Anda di halaman 1dari 22

PENYUSUNAN PROGRAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR KOTA BATAM

BAB
KAJIAN LITERATUR DAN
4
PRESEDEN

BAB 4 | 1
LAPORAN ANTARA
PENYUSUNAN PROGRAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR KOTA BATAM

4.1 KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS

Perkembangan Kawasan perdagangan bebas dan Pelabuhan bebas KPBPB diawali


dengan perkembangan perdagangan secara global dengan istilah Free Trade Zone
(FTZ). Menurut IBFD International Tax Glossary (2015) FTZ merupakan, istilah yang
digunakan secara longgar untuk merujuk pada area mana pun di wilayah suatu
negara yang tidak memberlakukan pajak langsung dan/atau tidak langsung.

Istilah FTZ secara lebih khusus digunakan untuk merujuk pada area yang mana bea
masuk dan jenis pajak tidak langsung lain tidak diterapkan atau akan dibayarkan
kembali. Bea masuk umumnya dibayarkan jika barang atau hasil produksi
dipindahkan dari FTZ ke area yang pabean normal. FTZ merupakan zona yang
umumnya memberikan layanan untuk pedagang dan ditujukan untuk memfasilitasi
prosedur perdagangan dengan mengizinkan lebih sedikit formalitas bea cukai.

Sementara itu, International Finance Corporation World Bank Group dalam Special
Economic Zones Performance, Lessons Learned, and Implication For Zone
Development (2008) menyatakan FTZ merupakan salah satu bentuk dari Special
Economic Zone (SEZ), yang didefinisikan sebagai:

“Suatu kawasan di mana luas areanya sempit, dibatasi secara jelas, barang-barang
tertentu yang masuk dan keluar dari daerah tersebut bebas bea, menawarkan
fasilitas pergudangan, penyimpanan dan distribusi untuk perdagangan, operasional
transshipment dan re-export, dan umumnya terletak di pelabuhan laut yang
menjadi pintu masuk”.

Sejarah FTZ dimulai awal abad ke 18 konsep ini telah banyak berkembang di
berbagai belahan dunia: Gibraltar (1704), Singapura (1819), Hongkong (1848),
Hamburg (1888), dan Copenhagen (1891) (El Shimy, 2008). Perkembangan konsep
ini membawa banyak perubahan tentang tujuan, strategi pasar dan aktivitas dalam
FTZ sehingga batasan yang jelas tentang evolusi terminologi FTZ semakin tidak
nyata. Objektif dari pembentukan FTZ juga bermacam-macam, misalnya sebagai
sarana pendukung reformasi ekonomi, pengentasan angka pengangguran,
peningkatan penanaman modal asing dan bahkan sebagai sarana eksperimentasi
dari sebuah kebijakan ekonomi.

Selain istilah FTZ, ada istilah lainnya lainnya, seperti Export Processing Zone (EPZ),
Hybrid EPZ (HEPZ), dan Enterprise Zone (EZ) (IFC-World Bank, 2008). Zona-zona
tersebut pada umumnya dibedakan berdasarkan tujuan pengembangan, luas
kawasan operasional, lokasi, fasilitas, kegiatan, dan tujuan pemasaran.

BAB 4 | 2
LAPORAN ANTARA
PENYUSUNAN PROGRAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR KOTA BATAM

Sejalan dengan perkembangan zaman, istilah zona perdagangan berkembang


mengikuti kebijakan tiap negara, hal ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.1 Evolusi Istilah Zona dari Waktu ke Waktu yang diterapkan berdasarkan

Negara

Term Main users and date of fist use

Free trade zone Traditional trem used since 19th Century


Foreign trade zone India (1983)
Industrial free zone Irlandia (pre-1970)
Maquiladores Mexico (early 1970s)
Export free zone Irlandia (1975)
Duty free export processing zone Korea Selatan (1975)
Export Processing zone Filipina (1977)
Special economic zone China (1979)
Investment promotion zone Sri Lanka (1981)
Free export zone Korea Selatan
Kawasan Perdagangan Bebas dan Indonesia (sejak tahun 1963 kemudian di
Pelabuhan Bebas tetapkan di tahun 2000)
Sumber: The Evolution of terminology over time (based on Kusago and Tzannatos, 1998)

FTZ di Indonesia diadaptasi menjadi Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan


Bebas (KPBPB). Pemerintah telah merumuskan definisi dari KPBPB dan juga telah
menetapkannya dalam Undang-Undang No.36/2000 tentang Penetapan Perppu
No.1/2000 tentang KPBPB.

Merujuk Pasal 1 angka 1 Perppu No.1/2000 KPBPB adalah suatu kawasan yang
berada dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang
terpisah dari daerah pabean sehingga bebas dari pengenaan bea masuk, pajak
pertambahan nilai (PPN), pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM), dan cukai.

Namun, UU No.36/2000 telah diubah melalui Perppu No.1/2007. Perppu


No.1/2007 ini selanjutnya telah ditetapakn menjadi UU No.44/2007. Mengacu
Pasal 2 Perppu No.1/2007, batas-batas KPBPB baik daratan maupun perairannya
kini ditetapkan dalam peraturan pemerintah tentang pembentukan KPBPB.

BAB 4 | 3
LAPORAN ANTARA
PENYUSUNAN PROGRAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR KOTA BATAM

Lebih lanjut, dalam KPBKB dilakukan kegiatan-kegiatan di bidang ekonomi, seperti


sektor perdagangan, maritim, industri, perhubungan, perbankan, pariwisata, dan
bidang–bidang lain yang ditetapkan dalam peraturan pemerintah tentang
pembentukan KPBPB.

