RAPIM
POLRI
2013
J a k a rta , 29-31 J a nua ri 2013
Laporan Naskah Hasil
Diskusi dan Lampiran
L a n g k a h - L a n gk ah
Penanganan Konflik
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Hal
KELOMPOK I 7
KELOMPOK II
37
KELOMPOK III
67
KELOMPOK IV
123
KELOMPOK V
141
RAPIM
POLRI
2013
6 Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
KELOMPOK I
IDENTIFIKASI PERMASALAHAN KONFLIK
VERTIKAL DAN KOMUNAL
DAN UPAYA PENANGGULANGANNYA
(STUDI KASUS POLDA PAPUA)
I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pengaruh lingkungan global, regional dan nasional ikut mempengaruhi
pelaksanaan tugas-tugas kepolisian selaku pemelihara Kamtibmas, penegak
hukum, pelindung, pengayom serta pelayan masyarakat1, dimana pelaksanaan
tugas tugas tersebut masih belum sepenuhnya dapat terlaksana dengan baik
dan dirasakan secara optimal oleh masyarakat, hal ini disebabkan beberapa
faktor antara lain terbatasnya sumber daya manusia Polri, terbatasnya sarana
dan prasarana serta anggaran yang dikelola Polri untuk menciptakan stabilitas
Kamtibmas yang mantap serta masih rendahnya partisipasi masyarakat dalam
memberikan kontribusi positif dalam rangka menciptakan Kamtibmas yang
kondusif.
Kepolisian Daerah Papua (Polda Papua) sebagai salah satu institusi
pemerintahan yang melaksanakan tugas tugas kepolisian di wilayah provinsi
Papua dan provinsi Papua Barat memiliki peran dan tanggung jawab dalam
mengelola tatanan kehidupan masyarakat guna menciptakan dan memelihara
situasi Kamtibmas yang aman, nyaman dan tentram, namun sampai saat ini
belum sepenuhnya dapat berjalan dengan optimal karena keterbatasan Sumber
Daya yang dimiliki oleh Polda Papua dan juga masih terdapat kontribusi
negatif masyarakat itu sendiri sehingga menyebabkan terjadinya gangguan
Kamtibmas di wilayah hukum Polda Papua. Kontribusi negatif masyarakat
yang menyebabkan terjadinya gangguan Kamtibmas di wilayah hukum Polda
Papua berupa konflik vertikal dan konflik komunal. Konflik vertikal di wilayah
hukum Polda Papua dilakukan oleh kelompok-kelompok kriminal bersenjata
maupun oleh ormas-ormas yang tidak setuju dengan kebijakan pemerintah
Republik Indonesia, sedangkan konflik komunal yang terjadi berupa konflik
penyelenggaraan pemilukada, konflik antar suku, konflik tanah ulayat, konflik
antara masyarakat pendatang dan lokal.
Mendasari hal tersebut di atas, Polda Papua telah melakukan upaya-
upaya untuk mengatasi konflik-konflik yang terjadi dengan melakukan
1
Tugas Pokok Polri, Pasal 13 Undang-Undang nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Republik Indonesia
II. KONSEPSI
TINJAUAN YURIDIS DAN SOSIOLOGIS
1. KETENTUAN YURIDIS
a. Undang-undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara RI
b. Undang-undang No. 8 Tahun 1981 tentang KUHAP
c. Undang-undang No. 7 Tahun 2012 tentang Penanggulangan konflik sosial
d. Undang-undang No.45 Tahun 1999 tentang Pembentukan Propinsi Irian
Jaya Barat.
e. Undang-undang No.21 tahun 2001 tentang OZSUS
2. TINJAUAN SOSIOLOGIS
Fanatisme primordial yang relatif kuat, ditandai dengan adanya kekuatan
informal leader (kepala suku / adat, tokoh adat, tokoh agama) dan keberadaan
orang asing missionaris lebih dihormati dan dipatuhi oleh masyarakat dari pada
formal leader. Hak ulayat atas tanah masih kuat diseluruh suku / adat Papua
yang dipertahankan secara primordial sehingga memiliki dampak terhadap
kerawanan sosial yang mengundang ancaman nyata gangguan kamtibmas
serta timbulnya konflik vertikal dan horizontal.
Kebiasaan mengkonsumsi minuman keras dari sebagian masyarakat
Papua mengundang kerawanan gangguan kamtibmas berupa penganiayaan,
perkelahian, pengrusakan, pemerasan, pencurian, pemerkosaan, kecelakaan lalu
lintas. Perang suku karena masalah perbedaan adat istiadat antar suku khususnya
yang terjadi di wilayah suku pedalaman (wilayah Merauke, Jayawijaya, Puncak
Jaya, Paniai, Mimika dan Nabire). Budaya masyarakat Papua membawa panah
sebagai senjata berburu hewan selain untuk berjaga-jaga serta kegemaran
minum minuman keras, sangat berpotensi terhadap seseorang untuk
melakukan tindakan kekerasan sebagai upaya penyelesaian masalah yang
dihadapi.
Keberadaan pendatang dari daerah luar Papua dengan latar belakang
perbedaan adat istiadat/kebiasaan dengan masyarakat asli Papua dalam
antar suku dan status kepemilikan tanah yang tidak jelas, tanpa memiliki
surat dan dokumen-dokumen pertanahan sehingga tanah yang telah
memiliki aspek ekonomis dijadikan sarana bagi suku-suku tersebut untuk
mengklaim bahwa tanah tersebut milik suku adat mereka, hal ini sering
terjadi dan merugikan pihak investor yang sudah menyelesaikan dengan
suku yang lainnya namun ada tuntutan ganti rugi kembali dari suku lainnya
juga yang mengclaim tanah tersebut milik suku/adat mereka akibatnya
terjadi tindakan-tindakan penyerobotan tanah, pendudukan oleh
kelompok anatu suku-suku tertentu, pemalangan serta unjuk rasa yang
mengarah kepada tindakan-tindakan anarkis. Beberapa Sengketa tanah
ulayat yang terjadi antara lain tanah di Bandara Moses Kilangin Freeport
yaitu tuntutan dari suku Kamoro dan suku Amungme, sengketa tanah
ulayat di Merauke dari pembagunan proyek Merauke Integrated Food
Energy Estate (MIFEE), sengketa tanah ulayat di pegunungan Grasberg di
area Freeport dan lain-lainnya.
d. Konflik antar penduduk pendatang dengan pribumi.
Keberadaan pendatang dari daerah luar Papua dengan perbedaan
latar belakang adat istiadat/kebiasaan, status sosial ekonomi dengan
masyarakat asli Papua memiliki dampak kerawanan akibat perbedaan
status sosial ekonomi tersebut. Isu perbedaan status sosial ekonomi
dijadikan sarana untuk timbulnya bentrok fisik dan pengrusakan apabila
terjadi permasalahan-permasalahan antara penduduk pendatang dengan
pribumi/ asli Papua, contohnya konflik antar penduduk pendatang dan
pribumi yang terjadi di Sorong, Papua Barat dan potensi-potensi konflik
serupa lainnya di wilayah hukum Polda Papua.
b. Faktor Organisasi.
Dengan karakteristik wilayah geografi Papua yang sangat luas perlu
pembentukan Polda Papua Barat serta penambahan 2 (dua) Polres di
Provinsi Papua yaitu Polres Lanny Jaya dan Polres Mamberamo Raya
guna mengantisipasi dan memudahkan Komando dan Pengendalian
(Kodal) dalam menghadapi konflik-konflik yang terjadi dan sebagai wujud
pelayanan prima Polri dalam melaksanakan tugas-tugas kepolisian secara
maksimal di tengah-tengah masyarakat.
c. Faktor Personel.
Jumlah Personel Polda Papua yang banyak (12.000 personel) dengan ratio
antara polisi dengan penduduk 1: 200, namun apabila dibandingkan
jumlah polisi dengan luas wilayah maka jumlah personel ini masih sangat
minim, hal ini karena geografi wilayah hukum Polda Papua yang sangat luas
dan medan yang sulit serta hakekat ancaman dan gangguan Kamtibmas
yang tinggi maka jumlah personel yang banyak tersebut belum dapat
secara maksimal untuk melaksanakan tugas-tugas Harkamtibmas. Untuk
itu perlu dilakukan penambahan jumlah personel yang akan ditempatkan
di Polres dan Polsek yang masih kekurangan personel, serta ditempatkan
di daerah-daerah perbatasan dan daerah-daerah rawan terjadinya tindak
pidana.
d. Faktor Anggaran/Dana
Anggaran yang dimiliki fungsi Intelkam, fungsi Binmas dan fungsi
penegakan hukum sangat minim sehingga dalam suli untuk dapat
melaksanakan tugas-tugas deteksi dini dan penggalangan, melakukan
kegiatan cipta kondisi dan penegakan hukum secara optimal.
V. PENUTUP
1. Kesimpulan
a. Berbagai permasalahan yang terjadi, yang tidak diselesaikan dengan baik
dan tuntas menimbulkan tumbuh dan berkembangnya Potensi Konflik
Sosial diwilayah Papua, bahkan ada beberapa potensi konflik yang telah
bersifat latent mengingat belum dapat diselesaikannya secara tuntas akar
permasalahan yang terjadi.
b. Berbagai faktor penyebab timbulnya konflik social diwilayah Papua yaitu
factor idiologi, politik, social budaya dan keamanan.
11) Bersama dengan Pemerintah Daerah dan TNI serta Instansi terkait
lainnya membentuk Desk Konflik Sosial di daerah yang bertugas
untuk manganalisa dan menemukan akar permasalahan pada
sumber Potensi Konflik yang ada guna ditemukan akar permasalahan
dan menemukan solusi pemecahannya.
2. Rekomendasi
Untuk dapat menciptakan situasi Kamtibmas yang kondusif di wilayah
hukum Polda Papua, maka direkomendasikan kepada Pimpinan Polri (Kapolri)
untuk dapat :
a. Agar dilakukan kerjasama yg sinergis dgn semua instansi terkait antara lain
Polda Papua dengan Mabes Polri, Kementrian Luar Negeri, Intelijen Mabes
Polri, Intelijen TNI, Pemda Papua, dan Kominda dalam penanganan konflik
di wilayah hukum Polda Papua sehingga diperoleh suatu kesepahaman
dan cara bertindak yang sinergis dalam mengatasi konflik-konflik tersebut.
b. Agar dilakukan pembentukan Polda Papua Barat dan juga membentuk
2 (dua) Polres di provinsi Papua yaitu Polres Lanny Jaya dan Polres
Mamberamo Raya untuk memudahkan pengendalian dan komando
terhadap pelaksanaan tugas-tugas kepolisian di wilayah ini.
c. Agar diberikan penambahan personel Polda Papua yang akan ditempatkan
di Polres dan polsek daerah-daerah perbatasan dan daerah rawan kriminal.
d. Agar diberikan tambahan anggaran/dana, khususnya anggaran untuk
kegiatan Binmas, Intelijen dan anggaran bagi Tim khusus penegakkan
hukum serta anggaran untuk pengamanan daerah-daerah rawan dan
pengamanan di perbatasan.
e. Agar diberikan penambahan peralatan berupa sarana transportasi di Polda
Papua yaitu tambahan minimal 2 (dua) pesawat fixed wing dan 2 (dua)
helicopter serta peralatan utk pengamanan daerah perbatasan dan daerah
rawan.
f. Meningkatkan dialog antar suku, antar pemuka agama, dan kepala suku/
adat.
