Anda di halaman 1dari 38

Strategi pembelajaran tambahkan metode dan teknik yang variatif,

membahas strategi dalam empat keterampilan berbahasa (menyimak


membaca berbicara menulis)

Kesimpulan benerin,,,

Udah tinggal itu aja.

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Mengajar adalah sebuah proses yang dilakukan seseorang (dalam hal


ini adalah guru) yang memungkinkan terjadinya pembelajaran pada siswa.
Pengajaran tidak dapat dipisahkan dari pembelajaran. Oleh karena itu, guru
dituntut untuk dapat memfasilitasi siswa secara efektif agar terjadi
pembelajaran dimana siswa berperan aktif dalam mengembangkan dirinya
untuk mencapai berbagai kecakapan. Guru harus mengetahui peran dirinya
dalam pengajaran bahasa dan strategi dalam pengajarannya, maka proses
belajar mengajar akan menjadi lebih baik. Makalah ini berisi mengenai
peranan guru dalam pengajaran bahasa dan berbagai strategi dalam
Pembelajaran Bahasa.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Apa saja peran guru dalam pengajaran bahasa?


Apa saja strategi dalam Pembelajaran bahasa?

1.3 TUJUAN PENULIS

Makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Metode Pengajaran
Bahasa dan Sastra.

1.4 MANFAAT PENULISAN

Makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai berbagai


peranan guru dan strategi dalam pembelajaran bahasa.

BAB II

PEMBAHASAN

A. PERAN GURU DALAM PENGAJARAN BAHASA

Kadang kala seorang guru mengatakan mereka seperti aktor karena


mereka merasa seolah-olah mereka selalu di atas panggung. Lainnya
berbicara diri mereka sebagai konduktor orkestra karena mereka
mengarahkan percakapan dan mengatur kecepatan dan nada. Namun yang
lain merasa seperti tukang kebun karena mereka menanam benih dan
kemudian menyaksikannya tumbuh. Kisaran gambaran ini dan yang lainnya
mememperlihatkan bahwa guru menggunakan pandangan mereka tentang
diri mereka sendiri tentang profesi mereka.

Sentimen humanis seperti mengekspos dilema dalam pikiran


kebanyakan pelatih guru dan pesertanya. Mengajarkan tentang 'transmisi'
pengetahuan dari guru ke siswa, atau itu tentang menciptakan kondisi di
mana, entah bagaimana, siswa belajar untuk diri mereka sendiri? Dengan
kata lain, jika Anda berjalan ke ruang kelas, di mana Anda mengharapkan
untuk melihat guru - berdiri di depan mengendalikan, atau bergerak di sekitar
kelas dengan tenang membantu siswa hanya bila diperlukan?. Seorang guru
harus tahu apakah dia otoriter atau demokratis. Seorang guru harus bisa
memainkan peran yang berbeda dalam kelas pembelajaran bahasa.
Kemampuan dalam melakukan pengajaran secara efektif akan bergantung
pada hubungan yang dibangun dengan siswa dan pada tingkat pengetahuan
dan keterampilannya sendiri.

Cara berpakaian dan sikap akan membuat kesan langsung pada


siswa. Seorang guru harus bisa membuat perbedaan antara siapa kita, dan
siapa kita sebagai guru. Seorang guru harus mampu memainkan berbagai
peran dalam kelas untuk memudahkan belajar. Beberapa peran ini bisa
merupakan pembawaan natural seorang guru, tetapi untuk sebagian yang
lainnya mungkin harus memikirkannya dengan hati-hati. Istilah fasilitator
digunakan untuk menggambarkan berbagai tipe guru, mulai dari yang
demokratis, otoriter, dan yang mendorong otonomi siswa melalui
penggunaan tugas kelompok dan pairwok dan dengan bertindak sebagai
sumber penghasil dibandingkan sebagai pengalih pengetahuan.
Mengingat peranannya yang begitu penting, maka guru dituntut untuk
memiliki pemahaman dan kemampuan secara komprehensif tentang
kompetensinya sebagai pendidik. Guru merupakan komponen paling
menentukan dalam sistem pendidikan secara keseluruhan, seperti yang di
ungkapkan oleh Brand dalam Educational Leadership menyatakan bahwa
hampir semua usaha reformasi pendidikan seperti pembaharuan kurikulum
dan metode pembelajaran, semua bergantung kepada guru. Tanpa
penguasaan materi dan strategi pembelajaran, serta tanpa dapat mendorong
siswanya untuk belajar bersungguh-sungguh, segala upaya peningkatan
mutu pendidikan tidak akan mencapai hasil yang maksimal.1

1
Syamsu Yusuf & Nani Sugandhi, Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta : Rajawali Press, cet -3, 2012),
h.139
a. Sutradara

Ketika guru bertindak sebagai pengendali, mereka bertanggung jawab


atas kelas dan kegiatan yang berlangsung dan sering 'memimpin dari depan'.
Pengendali memberikan petunjuk, memberitahu siswa suatu hal, mengatur
latihan, membaca dengan keras dan dengan berbagai cara lainnya
menunjukkan kualitas seorang guru yang berada di hadapan kelas. Guru
yang melihat pekerjaan mereka sebagai pengalih pengetahuan dari diri
mereka biasanya sangat nyaman dengan citra diri mereka sebagai
pengendali.

Bertindak sebagai pengendali sekwaktu-waktu memang masuk akal,


misalnya ketika memberikan penjelesan, pengorganisasian, tanya jawab,
atau menggiring kelas untuk melakukan sesuatu. Namun dalam beberapa
konteks guru gagal memahami perannya, guru cenderung berpegang pada
satu model behavior. Pembelejaran bukan hanya untuk belajar sendiri,
namun memberikan kesenangan dan kenyamanan pda siswa ketika belajar.

b. Manager

Terkadang siswa kehilangan benang ketika melakukan sesuatu dalam


aktivitas role play. Contohnya kehilangan katak-kata dan tidak dapat
melanjutkan dengan produktif karena kekurangan kosakata untuk
menyampaikan sesuatu. Dalam hal ini guru memiliki beberapa pilihan, di
antaranya membiarkan anak untuk bekerja sendiri atau memberikan
dorongan dengan bijaksana.Dalam situasi seperti itu, guru bisa membantu
tanpa mengambil alh. Guru berusaha mendorong siswa untuk berpikir kreatif
agar siswa tak menggantungkan diri pada guru. Dalam proses pembelajaran
cara-caranya di antaranya, menawarkan kata atau frasa untuk membantu
ketika siswa hendak mengatakan sesuatu. Ketika hendak mendorong siswa,
guru harus secara peka dan semangat, dan yang paling penting harus secara
bijaksana. Jika terlalu keras, risikonya adalah menjauh dari siswa.

c. Partisipan

Dalam gambaran tradisional, selama siswa berdiskusi atau kegiatan


lainnya, guru adalah orang yang berada di belakang aktivitas mereka,
membiarkan peserta didik melanjutkan dan hanya mengintervensi
setelahnya, setelah itu menawarkan umpan balik. Tapi ada saatnya kita
harus bergabung tidak hanya sebagai guru, tetapi juga sebagai partisipan.
Alasan yang paling bagus menjadi bagian dari diskusi adalah berarti bahwa
guru dapat menghidupkan hal-hal dari dalam sebagai partisipan, bukan
hanya mengatur di luar kelompok. Ketika hal itu berjalan dengan baik, siswa
akan menikmati keberadaan guru mereka dan untuk guru akan lebih
menyenangkan dibanding bertindak sebagai pengendali. Ketika menjadi
partisipan, guru harus peka dan terampil memosisikan diri agar tidak
cenderung mendominasi.

