Kelas : D-1
1. KAPET Biak
KAPET Biak ditetapkan melalui Keppres No. 10 Tahun 1998. Cakupan wilayah
KAPET Biak terdiri dari Kabupaten Biak Numfor, Supiori, Yapen, Waropen, Nabire,
Mimika, Manokwari, Bintunidan Teluk Wondama dengan keseluruhan luas wilayah
sebesar 101.748,56 Km2. Kegiatan ekonomi yang sangat potensial dilakukan di kawasan
ini, yakni pariwisata alam dan bahari, perikanan, pertambangan dan penggalian. Posisi
KAPET Biak cukup strategis dimana merupakan jalur penghubung ke Australian, Papua
New Guinea, Negara-negara di Pasifik Selatan, Guam, Hawaii dan New Zealand.
Kondisi KAPET Biak terletak di segitiga pertumbuhan ekonomi dunia, yaitu Jepang-
Australia- USA.
Kapet Biak terdiri dari lima kabupaten dan setiap kabupaten memiliki laut yang
selama ini telah dikelola, laut juga sebagai batas administrasi antar kabupaten, Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah mengatur dengan tegas
bahwa luas laut yang dapat dikelola oleh setiap provinsi sepanjang 12 mil dan kabupaten
sepanjang 4 mil, luas laut Kapet Biak sebesar 46.006,28 Km2, oleh karena itu laut
dipandang sebagai sumberdaya bersama (common pool resources) pada kawasan
tersebut. potensi sumberdaya ikan di wilayah Kapet Biak sebesar 45.052 ton/tahun yang
terdiri dari pelagis besar 10.294 ton, pelagis kecil 11.962 ton, demersal 14.351 ton, cumi-
cumi 2.523 ton, udang 2.924 ton, cucut dan pari sebanyak 3.006 ton. Sumberdaya ikan
yang melimpah di wilayah Kapet Biak agar dapat berkelanjutan (sustainable) dikelola
dengan pendekatan ekologis oleh masyarakat, pemerintah dan swasta, sehingga
ketersediaan biota laut ini terus lestari. Kajian terpadu yang dilakukan oleh KKP, WWF
dan PKSPL-IPB menginformasikanbahwa WPP 717 tergolog dalam kategori baik baik
(skor 275) (Ditjen Sumber Daya Ikan-KKP, WWF-Indonesia, & PKSPL-IPB, 2011).
Hampir semua indikator habitat menunjukkan kondisi yang sedang sampai baik, kecuali
terdapat potensi pencemaran di beberapa wilayah dimana terdapat industry besar. Selain
itu tutupan lamun di wilayah ini relative sedang.
2. KAPET Batulicin
KAPET Batulicin ditetapkan melalui Keppres No. 11 Tahun 1998. Cakupan
wilayah KAPET Batulicin meliputi seluruh wilayah administrasi Kabupaten Kotabaru,
Provinsi Kalimantan Selatan yang mempunyai luas wilayah 13.644 Km2. KAPET
Batulicin menyimpan potensi sumber daya alam yang sangat besar yaitu berupa kegiatan
pertambangan, kehutanan, pertanian, pariwisata dan perikanan.
Kegiatan yang dilakukan dalam memanfaatkan potensi sumber daya alam yaitu
dalam bentuk pendirian industri pulp playwood, semen dan minyak goreng. Selain itu
juga telah dilakukan pengembangan kemitraan antara pengusaha menengah/besar dengan
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dalam kegiatan moulding, briket, meubeler, batako,
dan lain-lainnya. Untuk menunjang percepatan pengembangan kawasan, telah ditetapkan
4 (empat) Kawasan Berikat yaitu : Batulicin, Kelumpang/Tarjun, Pulau Laut/Lontar dan
Pulau Sebuku. Selain itu KAPET Batulicin termasuk dalam wilayah kerjasama regional
negara-negara ASEAN yang tergabung dalam “Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia-
Philipina East ASEAN Growth Area “ (BIMP-EAGA).