25
2
26
INDIKATOR KEBERHASILAN JANGKA WAKTU 2013 P. JWB PIHAK ANGGARAN
NO TAHAPAN PROGRAM RENCANA AKSI UTAMA TERKAIT
OUT PUT OUT COME 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
KONFLIK SEBAGAI
SUMBER DATA
- MEMBENTUK TIM TERWUJUDNYA X X X X X X X X X X X X DIR INTEL INTEL TNI DIPA POLDA
KHUSUS KEMAMPUAN POLDA KOMINDA
PENGGALANGAN POLDA DAN
DITINGKAT POLDA POLRES JAJARAN
DAN POLRES POLDA PAPUA
SELAKU AGEN SEBGAI AGEN
PROBLEM SOLVING PROBLEM
SOLVING
TERHADAP
PERMASALAHAN
KONFLIK YANG
ADA
FORKOMPIMDA
DI TINGKAT
PROVISI
- MENGAKTIFKAN TERWUJUDNYA X X X X X X X X X X X X DIR INTEL INTEL TNI DIPA POLDA
PERTEMUAN, SINERGITASA DAN POLDA KOMINDA
DISKUSI DENGAN KOMUNIKASI
KOMINDA ANTARA
FORKOMINDA
30
INDIKATOR KEBERHASILAN JANGKA WAKTU 2013 P. JWB PIHAK ANGGARAN
NO TAHAPAN PROGRAM RENCANA AKSI UTAMA TERKAIT
OUT PUT OUT COME 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
- MEMBANGUN TERWUJUDNYA X X X X X X X X X X X X KAPOLDA,
KEMITRAAN DGN KESADARAN DIR
MASY MELALUI MASYARAKAT BINMAS,
POLMAS TERHADAP KTM KAPOLRES
- MENGHENTIKAN TERLAKSANANYA
KEKERASAN FISIK KESEPAKATAN
MELALUI SEMUA PIHAK
NEGOSIASI DGN
MENGIKUTSERTAKA
N TOKOH SERTA
MELIBATKAN
PRANATA SOSIAL
DAN/PRANATA
ADAT
32
INDIKATOR KEBERHASILAN JANGKA WAKTU 2013 P. JWB PIHAK ANGGARAN
NO TAHAPAN PROGRAM RENCANA AKSI UTAMA TERKAIT
OUT PUT OUT COME 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
- PENYEL AMATAN DAN - MENGELUARKAN MAKLUMAT X X X X X X X X X X X X KAPOLDA,
PERLINDU-NGAN HIMBAUAN DAN KEPOLISIAN DPT DIR
TERHADAP KORBAN ATAU MELAKUKAN DILAKSANAKAN RESKRIM
PERATURAN UM/SUS,
KEPOLISIAN KAPOLRES
(MAKLUMAT
KEPOLISIAN) BILA
NEGOSIASI TDK
TERCAPAI
- MEMBATASI - MELALUI TERGELARNYA X X X X X X X X X X X X KAPOLDA,
PERLUASAN AREA PENGGELARAN KEKUATAN POLRI DIR
DAN TERULANGNYA KEKUATAN POLRI RESKRIM
KONFLIK UM/SUS,
PENGGUNAAN UM/SUS,
KEKUATAN KAPOLRES
KEPOLISIAN
- MELAKUKAN ADANYA SOP THD X X X X X X X X X X X X KAPOLDA,
TINDAKAN TEGAS TINDAKAN TEGAS DIR
DAN TERUKUR DAN TERUKUR RESKRIM
UM/SUS,
KAPOLRES
- MEMINIMALISIR ADANYA SOP X X X X X X X X X X X X KAPOLDA,
TIMBULNYA TINDAKAN TEGAS DIR
KORBAN THD DAN TERUKUR RESKRIM
PENINDAKAN POLRI UM/SUS,
KAPOLRES
- MELAKUKAN ADANYA SOP THD X X X X X X X X X X X X KAPOLDA,
TINDAKAN DAN PENINDAKAN DIR
PENYIDIKAN THD DAN RESKRIM
PELAKU PENYIDIKAN UM/SUS,
PELANGGAR HKM KAPOLRES
- TINDAKAN POLRI ADANYA SOP THD X X X X X X X X X X X X KAPOLDA,
THDP KORBAN PENANGANAN DIR
KORBAN RESKRIM
UM/SUS,
KAPOLRES
9
34
INDIKATOR KEBERHASILAN JANGKA WAKTU 2013 P. JWB PIHAK ANGGARAN
NO TAHAPAN PROGRAM RENCANA AKSI UTAMA TERKAIT
OUT PUT OUT COME 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
- PEMULIHAN TERCIPTANYA X X X X X X X X X X X X KAPOLDA,
- REHABILITASI SITUASI KAMTIBMAS KAPOLRES
KEAMANAN DAN PASCA KONFLIIK
KETETRTIBAN
- MELAKS BHAKTI KONDISI SOSIAL X X X X X X X X X X X X KAPOLDA,
SOSIAL DAN DAN KESEHATAN KAPOLRES
KESEHATAN PD MASY PULIH
DAERAH PASCA KEMBALI
KONFLIK
- MELAKS GIAT DIPULIHKANNYA X X X X X X X X X X X X KAPOLDA,
SIMPATIK UNTUK HUBUNGAN KAPOLRES
MEMPERKUAT ANTAR MASY
RELASI SOSIAL
- MEMBANTU X X X X X X X X X X X X KAPOLDA,
PERBAIKAN DAN KAPOLRES
PEMULIHAN
11
KELOMPOK II
IDENTIFIKASI PERMASALAHAN KONFLIK
YANG TIMBUL AKIBAT PENGELOLAAN
SUMBER DAYA ALAM ATAU PERTANAHAN
SERTA UPAYA PENANGGULANGANNYA
(STUDI KASUS POLDA SUMATRA UTARA)
I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Sumber Daya Alam merupakan karunia dan amanah dari Tuhan Yang
Maha Esa yang dianugerahkan kepada bangsa Indonesia sebagai kekayaan
yang tak ternilai harganya. Sumber Daya Alam wajib dikelola secara bijaksana
agar dapat dimanfaatkan secara berdaya guna, berhasil guna dan berkelanjutan
bagi sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat, baik generasi sekarang maupun
generasi yang akan datang. Ketersediaan Sumber Daya Alam baik hayati maupun
nonhayati sangat terbatas, oleh karena itu pemanfaatannya baik sebagai modal
alam (stock resources) maupun komoditas (product) harus dilakukan secara
bijaksana.
Provinsi Sumatera utara dengan Luas wilayah 72.981,23 KM2 memiliki
Sumber Daya Alam yang banyak, baik yang terkait dengan bidang pertanahan
maupun kelautan. Pada bidang pertanahan seluas 71.680 Km2 terdiri dari sektor
Pertambangan, sektor Pertanian, sektor Perkebunan dan sektor Kehutanan,
sedangkan bidang kelautan terdiri dari sektor perikanan dan budidaya laut.
Pengelolaan Sumber Daya Alam yang terkait dengan pertanahan di Provinsi
Sumatera Utara, saat ini menimbulkan beberapa Konflik baik antar Masyarakat
dengan Masyarakat, antara Masyarakat dengan Badan Hukum Publik (Instansi,
PTPN II, III, IV), antara Masyarakat dengan Badan Hukum Swasta serta antara
Badan Hukum Publik dengan Badan Hukum Swasta.
Polda Sumatera Utara beserta jajaran telah melakukan identifikasi konflik
dan penanggulangan konflik akibat permasalahan pertanahan, namun
masih belum optimal karena penanggulangan konflik dalam pengelolaan
Sumber Daya Alam tidak dapat dipisahkan dengan permasalahan pertanahan.
Penanganannya tidak dapat dilakukan oleh Polri sendiri, melainkan perlu
keterlibatan dari berbagai pihak yang berkompeten khususnya Pemerintah
Daerah dan Instansi lainnya.
SUMBER KONFLIK
JLH
NO SATWIL POLEK KET
KONFLIK SARA B.WIL SDA
SOSBUD
1. MEDAN 20 3 3 0 14
2. BELAWAN 8 1 0 0 7
3. BINJAI 9 1 1 0 7
4. LANGKAT 28 3 0 0 25
5. D.SERDANG 4 0 0 1 3
6. TANAH KARO 2 2 0 0 0
7. SERGAI 6 1 0 0 5
8. T. TINGGI 3 0 0 0 3
9. SIMALUNGUN 4 2 0 0 2
10. P.SIANTAR 3 1 0 0 2
11. ASAHAN 16 2 0 0 14
12. TJ. BALAI 4 2 1 0 1
13. LA. BATU 26 8 1 2 15
14. DAIRI 4 2 0 0 2
15 TAPUT 2 0 1 0 1
16 HUMBAHAS 3 0 0 0 3
17 PAK2 BARAT 0 0 0 0 0
18 SAMOSIR 0 0 0 0 0
19. TOBASA 4 1 0 0 3
20. TAPSEL 10 0 0 0 10
21. P.SIDIMPUAN 1 0 1 0 0
22. MADINA 9 2 1 2 4
23. SIBOLGA 1 1 0 0 0
24. TAPTENG 6 3 0 0 3
25. NIAS 2 1 0 0 1
26. NISEL 9 5 0 0 4
JUMLAH 183 40 9 5 129
Sumber data Polrest/ta
Dari hasil Mapping di wilayah Sumatera Utara terdapat 183 (seratus delapan
puluh tiga) titik/lokasi konflik dan dari 183 lokasi konflik yang ada di wilayah
Sumatera Utara terbagi menjadi :
a. Konflik yang bersumber dari Poleksosbud sebanyak 40 lokasi
b. Konflik yang bersumber dari SARA sebanyak 9 lokasi
c. Konflik yang bersumber dari batas wilayah sebanyak 5 lokasi
d. Konflik yang bersumber dari Sumber Daya Alam sebanyak 129 lokasi.