Konsep KPBPB sebetulnya sudah lama dikembangkan di Indonesia. Sejak tahun


1963, Pelabuhan Sabang telah ditetapkan sebagai pelabuhan bebas dan
perdagangan bebas yang kemudian dikukuhkan dalam UU No.37/2000.

Selain Pelabuhan Sabang, ada pula kawasan lain yang ditetapkan sebagai KPBPB
yaitu Batam, Bintan dan Karimun. Penetapan keempat kawasan tersebut sebagai
KPBKB ditetapkan dalam UU No.44/2007 yang kemudian di sempurnakan pada UU
No.11 tahun 2020 tentang Cipta Kerja, Pasal 151-152 serta di perkuat dengan
Peraturan Pemerintah No.41 Tahun 2021.

4.2 KAWASAN INDUSTRI

Untuk pertama kalinya pada tahun 1876 kawasan industri dikembangkan di Inggris
yaitu Trafford Park Estates, dengan luas sekitar 500 Ha yang merupakan kawasan
industri terluas sampai pada tahun 1950-an. Pada awal abad 20, kawasan industri
di Amerika Serikat dikembangkan di kota Chicago yaitu antara lain Central
Manufacturing District dibangun pada tahun 1902 dengan luas 105 Ha, The
Clearing Industrial District yang dibangun pada tahun 1909 seluas 215 Ha, dan The
Pershing Road District dibangun tahun 1910 dengan luas 40 Ha.

Selanjutnya pada tahun 1960-an di Amerika Serikat telah berkembang kawasan


industri yang dikenal dengan Science Park atau Technology Park yaitu kawasan
industri untuk tujuan penelitian dan pengembangan. Pada tahun 1970- an, konsep
Business Park dikembangkan dimana dalam suatu kawasan tertampung berbagai
kegiatan seperti perkantoran dan industri yang ditunjang oleh kegiatan
perdagangan dan rekreasi. Kemudian baru pada tahun 1980-an kawasan
perumahan juga dimasukan dalam kawasan Business Park.

Sedangkan di Indonesia, kawasan industri baru dikembangkan pada awal tahun


1970-an sebagai suatu usaha untuk memenuhi kegiatan penanaman modal baik
dari dalam maupun dari luar negeri. Pada awalnya Pemerintah mengembangkan
kawasan industri melalui Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Pada tahun 1973
pemerintah memulai pembangunan kawasan industri yang pertama yaitu Jakarta
Industrial Estate Pulo Gadung (JIEP) dan kemudian disusul oleh Surabaya Industrial
Estate Rungkut (SIER) pada tahun 1974. Kawasan industri (KI) lainnya yang

BAB 4 | 4
LAPORAN ANTARA
PENYUSUNAN PROGRAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR KOTA BATAM

dikembangkan oleh pemerintah adalah KI Cilacap (1974), KI Medan (1975), KI


Makasar (1978), KI Cirebon (1984) dan KI Lampung (1986).

Selain itu pada tahun 1986, pemerintah melalui PT. Kawasan Berikat Nusantara
mengembangkan Kawasan Berikat atau Bonded Zone dengan tujuan untuk
meningkatkan ekspor non migas. Kawasan Berikat merupakan suatu kawasan
industri khusus dimana untuk melancarkan arus barang ekspor semua kegiatan
kepabean 1 Berdasarkan Permendagri No. 5 Tahun 1974 diatur bahwa yang dapat
diberikan lahan untuk usaha kawasan industri adalah badan hukum yang seluruh
modalnya berasal dari Pemerintah. untuk barang ekspor dilakukan pada kawasan
tersebut dan bahan baku untuk ekspor mendapat fasilitas bebas Bea Masuk.

Seiring dengan perkembangan investasi yang terus meningkat, kemudian pihak


swasta baru dilibatkan dalam usaha kawasan industri melalui Keppres No. 53 tahun
1989 dimana diatur bahwa usaha kawasan industri dapat dilaksanakan oleh pihak
swasta domestik maupun asing dengan atau tanpa partisipasi BUMN. Sejak pihak
swasta diperbolehkan mengembangkan kawasan industri, maka pertumbuhan
kawasan industri bertumbuh dengan pesat sekali. Selanjutnya, sejak 2009 melalui
PP No 24/2009 tentang Kawasan Industri, pemerintah berusaha untuk terus
memperbaiki strategi industri dengan mewajibkan industri untuk berlokasi di
kawasan industri. Sejak saat itu, strategi industri pemerintah Indonesia menjadi
lebih difokuskan pada pengembangan industri terpadu yang didukung oleh
fasilitas infrastruktur terpadu dalam Kawasan.

Sampai pada tahun 2020 misalnya, jumlah kawasan industri yang tercatat di
Himpunan Kawasan Industri (HKI) adalah sebanyak 225 lokasi dengan total luas
lahan sebesar 53.750,61Ha yang sebagian besar tersebar di Pulau Batam (13,12%
dari total jumlah Kawasan industry), Bekasi (10%) dan Karawang (9,5%). Untuk lebih
jelas lihat tabel dibawah ini.
Tabel 4.2 Daftar Kawasan Industri di Indonesia, 2020

No. Company Name/PT Luas (ha) Lokasi


1 Kawasan industri Aceh-Ladong 66 Nanggroe Aceh
Darussalam
2 Batamindo Investment Cakrawala 500 Batam
( Batamindo IE )
3 Bintang Propertindo ( Kawasan Bintang 70 Batam
Industri )
4 Kabil Integrated Industrial Estate ( KI 539 Batam
Terpadu Kabil )
5 Nusatama Properta Panbil (Panbil IE) 200 Batam

