Anda di halaman 1dari 59

RAHASIA

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA


DAERAH LAMPUNG

RENCANA KONTIJENSI
“AMAN NUSA KRAKATAU 1 – 2017
MENGHADAPI KONTIJENSI KONFLIK SOSIAL TAHUN 2017
Nomor : R / Renkon / 2 / II / 2017

Bandar Lampung, / Februari 2017

RAHASIA
RAHASIA
1

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA


DAERAH LAMPUNG

RENCANA KONTIJENSI "AMAN NUSA KRAKATAU 1-2017"


TENTANG
MENGHADAPI KONTIJENSI KONFLIK SOSIAL TAHUN 2017
Nomor : R / Renkon / /11/2017

I. PENDAHULUAN.
1. Umum
a. Kehidupan bangsa Indonesia akhir-akhir ini tengah dihadapkan pada
ancaman yang berkaitan dengan mengerasnya peristiwa konflik-konflik
sosial dalam masyarakat, balk yang bersifat vertikal maupun horizontal.
Konflik-konflik sosial itu pada dasarnya merupakan implikasi dari residu
produk dari sistem kekuasaan Orde Baru yang militeristik, sentralistik,
dominatif, dan hegemonik. Sistem tersebut telah menumpas
kemerdekaan masyarakat untuk mengaktualisasikan dirinya dalam
wilayah sosial, ekonomi, politik, maupun kultural. Konflik yang ada dapat
dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa masyarakat
Indonesia dalam suatu interaksi sosial menyangkut suku, adat istiadat,
budaya, agama, keyakinan, kesenjangan sosial dalam pemanfaatan
sumber daya alam dan lain sebagainya.

b. Dari peristiwa konflik sosial yang terjadi di negara kita, pernah juga
dialami oleh Provinsi Lampung, mengingat kondisi masyarakatnya yang
majemuk dengan keanekaragaman suku, agama, ras, dan budaya serta
sumber daya alam, apalagi dengan pertumbuhan jumlah penduduknya
sekarang mencapai 9.327.445 jiwa dengan tingkat kepadatan mencapai
234 jiwa/kM2. Dalam perkembangan sampai saat ini pun masih
berpotensi untuk timbulnya konflik sosial. Sesuai data pemetaan potensi
konflik di Provinsi Lampug dalam kurun waktu dua tahun terakhir dan
saat ini masih terdapat 76 (tujuh puluh enam) titik potensi konflik yang
tersebar di lima betas kabupaten/kota.

c. Selain itu kondisi sosial yang terjadi di Wilayah hukurn Polda lampung
selama kurun waktu tahun 2016 telah diwarnai dengan berbagai
permasalahan dan persoalan sosial balk dalam bidang ekonomi dan sosial
budaya khususnya politilk, hat ini berpengaruh terhadap situasi
keamanan dan ketertiban masyarakat selama Tahun 2015 dan
kemungkinan berpengaruh pula terhadap situasi Kamtibmas Tahun 2017
yang akan datang.

RAHASIA
RAHASIA
2

d. Adapun yang menjadi sumber potensi konflik di Provinsi Lampung


tersebut dikategori menjadi potensi konflik yang bersumber dari;
permasalahan Poleksosbud; SARA; batas wilayah; masalah sumber daya
alam dan masalah Distribusi Sumber Daya Alam yang tidak seimbang.
Timbulnya potensi konflik tersebut secara umum disebabkan oleh reaksi
eskalatif dari kelompok-kelompok masyarakat terhadap suatu keadaan
yang tidak memuaskan rasa keadilan, dimana terjadi ketimpangan
pembangunan, ketidakadilan, kesenjangan sosial dan ekonomi serta
dampak dinamika kehidupan politik yang ekstrim, sehingga fenomena
konflik sosial pun terjadi di setiap tempat/wilayah di Provinsi Lampung
ini.

e. Potensi konflik yang telah dipetakan tersebut akan menjadi ancaman


apabila tidak ditanggulangi dengan baik,hal ini akan menjadi gangguan
nyata berupa konflik sosial yang mengancam sendi-sendi kehidupan.
Maka upaya Polda Lampung sebagai bagian dari pemerintahan
pengemban fungsi pemelihara di bidang keamanan dan ketertiban
masyarakat, penegak hukum, pelindung, pengayom dan pelayan
masyarakat, perlu untuk melakukan tindakan polisional untuk
menanggulangi konflik sosial, dengan langkah-langkah kontijensi yang
cepat, tepat dan terpadu.

2. Maksud dan Tujuan

a. Maksud

Penyusunan Rencana Kontijensi "Aman Nusa Krakatau 1-2017"


dimaksudkan sebagai pedoman dalam penentuan kebijakan pimpinan
dalam penanggulangan kontijensi Konflik Sosial mulai dari tahap
pencegahan, penghentian dan pemulihan pasta konflik.

b. Tujuan

1) Untuk menyamakan persepsi tentang cara bertindak dalam


menghadapi konflik sosial tahun 2017 sesuai dengan mapping
potensi konflik sosial.

2) Sebagai pedoman seluruh jajaran Polda Lampung dalam menghadapi


kontijensi konflik sosial tahun 2017.

3. Ruang Lingkup

Rencana kontijensi ini meliputi penanganan konflik sosial yang bersumber


dari:
a. Permasalahan yang berkaitan dengan politik, ekonomi, dan sosial
budaya;
b. Persetruan antar umat atau intra umat beragama, antar suku, dan antar
etnik;

RAHASIA
RAHASIA
3

c. Sengketa batas wilayah desa, kabupaten/kota, dan/atau provinsi;


d. Sengketa sumber daya alam antar masyarakat dan/atau antar
masyarakat dan pelaku usaha;
e. Distribusi Sumber Daya Alam (SDA) yang tidak seimbang dalam
masyarakat;
f. Kegiatan lain yang bersekala lokal dan nasional.

4. Tata Urut
I. PENDAHULUAN;
II. SITUASI;
III. TUGAS POKOK;
IV. PELAKSANAAN;
V. ADMINISTRASI, SARANA PRASARANA DAN ANGGARAN;
VI. KOMANDO DAN PENGENDALIAN;
VII. PENUTUP.

5. Dasar

a. Unda6g-undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang Kitab Undang-undang


Hukum Pidana;

b. Undang-Undang Darurat Nomor 12 Tahun 1951 tentang Senjata Api,


amunisi dan Bahan Peledak;

c. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang


Hukum Acara Pidana;

d. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan


Menyarnpaikan Pendapat;

e. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara


Republik Indonesia;

f. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara;

g. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional


Indonesia;

h. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2012 tentang Penanganan Konflik


Sosial;

i. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Penetapan PeraLur-ar,


Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 tahun 2014 tentang
Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Wali Kota;

j. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) Nomor 2


Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah;
RAHASIA
RAHASIA
4

k. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 tahun 2015 tentang Pedoman


Pengelolaan dan Kegiatan Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota;

l. Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 2013 tentang Penanganan Gangguan


Keamanan Dalam Negeri;

m. Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2014 tentang Penanganan Gangguan


Keamanan Dalam Negeri yang merupakan Kelanjutan dari Inpres Nomor
2 Tahun 2013;

n. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 16 Tahun


2006 tentang Pedoman Pengendalian Massa;

o. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 9 Tahun


2008 tentang Tata cara Penyelenggaraan Pelayanan, Pengamanan dan
Penanganan Perkara Penyampaian Pendapat di Muka Umum;
p. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 1 Tahun
2009 tentang Penggunaan Kekuatan Dalam Tindakan Kepolisian;
q. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 0
2009 tentang Implementasi Prinsip dan Stanclar Hak Asasi Manusia
dalam Penyelenggaraan Tugas Kepolisian Negara Republik Indonesia;
r. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 8 Tahun
2010 tentang Lintas Ganti dan Cara Bertindak Dalam Penanggulangan
Huru Hara;
s. S. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 9
Tahun 2011 tentang Manajemen Operasi Kepolisian;
t. t. Prosedur Tetap Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 1
Tahun 2010 tentang Penanggulangan Anarki;
u. Peraturan Kepala Kepolisian Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2013
tentang Pedoman Teknis Penanganan Konflik Sosial;
v. Keputusan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia No Pol
Kep/360/VI/2005 Tanggal 10 Juni 2005 tentang Grand Strategi Polri 2005
– 2025;
w. w. Keputusan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia No Pol
Kep/616/VI/2016 Tanggal 21 Juni 2016 tentang Rencana Kerja Polri T.A.
2017;
x. Rencana Kontijensi "Arran Nusa I-2017" Nomor : R/Renkon/64/I/2017
tanggal 16 Januari 2017 tentang menghadapi Kontijensi konflik sosial
tahun 2017;
y. y.Keputusan Kapolda Lampung Nomor : KEP/356/VI/2016 tanggal 28
Juni 2016 tentang Renja Polda Lampung tahun 2017;
z. Perkiraan Intelijen Kontijensi Dit Intelkam Polda Lampung Nomor
R/Kirkon-7/I/2017 tanggal 24 3anuari 2017 tentang Kesiapan
menghadapi konflik sosial di Provinsi Lampung tahun 2017.
RAHASIA
RAHASIA
5

6. Pengertian

a. Kontijensi adalah kejaclian yang muncul secara tiba-tiba yang tidak


dapat diprediksikan (unpredictable), dapat menimbulkan gangguan
Kamtibmas yang disebabkan oleh factor alam, manusia dan hewan
(Perkap Nomor 9 Tahun 2011 tentang Manajemen Operasi Kepolisian);

b. Konflik Sosial adalah perseteruan dan/atau benturan fisik dengan


kekerasan antara dua kelompok masyarakat atau lebih yang berlangsung
dalam waktu tertentu dan berdampak juga yang mengakibatkan
keticlakarnanan dan disintegrasi sosial sehingga mengganggu stabilitas
nasional dan menghambat pembangunan nasional;

c. Pedoman teknis penanganan konflik sosial adalah suatu pengkajian


kegiatan yang dilakukan secara sistimatis dan terencana dalam situasi
dan peristiwa balk sebelum, pada saat, maupun sesudah terjadi konflik
yang mencakup pencegahan konflik, penghentian konflik dan pemulihan
pasca konflik;

d. Massa adalah sekelompok orang yang secara aktif dan konsisten


mengikuti setiap gerakan yang diarahkan oleh pimpinan massa tanpa
mengindahkan seruan ataupun perintah dari pihak lain;

e. Konsdntrasi massa adalah pemusatan perhatian dan kekuatan,


sekelompok orang-orang disuatu tempat;

f. Huru-hara adalah tindakan atau perbuatan pidana yang dilakukan oleh


sekelompok massa secara Bersama-sama dengan Sengaja dan Terbuka
dalam Bentuk ancaman dan Tindakan kekerasan, yang Mengancam
Keselamatan Jiwa dan atau Harta Benda Orang Lain serta merusak
Fasilitas Umum;

g. Anarki adalah tindakan yang dilakukan dengan sengaja atau terang-


terangan oleh seseorang atau kelompok orang yang bertentangan
dengan norma hukum yang mengakibatkan kekacauan, membahayakan
keamanan umum, mengancam keselamatan jiwa dan/atau barang,
kerusakan fasilitas umum atau hak milik orang lain;

h. Asta Siap adalah kriteria kesiapan yang harus dimiliki Kesatuan Poh
meliputi delapan kesiapan yang terdirii dari: Siap Pilun, Siap Posko, Siap
Latpraops, Siap Kondisi Kamtibmas, Siap Masyarakat, Siap Kuat Pers,
Siap Sarpras, dan Siap Anggaran dalam menghadapi Kontijensi Konflik
Sosial;

i. Tindakan Kepolisian adalah Upaya paksa dan/atau tindakan lain yang


dilakukan secara bertanggung jawab menurut hukum yang berlaku untuk
mencegah, menghambat, atau menghentikan anarki atau pelaku
kejahatan lainnya yang mengancam keselamatan, atau membahayakan
jiwa raga, harta benda atau kehormatan kesusilaan, guna mewujudkan
tertib dan tegaknya hukum serta terbinanya ketentraman masyarakat;

RAHASIA
RAHASIA
6

j. Penggunaan kekuatan adalah segala upaya untuk pengerahan daya,


potensi atau kemampuan anggota polri dalam rangka melaksanakan
tindakan kepolisian untuk menanggulangi anarki;

k. Keadaan mendesak adalah batasan situasi yang dihadapi saat itu


berdasarkan tingkat kerawanan keamanan dan ketertiban masyarakat,
dinilai dalam waktu, memerlukan tindakan segera atau secepat mungkin
untuk mengatasi situasi yang berkembang, dan membahayakan yang
dapat menimbulkan korban semakin besar;

l. Tindakan tegas dan terukur adalah Serangkaian Tindakan Kepolisian


yang dilakukan oleh Anggota Polri balk perorangan maupun dalam ikatan
kesatuan secara profesional, proposional dan tanpa raguragu serta sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku;

m. Bawah Komando Operasi (BKO) adalah status satuan-satuan yang


mempunyai hubungan operasional dengan satuan atasan yang bukan
satuan atasan organik. Satuan yang menerima bawah Komando
mempunyai Wewenang Komando Opersional Terhadap satuan yang
berstatus bawah Komando;

n. Potensi gangguan (PG) adalah situasi/kondisi yang merupakan akar


masalah dan/atau factor stimulant/pencetus yang berkorelasi erat
terhadap timbulnya ambang gangguan atau gangguan keamanan dan
ketertiban masyarakat;

o. Ambang Gangguan selanjutnya disingkat AG adalah kondisi


gangguan kamtibmas yang jika dibiarkan tidak ada tindakan kepolisian
dapat meningkat menjadi gangguan nyata;

p. Gangguan Nyata selanjutnya disingkat GN adalah gangguan


keamanan berupa kejahatan atau pelanggaran yang terjadi dan
menimbulkan kerugian bagi masyarakat berupa jiwa raga ataupun harta
benda;

q. Pemerintah Daerah adalah gubernur, bupati, atau walikota, dan


perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah;

r. Kegiatan yang bersekala nasional adalahkegiatan yang dilakukan


dengan ruang lingkup antar provinsi/dalam negeri;

s. Kegiatan yang bersekla internasional adalah kegiatan yang


dilakukan oleh beberapa negara di Indonesia;

t. Eskalasi situasi adalah tahapan-tahapan langkah-langkah yang harus


dilalui untuk mengendalikan massa sesuai tahapan situasi yang terbagi
menjadi 3 yaitu :

1) Situasi damai (hijau);


2) Situasi tidak tertib (kuning);
3) Situasi melanggar hukum atau anarkis (merah)

RAHASIA
RAHASIA
7

u. Situasi hijau adalah kondisi dimana massa pengunjuk rasa masih tertib
dan teratur;

v. Situasi kuning adalah kondisi dimana massa pengunjuk rasa mulai


tidak mengindahkan himbauan petugas dan melakukan perbuatan
melanggar perturan yang berlaku;

w. Situasi merah adalah kondisi dimana massa pengunjuk rasa sudah


melakukan tindakan melawan hukum dalam bentuk pengancaman,
pencurian dengan kekerasan, pengrusakan, pembakaran, penganiayaan
berat, teror, intimidasi, penyanderaan dan lain sebagainya;

x. Kerusuhan massa adalah tindakan suatu kelompok orang minima!


sebanyak 12 (dua betas) orang yang dalam melaksanakan suatu tujuan
bersama menimbulkan suasana gangguan ketertiban umum dengan
kegaduhan dan menggunakan kekerasan Berta pengrusakan harts bends
orang lain, yang belum dianggap sebagai suatu huru hara;

y. Lintas ganti adalah peralihan kendali dari Satuan Dalmas ke Satuan


PHH berdasarkan perkembangan situasi di lapangan karena adanya
perubahan situasi dari situasi kuning menjadi situasi merah;

z. Situasi kontijensi antara lain :

1) Suatu keadaan/kondisi/kejadian/peristiwa yang tidak disukai/di luar


rencana, yang menjadi penyebab/pernicu terjadinya krisis di
masyarakat;

2) Suatu kondisi ketidakpastian, berubah dengan cepat sehingga


menimbulkan krisis/kondisi darurat;

3) Adanya suatu ketergantungan :

a) pads perubahan/ketidakpastian;
b) ditunggangi keadaan;
c) tidak mampu mengendalikan situasi/kondisi;
d) ads pihak lain yang menungangi;

4) Penyebabnya bisa dari segala aspek kehidupan (asta gastra dan


dinamikanya), yang bila dibiarkan cepat meletus menjadi krisis atau
dapat jugs ditimbulkan oleh suatu kejahatan.

