Anda di halaman 1dari 208

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RAPIM
POLRI
2013
J a k a rta , 29-31 J a nua ri 2013
Laporan Naskah Hasil
Diskusi dan Lampiran
L a n g k a h - L a n gk ah
Penanganan Konflik
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013


DAFTAR
ISI

Hal
KELOMPOK I 7

KELOMPOK II
37
KELOMPOK III
67

KELOMPOK IV
123
KELOMPOK V
141

Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013 3


KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RAPIM
POLRI
2013
6 Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KELOMPOK I
IDENTIFIKASI PERMASALAHAN KONFLIK
VERTIKAL DAN KOMUNAL
DAN UPAYA PENANGGULANGANNYA
(STUDI KASUS POLDA PAPUA)

Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013 7


8 Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013
IDENTIFIKASI PERMASALAHAN KONFLIK VERTIKAL DAN
KOMUNAL DAN UPAYA PENANGGULANGANNYA
(STUDI KASUS POLDA PAPUA)

I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pengaruh lingkungan global, regional dan nasional ikut mempengaruhi
pelaksanaan tugas-tugas kepolisian selaku pemelihara Kamtibmas, penegak
hukum, pelindung, pengayom serta pelayan masyarakat1, dimana pelaksanaan
tugas tugas tersebut masih belum sepenuhnya dapat terlaksana dengan baik
dan dirasakan secara optimal oleh masyarakat, hal ini disebabkan beberapa
faktor antara lain terbatasnya sumber daya manusia Polri, terbatasnya sarana
dan prasarana serta anggaran yang dikelola Polri untuk menciptakan stabilitas
Kamtibmas yang mantap serta masih rendahnya partisipasi masyarakat dalam
memberikan kontribusi positif dalam rangka menciptakan Kamtibmas yang
kondusif.
Kepolisian Daerah Papua (Polda Papua) sebagai salah satu institusi
pemerintahan yang melaksanakan tugas tugas kepolisian di wilayah provinsi
Papua dan provinsi Papua Barat memiliki peran dan tanggung jawab dalam
mengelola tatanan kehidupan masyarakat guna menciptakan dan memelihara
situasi Kamtibmas yang aman, nyaman dan tentram, namun sampai saat ini
belum sepenuhnya dapat berjalan dengan optimal karena keterbatasan Sumber
Daya yang dimiliki oleh Polda Papua dan juga masih terdapat kontribusi
negatif masyarakat itu sendiri sehingga menyebabkan terjadinya gangguan
Kamtibmas di wilayah hukum Polda Papua. Kontribusi negatif masyarakat
yang menyebabkan terjadinya gangguan Kamtibmas di wilayah hukum Polda
Papua berupa konflik vertikal dan konflik komunal. Konflik vertikal di wilayah
hukum Polda Papua dilakukan oleh kelompok-kelompok kriminal bersenjata
maupun oleh ormas-ormas yang tidak setuju dengan kebijakan pemerintah
Republik Indonesia, sedangkan konflik komunal yang terjadi berupa konflik
penyelenggaraan pemilukada, konflik antar suku, konflik tanah ulayat, konflik
antara masyarakat pendatang dan lokal.
Mendasari hal tersebut di atas, Polda Papua telah melakukan upaya-
upaya untuk mengatasi konflik-konflik yang terjadi dengan melakukan
1
Tugas Pokok Polri, Pasal 13 Undang-Undang nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Republik Indonesia

Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013 9


KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

strategi-strategi pengelolaan/ penanganan konflik. Prinsip yang digunakan


Polda Papua dalam menangani konflik-konflik yang terjadi adalah dengan
prinsip mencegah lebih baik daripada mengobati, berfokus pada hulu
dan prinsip bertindak cepat untuk mencegah insiden berkembang.
Metode yang digunakan oleh Polda Papua dalam mengeliminir, meredam dan
mengatasi konflik-konflik tersebut dengan melakukan pendekatan secara pre-
emtif, preventif dan penegakan hukum secara profesional, prosedural
dan proporsional (minimum force), disamping itu juga guna memelihara
situasi Kamtibmas agar berjalan dengan kondusif secara terus-menerus
maka Polda Papua melakukan langkah-langkah terobosan. Langkah-langkah
terobosan yang dilakukan oleh Polda Papua adalah dengan melakukan deteksi
dini dan penggalangan, kegiatan-kegiatan cipta kondisi sepanjang tahun,
penegakan hukum secara profesional dan proporsional, pembentukan
opini publik serta melakukan prioritas penanganan dan pemberantasan
tindak pidana korupsi.
Dari uraian tersebut diatas, maka diperoleh permasalahan bagaimana
Mengidentifikasi permasalahan konflik di Papua (vertical dan komunal)
dan upaya penanggulangannya
2. Maksud dan Tujuan
a. Maksud
Maksud dari penyusunan naskah ini adalah memberikan gambaran
tentang langkah-langkah srtrategis Polda Papua dan jajarannya dalam
menanggulangi konflik sisial yang terjadi ditengah masyarakat dalam
upaya mencegah timbulnya aksi kekerasan sebagai dampak dari konflik
social yang terjadi.
b. Tujuan
Sebagai bahan masukan dan pertimbangan pimpinan dalam penentuan
kebijakan dalam rangka penanggulangan konflik sosial diwilayah hokum
Polda Papua.
3. Metode Pendekatan
Medode Pendekatan yang digunakan dalam penulisan ini adalah
deskrimpif empiris dimana akan digambarkan kondisi konflik-konflik yang
terjadi diwilayah Papua untuk selanjutnya dilakukan pengkajian untuk
mencari jalan solusi pemecahan dan penanggulangannya.
4. Tata Urut :
Tata urut dalam penulisan ini adalah :
I PENDAHULUAN