V. PENUTUP
1. KESIMPULAN
a. Sumber Daya Alam merupakan kekayaan yang tak ternilai harganya. Sumber
Daya Alam wajib dikelola secara bijaksana agar dapat dimanfaatkan secara
berdaya guna, berhasil guna dan berkelanjutan bagi sebesar-besarnya
kesejahteraan rakyat,
b. Pengelolaan Sumber Daya Alam yang terkait dengan pertanahan di
Provinsi Sumatera Utara, saat ini menimbulkan beberapa Konflik baik antar
Masyarakat dengan Masyarakat, antara Masyarakat dengan Badan Hukum
Publik.
56
KELOMPOK II
LAMPIRAN : LANGKAH-LANGKAH PENANGANAN KONFLIK YANG TIMBUL AKIBAT PENGELOLAAN SDA
ATAU PERTANAHAN SERTA PENANGGULANGANNYA.
(STUDI KASUS POLDA SUMATRA UTARA)
NO TAHAPAN PROGRAM RENCANA AKSI INDIKATOR JANGKA WAKTU 2013 P.JWB PIHAK ANGGARAN
KEBERHASILAN UTAMA TERKAIT
OUT- OUT- 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
PUTE COME
7a PENCEGAHAN -MEMELIHARA -Meningkatkan Tesedian Tercipt X X X X X X X X X X X X Karo TNI, Dipa Polda,
KONFLIK KONDISI DAMAI sinergitas ya MOU anya Ops, Pemda, Polres
(PREEMTIF) DLM dengan instansi hubun Kapolre Kejaksa
MASYARAKAT terkait gan s an
harmo
nis
58
7b PENCEGAHAN MEREDAM -Melakukan Meningn x x x x x x x x x x x x Dir, Pemda, Dipa,
KONFLIK POTENSI pengamanan ya situasi Sabhar BUMN, Polresa
(PREVENTIF) KONFLIK terhadap kedua yang a, Dir Pengus Pold
belah pihak dan kondusif Pam aha
melakukan Obvit,
komunikasi Dir
serta koordinasi Intel,
dengan Kapolre
stakeholder s
-Membangun Tercipta
komunikasi yg nya
intensif dg hubunga
Media massa n yg
dan jejaring sinergis
sosial dlm dg
rangka Media
memperluas
jejaring
informasi.
7c PENGHENTIAN -PENGHENTIAN -Penegakan Terselen Terlaks x x x x x x x x x x x x Dir Kejaksa Dipa Polda,
KONFLIK KEKERASAN FISIK hukum dengan ggaranya ananya Reskri an, Polres
(REPRESIF) koordinasi CJS koord penega m Pengadi
dan tindak tegas yang kan Um/Su lan
terhadap sinergis hukum s,
pelanggaran yg Kapolre
hukum tegas s
-Menghentikan Terlaksa x x x x x x x x x x x x
kekerasan fisik nanya
melalui kesepak
Negosiasi dg atan
mengikutserta- semua
kan Tokoh masy pihak
serta
melibatkan
pranata adat
dan sosial.
60
-Mengeluarkan Maklum x x x x x x x x x x x X
himbauan dan at
atau melakukan kepolisia
Peraturan n dpt
Kepolisian dilaksan
(Maklumat akan
Kepolisian) bila
negosiasi tdk
tercapai
-Melakukan Tergelar x x x x x x x x x x x X
penggelaran nya
kekuatan Polri kekuata
-Menggunakan Adanya
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
-Melakukan Adanya
tindakan tegas SOP thd
dan terukur tindakan
tegas
dan
terukur
-Meminimalisir Adanya
timbulnya SOP
korban thd Tindakan
penindakan tegas
17
Polri dan
terukur
-Melakukan Adanya
tindakan dan SOP thd
penyidikan thd peninda
pelaku kan dan
pelanggaran penyidik
hkm an
-PENYELAMATAN Kesela
DAN matan
PERLINDUNGAN dan
TERHADAP -Tindakan Polri Adanya perlind
KORBAN thd korban SOP thd ungan
penanga korban
nan terjaga
korban
61
KONFLIK menghambat menyeb menye
18
penyebaran ar bar
62
konflik
-Penyekatan Massa
jalur/jalan yg tdk lagi
dimungkinkan masuk
utk masuknya dr luar
massa dr luar.
-Mencegah Konflik
konflik susulan tdk
terjadi
lagi
-Memfasilitasi Restitusi
pemberian disalurka
restitusi n dg baik
19
-Melaksanakan Kondisi
Bhakti sosial sosial
dan kesehatan dan
pd daerah kesehata
pasca konflik n masy
pulih
kembali
-Melaksanakan Dipulihk
Giat simpatik annya
utk hubunga
memperkuat n antar
relasi sosial masy
para pihak yg
berkonflik
63
64
20
-Membantu akses
pemulihan dan pendidik
penyediaan an,
akses kesehata
pendidikan, n dan
kesehatan dan mata
mata pencaha
pencaharian rian bias
dinikmat
i kembali
oleh
-Membantu yan
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
-Membantu Tempat
perbaikan dan ibadah
pemulihan kembali
tempat-tempat dpt
ibadah. digunaka
n
Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013 65
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
KELOMPOK III
IDENTIFIKASI POTENSI KONFLIK
YANG BERSUMBER DARI SARA,
INDUSTRI, ECONOMY GAP, MASALAH
KETENAGAKERJAAN DAN DAMPAK
INDUSTRI PERKEBUNAN SERTA UPAYA
PENANGGULANGANNYA SECARA EFEKTIF
(STUDI KASUS POLDA LAMPUNG)
I. PENDAHULUAN
1. Latar belakang (identifikasi masalah)
a. Potensi konflik yang bersumber dari SARA:
1) Kesenjangan sosial antar-kelompok.
Dalam kehidupan berkelompok antar suku dan budaya serta pola
kehidupan memiliki perbedaan yang cukup nyata. Pada sebagian
kelompok dari suku lain selain suku Lampung, terutama pada
kelompok masyarakat suku Jawa dan suku Bali yang memiliki budaya
kerja yang lebih baik, menjadikan pola kehidupan dan tingkat sosial
yang lebih mapan dibandingkan dengan kelompok masyarakat yang
berasal dari suku Lampung itu sendiri. Kondisi tersebut tanpa disadari
menciptakan kesenjangan sosial diantara kelompok-kelompok
masyarakat tersebut. Hal tersebut lebih dipertajam dengan sikap
tertutup dari kelompok yang memiliki pola kehidupan yang lebih
mapan.
2) Arogansi dan egosentris kelompok.
Keberadaan suku lain yang berdomisili di Provinsi Lampung, masih
belum dapat diterima sepenuhnya oleh masyarakat suku Lampung
sebagai warga asli. Sebagian masyarakat suku Lampung masih
menganggap bahwa masyarakat suku lain yang berada di Lampung
adalah masyarakat pendatang, walaupun sudah lebih dari tiga generasi
masyarakat tersebut berada di Provinsi Lampung. Anggapan tersebut
juga menimbulkan sikap arogansi dari masyarakat suku Lampung,
dimana masyarakat yang dianggap pendatang harus mematuhi
semua aturan/konvensi dan budaya yang mereka tetapkan. Demikian
pula dengan masyarakat suku lain selain suku Lampung, menganggap
bahwa mereka juga memiliki hak yang sama, aturan dan budaya
sendiri sehingga mereka merasa tidak perlu untuk mengikuti budaya
lokal yang ada.
3) Lemahnya interaksi sosial antar-suku.
Keberagaman suku yang ada di Provinsi Lampung merupakan
kekayaan budaya, seharusnya disikapi dengan asimilasi dari budaya
masing-masing suku yang berdomisi. Namun pada kenyataannya
proses interaksi sosial antar suku masih sangat minim dilakukan,
sehingga apabila timbul permasalahan/gesekan yang melibatkan
antar suku justru akan menjadi pemicu terjadinya konflik terbuka.
4) Ketidakseimbangan perhatian Pemda.
Dalam pelaksanaan suatu kebijakan, pemerintah daerah baik provinsi
maupun kabupaten / kota, belum dapat memberikan rasa keadilan
bagi seluruh kelompok masyarakat yang ada di Provinsi Lampung.
Pembangunan dan perhatian lebih banyak ditujukan pada kelompok
masyarakat yang dianggap menguntungkan atau mau memberikan
dukungan secara politis bagi pemimpin pemerintah daerah
yang menjabat saat itu. Demikian pula dalam upaya penyelesaian
potensi konflik yang ada, perhatian pemerintah daerah seringkali
menimbulkan kecemburuan sosial dari salah satu pihak yang
berkonflik.
5) Peran dan pengarun Tokoh Masyarakat, Tokoh Adat, Tokoh Agama
dan Tokoh Daerah yang masih kurang.
Dalam kehidupan sosial masyarakat di Provinsi Lampung belakangan
ini, sangat dirasakan kurangnya pengaruh dan wibawa orang-
orang yang dianggap sebagai tokoh. Pada saat terjadi konflik,
ketokohan masyarakat tersebut tidak mempunyai kekuatan untuk
mempengaruhi masyarakat guna menghindari timbulnya konflik.
Kurangnya pengaruh kewibawaan dan keteladanan dari tokoh-
tokoh tersebut hal ini disebabkan rasa ketidakpercayaan masyarakat
terhadap tokoh tersebut karena dianggap kurang dapat menampung
keinginan/aspirasi masyarakat dan justru dianggap berpihak pada
pihak lawan.
6) Lunturnya pemahaman nilai-nilai Pancasila.
Salah satu penyebab mendasar dalam potensi konflik SARA di provinsi
Lampung adalah lunturnya pemahaman nilai-nilai Pancasila terutama
di kalangan remaja. Pada kalangan remaja yang hidup di era reformasi
saat ini kurang dibekali dengan nilai-nilai kehidupan bermasyarakat
II. KONSEPSI
1. Tinjauan Kondisi Sosiologis Masyarakat/budaya, sosial, karakter lokal dll.
a. Provinsi Lampung sebagai pintu gerbang Sumatera dari dan ke Pulau Jawa.
Provinsi Lampung secara geografis sangat strategis sebagai
pintu gerbang dari dan ke Pulau Jawa yang merupakan arus lalu lintas
perekonomian utama yang menghubungkan Pulau Jawa dan Pulau
Sumatera. Berdasarkan data ASDP Pelabuhan Bakauheni bahwa lebih
dari 7.000 kendaraan yang menyeberang menggunakan Pelabuhan
penyeberangan Bakauheni-Merak setiap harinya. Disamping kendaraan
yang membawa penumpang juga membawa hasil bumi berupa batu
bara, hasil pertanian dan hasil perkebunan seperti sayur mayur dan buah-
buahan serta bahan pokok lainnya yang masuk maupun keluar melalui
pelabuhan tersebut.