RAHASIA
RAHASIA
8

II. SITUASI.

1. Data Sitkamtibmas

a. Data Gangguan Kamtibmas pads Tahun 2016, sebagai berikut

3uml A
No lenis Kasus
JTP PTP
1. Pembunuhan 32 32
2. Anirat 146 110
3. Penculikan 16 17
4. Curat 1.480 754
5. Curas 950 488
6. Curanmor 1.192 567
7. Perkosaan 46 31
8. Kebakaran 27 18
9. Narkotika 1.064 1.064
10. Lundup 0 0
11. Senpi / Handak 44 40
12. Judi 127 135
13. Curi Kayu 0 0
14. Kebakaran Hutan 161 115
15. Pemerasan 167 132
16. Upal 1 1
17. Lain-lain 4.715 3.262
Jumlah 10.173 6.769

b. Data potensi konflik yang ada di Provinsi Lampung tahun 2017 sebagai
berikut :
Latar belakang permasalahan
No Polres/Ta belakang Distibusi Jumlah
Poleksosbud Sara Taswil SDA
Sara SDA
1. Bandar Lampung 9 2 Taswil 11
2. Lampung Tengah 4 permasalahan
- 5
3. Lampung Selatan 18 2 SDA 1 1
Distibusi 22
4. Lampung Timur 5
SDA 3
5. Lampung Utara 2 1
5
6. Lampung Barat 5 - -
11
7. Tulang Bawang 9 - 2
8. Tanggamus 4 - - 4
9. Way Kanan 9 - 9
10. Metro 2 - - 2
11. Mesuji 5 1 6
12. Pesawaran 9 - 1 - 10
Jumlah 81 4 7 2 94

RAHASIA
RAHASIA
9

c. Berdasarkan perkembangan situasi Kamtibmas dan potensi konflik


sebagai mans di atas, maka akan membawa implikasi di bidang
keamanan dengan indikasi, sebagai berikut :
1) Kurangnya kepatuhan hokum masyarakat sehingga cenderung
main hakim sendiri;
2) Meningkatnya pelanggaran ketertiban umum dan tinclakan
anarkhis masyarakat;
3) Meningkatnya kejahatan yang berimpikasi kontinjensi;
4) Rendahnya days cegah dan tangkal masyarakat terhadap
gangguan kamtibmas;
5) Rendahnya partisipasi masyarakat dalam penanggulangan
gangguan Kamtibmas.

2. Potensi Gangguan yang bersumber dari Aspek Astra Gatra.

a. Potensi gangguan yang bersumber dari geografi

Provinsi Lampung berada pada 3045' dan 6° Lintang Selatan Berta


105015' dan 103048' Bujur Timur; di sebelah Utara berbatasan dengan
Provinsi Bengkulu dan Provinsi Sumatera Selatan, di sebelah tinlur
berbatasan dengan Laut Jawa, di sebelah Selatan dengan Selat Sunda
Sunda dan di sebelah barat dengan Samudera Indonesia. Dan menjadi
gerbang masuk/keluar Pulau Sumatra ke Jawa melalui pelabuhan laut
Bakauheni, merupakan potensi strategic yang dimiliki Propinsi Lampung,
namun sekaligus merupakan peluang terjaclinya berbagai bentuk
kerawanan-kerawanan di bidang Kamtibmas. Luas wilayahnya mencapai
35.376,50 km2 .

b. Potensi gangguan yang bersumber dari Demografi

1) Berdasarkan data BPS Tahun 2012, memiliki total jumlah penduduk


sebanyak 9.327.445 jiwa yang terdiri dari laki-laki berjumlah
4.767.712 jiwa dan wanita 4.559.733 jiwa dengan kepadatan
penduduk 234 jiwa per kM2 yang terbagi dalam lima betas wilayah
kabupaten dan kota, 213 Kecamatan dan 2,39.1 desa/kampung,
dengan rasio polisi dan jumlah penduduk 1 : 927 jiwa sebagaimana
tergambar dalam tabel berikut :
2)
Tabel 5. Demografi dan Luas Wilayah Provinsi Lampung Tahun 2012
NO KAB / KOTA IBUKOTA WAS (km2) PENDUDUK
1 2 3 4 5
1 Bandar Lampung Tanjong Karang 192,96 1.364.759
2 Lampung Barat Liwa 4950,40 439.826
3 Lampung Selatan Kalianda 2007,01 1.079.791
4 Lampung Tengah Gunung Sugih 4789,83 1,444.733
5 Lampung Timur Sukadana 4333,89 1.109.015
6 Lampung Utara Kota Bumi 2725,63 780.108
7 Metro Metro 61,79 166.452
8 Tanggamus Kota Agung 2731,61 630.992

RAHASIA
RAHASIA
10

9 Tulang Bawang Menggala 435,84 417,651


10 Mesuji Brabasan 2184,00 256,574
11 Tulang Bawang Panaragan 2110,00 26,435
12 BaratKanan
Way Blambangan 3921,63 468,843
13 Pesawaran Umpu
Gedongtataan 1173,77 516,014
14 Pringsewu Pringsewu 35.385,35 9,327.445
Jumlah 35.385,35 9.327.445

Dengan komposisi penduduk berdasarkan suku terdiri dari Lampung


32,30%, Jawa 27,60%, Sunda 8,30%, Bali 5,40%, Palembang 6,10%,
suku lainnya 25,50%. Sedangkan komposisi penduduk berdasarkan
agama ; Islam 93,6%, Khatolik 1,5%, Kristen 1,4%, Hindu 2,2% dan
Budha 1,3%.

2) Keberagaman suku bangsa dan agama penduduk yang ada selain


menjadi kekayaan sosial bagi Lampung, dan sebagian adalah
penclatang / transmigran, komposisi penduduk bersifat hetrogen dan
penyebarannya ticlak merata, terkonsentrasi pada daerahdaerah
tertentu terutama di wilayah perkotaan. Hal ini dapat dipastikan
mengundang kerawanan terhadap kriminalitas terhadap kasus-kasus
SARA dari kesenjangan sosial sangat menyolok juga sangat berpotensi
untuk timbulnya gesekan-gesekan di antara kepentingan dari masing-
masing kelompok dan suku, yang pada akhirnya berpotensi menjadi
konflik SARA.

C. Potensi gangguan yang bersumber dari sumber daya alam :


1) Kekayaan sumber daya alam yang ada di Provinsi Lampung, sangat
berpotensi untuk dimanfaatkan, diolah dan dikembangkan menjadi
komoditas yang mempunyai nilai ekonomi. Bidang perkebunan adalah
merupakan salah satu sumber daya alam yang mempunyai peranan
cukup dominan, tidak saja untuk tingkat provinsi, tetapi juga pada
tingkat nasional. Industri perkebunan provinsi Lampung mempunyai juga
lahan 3.894.158,66 ha yang dikelola oleh 68 perusahaan balk BUMN
PTPN VII maupun swasta. Industri perkebunan yang dikelola oleh BUMN
berjumlah 11 perusahaan dan yang dikelola swasta sebanyak 57
perusahaan. Adapun jenis komoditas perkebunan yang dominan di
Provinsi Lampung antara lain tebu, sawit dan karet yang merupakan
komoditas utama inclustri perkebunan di Lampung sebagaimana
tergambar dari tabel berikut :

RAHASIA
RAHASIA
11

Tabel 6. Sumber Daya Alam Komoditas Perkebunan

NO. WWILAYAH KOMODITAS


1 2 3
1 Lampung Barat Kelapa Sawit
2 Lampung Selatan Kelapa sawit, karet
3 Tanggamus Karet
4 Pringsewu Karet
5 Pesawaran Karet
6 Lampung Tengah Karet, Kelapa sawit
7 Lampung Timur Kelapa Sawit
8 Lampung Utara Kelapa sawit, karet
9 Tulang Bawang Kelapa sawit, tebu
10 Mesuji Kelapa sawit, tebu, karet
11 Tulang Bawang Barat Kelapa sawit, tebu, karet
12 Way Kanan Kelapa sawit, tebu, karet

Produksi komoditas hasil industri perkebunan terbesar di Provinsi


Lampung adalah tebu. Dari data BPS Provinsi Lampung 2012, tercatat
produksi hasil tebu menghasilkan 744.212 ton gula yang artinya bahwa
Lampung menyumbang lebih dari 30% dari produksi gula nasional.

2) Kondisi sumber daya alam di provinsi lampung selain merupakan potensi


bagi pemasukan PAD juga devisa Negara dan peningkatan perekonomian
rakyat, apabila tidak clikelola dan diamankan dengan baik, juga
merupakan kerawanan, berupa:

a) Kebijakan otonomi daerah yang memberikan porsi lebih besar kepada


daerah untuk mengelola sumber daya alam yang ada di daerah, telah
disalahartikan sebagai kebebasan untuk dapat memanfaatkan sumber
daya alam tambang dengan tanpa memperhatikan peraturan
perundangundangan Berta dampak lingkungan hidup;

b) Terjadinya eksploitasi secara illegal, baik berupa illegal logging, illegal


mining dan illegal fishing yang dapat merupakan kekayaan Negara
dan menyebabkan terjaclinya pencemaran lingkungan;

c) Penyimpangan dalam pengelolaan sumber daya alam yang


menimbulkan kerugian Negara;

d) Kerusakan ekosistem lingkungan hidup yang dapat menibulkan


bencana alam;

e) Persengketaan pengelolaan lahan yang dapat menimbulkan konflik


horizontal maupun vertical.

RAHASIA
RAHASIA
12

d. Potensi gangguan yang bersumber dari Ideologi :

1) Bergulirnya isu kebebasan HAM dan kebebasan berdemokrasi termasuk


kebebasan seseorang dalam menganut ideologi, berakibat kepada
berkembangnya wacana, diskusi, penyebaran paham/ ideologi,
berakibat kepada berkembangnya wacana, diskusi, penyebaran paham/
ideologi lain selain Pancasila (liberalisme, komunisme, syariat Islam dan
ideologi lain) dalam bentuk pertemuan terbuka maupun melalui mass
media. Kondisi tersebut menganclung kerawanan terhadap eksistensi
Pancasila serta akan mengundang reaksi masyarakat yang dapat
menyebabkan timbulnya konflik horizontal;

2) Secara formal dan pada umumnya masyarakat Lampung telah


menyaclari bahwasanya Pancasila merupakan pandangan hidup dan
falsafah negara, namun belum secara total dihayati dan diamalkan
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Hal ini
tampak dari masih adanya sebagian kecil masyarakat Lampung yang
beraliran fundamentalis Islam dan ajaran sempit serta radikalisme yang
telah mencantumkan Islam sebagai ideologi kelompoknya dan berusaha
memperjuangkan Islam sebagai ideologi negara sebagaimana masih
adanya issu terkait keberaclaan NII di Lampung dan kedapatan anggota
Eks Gafatar masyarakat lampung berada di Kalimantan Barat. 3uga
ticlak kalah pentingnya adalah adanya upaya-upaya untuk
menghidupkan ideologi komunisme dengan seolah-olah mengedepankan
kepentingan rakyat dan kaum miskin;

3) Sisa-sisa G.30 S/PKI yang mencair dalam kehidupan masyarakat akan


memanfaatkan segala celah dan kesenjangan yang terjadi untuk
dijadikan wahana dan munculnya kembali ideologi komunis di Indonesia
dalam bentuk baru atau dalam komunisme WSW maupun aliran ekstrim
kiri baru (New Left) yang radikal;

4) Kewaspadaan terhadap kegiatan ekstrim kiri, ekstrim kanan dan ekstrim


lainnya yang dapat mengakibatkan timbulnya ketegangan sosial dan
antar umat beragama serta stabilitas keamanan secara keseluruhan.

e. Potensi gangguan yang bersumber dari sosial politik dan hukum

1) Sistem Politik

a) Pada tahun 2017 akan ada kegiatan Pelantikan paslon pemenang


Pemilu Kada Kabupaten / Kota secara serentak, yang secara
langsung dipilih oleh masyarakat yaitu suksesi pemilihan Wali Kota
dan Wakil wall Kota, Bupati dan Wakil Bupati yang akan
mempengaruhi perkembangan eskalasi politik dan situasi karntibmas
di wilayah hukum Polda Lampung;

RAHASIA
RAHASIA
13

b) Mengalirnya aspirasi politik rakyat yang senantiasa berkembang


yang disalurkan melalui Pemilu dalam setiap kesempatan
pemilihan/pergantian pejabat pemerintah/Wakil rakyat menghendaki
calon yang diunggulkan dari putra daerah untuk dapat tampil dan
duduk sebagai pejabat wakil rakyat dan Pemerintah baik secara
etnis maupun secara agama yang bersifat primordialisme ;

c) Tuntutan masyarakat tentang kebutuhan pelayanan masyarakat


yang lebih baik sejalan dengan kualitas dan keberhasilan
pembangunan mendorong aparat pemerintah untuk lebih
meningkatkan kemampuan profesionalisme, intelektual dan
pengabdian yang tinggi.