3. KAPET Sasamba
KAPET Sasamba ditetapkan melalui Keppres No. 12 Tahun 1998. Kawasan
Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) Sasamba, Provinsi Kalimantan Timur
mencakup Kawasan Kota Samarinda- Sangasanga- Muarajawa- Balikpapan dengan luas
wilayah ± 4.413 Km2 . KAPET Sasamba termasuk dalam wilayah kerjasama regional
negara-negara ASEAN, yang tergabung dalam “BruneiDarussalam-Indonesia-Malaysia-
Philipina East ASEAN Growth Area” (BIMP-EAGA).
Lokasi KAPET Sasamba berbatasan langsung dengan negara-negara tersebut,
membuat posisi KAPET Sasamba menjadi lebih strategis karena berada digaris terdepan.
Bidang-bidang yang dikembangkan dalam kerjasama bilateral tersebut meliputi sektor-
sektor produktif seperti Agroindustri berbasis sektor pertanian, perkebunan, dan
kehutanan, sektor pabrikasi yang berbasis sumberdaya alam, serta sektor kepariwisataan.
5. KAPET Manado-Bitung
KAPET Manado-Bitung ditetapkan melalui Keppres No. 14 Tahun 1998 dengan
luas wilayah 2.012,07 Km2. Cakupan wilayah KAPET Manado-Bitung meliputi wilayah
Kotamadya Bitung, wilayah Kotamadya Manado, dan sebagian wilayah Kabupaten
Minahasa.
Potensi yang dimiliki oleh KAPET Manado-Bitung yaitu lokasi strategis yang
terletak di jalur pelayaran internasional (ALKI III) yang menghubungkan negara-negara
di Asia-Pasifik. Negara-negara tersebut berpeluang menjadi pasar yang besar bagi
KAPET dan lalu lintas transportasi menuju Kawasan Timur Indonesia serta cakupan
wilayah kerjasama regional antar negara ASEAN yaitu tergabung dalam “Brunei
Darussalam – Indonesia – Malaysia – Philipina East ASEAN Growth Area (BIMP –
EAGA)” yang merupakan bentuk kerjasama bilateral negara-negara ASEAN untuk
wilayah bagian timur.
KAPET Manado-Bitung yang ditetapkan menjadi Kawasan Strategis Nasional
(KSN) berdasakan Peraturan Pemerintah No. 26 tahun 2008 memiliki dukungan
Pelabuhan Bitung sebagai penghubung internasional yang juga akan dikembangkan
menjadi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Konsep KEK sendiri pada intinya bertujuan
mendorong suatu kawasan agar memiliki daya saing terhadap perdagangan di Asia
Pasifik dalam upaya percepatan pertumbuhan ekonomi nasional.
Potensi ruang yang dimiliki oleh KAPET Manado yaitu lokasi yang strategis yang
terletak di jalur pelayaran internasional (ALKI III) yang menghubungkan negara-negara
di Asia Pasifik. Negara-negara tersebut berpeluang menjadi pasar yang besar bagi
KAPET dan lalu lintas transportasi menuju Kawasan Timur Indonesia. Potensi ini
memegang peranan penting yang harus dimanfaatkan secara optimal, selain untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi di wilayah Sulawesi Utara, juga untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi Kawasan Timur Indonesia dalam lingkup yang lebih luas.
Untuk mencapai tujuan KAPET Manado-Bitung tersebut, terdapat tiga hal yang
utama yang harus ditingkatkan. Pertama, peningkatan dukungan infrastruktur sebagai
sistem konektivitas antar pusat kegiatan dengan pusat kegiatan dan kawasan penyangga
(hinterland) yang berupa jalan nasional, jalan bebas hambatan/toll, serta rencana
pengembangan kawasan Pelabuhan Bitung sebagai KEK dan hubungan internasional.