IV. ANALISIS
1. Analisis Solusi Penanggulangan (Pre-emtif)
a. Menuntaskan perselisihan antar warga sehingga tidak memicu ketegangan
yang berkembang menjadi isu sara.
b. Melakukan administrasi atas lahan milik perusahaan dan lahan yang diakui
milik leluhur masyarakat.
c. Melakukan musyawarah dengan masyarakat yang tidak menyutujui
perpanjangan HGU dan menuntut tanah ke pemerintah.
d. Bersama stake holder terkait, melakukan supervisi terhadap pembagian
hasil usaha antara perusahaan dan masyarakat penggarap secara
transparan sehingga tidak menimbulkan kecemburuan.
2. Analisis Solusi Penanggulangan (Preventif)
a. Mencegah tindakan main hakim sendiri terhadap pelaku.
b. Mencegah konflik antar penganut aliran. ( konflik pro kontra aliran
ahmadiyah )
c. Melakukan pendekatan kepada etnis tionghoa agar tidak menunjukan
kesenjangan sosial dalam perekonomian yang bisa memicu ketegangan
yang berkembang menjadi isu sara.
d. Menuntaskan kesepakatan sengketa lahan perkebunan dan bagi hasil
perkebunan sawit antara inti dan plasma.
KONFLIK SARA
a. Mendorong / berkoordinasi dengan Pemda dan instansi terkait serta
masyarakat untuk melaksanakan perjanjian damai melalui acara adat untuk
mengikat kepada pihak-pihak yang berkonflik.
b. Melaksanakan kegiatan penegakan hukum secara adil dan bijkasana
terhadap pelaku yang menjadi pemicu / korlap / provokator / penanggung
jawab timbulnya konflik oleh tim Buser/Reskrim untuk diproses lebih lanjut.
c. Melaksanakan operasi pemulihan pasca konflik dengan mengedepankan
fungsi Binmas mulai dari tingkat Polsek, Polres, Polda dan Satgas Bantuan
untuk melakukan kegiatan pembinaan dan penyuluhan, Polmas, bakti
sosial serta mensosialisasikan hasil perdamaian melalui Deklarasi Damai
oleh pihak yang berkonflik, dalam rangka pemulihan psikologis korban
konflik dan pelindungan terhadap kelompok rentan (perempuan, anak
dan orang tua).
d. Pemasangan spanduk kamtibmas dan menyebarkan leaflet yang
berisi Deklarasi Damai serta memberikan bantuan sarana kontak dari
V. PENUTUP
1. KESIMPULAN
a. Provinsi Lampung sebagai pintu gerbang Sumatera dari dan ke Pulau
Jawa, dengan jumlah penduduk 9.327.455 jiwa dengan keberagaman
suku, agama dan budaya. Kondisi tersebut membawa Lampung rentan
terhadap konflik SARA. Disamping itu sumber daya alam perkebunan
yang menjadi komoditas adalan Provinsi Lampung (tebu, karet dan sawit),
dalam perkembangannya diiringi dengan permasalahan-permasalahan
sebagai dampak industri perkebunan yang disebabkan oleh beberapa
faktor dinamika masyarakat .
b. Selama kurun waktu dua tahun terakhir, dari 109 potensi konflik yang ada di
Provinsi Lampung, terdapat 18 potensi konflik SARA dan 22 potensi konflik
dampak dari industri perkebunan. Konflik tersebut tidak saja mengakibatkan
kerugian materiil dan korban jiwa, tetapi juga menimbulkan traumatik di
kalangan masyarakat serta berpengaruh terhadap situasi keamanan dan
ketertiban di Provinsi Lampung.
c. Potensi konflik SARA yang menjadi akar permasalahan di Provinsi Lampung
adalah ; adanya kesenjangan sosial antar kelompok ; sikap arogansi dan
egosentris kelompok ; lemahnya interaksi sosial ; ketidakseimbangan
perhatian pemerintah daerah ; kurangnya pengaruh tokoh masyarakat
serta lunturnya pemahaman niali-nilai Pancasila. Sedangkan ketidakjelasan
status kepemilikan lahan dan HGU lahan perusahaan, kurangnya
kepedulian perusahaan terhadap lingkungan serta rekrutmen karyawan
dan pengelolaan Satpam yang tidak memprioritaskan masyarakat sekitar
36
LAMPIRAN 1
LAMPIRAN 2
38
LAMPIRAN 3
LAMPIRAN 4
40
Lampung Utara
pada tgl 22 agst 2011 di balai
desa dusun gedung jaya desa
gedung nyapah kec. abung
timur kepala desa gedung
nyapah zaidal melakukan
Pihak I musyawarah dengan lk. 150
warga dsn gedung jaya ds Adanya tindakan aparat warga tentang permasalahan
gedung nyapah kec. pemerintah desa yang sengketa tanah, kepala desa
abung timur dari suku bertindak sewenang- zaidal meminta uang
jawa, jml lk 900 jiwa wenang terhadap warga 15.000.000 untuk pembebasan
1.
Pihak II trans sehingga memicu tanah tapi ditolak oleh warga,
warga kec. abung timur ketegangan dan sehingga memancing emosi
danmuara sungkai kab berkembang menjadi issue kepala ds zaidal dan mencabut
lamut dari suku lampung, sara senjata tajam serta menantang
jml lk 1.500 jiwa warga, dIIkuti oleh adik
iparnya an. mashuryang
mengejarsalah satu warga
sehingga memancing emosi
warga lainnya mengeroyok
kades sampai meninggal dunia.
pelaku pencurian an. rudi
wijaya warga ds. negeri ujung
Pihak I karangdihakimi oleh warga ds.
Adanya tindakan main
warga ds sumberagung sumberagung sehingga
hakim sendiri warga
kec. muara sungkai dari mengakibatkan meninggal
terhadappelaku pencurian
suku jawa, jml lk 600 jiwa dunia.
hingga meninggal dunia
2. Pihak II pada tgl 31 mei 2012 massa
dan kemudian memicu
warga desa negeri ujung dari desa negeri ujung
ketegangan dan
karangkec. muara sungkai karangmelakukan
berkembang menjadi issue
dari suku lampung, jml lk pembakaranterhadap rumah
sara
1.000 jiwa warga desa sumber
agung,kerugian 3 rumah
dibakar dan 8 rumah dirusak.
Pihak I padatgl 22 agst 2012 warga
wargadesa sido rahayu Adanya tindakan main ds sido rahayu menangkap tsk
kec. abung semuli dari hakim sendiri begal an. surya dan dihakimi
suku jawa, jml lk 1.700 terhadappelaku pencurian hingga meninggal dunia dan
jiwa hingga meninggal dunia tidak diterima oleh massa desa
3.
Pihak II dan kemudian memicu pagar kec. blambangan pagar
warga desa pagar kec. ketegangan dan sehingga berencana menyerang
blambangan pagar dari berkembang menjadi issue ke desa sido rahayu kec. abung
suku lampung, jml lk 900 sara semuli, keadaan tersebut dapat
jiwa dicegah oleh aparat.
Lampung Timur
Adanya penanganan
Pihak I :
sengketa lahan warga pada tanggal 04 mei 2012
warga dsn. karanganyar
yang tidak tuntas oleh di dsn. karanganyar desa
(pendatang) dari suku
aparat pemerintahan negara nabung kec. Sukadana
jawa, jml 40 kk
setempat, hal ini telah terjadi perselisihan antara
4. Pihak II :
berlangsung 5 Tahun yang warga suku Jawa dan suku
warga dsn negara nabung
lalu dan kemudian memicu Lampung saling mengklaim
induk kec. sukadana kab.
ketegangan dan lahan garapan
lamtim dari suku lampung,
berkembang menjadi issue
jml 75 kk.
sara
Tanggamus
Pihak I
jemaah
ahmadiyahKab.Tanggamus
dan Kab. Pringsewu
Pihak II
warga umat muslim
adanya penganut aliran
darids. pringsewu selatan,
ahmadiyah yang ditentang
ds.
oleh masyarakat sekitar
6. pringkummengumpulkan Belum terjadi letupan konflik
dan berpotensi
kec. Pringsewu, pajaresuk
berkembang menjadi issue
kec. Pringsewu Kab.
sara
Pringsewu,desa neglasari
kec. Pagelakendaraan, Kel.
sukabumi kec. talang
padang,desa tegal sari, ds.
landan sebagainyaaw kec.
gisting kab. Tangamus
Pihak I :
Adanya kesenjangan
Etnis tionghoa, 300 kk,
sosial, dimana masyarakat
Pihak II :
etnis tionghua (china)
masyarakat pribumi ds.
sukses dalam perkenomian
7. marga suka dan ds. marga Belum terjadi letupan konflik
sehingga memicu
raya kec pringsewu
ketegangan dan
selatan kab. pringsewu
berkembang menjadi issue
dari suku lampung, jml
sara
800 kk
Lampung Tengah
pada tgl 8 nov 2012 terjadi
unras oleh warga kp buyut udik
Pihak I
Adanya tindakan main gunung sugih ke Polres
warga kampung
hakim sendiri Lampung Tengah.
kesumadadi dari suku
terhadappelaku pencurian kemudian warga
jawa, jml 250 kk
hingga meninggal dunia kampungbuyut dan sekitarnya
8. Pihak II
sehingga memicu melakukan penyerangan ke
warga kampung buyut
ketegangan dan kampung kesumadadi disertai
gunung sungih lampung
berkembang menjadi issue denganpengrusakan dan
tengah dari suku lampung,
sara pembakaran rumah penduduk
jml 300 kk
kp kesumadadi oleh warga
kampung buyut udik.