2) Proses Politik

a) Dengan kondisi proses politik yang diwarnai oleh menguatnya


dominasi Dewan Pengurus Pusat Parpol terhadap wakil rakyat
maupun elite politik, kondisi tersebut menyebabkan asas mufakat
yang merupakan amanat Pembukaan UUD 1945 semakin terabaikan,
yang menimbulkan ketidakpuasan pengurus Parpol di daerah
terhadap pengurus Parpol pusat, sehingga berpotensi munculnya
konflik sosial;+

b) Pada tahun 2017 kegiatan politik akan semakin meningkalk karena


adanya rangkaian kegiatan pelantikan paslon Pemilukada di
beberapa daerah, yaitu Pemilukada pads 5 kabupaten antara
lain Kab Tulang Bawang, Kab Tulang Bawang Barat, Kab
Mesuji, Kab Pringsewu, dan Kab Pesisir Barat, kondisi ini akan
berdampak terhadap memanasnya suhu politik di Provinsi Lampung,
sehingga akan menimbulkan adanya tindakan intimidasi maupun
pemaksaan kehendak terhadap masyarakat yang dilakukan oleh
kelompok berkepentingan, disamping itu akan terjadi peningkatan
dalam kegiatan pengerahan maupun mobilitas massa yang akan
berdampak terjadinya gesekangesekan akibat adanya perbedaan
kepentingan yang dapat menimbulkan gangguan keamanan.

3) Budaya politik

Kondisi budaya politik yang belum sesuai dengan demokrasi yang


benar, berpotensi menimbulkan gangguan, yang disebabkan :

RAHASIA
RAHASIA
14

a) Adanya kelompok yang tidak siap kalah, tetapi hanya siap menang
dalam pertarungan politik;

b) Peran media massa balk cetak maupun elektronika dan kebebasan


pees tumbuh dan berkembang, namun belum diimbangi oleh
tanggung jawab sesuai etika jurnalistik, sehingga mengarah kepada
kebebasan tanpa batas dan tidak bertanggung jawab terhadap
akibat pemberitaan. Media massa masih mengutamakan
kepentingan keuntungan ekonomi dibandingkan resiko sosial politik
yang mengarah kepada gangguan kamtibmas;

c) Melakukan kegiatan black campaign. Dengan menyebarkan issu


untuk menjatuhkan lawan politik yang menggunakan berbagai
macam cars.

4) Masalah Kebangsaan

Kondisi kebangsaan masih akan dihadapi pada fenomena kurangnya


pemahaman wawasan kebangsaan, nasionalisme dan patriotisme,
sehingga berpotensi terjadinya berbagai bentuk kerawanan berupa
perpecahan/konflik dan menurunnya rasa cinta pada tanah air.

f. Potensi Gangguan Yang Bersumber Dari Sosial Ekonomi :

1) Kurangnya pemahaman sekelompok masyarakat tertentu tentang


kebijakan Otonomi Daerah yang memberikan porsi lebih besar kepada
daerah untuk mengelola sumber daya alam yang ada di daerahnya,
telah disalahartikan sebagai kebebasan untuk dapat memanfaatkan
sumber daya alam dengan tanpa memperhatikan peraturan perundang-
undangan serta dampak lingkungan hidup. Berakibat terjadinya
berbagai kasus illegal mining (penambangan tanpa izin) serta
pengrusakan lingkungan hidup (tidak melaksanakan reklamasi) yang
dapat menimbulkan bencana alam tanah longsor dan banjir;

2) Kebijakan pernerinLah untuk mengimpor bet-as, gula, daging dan


kebutuhan pokok lainnya telah menimbulkan komplain dart petani dan
masyarakat. Di lain pihak kondisi tersebut mengundang para pengusaha
importir komoditi tersebut, untuk bersaing secara ticlak sehat dan
melakukan kegiatan illegal yang berpotensi menimbulkan berbagai
permasalahan antara lain terjadinya kolusi, korupsi dan nepotisme serta
adanya daging impor yang ticlak layak konsumsi karena mengandung
penyakit;

3) Kurang tertibnya sistem distribusi BBM oleh Pertamina serta adanya


para spekulan perdagangan . BBM, berakibat terjadinya kelangkaan BBM
yang dapat berimplikasi terhadap gangguan kamtibmas;

RAHASIA
RAHASIA
15

4) Diberlakukannya pasar bebas AFTA akan berakibat membanjirnya


produk impor yang lebih murah di pasar dalam negeri. Selanjutnya
apabila pasar dalam negeri tidak mampu bersaing dengan barangbarang
import tersebut akan menyebabkan menurunnya daya jual produk
dalam negeri, yang dapat memicu timbuinya protes, sehingga
berpotensi terjadinya konflik;

5) Dengan tingginya angka pertumbuhan hypermart (pusat perbelanjaan),


balk di perkotaan maupun daerah pinggiran telah mematikan sentra-
sentra ekonomi masyarakat kecil seperti pasar tradisional, yang dapat
menimbulkan persaingan tidak sehat, sehingga akan dapat memicu
timbulnya gangguan;

6) Sempitnya lapangan pekerjaan ditambah dengan beragamnya masalah


tenaga kerja yang belum teratasi, cenderung masih akan dihadapi serta
berpotensi menimbulkan gangguan antara lain :

a) Masalah PHK;
b) Masalah UMR;
c) Masalah pesangon dan kesejahteraan pekerja serta upaya
penghapusan outsourching;
d) Masalah TKI;
e) dan lain-lain.

7) Selain itu masih Bering terjadinya berbagai bentuk gangguan kamtibmas


yang mengganggu stabilitas keamanan, dapat menyebabkan para
investor asing mengalihkan investasinya ke negara lain. Kondisi ini dapat
menyebabkan terganggunya program investasi yang telah dicanangkan
Pemerintah, yang akhirnya mengganggu kelancaran pembangunan,
yang pada akhirnya merupakan potensi untuk menimbulkan terjadinya
konflik sosial.

g. Potensi gangguan yang bersumber dari sosial budaya

1) Agama

Dengan diberlakukannya Surat Keputusan Bersama Dua Menteri antara


Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Tahun 2006 tentang
Pendirian Tempat Ibadah (penutupan sejumlah tempat ibadah yang
dinilai tidak memperoleh izin), telah menimbulkan kontroversi di
masyarakat. Perbedaan penafsiran tersebut dapat mengakibatkan
konflik antar penganut agama, yang merupakan potensi bagi timbulnya
gangguan Kamtibmas. Dengan munculnya aliran-aliran yang
menyimpang dan akan merubah ideologi, meliputi : Ahmadiyah, Negara
Islam Indonesia (NII). Apabila aliran-aliran tersebut terns berupaya

RAHASIA
RAHASIA
16

mengembangkan fahamnvl tanpa mampu dicegah pemerintah dan


masyarakat, maka berpotensi menimbulkan berbagai bentuk ancaman
gangguan dan hambatan dalam menjaga stabilitas kamtibmas.

2) Kesehatan

Penanganan dan pelayanan kesehatan yang masih jauh dari harapan,


yang pada gilirannya berimplikasi terhadap stabilitas Kamtibmas.

3) Adat dan Budaya

Masyarakat Lampung sejak adanya Program Kolonisasi, transmigrasi dan


migrasi swa ka rsa serta dampak negatif globalisasi akan mengakibatkan
terjadinya perubahan perilaku dan perubahan sosial masyarakat
Lampung baik yang kearah positif maupun kearah yang negatif,
sehingga dapat timbulnya adanya kesenjangan sosial disamping itu juga
dapat meningkatnya berbagai gangguan Kamtibmas dari kasus yang
terjadi berupa ; Konvensional, transnasional, kekayaan Negara dan
kontijensi sebagai contoh ; pelanggaran lalu lintas, kasus-kasus
kesusilaan, pencurian, perusakan, perkelahian antar warga,
premanisme, penyalahgunaan narkoba, kerusuhan massa dan lain-lain.
Keragaman etnis, agama, suku dan ras selain merupakan aset bangsa,
apabila pemerintah kurang mempertimbangkan kepentingan dari setiap
fenomena dalam perbeclaan tersebut, merupakan potensi bagi
terjadinya konflik.

4) Pendidikan

Pengelolaan pembangunan sektor pendidikan yang kurang terencana


dengan baik dan kurangnya pengawasan, dapat menimbulkan berbagai
kasus berkaitan dengan pendidikan, antara lain :

a) Kasus ijazah palsu;


b) Masalah ujian akhir nasional;
c) Masalah gelar kesarjanaan dari lembaga pendidikan yang tidak
memenuhi syarat;
d) Penyimpangan dalam penyaluran dana subsidi Bantuan Operasional
Sekolah (BOS);
e) Penolakan terhadap undang-undang Badan Hukum Pendidikan (BHP)
oleh berbagai elemen masyarakat terutama mahasiswa akan
menyebabkan kekecewaan Berta ketidakpercayaan kepada
Pemerintah yang berpotensi terjadinya gangguan Kamtibmas.

RAHASIA
RAHASIA
17

5) Pertanahan

Penertiban surat tanah/sertifikat ganda oleh Badan Pertanahan


Nasional, atau Pemerintah Daerah setempat kepada beberapa pemilik
baik perorangan maupun Perusahaan, menimbulkan sengketa tanah
yang berdampak terjadinya konflik horizontal dan vertikal. Penyelesaian
sengketa tanah yang berlarut-larut berpotensi terhadap terjadinya
gangguan kamtibmas berupa pencluclukan tanah oleh massa, pencurian
hasil kebun milik perusahaan pada saat panen oleh masyarakat,
pembakaran/pengrusakan asset perusahaan, sampai dengan terjadinya
penganiayaan atau pembunuhan.

h. Potensi gangguan yang bersumber dari keamanan :

1) Permasalahan-permasalahan di bidang keamanan yang berpotensi


menimbulkan gangguan keamanan, meliputi

a) Tingkat kepatuhan dan disiplin masyarakat terhadap hukum yang


masih rendah, sehingga pelanggaran hukum dianggap hal yang
biasa dan adanya kecenderungan dalam menangani masalah
keamanan, masyarakat bertindak main hakim sendiri;

b) Sebagian masyarakat menganggap bahwa masalah keamanan


segalanya dapat diatur dan ditentukan adat setempat, sehingga
penerapan hukum positif menjadi kurang maksimal;

c) Rendahnya sanksi hukum terhadap pelaku kejahatan/pelanggaran,


tidak menimbulkan efek jera bagi para pelaku;

d) Tingkat pemahaman tentang keamanan dan kesadaran hukum


masyarakat yang masih relatif rendah;

e) Berbagai permasalahan yang dihadapi masyarakat, baik


permasalahan yang bersumber dari kondisi sosial politik, sosial
ekonomi maupuns sosial budaya, yang berdampak pada masalah
keamanan.

2) Perkelahian antar suku

Adanya perbedaan kultur, kecemburuan sosial dan perasaan dendam


yang berlebihan adalah merupakan penyebab terjadinya perkelahian
antar suku. Apabila pertikaian antar suku tidak ditanggulangi dengan
balk dikhawatirkan dapat memicu timbulnya konflik horizontal yang
berpengaruh terhadap stabilitas nasional.

RAHASIA
RAHASIA
18

3) Perkelahian antar kelompok

Kasus perkelahian antar kelompok/kampung yang clisebauka,, karena


rasa soliclaritas kesukuan yang sempit adanya perasaan dendam dapat
mengganggu keamanan dan ketertiban masyarakat.

4) Bentrok Intern Umat seagama dan antara umat agama lain

Konflik/bentrokan antara umat beragama berkembang seiring dengan


kebebasan melakukan ibadah agama. Penyebab konflik tersebut antara
lain disebabkan oleh perdiriran rumah ibadah yang menclapat
Penolakan/Protes dari Masyarakat Lingkungan, adanya KQgiatan aliran
agama yang berbeda dan dilarang oleh MUI, dan lain-lain.

i. Berclasarkan perkiraan Intelijen Polda Lampung tahun 2017, wilayah


Provinsi Lampung cliperkirakan akan terjadi konflik sosial yang akan
mengakibatkan perubahan situasi dan kondisi dan pada akhirn,,!-,, memicu
terjadinya kontinjensi, antara lain:

1) konflik antar suku di daerah; Lampung Selatan, Bandar Lampung,


Lampung Utara, Lampung Timur, Lampung Tengah, Lampung Barat,
Metro, Tanggamus, Way Kanan, Pringsewu, Pesawaran, Tulang Bawang,
Tulang Bawang Barat, dan Mesuji;

2) konflik antar agama di daerah; Tanggamus, Lampung Timur, Lampung


Tengah dan Bandar Lampung;

3) konflik perebutan lahan pertanian dan pertambangan antara masyarakat


dengan pemilik modal, di daerah; Mesuji, Tulang Bawang, Tulang
Bawang Barat, Lampung Barat, Lampung Utara, Lampung Tengah dan
Lampung Selatan.

RAHASIA
RAHASIA
19

III. TUGAS POKOK.

Polda Lampung beserta jajarannya dengan Perbantuan Unsur TNI serta


Pemerintahan Daerah melaksanakan Operasi Kontijensi ""Arran Nusa
Krakatau 1-2017" yang dilaksanakan sepanjang Tahun 2017 diseluruh
Provinsi Lampung dengan mengedepankan kegiatan preventif, didukung
kegiatan deteksi dan penegakan hukum secara tegas sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku dalm rangka Penanganan Konflik Sosial
Tahun 2017, guns menciptakan stabilitas kamtibmas yang kondusif.

