/berita/menilik-konflik-rempang-dan-
pengakuan-pemerintah-atas-hak-hak-masyarakat-adat/
Voi. 2023. Mencari Solusi untuk rempang. https://voi.id/tulisan-seri/314523/mencari-
solusi-untuk-pulau-rempang