Anda di halaman 1dari 45

TRAUMA MAKSILOFASIAL

DOSEN PEMBIMBING KLINIK :


DR. ARIN DWI ISWARINI, SP.THT-KL., M.KES

Desy Tiovanda Lumban Gaol 42200456


Naftali Novian 42200457
STATUS PASIEN
 Nama : Sdr. E
 Tanggal Lahir : 27/ 06/ 1998
 Usia : 22 tahun
 Jenis Kelamin : Laki-Laki
 Alamat : Jl. Beringin RT 003 Jambi
 Pekerjaan : Belum Bekerja
 No.RM : 0209XXXX
ANAMNESIS
 KU -> Nyeri Kepala
 RPS -> Pasien mengeluhkan nyeri kepala,
sebelumnya mengalami kecelekaan lalu lintas.
Pasien mengemudi sepeda motor, kecelakaan terjadi
karena terpeleset dan jatuh dari sepeda motor
dengan tubuh terbentur pembatas jalan. Saat
setelah terjadi kecelakaan, pasien sadarkan diri.
Pasien juga mengeluhkan pusing, kedua hidung
terasa tersumbat. Pasien sebelumya mendapat
pertolongan pertama di RSUD Pacitan.
ANAMNESIS
RIWAYAT PENYAKIT RIWAYAT PENYAKIT
DAHULU KELUARGA
 Sinusitis : (-)  Gejala serupa : (-)
 Rhinitis : (-)
 Alergi obat/makanan : (-)
 Alergi : (-)
 Vertigo :(-)  DM : (-)
 Tonsilitis : (-)  Hipertensi : (-)
 Faringitis: (-)
 Caries dentis : (-)
 Bronkitis : (-)
 GERD : (-)
 Trauma : (-)
 Dislipidemi : (-)
 DM : (-)
 Hipertensi : (-)
ANAMNESIS
 Riwayat Pengobatan:
 Riwayat Periksa : (-)
 Riwayat Operasi : (-)
 Riwayat Rawat Inap : (-)
 Riwayat Penggunaan Obat : (-)
ANAMNESIS
 Lifestyle
 Smoking : Merokok 1 bungkus/ hari
 Alkohol : (-)
 Napza : (-)
 Olahraga: Jarang
 Aktivitas: Pasien sehari-hari beraktivitas sebagai
mahasiswa
 Diet : Makan 3 kali sehari
PEMERIKSAAN FISIK
 Keadaan Umum : Sedang
 Kesadaran : Compos Mentis
 GCS : E4 V5 M6
 VAS : 6
 Status Gizi : Baik
 BB : 60 kg
 TB : 160 cm
 Tanda Vital
 Tekanan Darah : 110/ 70 mmHg
 Nadi : 88 x/menit
 Respirasi: 22 x/menit
 Suhu : 37,8 0C
STATUS GENERALIS
 Ukuran Kepala: Normochepali
 Wajah : Terdapat hematom pada pipi dan dagu
sebelah kanan
 Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),
injeksi konjungtiva (-/-), pupil tampak isokor, reflek
cahaya (+/+), gerakan bola mata baik kesegala arah,
terdapat hematom periorbita Oculus Dextra
 Hidung : (Sesuai status lokalis)
 Mulut: (Sesuai status lokalis)
 Telinga : (Sesuai status lokalis)
 Leher : Kesan simetris, tidak ada deformitas, tidak
ada massa, pembesaran KGB (-), nyeri tekan KGB (-)
STATUS GENERALIS
 Thorax
 Pulmo
 Inspeksi : Kesan simetris, gerakan dada simetris, Jejas (-),
retraksi (-), benjolan (-)
 Palpasi : Pengembangan paru simetris, fremitus
 normal, terdapat nyeri tekan pada dada
  sebelah kiri
 Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru kiri dan kanan
 Auskultasi : Vesikuler (+/+), wheezing (-/-), ronkhi (-/-)
STATUS GENERALIS
 Cor
 Inspeksi : Iktus cordis tidak tampak, tanda inflamasi(-), jejas
(-)
 Palpasi : Iktus cordis teraba di SIC 5 linea axillaris anterior
sinistra
 Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
 Auskultasi : S1 S2 reguler, bising jantung (-), bruit (-)
STATUS GENERALIS
 Abdomen
 Inspeksi : Kesan simetris, distensi abdomen (-), massa (-), tanda
inflamasi (-), jejas (-)
 Auskultasi : Bising usus normal
 Perkusi : Timpani seluruh regio abdomen, nyeri ketok ginjal (-),
batas hepar normal
 Palpasi : Pembesaran organ intra abdomen (-),nyeri tekan (-),
massa (-), turgor kulit normal
STATUS GENERALIS
 Ekstremitas
 Atas : Akral hangat, kuat angkat nadi cukup dan reguler,
capillary refill time <2 detik, gerakan aktif, edema (-),
sianosis (-), deformitas (-), terdapat jejas pada bahu kanan.
 Bawah : Akral hangat, kuat angkat nadi cukup dan reguler,
capillary refill time <2 detik, gerakan aktif, edema (-),
sianosis (-), jejas (-), deformitas (-)
discharge
Tidak dapat
tervisualisasi