IV. PELAKSANAAN.

1. Tujuan dan Sasaran

a. Tujuan

1) Memelihara kondisi damai dan harmonis dalam hubungan sosial


kemasyarakatan;
2) Menciptakan kehidupan masyarakat yang aman, tenteram, damai, dan
sejahtera;
3) Melindungi jiwa, harts bends masyarakat, serta sarana dan Prasarana
Umum;
4) Memulihkan situasi Kamtibmas, Kondisi fisik dan Mental Masyarakat
serta Sarana dan Prasarana Umum;
5) Memelihara keberlangsungan fungsi pemerintahan dan
pembangunan Provinsi Lampung.

b. Sasaran

1) Potensi Gangguan

a) Was wilayah dan jumlah penduduk yang besar;


b) Kcbcragamon adat istiadat, agama, baha,-d don karakter
masyarakat;
c) Sumber days slam dan lingkungan hidup;
d) Faham radikalisme, fundamentalis, sosialis dan liberalisme;
e) Strata/lapisan sosial di masyarakat;
f) Perubahan mind set masyarakat terhadap kebebasan
berpendapat;
g) Pemilukada;
h) Kehidupan berdemokrasi;
i) Ketidakpercayaan terhadap pemerintah.

2) Ambang Gangguan

a) Permasalahan Pemilukada;
b) Permasalahan sumber daya alam;
c) Permasalahan batas wilayah;

RAHASIA
RAHASIA
20

d) Permasalahan pembangunan tempat ibadah, perbedaan aliran


keagamaan/kepercayaan/faham;
e) Permasalahan ketidakpuasan masyarakat terhadap pemerintahan.

3) Gangguan Nyata

a) Konflik antar kampung;


b) Konflik antar/intraumat beragama;
c) Konflik antar masyarakat.

c. Target

1) Manusia/orang

a) Pelaku balk perorangan maupun kelompok massa yang


melakukan bentrok, kerusuhan dan tindakan anarkis;

b) Pejabat pemerintah daerah atau pusat serta pejabat instansi


pemerintah daerah dan pusat yang menjadi objek sasaran konflik
sosial;

c) Masyarakat yang melakukan aktivitas di sekitar tempat kejadian


konflik sosial;

2) Tempat/lokasi

a) Lokasi gedung-gedung simbol kenegara

1) Kantor Gubernur dan Bupati/ Walikota;


2) Kantor DPRD Prov dan Kabupaten/Kota;
3) Kantor Dinas Instansi;
4) Rumah Dinas Gubernur dan Bupati/Walikota;
5) Rumah Dinas Pejabat Provinsi dan Kabupaten;

b) Lokasi objek vital

1) Kantor-kantor pemerintah daerah


2) PLN;
3) PDAM;
4) Depo Pertamina/SPBU;
5) Dan lain-lain.

c) Lokasi proyek-proyek vital baik nasional, Provinsi maupun


Kabupaten/Kota :

1) Kantor/Proyek pertambangan emas, batubara, intan, minyak


dan lain-lain;
2) Kantor/Proyek perkebunan BUMN/Swasta;

RAHASIA
RAHASIA
21

3) Dan lain-lain.

d) Lokasi sentra industri dan perdagangan baik Provinsi maupun


Kabupaten/Kota :

1) Kawasan Industri;
2) Kawasan Pabrik dan Home industry;
3) Dan lain-lain;

e) Tempat / lokasi lainnya yang menjadi sasaran unjuk rasa;

3) Barang / benda
a) Setiap barang/benda yang berada di sekitar tempat kejadian
konflik Sosial, unjuk rasa dan rusuh massa (rumah, kendaraan
bermotor baik roda empat maupun roda dua), serta
barang/benda yang clipergunakan sebagai alat untuk melakuan
Tindakan Anarkis;
b) Setiap barang/benda yang berkaitan kerusuhan massa.

4) Kegiatan:

a) Peringatan hari besar internasional:

1) Peringatan Valentine Day (14 Februari);


2) Peringatan hari bumf (22 April);
3) Peringatan hari Buruh internasional (1 Mei);
4) Peringatan hari Anti Korupsi sedunia (9 Desember);
5) Peringatan hari HAM sedunia (10 Desember);
6) Peringatan hari Madat/Narkoba sedunia (26 juni);
7) Peringatan hari Pangan sedunia (1 Oktober);

b) Peringatan hari besar nasional : (1) Hari-hari besar keagamaan:

1) Hari Raya Idul Fitri (1 Syawal);


a) Hari Raya Idul Adha (10 Dzulhijah);
b) Tahun barn Islam/Hijriah (1 Muharam);
c) Hari Natal (25 Desember);
d) Tahhun Baru (1 Januari);
e) Hari Raya Nyepi;
f) Hari Raya Waisak;
g) Hari Imlek (Tahun Baru China);

2) Hari Pendidikan Nasional (2 Mei);


3) Hari Kebangkitan Nasional (20 Mei);

RAHASIA
RAHASIA
22

4) Hari Proklamasi Kemerdekaan (17 Agustus);


5) Hari Olahraga Nasional (9 September);
6) Hari Kesaktian Pancasila (1 Oktober);
7) Hari Santri Nasional (22 Oktober);
8) Hari Sumpah Pemuda (28 Oktober);
9) Hari Pahlawan (10 November);
10)Hari Nusantara (13 Desember);

c) Agenda kegiatan Pemerintah (Pusat/Daerah) :


1) Sidang-sidang/Konferensi yang dihadiri Pejabat
Negara/Menteri Negara-negara Asing/Sahabat;
2) Sidang-sidang DPR/DPD/MPR;
3) Sidang-sidang yang dihadiri Pejabat Negara;
4) Sidang DPRD Provinsi/Kabupaten/Kota;

d) Agenda Kegiatan Partai Politik, dan Ormas


1) Peringatan HUT Parpol/Ormas;
2) Peringatan Peristiwa Penyerangan Kantor PDIP/Kudatuli (27
Juli);
3) Milad Ormas Keagamaan dan Ormas-ormas Lainnya;

e) Hari Peringatan peristiwa pelanggaran HAM


1) Supersemar (11 Maret);
2) Kasus Trisakti (12 Mei);
3) Runtuhnya Order Baru (20 Mei);
4) Peristiwa Tanjung Priok (12 September);
5) Peristiwa Semanggi II (24 September);
6) Peristiwa Semanggi I (13 November);

f) Hari peringatan peristiwa tragedi Nasional


1) Tragedi Malari (15 Januari);
2) Tragedi Bom Bali (12 Oktober);
3) Peristiwa/tragedi Tsunami di Aceh (26 December).
4) Daerah Operasi Kontinjensi
RAHASIA
RAHASIA
23

2. Daerah operasi kontinjensi


Daerah operasi kontinjensi konflik social digelar diseluruh wilayah hukum
Polda Lampung dengan identifikasi konflik dapat digambarkan, sebagai
berikut :

3. Cara Bertindak

a) Kasatgas Preemtif

Dipimpin oleh Dir Intelkam terdiri dari

1) Subsatgas Intelkam

a) Melaksanakan kegiatan fungsi intelijen meliputi tindakan


penyelidikan, pengamanan, penggalangan dengan langkah-
langkah deteksi, identifikasi dan penilaian dalam rangka
penajaman target operasi terhadap pelaku kerusuhan dar,
memetakan (mapping) terhadap objek yang akan diperkirakan
menjadi lokasi kerusuhan massa, huru-hara dan penjarahan;

b) Melakukan deteksi dini untuk mengetahui pimpinan dan jumlah


massa pengikutnya, isu yang dipersoalkan, arch pergerakan
massa, perusuh dan aktor intelektual dan dokumen-dokumen /
peralatan yang digunakan;

c) Melakukan kegiatan penggalangan terhadap pimpinan kelompok


untuk selalu berlaku sopan, tertib dan tidak melakukan tindakan
anarkis dan melawan hukum pada saat melaksanakan aksinya
serta pengurangan terhadap massa yang akan dilibatkan
sehingga massa yang digerakkan tidak terlalu banyak;

2) Subsatgas Binmas

1) Melakukan kegiatan Polmas dengan memberi bimbingan dan


penyuluhan terhadap kelompok sadar Kamtibmas yang telah
dibina untuk tidak terpengaruh dan ikut kegiatan aksi unjuk

2) Menghimbau dan memberi pencerahan kepada masyarakat


agar melakukan pengamanan swakarsa di lingkungan kerja
instansi pernerintah maupun swasta dan pemukiman;

3) Potensi masyarakat yang telah terbentuk diarahkan untuk


mendukung pemulihan stabilitas Kamtibmas guna menjamin
terciptanya situasi yang kondusif;

4) Kuasai peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar


terhadap permasalahan yang sedang disengketakan;

RAHASIA
RAHASIA
24

5) Kumpulkan informasi sebanyak mungkin tentang karakter


massa serta kuasai akar permasalahan yang sedang
disengketakan sehingga ada bahan untuk mencari solusi
terhadap permasalahan tersebut;

6) Menentukan agenda yang akan dibicarakan dan strategi yang


akan digunakan sebelum negosiasi dilaksanakan;

7) Melakukan pendekatan dan koordinasi serta mengajak


pimpinan kelompok, organisasi/LSM dan tokoh masyarakat
setempat untuk menjadi mediator dan fasilitator terhadap
perwakilan massa kedua belah pihak sehingga dapat
mencegah terjadinya tindakan anarkis;

8) Melakukan negosiasi dengan menginformasikan untung dam


ruginya bagi massa kedua belah pihak apabila terjadi bentrok
serta menghimbau untuk menyelesaikan permasalahan
tersebut dengan jalan musyawarah;

9) Negosiator ticlak boleh terpancing emosinya oleh massa yang


dihadapi, usahakan mencari peluang ataupun telah untuk
masuk ke dalam suasana batiniah massa sehingga porses
negosiasi dapat berlangsung aman dan lancar;

10)Pastikan bahwa hasil negosiasi dapat diterima oleh kedua


belah pihak, apabila menemui jalan buntu yang disebabkan
masing-masing, maka usahakan mengulur waktu dan a,,-a:
mencari waktu lain yang tepat untuk memecahkan akar
masalah yang sedang dihadapi;

11)Mengedepankan Bhabinkamtibmas untuk secara aktif


bekerjasama dengan stakeholder dalam rangka memberikan
imbauan kamtibmas dengan melakukan kegiatan sambang
kepada Toga, Tomas dan Todat untuk mendukung
terselenggaranya kamtibmas yang kondusif;

12)-Membuat MoU/ikrar damai kepada para pihak yang bertikai


serta menurunkan para Toga, Tomas dan Toda untuk
mensosialisasikan hasil MoU damai ke seluruh pihak terkait
sehingga situasi kondisi Kamtbmas terjamin.

b) Kasatgas Preventif

Dipimpin oleh Dir Pamobvit terdiri dari

RAHASIA
RAHASIA
25

1) Subsatgas Sabhara

a) Memimpin, mengawasi dan mengendalikan pelaksanaan tugas


serta memberikan APP kepada anggota pelaksana di tingkat
Satgas Preventif;

b) Meningkatkan peran serta masyarakat dalam upaya


menumbuhkan daya cegah, daya tangkal dan daya lawan
masyarakat terhadap setiap bentuk gangguan Kamtibmas
yang terjadi di lokasi kerusuhan massa yang dapat
mengganggu kegiatan masyarakat lainnya;

c) Menyiagakan pasukan Dalmas dan pasukan kendaraan


bermotor roda dua pengurai massa beserta perlengkapannya
yang sewaktu-waktu dapat digerakkan ke lokasi kerusuhan,
massa;

d) Melaksanakan kegiatan pencegahan secara terbuka terhadap


sasaran dengan melakukan kegiatan meliputi pengaturan,
penjagaan, pengawalan, patroli di lokasi dan tempat-tempat
yang berpotensi terjadinya aksi penjarahan, perusakan dan
pembakaran;

e) Melaksanakan penyekatan di wilayah perbatasan guna


mecegah masuk / bertambahnya massa yang akan melakukan
kerusuhan massa dan penyekatan / pengaturan terhadp arus
lalu lintas, khususnya mengalihkan pengendara kendaraan
bermotor agar tidak melalui jalan menuju LewipdL kerusuhan
massa;

f) Penggelaran pasukan kendaraan bermotor roda dua pengurai


massa untuk memecah konsentrasi massa agar tidak
berkumpul disuatu tempat;

g) Melakukan negosiasi dengan kelompok massa yang


melakukan kerusuhan agar tidak melakukan tindakan anarki
sehingga dapat mengganggu kegiatan masyarakat kainnya;

h) Melakukan pemeriksaan terhadap orang dan barang yang


akan masuk ke lokasi kerusuhan;

i) Melakukan upaya paksa terhadap orang, kelompok dan

j) organisasi/LSM yang melakukan tindakan anarkis,


mengganggu dan menghambat kegiatan masyarakat sebagai
alternative terakhir apabila jalan negosiasi yang ditempuh
mengalami kendala dan kegagalan;

RAHASIA
RAHASIA
26

k) Melakukan penggelaran dan pengerahan pasukan PHH/


Dalmas untuk melaksanakan kegiatan pembubaran massa;

l) Melakukan tindakan tegas dan terukur terhadap para perusuh


yang dilaksanakan oleh PHH akan tetapi tidak terkesan bahwa
penindakan itu sebagai tindakan kekerasan;

m) Melakukan evakuasi serta perlindungan terhadap korban


kerusuhan massa;

n) Pasca Kerusuhan, ikut serta dalam rekonstruksi.

2) Subsatgas Obvit

a) Melaksanakan pengamanan secara melekat terhadap pejabat


VIP dan VVIP sehingga ticlak berimbas kepada kegiatannya;

b) Melaksanakan pemeriksaan dan pengamanan terhadap barang-


barang dan orang (yang menjadi peserta/undangan) sehingga
kegiatan berjalan dengan lancar dan tertib;

c) Melakukan penjagaan, penyekatan dan pengamanan pada


tempat-tempat fasilitas umum dan kendaraan dari tindakan
penjarahan, pencurian, perusakan dan tindakan pidana lainnya
serta senantiasa berkoordinasi dengan unsur satuan
pengamanan yang ada.

3) Subsatgas Lantas

a) Melaksanakan pengamanan rute perjalanan terhadap pejabat


VIP/VVIP pada saat keadaan Kontijensi;

b) Melaksanakan Pengawalan terhadap pejabat VIP/VVIP pada


saat keadaan kontijensi;

c) Melaksanakan Turjagwali serta pengalihan rute arus lalu lintas


bagi masyarakat pengguna jalan agar terhindar dari aksi
kerusuhan massa;

d) Pasca konflik, ikut serta dalam rekonstruksi dan memberikan


pelayanan menyangkut surat-surat kendaraan yang
musna/hilang/terbakar akibat kerusuhan;

e) Pasca konflik, koordinasi dengan instansi terkait untuk rekayasa


jalan dan pemasanagan sarpas jalan yang rusak.

