Anda di halaman 1dari 3

Nama : Sagita Rahma Devi

NIM : E1012211026

MatKul : Manajemen Kehumasan/ REG B

Dosen : Dr. Julia Magdalena W , M.Si\n

Pulau Rempang merupakan salah satu pulau yang berada di

wilayah batam. Rencananya di Rempang akan dilakukan pembangunan

kawasan industri yang dinamakan proyek Rempang Eco City. Proyek

RempangEco City merupakan bagian Proyek Strategis Nasional (PSN).

Proyek ini direncanakan pada 2004. Saat itu, pemerintah melalui BP Batam

dan Pemerintah Kota Batam bekerja sama dengan PT Makmur Elok Graha

sebagai mitra swasta dan memperkirakan investasi pengembangan Pulau

Rempangdapat mencapai Rp 381 triliun dan membuka 306 ribu tenaga

kerja hingga tahun 2080. Akan tetapi aspek hak asasi manusia harus

menjadi dasar pembangunan dan investasi di atas keuntungan. Pada Juli

2023, pemerinta bekerjasama dalam bentuk nota kesepahaman dengan

Xinyi Group, perusahaan tersebut akan berinvestasi USD11,5 miliar atau

setara Rp172 triliun. Xinyi akan membangun pabrik kaca dan solar

panel. Investasi tersebut katanya menyediakan 30.000 lapangan kerja.

namun rencana ini mendapat penolakan. Masyarakat Rempangsangat

menolak direlokasi dan menolak 16 kampung tua digusur. Warga


memohon kepada pemerintah agar pembangunan dilakukan tanpa

menggusur pemukiman warga asli dan 16 kampung tua.Adapun

alasan masyarakat Rempangmenolak pembangunan kawasan RempangEco

City karena masyarakat adat di Pulau Rempangtak dilibatkan, masyarakat

Rempangingin mempertahankan kampung halaman, dan masyarakat

Rempangtidak ingin dipindahkan atau keluar dari kampung halaman

mereka.

Isu relokasi rempang ini penting dijadikan kampanye politik

dikarenakan setiap kebijakan pemerintah harus mengedepankan kadilan

dan kebijakan tersebut memberikan keuntungan bagi masyarakat sekitar

bukan memicu penderitaan lainnya. Penolakan terhadap relokasi tersebut

dengan justifikasi bahwa mata pencaharian warga setempat merupakan

nelayan yang mana jika direlokasi maka akses kelaut sangat jauh sehingga

dapat menghilangkan pekerjaan para warga. Selain itu adanya relokasi ini

juga tidak adanya komunikasi 2 arah sehingga masyarakat sulit menerima

adanya kebijakan tersebut. Jika relokasi tersebut masih dilaksanakan

maka tidak memberikan keadilan untuk warga yang mana telah menempati

tanah tersebut puluhan tahun. Dalam kasus rempang ini hal penting yang

memberikan keuntungan bagi investor atau artha graha yaitu kenyataan

bahwa pulau Rempang tersebut memiliki SDA berupa pasir silica yangmana

bahan baku tersebut menjadi bahan baku dalam industry pembuatan kaca

dan panel surya. Selain itu, daya tarik utama Pulau Rempang adalah
pantainya yang memesona sehingga dapat menarik para wisatawan.

Kesimpulan dalam proyek relokai ini adalah tidak adanya proses partisipasi

masyarakat dalam menjalankan proyek relokasi tersebut sehingga

masyarakat merasa terusir dari kampung halaman yang telah ditempati

puluhan tahun lamanya. Warga mengatakan mereka tidak menolak adanya

investasi atau relokasi akan tetapi tetap membiarkan warga untuk tinggal

didaerah nya sendiri.

Referensi :

https://ugm.ac.id/id/berita/menilik-konflik-rempang-dan-
pengakuan-

pemerintah-atas-hak-hak-masyarakat-adat/

https://www.republika.id/posts/45199/membangun-pulau-rempang-

melindungi-masyarakat-lokal

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20230912125946-12-

997897/duduk-perkara-konflik-pulau-rempang/amp

Anda mungkin juga menyukai