d. Fasilitator/Tutor

Sebagai fasilitator, guru hendaknya memiliki pengetahuan dan


pemahaman yang cukup tentang media pendidikan, karena media pendidikan
merupakan alat komunikasi untuk lebih mengefektifkan proses belajar
mengajar. Sebagai mediator, guru menjadi perantara hubungan antar
manusia. Dalam konteks kepentingan ini, guru harus terampil
mempergunakan pengetahuan tentang bagaimana orang berinteraksi dan
berkomunikasi.2

Tutor adalah penggabungan dari partisipan dan sumber. Sulit untuk


menjadi tutor di kelompok yang sangat besar karena istilah menyiratkan lebih

2
Sunardi Nur & Sri Wahyuningsih, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : PT Grasindo, 2002), h.30
intim hubungan daripada controller atau organizer. Seperti dengan
mendorong dan bertindak sebagai sumber daya, kita perlu memastikan
bahwa kita tidak mengganggu terlalu banyak (Yang akan menghambat
otonomi pelajar) atau terlalu sedikit (yang akan membantu). Ada kalanya kita
perlu bertindak sebagai pendorong di mana, pada kesempatan lain, itu akan
lebih tepat untuk bertindak sebagai sumber daya. Banyak yang akan
tergantung pada kelompok yang kita ajarka, beberapa siswa mungkin merasa
lebih nyaman dengan gaya kepemimpinan; sedangkan beberapa siswa
mungkin akan lebih nyaman dengan menggunakan guru sebagai sumber
daya dan tutor.

e. Sumber

Salah satu peran yang telah dijabarkan dia tas. Ada kalanya siswa
tidak membutuhkan guru sebagai pengendali, pendorong, atau pun
partisipan. Namun, siswa membutuhkan guru mereka sebagai seorang
sumber. Mereka mungkin perlu bertanya mengenai bagaimana cara menulis
atau mengatakan, atau bertanya mengenai suatu kata atau frasa dan yang
lainnya. Mereka mungkin lebih membutuhkan informasi di tengah-tengah
kegiatan tentang aktivitas yang sedang di lakukan.

Dua hal yang perlu dikatakan tentang peran guru ini. Pertama, tidak
ada guru yang tahusegala sesuatu tentang bahasa! Pertanyaan-pertanyaan
seperti Apa perbedaan antara X dan Y? atau Mengapa tidak bisa saya
katakan Z? selalu sulit untuk ditangani karena kebanyakan dari kita tidak
membawa informasi yang kompleks semacam ini di kepala kita. Apa yang
bisa kita tawarkan, bagaimanapun, adalah bimbingan ke mana siswa dapat
pergi untuk mencari informasi tersebut. Kita bisa melangkah lebih jauh,
bagaimanapun, dan mengatakan bahwa salah satu pekerjaan yang paling
penting adalah untuk mendorong siswa untuk menggunakan bahan sumber
daya untuk diri mereka, dan untuk menjadi lebih mandiri dalam pembelajaran
mereka . Jika guru sulit menjawab pertanyaan siswa, guru bisa menyuruh
siswa langsung membuka kamus atau jika memiliki keberenian meminta
waktu kepada siswa untuk menjawab besok meskipun ini bisa saja
menghilangkan kepercayaan diri guru.3

f. Peran Guru dalam Berbagai Tingkat Pendidikan


Peran guru bagi siswa tingkat pemula (beginning level)Siswa pemula
sangat besar ketergantungan pada guru sebagai model bahasa. Untuk itu,te
acher-centered lebih tepat diterapkan ketimbang student-centered selama
beberapa waktu. Selain itu, atrikulasi guru ketika mengucapkan suatu kata
atau kalimat harus sangat jelas dan dengan tingkat kecepatan yang
disesuaikan, serta menggunakan tehnik yang sifatnya mekanis seperti choral
repetition,d rilling dsb.
Peran guru bagi siswa tingkat menengah (intermediate level)Pada
tahap ini learner-centered akan lebih tepat untuk dipilih guru ketika mengajar.
Guru tidak lagi bertindak sebagaiinitiator. Siswa harus didorong untuk
mengajukan pertanyaan, memberikan komentar, dan menegosiasikan opsi
tertentu yang sesuai dalam pembelajaran. Selain itu, guru diharapkan untuk
tidak terlalu banyak berbicara sehingga tidak membatasi kesempatan siswa
untuk berbicara.
Peran guru bagi siswa tingkat mahir (advanced level) Untuk tingkat
kemahiran ini, guru lebih tepat untuk mengambil peran yang sifatnya
mengarahkan atau directive dalam situasi kelas yang learner-centered. Dan,
pastikan kalau kosakata, kalimat, atau idiom yang digunakan guru lebih
menantang siswa untuk mencaritahu maknanya.4

3
Jeremy Harmer, The Practice of English Language Teaching; (England: Pearson Education, 2007)
h.108-112

4
H. Douglas Brown. Teaching by Principles an Interactive Aprroach to Language Pedagogy. (New
York: Pearson Education, 2007)h.
g. Peran Guru dalam Berbagai Pendekatan Pembelajaran
Peran Guru dalam Pendekatan SLT
SLT dikenal pada tahun 1920-1930, dipelopori oleh Harold Palmer dan
A. S. Hornby, dua orang terkemuka di Inggris pada abad 20-an dalam
pembelajaran bahasa. Metode SLT atau sering juga disebut Oral
Approach merupakan pengembangan dari Direct Method.
Teori bahasa yang mendasari SLT adalah British Structuralism.
Speech dianggap sebagai dasar bahasa, dan struktur dipandang sebagai
jantungya kemampuan berbicara. Teori yang dianut menjelaskan bahwa
struktur bahasa harus dihubungkan dengan situasi di mana struktur tersebut
digunakan. Hal ini menjadi fitur atau ciri pembeda dari Situational Language
Teaching.
Teori belajar yang mendasari SLT adalah teori pembiasaan belajar (habit
learning) kaum behavioris. Teori belajarnya lebih menekankan pada proses
daripada kondisi belajar. Tujuan dari SLT adalah mengajarkan empat
keterampilan dasar berbahasa. Hal ini juga dianut oleh kebanyakan metode
pengajaran bahasa. Yang membedakan adalah keterampilan berbahasa
didekati melalui struktur bahasanya.
Silabus yang digunakan dalam SLT adalah silabus struktural dan daftar
kosa kata. Silabus struktural merupakan sejumlah deret struktur dan pola-
pola kalimat dasar. Struktur diajarkan dalam kalimat, dan kosa kata dipilih
sesuai dengan seberapa besar kosa kata tersebut mampu digunakan di
dalam kalimat. Aktivitas yang dapat dilakukan berupa pengulangan, drill,
dictation.
Pada metode ini, guru harus menciptakan situasi yang sesuai dengan
materi pelajaran bahasa target, dia bisa menjadi model, dan memiliki
kemampuan untuk memberikan instruksi yang tepat, sedangkan siswanya
akan mendengarkan dengan cermat dan mengulangi apa yang dikatakan
gurunya. Materi yang digunakan dapat berupa textbook dan visual aids.
Peran Guru dalam Metode Audiolingual
Dalam audiolingual, seperti dalam pengajaran bahasa situasional,
peran guru sebagai pusat dan aktif; itu adalah metode guru yang didominasi.
Model guru bahasa target, mengontrol arah dan kecepatan belajar, dan
monitor dan memperbaiki kinerja peserta didik. Brooks berpendapat bahwa
guru harus dilatih untuk melakukan hal berikut:
Perkenalkan, mempertahankan, dan menyelaraskan pembelajaran
empat keterampilan dalam urutan ini: mendengar, berbicara, membaca, dan
menulis. Gunakan-dan tidak menggunakan-bahasa Inggris di kelas bahasa.
Model berbagai jenis bahasa dalam bentuk dialog. Ajarkan bahasa lisan
dalam bentuk dialog. Tanggapan paduan suara langsung oleh semua atau
bagian dari kelas.Ajarkan penggunaan struktural melalui praktek pola.
Tanggapan paduan suara langsung oleh semua atau bagian dari kelas.
Ajarkan penggunaan struktur melalui latihan pola. Membimbing siswa dalam
memilih dan kosa kata belajar. Tampilkan bagaimana kata-kata berhubungan
dengan arti dalam bahasa target. Dapatkan individu siswa untuk berbicara.
Reward percobaan oleh siswa sedemikian rupa bahwa belajar diperkuat.
Ajarkan cerita pendek dan bentuk sastra lainnya. Membangun dan
memelihara sebuah pulau budaya.
Peran Guru dalam Pendekatan Respon Fisik Total
Guru berperan aktif dan langsung dalam Respon Fisik Total.
"Instruktur adalah direktur sebuah drama panggung dimana siswa adalah
pelaku". Dalam hal ini, guru yang memutuskan apa yang akan diajarkan,
yang memberikan model dan menyajikan bahan-bahan baru, dan yang
memilih bahan-bahan pendukung untuk digunakan di dalam kelas. Guru
didorong untuk dipersiapkan dengan baik dan terorganisir dengan baik
sehingga pelajaran mengalir lancar dan diperkirakan.
Peran guru adalah tidak begitu banyak untuk mengajar seperti halnya
untuk memberikan kesempatan untuk belajar. Guru memiliki tanggung jawab
memberikan jenis paparan bahasa terbaik sehingga pelajar dapat
menginternalisasi aturan dasar dari bahasa sasaran. Guru juga harus
memungkinkan kemampuan berbicara berkembang dalam peserta didik
sesuai dengan kemampuan alami pembelajaran. Prasangka dapat
menghambat keberhasilan pelaksanaan prinsip TPR. Pertama, ia
memperingatkan tentang "ilusi kesederhanaan", dimana guru meremehkan
kesulitan yang terlibat dalam belajar bahasa asing. Hasil dalam berjalan pada
kecepatan yang terlalu cepat dan jatuh untuk memberikan transisi bertahap
dari satu tahap pengajaran yang lain. Guru juga harus menghindari toleransi
yang terlalu sempit untuk kesalahan dalam berbicara.