Pihak I :
penganut ahmadiyah dari
Adanya penganut aliran
suku jawa dan sunda, jml
ahmadiyah yang ditentang
lk 50 orang
oleh masyarakat sekitar
9. Pihak II : Belum ada letupan konflik
dan berpotensi
warga muslimkampungtj
berkembang menjadi issue
pandan kec. bangun rejo
sara
dari suku jawa dan sunda,
jml 160 kk
42
1 2 3 4 5
Adanya penanganan
Pihak I :
sengketa perbatasan
Kampungpurnama tunggal
kampung dan lahan das Padabulan maret 2011, warga
kec. way pengubuan dari
(daerah aliran sungai) kampungtanjung ratu
suku jawa, jml lk 400 kk
12. yang tidak tuntas, menyerang warga
Pihak II :
sehingga memicu kampungpurnama tunggal
Kampungtanjung ratu kec.
ketegangan dan kerugian : 1 orang luka tembak
way pengubuan dari suku
berkembang menjadi issue
lampung, jml lk 1.000 kk
sara
LAMPIRAN 5
JUMLAH
NO. PIHAK BERKONFLIK PERMASALAHAN
LETUPAN
1 2 3 4
Kesenjangan sosial 3
Penyelesaian perselisihan warga
Suku Lampung dengan 3
1. yang tidak tuntas,
Suku Bali
tindakan main hakim sendiri
1
terhadap pelaku pencurian
tindakan aparat pemerintah desa
yang bertindak sewenang-wenang 1
terhadap warga trans
tindakan main hakim sendiri
Suku Lampung dengan masyarakat terhadap pelaku
2. 3
Suku Jawa curas hingga pelaku meninggal
dunia
penanganan sengketa lahan
warga yang tidak tuntas oleh 2
aparat pemerintahan setempat
Penyelesaian perselisihan antara
1
warga yang tidak tuntas
Suku Lampung dengan
3. tindakan main hakim sendiri
Suku Sunda
masyarakat terhadap pelaku curat 1
hingga pelaku meninggal dunia
Suku Lampung dengan Penyelesaian perselisihan warga
4. 1
Batak yang tidak tuntas
Jemaah Ahmadiah aliran ahmadiyah yang ditentang
5. 2
dengan warga muslim oleh masyarakat
Etnis Tionghoa
6. dengan masyarakat kesenjangan sosial 1
setempat
Jumlah 18
44
LAMPIRAN 6
LAMPIRAN 7
JML
NO NAMA PERUSAHAAN LUAS (Ha) KOMODITI
SATPAM
Kab. Lampung Utara
1. PTPN VII (Unit Usaha Bunga Mayang) 14.418,00 Tebu 88 orang
Kab. Lampung Selatan
2. PTPN VII (Unit Usaha Bergen) 2,88 Karet, Sawit 25 orang
3. PTPN VII (Unit Usaha Rejosari) 4,21 Karet, Sawit 16 orang
4. PTPN VII (Unit Usaha Kedaton) 5,17 Karet, Sawit 29 orang
Jumlah luas lahan perkebunan 12,26 69 Orang
Kab. Tulang Bawang
5. PTPN VII (Eks PT. Arya Dwi Pantara) + 1000,00 Sawit 6 orang
Kab. Way Kanan
6. PTPN VII (Unit Usaha Tulung Buyut) 4.348,00 Karet 22 orang
7. PTPN VII (Unit Usaha Blambangan 10 Orang
484,00 Karet
Umpu)
Jumlah luas lahan perkebunan 4.832,00 22 Orang
Kab. Lampung Tengah
8. PTPN VII (Unit Usaha Padang Ratu) 456,00 Sawit 15 orang
9. PTPN VII (Unit Usaha Bekri) 34,000 Sawit 20 orang
Jumlah luas lahan perkebunan 796,00 35 Orang
Kab. Pesawaran
10. Karet &
PTPN VII (Unit Usaha Way Lima) 379,00 10 orang
Kakao
11. Karet &
PTPN VII (Unit Usaha Way Berulu) 457,00 16 orang
Kakao
Jumlah luas lahan perkebunan 836,00 26 Orang
Jumlah total luas lahan 21.894,26 215 orang
46
LAMPIRAN 8
JML
NO NAMA PERUSAHAAN LUAS (Ha) KOMODITI
SATPAM
1 2 3 4 5
Kab. Lampung Utara
1. PT. Nakau 2.434,64 Sawit 20 Orang
2. PT. Budi Dharma Godam Perkasa 1.742 Sawit 10 Orang
3. PT. Agro Bumi Mas 5.055,40 Sawit 12 Orang
4. PT. Bumi Madu Mandiri Tebu 390,61 Tebu 8 Orang
Jumlah luas lahan perkebunan 9.622,65 50 Orang
Kab. Lampung Barat
5. PT. Karya Canggih Mandirutama 5.659,20 Sawit 24 Orang
Kab. Lampung Selatan
6. PT. Sidomulyo Plantation 368,00 Sawit 10 Orang
7. PT. Daya Kalianda Raya 99,00 Kelapa 3 Orang
Hibrida
Jumlah luas lahan perkebunan 467,00 13 Orang
Kab. Tulang Bawang
8. PT. Bangun Nusa Indah Lampung 6.474,65 Sawit 19 orang
9. PT. Sumber Indah Perkasa 9.602,30 Sawit 114 orang
10. PT. Gunung Mas Persada Perkasa (BW) 490,00 Sawit 14 Orang
11. PT. Buma Motor 200,00 Sawit 10 Orang
12. PT. Lambang Sawit Perkasa 119.234,00 Sawit 15 Orang
13. PT. Bangun Nusa Indah Lampung (BW) 5.566,00 Sawit 27 Orang
14. PT. Bumi Madu Mandiri 250,00 Sawit 11 Orang
15. PT. Balai Murni Jaya (BMJ) 167,00 Sawit 9 Orang
16. PT. Sweet Indo Lampung (SGC) 12.984,49 Tebu 185 orang
17. PT. Indo Lampung Perkasa (ILP) 29.901,90 Tebu 97 orang
18. PT. CiPTa Lamtorogung Persada 1.585,36 Tebu 14 Orang
19. PT. Garuda Panca Arta 28.800,00 Tebu 20 Orang
20. PT. Mulya Kasih Sejati 249,50 Tebu 11 Orang
Jumlah luas lahan perkebunan 209.939,20 386 Org
Kab. Mesuji
21. PT. Lampung Inter Pertiwi 6.335,12 Sawit 28 Orang
22. PT. Barat Selatan Makmur 6.610,82 Sawit 25 Org
Investindo
23. PT. Bangun Tata Lampung Asri (BW) 9.037,05 Sawit 22 Orang
24. PT. Budi Dwiyasa Perkasa A (BW) 2.123,50 Sawit 34 orang
25. PT. Budi Dwiyasa Perkasa B (BW) 5.566,85 Sawit 19 orang
26. PT. Prima Alumga 10.543,33 Sawit 32 orang
27. PT. Budi Nusa CiPTa Wahana (BW) 1.944,52 Sawit 16 Orang
28. PT. Pematang Agri Lestari 2.388,65 Sawit 15 orang
29. PT. Silva Inhutani (Reg 45) 7.904,36 Karet 43 orang
30. PT. Sumber Indah Perkasa 4.010,00 Sawit 114 orang
31. PT. Tunas Baru Lampung (BW) 5,6 Sawit 14 orang
32. PT. Garuda Bumi Perkasa 20,00 Sawit 11 orang
Jumlah luas lahan perkebunan 62.055,80 347 Org
Kab. Tulang Bawang Barat
33. PT. HIM (Huma Indah Mekar) 3.664,25 Karet 47 orang
34. PT. Pranasta Abadi 1.200,00 Sawit 30 Orang
35. PT. Bangun CiPTa Wahana 520,00 Sawit 18 Orang
36. CV. Sari Bumi Mulya 200,00 Sawit 12 Orang
1 2 3 4 5
6 Jumlah luas lahan perkebunan 5.584,25 107 Org
48
LAMPIRAN 9
PT. Lambang
Sawit Perkasa
Pihak I Sengketa saling mengklaim Masyarakat Dusun Sungai Cambia Kec.
6. 8
Masyarakat Kp. lahan HGU karena masyarakat Mesuji Meminta Dikembalikannya Lahan
.
Sungai Cambai Dari belum mendapat ganti rugi Masyarakat Dibawah Pmpinan Sdr. Refil
Suku Lampung, Jml pembebasan lahan dari Ripin Mendatangi PT. PPA Dengan Massa
Lk 400 Kk perusahan sehingga belum + 25 Orang Dan Menuntut Ganti Rugi
Pihak II tuntas Lahan Seluas 263 Ha.Tidak Adanya
PT. Prima Alumga Pengrusakan Yang Terjadi.
Pihak I Sengketa ganti rugi pembebasan Tgl 6 S/D 8 Peb 2012 Aksi Unras Yang
7. 9
Masyarakat Pemilik lahan perkebunan yang belum Tergabung Dalam Masyarakat Megou
.
Tanah Umbul Di tuntas Pak, Massa Lk 1.000 Orang, Korlap An.
Wilayah 4 M. Ali Nasir, Fayakun, Indra Fiska, Supri,
Kecamatan (Gedung Saiful Dan Cikbun
Meneng, Dente Tuntutan :
Teladas, Menggala Ukur Ulang HGU PT. Sugar Group
Dan Gedung Aji Kab. Companies (Sgc)
Tulang Bawang) Kembalikan Hak-Hak Masyarakat Adat
Dari Suku Lampung, Tgl 19 SePT 2012 Unras Dikantor Pemda
Jml Massa Lk 2.000 Tuba, Massa Lk 150 Orang, Korlap An.
Orang Supri Dan Sapuan Ismail
Pihak II Tuntutan : Masyarakat Meminta
PT. Sugar Group Pengembalian Tanah Umbul Milik
Companies (SGC) Masyarakat Yang Telah Diambil Oleh
PT. Sgc.
PT. Sgc Harus Mengadakan
Musyawarah Dengan Masyarakat
Tulang Bawang
Bupati Tuba Dan Instansi Terkait Agar
Dapat Membantu Penyelesaian Hak-
Hak Masyarakat, Jika Pihak PT. Sgc
Tidak Mengembalikan Hak Masyarakat
Agar Bupati Dan Instansi Terkait
Membatalkan Situ, Siup, Surat Ijin
Perindustrian, Surat Ijin Pendataan
Perusahaan Dan Mengkaji Ulang HGU
Serta Lahan Menjadi Status Quo
2 3 4
1
Pihak I Sengketa ganti rugi pembebasan Masyarakat Kampung Wiralaga
8. 5
Masyarakat Kp. Tirta lahan perkebunan yang belum Menuntut Lahan Inclave Yang Masuk
1
Laga Kec. Mesuji tuntas Areal HGU Perusahaan Seluas 400 Ha,
6
Timur Dari Suku Sampai Saat Ini Belum Ada Unjuk Rasa
1
Lampung, Jml Lk Yang Terjadi Maupun Yang Menimbulkan
.
300 Kk Kerusakan Yang Terjadi
Pihak II
PT. BTLA
Pihak I Sengketa lahan perkebunan Unras Pada Tgl 21 Mei 2012 Dengan
9. 2
PTPN7 Unit usaha Masyarakat Mengklaim Lahan Massa 200 Org.
.
Bunga Mayang. PTPN7 Bunga Mayang Melebihi Unras Pada Tgl 05 Juli 2012 Dengan
Karyawan 735 Perijinan Dan Milik Masyarakat. Massa 500 Org.
Orang Tuntutan Meminta Ukur Ulang Unras Pada Tgl 30 Juli 2012 Dengan
Pihak II Massa 500 Org.