Kesan : AD dan AS dalam batas normal, didapatkan discharge


pada AD

PEMERIKSAAN TELINGA
Kesan: didapatkan lateralisasi ke AD
TES PENALA
PEMERIKSAAN HIDUNG & SINUS
PARANASAL

discharge
PEMERIKSAAN HIDUNG & SINUS
PARANASAL

Kesan : Cavum nasi didapatkan edema, darah kering, dan deviasi


septum
Kesan : Ulserasi pada bibir, destruksi gigi

Pemeriksaan orofaring
PEMERIKSAAN DARAH
LENGKAP
Fraktur corpus mandibula dextra
Fraktur Zygomatic dextra (rongga orbita)
Fraktur Maxilla billateral

MSCT dan X kepala


Diagnosis Kerja
Trauma maksilofasial Le Fort III dengan cedera
kepala ringan
Diagnosis banding
Fraktur Multipel Wajah
PENATALAKSANAAN
 Injeksi Ketorolac 30 mg IV
 Cefazolin 0,5 g-1 g setiap 6-12 jam IV

 Metronidazol 500 mg tiap 8 jam

Non farmakoterapi :
 Wound and dressing care pada luka di wajah

 Lakukan oral hygiene


Edukasi
 Melakukan kumur aseptik untuk kebesihan mulut
 Amati jika ada komplikasi, seperti terjadi
perdarahan pada wajah, terdapat dischagre
kekuningan yang keluar dari mulut atau hidung,
pasien mengalami penurunan kesadaran
 Rencana tindakan selanjutnya-> tirah baring dan
akan dilakukan operasi pembedahan
 Pemberian nutrisi -> bubur
 Penanganan aseptik pada luka
Planning
 Monitoring vital sign
 Monitoring tanda-tanda komplikasi
 Lakukan konsul dengan Sp.THT-KL untuk
dilakukan tindakan invasif
Prognosis
 Ad Vitam : dubia ad bonam
 Ad Fungsionam : dubia ad bonam
 Ad Sanationam: dubia ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
 Fraktur adalah hilangnya atau putusnya kontinuitas jaringan keras tubuh
 mencakup cedera jaringan lunak dan tulang-tulang yang membentuk
struktur maksilofasial. Tulang tulang tersebut antara lain: tulang
nasoorbitoetmoid, tulang zigomatikomaksila, tulang nasal, tulang maksila,
tulang mandibula
Anatomi maksilofasial
 Sepertiga tengah dari skeleton wajah (Gambar 1) terdiri dari 2
os maksila, 2 os zigoma, 2 prosesus zigoma dari os temporal, 2
os palatine, 2 os lakrimal, vomer, etmoid yang berlengketan
dengan konka, pterigoid plate dari sfenoid
ANATOMI MAKSILOFASIAL
 Sistem buttress vertikal mempunyai 7 komponen yaitu (a) Di medial, sepasang
nasomaksilaris, buttress mulai dari alveolus maksilaris anterior sampai ke
apertura piriformis dan orbita medial, melewati os nasal dan lakrimal ke os
frontal. (b) Pada lateral, sepasang zigomatikomaksilaris, buttress mulai dari
alveolus maksilaris lateral ke maksilaris lateral, malar dari zigoma kemudian ke
superior sepanjang rima orbita lateral ke os frontal. Buttress ini juga lateral
meluas ke os temporal melalui arkus zigoma. (c) Sepasang pterigomaksilaris,
buttress melewati pada posterior dari maksila ke pterigoid plate dari os spenoid.
(d) Garis tengah tulang septum nasi, terdiri dari vomer dan perpendicular plate
dari os etmoid, menghubungkan prosesus palatin dari maksila ke os frontal
 Buttress horizontal, yaitu rima orbita superior, rima orbita inferior,
maksiloalveolar dan palatum, prosesus zigoma os temporal, pinggir sayap os
sfenoid dan pterigoid plate dari sfenoid
Grading Fraktur Le Fort
1. Le fort I horizontal -> trauma langsung pada bagian
bawah rima alveolar maksilaris pada arah bawah
2. Le fort II Piramidal -> hasil dari trauma pada mid
maksila
3. Le Fort III (transversa) -> hasil dari trauma langsung
dari anterior ke sepertiga tengah wajah atau dari
inferior trauma ke simfisis mandibular menjalar ke
midface melalui segmen dentoalveolar mandibular