Kedua, penguatan komitmen program sektor terkait dalam pengembangan KAPET, baik
di Pusat maupun di daerah. Ketiga, revitalisasi kelembagaan KAPET yang saat sedang
dibahas di tingkat pusat oleh Badan Pengembangan KAPET yang beranggotakan
Kementerian/Lembaga seperti Bappenas, Kementerian Pekerjaan Umum,
dan Kementerian Dalam Negeri. Ketiga hal ini tertuang dalam rancangan peraturan
presiden tentang rencana tata ruang KAPET Manado-Bitung yang ketika telah ditetapkan
nanti akan menjadi landasan hukum dan acuan setiap pemangku kepentingan dalam
mengembangkan kawasan.
6. KAPET Mbay
KAPET Mbay berdiri pada tanggal 19 Januari 1998, dimana lokasi KAPET Mbay
berada di Kabupaten Ngada , Provinsi Nusa Tenggara Timur. ditetapkan sebagai
Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) Mbay melalui Keppres nNo. 15
Tahun 1998. Cakupan wilayah KAPET Mbay meliputi satu Kabupaten, yaitu Kabupaten
Ngada dengan pusatnya di Mbay dengan luasan 3.040 Km 2. Posisi KAPET Mbay
memiliki peran strategis dalam rangka pengembangan Provinsi Nusa Tenggara Timur,
terutama untuk meningkatkan hubungan dengan Kawasan Timur Indonesia bagian utara
dan Kawasan Asia-Pasifik melalui Australia Utara dan Barat. Dalam hal ini KAPET
Mbay termasuk dalam wilayah kerjasama bilateral “Australia – Indonesia Development
Area” (AIDA).
KAPET Mbay ditetapkan pada tanggal 19 Januari 1998 melalui KEPPRES Nomor
15 Tahun 1998. Luas KAPET Mbay kurang-lebih 3.038 km2 mencakup seluruh wilayah
Kabupaten Ngada, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur. KAPET Mbay dikenal juga di
seantero jagad karena kehadiran biawak langka spesifik Riung. Penduduk lokal
menamakannya “Mbou”, sementara nama kerennya Varanus Riungensis. Pantai Utara
KAPET Mbay adalah lintasan perhubungan laut terpendek antara Nusa Tenggara
Timur dengan Pulau Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Irian Jaya. Di pantai Selatan,
KAPET Mbay mempunyai sebuah pelabuhan feri dan sebuah pelabuhan laut yang
menghubungkan Pulau Flores dengan Pulau Sumba dan Kupang, Ibukota Propinsi Nusa
Tenggara Timur.
8. KAPET Seram
KAPET Seram ditetapkan melalui Keppres No. 165 Tahun 1998 dengan luas
wilayah 18.625 Km2. Cakupan wilayah KAPET Seram yang berada di Provinsi Maluku
meliputi Kecamatan Seram Barat, Tanwel, Kairatu, Teon Nila Serua (TNS), Kecamatan,
Seram Utara, Tehoru, Bula, Werinama, Seram Timur. KAPET Seram terletak dekat
dengan Ambon sebagai pintu gerbang provinsi, yang berhubungan langsung dengan
Makassar sebagai pusat pertumbuhan di Kawasan Timur Indonesia. Potensi yang
dimiliki KAPET Seram meliputi sektor pertanian, perkebunan, perikanan, kehutanan,
pertambangan dan pariwisata. Dalam konteks kerjasama ekonomi internasional, KAPET
Seram termasuk dalam wilayah kerjasama ekonomi sub-regional Australia-Indonesia
Development Area (AIDA) dan Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia- Philipina East
ASEAN Growth Area(BIMP-EAGA).
Potensi Kapet Seram Keanegaraman potensi yang tersebar merata di wilayah
KAPET Seram baik darat maupun laut, memungkinkah daerah ini untuk cepat tumbuh
dan berkembang.
Potensi Perikanan Dan Kelautan. Jenis ikan yang ditangkap di wilayah lautan Kapet
Seram adalah ikan pelagis (tuna, cakalang, tomhkol, layang, selar, kembung, sikuda,
tembang dan teri). Sedangkan jenis ikan demersal yang biasa ditangkap meliputi
ikan kerapu, kakap merah, baronang, jepus (lomba, cumi).