RAHASIA
RAHASIA
27

c) Kasatgas Tindak

Dipimpin oleh Kasat Brimob terdiri dari

1) Subsatgas Gegana

a) Melakukan penindakan terhadap adanya ancaman terorisme;


b) Melakukan sterilisasi pada lokasi, tempat dan kegiatan;
c) Melakukan tindakan pertama TO ledakan bom.

2) Subsatgas PHH

a) Melakukan pengendalian dan penanggulangan unjuk rasa


huru-hara yang berkaitan dengan konflik sosial;

b) Melakukan pencegahan dan pengamanan akan terjadinya


gangguan Kamtibmas khususnya huru-hara;

c) Melakukan penanggulangan tindakan kerusuhan massal /


tindakan anarkisme yang dilakukan massa.

d) Kasatgas Gakkum

Dipimpin oleh Dir Reskrimum terdiri dari :

Subsatgas Reskrim

a) Melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap pars pelaku


kerusuhan dan aktor intelektual serta provokator yang terbukti
menggerakan masssa untuk melakukan tindak pidana;

b) Melakukan penanganan terhadap barang bukti dalam rangka


penyidikan dan pemberkasan perkara;

c) Melakukan penyelesaian dan penyerahan berkas perkara serta


barang bukti kepada jaksa penuntut umum dan penyerahan
tersangka dan barang bukti setelah berkas perkara dinyatakan P-
21.

e) Kasatgas Banops

Dipimpin oleh Dir Polair terdiri Bari

1) Subsatgas Kesehatan

Penggelaran personel Dokkes, fasilitas Kesehatan dan alat


Kesehatan untuk melaksanakan kegiatan kedokteran kepolisian
dan kesehatan kepolisian, antara lain untuk :

RAHASIA
RAHASIA
28

a) Kegiatan kesehatan lapangan, berupa tinclakkan pertolongan


kedaruratan medik, penyehatan lingkungan barak/
perkemahan personel dan evakuasi medik;

b) Pelayanan kesehatan, berupa upaya kesehatan promotif,


preventif, kuratif dan rehabilitatif;

c) Kegiatan kedokteran forensik dan DVI berupa olah TKP


aspek,medik, evakuasi korban meninggal, identifikasi korban
dan pemeriksaan laboratorium penunjang untuk proses
identifikasi Berta proses DVI lainnya.

2) Subsatgas Inafis

Melakukan pengungkapan identifikasi para korban konflik, dan


melakukan pengungkapan barang bukti yang ditemukan di lokasi
/ TKP konflik.

3) Subsatgas TI
1. Menggelar jaringan komunikasi balk berupa sarana dan
prasarana telekomunikasi;

2. Mengkoordinir dan mengatur pelibatan jaringan komunikasi


di luar Pold guns mendukung kelancaran tugas;

3. Memberikan bantuan teknis dibidang TI terhadap Satgas


yang terlibat.

4) Subsatgas Satwa
i
a) Melakukan sterilisasi dibantu satwa K-9 pada tempat/lokas,'
terjadinya konflik;

b) Melakukan kegiatan patroli dan penjagaan menggunakan


satwa K-9 pada tempat/lokasi terjadinya konflik;

c) Melakukan pengawalan dengan satwa K-9 apabila diperlukan


dalam pengamanan VVIP/VIP;

d) Pengendalian Massa menggunakan Satwa K-9 pads saat


tedadi konflik.

5) Subsatgas Polair

a) Melakukan pengamanan kepada masyarakat perairan yang


terlibat konflik/kerusuhan;
b) Melakukan patroli di wilayah perairan yang rawan terjadinya
konflik tau rusuh;

RAHASIA
RAHASIA
29

c) Melakukan lidik sidik TP yang terjadi di wilayah perairan;

d) Melakukan pengawalan di wilayah perairan terhadap pelaku


untuk diserahkan kepada penyidik;

e) Melakukan kegiatan SAR di wilayah perairan.

6) Subsatgas Poludara

a) Melakukan penerbangan dalam rangka deteksi dinii dan


patroli udara;

b) Melaksanakan pengejaran dari udara terhadap pelaku


kerusuhan/konflik;

c) Melaksanakan penerbangan dalam rangka SAR dan evakua,;i


medis/ambulans udara;

d) Melaksanakan penerbangan udara dalam rangka Kodal


Pimpinan;

e) Melaksanakan penerbangan dalam rangka pengawalan


terhadap pelaku kerusuhan;

f) Melaksanakan penerbangan dalam rangka transportasi


personel/pergeseran pasukan (Serpas).

7) Subsatgas Propam

a) Melakukan pengamanan materiil, bahan keterangan dan


kegiatan operasi;

b) Melakukan pengamanan dan pemantauan terhadap personel


Pold dari kemungkinan adanya keberpihakan kepada salah
satu pihak yang bertikai;

c) Melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap personel


Pold yang bertugas;

d) Meminimalisir pelanggaran personel yang bertugas di

e) Melaksanakan Wasdal terhadap anggota yang bertugas.

8) Subsatgas Humas

a) Melakukan dokumentasi terhadap orang, kegiatan / kejadian


/ peristiwa kerusuhan / konflik sosial;

RAHASIA
RAHASIA
30

b) Melakukan koordinasi pemberitaan bersama media terhadap


konflik yang terjacli;

c) Melayani setiap permintaan masyarakat kepada Polri terkait


informasi konflik sosial;

d) Melakukan publikasi yang selektif dan proporsional melalui


media massy balk cetak maupun elektronik;

e) Melakukan koordinasi hubungan antara Polri dan


Masyarakat;

f) Release kejadian secara proporsional, propesional.

9) Subsatgas Sarpras

a) Memberikan clukungan sarana dan prasarana yang


dibutuhkan personel Polri yang akan melaksanakan tugas
dalam rangka penghentian konflik sosial;

b) Memanfaatkan sarana dan prasarana yang ada pada masing-


masing fungsi terkait dalam pelaksanaan tugas penghentian
konflik sosial.

4. Penahapan

a. Tahap Persiapan :

1) Melakukan inventarisasi potensi konflik di wilayah masing-masing


yang bersumber dari :

a) Permasalahan yang berkaitan dengan politik, ekonomi, dan


social budaya;

b) Perseteruan antar umat beragama dan/atau intern umat


beragama, antar suku, dan antar etnis;
c) Sengketa batas wilayah desa, kabupaten/kota, dan/atau
Provinsi;

d) Sengketa Sumber Daya Alam antar masyarakat dan/atau antara


masyarakat dengan pelaku usaha;

e) Distribusi sumber daya alam yang tidak seimbang dalan-,


masyarakat;

2) Melakukan Pendalaman Terhadap potensi Konflik untuk mengetahui


anatomi dan akar masalah dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
RAHASIA
RAHASIA
31

a) Mengumpulkan data untuk memetakan potensi konflik;

b) Memahami karakteristik, komposisi, budaya, adat istiadat, dan


tokoh-tokoh masyarakat (elit,menengah,bawah);

c) Melakukan analisis terhadap data diatas dan permasalahan yang


muncul kepermukaan untuk menemukan akar permasalahannya;

d) Melakukan Koordinasi dengan instansi terkait sesuai dengan


potensi konflik yang akan terjadi, untuk mencari solusi dan jalan
keluar agar potensi konflik tidak berkembang menjadi konflik;

e) Membuat alternatif pemecahan konflik;

3) Membuat prioritas penanganan potensi konflik dengan cars

a) Memetakan semua potensi konflik yang terjadi di wilayah hukum


masing-masing;

b) Membuat perkiraan Khusus intelijen terhadap potensi konflik


yang ada di wilayah;

c) Melakukan analisa intelijen untuk menentukan Skala prioritas-,


potensi konflik (sangat swan, swan, dan aman),

d) Memprioritaskan penanganan potensi konflik dimulai pada bobot


kerawanan "sangat rawan".

4) Mempersiapkan delapan kesiapan Polri (Asta Siap) dalam


menghadapi kontijensi Konflik Sosial, yang meliputi

a) Siap Pilun;
b) Siap Posko;
c) Siap Latpraops;
d) Siap Kodisi Kamtibmas;
e) Siap Masyarakat;
f) Siap Kuat Pers;
g) Siap Sarpas; dan
h) Siap Anggaran.

5) Melaksanakan rapat koordinasi antar fungsi Polri maupun antar


instansi terkait, TNI dan Pemda;

6) Melaksanakan pergeseran pasukan dan peralatan pads daerah


kontijensi.

RAHASIA
RAHASIA
32

b. Tahap Pelaksanaan :

1) Tahap pencegahan konflik

a) Memelihara kondisi damai dalam masyarakat.

1) Polri bersama-sama Pemerintah Daerah (Pemda) dan


elemen masyarakat mendorong setiap warga masyarakat;

2) Mendorong dan memfasilitasi masyarakat untuk berperan


aktif dalam menyelesaikan permasalahan yang berpotensi
konflik melalui musyawarah untuk mufakat dengan tidak
melanggar hukum;

3) Memberdayakan peran media massa dan media sosial,


agar situasi damai dalam masyarakat tetap terpelihara;

4) Meningkatkan sinergi dengan instansi terkait untuk


memberikan himbauan kepada masyarakat agar tidak
melanggar hukum dan tidak melakukan kekerasan dalam
menyelesaikan masalah;

5) Melakukan penanganan setiap bentuk pelanggaran hukum


agar tidak berkembang menjadi konflik;

6) Membentuk sinergitas polisional melalui bentuk kemitraan


dalam mencegah konflik dengan instansi terkait, tokoh
adat, pemuda, agama dalam rangka menyelesaikan
masalah melalui wadah :

a) Rembug Pekon /Desa/Kelurahan dan kegiatan anjau


silau (menjalani silaturahim)

b) Forum Komunikasi Lintas Suku dan Budaya

c) Tim Terpadu Penyelesaian Konflik Perkebunan

d) Mengusulkan ke perusahaan dalam Rekrutmer


Karyawan dan Pengelolaan Satpam dengan konsep
local boy on the local job:

e) Penugasan Perwira Polda Lampung pads titik-titik


Potensi Konflik Sosial.

f) Pelaksanaan pelatihan satu atap bagi Uspika seprovinsi


Lampung yang diselengarakan di tingkat Provinsi
Lampung

RAHASIA
RAHASIA
33

b) Mengembangkan sistem penyelesaian perselisihan secara


damai, meliputi:

1) Mendorong pranata adat dan/atau pranata sosial untuk


menyelesaikan perselisihan dalam masyarakat melalui
musyawarah untuk mufakat yang hasilnya mengikat para
pihak;

2) Mengedepankan keadilan restorative dalam upaya


penyelesaian perselisihan, khususnya terhadap
pelanggaran hukum yang ringan atau kerugiannya kecil
dan/atau pelakunya anak-anak dan orang lanjut usia;

3) Penyelesaian dengan cara penegakan hukum melalui


proses peradilan merupakan langkah terakhir, apabila
langkah sebagaimana tersebut angka 1 dan 2 tidak
tercapai;

4) Memberikan keteladanan kepada masyarakat bahwa


anggota Polri tidak boleh main hakim sendin, bers1kip
sewenang-wenang dan melakukan tindak kekerasan.

c) Meredam potensi konflik, dengan cara :

1) Memberikan masukan kepada pemerintah daerah dalam


menyusun perencanaan dan pelaksanaan pembangunan
daerah;

2) Menerapkan togas pelayanan masyarakat dengan prinsip


tats kelola pemerintahan yang balk;

3) Melaksanakan FGD untuk menemukan solusi


permasalahan yang berpotensi terjadinya konflikf,

4) Proaktif dalam memediasi para pihak yang berpotensi


konflik agar tidak berkembang menjadi konflik

5) Membangun kemitraan dengan berbagai komunitas


masyarakat melalui penerapan Polmas guna mengeliminir
potensi konflik;

6) Menegakkan hukum secara tegas, tidak diskriminasi, dan


menghormati HAM.

RAHASIA
RAHASIA
34

2) Tahap penghentian konflik

a) Penghentian kekerasan fisik dilakukan dengan cara :

1) Menghentikan kekerasan fisik melalui negosiasi dengan


mengikutsertakan tokoh yang berpengaruh (agama,
pemuda, adat) serta melibatkan pranata adat dan/atau
pranata sosial;

2) Dalam hal mediasi belum mencapai kesepakatan, harus


diupayakan melalui negosiasi untuk mendapatkan hasil
yang dikehendaki;

3) Dalam hal negosiasi tidak berhasil dicapai, Polri


mengimbau kepada para pihak yang berkonflik untuk
menahan diri dan tidak melakukan perbuatan atau
tindakan yang melanggar hukum;

4) Apabila imbauan tidak dipatuhi dan kekerasan masih


berlanjut, dikeluarkan maklumat untuk diumumkan atau
disebarluaskan kepada masyarakat;

5) Menghentikan kekerasan fisik melalui penggelaran


kekuatan Polri;

6) Prosedur penggunaan kekuatan dalam tindakan Kepolisian


berpedoman pada 6 tahapan;

7) Melakukan tindakan tegas dan terukur kepada para pihak


yang berkonflik;

8) Meminimalkan korban akibat dari tindakan kepolisian;

9) Melakukan penegakan hukum terhadap para pelaku


pelanggar hukum.

b) Penyelamatan dan perlindungan terhadap korban :

1) Memberikan pertolongan dan evakuasi korban konflik


secara cepat dan tepat;

2) Melakukan identifikasi terhadap korban konflik, balk korban


meninggal dunia maupun luka-luka;

3) Membentuk posko pengaduan orang hilang akibat konflik;

4) Membantu pemerintah daerah / instansi terkait.

RAHASIA
RAHASIA
35

c) Membatasi perluasan area dan mencegah terulangnya konflik:

1) Melakukan isolasi untuk menghambat penyebaran konflik


massa;

2) Melakukan penyekatan terhadap jalur atau jalan yang


dimungkinkan untuk masuknya massa ke lokasi/daerah
konflik;

3) Mencegah terjadinya konflik susulan.

3) Tahap paska konflik

a) Kegiatan rekonsiliasi, dilakukan dengan cara:

1) Mediasi perundingan damai secara permanent

2) Memfasilitasi pemberian restitusi balk yang dilakukan oleh


pemerintah, pemda, maupun para pihak lain.

b) Kegiatan rehabilitasi, dilakukan dengan cara :

1) Pemulihan situasi keamanan dan ketertiban


masyarakat;

2) Melakukan kegiatan bakti sosial dan kesehatan pada


daerah pascakonflik;

3) Memperbanyak kegiatan-kegiatan simpatik;

c) Kegiatan rekonstruksi, dilakukan dengan cara :

1) Pengamanan kegiatan rekonstruksi yang dilakukan oleh


Pemerintah dan Pemda di daerah pascakonflik;

2) Perbaikan fingkungan tempat tinggal, fasilitas umum, dan


fasilitas sosial yang rusak;

3) Pemulihan dan penyediaan akses pendidikan, kesehatan

4) Pemulihan dan peningkatan fungsi pelayanan publik di


lingkungan dan/atau daerah pascakonflik; dan

5) Perbaikan pemulihan tempat-tempat ibadah yang rusak


akibat konflik.