BAB 4 | 5
LAPORAN ANTARA
PENYUSUNAN PROGRAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR KOTA BATAM

No. Company Name/PT Luas (ha) Lokasi


6 Teluk Pantaian Indah ( Puri Industrial 24 Batam
Park 2000 )
7 Tritunas Bangun Perkasa ( Tunas IE ) 64 Batam
8 Union Batam Abadi ( Union Industrial 24,5 Batam
Park )
9 Batam Sentralindo ( West Point Maritime 240 Batam
Industrial Park )
10 Bintan Inti Industrial Estate ( Bintan IE ) 325 Bintan
11 Kawasan Industri Dumai ( Dumai IE ) 1731 Dumai
12 Kawasan Industri Tanjung Buton 590 Sei Apit
(Tanjung Buton IE )
13 BUMD Kabupaten Belitung (Suge IE ) 1,414.70 Belitung
14 Batam (Persero) 38 Batam
15 Hijrah Industrial Estate 6.40 Batam
16 Spinindo Mitradaya Batam 100 Batam
17 Thomas Technology Park 15 Batam
18 Trisatu Utama Raya 20 Batam
19 Kara Primanusa 15.26 Batam
20 Suar Batam International Development 117 Batam
21 Putri Selaka Kencana 200 Batam
22 Seafront Industrial City 150 Batam
23 Barelang Wood Industry 100 Batam
24 Wiraraja Investindo Nusantara 78 Batam
25 Amansejati Propertindo 18 Batam
26 Citra Buana Prakarsa 38 Batam
27 Malindo Industrial Park 23 Batam
28 Walakaka Industrial Estate - Batam
29 Indah Industrial Park - Batam
30 Latrade Batam Indonesia 60 Batam
31 Repindo Jagat Raya - Batam
32 Suar Batam International Estate 59 Batam
33 Bumi Abadi Tegar Sakti 32 Batam
34 Pertama Sarana Unggulan 12 Batam
35 Sekupang Makmur Abadi 31,73 Batam
36 Cammo Industrial Park 152 Batam
37 Taiwan International Park 54 Batam
38 Keasindo Real Estate Development 300 Bengkalis
39 Nurita Baganyasa 1,04 Bengkalis
40 Widya Adimitra 100 Bengkalis
41 Pantai Raja Makmur 250 Kampar
42 Kawasan Industri Kampar 5 Kampar

BAB 4 | 6
LAPORAN ANTARA
PENYUSUNAN PROGRAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR KOTA BATAM

No. Company Name/PT Luas (ha) Lokasi


43 Multi Dwi Makmur 2 Kepulauan Riau
44 Surya Bangun Pertiwi 3,6 Kepulauan Riau
45 Karimun Investama Corporation 500 Kepulauan Riau
46 Kaltim Industrial Estate ( Bontang 246 Bontang
Industrial Estate )
47 Perusda Melati Bhakti Satya ( Kariangau 300 Balikpapan
Industrial Estate )
48 KI Delma Mandiri ( Delma Industrial Park 400 Bulungan
)
49 Etam Sukses Sejahtera ( Kawasan Industri 400 Muara Wahau
Muara Wahau )
50 Kawasan Industri Makassar ( Makassar IE 703 Makassar
)
51 Takalar Land ( Kawasan Kota Industri 5 Takalar
Terpadu Takalar )
52 Kawasan Industri Palu ( Palu IE ) 1,5 Palu
53 Indonesia Morowali Industrial Park 1,135.12 Morowali
( Morowali Industrial Park )
54 Banjar Gawi Makmur 100 Banjar
55 Bitung Internusa Industrial Estate 22 Bitung
56 Bumi Kecubung Makmur 95 Kotawaringin Barat
57 Dinnelator Bitung Industrial Estate 93 Bitung
58 Jaya Maluku Agung 120 Ambon
59 Karya Bumi Kahayan Makmur 400 Palangkaraya
60 Kawasan Industri Kauditan 150 Minahasa
61 Lembah Palu Nagaya 100 Donggala
62 Leon Pasific Utama 200 Sorong
63 Rasmalan Land Jaya 90 Banjar
64 Tanahapuas Makmur 117 Pontianak
65 Krakatau Industrial Estate Cilegon 705 Cilegon
( Karakatau Industrial Estate )
66 Jababeka Tbk ( Jababeka Industrial 100 Cilegon
Estate )
67 Modern Industrial Estat 2,175 Serang
( ModernCikande Industrial Estate )
68 Mustika Lodan ( KI Terpadu MGM 662 Serang
Cikande )
69 Bumi Citra Permai ( Millennium Industrial 1,8 Tangerang
Estate )
70 Bumi Serpong Damai ( Taman Tekno 200 Tangerang
BSD )

BAB 4 | 7
LAPORAN ANTARA
PENYUSUNAN PROGRAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR KOTA BATAM

No. Company Name/PT Luas (ha) Lokasi


71 Mitratangerang Bhumimas ( KI & 250 Tangerang
Pergudangan Cikupamas )
72 Berlian Sarana Utama 100 Serang
73 Buana Eka Ganda 250 Serang
74 Bumi Cahaya Mandiri 100 Serang
75 Cahaya Bajatama Indonesia 250 Serang
76 Cipta Perintis Mandiri 200 Serang
77 Eterindo Wahanatama 25 Serang
78 Intibangun Adi Pratama 250 Serang
79 Intisarana Pertiwi Putra 200 Serang
80 Kartawi Adyaland 150 Serang
81 Krakatau Bandar Samudra 25 Serang
82 Langgeng Sahabat 500 Serang
83 Margasari Kalimas 200 Serang
84 Nikomas Gemilang 165 Serang
85 Pancapuri Indoperkasa 500 Serang
86 Pancatama Gotong Royong 100 Serang
87 Samada Perdana 150 Serang
88 Sri Agung Utama Raya 250 Serang
89 Sanggraha Daksamitra 102 Tangerang
90 Adhibalaraja 300 Tangerang
91 Benua Permai Lestari 130 Tangerang
92 Cidurian Sarananiaga Permai 105 Tangerang
93 Cipta Cakra Murdaya 300 Tangerang
94 Grahapermai Raharja 76 Tangerang
95 Mitra Indotextile 150 Tangerang
96 Pentabinangun Sejahtera 150 Tangerang
97 Purati Kencana Alam 70 Tangerang
98 Putra Daya Perkasa 73.64 Tangerang
99 Sinar Serpong Subur 150 Tangerang
10 Surya Karya Luhur & Elang Mas 250 Tangerang
0
10 Tejopratama Mandiri Gemilang 170 Tangerang
1
10 Bekasi Fajar Industrial Estate ( MM210 805 Bekasi
2 Industrial Town )
10 East Jakarta Industrial Park ( EJIP IE ) 320 Bekasi
3
10 Gobel Dharma Nusantara ( Gobel IE ) 54 Bekasi
4
10 Hyundai Inti Dev. ( Bekasi Int. Industrial 200 Bekasi
5 City )