Warga 10 Kampung Unras Pada Tgl 01 Okt 2012 Ormas
Dari Suku Lampung, Sabai Sai Melakukan Unra (Aksi Damai)
Jml Lk. 1.000 Orang Di Kantor PTPN7 Buma Dengan Massa
(Kp. Negara Tulang 500 Org
Bawang, Tanah Korlap
Abang, Sukadana 1. Indra Perwakilan Ds. Kota Napal.
Ilir, Sukadana Udik, 2. Desyantori Perwakilan Ormas Sabay
Handuyang, Say.
Sidodadi, Kota Tuntutan :
Napal, Negara Batin, Pengukuran Ulang HGU PTpn VII
Gedung Batin Dan Bunga Mayang
Ketapang) Kec. Meminta Ganti Rugi
Bunga Mayang, Kec. Mengembalikan Tanah Kepada
Sungkai Utara Dan Masyarakat
Kec. Sungkai Selatan
Pihak I Sengketa lahan perkebunan Tgl 28 Jan 2007 Sdr. Zainal Abidin Als
10. PT3ABM (Agro Bumi saling mengklaim Lahan Seluas Gajah Melakukan Klaim Tanah Di PT
. Karyawan 350
Mas). 8,2 Ha di PT. ABM antara masy ABM Seluas 8,2 Ha Dan Menanami
Orang dengan PT ABM Lahan Tersebut Dengan Pohon Karet
Pihak II Dan Pohon Sawit
50
52
LAMPIRAN 10
KELOMPOK III
112
IDENTIFIKASI POTENSI KONFLIK YANG BERSUMBER DARI SARA, INDUSTRI, ECONOMY GAP,
MASALAH KETENAGAKERJAAN DAN DAMPAK INDUSTRI PERKEBUNAN SERTA UPAYA PENANGGULANGANNYA SECARA EFEKTIF
( STUDI KASUS POLDA LAMPUNG )
MEMBAWA AN TERKAI
SENPI/SAJAM MASYAR T
AKAT
X X X X X X X X X X X X KAPOLSEK
- MELAKSANAKAN MENINGKATKAN KAPOLRES DIPA POLRI
DETEKSI DINI DIDAERAH EARLY WARNING KAPOLDA
RAWAN KONFLIK SARA DAN EARLY
DENGAN MELAKUKAN DETECTION
PENGGALANGAN
TERHADAP TOGA,
TODAT,TOMAS,DAN
TODAR.
113
MENGEDEPANKAN
BABINKAMTIBMAS.
23
114
KORDINASI UNTUK KAPOLRES
MEREALISASIKAN KAPOLDA
PROGRAM CSR
TERSERAPNYA X X X X X X X X X X X X DIPA POLRI
- MENYARANKAN KEPADA TENAGA KERJA DARI KAPOLSEK
PIHAK PERUSAHAAN UNSUR KAPOLRES
MENGGUNAKAN TENAGA MASYARAKAT KAPOLDA
SATPAM DENGAN SISTEM SETEMPAT
OUT SOURCHING YANG
MENGGUNAKAN
MASYARAKAT SEKITAR.
DILAKSANAKAN OLEH
BABINKAMTIBMAS,
KAPOLSEK, KAPOLRES.
PENCEGAHAN
7b
KONFLIK
KONFLIK SARA - MEREDAM - MELAKSANAKAN PLOTING KEHADIRAN TERCIPTA X X X X X X X X X X X X KAPOLSEK DIPA POLRI
115
POTENSI PENGAMANAN OBYEK PETUGAS NYA KAPOLRES
KONFLIK VITAL DAN TEMPAT MEMINIMALISIR RASA KAPOLDA
25
116
TEMPAT STRATEGIS TERJADINYA AMAN
LAINYA KONFLIK DAN
NYAMAN
DITENGA
H
TENGAH
MASYAR
- MEMBANG - MELAKSANAKAN TERCIPTANYA AKAT KAPOLSEK DIPA POLRI
UN SISTEM NEGOSIASI DENGAN KOMUNIKASI YANG X X X X X X X X X X X X KAPOLRES
PERINGATA MASSA/KORLAP OLEH TIM BAIK ANTARA KAPOLDA
N DINI/SPD NEGOSIATOR APARAT DAN
MASSA
PENGHENTIAN
7c
KONFLIK
(REPRESIF)
KAPOLSEK DIPA POLRI
KONFLIK SARA - PENGHENTIAN - MELAKSANAKAN MELAKUKAN TERCIPTA X X X X X X X X X X X X KAPOLRES
KEKERASAN PENEGAKAN HUKUM PROSES SIDIK PADA SITUASI KAPOLDA
FISIK SECARA TEGAS TERHADAP SETIAP PERKARA / KAMTIBA
PELAKU ANARKIS / KASUS YANG MS YANG
- PENYELAMAT KORLAP / PENANGGUNG BERHUBUNGAN AMAN
AN DAN JAWAB. DENGAN KONFLIK DAN
PERLINDUNG YANG ERJADI KONDUSI
AN SECARA TUNTAS F
TERHADAP SAMPAI PROSES
KORBAN PERSIDANGAN
26
- MELAKSANAKAN SITUASI
TINDAKAN KAMTIBAMS X X X X X X X X X X X X KAPOLSEK DIPA POLRI
PENYELAMATAN DAN TERJAGA DENGAN KAPOLRES
PERLINDUNGAN BAIK OLEH UNSUR KAPOLDA
TERHADAP MASYARAKAT KEAMANAN
SERTA PENGAMANAN
HARTA BENDA.
117
27
118
DAMPAK - PENGHENTIAN - MELAKSANAKAN MELAKUKANPROSES KAPOLSEK DIPA POLRI
INDUSTRI, KEKERASAN PENEGAKAN HUKUM SIDIK PADA SETIAP KAPOLRES
ECONOMY GAP, FISIK SECARA TEGAS TERHADAP PERKARA / KASUS X X X X X X X X X X X X KAPOLDA
MASALAH PELAKU ANARKIS / YANG
KETENAGAKERJ - PENYELAMAT KORLAP / PENANGGUNG BERHUBUNGAN
AAN, DAN AN DAN JAWAB. DENGAN KONFLIK
DAMPAK PERLINDUNG YANG ERJADI
INDUSTRI AN SECARA TUNTAS
PERKEBUNAN TERHADAP SAMPAI PROSES
KORBAN PERSIDANGAN
- MEMBATASI
PERLUASAN - MELAKSANAKAN MEMAKSIMALKAN KAPOLSEK DIPA POLRI
AREA DAN PENGHENTIAN KONFLIK / BANTUAN PERSONIL KAPOLRES
X X X X X X X X X X X X
TERULANGNY KEKERASAN FISIK DENGAN DALAM KAPOLDA
A KONFLIK MENGERAHKAN PENANGANAN
KEKUATAN MAKSIMAL ( KONFLIK
7d PEMULIHAN
PASCA KONFLIK
119
29
120
SOSIAL DAN KESEHATAN EKONOM X X X X X X X X X X X X KAPOLRES
DI DAERAH PASCA I YANG KAPOLDA
KONFLIK BERFUNG
SI
DENGAN
- REKONSTRUKS - MELAKUKAN TERCIPTANYA BAIK
I PERBANTUAN KEPADA NORMALISASI KAPOLSEK DIPA POLRI
X X X X X X X X X X X X
PEMDA / PEMERINTAH INFRASTRUKTUR KAPOLRES
GUNA MEMPERBAIKI DITENGAH-TENGAH KAPOLDA
TEMPAT TINGGAL, KERUKUNAN YANG
LINGKUNGAN DAN HETEROGEN
FASILITAS UMUM YG
RUSAK AKIBAT KONFLIK
- MELAKUKAN
PERBANTUAN DALAM
RANGKA PEMULIHAN
SARANA PENDIDIKAN,
KESEHATAN, TEMPAT
KELOMPOK IV
MARAKNYA KONFLIK SOSIAL
ANTAR WARGA (DESA) DAN UPAYA
PENANGGULANGANNYA
(STUDI KASUS POLDA SULAWESI
TENGAH)
I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Konflik merupakan bagian dari sejarah kehidupan manusia. Maknanya,
selama masih ada kehidupan manusia, konflik tidak akan terhapus dari kehidupan
manusia di dunia. Berbagai perbedaan yang dapat ditoleransi dengan baik
dapat melahirkan konflik. Permasalahannya adalah apabila tidak terselesaikan
dengan baik, konflik tersebut akan berlanjut hingga menimbulkan kekerasan.
Kekerasan bagi masyarakat Indonesia bukanlah sesuatu yang asing.
Sejarah mencatat berbagai peristiwa kekerasan pernah terjadi di Indonesia.
Beberapa peristiwa yang lahir akibat konflik yang termanifestasi menjadi
kekerasan beberapa tahun terakhir ini terjadi di beberapa daerah seperti di
Sulawesi Tengah, NTB, Maluku dan Papua. Konflik dilatarbelakangi oleh berbagai
perbedaan seperti : kepentingan, suku, ras, agama, budaya, ideologi, status
ekonomi dan tapal batas. Konflik tersebut terjadi antara berbagai kelompok
yang ada dalam masyarakat yang dikenal dengan istilah konflik komunal.
Peristiwa konflik komunal dengan kekerasan yang dilandasi oleh perasaan
kebencian sering terjadi di sekitar kita. Pada beberapa kasus yang terjadi, jatuh
korban dan kerugian yang tidak sedikit. Bahkan, konflik itu menimbulkan
luka perasaan yang mendalam serta sikap permusuhan dan dendam yang
berkepanjangan.
Konflik sosial yang terjadi menyentuh hampir di segala aspek kehidupan
masyarakat antara lain : konflik agraria, sumberdaya alam, nafkah, ideologi,
identitas-kelompok, batas teritorial. Salah satu konflik sosial di Sulawesi Tengah
yang menjadi sorotan adalah perkelahian antar warga di wilayah pedesaan.