Grading Fraktur Le Fort


FRAKTUR
ZIGOMATIKOMAKSILA
 Kelompok 1: Fraktur tanpa pergeseran signifikan yang
dibuktikan secara klinis dan radiologi
 Kelompok 2: Fraktur yang hanya melibatkan arkus yang
disebabkan oleh gaya langsung yang menekuk malar
eminence ke dalam
 Kelompok 3: Fraktur yang tidak berotasi
 Kelompok 4: Fraktur yang berotasi ke medial
 Kelompok 5: Fraktur yang berotasi ke lateral
 Kelompok 6: Fraktur kompleks yaitu adanya garis
fraktur tambahan sepanjang fragmen utama
FRAKTUR MANDIBULA
Fraktur mandibula diklasifikasikan sesuai dengan
lokasinya dan terdiri dari simfisis, badan, angulus, ramus,
kondilar, dan subkondilar
Pemeriksaan Klinis
 Sebelum memulai pemeriksaan klinik pada daerah mulut dan maksilofasial harus
dipastikan bahwa cedera sistemik lain telah dievaluasi misalnya cedera spina servikal
atau trauma dada
 Lakukan GCS
 Pemeriksaan Leher -> Luka-luka pada wajah dicatat mengenai lokasi, panjang,
kedalaman dan kemungkinan terlibatnya struktur dibawahnya seperti arteri, saraf, dan
glandula saliva. Edema fasial diobservasi, dan dievaluasi karena ini bisa merupakan
tempat yang terkena benturan/ trauma atau merupakan tanda adanya kerusakan struktur
dibawahnya misalnya hematom, fraktur atau keduanya, setiap deformitas tulang yang
nyata, perdarahan atau kebocoran cairan serebrospinal hendaknya dicatat
 Pemeriksaan nervus cranialis (III, IV, V, VI,VII) dites untuk mengetahui apakah terjadi
palsi, dapatkah pasien mengangkat alis dan meretraksi sudut mulut, apakah bola mata
bisa bergerak bebas, dan apakah pupil bereaksi terhadap sinar
 Pemeriksaan regio atas dan tengah wajah dipalpasi untuk melihat adanya kerusakan di
daerah sekitar kening, rima orbita, area nasal atau zigoma.
Pemeriksaan klinis
 Lokasi mandibula terhadap maksila dievaluasi apakah tetap digaris tengah,
terjadi pergeseran lateral atau inferior. Pergerakan mandibula juga
dievaluasi dengan cara memerintahkan pasien melakukan gerakan-gerakan
tertentu, dan apabila ada penyimpangan dicatat
 Oklusi adalah hal pertama dilihat secara intraoral, dataran oklusal dari
maksila dan mandibula diperiksa continuitas, dan adanya step deformitas.
Bagian yang giginya mengalami pergerakan karena trauma atau alveoli
yang kosong karena gigi avulsi juga dicatat
Tanda-tanda fraktur
 Tanda-tanda fraktur yang pasti :
 Dislokasi, misalnya pada fraktur zigomatik terlihat perubahan kontur muka. Kontur