RAHASIA
RAHASIA
36

c. Tahap Konsolidasi :

1) Menarik personel dari lokasi konflik dan mengecek jurnldh kekuatan


dan kelengkapan yang digunakan;

2) Melaksanakan wash up/kaji ulang terhadap pelaksanaan Operasi


Kontinjensi;

3) Menyiapkan dan menyusun laporan akhir hasil pelaksanaan Operasi


Kontinjensi;

5. Struktur Organisasi dan penjabaran tugas (terlarnpir).

6. Penggelaran kekuatan personel dan peralatan


a. Kekuatan Polda Lampung
1) Personel:

a) Unsur Pimpinan : 12 orang;


b) Staf Rendal : 7 orang;
c) Staf Setops : 6 orang;
d) Staf Pusdalops : 6 orang;
e) Satgas : 1.023 orang;

2) Satgasopsda, terdiri dari :


a) Satgas 1 :
1) Subsatgas Intelkam : 15 orang;
2) Subsatgas Binmas : 12 orang
b) Satgas 2 :

1) Subsatgas Subhara : 115 orang;


2) Subsatgas Pamobvit : 30 orang;
3) Subsatgas Lantas : 65 orang;

c) Satgas 3 :
1) Sat Gegana : 15 orang;
2) Sat PHH : 220 orang;
3) Escape Brimob : 30 orang;
4) Makosat Brimob : 200 orang; (cadangan)

RAHASIA
RAHASIA
37

d) Satgas 4 :

1) Subsatgas Reskrim : 50 orang;

e) Satgas 5 :
1) Subsatgas kesehatan : 15 orang;
2) Subsatgas inafis : 10 orang;
3) Subsatgas TI : 5 orang;
4) Subsatgas Satwa : 3 orang;
5) Subsatgas Polair : 60 rang;
6) Subsatgas Poludara : 2 orang;
7) Subsatgas propam : 20 orang;
8) Subsatgas Humas : 4 orang;
9) Subsatgas Sarpas : 6 orang;
10) Subsatgas cadangan :
a) Kompi Kerangka (Gabungan Staf) : 111 orang;
b) Ton Polwan : 35 orang

3) Kekuatan jajaran Polres/ta sebanyak 2.490 personel terdiri dari :

a) Polresta Bandar Lampung : 440 orang


b) Polresta Lampung Selatan : 298 orang
c) Polres Lampung Tengah : 276 orang
d) Polres Lampung Utara : 227 orang
e) Polres Lampung Timur : 210 orang
f) Polres Lampung Barat : 196 orang
g) Polres Tulang Bawang : 200 orang
h) Polres Tanggamus : 235 orang
i) Polres Way Kanan : 200 orang
j) Polres Metr : 154 orang
k) Polres Mesuji : 160 orang
Jumlah : 2.490 orang

4) Kekuatan rayonisasi Polres/ta terdiri dari :

a) Rayon I : Polresta Bandar Lampung, Polres Lampung


Selatan, tanggamus.

RAHASIA
RAHASIA
38

b) Rayon II : Polres Lampung Tengah, Polres Metro dan


Polres Lampung Timur
c) Rayon III : Polres Lampung Utara, Polres Tulang
Bawang, Polres Way Kanan, Polres Lampung
Barat dan Polres Mesuji.

5) Kekuatan BKO Mabes Polri dan TNI sebanyak 1.470 orang yang
terdiri dari :

a) Korbrimob Polri : 800 orang


b) Korem 043/Gatam : 200 orang
c) Brigif 3 Piabung : 470 orang
Jumlah :1.470 orang

b. Peralatan :
1) Polda Lampung :
a) Helikopter;
b) Security barier;
c) Baracuda;
d) Rands;
e) Ranmor Roda-2;
f) Ranmor Roda-4;
g) Ranmor Roda-6;
h) Kommob;
i) Ambulance dan kendaraan DVI;
j) Satwa K-9;
k) Alsus PHH/Dalmas;
l) Tenda Lapangan;
m) Kit Keslap dan DVI;
n) Flash Ball / Pepper ball dan a m u n i s i;
o) Peralatan lainnya yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan
dilapangan guna menghadapi kontijensi kerusuhan massa;

RAHASIA
RAHASIA
39

2) Peralatan masing-masing Polres/ta :


a) Truk dan Rantis barier, AWC;
b) Ranmor Roda-4 kawal dan Patroli;
c) Ranmor Roda-2;
d) Ranmor Roda-6;
e) Tenda lapangan (kompi dan peleton)
f) Alkom/Alsus;
g) Tongkat Pold dan borgol;
h) Senter;
i) Rompi;
j) Flash ball, pepper spray;
k) Peralatan dan perawatan medis sesuai dengan kebutuhan
dilapangan
l) Peralatan lainnya yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan
dilapangan guna menghadapi kontijensi;

3) Logistik antara lain :


a) Perbekalan makanan tambahan Polri (MTP) yang diperlukan
sesuai dengan kebutuhan dilapangan;
b) Rumah sakit rujukan sesuai kebutuhan dilapangan;

7. Instruksi dan Koordinasi

a) Hari "H" dan jam ,j,, pelaksanaan operasi akan ditetapkan / ditentukan
kemudian;
b) Di dalam menghadapi ancaman potensi konflik sosial/unras agar
menggunakan pola pengamanan dengan mengerahkan jumlah kekuatan
personel yang maksimal sehingga menimbulkan efek cleteren,

c) C. Para Kasatwil wajib berada dilapangan bersama-sama dengan anggot.-


dalam pengamanan ancaman konflik sosial/unjuk rasa dan lakukai-i

d) langkah-langkah ta kti s operasional melalui terobosan kreatif


implementatif, tidak hanya langkah normatif semata;

e) Rencana kontijensi di tingkat kewilayahan perlu ditindaklanjuti oleh


jajaran Polres/Tadengan membuat Rencana Kontijensi sesuai dengan

RAHASIA
RAHASIA
40

situasi dan kondisi daerah masing-masing serta membuat Sistem


Pengamanan kota dan Rencan Latihan untuk dilatihkan;

f) Permintaan bantuan unsur TNI dilaksanakan sesuai dengan Peraturan


Kapolri Nomor 8 Tahun 2013 tentang Penangan Konflik Sosial;

1) Rencana kontijensi dilaksanakan dengan titik berat:

2) Memberikan pengamanan dan pelayanan kepada masyarakat;

3) Melaksanakan tindakan preemtif dan preventif secara efektif dan


efisien serta dengan mengedepankan perilaku petuyas yang santun,
humanis dan tidak melakukan kegiatan yang kontra produktif;

4) Melakukan penegakkan hukum sesuai dengan ketentuan dan


perundang-undanga yang berlaku;

5) Mencegah dan menghindari terjadinya tindakan pelanggaran HAM;

g) Hindari tindakan over acting dan perilaku negatif anggota di lapangan;

h) 9• Agar Kasatwil melakukan pemeriksaan kepada anggota Dalmas/PHH


untuk tidak membawa Senpi dengan peluru tajam kecuali anggota yang
telah ditunjuk dan penggunaannya atas perintah Kasatwil:

i) Tahap situasi aman adanya kegiatan unjuk rasa dengan massa kecil dan
teratur, Kodal berada di tangan kasat Sabhara selaku Perwira pengendali
di lapangan;

j) Tahap situasi rawan dengan adanya konflik sosial menjurus anarkis, maka
Kodal berada pads Kapolres, dengan pengerahan kekuatan maksimal
yang mendapat back-up dari polda maupun dapat meminta bantuan
Unsur TNI;

k) Tahap situasi krisis terjadi kerusuhan massa) dan huru-hara, maka kodal
berada pads Kapolda, dengan mengerahkan kekuatan maksimal, PHH
Brimob untuk melaksanakan kegiatan penyekatan dan pembubaran
massa serta perbantuan unsur TNI untuk pengamanan objek
vital/penting. Kapolda dapat mengajukan tambahan perkuatan BKO dari
Mabes Pold.

RAHASIA
RAHASIA
41

V. ADMINISTRASI, SARANA PRASARANA DAN ANGGARAN.

1. Administrasi

a. Administrasi menggunakan ketentuan administrasi umum Pold dan


petunjuk penyelenggaraan administrasi yang ada sesuai dengan
ketentuan yang berlaku;

b. Pengerahan kekuatan di luar yang telah ditetapkan dalam rencana


kontijensi agar diajukan terlebih dahulu kepada Kapolri untuk Mabes
Polri dan Kapolda untuk kewilayahan selaku Penanggung Jawab
Kebijakan Operasi;

c. Kebutuhan personel, diluar ketentuan yang telah direncanakan agar


diajukan terlebih dahulu kepada Kapolda untuk persetujuannya dan
akan didukung secara prioritas sesuai ketentuan yang berlaku.

2. Sarana dan Prasarana

a. Dukungan sarana prasarana material logistik untuk Operasi Kontijensi


terpusat didukung sarana prasarana dari Mabes Polri;

b. Dukungan sarana dan prasarana material logistik untuk Operasi


Kewilayahan menggunakan sarana prasarana dari satwil masingmasing;

c. Dukungan sarana prasarana dari Mabes Polri daat cligunakan secara


prioritas oleh Satwil atas permintaan Kasatwil dan mendapat
persetujuan dari Kapolri sesuai ketentuan yang berlaku;

d. Perlengkapan personel menggunakan inventaris satuan/Satker rnasInq-


masing Satker di tingkat Polda dan Polres/Ta.

3. Anggaran

a. Dukungan anggaran untuk Operasi Kontijensi Terpusat didukung dari


anggaran kontijensi Kapolri dan Korbrimob Polri T.A. 2017;

b. Dukungan anggaran operasi Kontijensi Kewilayahan menggunakan


anggaran Kapolda Lampung;
c. Atas permintaan Kasatwil untuk backup perkuatan personel yang di BKO
kan dapat didukung dari anggaran kontijensi Kapolda Lampung atas
persetujuan Kapolda sesuai dengan ketentuan yang berlaku;

d. Kekurangan anggaran Operasi Kontijensi kewilayahan agar diajukan


terlebih dahulu kepada Kapolri untuk persetujuannya dan akan didukung
secara pioritas sesuai ketentuan yang berlaku.

RAHASIA
RAHASIA
42

VI. KOMANDO DAN PENGENDALIAN.

1. Komando

a. Penentuan kebijakan kontijensi "Arran Nusa Krakatau I — 2017" Polda


Lampung berada pada Kapolda Lampung selaku Kepala Operasi Daerah
dan sehari-hari dilaksanakan oleh Karo Ops Polda Lampung selaku
Karendalopsda;

b. Penentuan kabijakan kontijensi kewilayahan berada pada para Kapolres/


Ta selaku Kasatgasres di wilayah masing-masing;

c. Pos komando operasi berada pada Biro Operasi Polda Lampung yang
disesuaikan dengan eskalasi kejadian :

1. dalam keadaan aman:


a) Komando operasi berada ditangan Kasatwil setempat selaku
Kasatgas Pam;
b) Posko Satgas berada pada Bagops Satwil Polres/ta;
c) Poskotis ditentukan pada lokasi konflik sosial atau sesuai
dengan perkembangan kontijensi yang terjadi.

2. dalam keadaan rawan:


a) Komando operasi berada di tangan Kapolda;
b) Posko Utama berada di ruang Bagdalops Biro Operasi Polda
Lampung;
c) Posko Satgas berada pada Bagops Satwil Polres/ta;
d) Poskotis ditentukan pada lokasi konflik sosial atau sesuai
dengan perkembangan korijensi yang terjadi;
e) Berkaiatan dengan perkembangan eskalasi dan penggelaran
kekuatan, komando dan pengendalian dapat diambil oleh
satuan setingkat di atasnya.

2. Pengendalian

a. Pengendalian kebijakan kontijensi untuk tingkat Polda Lampung berada


pada Kapolda selaku Kepala Operasi Daerah dan sehari-hari
dilaksanakan oleh Karoops Polda Lampung selaku Karendalopsda;

RAHASIA
RAHASIA
43

b. Pengendalian di kewilayahan berada pada para Kapolres selaku


Kasatgaspam di wilayah masing-masing;

c. Asistensi oleh pimpinan dan pejabat yang ditunjuk guna menjamin


terselenggaranya operasi sesuai Rencana Kotijensi yang telah
ditetapkan;

d. Melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan/ tindakan kotijensi menghadapi


konflik sosial kepada Kapolda selaku Kepala Operasi Daerah

e. Sistem pelaporan menggunakan sarana komunikasi yang ada di Biru


Operasi Polda Lampung, dengan nomor:

1) Telepon/ Faximile : 0721-486841 dan 0721-482022;


2) Email internet siaga :
a) Pusdalaps1@yaho.co.id
b) Binops_roops_poldalampung@yahoo.co.id

3. Pernyataan Resiko
a. Apabila terjadi kekurangan kekuatan personel dan sarana prasarana,
segera meminta bantuan sesuai dengan pola perbantuan yang telah
ditentukan, serta meminta bantuan aparat keamanan dan instansi
terkait untuk mengantisipasi kejadian yang lebih besar;

b. Dalam penggelaran kekuatan kontijensi konflik sosial menghadapi rusuh


massa, kekuatan personel dan saran prasarana yang digelar perlu
memperhitungkan kemungkinan kegagalan serta resiko yang paling kecil
untuk terjadinya korban jiwa serta harta benda, sehingga diperlukan
kekuatan cadangan yang dengan cepat dan mudah bisa didayagunakan
untuk menambah kekuatan;

c. Segeran melakukan tindakan melkalisir kerusuhan sambil menunggu


datangnya bantuan perkuatan, mengamankan dan menjaga sekitar
lokasi Mako kepolisian, asrama-asrama guna menghindari aksi susulan;

d. Segera mengambil langkah-langkah strategis dan taktis apabila


sebelumnya mengalami kegagalan dengan melakukan koordinasi
antarfungsi dan kordinasi dengan instansi terkait;

e. Apabila terjadi aksi rusuh massa yang meluas dan meningkat menjadi
bencana nasional, maka pimpinan segera mengalami tindakan untuk
menghindari resiko kegagalan yang lebih besar, melakukan tindakan
tegas sesuai dengan hukum yang berlaku serta mengerahkan segala
upaya yang melibatkan Plri, TNI, Kementerian/ Kelembagaan serta
segenap elemen masyarakat.