Peran Guru dalam Metode Comunnity Language Learning


Peran utama guru adalah sebagai konselor, artinya guru mengenali
bagaimana ancaman situasi belajar yang baru dapat terjadi pada siswa,
sehingga guru dapat memahami dan memberi dukungan untuk siswanya
dalam usahanya menguasai bahasa. Materi pada metode ini tidak
sepenuhnya terpaku pada teks buku, guru bisa mengembangkan sendiri
materi tersebut.
Peran Guru dalam Pendekatan Natural
NA bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi dalam
bahasa target dalam berbagai skill (reading, writing, listening, or
speaking) atau setidaknya kita akan mengerti jika seseorang berbicara
menggunakan bahasa target. Proses pembelajaran pada NA ini diadaptasi
dari berbagai metode pembelajaran lainnya, misalnya instruksi atau perintah
yang diberikan dasarnya adalah TPR, mimic, gesture, and konteksnya
dari direct method, dsb. Dalam metode ini, seorang guru mnjadi primary
source dan mampu menciptakan suasana pembelajaran yang
menyenangkan dengan menggunakan berbagai realia.
B. Pengertian Strategi
Strategi merupakan usaha untuk memperoleh kesuksesan dan
keberhasilan dalam mencapai tujuan. Strategi pemelajaran dapat diartikan
sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Selain itu, strategi pemelajaran
merupakan rencana tindakan termasuk penggunaan metode dan
pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan dalam pembelajaran yang
disusun untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Sementara itu, strategi pemelajaran adalah suatu kegiatan
pembelajaran yang dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran
dapat dicapai secara efektif dan efisien.5 Dapat pula diartikan sebagai usaha
guru dalam menggunakan beberapa variabel pengajaran agar dapat
mempengaruhi siswa untu mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Agar pembelajaran berbahasa memperoleh hasil yang baik, strategi
pemelajaran yang digunakan guru harus memenuhi kriteria antara lain:
1) Relevan dengan tujuan pembelajaran.
2) Menantang dan mendorong siswa untuk belajar.
3) Mengembangkan kreativitas siswa secara individual ataupun kelompok.
4) Memudahkan siswa memahami materi pelajaran.
5) Mengarahkan aktivitas belajar siswa kepada tujuan pembelajaran yang
telah ditetapkan.
6) Mudah diterapkan dan tidak menuntut disediakan peralatan yang rumit.
7) Menciptakan suasana belajar mengajar yang menyenangkan.
Tujuan pokok strategi pemelajaran adalah memberi kemudahan belajar;
dengan demikian mempunyai perhatian atau penekanan khusus pada pihak
pembelajar. Jadi, tujuan pemikiran strategi pembelajaran adalah untuk
mempengaruhi keadaan motivasi atau efektif para pembelajar menyeleksi,
memperoleh, mengorganisasi, atau mengintegrasikan pengetahuan baru.6
Pemberian luas mengenai strategi pembelajaran mungkin saja mencakup
hal-hal berikut ini:
a) Pemusatan pada aspek-aspek informasi baru yang terpilih.

5
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Jakarta: Prenada Media Group,
2006), h. 24)
6
C. E. Weinstein & R. E. Hayer, The Teaching of Learning Strategies dalam M. C. Wittrock (ed.), Handbook of
Research on Teaching (New York, Macmillan, 1986), h. 315-27.
b) Menganalisis dan memantau informasi selama pemerolehan.
c) Mengorganisasi atau memerinci informasi baru selama proses
penyandian.
d) Mengevaluasi pemelajaran setelah selesai dilaksanakan.
e) Menjamin seorang bahwa pemelajaran akan berhasil sebagai suatu cara
untuk menghilangkan keraguan.
Dengan demikian jelaslah bahwa strategi-strategi itu mempunyai dasar
afektif atau konseptual, dan mungkin saja mempengaruhi pembelajaran
tugas-tugas sederhana, seperti pembelajaran kosakata, atau tugas-tugas
rumit, seperti pemahaman bahasa atau produksi bahasa.

B. Instruksi Berbasis Strategi


Penerapan strategi pembelajaran maupun komunikasi di kelas dikenal
secara umum sebagai instruksi berbasis strategi/ strategies-based instruction
(SBI) atau pelatihan strategi pembelajar. Mengajari pembelajar bagaimana
cara belajar merupakan hal yang amat penting. Guru dapat mengambil
manfaat dengan memahami apa yang membuat pembelajar berhasil ataupun
sebaliknya, dan dapat merealisasikan strategi-strategi yang sukses.
Pembelajar akan merasakan manfaat SBI jika mereka memahami strategi itu
sendiri, menganggapnya efektif, dan tak menganggap pelaksanaannya terlalu
sulit.7 Pelaksanaan SBI di kelas bahasa melibatkan beberapa langkah dan
pertimbangan:
1. Mengenali gaya dan strategi potensial pembelajar
2. Menyertakan SBI ke dalam kursus dan kelas bahasa komunikatif
3. Menyediakan asisten ekstra kelas untuk para pembelajar
Anda tahu dari pengalaman Anda sendiri dalam belajar dan / atau
mengajar bahasa asing bahwa tidak ada rumus ajaib tunggal untuk sukses
belajar bahasa asing. Yang diperlukan agar seseorang dapat sukses belajar
bahasa asing adalah keteguhan untuk menggunakan semua strategi.