BAB 4 | 8
LAPORAN ANTARA
PENYUSUNAN PROGRAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR KOTA BATAM

No. Company Name/PT Luas (ha) Lokasi


10 Jababeka Tbk ( Jababeka IE ) 1,84 Bekasi
6
10 Kawasan Industri Terpadu Indonesia 200 Bekasi
7 China ( KITIC )
10 Lippo Cikarang Tbk ( Delta Silicon ) 597 Bekasi
8
10 Megalopolis Manunggal Ind. Dev. 1.700 Bekasi
9 (MM2100 Industrial Town)
11 Puradelta Lestari ( Greenland Int. 1700 Bekasi
0 Industrial Center )
11 Tegar Primajaya ( Marunda Center ) 540 Bekasi
1
11 Alindatamasakti Brothers Corp. 400 Bekasi
2
11 Amcol Propertindo Brother Corp. 230 Bekasi
3
11 Bekasi Matra Real Estate 500 Bekasi
4
11 Cikarang Hijau Indah 230 Bekasi
5
11 Gerbang Teknologi Cikarang 300 Bekasi
6
11 Great Jakarta Inti Development 125 Bekasi
7
11 Indocargomas Persada 230 Bekasi
8
11 Jatiwangi Utama 220 Bekasi
9
12 Kawasan Darma Industri 18 Bekasi
0
12 Kreasi Intan 300 Bekasi
1
12 Sarana Panca Utama 250 Bekasi
2
12 YKK Indonesia Ziper Co. Ltd. - Bekasi
3
12 Daya Kencanasia & Karawang Cipta 390 Karawang
4 Persada ( Artha Industrial Hill )
12 Indotaisei Indah Dev. ( Kawasan Industri 700 Karawang
5 Indotaisei Kota Bukit Indah )
12 Kawasan Industri Kujang Cikampek 140 Karawang
6 ( Kujang Industrial Estate )
12 Maligi Permata Industrial Estate ( Kawasa 1347 Karawang
7 Industri KIIC )

BAB 4 | 9
LAPORAN ANTARA
PENYUSUNAN PROGRAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR KOTA BATAM

No. Company Name/PT Luas (ha) Lokasi


12 Mitra Karawangjaya ( Mitra 500 Karawang
8 Karawangjaya IE )
12 Suryacipta Swadaya ( Suryacipta City of 1400 Karawang
9 Industry )
13 Buana Makmur Indah ( Podomoro 542 Karawang
0 Industrial Park )
13 Bintang Puspita Dwikarya ( GT Tech Park 400 Karawang
1 @Karawang )
13 Aneka Inti Sejahtera 500 Karawang
2
13 Bintang Puspita Dwikarya 400 Karawang
3
13 Canggih Bersaudara Muliajaya 300 Karawang
4
13 Hab & Son's 358 Karawang
5
13 Karawang Jabar Industrial Estate 506 Karawang
6
13 Karawang Tatabina Industrial Estate 314 Karawang
7
13 Mandalapratama Permai 300 Karawang
8
13 Persadanusa Makmurindo 300 Karawang
9
14 Pertiwi Lestari 791 Karawang
0
14 Pradidhana Makmurindo 250 Karawang
1
14 Rasindo Perkasa 100 Karawang
2
14 Sejatibuana Jayadharma 200 Karawang
3
14 Sitiswadaya Permai 500 Karawang
4
14 Besland Pertiwi ( Kota Bukit Indah 1,425 Purwakarta
5 Industrial City )
14 Singa Purwakarta Jaya ( Lion IE ) 50 Purwakarta
6
14 Anggrek Purwakarta Industrial Estate 150 Purwakarta
7
14 Asri Pelangi Nusa 500 Purwakarta
8
14 Berkah Segara Utama 200 Purwakarta
9

BAB 4 | 10
LAPORAN ANTARA
PENYUSUNAN PROGRAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR KOTA BATAM

No. Company Name/PT Luas (ha) Lokasi


15 Cahaya Purwakarta Ekajaya 130 Purwakarta
0
15 Liketama Sejati 232 Purwakarta
1
15 Nurizki Salayu Indah 150 Purwakarta
2
15 Pancatama Griyatama 150 Purwakarta
3
15 Sentraloka Adyabuana 200 Purwakarta
4
15 Bogorindo Cemerlang ( Sentul IE ) 100 Bogor
5
15 Cibinong Center Industrial Estate 140 Bogor
6 ( Cibinong Center IE )
15 Dwipapuri Abadi ( Rancaekek IE ) 200 Sumedang
7
15 Hexamas Atanaka Persada 30 Bandung
8
15 Mukti Rejo Utama 300 Bandung
9
16 Pasific Nirmala Land 30 Bandung
0
16 Aspex Paper 20 Bogor
1
16 Cileungsi Perdana Industrial Estate 300 Bogor
2
16 Menara Permai 60 Bogor
3
16 Pegambiran Industrial Estate 62 Cirebon
4
16 Plumbon Bangun Sejahtera 85 Cirebon
5
16 Cahaya Timur Indah 100 Subang
6
16 Mega Pasanggrahan Indah 25 Subang
7
16 Jakarta Industrial Estate Pulogadung 500 Jakarta Timur
8 ( Pulogadung IE )
16 Kawasan Berikat Nusantara ( Nusantara 578 Jakarta Utara
9 Bonded Zone )
17 Cilandak Commercial Estate 112 Jakarta Selatan
0
17 Cakung Remaja Development 43 Jakarta Utara
1