10 Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013


II KONSEPSI
III KONDISI PERMASALAHAN KONFLIK SAAT INI
IV ANALISIS SOLUSI PENANGGULANGAN
V PENUTUP

II. KONSEPSI
TINJAUAN YURIDIS DAN SOSIOLOGIS
1. KETENTUAN YURIDIS
a. Undang-undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara RI
b. Undang-undang No. 8 Tahun 1981 tentang KUHAP
c. Undang-undang No. 7 Tahun 2012 tentang Penanggulangan konflik sosial
d. Undang-undang No.45 Tahun 1999 tentang Pembentukan Propinsi Irian
Jaya Barat.
e. Undang-undang No.21 tahun 2001 tentang OZSUS
2. TINJAUAN SOSIOLOGIS
Fanatisme primordial yang relatif kuat, ditandai dengan adanya kekuatan
informal leader (kepala suku / adat, tokoh adat, tokoh agama) dan keberadaan
orang asing missionaris lebih dihormati dan dipatuhi oleh masyarakat dari pada
formal leader. Hak ulayat atas tanah masih kuat diseluruh suku / adat Papua
yang dipertahankan secara primordial sehingga memiliki dampak terhadap
kerawanan sosial yang mengundang ancaman nyata gangguan kamtibmas
serta timbulnya konflik vertikal dan horizontal.
Kebiasaan mengkonsumsi minuman keras dari sebagian masyarakat
Papua mengundang kerawanan gangguan kamtibmas berupa penganiayaan,
perkelahian, pengrusakan, pemerasan, pencurian, pemerkosaan, kecelakaan lalu
lintas. Perang suku karena masalah perbedaan adat istiadat antar suku khususnya
yang terjadi di wilayah suku pedalaman (wilayah Merauke, Jayawijaya, Puncak
Jaya, Paniai, Mimika dan Nabire). Budaya masyarakat Papua membawa panah
sebagai senjata berburu hewan selain untuk berjaga-jaga serta kegemaran
minum minuman keras, sangat berpotensi terhadap seseorang untuk
melakukan tindakan kekerasan sebagai upaya penyelesaian masalah yang
dihadapi.
Keberadaan pendatang dari daerah luar Papua dengan latar belakang
perbedaan adat istiadat/kebiasaan dengan masyarakat asli Papua dalam

Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013 11


KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

menyikapi dan menangani suatu masalah dapat menimbulkan perselisihan


bahkan bentrok fisik sehingga perlu diwaspadai. Kesenjangan sosial yang
semakin melebar dan tidak kunjung teratasi akan menimbulkan kekerasan
dan ketidak percayaan masyarakat dapat diwujudkan dalam berbagai sikap
dan aksi-aksi emosional yang mengarah SARA. Permasalahan Tenaga Kerja
baik perekrutan tenaga kerja pada instansi pemerintah, militer, Polri dan sektor
swasta terbatas bila dibandingkan dengan jumlah pengangguran pencari kerja,
hal tersebut sangat rawan bagi gangguan Kamtibmas.
Masalah tanah yang memiliki aspek ekonomis dan ikatan adat / budaya
(Hak Ulayat) sebagai akibat hasil pembangunan berpotensi kerawanan yang
timbul seperti : status tanah yang tidak jelas, tanpa surat dan dokumen yang
asli, penyerobotan tanah bersertifikat, pemalangan serta unjuk rasa yang
mengarah ke tindakan anarkhis. Hak ulayat atas tanah masih kuat diseluruh suku/
adat Papua yang dipertahankan secara primordial sehingga memiliki dampak
terhadap kerawanan sosial yang mengundang ancaman nyata gangguan
kamtibmas serta timbulnya konflik vertikal dan horizontal.
Tingkat kehidupan masyarakat Papua umumnya relatif rendah dengan
pola hidup bersifat sederhana ditandai dengan terdapatnya 1.738 Desa pra
sejahtera khususnya masyarakat pedalaman. Tingkat kebutuhan ekonomi
yang tinggi terkait dengan kebutuhan sembilan bahan pokok. Tingginya
harga kebutuhan pokok disebabkan oleh kurangnya jalur transportasi darat,
pada beberapa Kabupaten diwilayah pegunungan tengah distribusi sembako
hanya bisa dilakukan melalui jalur udara. Pada sektor usaha dan jasa industri
serta perdagangan diwilayah perkotaan umumnya didominasi oleh masyarakat
pendatang, khususnya dibidang usaha jasa.
Diwilayah Propinsi Papua dan Papua Barat khususnya pada daerah pesisir
dan pulau pulau, sebagian masyarakat yang bekerja sebagai nelayan berpotensi
melakukan perusakan lingkungan dengan menggunakan bom / bius dalam
menangkap ikan untuk memperbesar hasil tangkapan. Masih kurangnya rasa
tanggung jawab pejabat pemerintahan dibidang kehutanan diwilayah Prop.
Papua/Papua Barat serta kurangnya pengawasan hutan sehingga mengakibatkan
munculnya kasus illegal logging. Sejak diberlakukannya otonomi khusus, Propinsi
Papua dan Papua Barat mendapatkan alokasi anggaran pembangunan yang
cukup besar namun pertumbuhan ekonomi daerah belum berdampak yang
cukup signifikan terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat sebabnya
dapat berpotensi memicu penolakan masyarakat terhadap pemberlakuan
otonomi khusus dan menuntut dilaksanakan referendum sebagai pilihan untuk
menentukan status tanah papua.

12 Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013


Pembangunan sarana dan prasarana infrastruktur di bidang perhubungan,
disatu sisi akan membuka isolasi antar daerah, namun disisi lain berpotensi
mendukung terjadinya kasus kriminalitas dengan modus operandi baru dan
mobilitas tinggi. Masalah pembebasan ganti rugi tanah untuk kepentingan
pembangunan terkendala hak ulayat masyarakat adat tidak jarang menimbulkan
masalah yang sering dihadapi di daerah Prop. Papua dan Papua Barat
menghambat pelaksanaan dan kemajuan pembangunan didaerah tersebut.
Masih tingginya potensi hutan diwilayah Propinsi Papua dan Papua barat akan
tetap menimbulkan pelanggaran-pelanggaran hukum berupa illegal loging
dan perusakan lingkungan hidup serta bencana alam banjir.

III. KONDISI SAAT INI


Konflik vertikal dan konflik komunal yang terjadi di Papua memiliki potensi
kerawanan yang cukup tinggi sehingga apabila tidak ditangani dengan tepat dan
tuntas akan menjadi bahaya laten yang akan mempengaruhi situasi Kamtibmas di
wilayah hukum Polda Papua secara keseluruhan yang pada akhirnya akan berdampak
bagi Kamtibmas di Indonesia. Bentuk-bentuk konflik tersebut diuraikan sebagai
berikut :
1. Konflik Vertikal.
Konflik ini dilakukan oleh kelompok kriminal bersenjata dimana aktivitas
perjuangan mereka menuntut kemerdekaan bagi Negara Papua Barat karena
dalam pemahaman mereka bahwa negara Papua Barat sudah merdeka dan
berdaulat tahun 1961 namun saat ini diduduki oleh Negara Indonesia dan
juga konflik ini dilakukan oleh kelompok/Ormas yang ekstrim, yang selalu
mengkritisi dan menentang kebijakan Pemerintah Republik Indonesia serta
ingin memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dengan
melakukan berbagai strategi mulai dari strategi secara politik, militer, propaganda
dan diplomasi di dalam dan luar negeri.
Kelompok/Ormas ini diidentifikasi antara lain sebagai berikut :
a. Tentara Pembebasan Nasional Organisasi Papua Merdeka (TPNOPM).
Kelompok kriminal bersenjata ini secara umum beroperasi di wilayah
- wilayah pedalaman, wilayah pegunungan dan di wilayah perbatasan
Papua dengan Papua Nugini. Kelompok ini antara lain : TPN-OPM
pimpinan GOLIAT TABUNI di wilayah Tingginambut Kab. Puncak Jaya, TPN
OPM pimpinan MATHIAS WENDA di wilayah gunung Pawa Kab. Jayapura
dan Pegunungan Bintang, TPNOPM pimpinan JHONPOLSE MAGAI di
wilayah Timika, TPN-OPM pimpinan RICHARD HANS YOWENI di wilayah

Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013 13


KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Distrik Demta Kab Jayapura, TPN-OPM pimpinan FERDINANDO WORABAY


di kampung Mantembu Kab Kepulauan Yapen dan TPN-OPM pimpinan
JHON M. YOGI di Kab. Paniai, TPN-OPM pimpinan LAMBERT PEKIKIR di
wilayah perbatasan Papua dengan Papua Nugini, TPN-OPM pimpinan
PUROM WENDA di wilayah Lanny Jaya.
Kelompok kriminal bersenjata TPNOPM ini secara keseluruhan memiliki
personel berjumlah 3393 ( tiga ribu tiga ratus sembilan puluh tiga)
personel dengan kekuatan persenjataan berupa senjata api sebanyak
124 (seratus dua puluh empat) pucuk, 60 (enam puluh) pucuk senpi
rakitan dan 9 (Sembilan) buah granat. Tindakan kriminal yang mereka
lakukan antara lain melakukan penembakan terhadap aparat keamanan
maupun masyarakat di beberapa daerah di Provinsi Papua seperti Kab
Puncak Jaya, Kab. Jayawijaya, Kab. Mimika, Kab. Paniai, Kota Jayapura
(perbatasan RI / PNG), Penyerangan terhadap Pos TNI / Polri, penyerangan
terhadap anggota yang sedang patroli maupun masyarakat, pengrusakan,
pembakaran fasilitas pemerintah / swasta, TNI / Polri maupun masyarakat,
melakukan penganiayaan dan atau perampasan Senpi aparat TNI / Polri,
pengibaran bendera Bintang Kejora serta penyelundupan dan atau
perdagangan senjata api.
b. Kelompok/ Ormas ekstrim, yang selalu mengkritisi dan menentang
kebijakan Pemerintah Republik Indonesia serta ingin memisahkan diri dari
NKRI, antara lain kelompok :
1) Dewan adat Papua (DAP) yang dipimpin oleh FORKORUSYABOISEMBUT.
DAP merupakan motor dari gerakan rakyat Papua untuk menuntut
pemerintah Indonesia melakukan referendum bagi penentuan nasib
rakyat Papua, mendesak pemerintah NKRI untuk melakukan dialog
dengan Bangsa Papua yang dimediasi pihak internasional yang netral
dan merupakan motor dari gerakan rakyat Papua mengembalikan
UU Otonomi khusus kepada Pemerintah NKRI serta mendesak
pemerintah RI untuk mengakui dan mengembalikan kedaulatan
rakyat-bangsa Papua sesuai proklamasi tanggal 1 Desember 1961.
2) Komite Nasional Papua Barat (KNPB) dipimpin oleh BUCHTAR
TABUNI. KNPB didirikan tanggal 09 Nopember tahun 2008 bertujuan
untuk referendum bagi rakyat Papua dengan menentukan pilihan
sendiri (self determination referendum) dan membawa pendudukan
NKRI ke Mahkamah Hukum Internasional, melakukan kegiatan-
kegiatan propaganda dan diplomasi di dalam dan di luar negeri untuk
mencapai tujuannya.
3) West Papua National Authority (WPNA) yang dipimpin oleh EDISON

14 Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013


WAROMI, SH selaku presiden Eksekutif. WPNA melakukan diplomasi,
kampanye dan lobi-lobi di dalam dan di luar negeri sebagai strategi
untuk dapat melakukan dialog dengan pemerintah NKRI yang
dimediasi oleh pihak Internasional yang netral sebagai upaya untuk
dapat menentukan pilihan sendiri (self determination) bagi rakyat
Papua.
4 International Lawyers for West Papua (ILWP) yang dideklarasikan oleh
BENNY WENDA dan MELINDA JANKI di Guyana, Amerika Selatan pada
5 April 2009, yang bertujuan sebagai wadah pengacara internasional
dalam mendukung pergerakan Papua merdeka melalui jalur advokasi
dengan strategi memperjuangkan kebebasan, perdamaian, hak
asasi dalam menentukan nasib sendiri (merdeka) dibawah hukum
international bagi masyarakat Papua dengan jalur-jalur diplomasi di
dalam dan di luar negeri.
2. Konflik komunal.
Konflik komunal yang terjadi di wilayah hukum Polda Papua disebabkan antara
lain karena:
a. Penyelenggaraan Pemilukada.
Pemilihan Umum Kepala Daerah baik Gubernur, Bupati dan Walikota
yang berlangsung dengan berbagai permasalahan dan penyimpangan-
penyimpangan yang dilakukan antara lain dugaan money politik,
pengkotak-kotakan dukungan terkait ke-sukuan, isu putra daerah namun
dikaitkan dengan pluralisme yang ada di Papua dan juga pengkondisian
pencalonan baik legislatif maupun kepala daerah dengan sistim kesukuan.
Hal-hal ini menjadi pemicu terjadinya benturan fisik antar pendukung.
Hampir setiap Penyelenggaraan Pemilukada di wilayah hukum Polda
Papua tidak berlangsung mulus antara lain penyelenggaraan pemilukada
di Kabupaten Puncak Jaya, Kabupaten Tolikara, Kabupaten Dogiyai dan
Kabupaten Manokwari.
b. Konflik antar suku/ perang suku.
Konflik antar suku ini terjadi karena kasus-kasus perselingkuhan, balas
dendam antar suku secara turun temurun dan juga karena perebutan
batas wilayah tanah adat. Konflik antar suku ini sering terjadi di wilayah
Papua hukum Polda Papua khususnya di daerah pedalaman. Konflik antar
suku yang terjadi cukup lama di wilayah kabupaten Mimika di Kwamki
Lama dan Kwamki Baru.
c. Sengketa tanah ulayat.
Sengketa tanah ulayat ini terjadi karena batasan-batasan tanah hak ulayat

Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013 15


KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

antar suku dan status kepemilikan tanah yang tidak jelas, tanpa memiliki
surat dan dokumen-dokumen pertanahan sehingga tanah yang telah
memiliki aspek ekonomis dijadikan sarana bagi suku-suku tersebut untuk
mengklaim bahwa tanah tersebut milik suku adat mereka, hal ini sering
terjadi dan merugikan pihak investor yang sudah menyelesaikan dengan
suku yang lainnya namun ada tuntutan ganti rugi kembali dari suku lainnya
juga yang mengclaim tanah tersebut milik suku/adat mereka akibatnya
terjadi tindakan-tindakan penyerobotan tanah, pendudukan oleh
kelompok anatu suku-suku tertentu, pemalangan serta unjuk rasa yang
mengarah kepada tindakan-tindakan anarkis. Beberapa Sengketa tanah
ulayat yang terjadi antara lain tanah di Bandara Moses Kilangin Freeport
yaitu tuntutan dari suku Kamoro dan suku Amungme, sengketa tanah
ulayat di Merauke dari pembagunan proyek Merauke Integrated Food
Energy Estate (MIFEE), sengketa tanah ulayat di pegunungan Grasberg di
area Freeport dan lain-lainnya.
d. Konflik antar penduduk pendatang dengan pribumi.
Keberadaan pendatang dari daerah luar Papua dengan perbedaan
latar belakang adat istiadat/kebiasaan, status sosial ekonomi dengan
masyarakat asli Papua memiliki dampak kerawanan akibat perbedaan
status sosial ekonomi tersebut. Isu perbedaan status sosial ekonomi
dijadikan sarana untuk timbulnya bentrok fisik dan pengrusakan apabila
terjadi permasalahan-permasalahan antara penduduk pendatang dengan
pribumi/ asli Papua, contohnya konflik antar penduduk pendatang dan
pribumi yang terjadi di Sorong, Papua Barat dan potensi-potensi konflik
serupa lainnya di wilayah hukum Polda Papua.

IV. ANALISIS SOLUSI PENANGGULANGAN


1. Strategi penanganan konflik di wilayah hukum Polda Papua.
a. Prinsip
Polda Papua dalam melakukan penanganan terhadap konflik-
konflik yang terjadi menggunakan prinsip mencegah lebih baik daripada
mengobati, fokus pada hulu ini mengandung makna bahwa sebelum
konflik massal tersebut terjadi, Polda Papua telah melakukan upaya-upaya
pre-emtif dan preventif dengan mengedepankan kegiatan-kegiatan
pembinaan masyarakat dan kegiatan intelijen sehingga dengan deteksi
dini (early detection) dan informasi yang sudah diperoleh sebelumnya
berkaitan dengan konflik yang akan terjadi dapat dilakukan langkah-
langkah antisipasi guna mencegah, meredam terjadinya konflik tersebut

16 Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013


untuk tidak berkembang dan proses penanganan konflik yang terjadi
dengan fokus pada hulu, artinya penanganan konflik tersebut berawal dari
mana sumber konflik tersebut terjadi, apa yang menjadi akar permasalahan
konflik tersebut.
Disamping itu juga prinsip yang digunakan dalam penanganan konflik
adalah dengan bertindak cepat untuk mencegah insiden berkembang
mengandung makna bahwa apabila konflik tersebut telah terjadi
segera lakukan tindakan-tindakan kepolisian berupa pengamanan TKP,
penjagaan, patroli dan penegakan hukum secara profesional, prosedural,
dan proporsional (minimum force).
b. Metode
1) Konflik Vertikal
Metode yang digunakan dalam penanganan konflik vertikal
yang terjadi di wilayah hukum Polda Papua di bedakan perlakuan dan
cara mengatasinya dimana penanganan terhadap kelompok Elit
(kelompok pemimpin atau orang-orang yang memiliki pengaruh kuat
dan dianggap sebagai yang dituakan atau dihormati dalam komunitas
atau kelompok tersebut) dan kelompok Militan (orang-orang yang
memiliki jiwa militan, rela berkorban dan setia kepada pimpinannya
dan cenderung melakukan kekerasan dalam melaksanakan aksinya)
dilakukan dengan Operasi penegakkan hukum sedangkan
penanganan terhadap kelompok pendukung (kelompok orang-orang
yang hanya merupakan pendukung dari gerakan atau kegiatan yang
dilakukan oleh kelompoknya) dan terhadap kelompok simpatisan
(kelompok orang-orang yang hanya simpati atas gerakan atau aksi yang
dilakukan oleh kelompoknya) dilakukan kegiatan-kegiatan pemolisian
masyarakat (Polmas) dengan mengedepankan fungsi Binmas
dengan cara membangun kemitraan, melakukan penggalangan,
melakukan pembinaan serta penyuluhan-penyuluhan Kamtibmas
melalui pendekatan yang humanis, persuasif, dan menyentuh lapisan
masyarakat kelompok-kelompok ini.
Metode ini dijalankan dengan menggunakan pendekatan
Kamtibmas (security approach) yang dilaksanakan secara sinergis
dengan pendekatan Kesejahteraan masyarakat (social welfare) yang
dilakukan oleh Pemerintah, dimana kegiatan-kegiatan peningkatan
kesejahteraan masyarakat yang dilakukan oleh pemerintah harus
menyentuh lapisan masyarakat kelompok pendukung dan kelompok
simpatisan sehingga dengan demikian akan terbentuk citra positif
pemerintah dan Polri guna menarik simpati dan dukungan dari

Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013 17


KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

kelompok-kelompok ini untuk tidak terprovokasi oleh kelompok elit


dan militan yang selalu menghasut mereka untuk melakukan tindakan
anarkis dan turut serta melakukan aksi/gerakan ingin memisahkan
diri dari NKRI.
2) Konflik Komunal
Metode yang digunakan dalam penanganan konflik komunal
yang dilakukan oleh Polda Papua adalah dengan melakukan deteksi
dini, penggalangan kepada pihak-pihak yang akan terlibat konflik dan
penggalangan terhadap para tokoh-tokoh masyarakat, tokoh adat,
tokoh agama, tokoh pemuda, melakukan kegiatan-kegiatan kepolisian
untuk menetralisir situasi dengan cepat agar tidak berkembang luas
apabila diperoleh informasi akan terjadinya konflik di suatu wilayah
selanjutnya melakukan tindakan kepolisian berupa pengamanan
TKP, penjagaan, patroli, penegakan hukum secara cepat, tepat dan
tuntas.
2. Langkah-langkah terobosan yang dilakukan.
Langkah-langkah terobosan nyata yang telah dilakukan oleh Polda
Papua dalam melakukan mengatasi permasalahan-permasalahan konflik-
konflik yang terjadi adalah sebagai berikut :
a. Deteksi dini dan penggalangan.
Deteksi dini dan penggalangan yang dilakukan oleh Polda Papua melalui
kegiatan identifikasi dan pemetaan wilayah-wilayah yang berpotensi
terjadinya konflik, pemetaan terhadap tokoh-tokoh masyarakat baik formal
maupun informal, menjalin hubungan komunikasi yang baik dengan
masyarakat dan berupaya semaksimal mungkin untuk memberikan
pelayanan yang terbaik kepada masyarakat. Langkah terobosan dalam
melakukan deteksi dini dan penggalangan ini adalah dengan cara :
1) Memperkuat dan memperluas jaringan Intelijen di tingkat Polda,
Polres dan Polsek dan bekerjasama secara sinergis dengan intelijen
TNI dan Kominda.
2) Intelijen melakukan kegiatan deteksi dini dengan mengidentifikasi
potensi-potensi konflik yang ada di wilayah masing-masing
secara berjenjang mulai dari tingkat desa yang dilakukan oleh
Bhabinkamtibmas, tingkat kecamatan/Distrik oleh satuan intelijen
Polsek, ditingkat Polres dilakukan oleh satuan Intelijen Polres,
selanjutnya masing-masing Bhabinkamtibmas dan personel satuan
intelijen tersebut wajib memiliki buku potensi konflik dan kemudian