RAHASIA
RAHASIA
44

VII. PENUTUP .

Demikian Rencana Kontijensi "Arran Nusa Krakatau I -2017" ini dibuat,


untuk dapat dijadikan pedoman dalam menghadapi kontijensi Konflik Sosial
Tahun 2017 dan dijabarkan sesuai dengan karakteristik daerah masing-masing
Berta dilatihkan pads setiap personel/satgas yang mengawaki beserta unsur
perbantuan TNT dan pemerintah daerah.

Bandar Lampung, / Februari 2017

KEPALA KEPOLI61AN DAERAH LAMPUNG

Drs.%SUDIARNO
INSPEKTUR JENDERAL POLISI

RAHASIA
RAHASIA
45

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA


DAERAH LAMPUNG

KAOPSDA

KAPOLDA LAMPUNG

WAKAOPSDA

WAKAPOLDA LAMPUNG
KARENDALOPSDA

KAROOPS
KASATGASOPSDA

DIR SABHARA

WAKASATGASOPSDA

DIR BINMAS

KASETOPSDA KAPUSDATAOPSDA

KABAG BINOPS ROOPS KABAG DALOPS ROOPS

KASATGAS KASATGAS KASATGAS KASATGAS KASATGAS


PREEMTIF PREVENTIF TINDAK GAKKUM BANOPS
DIR INTELKAM DIR PAMOBVIT KASAT BRIMOB DIR RESKRIMUM DIR POLAIR

SUBSATGAS SUBSATGAS SUBSATGAS SUBSATGAS SUBSATGAS


1. KESEHATAN
1. INTELKAM 1. SABHARA 1. GEGANA RESKRIM 2. INAFIS
2. BINMAS 2. PAMOBVIT 2. PHH 3. TI
4. SATWA
3. LANTAS
5. POLAIR
6. PLUDARA
7. PROPAM
8. HUMAS
9. SARPRAS

Bandar Lampung, Februari 2017


KEPALA KEPOLISIAN DAERAH LAMPUNG

RAHASIA Drs. SUDJARNO


INSPEKTUR JENDERAL POLISI
RAHASIA
46

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA


DAERAH LAMPUNG

PENJABARAN TUGAS PEJABAT RENKON "AMAN NUSA KRAKATAU 1-2017"

1. Kepala Kepolisian Daerah Lampung selaku Kepala Operasi Daerah,


bertugas sebagai berikut :

a. Memimpin dan bertanggung jawab atas seluruh pelaksanaan Operasi


Kontijensi menghadapi Konflik Sosial di daerahnya;

b. Menentukan Kebijakan taktis perlaksaan Operasi Kontijensi di daerahnya;

c. Melakukan koordinasi dengan instansi terkait di tingkat daerah termasuk


permintaan bantuan dan kekuatan untuk kelancaran pelaksanaan Operas
Kontijensi;

d. Menentukan para pejabat yang mengawaki organisasi Operasi Kontijensi


dan Jabaran Tugasnya ditingkat Polda disesuaikan dengan sasaran Operasi
serta hakikat ancaman yang dihadapi di wilayahnya;

e. Bertanggung jawab atas pelaksanaan Operasi Kontijensi Kepada Kapolri


selaku Penanggung Jawab Kebijakan Operasi.

2. Wakil Kepala Kepolisian Daerah Lampung selaku Wakil Kepala


Operasi Daerah, bertugas sebagai berikut :

a. Membantu dan memberikan saran-saran kepada Kaopsda dalam


mendinamisir Pelaksanaan Operasi Kontijensi;

b. Mewakili dan mengendalikan pelaksanaan operasi apabila Kaopsda


berhalangan dan melaporkan hasilnya kepada Kaopsda pada kesempatan
Pertama;

c. Bertanggung jawab atas Pelaksanaan Tugas dan kewajibannya kepada


Kapolda selaku Kaopsda.

3. Karo Ops Polda Lampung selaku Karendalopsda, bertugas sebagai


berikut :

a. Memimpin perencanaan dan mengendalikan pelaksanaan tugas Operasi


Kontijensi menghadapi konflik sosial sehari-hari;

b. Memberikan petunjuk dan arahan dalam rangka memelihara dinamika


serta Keberhasilan Operasi Kontijensi ;
c. Memimpin pelaksanaan Gelar Operasional dan melaksanaan kegiatar
supervise, Anev pelaksanaan Operasi Kontijensi;

RAHASIA
RAHASIA
47

d. Bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada Kapolda selaku


Kepala Operasi Daerah.

4. Dir Sabhara Polda Lampung selaku Kasatgasopsda, bertugas sebagai


berikut

a. Memimpin, merencanakan, mengorganisasikan dan menegndalikan


pelaksanaan kegiatan kotijensi;

b. Memberikan petunjuk dan arahan kepada Satgas-Satgas dalam rangka


keberhasilan penugasan;

c. Memimpin pelaksanaan anev kegiatan Kontijensi;

d. Mempersiapkan, mengkoordinasikan pergeseran personel dan peralatan


dari Satgas-Satgas sesuai dengan kebutuhan

e. Bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada Kapolda selaku


Kepala Operasi Daerah.

4. Dir Binmas Polda Lampung selaku Wakasatgasopsda, bertugas sebagai


berikut:

a. memberikan saran pertimbangan dan membantu pelaksanaan tugas


Kasatgasopsda;

b. mewakili dan mengendalikan pelaksanaan Operasi apabila Kasatgasopsda


berhalangan dan melaporkan pada kesempatan pertama;

c. mengkoordinir tugas yang dilaksanakan Karendalopsda, Kasetopsda dan


Kapusdataopsda serta Para Kasatgasops;

d. bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas kewajiban kepada


Kasatgasopsda;

5. Dir Intelkam selaku Kasatgas Preventif, bertugas sebagai berikut :

a. Memimpin, mengawasi dan mengendalikan tugas satgas deteksi;


b. Membuat Kirsus / Kirpat perkembangan Sitkamtibmas yang berpotensi
konflik sosial;
c. Dalam pelaksanaan tugasnya bertanggung jawab kepada Kaopsda.

6) Dir Pamobvit selaku Kasatgas Preventif, bertugas sebagai berikut :


a. Memimpin, mengawasi dan mengendalikan Tugas Satgas Preemtif;

RAHASIA
RAHASIA
48

b. Melakukan kegiatan penjagaan dan patroli pada wilayah/daerah yang


rawan terjadinya Konflik Sosial;

c. Dalam pelaksanaan tugasnya bertanggung jawab kepada Kaopsda.

7. Kasat Brimob selaku Kasatgas Tindak, bertugas sebagai berikut :

a. Memimpin, mengawasi dan mengendalikan Tugas Satgas Tindak;

b. Melakukan Penanggulangan dan melokalisir terjadinya Konflik Sosial agar


tidak berkembang/meluas ke wilayah lain;

c. Dalam pelaksanaan tugasnya bertanggung jawab kepada Kaopsda.

8. Dir Reskrimum selaku Kasatgas Gakkum, bertugas sebagai berikut :

a. Memimpin, mengawasi dan mengendalikan Tugas Satgas Gakkum;

b. Melakukan proses hukum terhadap pars pelaku Konflik Sosial sesuai


ketentuan hukum yang berlaku;

c. Dalam pelaksanaan tugasnya bertanggung jawab kepada Kaopsda.

9. Dir Polair selaku Kasatgas Banops, bertugas sebagai berikut :

a. Memimpin, mengawasi dan mengendalikan Tugas Satgas Bantuan;

b. Menyiapkan Dukungan Bantuan berupa personel dan peralatan yang


dibutuhkan dalam penanganan Konflik Sosial;

c. Dalam pelaksanaan tugasnya bertanggung jawab kepada Kaopsda.

10. Para Kapolres/Ta selaku Kaopsres di wilayah masing-masing, bertugas


sebagai berikut :

a. Memimpin dan bertanggung jawab atas seluruh pelaksanaan Operasi


Kontijensi menghadapi Konflik Sosial di daerahnya masing-masing;

b. Menentukan kebijakan taktis pelaksanaan Operasi Kontijensi di daerahnya;

c. Melakukan koordinasi dengan instansi terkait ditingkat kabupaten/kota


termasuk permintaan bantuan dan kekuatan untuk kelancaran pelaksanaan
Operasi Kontijensi;

d. Menentukan pars pejabat yang mengawaki organisasi Operasi Kontijensi


dan jabaran tugasnya di tingkat Polres[Ta disesuaikan dengan sasaran
Operasi Berta hakikat ancaman yang dihadapi di wilayah masing-masing;

RAHASIA
RAHASIA
49

e. Bertanggung jawab atas pelaksanaan Operasi Kontijensi kepada Kapolda


Lampung selaku Kepala Operasi Daerah Lampung.

11. Para Wakapolres/Ta selaku Wakaopsres di wilayah masing-masing,


bertugas sebagai berikut :

a. Membantu dan memberikan saran-saran kepada Kaopsres dalam


mendinamisir pelaksanaan Operasi Kontijensi;

b. Mewakili dan mengendalikan pelaksanaan operasi apabila Kaopsres


berhalangan dan melaporkan hasilnya kepada Kaopsres pads kesempatan
pertama;

c. Bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas dan kewajibannya kepada


Kapolda Lampung selaku Kepala Operasi Daerah Lampung.

Bandar Lampung, / Februari 2017


KEPALA KEPOLI IAN DAERAH LAMPUNG

D. Drs SUDJARNO
INSPEKTUR JENDERAL POLISI

RAHASIA
RAHASIA
50

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA


DAERAH LAMPUNG
DIREKTORAT INTELIJEN KEAMANAN
Nomor: R/Kirkon-7/I/207/Ditintelkam

PERKIRAAN INTELIJEN KONTIJENSI

KESIAPAN MENGHADAPI KONFLIK SOSIAL


DI WILAYAH PROVINSI LAMPUNG

RAHASIA
RAHASIA
51

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA


DAERAH LAMPUNG
DIREKTORAT INTELIJEN KEAMANAN
Nomor: R/Kirkon-7/I/207/Ditintelkam

PERKIRAAN INTELI3EN KONTIMENSI


tentang
KESIAPAN MENGHADAPI KONFLIK SOSIAL DI PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017

I. PENDAHULUAN

1. Keanekaragaman suku, agama, ras, dan budaya Indonesia dengan jumlah


penclucluk lebih dari 230 juta jiwa, pads satu sisi merupakan suatu
kekayaan bangsa yang secara langsung ataupun tidak langsung dapat
memberikan kontribusi positif bagi upaya menciptakan kesejahteraan
masyarakat. Namun pads sisi lain, kondisi tersebut dapat membawa
dampak buruk bagi kehidupan nasional apabila terdapat ketimpangan
pembangunan, ketidakadilan dan kesenjangan sosial dan ekonomi, serta
ketidakterkendan dinamika kehidupan politik.

2. Konflik terbuka yang berdampak kepada gangguan keamanan bersumber


dari potensi konflik di Provinsi Lampung clikategori menjadi potensi konflik
yang yag dapat diidentifikasi dari; permasalahan sosial budaya; SARA;
batas wilayah dan masalah sumber daya alam. Timbulnya potensi konflik
tersebut secara umum disebabkan oleh reaksi eskalatif dari kelompok-
kelompok masyarakat terhadap suatu keadaan yangticlak memuaskan rasa
keadilan, dimana terjadi ketimpangan pembangunan, ketidakadilan,
kesenjangan sosial dan . ekonomi serta dampak dinamika kehidupan politik
yang ekstrim, sehingga fenomena konflik sosial pun terjadi di setiap
tempat/wilayah di Provinsi Lampung ini.

3. Undang - Undang No. 7 Tahun 2012 Tentang Penanganan Konflik Sosial


memberi pengertian bahwa Konflik adalah perseteruan dan / atau
benturan fisik dengan kekerasan antara dua kelompok masyarakat atau
lebih yang berlangsung dalam waktu tertentu dan berdampak juga yang
mengakibatkan ketidakamanan dan disintegrasi sosial sehingga
mengganggu stabilitas nasional dan menghambat pembangunan nasional.
Konflik horisontal diartikan sebagai konflik antar kelompok dalam
masyarakat seperti konflik antar komunitas, konflik antar kelompok etnis /
agama, dan konflik antar kelompok politik.

4. Sebagai langkah untuk mengantisipasi kontijensi konflik sosial, maka perlu


disusun Perkiraan Intelijen Kontinjensi tentang Konflik Sosial, sebagai
bahan masukan kepada Pimpinan dalam mengambil kebijakan lebih lanjut.

II. Perkembangan ....

RAHASIA
RAHASIA
52

II. PERKEMBANGAN MASALAH DAN KONDISI

1. Reformasi tahun 1998 disamping sangat besar dampak positif merupakan


tedadinya perubahan pads penanganan hak - hak azasi manusia yang lebih
madani, namun biasnya secara negatif memunculkan berlangsungnya konflik
dan kekerasan komunal di berbagai wilayah di Indonesia. Kejadian-kejadian
konflik kekerasan terbesar yang banyak dikenal tedadi di Aceh, Papua,
Maluku, Maluku Utara, Sulawesi Tengah, Kalimantan Tengah dan Kalimantan
Barat termasuk juga Provinsi Lampung. Kejadian konflik komunal bukan saja
menyebabkan kerugian material, namun juga mengakibatkan banyaknya
korban meninggal.