Angka statistik kejadian menunjukkan gejala yang cukup serius terutama yang
mengakibatkan timbulnya trauma psikologis masyarakat dan kerugian terhadap
aset-aset material serta non-material. Secara rinci potensi konflik yang terjadi di
wilayah hukum Polda Sulteng sebagai berikut :
a. Konflik yang menyangkut Poleksosbud : 49 potensi
b. Konflik yang menyangkut Suku, Agama, Ras (SARA) : 5 potensi
II TINJAUAN KONSEP
1. Kondisi sosial Masyarakat
Adapun kondisi sosial masyarakat Sulawesi Tengah dapat dilihat dari
beberapa aspek yaitu sebagai berikut :
a. Masyarakat Sulawesi Tengah pada umumnya berdomisili di wilayah
pegunungan / perbukitan dan di sekitar pantai dengan mata pencaharian
mayoritas sebagai petani dan nelayan
V PENUTUP
1. Rekomendasi
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan di atas, maka gagasan yang
dapat direkomendasikan kepada Mabes Polri adalah sebagai berikut :
a. Agar pemerintah Pusat meninjau kembali penataan batas wilayah Desa
dengan melibatkan masyarakat setempat
b. Agar Mabes Polri menambah personil, fasilitas dan sarana prasarana untuk
memperkuat Sat Brimob dan Polres khususnya yang rawan konflik
c. Perlunya dukungan moril dari Pimpinan untuk tindakan tegas dalam
menegakkan hukum yang berkaitan dengan konflik sosial (Desa)
132
KELOMPOK IV
LAMPIRAN : LANGKAH-LANGKAH PENANGANAN KONFLIK SOSIAL ANTAR WARGA (DESA)
(STUDI KASUS POLDA SULAWESI TENGAH)
133
33
134
PERDAMAIAN PERDAMAIAN A AKAT RES TOGA
KE DESA-DESA BERSAMA PERASAAN DAPAT KAPOL TOMAS
YANG RAWAN INSTANSI DENDAM HIDUP SEK TODAT
KONFLIK TERKAIT MASYARAK BERDAM
AT PINGAN
TERHADAP SECARA
KELOMPOK TENTRA
LAIN M DAN
DAMAI
7b PENCEGAHAN - MEREDAM - DETEKSI DINI - SELURUH TIDAK X X X X X X X X X X X X KAPOL PEMDA DIPA POLRI
KONFLIK POTENSI DAN CEGAH POTENSI TERJADI DA TNI
I DAN SEK
DAPAT
DICEGAH
SECARA
DINI
SEHINGG
A TIDAK
MENJADI
KONFLIK
SOSIAL
135
35
136
SOSIAL AHAN
KONFLIK
SOSIAL
TERSELESAI
KAN
7c PENGHENTIAN -PENGHENTIAN - MEMISAHKAN MASING- MENGUR X X X X X X X X X X X X KAPOL PEMDA DIPA POLRI
KONFLIK KEKERASAN PIHAK-PIHAK MASING ANGI DA TOMAS
(REPRESIF) FISIK YANG KELOMPOK ATAU KAPOL TODAT
BERKONFLIK YANG MENCEG RES TOGA
BERKONFLI AH
K DAPAT JATUHNY
DIPISAHKA A
N KORBAN
JIWA
ATAU
HARTA
BENDA
- MELAKUKAN PARA MEMBER X X X X X X X X X X X X DIRRES DIPA POLR
TINDAKAN PELAKU IKAN KRIM
TEGAS KEKERASA EFEK KAPOL
TERHADAP N DAPAT JERA RES
PELAKU DIPROSES TERHAD
36
KEKERASAN HUKUM AP
MASYAR
AKAT
AGAR
TDK
MELAKU
KAN
KEKERAS
AN
- MELOKALISIR PIHAK- TIDAK X X X X X X X X X X X X KARO DIPA POLRI
KELOMPOK YG PIHAK TERJADI OPS
YANG YANG KEKERAS KAPOL
BERKONFLIK BERKONFLI AN FISIK RES
K TIDAK
BERTEMU
138
PASCA KONFLIK PERDAMAIAN YA INYA
PIHAK-PIHAK PERDAMAI REKONSI
YANG AN PIHAK- LIASI SCR
BERKONFLIK PIHAK PERMAN
YANG EN
BERKONFLI
K
KELOMPOK V
IDENTIFIKASI DAN PREDIKSI
TERJADINYA KONFLIK DALAM SETIAP
TAHAPAN PEMILU 2014 SERTA LANGKAH
YANG DILAKUKAN DALAM UPAYA
MENGANTISIPASINYA
(STUDI KASUS POLDA METRO JAYA)
I. PENDAHULUAN
Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk Republik serta dalam
penyelenggaraan pemerintahannya didasarkan pada asas kedaulatan rakyat,
sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dan
ditegaskan kembali dalam pasal 1 ayat 2 UUD 1945. Dalam rangka mewujudkan
kedaulatan rakyat untuk menghasilkan pemerintahan negara yang demokratis
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 maka diselenggarakan
Pemilihan Umum secara langsung dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat dalam
rangka pembentukan, penyelenggaraan dan pengawasan pemerintahan yang
demokratis. Menurut Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 15 Tahun
2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum, definisi Pemilihan Umum yang
selanjutnya disebut Pemilu, adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang
diselenggarakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD Negara Republik
Indonesia 1945.
Penyelenggaraan Pemilihan Umum di Indonesia dilakukan secara berkala setiap
5 tahun sekali untuk memilih anggota lembaga perwakilan rakyat yaitu: DPR, DPRD
Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota serta memilih Presiden dan Wakil Presiden
sebagaimana disebutkan dalam amandemen keempat UUD 1945 pada tahun
2002. Pesta demokrasi lima tahunan yang akan diselenggarakan pada tahun 2014
nanti, sering disebut sebagai tahun politik karena melalui dua tahapan besar pesta
demokrasi, yaitu pemilihan anggota Legislatif (Pileg) dan pemilihan Presiden (Pilpres).
Pemilu yang akan diselenggarakan pada tahun 2014 yang didasarkan pada
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilu anggota DPR, DPD dan DPRD,
merupakan indikator perilaku politik yang menunjukkan kematangan berpolitik
bangsa Indonesia, baik dilihat dari lingkup individu, komunitas atau golongan, maupun
secara nasional. Proses Pemilu dalam pemilihan anggota Legislatif pusat dan daerah,
maupun pemilihan Presiden dan Wakil Presiden, memerlukan ragam tahapan yang
saling berkesinambungan. Proses tahapan Pemilu tersebut dimulai dari penyusunan
5. PERTAHANAN KEAMANAN
Sejak berakhirnya era orde baru dan berganti dengan era reformasi, hal
yang penting dalam kehidupan bernegara di bidang pertahanan dan keamanan
negara Indonesia adalah terpisahnya Polri dan TNI sebagaimana dikukuhkan
dalam Ketetapan MPR Nomor : TAP MPR/VI/MPR/2000 tentang Pemisahan
Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia, yang
selanjutnya peran kedua institusi dimaksud secara rigid terpisah sebagaimana
ditentukan dalam Ketetapan MPR Nomor: TAP MPR/VII/MPR/2000 tentang
Peran Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Bidang pertahanan Negara diemban secara dominan oleh TNI yang didasarkan
pada Undang Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara,
sedangkan bidang keamanan nasional diemban secara dominan oleh POLRI
yang didasarkan pada Undang Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang
Kepolisian Negara Republik Indonesia.
a. Pertahanan Nasional
Situasi umum pertahanan nasional Indonesia adalah bahwa jumlah
personil TNI yang mengemban tugas menjaga seluruh kawasan nusantara
secara kuantitas masih belum memadai, karena banyak pulau pulau
terluar dan kawasan perbatasan yang rawan masih belum dijaga dengan
baik. Hal tersebut lebih diperparah oleh ketertinggalan alat utama sistim
pertahanan (Alutsista) yang dimiliki oleh TNI saat ini dalam hal kualitas
maupun kuantitas dari negara-negara tetangga, sehingga seringkali
khususnya wilayah perairan laut dan udara Indonesia dilanggar oleh
Negara lain, misalnyapencurian ikan oleh nelayan asing di perairan wilayah
Indonesia.
b. Keamanan Nasional
Dalam rangka memelihara keamanan dalam negeri yang diwujudkan
dalam pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, Polri didukung
oleh sebanyak kurang lebih 400.000 anggota yang tersebar di seluruh
wilayah Indonesia dan fasilitas pendukung yang semakin hari semakin baik.
Isu permasalahan dibidang keamanan yang saat ini menjadi atensi
Polri dan masyarakat adalah tentang permasalahan separatisme, terorisme,
kriminalitas dan gangguan Kamtibmas lainnya. Ancaman kelompok
separatisme terjadi di beberapa wilayah di Indonesia seperti: provinsi
Nanggroe Aceh Darussalam oleh kelompok Gerakan Aceh Merdeka (GAM),
provinsi Sulawesi Tengah, provinsi Maluku oleh kelompok Republik Maluku
Selatan (RMS), provinsi Papua oleh kelompok Organisasi Papua Merdeka
(OPM). Permasalahan Kamtibmas dan terorisme merupakan hal yang amat
10. Peraturan KPU RI Nomor 69 tahun 2009 tentang Tata Cara Kampanye
dan revisinya Peraturan KPU RI Nomor 14 tahun 2010
11. Peraturan KPU Nomor 11 Tahun 2012 tentang Tahapan, Program dan
Jadwal penyelenggaraan Pemilu anggota DPR, DPD dan DPRD Tahun
2014.
12. Peraturan KPU Nomor 15 tahun 2012 tentang Perubahan Kedua atas
Peraturan KPU Nomor 7 tahun 2012 tentang Tahapan, Program dan
Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), dan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah (DPRD) Tahun 2014.
13. Peraturan KPU Nomor 12 Tahun 2012 tentang Perubahan atas Peraturan KPU
Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pendaftaran, Verifikasi, dan Penetapan
Partai Politik Peserta Pemilu Anggota Dewan Perwakilan Rakyat,
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, dan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah Kabupaten/Kota.
14. Peraturan Bawaslu Nomor 14 Tahun 2009 tentang Perubahan Peraturan
Bawaslu Nomor 3 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Sekretariat Badan Pengawas Pemilihan Umum dan Sekretariat Panitia
Pengawas Pemilihan Umum.
15. Peraturan Bawaslu RI Nomor 20 tahun 2009 tentang Tata Cara
Pelaporan Dan Penanganan Pelanggaran Pemilihan Umum Kepala
Daerah dan Wakil Kepala Daerah dan revisinya Peraturan Bawaslu RI
Nomor 5 tahun 2012
16. Peraturan Bawaslu Nomor 10 Tahun 2012 tentang Pembentukan,
Pemberhentian, dan Penggantian antar Badan Pengawas Pemilu.
17. Peraturan bersama KPU, Bawaslu dan DKPP Nomor 13 Tahun 2012,
Nomor 11 Tahun 2012 dan Nomor 1 Tahun 2012 tentang Kode Etik
Penyelenggara Pemilihan Umum.