BAB 4 | 11
LAPORAN ANTARA
PENYUSUNAN PROGRAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR KOTA BATAM

No. Company Name/PT Luas (ha) Lokasi


17 Kawasan Industri Wijayakusuma 250 Semarang
2 ( Wijayakusuma IE )
17 Indo Perkasa Usahatama ( Candi IE ) 500 Semarang
3
17 Karyadeka Alam Lestari ( Taman Industri 120 Semarang
4 BSB )
17 Lamicitra Nusantara Tbk ( Tanjung Emas 101 Semarang
5 EPZ )
17 Merdeka Wirastama ( Terboyo IE ) 300 Semarang
6
17 Tanah Makmur ( LIK Bugangan Baru 105 Semarang
7 Semarang )
17 Kawasan Industri Wonogiri ( Wonogiri 400 Wonogiri
8 IE )
17 Jawa Tengah Lahan Andalan 300 Demak
9 ( JatengLand Industrial Park Sayung )
18 Kawasan Industri Cilacap 193 Cilacap
0
18 Kawasan Industri Cilacap 197 Cilacap
1
18 Tanahmas Makmur 300 Demak
2
18 Merdeka Suryasakti 300 Demak
3
18 Semarang Industrial Estate Sayung 300 Demak
4
18 Sinarbatumas Abadi Industrial Estate 50 Demak
5
18 Guna Mekar Industri 300 Semarang
6
18 Sinar Centra Cipta 95 Semarang
7
18 Tanahmas Jaya 100 Semarang
8
18 Tjokrohandoko Tugu Estate 100 Semarang
9
19 Tugu Indah Abadi 300 Semarang
0
19 Tugu Kawasan Industri 100 Semarang
1
19 Kawasan Industri Gresik ( Gresik IE ) 140 Gresik
2
19 Dharmala - RSEA ( Ngoro Industrial 550 Mojokerto
3 Persada )

BAB 4 | 12
LAPORAN ANTARA
PENYUSUNAN PROGRAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR KOTA BATAM

No. Company Name/PT Luas (ha) Lokasi


19 Surabaya Industrial Estate Rungkut 895 Surabaya & Pasuruan
4 ( Rungkut IE )
19 Berkah Kawasan Manyar Sejahtera ( KI 332 Surabaya
5 JIIPE )
19 Maspion Industrial Estate ( KI Maspion ) 1143 Gresik
6
19 Makmur Berkah Amanda ( Industri & 197 Sidoarjo
7 Pergudangan Safe n Lock )
19 Bangun Petamas 100 Gresik
8
19 Injoko 200 Gresik
9
20 Kasih Jatim 200 Gresik
0
20 Kasih Jatimanda 200 Gresik
1
20 Samator Indo Properti 60 Gresik
2
20 Spinindo Giri Surabaya 300 Gresik
3
20 Surya Bina Industria 300 Gresik
4
20 Anugrah Arta Restumas 200 Lamongan
5
20 Vanindo Arta Megah 200 Lamongan
6
20 Mojokerto Industrial Park 300 Mojokerto
7
20 Bumi Cokro Santoso 200 Pasuruan
8
20 Intimekanika Usaha Mukti 500 Pasuruan
9
21 Siantar Tiara 100 Pasuruan
0
21 Dharmala Land 200 Sidoarjo
1
21 Indo Abadi Langgeng Lestari 100 Sidoarjo
2
21 Prospek Karyatama 23 Sidoarjo
3
21 Sidoarjo Waru Tambak Sawah 318 Sidoarjo
4
21 Sukoharjo Permai 20 Sidoarjo
5
21 Altap Prima Industrial Estate 285.57 Surabaya

BAB 4 | 13
LAPORAN ANTARA
PENYUSUNAN PROGRAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR KOTA BATAM

No. Company Name/PT Luas (ha) Lokasi


6
21 Alumindo Industrial Estate 253 Surabaya
7
21 Green Osowilangon Corp. 170 Surabaya
8
21 Indoprima Industrindo 30 Surabaya
9
22 Pakuwon Darma 157.50 Surabaya
0
22 Pakuwon Jati 163 Surabaya
1
22 Sarana Wisma Permai 160 Surabaya
2
22 Sumber Jaya Adhi Mulya 80 Surabaya
3
22 Surabaya Makmur Sejahtera 200 Surabaya
4
22 Suri Mulia Permai 300 Surabaya
5
    53.750,61  
Sumber: Himpunan Kawasan Industri, 2020 dan Kementerian Perindustrian, 2020

Kawasan industry di Batam berdasarkan data mencapai 2.621 ha dengan jumlah


Kawasan industry mencapai 32 kawasan industry.