7 H. Douglas Brown, Prinsip Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa (USA: Pearson Education Inc, 2007), h. 152.
Penggunaan strategi pembelajaran bahasa terkadang diterapkan secara
tidak sadar oleh peserta didik tertentu yang tampaknya memiliki bakat untuk
belajar bahasa.Tetapi seringnya, pembelajar bisa sukses dalam belajar
bahasa asing melalui pengaplikasian strategi secara sadar dan sistematis.
Berikut ini adalah hal-hal yang berkaitan dengan strategi pembelajaran
bahasa:

1. Investasi strategi
Dalam beberapa tahun terakhir pembelajaran metodologi bahasa,
khususnya pada kajian investasi strategis telah mendapat perhatian karena
dapat membantu pebelajar dalam proses pembelajaran mereka sendiri.
Dalam mempelajari investasi strategi tentunya membutuhkan usaha dan
waktu . Setiap paket keterampilan belajar contohnya seperti belajar
memainkan alat musik atau tenis-diperoleh melalui proses pengamatan dan
pengembangan strategi. Investasi strategi merupakan fondasi awal dalam
pembelajaran bahasa. Pada pembahasan sebelumnya yaitu mempelajari
tentang gaya dan strategi belajar secara umum. Dalam makalah ini kita akan
mempelajari tentang implikasinya terhadap metodologi pengajaran di kelas,
khususnya, bagaimana gaya dan strategi belajar tersebut dapat mebantu
dalam proses pembelajaran bahasa di kelas. Ketika siswa diajarkan
bagaimana mengenali diri mereka sendiri dan bagaimana memanfaatkan
bakat dan pengalaman mereka sesungguhnya siswa tersebut telah belajar
belajar pelajaran yang berharga sehingga dapat berguna bagi pembelajaran
bahasa di kelas.

2. Pembelajar Bahasa yang Baik


Studi mengenai pembelajar bahasa yang baik merupakan akar awal
dari SBI. Sejumlah orang tertentu sepertinya diberkati kemampuan untuk
sukses; sementara beberapa orang lainnya masih belum memilki
kemampuan tersebut. Pengamatan ini membawa Rubin (1975) dan Stern
(1975) untuk menjabarkan pembelajar bahasa yang baik dalam hal
karakteristik, gaya, dan strategi pribadi. Rubin (Rubin dan Thompson, 1982)
kemudian merangkumkan empat belas kategori para pembelajar yang baik:
1. Menemukan cara mereka sendiri, bertanggung jawab atas pembelajaran
mereka.
2. Menata informasi tentang bahasa.
3. Kreatif, mengembangkansebuahrasabahasa dengan bereksperimen
melalui tata bahasa dan kata-katanya.
4. Menciptakan kesempatan bagi diri sendiri untuk berlatih menggunakan
bahasa di dalam dan di luar kelas.
5. Belajar hidup dengan ketidakpastian dengan tidak menjadi gugup dan
terus melanjutkan bicara atau mendengar tanpa memahami setiap kata.
6. Menggunakan mnemonik dan strategi memori lain untuk mengingat apa
yang sudah dipelajari
7. Menjadikan kesalahan sebagai hal yang bermanfaat dan bukan
menghambat.
8. Menggunakan penggunaan linguistik, termasuk pengetahuan tentang
bahasa pertama saat mempelajari bahasa kedua.
9. Menggunakan petunjuk-petunjuk konstektual untuk membantu mereka
dalam pemahaman
10. Belajar membuat tebakan cerdas
11. Mempelajari potongan-potongan bahasa sebagai keseluruhan dan
berlatih rutin demi mencapai performa yang melebihi kompetensi
mereka.
12. Belajar kiat-kiat tertentu yang membantu menjaga percakapan berlanjut.
13. Belajar strategi produksi tertentu untuk menutup kesenjangan dalam
kompetensi mereka sendiri.
14. Belajar gaya-gaya bicara dan menulis yang berbeda dan belajar
memvariasikan bahasa sesuai formalitas situasi.
Empat belas kategori para pembelajar yang baik, yang telah dijelaskan di
atas berguna juga bagi guru. Hal itu dikarenakan apabila guru telah
mengetahui ke-empat belas kategori tersebut guru dapat menggunakannya
sebagai model perilaku yang baik dalam pembelajaran di kelas. Sehingga
siswa tersebut dapat mengembangkan kemandirian dalam belajar.

3. Gaya dan Strategi Pembelajaran Bahasa yang Sukses


Gaya merupakan istilah yang mengacu pada konsistensi pada diri
seseorang, bukan hanya sekedar kecenderungan maupun kemauan sesaat.
Sedangkan strategi merupakan metode yang khusus dalam mendekati
persoalan atau tugas, cara operasional untuk mencapai tujuan tertentu,
desain yang direncanakan untuk mengkontrol dan memanipulasi informasi
tertentu.
Dalam memahami SBI kita juga harus mengetahui perbedaan antara
gaya dan strategi. Gaya, berhubungan dengan kepribadian (contohnya
ekstrovert) atau kognisi (seperti orientasi otak kiri / kanan), mencirikan sifat-
sifat konsisten, kecenderungan, atau preferensi yang dapat membedakan
anda dari orang lain. Anda mungkin, misalnya, termasuk orang yang
cenderung ekstrovert atau berorientasi pada otak kanan. Atau Anda
termasuk orang yang menunjukkan preferensi untuk memecahkan masalah
dengan cara, linier logis dibandingkan, menggunakan pendekatan intuitif
(perasaan).
Pembelajar bahasa kedua yang sukses biasanya adalah orang yang tahu
bagaimana memanipulasi gaya serta strategi dalam proses belajar bahasa.
Ini berarti bahwa mereka menyadari kepribadian dan karakteristik kognitif
mereka. Mereka adalah orang yang tahu karakteristik agar pemerolehan
bahasa dapat berjalan sukses.

4. Kesadaran dan Aksi


Agar peserta didik dapat menjadi pembelajar yang mandiri baik di dalam
maupun di luar kelas, mereka harus sepenuhnya menyadari kekuatan dan
kelemahan mereka sendiri, strategi dan gaya, dan dapat memanfaatkan
metakognisi mereka sehingga dari kesadaran yang mereka miliki tersebut
mereka dapat mewujudkannya melalui penggunaan tindakan yang tepat.
Gambar 16.1 di bawah ini merupakan penggambaran secara visual dari
koneksi/hubungan antara kesadaran siswa tersebut dengan-tindakan yang
akan mereka ambil.

Cognitive Learning
styles Personality Variables
styles
Socialization

Language ego
Self-efficacy

AWARENESS Intelligence
Culture
Styles Beliefs

Skill-specific strategies

Direct strategies ACTION


Strategies Compensatory strategies
Metacognitive strategies
Maximizing style advantages
Socioaffective strategies
Proficiency-based strategies

Pembelajar bahasa yang sukses biasanya dapat mengembangkan


kesadaran diri mereka sendiri melalui kemampuan dan pengalaman yang
telah mereka dapatkan.
C. Mengembangkan Kesadaran Siswa akan Gaya dan Strategi Belajar
Mereka
Bagaimana seorang guru dapat membantu peserta didik untuk
mengembangkan kesadaran diri yang nantinya diperlukan agar siswa dapat
sukses dalam menerapkan strategi pembelajaran bahasa? Di bawah ini
adalah beberapa cara yang dapat digunakan guru agar dapat
mengembangkan kesadaran akan gaya dan strategi belajar mereka.

1. Informal Self-Cheklist (Daftar Pertanyaan Pribadi)


Salah satu cara efektif untuk menanamkan kesadaran siswa akan gaya
belajar sukses adalah melalui Informal Self-Cheklist (Anda mungkin
merancang sendiri). Diharapkan siswa dapat mengisi dan kemudian
mendiskusikan Informal Self-Cheklist tersebut. Gambar 16.2 adalah contoh
dari daftar yang telah digunakan oleh siswa ESL.
Prosedur berikut merupakan tahapan dalam mengaplikasikan Informal
Self-Cheklist untuk digunakan dalam kelas:
a. Bagikan daftar Informal Self-Cheklist untuk setiap siswa dan beritahu
mereka agar mengisi dengan jawaban mereka sendiri.
b. Ketika mereka selesai, tempatkan siswa ke dalam empat kelompok.
Tujuan pengelompokan tersebut adalah untuk membandingkan
jawaban dan berdiskusi tentang gaya belajar mereka.
c. Setelah siswa selesai berdiskusi guru dapat mengarahkan diskusi
tersebut agar siswa dapat menarik beberapa kesimpulan mengenai
gaya belajar bahasa terbaik agar proses pembelajaran berjalan
sukses.
d. Rangkumlah dengan menjelaskan bahwa kalau siswa tersebut memiki
kecendrungan ke salah satu gaya belajar hal tersebut bukanlah
masalah.
2. Tes Kepribadian dan Uji Gaya Kognitif
Pada tabel 16.3 dan 16.4 yang diambil dari buku Brown merupakan
dua contoh dari tes kepribadian dan uji gaya kognitif. Tes yang pertama
adalah mengenai tes dominasi otak kiri / kanan, yang kedua berfokus pada
rasa percaya diri dan kecemasan. Cara pengaplikasian tes ini dalam kelas
sama seperti cara pengaplikasian tes Informal Self-Cheklist. Dengan cara ini
siswa bisa menyadari kecenderungan gaya belajar mereka dan juga dapat
mempertimbangkan hubungan antara gaya, kesuksesan dan tujuan
pembelajaran bahasa. Sehingga siswa dapat mengambil langkah positif
dalam memanfaatkan aset yang mereka miliki.
3. Bacaan, Ceramah, dan Diskusi (Readings, Lectures, and Discussions)
Cara lain agar dapat mendorong kesadaran diri peserta didik adalah
dengan cara guru memberikan presentasi (metode ceramah) diikuti dengan
diskusi tentang gaya belajar sukses. Dalam buku Brown Strategies for
Success, a Self-Help Guide for Language Learners ada beberapa bab yang
dikhususkan untuk membahas mengenai bagaimana siswa dapat
meningkatkan kesadaran akan gaya belajar mereka. Siswa juga diharapkan
dapat membaca dan mengisi kuesioner yang diikuti oleh latihan di kelas
sehingga siswa dapat memperkuat pengetahuan mereka tentang gaya
tertentu.

4. Mendorong Perilaku " Pembelajar Bahasa yang Baik"


Aturan-aturan di bawah ini mencakup apa yang peserta didik perlu
lakukan untuk menggunakan sebagian besar waktu mereka dalam konteks
pembelajaran bahasa.
Tabel 1. "10 perintah" untuk belajar bahasa yang baik
Versi Guru Versi Pelajar
1. Kurangi rasa sungkan. Jangan takut!
2. Mendorong pengambilan risiko. Menyelam masuk
3. Membangun kepercayaan diri. Percaya pada diri sendiri.
4. Mengembangkan motivasi intrinsik. Rebut hari ini.
5. Terlibat dalam pembelajaran Kasihilah sesama manusia.
kooperatif. Dapatkan gambaran BESAR.
6. Gunakan proses otak kanan. Mengatasi kekacauan.
7. Tingkatkan toleransi ambiguitas. Ikuti firasat Anda.
8. Latih intuisi. Buatlah kesalahan bekerja UNTUK
9. Manfaatkan umpan balik Anda.
kesalahan. Tetapkan tujuan Anda sendiri.
10. Tetapkan tujuan pribadi
D. Bagaimana mengajarkan strategi pembelajaran di kelas
Rebecca Oxford menjabarkan bahwa terdapat taxonomi yang paling
komprehensif dalam strategi pembelajaran. Strategi tersebut dibagi menjadi
dua. Pertama, strategi langsung atau strategi kognitif yaitu strategi yang
diaplikasikan siswa secara langsung pada bahasa itu sendiri. Strategi
langsung ini terdiri dari: (a)strategi mengingat, (b)strategi dengan
menggunakan seluruh proses kognitif yang ada, dan (c)strategi mengganti/
memberi kompensasi terhadap pengetahuan yang kurang. Kedua, strategi
tidak langsung atau strategi metakognitif, yaitu strategi siswa dalam mengatur
atau mengontrol proses belajar mereka sendiri. Strategi tidak langsung ini
terdiri dari (a)startegi dalam mengatur dan mengevaluasi kegiatan belajar,
(b)strategi dalam mengatur emosi, dan (c)startegi belajar dengan orang lain.
Strategi pembelajaran sama seperti gaya pembelajaran, yang dapat
dipelajari dan diajarkan dikarenakan kekhususannya, bahkan strategi
pembelajaran lebih mudah dibandingkan dengan gaya pembelajaran.
Terdapat paling sedikit empat pendekatan yang dapat digunakan untuk
mengajarkan strategi pembelajaran di dalam kelas bahasa.

1. Mengajar bahasa melalui teknikteknik interaktif


Menurut Brown dalam bukunya Teaching by Principles menawarkan
beberapa saran untuk menciptakan suasana di kelas agar siswa merasa
nyaman dan merasa didukung untuk meningkatkan strategi mereka, yang
biasa disebut dengan 10 commandements.

Tabel 2. Membangun teknik yang penuh dengan strategi

1. Mengurangi rintangan atau hambatan: bermain tebaktebakan dan


permainan komunikasi; bermain peran dan membuat lelucon; membuat
kelompok; tertawa dengan siswa Anda; buatlah mereka membagi rasa
takutnya dalam kelompok kecil.
2. Mendorong siswa agar dapat mengambil resiko: kagetkan siswa untuk
membuat usaha tertentu dalam menggunakan bahasa; berikan tugas di
luar kelas untuk menggunakan bahasanya secara tertulis atau lisan.
3. Untuk membangun kepercayaan diri siswa: beritahu siswa secara
eksplisit (verbal dan nonverbal) bahwa anda percaya pada mereka;
mintalah mereka untuk membuat daftar kemampuan yang mereka miliki.
4. Untuk membantu mereka membangun motivasi intrinsik: ingatkan mereka
tentang penghargaan/ hasil yang akan mereka peroleh jika mereka
belajar bahasa Inggris atau bahasa lainnya; gambarkan pekerjaan yang
akan membutuhkan lulusan bahasa inggris.
5. Untuk meningkatkan pembelajaran kooperatif: mintalah siswa utnuk
membagi pengetahuan mereka; buatlah semacam perlombaan diantara
mereka; buatlah kelas untuk bekerja sama dalam kelompok; lakukan
berbagai kegiatan dalam kelomopok kecil.
6. Untuk mendukung siswa dalam menggunakan proses otak kanan:
gunakan film dan tape di dalam kelas; mintalah mereka untuk membaca
teks dengan seksama; lakulan latihan skimming; suruh mereka untuk
menulis bebas / free writing; lakukan latihan pengucapan dengan tujuan
untuk membawa siswa agar berbicara banyak tanpa harus diperbaiki.
7. Untuk meningkatkan toleransi ambiguitas: bujuklah siswa untuk bertanya
kepada anda dan sebaliknya; bertanyalah jika mereka tidak memahami
sesuatu; buatlah agar penjelasan anda sangat mudah dipahami; gunakan
kalimat sederhana; dan akhirnya arahkan mereka untuk menerjemahkan
berdasarkan bahasa asli untuk memperjelas makna.
8. Membantu mereka dalam menggunakan intuisinya: sanjunglah siswa
untuk sebuah jawabannya yang bagus; jangan selalu memberikan
penjelasan terhadap suatu kesalahan, biarlah mereka memperbaikinya
sendiri; perbaikilah kesalahan tertentu saja, yaitu halhal yang akan
mengganggu pembelajaran.
9. Untuk membuat siswa menilai diri mereka sendiri: rekamlah ucapan
siswa dan mintalah mereka untuk menemukan kesalahan yang mereka
lakukan dan memperbaikinya; jangan selalu memberikan bentuk yang
benar; mintalah siswa untuk membuat daftar kesalahan yang sering dan
umum dibuat dan mengerjakannya sendiri.
10. Untuk membuat siswa agar dapat membuat tujuan mereka sendiri:
arahkan siswa untuk membuat tujuan yang lebih luas lagi; mintalah
mereka membuat daftar tujuan yang ingin mereka capai sendiri dalam
minggu tertentu; buatlah siswa untuk membuat standar waktu
pencapaian suatu tujuan dalam mempelajari bahasa yang dikerjakan di
rumah dan berikan mereka waktu lebih banyak.