18 Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013


dilakukan kompulir data dari buku potensi konflik tersebut oleh
satuan intelijen Polda secara rutin.
3) Membentuk tim khusus penggalangan di tingkat Polda dan
Polres jajaran Polda Papua sehingga memiliki kemampuan dalam
menggalang pihak-pihak yang akan terlibat konflik serta mampu
berperan selaku agent problem solving terhadap akar permasalahan
konflik tersebut.
4) Mengaktifkan forum komunikasi pimpinan daerah (Forkompimda)
di tingkat Provinsi, Kotamadya dan Kabupaten dengan melakukan
pertemuan secara rutin baik formal dan informal.
5) Mengaktifkan pertemuan, diskusi dengan forum Komunitas Intelijen
daerah (Kominda) di tingkat provinsi, kotamadya dan kabupaten
sebagai sarana tukar menukar informasi dan mencari solusi yang
tepat terhadap permasalahan konflik-konflik yang terjadi.
6) Mengedepankan fungsi pembinaan masyarakat (Binmas) dengan
membesarkan sumber dayanya, memperkuat personelnya,
mengaktifkan kegiatan-kegiatan pembinaan masyarakat guna
memberikan pengetahuan, pemahaman, kesadaran dan ketaatan
terhadap hukum masyarakat, mengaktifkan peran Bhabinkamtibmas
selaku polisi terdepan dalam melakukan deteksi dini serta
membangun jaringan komunikasi dan kemitraan dengan tokoh-tokoh
masyarakat, tokoh adat, tokoh pemuda di tingkat Polres dan Polsek.
Bhabinkamtibmas dalam operasionalnya di lapangan diwajibkan
melakukan identifikasi faktor-faktor yang dapat menyebabkan konflik
dengan melakukan pencatatan terhadap aspek-aspek Astgatra yang
ada di wilayah masing-masing, wajib melakukan kegiatan sambang
tatap muka, dan para Bhabinkamtibmas wajib dilengkapi dengan
buku telepon para tokoh-tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh
agama dan tokoh pemuda.
b. Melakukan kegiatan cipta kondisi.
Kegiatan cipta kondisi yang dilakukan oleh Polda Papua adalah dengan
mengaktifkan kegiatan-kegiatan pembinaan masyarakat (Binmas) berupa
kegiatan sambang, tatap muka, membangun kemitraan dan kerjasama
serta mengaktifkan peran dari para Bhabinkamtibmas selaku polisi terdepan
dalam melakukan deteksi dini, mempunyai kemampuan berkomunikasi
serta negosiasi yang handal dalam membangun kemitraan dengan
kelompok maupun ormas-ormas yang ada di masyarakat, mampu untuk
mengakomodir setiap informasi dan keluhan masyarakat serta meredam

Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013 19


KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

dan menyelesaikan konflik yang terjadi di wilayah-wilayah masing-masing.


Disamping itu guna mendukung kegiatan cipta kondisi digunakan sarana
kontak sebagai tali asih dalam membangun kemitraan dengan kelompok
masyarakat berupa kegiatan bakti sosial, pengobatan massal, pembagian
sembako, bantuan alat-alat olahraga, membangun dan memperbaiki
fasum, rumah-rumah ibadah serta kegiatan sosial budaya berupa bakar
batu, yang dilaksanakan secara terus-menerus di setiap wilayah sasaran
yang telah diidentifikasi sebagai keompok masyarakat pendukung dan
simpatisan.
Kegiatan cipta kondisi yang telah dilakukan oleh Polda Papua pada
tahun 2012 memberikan hasil yang positif terhadap terciptanya situasi
Kamtibmas kondusif di wilayah hukum Polda Papua, hal ini terbukti dengan
tidak terjadinya gangguan Kamtibmas yang menonjol dan tidak terjadinya
unjuk rasa anarkhis dan pengibaran bendera Bintang Kejora pada tanggal
1 dan 14 Desember 2012 serta pelaksanaan operasi Lilin dalam rangka
pengamanan Natal tahun 2012 dan tahun baru 2013 berjalan dengan
aman dan tertib.
c. Penegakan Hukum.
Penegakan hukum yang dilakukan oleh Polda Papua dalam
penanganan konflik adalah membentuk tim khusus penindakan yang
dilakukan oleh satuan Reskrim dengan melibatkan satuan PHH Sabhara
dan satuan Brimob Polda Papua. Tim khusus yang dibentuk ini didukung
dengan peralatan yang memadai dan dibekali pengetahuan tentang hak
asasi manusia (HAM) serta prinsip-prinsip tata cara penggunaan kekuatan.
Kegiatan yang dilakukan dalam penegakkan hukum ini adalah
melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap pelaku yang mempunyai
peranan penting terhadap terjadinya konflik, mencari pelaku yang berperan
dalam menggerakkan kekuatan pada saat terjadinya konflik, melakukan
pengejaran terhadap para pelaku yang melarikan diri dan para pelaku
DPO serta melakukan proses pemberkasan perkara secara professional,
transparan dan akuntabel.
d. Membentuk Opini.
Dalam rangka pemberitaan yang positif dan berimbang guna
menciptakan citra positif Polri maka Polda Papua melakukan langkah
terobosan dengan cara :
1) Melaksanakan penggalangan terhadap media massa guna
pembentukan opini public terhadap kinerja positif Polri.
2) Mengelola isi pemberitaan dengan cara memberikan pengertian

