Anda di halaman 1dari 5

BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI BANDUNG


PERIODE 2022/2023
Gedung STTB Lantai 2 Ruang 2.1
Jl. Soekarno Hatta No. 378 Bandung 40235 Jawa Barat
bemsttbandung@gmail.com

TAHUN 2022 WADAS, TAHUN 2023 REMPANG,


DAN TAHUN 2024 APALAGI NIH???
Detail kronologi konflik Rempang:
1. 2001-2002= Pemerintah pusat dan Badan pengusahaan (BP) Batam telah mengeluarkan
keputusan tentang hak pengelolaan lahan (HPL) oleh pihak perusahaan swasta di Rempang.
2. 2004= Hak Pengelolaan Lahan (HPL) telah diberikan atau dipindah tangkan kepada pihak lain
yaitu PT. MAKMUR ELOK GRAHA (MEG).
3. 2022= Investor mulai masuk ke pulau Rempang untuk memulai aktivitasnya.
4. 2023= Pemerintah pusat, Badan pengusahaan (BP) Batam dan PT. MAKMUR ELOK
GRAHA (MEG) mulai bergerak untuk mengerjakan proyek strategis nasional yang bisa
dibilang Rempang Eco City.
5. 7 September 2023= adalah hari yang dimana terjadinya bentrok besar-besaran antara warga
Rempang dengan pihak aparatur negara (Polri, TNI, Direktorat Pengamanan BP Batam, dan
Satpol PP) karena menolak pemasangan dan pengukuran lahan untuk pembangunan proyek
tersebut.

REMPANG ITU KITA!!!

Akhir akhir ini kita di ramaikan pemberitaan mengenai pulau rempang galang, pulau yang dihuni
oleh orang melayu tempatan, baik orang laut yang berprofesi sebagai nelayan maupun orang darat
yang berprofesi sebagai pedagang jauh sebelum Indonesia medeka, penyebabnya ramainya
pembicaran mengenai konflik agraria yang sedang terjadi disana, dimana ini berawal dari tahun
2001 saat pemerintah kota batam mengajukan pengembangan kawasan rempang dengan dalih
meningkatkan ekonomi di pulau rempang galang,kemudian dengan rakusnya pemerintah
mengundang investor, salah satunya PT MEG untuk menjadi pengelola dan pengembang kawasan
tersebut dengan kontrak 30 tahun serta opsi perpanjangan hingga 80 tahun, yang mana ini
diketahui oleh masyarakat remapng sehingga terjadi penolakan besar besaran

Rempang eco city makuk kedalam Proyek Strategis Nasioanal (PSN) yang bermasalah karena
proyek ini sama sekali tidak pernah di konsultasikan kepada warga rempang yang tentunya akan
mendapatkan dapak yang besar dari proyek ini bahkan jika kita lihat pemerintah sering
sekaliterindikasi merampas hak hidup masyarakat denagn merampas tanahnya, tentunya ini
bertentangan dengan nilai nilai yang terkandung dalam Pancasila dan UUD 45 ‘keadilan social bagi
seluruh rakyat Indonesia” termasuk keadilan untuk hidup tentram serta pada ketentuan UUD 45
pasal 33 dikatakan bumi dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai negara dan
digunakan sebesara besarnya untuk kemakmuran masyarakat, lalu jika dikatakan ini juga demi
kemakmuran masyarakat jangan lupa pada ketentuan lainya pada Pasal 28 dikatakan setiap orang
untuk mempertahankan hidup, berhak atas rasa aman dan perlindungan ancaman ketakutan berhak
hidup sejahtera lahir dan bati bertempat tinggal serta mendapatkan lingkungan hidup yang baik

Ada 10.000+ masyarakat yang tinggal di pulau Rempang, Kec. Galang, yang terdapat ada 16
kampung Melayu yang terpaksa harus kehilangan dan meninggalkan tempat tinggal yang telah
mereka huni dari para leluhurnya sejak tahun 1834. Yang dimana tempat tinggal warga dan ruang
hidupnya menjadi target sasaran para investor-investor yang telah didukung oleh pihak oligarki
dengan tujuan para pro investasi, meski masyarakat disana yang harus menjadi korban atas proyek
tersebut. Proyek ini telah di stimuluskan, karena kononnya proyek ini bisa menarik investasi sangat
besar dan bahkan diperkirakan bisa mendapatkan hasil hingga Rp. 381 triliun pada tahun 2080
mendatang. Salah satu eksekutor dalam kejahatan ini adalah PT. MAKMUR ELOK GRAHA
(MEG) yang merupakan anak perusahaan dari PT. ARTHA GRAHA yang pemilik sahamnya
adalah Tomy Winata. Yang lebih biadabnya lagi yaitu dalam proses bergeraknya atau berjalannya
suatu proyek ini sang investor diberikan hadiah sebuah 17.000 hektar oleh Badan Pengusahaan
Batam (BP Batam) selama 80 tahun untuk membuat kawasan Bisnis City di pulau Rempang, Kec.
Galang. Yang lebih indahnya lagi demi investasi itu Kementerian lingkungan hidup dan kehutanan
(KLHK) melepaskan dengan begitu saja yang berluaskan 7.560 hektar, kawasan hutan lindung
yang sangat penting bagi kelestarian ekosistem yang akan dijadikan Proyek Rempang Eco City
tersebut. Yang katanya nantinya proyek ini akan dijadikan zona, yang dimana antara lain zona
industri, zona agro-wisata, zona pemukiman dan komersial, zona pariwisata, zona hutan dan
pembangkit listrik tenaga surya, zona margasatwa dan alam serta zona cagar budaya. Dalam
kebijakan tertulis, BP Batam mengatakan pengembangan pulau Rempang di awali dengan
investasi produsen kaca terkemuka dari China sejak akhir juli. Perusahaan yang berkomitmen
berinvestasi sekitar 175 triliun akan membangun fasilitas hilirisasi pasir kuarsa dan pasir silika
serta ekosistem rantai pasok industri kaca dan kaca panel surya.