Dalam proses perizinan pembangunan Kawasan industry, seperti diamanatkan oleh


PP No.142 tahun 2015 tentang Kawasan Industri dalam setiap kegiatan usaha
Kawasan industry wajib memiliki IUKI. Terkait dengan perizinan pembangunan
Kawasan industry pasca diterbitkan Undang-Undang Cipta Kerja memudahkan
investor untuk menjadi perusahaan Kawasan industry. Adapun prosesnya sebagai
berikut:

BAB 4 | 14
LAPORAN ANTARA
PENYUSUNAN PROGRAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR KOTA BATAM

Gambar 4.1 Proses Perizinan Perusahaan yang diamanatkan dalam UUCK


Sumber: Materi Sosialisasi-BKPM dan Pemerintah Daerah,2021

Proses perizinan pembangunan Kawasan industry, yang penting adalah:

 NIB
 Persetujuan lingkungan (PKPLH-UKL/UPL atau Amdal-SKKL)
 Verifikasi
 Izin berusaha dari system OSS
 FS
 Masteplan/Siteplan
 DED

4.3 KAWASAN EKONOMI KHUSUS


Istilah ‘Kawasan Ekonomi Khusus’ memiliki arti yang cukup luas sebab dapat
digunakan untuk menjelaskan berbagai jenis zona komersial. Pabrik-pabrik di
Maquiladora, Meksiko, dan seluruh kota Shenzhen merupakan KEK, meskipun
memiliki perbedaan pada struktur dan ukuran. Istilah ini sudah cukup banyak
diketahui sebagai iterasi modern dari zona komerasial bebas, yang mana pertama
kali berdiri pada tahun 1959 di Shannon, Irlandia.

Menurut World Bank, KEK dalam segala bentuknya terdiri atas, sedikitnya, area
yang secara geografis dibatasi dengan area kepabeanan yang terpisah, dibawahi
oleh sebuah badan pengatur, dan di mana manfaatnya dapat dirasakan oleh

BAB 4 | 15
LAPORAN ANTARA
PENYUSUNAN PROGRAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR KOTA BATAM

mereka yang berlokasi di dalam kawasan (Akinci & Crittle, 2008). Dengan kata lain,
KEK adalah sebuah zona di mana pemerintah berharap untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan ekspor dan investasi dengan
menyediakan berbagai keunggulan kompetitif bagi entitas yang memilih untuk
berlokasi di dalam zona.

Terdapat tiga jenis KEK yang berbeda-beda: Kawasan Perdagangan Bebas (Free
Trade Zone, FTZ), Kawasan Pengolahan Ekspor (Export Processing Zones, EPZ), dan
Kawasan Pelabuhan Bebas (Freeports). Perlu diingat bahwa dari sekian banyak
literatur yang membahas topik ini, istilah-istilah tersebut digunakan silih berganti
dengan KEK. Meskipun demikian, nama-nama tersebut menjelaskan sedikit
perbedaan yang terletak pada tujuan serta dan ekspektasi hasil dari setiap zona.
Zona Perdagangan Bebas, yang juga diketahui sebagai Zona Komersial Bebas,
adalah sebuah KEK yang paling banyak berlokasi di pelabuhan global. Zona ini
dirancang untuk menyokong perdagangan, pengiriman, dan ekspor dengan
menyediakan area bebas pajak, dan fasilitas seperti penyimpanan, pergudangan,
dan lainlain. Singapura, sebagai contoh, memiliki enam Zona Perdagangan Bebas
di area pelabuhannya di mana barang-barang dapat disimpan dan bebas dari
biaya, dan di mana prosedur kepabeanan sudah mengalami penyederhanaan
untuk barang-barang yang memasuki atau melewati Singapura.

Zona Pengolahan Ekspor (EPZ), sesuai dengan namanya, dirancang untuk


mempromosikan dan memfasilitasi ekspor. Dalam EPZ yang biasa, seluruh zona
dialokasikan untuk perusahaan yang berkaitan dengan ekspor. Zona-zona ini
dapat disebut sebagai Kawasan Industri yang mengindikasikan bahwa mereka
dirancang untuk mempromosikan kegiatan-kegiatan industri, baik ekspor maupun
impor. Kawasan Industri Lat Krabang di Thailand merupakan salah satu contoh EPZ
bentuk baru ini.

Terakhir, Freeports adalah sebuah zona yang lebih besar yang mengakomodasi
seluruh jenis kegiatan, bertentangan dengan model KEK yang hanya menekankan
pada ekspor dan kegiatan yang berkaitan dengan perdagangan lainnya, atau
kegiatan yang berpusat pada manufaktur dan industri produksi. Sama seperti KEK
lainnya, Freeports membantu kegiatan yang berkaitan dengan perdagangan, atau
kegiatan manufaktur, tetapi Freeports dapat mempromosikan turisme, ritel,
memperbolehkan masyarakat tinggal secara permanen di dalam zona. Manfaat
serta insentif yang disediakan dalam Freeports tentunya lebih beragam. China
dikenal dengan keberhasilannya menciptakan beberapa Freeports, seperti Kawasan
Ekonomi Khusus Shenzhen. Sementara itu, Batam yang berlokasi di Indonesia,

BAB 4 | 16
LAPORAN ANTARA
PENYUSUNAN PROGRAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR KOTA BATAM

sebuah KEK yang lebih kecil jika dibandingkan dengan Shenzhen, termasuk
kategori KEK jenis ini

Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) yang diterapkan di Indonesia mengadop dari


konsep Special Economic Zone (SEZ), dimana pengertian SEZ itu sendiri menurut
Masami Ishida merupakan sebagai wilayah geografis tertentu dengan hukum
ekonomi yang lebih liberal daripada hukum ekonomi sebuah negara. Sedangkan
menurut WeiGe, dari perspektif luas, Special Economic Zone (SEZ) dapat dicirikan
yang secara umum, sebagai daerah geografis dalam wilayah sebuah negara
dimana kegiatan ekonomi jenis tertentu dipromosikan oleh seperangkat
instrument kebijakan yang tidak umum berlaku ke seluruh negara. Secara
kelembagaan,keberadaan Special Economic Zone (SEZ) mencerminkan fakta bahwa
pemerintah suatu negara melakukan kebijakan ekonomi sedemikian rupa yang
membedakan cara kegiatan ekonomi pada wilayah geografis tertentu dalam
negara tersebut.

