Anda di halaman 1dari 2

Pengembangan Kawasan Industri (KI) bermula di tahun 1970 sebagai generasi pertama

dalam Stated Owned IP Domination hingga kemudian berlanjut ke tahun 1990 dalam


strategi Private IP Development. Pada tahun 2009 sampai dengan saat ini, telah masuk ke
genarasi ketiga dalam pengembangan Modern Industrial Park. Pengembangan ini adalah
sebagai inisiasi lahirnya kawasan- kawasan tertentu. Arah kebijakannya adalah dengan
mendorong kawasan-kawasan di generasi ketiga terelaborasi dalam Industry 4.0. Industri
4.0 diharapkan mampu mempromosikan kawasan-kawasan industri ini baik tematik dan
terpadu ke dalam basis teknologi.
Ignatius Warsito sebagai Direktur Perwilayahan Industri Kementrian Perindustrian RI
berkesempatan menjadi narasumber dalam sebuah webinar yang diselenggrakan oleh
ISEF (Indonesia Sharia Economic Festival) pada tanggal 1 Oktober 2020 dengan judul
“Workhop & Coaching: Pengembangan Industri Halal di Indonesia”. Beliau menyampaikan
bahwa saat ini terdapat enam tantangan pengembangan KI sebagaimana ditunjukkan pada
Gambar 1.
 

Gambar 1 Tantangan Pengembangan Kawasan Industri


 
Penyiapan dokumen perencanaan seperti masterplan yang baik akan memudahkan langkah-
langkah pengembangan kawasan industri berikutnya. Dari sisi lahan dan tata ruang, calon
kawasan industri harus dipastikan bahwa peruntukkannya memang sesuai untuk kawasan
industri. Sedangkan dari sisi perijinan, saat ini prosesnya cukup mudah dan cepat karena
sudah dilakukan secara daring, baik untuk perijinan yang baru ataupun yang melakukan
perpanjangan. Selain itu Kementrian sebagai regulator, fasilitator, dan juga promotor aktif
memberikan klinik atau asistensi bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Asistensi
diantaranya memberikan edukasi serta diskusi atas isu-isu yang sering muncul seperti isu
lahan, tata ruang, keamanan, serta protokol kesehatan terhadap pandemi Covid-19 kepada
pengelola dan tenant. Kawasan industri juga dituntut agar mampu menyediakan
infrastruktur pendukung seperti adanya akses pelabuhan, kereta api, dan tol. Adapun dalam
tantangan kenyamanan berusaha sebagai suatu bentuk kepastian investasi, pemerintah
memberikan salah satu upaya dalam menetapkan kawasan indutsri sebagai objek vital
nasional.
Salah satu kawasan industri yang dikembangkan adalah Kawasan Industri Halal (KI Halal)
sebagai kawasan industri yang dikembangkan menuju Industri 4.0. Terdapat beberapa latar
belakang mengapa KI Halal menjadi sesuatu yang wajib didorong pengembangannya,
antara lain:
1. Populasi muslim. Bahwa sebanyak lebih dari 87% penduduk Indonesia adalah
beragama muslim (22 juta jiwa) dan juga meningkatkan jumlah penduduk muslim di
dunia
2. Tren produk halal. Terjadi peningkatan permintaan nasional maupun internasional
terkait produk halal namun belum diimbangi dengan jumlah produksi
3. Arus perekonomian baru. Terdapat arus perekonomian baru diantaranya adalah sektor
makanan dan minuma, bahan dan zat additive, kosmetik, obat-obatan dan vaksin,
keuangan syariah, logistik, dan garmen dengan sertifikat halal
4. Regulasi. Regulasi menjadi sesuatu yang sangat penting sebagai panduan dalam
meningkakan sarana prasarana infrasuktur pendukung kegiatan industri halal untuk
kemudahan sertifikasi halal
5. Penguatan rantai nilai industri halal. Rantai nilai baik dari awal bahan baku, tata kelola,
manajemen resiko, produksi maupun logistik harus sesuai dengan nilai halal
Saat ini alur permohonan surat keterangan KI Halal dipermudah oleh BPJPH dan MUI
dengan melakukan pemeriksaan secara daring, yaitu dengan mengisi form Permohonan
Verifikasi KI Halal dilengkapi dengan dokumen IUKI (Izin Usaha Kawasan Industri) atau IPKI
(Izin Perluasan Kawasan Industri) dan masterplan KI Halal. Pemerintah telah membuat
peraturan lewat Permenperin No. 17 tahun 2020 tentang Tata Cara Memperoleh Surat
Keterangan Kawasan Industri Halal. Peraturan ini diharapkan dipakai sebagai panduan bagi
para pemohon atau pemerintah daerah untuk mensosialisasi kepada calon pemohon KI
Halal. Pemerintah optimis bahwa adanya zonasi halal akan membangkitkan daya saing
yang baik bagi kawasan-kawasan industri lainnya.
Agar ekosistem halal bisa memberikan kontribusi yang signifikan terhadap harapan
Indonesia sebagai pusat industri halal dunia, terdapat tiga hal utama yang perlu dibangun
yaitu penyediaan infrasuktur terpadu, fasilitas, dan pemberntukan rantai nilai halal.
Tantangan yang kita hadapi adalah agar Indonesia bisa menjadi tuan rumah di negeri
sendiri untuk produk-produk halal. Zonasi halal merupakan one stop service yang mampu
memberikan layanan terbaik bagi pemain-pemain dalam maupun luar negeri yang mau
berinvestasi di Indonesia.
Hingga di titik ini sekarang, kita telah mengetahui bersama bahwa industri halal telah
menjadi tren ekonomi global karena permintaan produk halal secara global meningkat.
Indonesia harus mengambil peran dalam mensupply produk industri halal yang berkualitas di
dunia, disamping juga memanfaatkan potensi pasar domestik yang sangat besar. Sudah
saatnya, Indonesia mendorong Kawasan Industri Halal sebagai perwujudan ekonomi dan
keuangan syariah.

Anda mungkin juga menyukai