18. MOU Penegakan Hukum Terpadu (Gakumdu) Nomor : B 1837 / 0.1 /
Dsp.1 / 03 / 2012, Nomor : B / 08 / III / 2012 / Datro, Nomor : B / 057 /
Panwaslukada-DKI / B / III / 2012
19. Keputusan Rapat Pleno Panwaslu DKI tanggal 7 September 2012.
9 Juni 2012 Susunan Tata Dilaksanakan oleh tidak sesuai UU Intelijen Pulbaket
s/d 9 juni Kerja KPU KPU
2013 Provinsi/ Kab/ Koordinasi kurang Polri menjadi ini-
Kota maksimal siator pertemuan
rutin untuk menin-
gkatkan koordinasi
di tingkat muspida
dan KPU
Penempatan LO
Polri pada KPU
tingkat Prov/Kab/
Kota
3. Jan s/d Seleksi Ang- Dilaksanakan oleh Apabila anggota Intelijen Pulbaket
Desember gota KPU Prov/ KPU, dan KPU KPU tidak kredibel dan Penggalangan
2013 Kab/Kota provinsi dan tidak netral agar anggota KPU
terpilih bersikap
netral dan memiliki
kredibilitas
Binmas mendo-
rong agar proses
seleksi sesuai
prosedur
- Kebocoran shg
surat suara terse-
bar sebelum masa
pencoblosan
POTENSI KER-
NO. TGL KEGIATAN PELAKSANA UPAYA
AWANAN
- Gatur Lantas
- Koordinasi den-
gan Satgas Parpol,
Pamdal, Satpol PP
serta Menteri
Luar
Negeri.
- Pe n g g e l e m -
bungan DPT
kabupaten/kota
5. 09 s/d 15 P e n d a f t a r a n D i l a k s a n a k a n Rebutan Nomor - Pengamanan di
April 2013 Calon Anggota oleh KPU urut jadi ang- kantor-kantor Partai
DPR, DPD dan gota Legislatif Peserta Pemilu dan
DPRD Verifikasi Admin- kantor KPU
istrasi dan Fak-
tual kepada KPU
provinsi dan KPU
kabupaten/kota
6. 16 April s/d Pengumuman D i u m u m k a n Penolakan pen- - P e n g a m a n a n
27 Juli 2013 DCT anggota oleh KPU, gumuman hasil Kantor KPU
DPR, DPRD
provinsi dan DPRD kabupat- - P e l a k s a n a a n
4 Agust 2013 en/ kota sesuai MOU damai antara
Diumumkanoleh KPU provinsi dan Polri, Bawaslu , Peser-
KPU, KPU sesuai ta Pemilu dan KPU
sebelum
DPRD kabupat- tingkatannya
en/ kota
pelaksanaan kampa-
nye
- Koordinasi den-
gan stake holder ter-
kait (TNI, Satpol PP,
pokdarKamtibmas,
security) untuk pen-
gamanan terpadu
- Binmas melaku-
kan sambang dan
penggalangan ter-
hadap tomas, toga,
toda untuk mencip-
takan Kamtibmas
- Binmas melaku-
kan sambang dan
penggalangan ter-
hadap tomas, toga,
toda untuk mencip-
takan Kamtibmas
- Pengamanan ko-
tak suara di PPS/PPK,
KPU KAB/Kota/Prov
- Koordinasi den-
gan stake holder ter-
kait (TNI, Satpol PP,
pokdarKamtibmas,
security) untuk pen-
gamanan terpadu
- Penyiapan pasu-
kan PHH dan pasu-
kan Sabhara
- Binmas melaku-
kan sambang dan
penggalangan ter-
hadap tomas, toga,
toda untuk mencip-
takan Kamtibmas
- Binmas melaku-
kan sambang dan
penggalangan ter-
hadap tomas, toga,
toda untuk mencip-
takan Kamtibmas
- Penyiapan pasu-
kan PHH dan pasu-
kan Sabhara
- Binmas melaku-
kan sambang dan
penggalangan ter-
hadap tomas, toga,
toda untuk mencip-
takan Kamtibmas
- Penyiapan pasu-
kan PHH dan pasu-
kan Sabhara
- Binmas melaku-
kan sambang dan
penggalangan ter-
hadap tomas, toga,
toda untuk mencip-
takan Kamtibmas
- Lalu-lintas siapkan
rute alternatif
POTENSI KER-
NO. TGL KEGIATAN PELAKSANA UPAYA
AWANAN
- Penyiapan
pasukan PHH dan
pasukan Sabhara
- Binmas melaku-
kan sambang dan
penggalangan ter-
hadap tomas, toga,
toda untuk mencip-
takan Kamtibmas
- Gatur lantas
- Binmas sam-
bang dan peng-
galangan untuk
ciptakan Kamtibmas
- Koordinasi
dengan Satgas
Parpol, Pamdal,
Satpol PP
- Menempatkan
LO di setiap tim
kampanye dan
KPU
3 Verifikasi dukungan - KPU - Penolakan - Intelijen Pulbaket
. partai politik /- Bawaslu - Black dan
gabungan partai - Partai Politik campaign penggalangan
politik terhadap - Tim - Pecah - Serse sidik
paslon Capres dan Kampanye / dukungan / Pidana
Cawapres. Sukses konflik internal - Pengamanan
- Paslon parpol Kantor KPU dan
Capres- kediaman paslon
Cawapres - Penyiapan PHH
dan Sabhara
- Gatur Lantas
- Koordinasi
dengan Satgas
Parpol, Pamdal,
Satpol PP
- Menempatkan
LO di setiap tim
kampanye dan
KPU
Koordinasi
dengan stake
holder terkait
(TNI, Satpol PP,
pokdarKamtibma
s, security) untuk
pengamanan
terpadu di kantor
DPR, DPRD,
DPD dan MK
- Binmas
melakukan
sambang dan
penggalangan
terhadap tomas,
toga, toda untuk
menciptakan
Kamtibmas
- Serse lidik dan
sidik
kemungkinan
terjadinya pidana
- Menempatkan
LO di setiap tim
kampanye dan
KPU
III KAMPANYE Dilaksanaka - Pengerahan - Intelijen Pulbaket
n oleh masa anarkis dan
peserta - Di luar jadwal Penggalangan
Pemilu 2014 - Money - Pengamanan,
(Paslon politics Pengawalan,
Capres- - Pelanggaran Gaktib lantas
Cawapres, Lalu lintas dalam
Timses, pelaksanaan
Parpol) Kampanye.
- Penyiapan
pasukan PHH
dan pasukan
Sabhara
- Koordinasi
dengan stake
holder terkait
(TNI, Satpol PP,
pokdarKamtibma
s, security) untuk
pengamanan
terpadu
- Menempatkan
LO di setiap tim
kampanye dan
KPU
Kamtibmas
- Serse lidik dan
sidik
kemungkinan
terjadinya pidana
- Menempatkan
LO di setiap tim
kampanye dan
KPU
- Pengamanan
paslon capres
cawapres
kemungkinan
terjadinya pidana
- Menempatkan
LO di setiap tim
kampanye dan
KPU
- Pengamanan
paslon capres
cawapres
VI. TAHAP II
1 Pengadaan dan - KPU - Terlambat - Intelijen Pulbaket
. distribusi - Kurang - Sabhara, Lantas
- Hilang / rusak Pengawalan dan
pengamanan
- Korupsi Logistik
- Perusahaan
percetakan Pemiludari tahap
tidak tepat awal sampai
waktu tahap akhir
- Salah alamat pelaksanaan
- Logistik Pemilu Pemilu
Rusak - Lidik dan sidik
- Kecelakaan korupsi
dalam - Serse lidik dan
pengiriman sidik adanya
- kebocoran shg kemungkinan
surat suara pidana
tersebar
sebelum masa
pencoblosan
pokdarKamtibma
s, security) untuk
pengamanan
terpadu di kantor
KPU
- Penyiapan
pasukan PHH
dan pasukan
Sabhara
- Binmas
melakukan
sambang dan
penggalangan
terhadap tomas,
toga, toda untuk
menciptakan
Kamtibmas
- Serse lidik dan
sidik
kemungkinan
terjadinya pidana
- Menempatkan
LO di setiap tim
kampanye dan
KPU
- Pengamanan
paslon capres
cawapres
menciptakan
Kamtibmas
- Serse lidik dan
sidik
kemungkinan
terjadinya pidana
- Menempatkan
LO di setiap tim
kampanye dan
KPU
- Pengamanan
paslon capres
cawapres
s, security) untuk
pengamanan
terpadu di kantor
KPU
- Penyiapan
pasukan PHH
dan pasukan
Sabhara
- Binmas
melakukan
sambang dan
penggalangan
terhadap tomas,
toga, toda untuk
menciptakan
Kamtibmas
- Serse lidik dan
sidik
kemungkinan
terjadinya pidana
- Lalu-lintas
siapkan rute
alternatif
- Menempatkan
LO di setiap tim
kampanye dan
KPU
- Pengamanan
pasangan capres
cawapres
terpilih.
206
KELOMPOK V
IDENTIFIKASI DAN PREDIKSI TERJADINYA KONFLIK DALAM SETIAP TAHAPAN PEMILU TAHUN 2014
SERTA LANGKAH-LANGKAH YANG DILAKUKAN DALAM UPAYA MENGANTISIPASINYA
(STUDI KASUS POLDA METRO JAYA)
7b PREVENTIF MENGHILANGK a. MENEMPATKAN PASU-KAN a. PASUKAN SABHARA AMBANG DIR KPU, DIPA
AN NIAT SABHARA UNTUK DPT CEGAH GANGGUAN SABHA BAWAS- POLD
(MENGHAM- MENCEGAH AMBANG AMBANG DLM MASY RA LU, A
BAT AMBANG GANGGUAN AGAR TIDAK GANGGUAN. DPT DI TIM SES
GANGGUAN) BERKEMBANG GANGGUAN HILANGKAN X X X X X X X X X X X X
NYATA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
40
7c REPRESIF METODE a. MENEMPATKAN FUNGSI a. FUNGSI BRIMOB MELAKS GIAT DIR RES KPU, DIPA
REPRESIF YG BRIMOB UNTUK DPT MELAKUKAN REPRESIF YG KRIM BAWAS- POLD
SISTEMATIS, MELAKUKAN TINDAKAN TINDAKAN SESUAI SESUAI LU, A
SESUAI TERUKUR DAN SESUAI PROSEDUR HUKUM. PROSEDUR X X X X X X X X X X X X TIM SES
PROSEDUR PROSEDUR. HUKUM,
HUKUM DAN SISTEMATIS
EFEKTIF DAN EFEKTIF
b. MELAKUKAN GAKKUM b. FUNGSI LANTAS
TDHP PENGGUNA JALAN DAPAT LAKS
PD TAHAPAN PEMILU GAKKUM UTK EFEK
UNTUK EFEK JERA DAN JERA DAN HINDARI X X X X X X X X X X X X
HINDARI LAKA LANTAS. LAKA LANTAS.