Pada dasarnya Special Economic Zone (SEZ) dikembangkan melalui penyiapan


kawasan yang memiliki keunggulan geoekonomi dan geostrategic dan berfungsi
untuk menampung kegiatan industri, ekspor, impor, dan kegiatan ekonomi lain
yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan berdaya saing internasional. Untuk ide ini
di inspirasi dari keberhasilan beberapa Negara yang lebih dulu mengadopsinya,
seperti Cina dan India.

Pada umumnya sasaran penerapan KEK adalah untuk meningkatkan investasi asing
di suatu negara dengan menyediakan berbagai insentif berupa :

1. Insentif perpajakan berupa: PPN, PPnBM, PPh Pasal 22,dan Tax Holiday.
2. Insentif kepabean berupa pembebasan atau pengurangan tarif dan
penyederhanaan prosedur : cukai, bea masuk.
3. Insentif penanaman modal dengan menyederhanakan syarat dan prosedur.
4. Insentif perlindungan lingkungan hidup.

Selain Indonesia telah banyak negara yang berusaha menarik investor asing
dengan menerapkan Special Economic Zone (SEZ) untuk menggairahkan
perekonomian negara tersebut. Diantara banyaknya Special Economic Zone (SEZ)
ada yang berhasil mengalami pertumbuhan dengan pesat dan fantastis seperti
Shenzen di Republik Rakyat Cina dan ada yang gagal total sama sekali seperti
korea utara.

Tujuan dari Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus atau SpecialEconomic Zone


(SEZ) adalah :

a. Peningkatan investasi.

BAB 4 | 17
LAPORAN ANTARA
PENYUSUNAN PROGRAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR KOTA BATAM

b. Penyerapan tenaga kerja.


c. Penerimaan devisa sebagai hasil dari peningkatan ekspor.
d. Meningkatkan keunggulan kompetitif produk ekspor.
e. Meningkatkan pemanfaatan sumber daya lokal, pelayanan dan kapital bagi
peningkatan ekspor.
f. Mendorong terjadinya peningkatan kualitas sumber daya manusia(SDM)
melalui transfer teknologi.

Maksud Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus atau Special Economic Zone


(SEZ), antara lain:

a. Memberi peluang bagi peningkatan investasi melalui penyiapan kawasan


yang memiliki keunggulan dan siap menampung kegiataindustri, ekspor
dan impor serta kegiatan ekonomi yang mempunyainilai ekonomi tinggi.
b. Meningkatkan pendapatan devisa bagi negara melalui
perdaganganinternasional.
c. Meningkatkan kesempatan kerja kepariwisataan dan investasi.

Fungsi diadakannya Kawasan Ekonomi Khusus atau Special EconomicZone (SEZ),


antara lain :

a. Menjadi pusat kegiatan ekonomi dan terkait dengan wilayahpengembang


lainnya.
b. Harus mampu memberi manfaat bagi kawasan lain.
c. Kawasan perdagangan bebas bukan merupakan kawasan tertutup sehingga
memberikan efek ganda terhadap perekonomian lokal.
d. Harus dapat mendorong pertumbuhan industri pendukung di sekitar
kawasan.

Di Indonesia Kawasan Ekonomi Khusus dimulai pada tahun 2009, dengan


mengembangkan kawasan khusus dilanjutkan dengan pembentukan KEK. KEK
didefinisikan sebagai kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah hukum NKRI
yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian dan memperoleh
fasilitas tertentu. KEK akan menjadi basis bagi kegiatan industri, ekspor, impor, dan
aktivitas lainnya dengan nilai ekonomi tinggi, untuk menunjang daya saing
nasional. KEK terdiri atas satu atau lebih dari zona-zona berikut ini: pengolahan
ekspor, logistik, industri, pengembangan teknologi, energi, dan zona ekonomi
lainnya. Saat ini, telah ada 19 kawasan yang ditetapkan sebagai KEK.

BAB 4 | 18
LAPORAN ANTARA
PENYUSUNAN PROGRAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR KOTA BATAM

Gambar 4.2 Lokasi KEK hingga tahun 2021


Sumber: Dewan Nasional Kawasan Ekonomi Khusus

Pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus, perlu adanya penetapan dari Presiden


dalam bentuk Peraturan Presiden sebelum ditetapkan, perlu adanya proses
pengesahan, seperti terlihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 4.3 Proses Penetapan KEK


Sumber: Dewan Nasional Kawasan Ekonomi Khusus

BAB 4 | 19
LAPORAN ANTARA
PENYUSUNAN PROGRAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR KOTA BATAM

4.4 INFRASTRUKTUR PENDUKUNG LAINNYA

Infrastruktur merupakan roda penggerak pertumbuhan ekonomi. Dari alokasi


pembiayaan publik dan swasta, infrastruktur dipandang sebagai lokomotif
pembangunan nasional dan daerah. Secara ekonomi makro ketersediaan dari jasa
pelayanan infrastruktur mempengaruhi marginal productivity of private capital,
sedangkan dalam konteks ekonomi mikro, ketersediaan jasa pelayanan
infrastruktur berpengaruh terhadap pengurangan biaya produksi (Kwik Kian Gie,
2002). Infrastruktur juga berpengaruh penting bagi peningkatan kualitas hidup dan
kesejahteraan manusia, antara lain dalam peningkatan nilai konsumsi, peningkatan
produktivitas tenaga kerja dan akses kepada lapangan kerja, serta peningkatan
kemakmuran nyata dan terwujudnya stabilisasi makro ekonomi, yaitu
keberlanjutan fiskal, berkembangnya pasar kredit, dan pengaruhnya terhadap
pasar tenaga kerja.