muka pada bagian yang mengalami fraktur terlihat lebih cekung. Pada fraktur hidung
juga terlihat displacement dengan jelas berupa perubahan kontur dari hidung.
 Pergerakan yang tidak normal dari hidung

 Krepitasi

 Tampak fragmen patahan dari tulang.

 Tanda-tanda fraktur yang tidak pasti:

 Rasa sakit
 Pembengkakan, hematoma.
 Gangguan fungsi (function laesa), misalnya trismus, gangguan saat menelan, ataupun bicara
 Maloklusi
 Parastesi, misalnya pada daerah persyarafan n.alveolaris inferior pada fraktur mandibula dan
pada daerah persyarafan n.orbitalis pada fraktur wajah.
Pemeriksaan Penunjang
 X-ray skull AP/Lateral, water’s view
 Patah tulang direk yang diidentifikasi sebagai garis fraktur, fraktur gap,
dan dislokasi fragmen tengkorak.
 Fraktur tidak langsung yang diidentifikasi sebagai opasitas dari sinus
paranasal dan emfisema jaringan lunak
 fraktur maksila didapatkan beberapa penampakan, diantaranya: opasitas
pada sinus maksila, pemisahan pada rima orbita inferior, sutura
zygomaticofrontal, dan daerah nasofrontal. Dari penampakan lateral, juga
didapatkan fraktur pada lempeng pterigoid
 CT-Scan
Pada Le Fort I, margin anterolateral nasal fossa mengalami fraktur, struktur
ini tetap utuh pada Le Fort II dan III.
Pada Le Fort II , rima orbita inferior yang mengalami fraktur, tapi utuh pada
Le Fort I dan III.
Pada Le Fort III, yang mengalami fraktur yaitu zygomatic arch, namun
struktur ini utuh pada Le Fort I dan II
Terapi
 Awal
Pembedahan
Komplikasi pembedahan
Farmako
 Cefazolin digunakkan untuk mayoritas
pembedahan, dosisnya yaitu Injeksi intramuskular
atau injeksi intravena atau infus, 0,5 g-1 g setiap 6-
12 jam + metronidazol dengan dosis IV 500 mg
tiap 8 jam dengan kecepatan 5 mL/menit
 ketorolac IV memiliki onset yang lebih cepat
dibandingkan asam mefenamat. Dosis ketorolac
yang dapat diberikan yaitu 60 mg atau 30 mg
secara IM maupun IV
Non-farmako
 Nutrisi -> pemberian diet berupa bubur
 Manajemen pasca luka -> metode primary vacum
dressings (bersih terkontaminasi)
 Higienitas oral
Komplikasi fraktur
 Awal -> perdarahan ekstensif, gangguan pada jalan nafas akibat
pergeseran fragmen fraktur, edema, dan pembengkakan soft tissue
 Infeksi lebih sering pada fraktur mandibula
 Pada Le Fort II dan III, daerah kribiform dapat mengalami fraktur,
sehingga terjadi rhinorhea cairan serebrospinal
 kebutaan juga dapat terjadi akibat pendarahan dalam selubung dural
nervus optikus
 Akhir -> kegagalan penyatuan tulang yang mengalami fraktur, penyatuan
yang salah, obstruksi sistem lakrimal, anestesia infraorbita, devitalisasi
gigi, ketidakseimbangan otot ekstraokuler, diplopia, dan enoftalmus
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai