Anda di halaman 1dari 10

Peran Fungsi Polri dalam Menciptakan Keamanan dan Ketertiban

Masyarakat Guna Mengamankan Pemilu Tahun 2017

Oleh:..

Pendahuluan
Pelaksanaan pemilihan umum 2017 (pesta demokrasi rakyat
Indonesia) semakin dekat. KPU dan aparat Kepolisian menjadi salah satu
ujung tombak yang seharusnya mengamankan jalannya pemilihan umum.
Untuk itulah, setiap ada event pemilihan umum, baik secara nasional
maupun pemilihan pemimpin daerah, KPU menjalin kerjasama dengan
pihak Kepolisian untuk mensukseskan jalannya pemilihan umum.
Kerjasama tidak sebatas pada mengamankan jalannya pemilu tetapi juga
menciptakan suasana pemilu yang jujur, adil, langsung, umum, bebas dan
rahasia.
Memang, bagi Polri sendiri adanya pesta demokrasi menjadi
tantangan yang harus terselesaikan dengan baik lantaran fungsi utama
Polri adalah sebagai aparat pengayom, pelindung, pelayan masyarakat,
maupun penegak hukum (sesuai amanat undang-undang nomor 2 tahun
2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia) untuk menciptakan
kondisi keamanan dalam negeri yang masih dirasakan sangat rumit dan
beragam. Rumitnya permasalahan yang harus dihadapi teridentifikasi dari
munculnya berbagai konflik antar suku, antar daerah maupun isu-isu
terorisme.
Dari penjabaran tersebut, tujuan utama dari tulisan ini adalah
bagaimana menciptakan Kamtibmas ditinjau dari berbagai aspek utama
yaitu dari aspek internal dan eksternal. Sebab, upaya untuk menciptakan
kondisi kamtibmas pada hakekatnya merupakan proses yang harus
melibatkan partisipasi seluruh elemen masyarakat dalam komunitasnya,
karena kamtibmas selain merupakan suatu kondisi yang harus diwujudkan
dalam proses pembangunan nasional, juga merupakan sosial yang harus
dilakukan secara berkelanjutan.

Landasar Dasar Penyusunan Tulisan


1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor. 02 Tahun 2002 tentang
Kepolisian Negara Republik Indonesia.
2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor. 25 Tahun 2000 tentang
Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) Tahun 2002
2004.
3. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2002 tentang
Partai- partai Politik.
4. Undang-undang Republik Indonesia Nomor. 12 Tahun 2003 tentang
Pemilihan Umum.
5. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia
Nomor TAP MPR/VII/2000 tentang Peran TNI dan Polri.
Kondisi Internal dan Eksternal Keamanan Negara
a) Internal Kondisi internal
ini sering kali muncul lantaran beberapa aspek baik berupa
kebijakan dari pemerintah, isu-isu politik, dan lain sebagainya.
Disini kondisi internal kemanan negara di bagi dalam lima bentuk
diantaranya :
- Berbagai kegagalan dalam mewujudkan otonomi daerah
telah menimbulkan berbagai kerawanan di lingkungan hidup
nasional maupun lokal. Hal ini tercermin dari munculnya
berbagai gejolak permasalahan baru yang memerlukan
pengamanan dan perhatian khusus. Selain itu, maraknya
rasa ketidakpuasan masyarakat akan pemimpin (pusat
maupun daerah) memberikan kontribusi bagi terciptanya
kondisi kamtibmas yang rawan dan kritis, yang tidak jarang
menimbulkan konrban warga masyarakat yagn tidak
berdosa.
- Berbagai kegagalan dalam strategi, taktik dan teknis
pengamanan lingkungan serta munculnya berbagai macam
tindak kekerasan di berbagai daerah oleh institusi dan atau
oknum aparat pengamanan telah menimbulkan penilaian
negatif bagi sistem keamanan dan pengamanan negara
yang digelar dan diselenggarakan oleh pemerintah saat ini.
- Egoisme kelompok dan elit politik yang banyak muncul akhir-
akhir ini lebih dikonsentrasikan untuk meraih kesuksesar
dana atau guna mencari dukungan ataupun memperbanyak
jumlah suara dalam pemilu 2017. Ironisnya, hal tersebut
belum dipagari dengan rambu-rambu berupa perangkat
perundang-undangan yang terbuka, jelas dan tegas. Oleh
karena itu, berbagai program pencerahan dalam rangka
meningkatkan dan meredam berbagai aksi-aksi dengan
mengerahkan masa atau gerakan dari para elite politik yang
bersifat anarkis harus segera dilakukan secara tegas,
profesional dan terbuka.
- Munculnya berbagai kebijakan nasional yang dirasakan tidak
populer bagi masyarakat telah banyak mengundang reaksi
keras yang tidak jarang dimanfaatkan oleh berbagai oposan
untuk menjatuhkan kewibawaan kepemimpinan nasional dan
menggulingkan kelangsungan pemerintah yang sah. Kondisi
tersebut tidak lain disebabkan oleh kesemrawutan sistem
politik dan sistem pemerintahan yang terkonsentrasi pada
kepentingan kelompok atau golongan tertentu.
- Berbagai institusi yang selama ini diharapkan dapat menjadi
penampung dan penyalur aspirasi keluhan masyarakat
ternyata belum mampu berfungsi dengan baik dan benar.
Sehingga kondisi tersebut memicu masyarakat untuk
menyalurkan aspirasi dan keluhannya melalui cara-cara
anarkis atau dengan model pengerahan masa.
b) Kondisi eksternal
Kondisi ekternal sering kali muncul dari adanya perubahan
ditataran lingkungan global. Hal ini dapat diidentifikasi dari
beberapa hal berikut :
- Kesepakatan masyarakat internasional dalam mewujudkan
perdagangan bebas telah memunculkan berbagai kebijakan
di tataran pemerintah dalam negeri. Imbasnya, masyarakat
yang merasa negaranya atau dirinya kurang siap akan
kebijakan tersebut menjadi khawatir dimana suatu saat
negaranya akan dijadikan sebagai pusat eksploitasi oleh
negara-negara kaya yang lebih siap segalanya.
- Wacana proses pembentukan iklim demokrasi, transparansi,
dan anti- terorisme dalam tataran kehidupan masyarakat
internasional telah dimaknai dengan berbagai pengertian.
Hal tersebut memunculkan gejolak tersendiri lantaran
adanya proses antisipasi dari munculnya kebijakn tersebut
yang dinilai akan mengganggu sistem keamanan Negara
Peran dan Fungsi Secara Mandiri Polri dalam Menciptakan
Kamtibmas
Ketetapan MPR RI Nomor VII Tahun 2000 menyatakan bahwa :
Kepolisian Negara Republik Indonesia merupakan Alat Negara yang
berperan dalam memelihara Keamanan dan Ketertiban Masyarakat,
Menegakkan Hukum, Memberikan Pengayoman, dan Pelayanan Kepada
Masyarakat. Disamping itu, dalam kehidupan politik, Polri dituntut untuk
bersikap netral dan tidak boleh melibatkan diri dalam kegiatan politik
praktis.
Sesuai dengan Ketetapan MPR RI tersebut, maupun berdasar
pada Undang-undang RI Nomor 12 Tahun 2003 tentang pemilu,
ditentukan bahwa Polri tidak menggunakan hak memilih dan dipilih. Oleh
karena itu, keberadaan maupun peran dan fungsi Polri dalam Pemilu 2017
harus dapat diprioritaskan dan difokuskan untuk melakukan berbagai
peran dan tugasnya sebagai Alat Negara Pembina Keamanan dan
Ketertiban Masyarakat (Binkamtibmas), Penegak Hukum (Aparat
Gakkum) maupun Aparat Pengayom, Pelindung dan Pelayan Masyarakat.
Disamping itu, disadari bersama bahwaannya Pemilu 2017 dapat
menjadi pesta demokrasi Indonesia dan juga menjadi media guna
membangun kemampuan politis menuju Indonesia Baru (lebih maju
secara ekonomi dan lebih sejahtera). Berkaitan dengan hal tersebut, maka
dalam proses penyelenggaraan Pemilu 2017, perlu secara prioritas
dilakukan penataan dan peningkatan kinerja Polri secara profesional
dengan mendasarkan pada kultur maupun tata kehidupan masyarakat
Indonesia serta sistem hukum nasional.
Polri sebagai lembaga kepolisian nasional pada hakekatnya
mempunyai struktur organisasi yang disusun secara berjenjang dari pusat
sampai daerah. Dalam hal ini manajemen otonomi daerah yang
mengedepankan aspek desentralisasi pada pelaksanaan peran dan fungsi
Polri pada Pemilu 2017, secara formal tidak dapat diterapkan karena
komando, petunjuk maupun wacana pelaksanaan peran dan fungsi Polri
di daerah tetap harus mengacu pada pedoman dari berbagai piranti yang
dikeluarkan atau ditentukan oleh organisasi Polri di tingkat pusat (Mabes
Polri).
Dilain pihak, pada pelaksanaan Pemilu 2017 ini nantinya akan
terjadi dua bentuk pemilihan yaitu memilih para anggota legislatif dan
memilih presiden dan wakil presiden dalam tenggat waktu yang hampir
bersamaan. Sehingga, makna Polri Dibawah Naungan Presiden harus
diartikan sebagai pemangku kepentingan pengamanan yang lebih
bertanggungjawab secara luas dalam menciptakan kemanan nasional.

Peran Fungsi Polri dalam Tugas Pokok Mendukung


Operasional dan Kesatuan
Keberadaan maupun wujud dari pelaksanaan peran dan fungsi
Polri dalam proses Pemilu 2017 pada hakekatnya dapat diwujudkan
dalam beberapa bentuk :
1. Polri sebagai aparat negara yang sekaligus merupakan sub sistem
pemerintahan dituntut untuk berperan dalam pemeliharaan
kamtibmas, menegakkan hukum dan memberikan pengayoman,
perlindungan serta pelayanan kepada masyarakat
2. Polri sebagai elemen masyarakat mempunyai hak dan kewajiban
untuk berkemampuan atau berkekuatan dasar dalam suksesnya
pelaksanaan peran dan tugasnya.
3. Polri merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan
nasional lantaran Polri sendirin merupakan anak bangsa. Untuk itu,
Polri dituntut mampu berwawasan nusantara dan berwacana
demokrasi serta globalisasi dalam pelaksanaan peran dan
fungsinya.
4. Polri sebagai warga negara Indonesia memiliki hak dan kewajiban
tanggungjawab menentukan arah kebijakan nasional sesuai aturan
dan norma hukum yang diberlakukan baginya.
Untuk merealisasikan peran dan fungsinya, Polri dituntut untuk
memiliki keahlian dan keterampilan yang ditunjukkan dengan kinerja
profesional. Oleh karena itu, variabel profesionalisme polri harus
ditentukan dalam berbagai proses dan level manajemen diantaranya :
a. Membina tata perilaku dalam menjalankan profesi Polri dengan
sasaran utamanya pada upaya membagun kemampuan bidang
pembinaan maupun operasional.
b. Mewujudkan pelaksanaan peran dan tugas Polri secara optimal
melalui berbagai upaya mewujudkan visi dan misi Polri yang
telah ditentukan.
c. Memelihara dan meningkatkan etos kerja maupun kinerja Polri
melalui upaya pengembangan kemampuan yang dilakukan
melalui proses pendidikan dan pelatihan.
d. Mencipatakan dan mencari berbagai terobosan (inovasi) terbaru
untuk menggapai keberhasilan Polri yang dilakukan melalui
bermacam upaya serta kesempatan yang dapat diraih.
Dari variabel yang telah ditentukan tersebut, kiranya masih
harus diukur kembali atau diuji kembali dengan beberapa poin
penting pengujian diantaranya ;
a. Kemampuan dalam memantau situasi dan siklus medan
kerjanya.
b. Kemampuan untuk berkomunikasi sosial.
c. Kemampuan bermitra dengan instansi lain.
d. Kemampuan untuk menyiapkan media dan sarana
pendukung lainnya.
e. Kemampuan memanfaatkan dan mendayagunakan
ilmupengetahuan dan teknplogi (iptek), serta
f. Kemampuan me-manage pelaksanaan kerjanya secara
efektif dan efisien.
Tantangan Kesatuan Polri dalam Mengamankan Pemilu 2017
Penyelenggaraan pemilu pada tahun 2017 tentunya memiliki
perbedaan dengan pemilu - pemilu sebelumnya. Keadaan ini baik secara
langsung maupun tidak langsung juga akan membedakan penerapan
strategi maupun penyelenggaraan kemampuan Polri yang harus
didayagunakan demi kepentingan proses pengamanan penyelenggaraan
pemilu tahun 2017. Untuk itu, dalam proses pengamanan pemilu 2017 ini,
Polri bertindak sebagai :
a. Unsur pengawas dalam proses penyelenggaraan pemilu
b. Pelaksanaan pengamanan di setiap TPS-TPS
c. Pelaksanaan pengamanan dalam masa kampanye pemilu
d. Dan sebagai pihak penengah atau penyelesai konflik.
Dari tugas - tugas Polri yang diembankan dalam pemilu 2017 itulah,
ada beberapa kondisi yang perlu diperhatikan diantaranya :
a. Masih adanya daerah di Indonesia yang bermasalah dengan
intensitas konflik mendasar sehingga terasa sulit
menyelesaikan dalam waktu singkat.
b. Dampak dari daerah yang berkonflik seringkali menimbulkan
kelompok masyarakat pengungsi. Hal ini menjadi tugas dan
pekerjaan tambahan bagi Polri dalam kaitannya dengan
upaya mewujudkan kelayakan pemilu serta pemenuhan hak
sebagai warga negara dan warga masyarakat pengungsi
dalam perannya sebagai pemilih atau orang yang dipilih
dalam pemilu 2017.
c. Muncul berbagai polemik yang cenderung menimbulkan
konflik kepentingan dari berbagai pihak sehubungan dengan
penentuan daerah pemilihan. Ini umumnya berkaitan dengan
jatah perolehan kursi keanggotaan di DPR-RI
d. Pengerahan kekuatan masa oleh partai-partai politik dalam
bentuk satgas - satgas yang dilengkapi atribut - atribut
pengamanan yang tidak jarang melampaui ketentuan atau
batasan yang diberlakukan baginya.
e. Pengorganisasian kelompok preman sebagai tenaga
bantuan pengamanan pemili (Pam Swakarsa) atau sebagai
masa parta yang keadaanya cenderung sulit dikontrol.
f. Rendahnya kepercayaan masyarakat terhadap kemampuan
pemerintah, KPU maupun unsur keamanan dalam
mensukseskan pemilu 2017.
g. Rapat-rapat umum yang cenderung mengedepankan
strategi pengerahan masa saat kampanye merupakan
agenda acara yang masih dihalalkan dalam proses
kampanye 2017.
h. Tindakan kepolisian yang dilakukan oleh Polri selain harus
mengacu pada berbagai ketentuan hukum yang berlaku,
juga harus memperhatikan kondisi maupun ketentuan yang
diberlakukan secara khusus dalam penyelenggaraan pemilu
2017.
Selain kondisi diatas, ada pula beberapa hal yang perlu diantisipasi oleh
Polri diantaranya :
a. Banyaknya tekanan-tekanan politik dari berbagai pihak yang sering
melemahkan etos kerja serta kinerja Polri dalam melaksanakan
peran dan fungsinya.
b. Kesenjangan hubungan kemitraan antara Polri dengan pers
(wartawan) selama ini sering kali memberikan dampak yang tidak
sehat bagi kondisi kinerja Polri.
c. Berbagai macam kritikan dan kecaman serta bentu
ketidakpercayaan dari elemen masyarakat terhadap pelaksanaan
dan kinerja Polri (adanya penembakan terhadap oknum polisi yang
diberitakan media) menjadikan upaya dalam membentuk
masyarakat aman, tenteram dan damai yang berusaha diciptakan
oleh Polri menjadi sulit diimplementasikan.

Kemampuan dan Kondisi Polri yang Harus Dipersiapkan


Untuk menghadapi peran dan tugas Polri dalam penyelenggaraan
pemilu 2017, perlu dilakukan upanya penyiapan dan pembinaan
kemampuan Polri. Berbagai kemampuan yang secara selektif dan prioritas
harus disiapkan antara lain meliputi kemampuan berikut :
a. Sesuai keberadaan maupun peran dan tugas Polri yang
ditentukan dalam konstitusi negara, yaitu Polri harus dapat
berperan dan bertugas sebagai pengayom, pelindung,
pelayan masyarakat dan penegak hukum serta dengan
mendasari filsafat tugas kepolisian secara umum yaitu : fight
crimes (memerangi tindak kejahatan), love humanities (lebih
dekat dan mencintai masyarakat), help delinquence and
deny to jail (tidak serta merta memerangi kejahatan dengan
memasukkan semua yang bersalah kedalam penjara).
b. Menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2003 tentang
pemilu, telah dinyatakan bahwa batas dan ruang lingkup
kewenangan Polri dalam melaksanakan peran dan
fungsinya. Untuk itu, beberapa kemampuan yang perlu
dibina diantaranya :
1. Kemampuan untuk dapat melakukan dan
menyelenggarakan bermacam forum kemitraan dan
koordinasi dengan berbagi pihak.
2. Kemampuan untuk ikut serta dalam mewujudkan
peningkatan kesadaran politik masyarakat,
pengetahuan dan keterampilan dalam proses
penyelenggaraan pemilu.
3. Kemampuan untukk membangun dan membina
kemampuan pelaksanaan peran dan fungsi Polri
dalam penyelenggaraan Pemilu 2017, baik dalam
proses pengembangan kemampuan personil,
material, sistem dan metode maupun fasilitas yang
dibutuhkan dalam peelaksanaan untuk mencapai
keberhasilannya.
4. Kemampuan untuk melakukan pembinaan community
poicing maupun penyelenggaraan operasi-operasi
kepolisian guna menciptakan kondisi yang kondusif.
c. Berbagai kemampuan yang dibutuhkan guna melaksanakan
peran dan fungsi Polri dalam penyelenggaraan Pemilu 2017,
baik dalam bidang pengawasan penyelenggaraan, bidang
pengamanan kampanye dan pemungutan suara, maupun
bidang penegakan hukum dan penyelesaian masalah serta
sengketa pada proses penyelenggaraan pemilu 2017.
Saran dan Rekomendasi Tindakan
Berbagai saran dan rekomendasi tindakan untuk dapat
mewujudkan pelaksanaan peran dan fungsi Polri secara maksimal pada
proses penyelenggaraan Pemilu 2017 diantaranya :
1. Perlu diinventarisir berbagai sumber-sumber kerawanan
dalam setiap tahapan proses pemilu 2017.
2. Perlu disiapkan berbagai sistem dan metode serta
bermacam fasilitas sehingga dapat dilakukan proses
komunikasi informasi, interaksi sosial, koordinasi maupu
kerjasama dengan berbagai pihak.
3. Perlu dihilangkan berbagai kecanggungan yang diwariskan
dari stigma masa lalu dalam berbagai pelaksanaan peran
dan tugas Polri pada penyelenggaraan Pemilu 2017.
Harapannya saat ini Polri lebih dekat dan lebih
bermasyarakat.
4. Memprediksi berbagai gangguan, hambatan maupun
kendala yang mungkin bisa menjadi penghalang dalam
pelaksanaan peran dan fungsi Polri dalam pengamanan
Pemilu 2017.
5. Realisasikan kewenangan dalam melaksanakan peran
maupun fungsi Polri dalam proses Pemilu 2017 dengan
berdasar pada batasan atau rambu- rambu yang telah
ditentukan.
6. Berdayakan secara efektif keseluruhan fungsi dan institusi
serta personil pananggungjawab dan pelaksana bidang-
bidang tugas yang telah distrukturkan dalam organisasi Polri.
7. Ciptakan kepercayaan tinggi dalam diri personil maupun
unit-unit kerja dalam institusi Polri.
8. Kordinasikan dan jabarkan serta pahami secara jelas
berbagai pengertian serta makna peran, fungsi, maupun
kewenangan yang menjadi tanggungjawab Polri agar
berbagai risiko yang mungkin timbul dalam pekerjaan Polri
dapata dantisipasi secara dini (efektif) dan lebih efisien.

Anda mungkin juga menyukai