APAKAH APARATUR NEGARA TUGASNYA MENGAYOMI


DAN MENJAGA ATAU MENINDAS DAN MEMBABI BUTA!!!

Pada tanggal 7 September 2023, Aksi besar-besaran pecah di Rempang, Kota Batam. Para
aparatur negara terdiri dati Polri, TNI, Ditpam Badan pengusahaan Batam (BP Batam), dan
Satpol PP terlibat bentrok dengan masyarakat Rempang saat pihak PT. MAKMUR ELOK
GRAHA (MEG) melakukan operasinya yaitu pemasangan patok dan pengukuran lahan di pulau
yang ditolak keras oleh masyarakat, karena investasi itu bukan hanya menghilangkan ruang
hidup mereka tetapi juga merusak kelestarian ekosistem di pulau Rempang-Galang. Para
aparatur negara yang tergabung dari Polri, TNI, Ditpam Badan pengusahaan Batam (BP Batam)
dilengkapi dengan perlengkapan yang sangat mengerikan seperti, senjata peluru karet dan gas air
mata, dan 60 armada lapis baja yang diturunkan untuk memperlancar proses operasi tersebut.
lebih biadabnya lagi mereka melakukan tindakan represif terhadap warga pulau Rempang, serta
mereka tidak memiliki rasa sosial dan belas kasihan melakukan tindakan-tindakan membabi buta
terhadap masyarakat yang disana demi berjalan dengan lancar proses pengawalan operasinya
demi investasi PT. MAKMUR ELOK GRAHA (MEG). Tak hanya selesai melakukan tindakan
represif, namun merekapun menangkap 6 orang warga yang di anggap provokator, padahal 6
orang warga ini hanya mempertahankan tempat tinggal dan ruang hidupnya sendiri dari
kerakusan rezim, selain itu puluhan orang terluka, beberapa anak mengalami trauma dan satu
anak mengalami luka akibat gas air mata. Dan yang lebih parahnya lagi mereka mendatangi
sebuah Sekolah Dasar, yang membuat Guru dan Murid lari berhamburan ketakutan. Hal ini tentu
bertentangan dan melanggar peraturan yang ada yaitu pada Perkap no 1 tahun2009 tentang
penggunaan kekuatan dalam tindakan kepolisisan, Perkap no 8 tahun 2009 tentang Implementasi
prinsip dan standar halk asasi manusia dalam penyelengaaran tugas Kepolisian negara RI dan
Perkap no 8 tahun 2010 tentang tata cara lintas ganti dan cara bertindak dalam penangulanagn
huru hara, akibatnya banyak warga (anak, perempuan dan lansia) yang terlukamengalami sesak
pernapasan dan bahkan harus dilarikan ke rumah sakit.

JADI BAHAN KAMPANYE???


Semenjak indonesia merdeka masyarakat rempang-galang mengalami kesulitan dalam
mendapatkan pengakuan sekaligus melegalisasi hak ulayat warga rempang galang karena
keberadaan NPL,BP Batam dan klaim kawasan hutan negara oleh KLHK dijadikan bahan
kampanye oleh Presiden Jokowi untuk memenangkan Pilpres 2019, Beliau menjanjikan
sertifikasi bagi Kampung Tua yang selama ini status tanahnya masih tumpang tindih."Jadi saya
ingin sampaikan dua hal penting. Yang pertama mengenai sertifikasi pembuatan sertifikat untuk
Kampung Tua. Siapa yang setuju Kampung Tua disertifikasi?" kata Jokowi saat melakukan
orasi, Jokowi bahkan berjanji proses sertifikasi dilakukan paling lama tiga bulan agar status
kepemilikan tanah semakin jelas dan legal bagi masyarakat."Akan kami lakukan maksimal 3
bulan akan kami selesaikan. Tiga bulan Kampung Tua akan kami sertifikatkan," kata Jokowi saat
itu..Namun sialnya janji tersebut tak pernah terealisasi bahkan janji itu dikhianati dengan adanya
Rempang Eco City sebagai proyek strategis nasional yang bukan hanya menggusur ruang hidup
mereka tetapi juga merusak ekosistem yang ada di rempang-galang

Oleh karena itu kami Menuntut dan Mendesak


1. Mendesak untuk membatalkan dan memberhentikan rencana pembangunan Rempang
Eco City bukan hanya sekedar mengeluarkannya sebagai program strategis nasional
2. Memastikan perlindungan dan pengakuan terhadap seluruh hak dasar masyarakat adat
dan tempatan di 16 kampung melayu tua di rempang
3. Menuntut Kapolda Kepulauan Riau untuk segera menarik personil kepolisian dari pulau
rempang dan membebaskan warga yang ditangkap dan segera menindak tegas personil
yang melakukan intimidasi dan kekerasan pada warga

Anda mungkin juga menyukai