Rebecca Oxford memberikan beberapa contoh teknik di dalam kelas


dan menunjukkan strategi mana yang mereka gunakan. Contohnya teknik
information gap listening (mengisi kolom kosong berdasarkan informasi yang
didengar), yaitu siswa mendengarkan sebuah percakapan pada tape
kemudian bekerja dengan kelompoknya mengisi bagian yang kosong (seperti
nama, pekerjaan, umur, dan penampilan) untuk orang orang yang
disebutkan dalam percakapan pada tape tersebut. Oxford menjelaskan
bahwa tugas tersebut mencakup strategi langsung seperti latihan secara
alamiah, menebak, mencatat, memfokuskan perhatian, dan bekerjasama
dengan teman kerjanya

2. Menggunakan teknik pengimbangan (Use compensatory techniques)


Beberapa tujuan dari strategi pembelajaran tardapat pada pencarian
dari beberapa teknik yang bertujuan untuk mengimbangi beberapa
kelemahan yang terdapat dalam gaya belajar. Beberapa dekade yang lalu,
Allice Omaggio mengklasifikasikan 55 teknik yang berbeda berdasarkan
berbagai gaya kognitif, masalah yang akan menghambat siswa untuk
mencapai potensi tertinggi mereka. Contohnya, larangan yang berlebihan
merupan suatu masalah yang akan membuat mereka tidak berani mengambil
risiko sehingga mereka akan berhenti terlalu lama sebelum menjawab secara
oral karena mereka akan berusaha untuk membuat kalimat atau segala
sesuatu dengan benar sebelum mereka mengucapkannya atau
menuliskannya. Berikut beberapa cara untuk menyelesaikan masalah
tersebut:
a) Toleransi yang rendah terhadap ambiguitas (Low tolerance of ambiguity)
Low tolerance of ambiguity ini dapat dilakukan dengan cara
brainstorming, menceritakan kembali, bermain peran, parafrase,
mencari sinonim, teknik jigsaw, tugas skimming.
b) Impulsive yang berlebihan ( Excessive impulsiveness)
Excessive impulsiveness dilakukan dengan membuat inferensi, mencari
permasalahan yang terdapat dalam sintaksis atau semantik, scanning
informasi tertentu,
c) Larangan/ refleksi yang berlebihan (Excessive revlectiveness/caution)
Excessive revlectiveness/caution diselesaikan dengan teknik kelompok
kecil, bermain peran, brainstorming, teknik fluency atau pelafalan.
d) Dominasi otak kanan yang berlebihan (Too much right brain dominance)
Too much right brain dominance dilakukan dengan mencari masalah
atau kesalahan sintaksis atau semanti, scanning inforamasi tertentu,
membaca dengan seksama, mengelompokkan dan mengategorisasikan
kegiatan, teknik informasi yang dihilangkan (information gap).
e) Terlalu banyak dominasi otak kiri (Too much left brain dominance)
Too much left brain dominance diselesaikan dengan teknik bahasa
integrative, kelancaran, menceritakan kembali, tugas skimming.
3. Mengatur penemuan suatu strategi (Administer a strategy inventory)
Cara untuk memperkenalkan teknik dalam menemukan suatu strategi
yang terbaik adalah dengan menggunakan instrument dari Rebecca oxford
(1990) yaitu Strategy Inventory for Language Learning (SILL). SILL dapat
digunakan di kelas untuk mengembangakan kesadaran terhadap strategi
yaitu dengan cara mencontreng sendiri dalam teknik belajarnya. Atau dapat
juga menggunakan tugas di luar kelas. Penilaiannya akan cukup menyulitkan
namun pastikan masalah siswa harus diutamakan tentang bagaimana
menilainya. SILL dapat berfungsi ganda yaitu sebagai instrument yang akan
membantu anda dengan 50 cara yang berbeda agar siswa dapat lebih
berhasil dalam usaha belajar bahasa mereka. Instrumen ini seperti analisis
kebutuhan siswa dalam menemukan suatu strategi yang sesuai dengan
mereka.

Table 3. Penemuan strategi untuk pembelajaran bahasa Inggris (Oxford,


1990)
Strategy Inventory for Language Learning (SILL)

Langkah langkah
Daftar dari SLIL ini diperuntukkan bagi siswa yang mempelajari bahasa
inggris sebagai bahasa kedua atau bahasa asing. Anda akan
menemukan pernyataan tentang belajar bahasa Inggris. Bacalah setiap
pernyataan. Pada kertas yang berbeda tulislah jawaban anda (1,2,3,4,5)
yang menggambarkan seberapa benar jawaban anda.
1. Never or almost never true of me/ tidak pernah
2. Usually not true of me/ biasanya tidak pernah
3. Somewhat true of me/ agak
4. Usually true of me/ biasanya pernah
5. Always or almost always true of me/ selalu
Part A
1. Saya memikirkan tentang hubungan antara apa yang saya ketahui
dan hal-hal baru yang saya pelajari dalam bahasa Inggris.
2. Saya menggunakan kosakata bahasa Inggris yang baru dalam
kalimat agar saya dapat mengingatnya.
3. Saya menghubungkan suara dari kata baru dan gambaran dari kata
tersebut untuk membantu memahaminya.
4. Saya mengingat kata baru dengan cara menggambarkanya dalam
benak saya dalam bentuk sebuah situasi seperti apa kata tersebut
akan digunakan.
5. Saya menggunakan irama untuk mengingat kata baru.
6. Saya menggunakan flashcard untuk mengingat kata baru.
7. Saya menggunakan akting secara fisik untuk mengingat kata baru.
8. Saya sering kali membaca kembali pelajaran bahasa Inggris
9. Saya mengingat kata baru atau frasa baru dengan mengingat
letaknya pada halaman buku, papan tulis, atau pada jalan raya.

Part B
10. Saya mengucap atau menulis kata dalam bahasa Inggris berulang
kali.
11. Saya berusasha melafalkan seperti pembicara aslinya.
12. Saya berlatih pengucapan bahasa Inggris.
13. Saya menggunakan kata yang saya ketahui dengan cara yang
berbeda.
14. Saya memulai percakapan.
15. Saya menonton acara TV berbahasa Inggris.
16. Saya membaca sebagai suatu kesenangan teks berbahasa Inggris
17. Saya menulis nota, memo, pesan dan lain - lain dalam bahasa Ingrris
18. Saya pertama - tama melakukan skiming pada teks berbahasa
Inggris (bacalah teks dengan cepat) kemudian kembalilah untuk
membaca dengan cepat.
19. Saya mengingat kata pada bahasa saya sendiri yang mirip dengan
kata baru dalam bahasa Inggris.
20. Saya berusaha mencari pola dalam bahasa Inggris.
21. Saya berusaha memahami makna dengan cara membaginya
menjadi begian bagian yang saya pahami.
22. Saya berusaha untuk tidak menerjemahkan kata - perkata.
23. Saya membuat kesimpulan dari informasi yang saya baca dan
dengar dalam bahasa inggris.

Part C
24. Untuk memahami kata yang asing saya mencoba menebaknya.
25. Ketika saya tidak bisa memikirkan sebuah kata dalam sebuah
percakapan, saya menggunakan bahasa tubuh.
26. Saya membuat kata baru jika saya tidak mengetahui kata yang benar
dalam bahasa Inggris.
27. Saya membaca teks berbahasa inggris tanpa melihat setiap kata
baru.
28. Saya berusaha menebak apa yang akan diucapkan oleh seseorang
dalam bahasa Inggris.
29. Jika saya tidak mengetahui kata dalam bahasa Inggris, saya
menggunakan satu kata atau frasa yang bermakna sama.