2. Data Gangguan Kamtibmas periode tahun 2016, sebagai berikut :


JML
NO JENIS KASUS
JTP PTP
1 PEMBUNUHAN 32 32
2 ANIRAT 146 110
3 PENCULIKAN 16 17
4 CURAT 1480 754
5 CURAS 950 488
6 CURANMOR 1192 567
7 PERKOSAAN 46 31
8 KEBAKARAN 27 18
9 NARKOTIKA 1064 1067
10 LUNDUP 0 0
11 SENPI/HANDAK 44 40
12 JUDI 127 135
13 CURI KAYU 0 0
14 KEBAK HUT 161 115
15 PEMERASAN 167 132
16 OPAL 1 1
17 LAIN-LAIN 4715 3262
JUMLAH 10.173 6.769

3. Berdasarkan data Ditintelkam Polda Lampung terdapat 94 putensi konflik yang


ada di Provinsi Lampung tahun 2017, sebagai berikut :
LATAR BELAKANG PERMASALAHAN
NO POLRESITA DISTIBUSI JML
POLEKSOSBUD SARA TASWIL SDA
SDA
1 2 3 4 5 6 7 8
1. BANDAR LAMPUNG 9 2 - - - 11
2. LAMPUNG TENGAH 4 - 1 - - 5
3. LAMPUNG SELATAN 18 2 1 1 - 22
4. LAMPUNG TIMOR 5 - - 1 - 6

5. Lampung....

RAHASIA
RAHASIA
53

1 2 3 4 5 6 7 8
5. LAMPUNG UTARA 2 - 1 - - 3
6. LAMPUNG BARAT .5 - - - - 5
7. TULANG BAWANG 9 - 2 - - 11
8. TANGGAMUS 4 - - - - 4
9. WAY KANAN 9 - - - - 9
10. METRO 2 - - - - 2
11, MESUJI 5 1 - - 6
12. PESAWARAN 1 - - 10
JUMLAH 81 4 7 2 94

4) Kasus – kasus konflik tersebut di atas, berasal dari permasalahan–permasalahan


di bidang politik, ekonomi, sosial budaya dan keamanan.

a. Potensi konflik yang berasal dari aspek politik, antara lain bersumber dari
permasalahan Pilkada, permasalahan figur Kepala Daerah, konflik antara
eksekutif dan legislatif, batas wilayah dan pemekaran wilayah, konflik akibat
Perda bermasalah, konflik akibat pemberitaan media massa, konflik akibat
kebijakan dan lain-lain.

b. Konflik yang berasal dari aspek ekonomi, antara lain bersumber dari
permasalahan kenaikan harga BBM, TDL, gas LPG, konflik penambangan
sumber daya alam, konflik akibat permasalahan di bidang moneter, investasi
flktif, kredit macet, kelangkaan sembako, -pemasangan tower telekomunikasi,
konflik perebutan area melaut, konflik pertambangan, konflik trayek, dan lain
– lain.

c. Konflik yang berasal dari aspek sosial budaya, antara lain bersumber dari
permasalahan pembangunan tempat ibadah, perbeclaan aliran keagamaan /
kepercayaan, konflik antar etnis, konflik antar ormas / LSM, konflik antar
kampung, konflik terkait pertanahan / perkebunan, konflik hubungan
ketenagakerjaan, konflik pembangunan sarana umum seperti pasar dan
tempat pembuangan sampah, konflik terkait tempat hiburan dan tempat
maksiat, dan lain – lain.

d. Konflik yang berasal dari aspek keamanan, antara lain bersumber dari konflik
separatisme, konflik antara anggota TNI dan anggota Pold, konflik antara
masyarakat dengan anggota TNI dan Polri, konflik akibat premanisme, konflik
akibat ketidakpuasan penegakan hukum, dan lain – lain.

III. Analisa ......

RAHASIA
RAHASIA
54

III. Analisa ....

1. Konflik sosial selalu menjadi sebuah ancaman karena keberagamannya dan


ketimpangan kekuasaan dan atau otoritas dalam dan di antara organisasi-
organisasi / kelompok-kelompok sosial. Konflik sosial dapat diakibatkan
dengan adanya kesenjangan ekonomi, - konspirasi politik, poly pikir,
sentimen primordialisme, politik, ideologi, doktrin dan lain-lain. Konflik sosial
sering muncul tatkala paradigms berfikir masyarakat belum optimal dalam
memahami pluralitas yang ada dalam masyarakat itu sendiri, terkadang
perbedaan kultur, ras, warns kulit, dan sebagainya dapat mengakibatkan
tedadinya konflik sosial.

2. Konflik pads clasarnya adalah ciri dinamika masyarakatnya, untuk


memperoleh keadaan yang lebih balk. Konflik terjadi mulai dari yang ringan
dan tersembunyi hingga tingkat yang begat dan terbuka. Konflik diartikan
sebagai bentuk pertentangan antara satu dengan pihak lainnya. Konflik jugs
diartikan sebagai perjuangan nilai dan tuntutan atas status, kekuasaan, dan
- sumber days yang bersifat langka dengan maksud menetralkan,
mencederai atau melenyapkan lawah". Konflik merupakan proses ke arch
upaya memperoleh penghargaan dengan cars menghilangkan dan
memperlemah pesaingnya. Konflik dapat berupa konflik usaha, huru hara,
teror, SARA, politik, konflik pusat - daerah. Konflik dapat terjadi secara
vertikal dan atau horizontal.

3. Konflik vertikal terjadi pads lingkungan masyarakat yang memiliki status


sosial, ekonomi, dan politik yang berbecla secara bedenjang, misalnya
konflik kelas. Konflik horizontal terjadi pads lingkungan masyarakat yang
vnerniliki status sosial, ekonomi, dan politik yang sederajat misalnya konflik
antar kampung, antar tetangga, antar pelajar, antar preman, dan lain - lain.
Pemisahan ini sebenarnya hanya teoritis, dalam prakteknya itu sating
terkait. Tidak pernah ada yang murni konflik horizontal atau murni konflik
vertikal.

4. Kerusuhan yang terjadi minimal dipengaruhi oleh tiga faktor penting, yaitu
sumber masalah yang ada dalam suatu masyarakat, faktor yang
memfasilitasi/akselerator, dan pemicu atau penyulut kerusuhan. Hubungan
ke tiga faktor tersebut bersifat dinamik dan bukan linier.

5. Sumber masalah (root of the problem) adalah suatu keadaan yang langsung
dialami oleh masyarakat dalam kehiclupan mereka sehari-hari, muclah
dirasakan dan langsung menjadi inspirasi atas memori sosial dalam
hubungan antar etnik, suku, agama dan golong. Sifatnya sangat latent
(tersembunyi) tetapi suatu ketika dapat dengan cepat muncul ke
permukaan. Contohnya Rivalitas ekonomi pendatang dan penduduk asli
yang selalu didominasi penduduk pendatang.

Akselerator ....

RAHASIA
RAHASIA
55

6. Akselerator (adlitatkg factor) adalah suatu keadaan yang menjadi alat untuk
mempercepat sumber masalah yang telah ada, menjadi sumber-sumber
ketegangan barn, sekaligus ikut mempengaruhi konflik yang latent
(tersembunyi) menjadi konflik yang terbuka. Contohnya Pertarungan etnik
dan agama.

7. Pemicu/Penyulut (Fuse) adalah suatu keadaan atau kondisi yang


mengakibatkan terjadinya kerusuhan sosial yang makin membesar.
Contohnya isu-isu pembakaran gereja dan masjid (provokator).

8. Keterlibatan Polri dalam penyelesaian kasus – kasus konflik di tengah


masyarakat akan merupakan sebuah pembuktian tentang pencitraan Pold di
masyarakat, di mana saat ini Polri tidak lagi berparadigma militeristik namun
sudah menjadi polisi masyarakat, artinya tugas pokok Pold adalah inheres
dengan kepentingan masyarakat. Melalui intensifikasi perpolisian
masyarakat dalam mengayomi dan menjadi corong negara maupun backing
masyarakat, diyakini akan berperan sebagai poseur yang diterima
masyarakat dan mampun menyelesakan kasus – kasus konflik tanpa harus
masuk ke ranch hukum yang membuat masyarakat semakin gelisah karena
menunggu putusan peradilan yang terkadang sangat menyita waktu, tenaga
dan pikiran.

9. Kemampuan Polri dalam mengelola dan menangani potensi konflik


diharapkan dapat lebih optimal karena pada dasarnya berbagai gangguan
keamanan yang terjadi balk berupa kriminalitas maupun berbagai peristiwa /
kasus yang berdampak juga dan berkemba~g menjadi berbagai
permasalahan sosial lainnya, adalah merupakan resultants dari interaksi
aspek kehidupan masyarakat berupa potensi gangguan di bidang ideologi,
politik, ekonorni, sosial budaya dan keamanan.

10. Upaya – upaya pencegahan dan penangana konflik sosial perlu dilakukan
lebih optimal, guna tercapai tujuan penanganan Konflik yaitu menciptakan
kehidupan masyarakat yang aman, tenteram, damai, dan sejahtera;
memelihara kondisi damai dan harmonis dalam hubungan sosial
kemasyarakatan; meningkatkan tenggang rasa dan toleransi dalam
kehidupan bermasyarakat dan bernegara; memelihara keberlangsungan
fungsi pemerintahan; melindungi jiwa, harta benda, serta sarana dan
prasarana umum; memberikan pelindungan dan pemenuhan hak korban;
serta memulihkan kondisi flsik dan mental masyarakat.

IV. Perkiraan .......

RAHASIA
RAHASIA
56

IV. PERKIRAAN ANCAMAN I


1. Kecenderungan
a. Kondisi permasalahan konflik saat ini masih sangat menonjol, ditandai
dengan masih maraknya kasus-kasus konflik yang bersumber dari
permasalahan di laiBang politik, ekonomi, sosial budaya dan keamanan,
serta telah banyak menimbulkan korban jiwa, material dan
mencemaskan kehidupa'n sosial kemasyarakatan.
b. Pemerintah Daerah dan instansi terkait yang menjadi ujung tombak
pemecahan akar masalah konflik kurang berperan dengan balk,
sehingga potensi kon
c. flik berkembang menjadi konflik yang berkepanjangan.
d. Kurangnya dukungan media massa dalam pencegahan dan penanganan
konflik, bahkan ticlak jarang justru menjadi penyemarak konflik dengan
pemberitaan yang sifatnya provokasi.
e. Dari berbagai kejadian kasus konflik yang "vernah teoadi, terlihat bahwa
peran Polri dalam mengelola dan menangani kasus konflik belum
optimal.
2. Hakekat Ancamar
a. Kondisi Bangsa Indonesia yang terus berkembang dengan segala
karakteristik masyarakatnya di era clemokratisasi dan keterbukaan saat
ini, masih akan terus memunculkan potensi konflik di tengah
masyarakat, yang dalarn perkeffibarigannya kemudian menintulkan
kasus - kasus konflik aktual yang mengganggu stabilitas kamtibmas dan
merugikan jalannya pembangunan nasional.
b. Konflik agraria masih sering terjadi di Indonesia dimana provinsi
Lampung termasuk dalam lima daerah yang memiliki kerawanan konflik
agraria, yakni Lampung, Riau, Bengkulu, Maluku, dan Kalimantan
Selatan.
c. Dinamika sosial dan kenegaraan saat ini masih diwarnai sikap
pengabaian terhadap toleransi. Intoleransi menimbulkan kerawanan
konflik hingga berpotensi menimbulkan jatuhnya korban.
d. Dengan komposisi penduduk berdasarkan suku terdiri dari Lampung
32,30%, Jawa 27,60%, Sunda 8,30%, Bali 5,40%, Palembang 6,10%,
suku lainnya 25,50%. Sedangkan komposisi penduduk berdasarkan
agama ; Islam 93,6%, Khatolik 1,5%, Kristen 1,4%, Hindu 2,2% dan
Budha 1,3%. Keberagaman suku bangsa dan agama penduduk yang
ada selain menjadi kekayaan sosial bagi Lampung, jugs sangat
berpotensi untuk timbulnya gesekan-gesekan di antara kepentingan dari
masing-masing kelompok dan suku, yang pada akhirnya berpotensi
menjadi konflik.

V. Rekomenclas, ....

RAHASIA
RAHASIA
57

V. REKOMENDASI
1. Meningkatkan koordinasi antara Polri dengan TNI, instansi terkait dan
Pemda, sehingga pencegahan dan penanganan konflik sosial dapat
dilakukan secara terpadu, meialui tahapan antara lain pencegahan konflik,
penghentian konflik dan pemulihan pasta konflik. Pencegahan konflik sosial
dilakukan dengan upaya memelihara kondisi damai dalam masyarakat,
mengembangkan sistem penyelesaian secara damai, meredam potensi
konflik dan membangun sistem peringatan dini.

2. Beberapa upaya dapat ditempuh untuk meningkatkan pengelolaan dan


penanganan potensi konflik oleh Polri :

a. Meningkatkan responsibilitas dan kesiapsiagaan personel Polri dalam


mendeteksi secara dini potensi konflik di tengah masyarakat.

b. Mengembangkan kemampuan SDM Polri dalam mendeteksi dan melapor


cepat guna pencegahan konflik lebih awal, sdrta senantiasa
mengembangkan pemolisian dengan basis kearifan lokal.

c. Menyusur`-iranti Lunak berupa Pedoman Teknis dan Standard Operating


Procedure (SOP) tentang Pengelolaan dan penanganan potensi konflik.

d. Meningkatkan upaya pengawasan dan pengendalian guna mencegah


adanya kesalahan prosedur dalam pencegahan dan pengelolaan konflik
sosial di masyarakat.

e. Melakukan kampanye di tengah masyarakat untuk :

1) meningkatkan kesadaran hukum dan partisipasi masyarakat.


2) melakukan sosialiasasi tentang pengelolaan dan penanganan konflik
di tengah masyarakat, sehingga memunculkan kesadaran bersama
untuk bersinergi memecahkan persoalan sosial sebelum berkembang
menjadi konflik.

f. Meningkatkan kemampuan dan kekuatan Intelkam Polri sehingga mampu


berperan sebagai deteksi aksi dan mampu membuat mapping konflik
lebih akurat.

g. Melakukan kerja sama dengan kalangan akademisi untuk mengkaji


permasalahan konflik guna tercapainya pengelolaan dan penanganan
potensi konflik secara lebih optimal.

h. Meningkatkan kegiatan preventif kepolisian dengan sasaran prioritas di


daerah rawan konflik.

Menyiapkan ....

RAHASIA
RAHASIA
58

i. Menyiapkan ker~ampuan penegakan hokum yang dapat bertugas


profesional dan proporsional dalam memproses kasus kasus pida,na
yang muncul dalam setiap konflik.

k. Melakukam penegakan hokum secara profesional dan proporsional


terhadap kasus — kasus pid ~na yang diperkirakan telah memicu
tedadinya kasus —kasus konflik sosial yang tedadi di tengah masyarakat.

m. Menyiapkan Rencana Kontijensi Pencegahan dan Penanggulangan Konflik


Sosial, sebagai pedoman bagi personel Pold dalam bertugas
mengantisipasi dan menanggula i konflik sosial.

Bandar Lampung, Januari 2017


DIREKTORAT INTELIJEN KEAMANAN

AUTHENTIKASI :

Distribusi :

1. Kabaintelkam Polri
2. Kapolda Lampung.
3. Karo Analis BIK Polri
4. Karo Ops Polda Lampung

RAHASIA

Anda mungkin juga menyukai