Begitu banyak dan besarnya peran infrastruktur sehingga dalam sebuah studi yang
dilakukan di Amerika Serikat (Aschauer, 1989 dan Munnell, 1990) menunjukkan
bahwa tingkat pengembalian investasi infrastruktur terhadap pertumbuhan
ekonomi, adalah sebesar 60% (Suyono Dikun, 2003). Bahkan studi dari World Bank
(1994) disebutkan elastisitas PDB (Produk Domestik Bruto) terhadap infrastruktur
di suatu negara adalah antara 0,07 sampai dengan 0,44. Hal ini berarti dengan
kenaikan 1 (satu) persen saja ketersediaan infrastruktur akan menyebabkan
pertumbuhan PDB sebesar 7% sampai dengan 44%, variasi angka yang cukup
signifikan. Secara empiris jelas dapat ditarik kesimpulan bahwa pembangunan
infrastruktur berpengaruh besar terhadap pertumbuhan ekonomi (secara makro
dan mikro) serta perkembangan suatu negara atau wilayah.

Pengertian Infrastruktur menurut American Public Works Association (Stone, 1974


Dalam Kodoatie, R., 2005), adalah fasilitas-fasilitas fisik yang dikembangkan atau
dibutuhkan oleh agen-agen publik untuk fungsi-fungsi pemerintahan dalam
penyediaan air, tenaga listrik, pembuangan limbah, transportasi dan
pelayananpelayanan similar untuk memfasilitasi tujuan-tujuan sosial dan ekonomi.

Menurut peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 75 tahun 2014, Jenis


Infrastruktur prioritas mencakup :

1) Infrastruktur transportasi;
2) Infrastruktur jalan;
3) Infrastruktur pengairan;
4) Infrastruktur air minum;
5) Infrastruktur air limbah ;

BAB 4 | 20
LAPORAN ANTARA
PENYUSUNAN PROGRAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR KOTA BATAM

6) Infrastruktur sistem pengelolaan persampahan;


7) Infrastruktur telekomunikasi dan informatika;
8) Infrastruktur ketenagalistrikan;
9) Infrastruktur minyak dan gas bumi dan energi
Sedangkan Menurut peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 38 tahun 2015,
Jenis Infrastruktur ekonomi dan sosial mencakup :
1) Infrastruktur transportasi;
2) Infrastruktur jalan;
3) Infrastruktur sumber daya air dan irigasi;
4) Infrastruktur air minum;
5) Infrastruktur sistem pengelolaan air limbah terpusat;
6) Infrastruktur sistem pengelolaan limbah setempat;
7) Infrastruktur sistem pengelolaan persampahan;
8) Infrastruktur telekomunikasi dan informatika;
9) Infrastruktur ketenagalistrikan;
10) Infrastruktur minyak dan gas bumi dan energi terbarukan;
11) Infrastruktur konservasi energi;
12) Infrastruktur fasilitas perkotaan;
13) Infrastruktur fasilitas pendidikan;
14) Infrastruktur fasilitas sarana dan prasarana olahraga, serta kesenian;
15) Infrastruktur kawasan;
16) Infrastruktur pariwisata;
17) Infrastruktur kesehatan;
18) Infrastruktur lembaga permasyarakatan; dan
19) Infrastruktur perumahan rakyat.

Terkait dengan infrastruktur pendukung dalam kaitan pengembangan KPBPB


Batam adalah infrastruktur yang mendukung kegiatan produktif

Dalam kunjungan Presiden Ke Batam


Bulan September 2021, menekankan
pembangunan Batam dititik beratkan
pada Peningkatan konektivitas,
investasi dan daya saing Batam…
Peningkatan konektivitas yang
dimasudkan berupa infrastruktur
pendukung kegiatan produktif

BAB 4 | 21
LAPORAN ANTARA
PENYUSUNAN PROGRAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR KOTA BATAM

Dalam proses pembangunan infrastruktur, yang perlu disiapkan sebagai


persyaratan pembangunan, antara lain:

1. Kesiapan tanah/lahan pembangunan; Pembebasan tanah dalam konteks


pembangunan infrastruktur ditujukan bagi kepentingan umum sering
dikonotasikan dengan pengambilalihan tanah sehingga menjadi konflik antar
pihak. Ketersediaan lahan juga perlu melihat kesesuai terhadap tata ruang,
khususnya Kawasan lindung untuk memberikan keleluasaan dalam
pembangunan infrastruktur. Aspek kebencanaan juga memberikan faktor
resiko dalam pembangunan, misal kerawanan bencana longsor atau likuifaksi,
sesar, tsunami akan berdampak pada jenis infrastruktur dan teknologi yang
diterapkan.
2. Penyusunan dokumen Feasibility Study (FS)
3. Detail Engineering Design (DED)
4. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
5. Land Acquisition and Resettlement Plan (LARP)
6. Dokumen Lelang

4.5 Referensi Pola Pembiayaan dan Kerjasama  tolong dibantu TA


Ekonomi..
Kisi-kisi:
 Bentuk pola Kerjasama yang selama ini dipraktekkan di Indonesia (KPBU,
skema public private partnership (PPP), konsesi dll
 Sumber pembiayaan pembangunan infrastruktur yang selama ini dilakukan
di Indonesia
 Bentuk pola Kerjasama di dunia (preseden) yang inovasi seperti Pola
Dedicated berth yang dilakukan oleh Pmerintah Malaysia melalui Pelabuhan
Tanjung Pelepas dengan swasta
Sumber pembiayaan pembangunan infrastruktur yang dilakukan oleh dunia yang
mungkin bisa diterapkan di Indonesia

BAB 4 | 22
LAPORAN ANTARA

Anda mungkin juga menyukai