20 Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013


kepada kalangan pers tentang arti pentingnya pemberitaan yang
bukan hanya bernilai jual saja, tetapi lebih kepada fungsi pemberian
informasi yang mendidik masyarakat.
3) Membuat Nota kesepahaman dengan beberapa Media yang memiliki
komitmen dan tujuan yang sama dengan Polri yaitu menciptakan
Harkamtibmas yang kondusif di wilayah hukum Polda Papua.
4) Melakukan kerjasama pengelolaan berita dan informasi yang sinergis
dengan media yang ada diluar Papua sehingga tidak terjadi informasi
yang bias serta koordinasi dan komunikasi dengan Divisi Humas
Mabes Polri.
e. Penanganan dan pemberantasan tindak pidana korupsi
Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat Papua sebagai
salah satu upaya dalam meminimalisir terjadinya konflik maka Polda
Papua memprioritaskan penanganan dan pemberantasan kasus-kasus
tindak pidana korupsi. Dalam tahun 2012 Polda Papua merupakan Polda
yang paling banyak menangani kasus tindak pidana korupsi di Indonesia
yaitu 47 (empat puluh tujuh) kasus korupsi. Upaya yang telah dilakukan
oleh Polda Papua adalah dengan membentuk tim khusus penanganan
korupsi di tingkat Polda dan di setiap Polres ditargetkan untuk dapat
menangani minimal 1(satu) kasus Korupsi dalam 1 (satu) tahun, sehingga
dengan penanganan dan pemebratnasan tindak pidana korupsi di wilayah
hukum Polda Papua akan memberikan dampak bagi peningkatan dan
percepatan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat.
3. Hambatan
Penanganan terhadap konflik-konflik yang terjadi diwilayah hukum Polda
Papua belum dapat dilaksanakan secara optimal, hal ini disebabkan beberapa
faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut antara lain sebagai beriku
a. Faktor Kerjasama.
Dalam penanganan konflik yang terjadi, Polda Papua tidak akan dapat
menangani konflik tersebut dengan sendiri, tetapi perlu penanganan secara
komprehensif dengan melibatkan stakeholder-stakeholder berpengaruh
lainnya sehingga akar dari permasalahan konflik tersebut dapat diatasi
dan dicarikan solusi yang tepat. Kerjasama yang sinergis harus terbangun
secara maksimal antara Polda Papua dengan Pemerintah daerah Provinsi
dan Kabupaten, kerjasama dengan Kementrian Luar Negeri, Intelijen
Mabes Polri, Intelijen TNI, Kominda dan jajaran Kementrian Kesra RI.

Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013 21


KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

b. Faktor Organisasi.
Dengan karakteristik wilayah geografi Papua yang sangat luas perlu
pembentukan Polda Papua Barat serta penambahan 2 (dua) Polres di
Provinsi Papua yaitu Polres Lanny Jaya dan Polres Mamberamo Raya
guna mengantisipasi dan memudahkan Komando dan Pengendalian
(Kodal) dalam menghadapi konflik-konflik yang terjadi dan sebagai wujud
pelayanan prima Polri dalam melaksanakan tugas-tugas kepolisian secara
maksimal di tengah-tengah masyarakat.
c. Faktor Personel.
Jumlah Personel Polda Papua yang banyak (12.000 personel) dengan ratio
antara polisi dengan penduduk 1: 200, namun apabila dibandingkan
jumlah polisi dengan luas wilayah maka jumlah personel ini masih sangat
minim, hal ini karena geografi wilayah hukum Polda Papua yang sangat luas
dan medan yang sulit serta hakekat ancaman dan gangguan Kamtibmas
yang tinggi maka jumlah personel yang banyak tersebut belum dapat
secara maksimal untuk melaksanakan tugas-tugas Harkamtibmas. Untuk
itu perlu dilakukan penambahan jumlah personel yang akan ditempatkan
di Polres dan Polsek yang masih kekurangan personel, serta ditempatkan
di daerah-daerah perbatasan dan daerah-daerah rawan terjadinya tindak
pidana.
d. Faktor Anggaran/Dana
Anggaran yang dimiliki fungsi Intelkam, fungsi Binmas dan fungsi
penegakan hukum sangat minim sehingga dalam suli untuk dapat
melaksanakan tugas-tugas deteksi dini dan penggalangan, melakukan
kegiatan cipta kondisi dan penegakan hukum secara optimal.

V. PENUTUP
1. Kesimpulan
a. Berbagai permasalahan yang terjadi, yang tidak diselesaikan dengan baik
dan tuntas menimbulkan tumbuh dan berkembangnya Potensi Konflik
Sosial diwilayah Papua, bahkan ada beberapa potensi konflik yang telah
bersifat latent mengingat belum dapat diselesaikannya secara tuntas akar
permasalahan yang terjadi.
b. Berbagai faktor penyebab timbulnya konflik social diwilayah Papua yaitu
factor idiologi, politik, social budaya dan keamanan.

22 Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013


c. Dalam menanggulangi konflik social yang ada, Polda Papua dan jajarannya
mengutamakan pencegahan dengan mengedepankan fungsi Intelijen
dan fungsi Bimas melalui kegiatan deteksi dini dan penggalangan serta
upaya problem solving pada tingkat awal, dengan menggandenga dan
melibatkan Pemerintah Daerah TNI serta aparat lainnya dalam upaya
pemecahan masalah.
d. Strategi penanggulangan konflik social yang terjadi diwilayah Papua
adalah:
1) Mengedepankan fungsi Intelijen untuk melakukan deteksi dini dan
analisis akar masalah penyebab peristiwa konflik.
2) Melakukan upaya penggalangan terhadap tokoh-tokoh yang
berkonflik untuk menyelesaikan masalah konflik yang terjadi.
3) Mengedepankan fungsi Bimmas untuk melakukan penggalangan
dan memberikan penjelasan kepada pihak simpatisan yang berkonflik
agar tidak turut serta dalam berkonflik dan tidak terpengaruh oleh
tokoh-tokoh yang berkonflik.
4) Memperkuat kemampuan Pengendali Massa maupun Pengendali
Huru Hara didasarkan pada prinsip keseimbangan atau proporsionalitas
antara tingkat ancaman dengan kekuatan yang digunakan serta
berupaya semaksimal mungkin menghindari tindakan atau upaya
penggunaan kekuatan yang berlebih (Represive Use of Force)
5) Menegakkan hokum dan melaksanakan penyidikan terhadap pelaku
aksi anarkhis sesuai dengan ketentuan hokum yang berlaku.
6) Dalam penanggulangan konflik bersenjata atau separatism,
lakukan upaya penggembosan pada lapis tingkatan pendukung
dan simpatisan melalui giat fungsi Bimas, Penggalangan Intel dan
pembentukan opini melalui kegiatan humas serta penegakan hokum.
7) Memberikan target khusus dalam penyelesaian tindak pidana Korupsi
kepada Satker ataupun Satwil terkait serta membentuk Satgas khusus
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
8) Memaksimalkan peran fungsi Humas dalam rangka pembentukan
opini yang baik kepada aparat kepolisian
9) Meningkatkan kemampuan Sumber Daya Manusia yang bertugas
menangani Konflik Sosial melalui pendidikan, kursus, pelatihan terkait
dengan komunikasi dan motivasi serta psikologi massa.
10) Meningkatkan peran serta Pemerintah Daerah untuk berperan aktif
dalam mencegah timbulnya konflik, mengatasi konflik maupun
rekonsiliasi pasca konflik.

Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013 23


KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

11) Bersama dengan Pemerintah Daerah dan TNI serta Instansi terkait
lainnya membentuk Desk Konflik Sosial di daerah yang bertugas
untuk manganalisa dan menemukan akar permasalahan pada
sumber Potensi Konflik yang ada guna ditemukan akar permasalahan
dan menemukan solusi pemecahannya.
2. Rekomendasi
Untuk dapat menciptakan situasi Kamtibmas yang kondusif di wilayah
hukum Polda Papua, maka direkomendasikan kepada Pimpinan Polri (Kapolri)
untuk dapat :
a. Agar dilakukan kerjasama yg sinergis dgn semua instansi terkait antara lain
Polda Papua dengan Mabes Polri, Kementrian Luar Negeri, Intelijen Mabes
Polri, Intelijen TNI, Pemda Papua, dan Kominda dalam penanganan konflik
di wilayah hukum Polda Papua sehingga diperoleh suatu kesepahaman
dan cara bertindak yang sinergis dalam mengatasi konflik-konflik tersebut.
b. Agar dilakukan pembentukan Polda Papua Barat dan juga membentuk
2 (dua) Polres di provinsi Papua yaitu Polres Lanny Jaya dan Polres
Mamberamo Raya untuk memudahkan pengendalian dan komando
terhadap pelaksanaan tugas-tugas kepolisian di wilayah ini.
c. Agar diberikan penambahan personel Polda Papua yang akan ditempatkan
di Polres dan polsek daerah-daerah perbatasan dan daerah rawan kriminal.
d. Agar diberikan tambahan anggaran/dana, khususnya anggaran untuk
kegiatan Binmas, Intelijen dan anggaran bagi Tim khusus penegakkan
hukum serta anggaran untuk pengamanan daerah-daerah rawan dan
pengamanan di perbatasan.
e. Agar diberikan penambahan peralatan berupa sarana transportasi di Polda
Papua yaitu tambahan minimal 2 (dua) pesawat fixed wing dan 2 (dua)
helicopter serta peralatan utk pengamanan daerah perbatasan dan daerah
rawan.
f. Meningkatkan dialog antar suku, antar pemuka agama, dan kepala suku/
adat.

24 Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013


KELOMPOK I
LAMPIRAN : LANGKAH-LANGKAH PENANGANAN KONFLIK VERTIKAL DAN KOMUNAL
(STUDI KASUS POLDA PAPUA)

INDIKATOR KEBERHASILAN JANGKA WAKTU 2013 P. JWB PIHAK ANGGARAN


NO TAHAPAN PROGRAM RENCANA AKSI UTAMA TERKAIT
OUT PUT OUT COME 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
7A PENCEGAHAN MEMELIHARA KONDISI - MELAKUKAN TERINDENTIFIKASI TERWUJUDNYA X X X X X X X X X X X X KAPOLDA INTEL TNI DIPA POLDA
KONFLIK DAMAI DLM MASY DETEKSI DINI DAN KAN POTENSI STABILATAS DIR INTEL KOMINDA
VERTIKAL A. PENANGANGAN PENGGALANGAN KONFLIK YANG KEAMANAN POLDA
(PREEMTIF) TERHADAP YANG DILAKUKAN ADA OLEH DALAM NEGERI
KELOMPOK OLEH POLDA SATUAN
TENTARA PAPUA YANG INTELIJEN
PEMBEBASAN DILAKUKAN
NASIONAL DENGAN KEGIATAN
ORGANISASI IDENTIFIKASI DAN
PAPUA MERDEKA PEMETAAN
(TPN-OPM) WILAYAH-WILAYAH
B. PENANGANAN YANG BERPOTENSI
TERHADAP TERDINYA KONFLIK
ORMAS EKSTREM PEMETAAN
YANG INGIN TERHADAP TOKOH-
MEMISAHKAN TOKOH
DIRI DARI NKRI ( MASYARAKAT BAIK
DEAN ADAT FORMAL MAUPUN
PAPUA, KOMITE INFORMAL
NASIONAL PAPUA MELALUI:
BARAT, WEST
PAPUA - MEMPERKUAT DAN TERJALINNYA X X X X X X X X X X X X DIR INTEL INTEL TNI DIPA POLDA
AUTHORITY DAN MEMPERLUAS KERJASAMA YANG KOMINDA
INTERNASIONAL JARINGAN SINERGIS ANTARA
LAWER FOR WEST INTELIJEN DAN INTELIJEN
PAPUA BEKERJASAMA TINGKAT POLDA
C. MENGEMBANGKA SECARA SINERGIS DENGAN UNSUR
N SISTEM INETLIJEN TNI DAN INTELIJEN TNI
PENYELESAIAN KOMINDA DAN KOMINDA
PERSELISIHAN - MELAKUKAN TERIDENTIFIKASIN X X X X X X X X X X X X DIR INTEL INTEL TNI DIPA POLDA
SECARA DAMAI. DETEKSI DINI YA SETIAP KOMINDA
DENGAN POTENSI KONFLIK
MENGIDENTIFIKASI YANG ADA
POTENSI KONFLIK DIWILAYAH
YANG ADA SECARA PAPUA SERTA

Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013


BERJENJANG TERWUJUDNYA
BUKU POTENSI

25
2

26
INDIKATOR KEBERHASILAN JANGKA WAKTU 2013 P. JWB PIHAK ANGGARAN
NO TAHAPAN PROGRAM RENCANA AKSI UTAMA TERKAIT
OUT PUT OUT COME 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
KONFLIK SEBAGAI
SUMBER DATA
- MEMBENTUK TIM TERWUJUDNYA X X X X X X X X X X X X DIR INTEL INTEL TNI DIPA POLDA
KHUSUS KEMAMPUAN POLDA KOMINDA
PENGGALANGAN POLDA DAN
DITINGKAT POLDA POLRES JAJARAN
DAN POLRES POLDA PAPUA
SELAKU AGEN SEBGAI AGEN
PROBLEM SOLVING PROBLEM
SOLVING
TERHADAP
PERMASALAHAN
KONFLIK YANG
ADA

Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013


- MENGAKTIFKAN TERWUJUDNYA X X X X X X X X X X X X DIR INTEL INTEL TNI DIPA POLDA
FORKOMPIMDA KOMUNIKASI DAN POLDA KOMINDA
KOORDINASI
ANTARA
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

FORKOMPIMDA
DI TINGKAT
PROVISI
- MENGAKTIFKAN TERWUJUDNYA X X X X X X X X X X X X DIR INTEL INTEL TNI DIPA POLDA
PERTEMUAN, SINERGITASA DAN POLDA KOMINDA
DISKUSI DENGAN KOMUNIKASI
KOMINDA ANTARA
FORKOMINDA

- MENGEDEPANKAN TERWUJUDNYA X X X X X X X X X X X X DIR DIPA POLDA


FUNGSI BINMAS PERAN BINMAS
DENGAN BABINKAMTIBMA POLDA
MENGAKTIFKAN S SELAKU POLISI
KEGIATAN- TERDEPAN
KEGIATAN DALAM FUNGSI
MASYARAKAT DETEKSI DINI
SERTA
MEMABANGUN
JARINGAN
KOMINIKASI DAN
KEMITRAAN DGN
SELURUH
3