Part D
30. Saya berusaha mencari berbagai cara yang saya bisa untuk
menggunakan bahasa Inggris saya.
31. Saya mengenali kekeliruan berbahasa saya, dan menggunakan
informasi tersebut untuk membantu saya menjadi lebih baik.
32. Saya memerhatikan ketika seseorang berbicara bahasa Inggris.
33. Saya berusaha mencari tahu bagaimana memelajari bahasa Inggris.
34. Saya membuat jadwal agar saya memiliki waktu yang cukup untuk
belajar bahasa Inggris.
35. Saya berusaha mencari orang yang bisa diajak berbicara bahasa
Inggris.
36. Saya mencari kesempatan untuk membaca sebanyak mungkin.
37. Saya memiiki tujuan jelas untuk meningkantkan keterampilan
berbahasa Inggris.
38. Saya memikirkan perkembangan saya dalam belajar bahasa.

Part E
39. Saya berusaha untuk santai kapanpun saya merasa takut
menggunakan bahasa Inggris.
40. Saya memacu diri saya sendiri untuk berbahasa Inggris bahkan saat
saya takut menggunakannya.
41. Saya memberikan penghargaan kepada diri sendiri atau perlakuan
ketika saya berusaha dengan baik dan melakukan sesuatu dengna
benar.
42. Saya tahu ketika saya gugup ketika saya belajar bahasa Inggris.
43. Saya menuliskan perasaan saya dalam diari belajar bahasa.
44. Saya berbicara dengan orang lain tentang perasaan saya dalam
mempelajari bahasa Inggris.

Part F
45. Jika saya tidak mengerti sesuatu dalam bahasa Inggris saya
bertanya pada orang lain untuk mengucapkannya dengan perlahan
dan mengucapkannya kembali.
46. Saya meminta pembicara untuk memperbaiki kesalahan ketika
berbicara.
47. Saya melatih bahasa Inggris dengan siswa yang lainnya.
48. Saya meminta bantuan dari pembicara bahasa Inggris.
49. Saya bertanya dalam bahasa Inggris.
50. Saya belajar tentang budaya dalam bahasa Inggris.

Cara penghitungannya adalah dengan mencari rata-rata skor pada


tiap bagiannnya/part. Lalu juga dicari rata-rata keseluruhan dari bagain A, B,
C, D, E, dan F.
Dari skor rata-rata keseluruhan dapat diketahui seberapa sering Anda
menggunakan strategi dalam belajar bahasa Inggris. Setiap bagian dari SILL
merupakan kelompok strategi pembelajaran. Rata-rata dari setiap bagian
pada SILL menunjukkan strategi mana yang lebih cocok Anda gunakan untuk
belajar bahasa Inggris.
Penggunaan terbaik dari strategi pembelajaran ini bergantung dari usia,
kepribadian, dan tujuan Anda belajar. Jika Anda memiliki rata-rata sangat
rendah pada satu atau lebih bagian dari SILL ini, mungkin ada beberapa
strategi baru yang lebih cocok digunakan.

4. Memanfaatkan saran guru yang tiba tiba tanpa diduga (Make use of
impromtu teacher-initiated advice)
Akhirnya sebagaimana dibahas sebelumnya tentang pengembangan
kesadaran akan gaya, siswa dapat memeroleh keuntungan dari semua teknik
dan trik yang Anda berikan setiap harinya kepada siswa. Ingat kembali pada
pengalaman belajar bahasa Anda, catat hal apa saja yang membuat anda
gagal dan ajarkan serta ingatkan mereka. Pada waktu yang tepat, ajarkan
siswa Anda bagaimana belajar bahasa. Dengan melakukannya anda akan
meningkatkan kesempatan bagi investasi dalam proses strategi belajar
mereka.
D. Packaged Models of SBI

Banyak kesempatan yang dapat anda pilih dalam menentukan


strategi yang tepat. Anda dapat memilih salah satu dari empat cara yang
sudah disarankan di atas. Selain empat strategi yang sudah dijelaskan
sebelumnya, masih ada tiga model lagi yang berhubungan dengan strategi
pembelajaran. Ini bertujuan agar dalam pembelajaran bahasa asing menjadi
lebih mudah dan lancar.

1. Pengajaran buku teks (Textbook-embedded instruction)


Peningkatan jumlah buku teks ESL memberikan panduan dan latihan
tentang kesadaran penggunan strategi pembelajaran dan praktek yang
terdapat pada berbagai bab di dalam buku. Brown (2000) dalam bukunya
New Vistas untuk pebelajar ESL menyisipkan contoh strategi pembelajaran
dalam latihan dari buku pelajaran. Siswa didorong untuk terus belajar di luar
kelas, kadang-kadang sendiri, atau dengan partnernya. Berikut penyisipan
mengenai strategi untuk mencapai kesuksesan dalam pembelajaran bahasa
yang terdapat pada buku Brown.
a. Practicing communication strategies
Strategi ini dilakukan dengan cara lebih banyak mengerjakan latihan
dan mempraktekannya sesuai dengan yang ada di dalam buku
b. Identifying behaviors fo succesful language learning
Dilakukan dengan mengidentifikasi prilaku atau kebiasaan belajar yang
sebelumnya sukses digunakan, seperti mendengarkan petunjuk guru
dengan seksama, mengangkat tangan Anda untuk menjawab
pertanyaan yang diberikan atau untuk mengajukan pertanyaan.
c. Understanding cultural streotype
Dilakukan dengan memahami dan mengerti mengenai gagasan tentang
streotip budaya di beberapa negara yang bersahabat. Seperti,
Americans are rich and friendly dan Japanese are smart and polite.
Tentukan apakah streotip itu benar atau tidak.

2. Panduan mandiri (Adjunct self-help guides)


Cara kedua untuk meningkatkan kesadaran siswa tentang strategi
adalah melalui tugas atau tambahan berupa panduan belajar pribadi/mandiri
,seperti buku panduan how to cenderung memberikan bab pembahasan
yang mudah dipahami, pendek, anekdot, tips dan latihan yang akan
membantu siswa utnuk menggunakan strategi dengan lancar. Panduan ini
dapat di tawarkan pada siswa sebagai bacaan yang disarankan dan tugas
harian mereka.
Panduan mandiri ini juga dapat dijadikan cara untuk dapat menentukan
strategi yang tepat dalam pembelajaran bahasa. Cara ini dilakukan dengan
membuat pernyataan-pernyataan tentang apa yang harus Anda lalukan untuk
membantu diri Anda sendiri. Berikut contohnya yang dilakukan selama satu
minggu sekolah.
Tabel 4. What i do to help myself learn
Strategi Hari - Hari - Hari - Hari - Hari -
1 2 3 4 5
Saya memerhatikan guru
Saya membuat catatan ketika
saya mendengarkan
Saya menbuat catatan ketika
saya membaca
Saya membaca pertanyaanya
sebelum saya mendengarkan
Saya membaca pertanyaan
sebelum saya membaca teksnya
Saya melihat kembali catatan
saya
Saya mengulang melafalkan
kata-kata baru dengan suara
keras
Saya mengguanakan kata baru
itu dalam kalimat
Saya mengerjakan semua tugas

