Anda di halaman 1dari 3

NAMA: DIDIK ARAFAT

KELAS: PAI (A)

KASUS PULAU REMPANG


Pulau Rempang secara administratif merupakan bagian dari Kota Batam yang terbagi menjadi bekas
Kawasan Hak Guna Usaha (HGU), kawasan hutan, dan Kampung Tua.

Pulau Rempang merupakan salah satu pulau yang rencananya akan mendapat hak administratif dari
Otorita Batam, dan sesuai Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2007 berubah nama menjadi Kawasan
Perdagangan Bebas Batam dan Badan Pengusahaan Freeport.

Rempang Eco City merupakan proyek pengembangan PT Makmur Elok Grahan (MEG). Pulau Rempang
rencananya akan dikembangkan menjadi kawasan industri, jasa, dan pariwisata. Sengketa Pulau
Rempang bermula ketika lahan di pulau itu seluas 7.572 hektare menjadi kawasan sasaran Proyek
Strategis Nasional (PSN) yang akan dibangun sebagai pabrik kaca. Belum lama ini, terjadi bentrokan
antara petugas Divisi Pengamanan Badan Niaga Batam dan TNI, Polri serta warga Pulau Rempang di Kota
Batam, Kepulauan Ria, terkait sengketa tanah.

Kisruh proyek yang terjadi di Pulau Rempang, Batam, Kepulauan Riau, menjadi salah satu persoalan yang
kini ramai dibicarakan oleh publik. Konflik itu seperti segumpal benang kusut yang rumit. Berawal dari
status tanah yang berujung pada kerusuhan antara aparat penegak hukum dan masyarakat yang sudah
lama mendiami kawasan tersebut.

Mata publik awalnya tertuju ke Pulau Rempang pada Kamis 7 September 2023. Kala itu terjadi kericuhan
antara warga Rempang dengan aparat penegak hukum gabungan TNI, Polri, dan Direktorat Pengamanan
Aset Badan Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam (BP Batam).

Ratusan warga dari 16 kampung tua Pulau Rempang yang terhimpun dalam satu barisan baku hantam
dengan aparat keamanan di lapangan. Situasi sangat kacau. Gas air mata ditembakkan.Yang jadi
persoalan, berdasarkan catatan detikcom, tembakan dari air gas air mata sampai masuk ke dalam satu
sekolah yang berdekatan lokasi kerusuhan.

Warga masih menolak kendati BP Batam sudah menjanjikan beberapa solusi. Di antaranya relokasi bagi
masyarakat terdampak ke kawasan Dapur 3 Sijantung, Pulau Galang. Serta hunian tetap berupa rumah
tipe 45 senilai Rp 120 juta dengan luas tanah maksimal 500 meter persegi.

Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud Md lantas
menjelaskan bahwa konflik antara warga dan aparat terjadi lantaran terjadi kekeliruan antara
pemerintah pusat dan daerah soal pencatatan hak atas berbagai tanah yang bakal menjadi lokasi
pembangunan Rempang Eco-City.

Selengkapnya di :
https://finance.detik.com/infrastruktur/d-6954682/memahami-kisruh-proyek-rempang-yang-kini-
dalam-penyelesaian

Review:

Dalam program-program pembangunan yang dijalankan oleh Pemerintahan sekarang ini. Kalau
saya amati sering kali kurang maksimal dalam hal sosialisasi, komunikasi sehingga sering kali
terjadi peristiwa peristiwa yang seharusnya tidak terjadi. Program boleh baik dan maju,tapi
kalau kurang dalam hal sosialisasi dan komunikasi maka akan terjadi gejolak dalam masyarakat.
Dan tentunya itu tidak kita inginkan.

Dalam kasus pulau Rempang ini saya memandang terjadi ketidak singkronan hukum antara
masyarakat dan pemerintah,dimana masyarakat menganggap bahwa pulau Rempang sebagai
tanah adat sehingga perlu dilestarikan.sementara pemerintah menganggap itu tanah negara
sehingga bisa mengeluarkan HGU kepada swasta.dan masyarakat pulau Rempang tidak bisa
memiliki SHM atas tanah di pulau Rempang.

Seharusnya sejak awal mula pemerintah dalam melaksanakan program ini benar-benar Sudah
melakukan sosialisasi, musyawarah dan pendekatan pendekatan yang masif serta komunikasi
yang maksimal. Untuk menghindari segala bentuk kekerasan sehingga menjamin tegaknya nilai-
nilai kemanusiaan yang adil dan beradab, hingga mewujudkan rasa keadilan di tengah
masyarakat pulau Rempang.

Terjadinya gejolak di masyarakat terkesan pemerintah kurang dalam hal sosialisasi dan
komunikasi.

Saya turut prihatin dan menyayangkan terjadinya bentrokan aparat dengan masyarakat di
pulau Rempang. Apapun alasannya dalam pelaksanaan investasi yang berdampak pada relokasi
pemukiman penduduk harus menjamin terlaksananya amanat konstitusi yang melindungi hajat
hidup dan Hak Asasi Manusia,serta kesejahteraan rakyat Indonesia. Hal ini tercantum dalam
dasar negara Pancasila yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Dalam pembukaan UUD 1945 juga menyebutkan bahwa negara Indonesia dibentuk untuk
melindungi segenap rakyatnya dan tumpah darah Indonesia, pemerintah juga harus ingat
bahwa penguasaan atas tanah oleh negara itu untuk kesejahteraan rakyatnya.pasal 33 ayat 3
UUD1945.

Pasal 18B ayat 2 UUD 1945 juga menyebutkan


Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-
hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan
prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam undang-undang.

Kita sebagai warga negara Indonesia tentu juga harus mendukung program program
pemerintah, yang bertujuan untuk mensejahterakan rakyat. Dan demi kemajuan bangsa
Indonesia dalam mencapai cita-cita bangsa.namun dalam proses pelaksanaan nya harus lebih
bersifat humanis, kekeluargaan dan damai. Dalam melakukan komunikasi,dialog,dan
musyawarah sehingga menghasilkan keputusan keputusan yang solutif yang win win solution yg
bisa di terima oleh semua pihak.

Terakhir dalam pembangunan PSN di pulau Rempang ini,kita semua harus menahan diri jangan
sampai terprovokasi oleh pihak yang tidak bertanggung jawab dan bisa menimbulkan kerugian-
kerugian bagi kita sendiri.Kita harus selalu waspada karena disinyalir banyak pihak pihak yang
menunggangi kasus Rempang ini karena tidak ingin Indonesia menjadi negara maju.seperti yang
kita tahu proyek eco city pulau Rempang ini untuk menyaingi Malaysia dan Singapura.

Sekian Terimakasih...

Anda mungkin juga menyukai