Potensi Perkebunan. Jenis potensi perkebunan dan tanaman pangan yang diunggulan
di Kapet Seram antara lain tanaman pala dengan potensi tersedia sebanyak 2.355 ha,
Potensi perkebunan kelapa dengan potensi yang dapat dimanfaatkan seluas 22.491
ha. Hasil produksi dari perkebunan tanaman kelapa adalah sebesar 1,50 ton/ha..
Potensi perkebunan cengkih dengan potensi yang telah termanfaatkan adalah seluas
21.609 ha, Perkebunan cacao tersebar di Kecamatan Tehoru, Seram Utara dan
Werinama. Luas perkebunan cacao yang telah diusahakan seluas 4.737 Ha,
Perkebunan karet yang ada di Kapet Seram diusahakan oleh PT PN. Luas lahan
pertanian yang telah diusahakan sebagai perkebunan karet seluas 2000 ha,
Perkebunan sagu. sagu yang termanfaatkan adalah seluas 14.353 ha.
Potensi Pariwisata. KAPET Seram memiliki potensi pariwisata yang cukup besar.
Diantaranya pulau-pulau kecil, wisata alam, wisata bahari, situs-situs bersejarah
maupun budaya.
9. KAPET Bima
KAPET Bima ditetapkan melalui Keppres No. 166 Tahun 1998 dengan luas
wilayah 6.921, 45 Km2. Cakupan wilayah KAPET Bima terletak di Provinsi Nusa
Tenggara Barat (NTB) yang meliputi Kabupaten Bima (Kecamatan Rasanae Timur,
Rasanae Barat, Belo, Woha, Monta, Bolo, Wawo, Wera, Sape, Donggo dan Sanggar) dan
Kabupaten Dompu (Kecamatan Dompu, Hu’u, Woja, Kempo, Kilo dan Pekat).
KAPET Bima mempunyai posisi strategis, ditinjau dari konteks perdagangan
merupakan pintu keluar dan masuk barang dan jasa ke Kawasan Indonesia Barat (KIB)
dan Kawasan Timur Indonesia (KTI). Jika dilihat dari konteks Pariwisata, terletak
diantara segitiga emas. Disebelah barat daerah kunjungan wisata Internasional Pulau
Bali, disebelah utara Tanah Toraja, dan disebelah timur Pulau Komodo serta Lakey
Hu’u merupakan ajang kegiatan selancar bertaraf Internasional. Selain itu KAPET Bima
termasuk wilayah kerjasama ekonomi regional “Australia – Indonesia Development
Area (AIDA)”.
Pertanian. Dalam sektor pertanian komoditas yang diunggulkan adalah bawang
merah sedangkan dari sektor perkebunan komoditas yang dapat diunggulkan antara
lain adalah Kopi dengan luas lahan sebesar 8.771 ha baru dimanfaatkan sebesar
7.142 ha dan Jambu Mete dengan lahan seluas 14.375 ha yang telah dimanfaatkan
sebesar 6.004 ha.
Pertambangan. Potensi Komoditas yang cukup menonjol dari sektor pertambangan
di Kabupaten Bima adalah Marmer. Potensi marmer di Kabupaten Bima ini cukup
murah dan mudah untuk dikembangkan. Ada tujuh lokasi bahan galian marmer yang
cukup potensial untuk dikembangkan dan ada yang sudah operasional dengan lokasi
strategis dari jalur transportasi.
Perindustrian. Terdapat potensi untuk mendirikan industri garam rakyat, mengingat
sebagian besar wilayah Kabupaten Bima adalah wilayah pesisir pantai.
Perikanan. Wilayah kabupaten Bima sebagian besar adalah perairan karena itu
potensi perikanan di Kabupaten Bima sangat besar antara lain adalah Mutiara,
Rumput laut, Udang Windu dan Ikan Tuna.