REVITALISASI MANUFAKTUR
Sementara itu, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Ngakan Timur Antaramengatakan,
implementasi Industry 4.0 akan membawa peluang besar untuk merevitalisasi sektor manufaktur dan menjadi
akselerator dalam mencapai visi Indonesia menjadi 10 besar ekonomi dunia pada tahun 2030.
“Jadi, akan meningkatkan produktivitas industri kita dan dapat menciptakan lapangan kerja baru yang lebih bernilai
tambah tinggi sebagai dasar dari fondasi pertumbuhan ekonomi Indonesia di masa datang,” tuturnya.
Ngakan menegaskan, penerapan Industry 4.0 dinilai dapat menghasilkan peluang pekerjaan baru yang lebih
spesifik, terutama yang membutuhkan kompetensi tinggi. Untuk itu, dibutuhkan transformasi keterampilan bagi
SDM industri di Indonesia yang mengarah kepada bidang teknologi informasi.
“Studi yang dilakukan terhadap industri yang ada di Jerman menunjukkan bahwa permintaan tenaga kerja akan
meningkat secara signifikan hingga 96 persen, khususnya di bagian R&D dan pengembangan software,”
ungkapnya
Ia menambahkan bawa terjadi shifting pekerjaan karena penerapan Industry 4.0. “Pekerjaan nanti tidak hanya di
manufaktur saja, akan berkembang ke supply chain, logistik, R&D. Selain itu, yang di sektor manufaktur juga perlu
rescaling atau up-scaling untuk memenuhi kebutuhan,” ujarnya.
Dengan penggunaan teknologi terkini dan berbasis internet, menurut Ngakan, muncul pula permintaan jenis
pekerjaan baru yang cukup banyak, seperti pengelola dan analis data digital, serta profesi yang dapat
mengoperasikan teknologi robot untuk proses produksi di industri.
“Bahkan, ada beberapa potensi keuntungan yang dihasilkan sebagai dampak penerapan konsep Industry 4.0,”
ujarnya. Keuntungan tersebut, antara lain mampu menciptakan efisiensi yang tinggi, mengurangi waktu dan biaya
produksi, meminimalkan kesalahan kerja, dan peningkatan akurasi dan kualitas produk.
Agar menjamin keberlangsungan sistem Industry 4.0 berjalan secara optimal, Ngakan menyebutkan, ada beberapa
prasyarat yang harus dipenuhi oleh industri. Kebutuhan penunjang itu di antaranya adalah ketersediaan sumber
daya listrik yang melimpah, murah, dan kontinyu, serta ketersediaan infrastruktur jaringan internet dengan
bandwidth yang cukup besar dan jangkauan luas (wide coverage).
Selanjutnya, ketersediaan data center dengan kapasitas penyimpanan yang cukup banyak, aman dan
terjangkau,ketersediaan infrastruktur logistik modern, dan kebijakan ketenagakerjaan yang mendukung kebutuhan
industri sesuai dengan karakter Industry 4.0.
Tidak hanya industri skala besar, Kemenperin juga mendorong kepada industri kecil dan menengah (IKM) agar
ikut menangkap peluang di era Industry 4.0. “Kemenperin telah meluncurkan program e-Smart IKM. Ini yang perlu
dimanfaatkan oleh mereka untuk lebih meningkatkan akses pasarnya melalui internet marketing,” imbuhnya.
Demikian Siaran Pers ini untuk disebarluaskan.
source: http://www.kemenperin.go.id/artikel/18967/Making-Indonesia-4.0:-Strategi-RI-Masuki-Revolusi-Industri-Ke-4
8 PEKERJAAN INI GAK AKAN HILANG
DI ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0
(Sumber: https://www.idntimes.com/life/career/sukma-satiti/8-pekerjaan-ini-gak-akan-hilang-di-era-revolusi-industri-40-c1c2/full)
Kebutuhan pekerjaan di era Revolusi Industri 4.0 berbeda dengan periode tiga revolusi industri
sebelumnya. Ada ratusan jenis pekerjaan yang tengah memasuki masa krisis karena jumlah permintaan
kebutuhan tenaga kerja berkurang drastis, tapi ada pula jenis pekerjaan yang bertahan karena
permintaannya tetap tinggi.
Dilansir dari laporan World Economic Forum tahun 2016, setidaknya 8 karier ini bakal aman di era yang
ditandai dengan berkembangnya teknologi otomasi, analitis, dan Internet of Things ini.
1. TERAPIS GAK AKAN PERNAH BISA DIGANTIKAN OLEH TEKNOLOGI
SECANGGIH APA PUN
Penampilan yang memadai menjadi tuntutan
pekerjaan di era sekarang. Menjamurnya salon
kecantikan membuat jenis pekerjaan di sektor ini
berkembang. Tugas seorang terapis meliputi
perawatan rambut, wajah, kuku, pijat, dan lainnya.