3. Pusat pembelajaran (Learning Centers)


Daripada harus mengurangi buget seperti yang terjadi pada beberapa
sekolah dan universitas, beberapa pusat pembelajaran di seluruh dunia
memiliki suatu komponen ESL yang terkait. Pusat seperti ini biasanya
membuat siswa memiliki banyak bantuan pada saat di kelas ketika belajar
writing, reading, keterampilan akademis, dan pronunciation. Bantuan dapat
berupa test diagnosis dan perkiraan, tutorial langsung, tutorial dalam
kelompok kecil, program pengajaran audio dan video.
Beberapa institusi yang berkembang memandang learning centers
bukanlah satusatunya tempat yang menawarkan bantuan remedial, akan
tetapi sebagai sumber bagi semua pebelajar dalm pengembangan
kemampuan strategi mereka dalam pembelajaran bahasa.
E. Mendorong Penggunaan Strategi Belajar yang Efektif : Saran untuk
Instruktur ESL
1. Relatif mudah untuk mengetahui mengenai strategi pembelajaran siswa.
Metode paling sederhana yang dapat digunakan secara teratur adalah
metode strategi buku harian, survei terstruktur (seperti persediaan
strategi untuk belajar bahasa), dan diskusi kelas informal tentang
strategi yang akan digunakan siswa.
2. Berilah perhatian lebih mengenai berbagai strategi. Sebagai contoh di
dalam kelas tidak hanya strategi kognitif saja yang sering dibahas tetapi
juga membahas strategi metakognitif. Sehingga siswa dapat
memahami seluruh informasi mengenai strategi belajar, termasuk
strategi belajar yang afektif dan sosial.
3. Ketika guru memiliki waktu terbatas dalam pembelajaran bahasa atau
menangani kelas ESL dalam jumlah besar, beberapa guru
mengklasifikasikan setiap siswa sebagai siswa "A" atau "C" siswa, atau
sebagai "orang yang tenang" atau "orang yang banyak bicara". Hal
seperti itu sebenarnya kurang efektif karena pencerminan ciri khas
terhadap siswa tersebut tidak memberikan informasi yang lengkap.
Disarankan kepada guru agar dapat melihat empat belas fitur
"pembelajar bahasa yang baik" yang telah dibahas sebelumnya. Dari
ke-empat belas fitur "pembelajar bahasa yang baik" tersebut guru dapat
mengidentifikasi karakteristik dan kekurangan yang ada pada setiap
siswa.
4. Mempelajari penggunaan strategi pembelajaran yang efektif dalam ESL
yang digunakan oleh siswa. Melalui survei strategi, pengamatan, dan
berbicara dengan siswa,guru diharapkan tahu mana strategi
pembelajaran bahasa yang baik untuk digunakan di kelas ESL.
Perhatikan strategi mana yang paling berguna untuk membantu
mengerjakan tugas bahasa.
5. Anda dapat mengajarkan siswa untuk mengatur bagaimana untuk
menggunakan strategi dengan meminta mereka secara sistematis
menggabungkan dan menggunakan strategi yang relevan dengan tugas
yang di berikan di kelas ESL. Contohnya, mulai dengan strategi
metakognitif (seperti perencanaan untuk tugas tersebut), kemudian
menyatukan kognitif dengan strategi sosial (atau berlatih menganalisis
ekspresi pada saat siswa bekerjasama dengan siswa lain), dan akhirnya
menggabungkan strategi metakognitif dengan strategi afektif. Anda
dapat mendorong siswa untuk menggunakan strategi self-talk yang
efektif setiap saat. Kegiatan ini membantu siswa melihat bahwa ada
dua kunci untuk sukses dalam belajar ESL yaitu menggabungkan
strategi dan menghubungkan strategi tersebut untuk membantu mereka
mengerjakan tugas bahasa.
6. Bantulah siswa ESL Anda untuk memahami bahwa bagi pebelajar
bahasa yang paling penting adalah strategi yang terstruktur dan
memberikan alasan yang jelas terhadap penggunaan strategi
pembelajaran daripada hanya sekadar frekuensi/intensitas pertemuan
semata. Berilah contoh pada siswa mengenai penggunaan startegi
secara acak (penggunakan strategi secara bersamaan tetapi tidak
saling mendukung satu sama lain, seperti menguraikan, memvisualisasi,
scanning/ membaca memindai, menebak, dan menggunakan bahasa
yang berbelit-belit/ tidak langsung) dan menunjukkan mengapa hal itu
tidak membantu. Berikanlah mereka praktek dalam merancang
penggunaan strategi seperti yang dibahas sebelumnya.
7. Berikan petunjuk yang jelas mengenai strategi yang digunakan dan
berikanlah latihan dan tugas dalam mentransfer strategi untuk situasi
baru. Pilihlah strategi yang cocok dan saling mendukung satu sama lain.
Mintalah peserta didik untuk mengevaluasi keberhasilan mereka dalam
menggunakan stretegi. Amati setiap perubahan dalam kegiatan
berbahasa berdasarkan penggunaan strategi.
8. Perhatikan berbagai faktor yang memengaruhi penggunaan strategi
antara siswa ESL dengan Anda secara pribadi. Misalnya, Anda dapat
mengontrol tugas bahasa dalam kelas ESL, dan Anda memiliki banyak
pengaruh terhadap peningkatan motivasi siswa. Ambillah keuntungan
dari faktor-faktor yang dapat Anda kendalikan, dan saadari bahwa
mereka lebih dari yang Anda pikirkan. Misalnya latar belakang budaya,
jenis kelamin, dan umur.
9. Nilailah gaya belajar dan strategi yang digunakan siswa Anda. Survei
membuktikan, terdapat perbedaan gaya belajar. Jelaskan sifat dan
signifikansi dari gaya belajar kepada siswa, dan bagaimana pilihan gaya
belajar mereka sangat menentukan strategi favorit mereka dalam
belajar. Selama pelatihan strategi, jelaskan bahwa Anda mendorong
siswa untuk berkembang ke luar dari gaya alami mereka untuk
menggunakan strategi pembelajaran alternatif yang sangat membantu.
Sebagai contoh, untuk tugas-tugas tertentu, siswa kadang-kadang perlu
menggunakan strategi analitik seperti penalaran deduktif (dari sebuah
aturan umum untuk kasus tertentu). Dan siswa analitik kadang-kadang
perlu untuk menjauh dari rincian untuk melihat arti umum melalui
strategi global seperti skimming/ membaca cepat dan meringkas.8

8 Jack C. Richards and Willy A. Renandya, Methodology in Language Teaching: An Anthology of Current Practice.
(Cambridge: Cambridge University Press, 2003), h 128.
BAB III

KESIMPULAN

Dalam sebuah pembelajaran guru memiliki peran penting yang


menjadi kunci keberhasilan suatu proses pembelajaran. Guru memiliki peran
yang variatif, dimulai dari perannya sebagai sutradara yang mengatur kondisi
siswa selama proses pembelajaran, sebagai manager yang menjelaskan
penugasan dan menunjukan kinerja terhadap siswa, sebagai fasilitator yang
memberikan bantuan langsung terhadap siswa selama proses pembelajaran,
partisipan yang ikut berperan aktif dalam kegiatan siswa terlebih yang
berbasis proyek, hingga menjadi sumber yang dianggap sebagai lahan
informasi bagi siswa mengenai apa yang mereka tidak ketahui atau sekadar
tidak mereka pahami.

DAFTAR PUSTAKA

Basiran, Mokh. 1999. Apakah yang Dituntut GBPP Bahasa Indonesia


Kurikulum 1994?. Yogyakarta: Depdikbud
Brown, H. Douglas. Prinsip Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa. USA:
Pearson Education Inc.2007.

Brown, H.Douglas. Teaching by Principles, An Interactive Approach to


Language Pedagogy. USA: Pearson Education Inc, 2007.

Harmer, Jeremy. The Practice of English Language Teaching; England:


Pearson Education, 2007.
Nur, Sunardi & Sri Wahyuningsih, Psikologi Pendidikan: Jakarta : PT
Grasindo, 2002.
Richards, Jack C. and Willy A. Renandya. Methodology in Language
Teaching: An Anthology of Current Practice. Cambridge: Cambridge
University Press, 2003.

Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses


Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group, 2006.

Yusuf, Syamsu & Nani Sugandhi, Perkembangan Peserta Didik: Jakarta :


Rajawali Press, cet -3, 2012.

Anda mungkin juga menyukai