INDIKATOR KEBERHASILAN JANGKA WAKTU 2013 P. JWB PIHAK ANGGARAN


NO TAHAPAN PROGRAM RENCANA AKSI UTAMA TERKAIT
OUT PUT OUT COME 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
KOMPONEN
MASYARAKAT
- MELAKUKAN TERCIPTANYA X X X X X X X X X X X X KAPOLDA DIPA POLRES
KEGIATAN CIPTA SITUASI DIR
KONDISI DENGAN KAMTIBMAS BINMAS
KEGIATAN ANTARA YANG KONDUSIF KAPOLRES
LAIN: DI PAPUA
- SAMBANG
- TATAP MUKA
- MEMBANGUN
KEMITRAAN
- MENGAKTIFKAN
PERAN DARI
PARA
BABINKAMTIBMA
S SELAKU POLSI
TERDEPAN
DALAM
MELAKUKAN
DETEKSI DINI
- MENGHIMBAU TERWUJUDNYA X X X X X X X X X X X X KAPOLDA DIPA POLRES
MASY UTK MASYARAKAT DIR
BERPERAN AKTIF YANG MAMPU BINMAS
DLM MENYELESAIKAN KAPOLRES
MENYELESAIKAN PERMASALAHAN
PERMASALAHAN NYA SENDIRI
YANG BERPOTENSI
KONFLIK
- MEMBERDAYAKAN TERCIPTANYA X X X X X X X X X X X X KAPOLDA HUMAS DIPA POLDA
PERAN MEDIA PEMBERITAAN KABID PEMDA & TNI
MASSA YANG POSITIF HUMAS
DAN BERIMBANG KAPOLRES
GUNA
MENCITRAAN
POLRI YANG
POSITIF

Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013


27
28
4

INDIKATOR KEBERHASILAN JANGKA WAKTU 2013 P. JWB PIHAK ANGGARAN


NO TAHAPAN PROGRAM RENCANA AKSI UTAMA TERKAIT
OUT PUT OUT COME 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
- MENINGKATKAN TERJALINNYA X X X X X X X X X X X X DIR DIPA POLDA
SINERGITAS DAN KOMUNIKASI BINMAS
KOMUNIKASI DGN
INSTANSI
- MEMBERIKAN TERBANGUNNYA X X X X X X DIR DIPA POLDA
HIMBAUAN KPD KESADARAN BINMAS & & POLRES
MASY TTG KTM MASYARAKAT KAPOLRES
TERHADAP KTM

- MELAKUKAN TERSELESAIKANN X X X X X X X X X X X X DIR INTEL TNI DIPA POLDA


PENANGANAN YA PENANGANAN RESKRIM

Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013


THDP SETIAP KASUS SECARA
BENTUK GAR KUM PROFESIONAL
SUPAYA TDK
BERKEMBANG
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

- MENDORONG TERBANGUNNYA X X X X X X DIR PEMDA DIPA POLDA


PRANATA SISTEM RESKRIM &
ADAT/SOS UTK PENYELESAIAN DIR
MENYELESAIKAN DAMAI BINMAS
PERSELISIHAN DALAM
MASYARAKAT
MELALUI
DIALOG/KOMUNI
KASI
- MENGEDEPANKAN TERWUJUDNYA X X X X X X X X X X X X KAPOLDA & KEJAKSAAN DIPA POLDA
RESTORATIF RASA KEADILAN DIR
JUSTICE DLM DI TENGAH RESKRIM
MENYELESAIKAN MASYARAKAT
PERSELISIHAN
- MEMBENTUK OPINI TERCIPTANYA X X X X X X X X X X X X KABID MEDIA DIPA POLDA
DALAM RANGKA BERITA YANG HUMAS TERKAIT
MMEBENTUK BERIMBANG DAN
BERITA YANG CITRA YANG
POSITIF DAN POSITIF
BERIMBANG TERHADAP POLRI
5

INDIKATOR KEBERHASILAN JANGKA WAKTU 2013 P. JWB PIHAK ANGGARAN


NO TAHAPAN PROGRAM RENCANA AKSI UTAMA TERKAIT
OUT PUT OUT COME 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
- MENINGKATKAN X X X X X X X X X X X X KAPOLDA &
KEMAMPUAN SDM KARO SDM
YANG BERTUGAS POLDA
MENANGANI
KONFLIK MELALUI
DIK, KURSUS,
PELATIHAN TERKAIT
DENGAN
KOMUNIKASI DAN
MOTIVASI SERTA
PSIKOLOGI MASSA
7B PENCEGAHAN - MEREDAM POTENSI - MEMBERIKAN TERENCANANYA TERWUJUDNYA X X X X X X X X X X X X KAPOLDA & GUBERNUR, DIPA POLDA
KONFLIK KONFLIK MASUKAN KPD PROGRAM KEDAMAIAN KAPOLRES BUPATI, WALI
(PREVENTIF) PEMDA DLM SUN PEMBANGUNAN DAN KOTA
RENCANA DAN DAERAH YANG KEBERSAMAAN
PELAKS BERPIHAK DALAM
PEMBANGUNAN KEPADA MASYARAKAT
DAERAH MASYARAKAT

- MENERAPKAN TGS TERCIPTANYA X X X X X X X X X X X X KAPOLDA &


YAN MASY DGN PELAYANAN KAPOLRES
PRINSIP TATA PRIMA KEPADA
KELOLA PEM YG MASYARAKAT
BAIK

- MEMANFAATKAN TERIDENTIFIKASIN X X X X X X X X X X X X KAPOLDA,


FGD/MEMBUKA YA SETIAP KARO OPS
DIALOG UTK CARI PERMASALAHAN DIR
SOLUSI THD DAN POTENSI BINMAS
PERMASALAAHAN KONFLIK DI DIR INTEL
YG BERPOTENSI PAPUAN POLDA
TJDNYA KONFLIK
SOSIAL
- PROAKTIF DLM TERCIPTANYA X X X X X X X X X X X X KAPOLDA,
MEMEDIASI PARA STABILITAS DAN DIR
PIHAK YG MEREDAM BINMAS,
BERKONFLIK KONFLIK DIR INTEL,
KAPOLRES

Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013


29
6

30
INDIKATOR KEBERHASILAN JANGKA WAKTU 2013 P. JWB PIHAK ANGGARAN
NO TAHAPAN PROGRAM RENCANA AKSI UTAMA TERKAIT
OUT PUT OUT COME 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
- MEMBANGUN TERWUJUDNYA X X X X X X X X X X X X KAPOLDA,
KEMITRAAN DGN KESADARAN DIR
MASY MELALUI MASYARAKAT BINMAS,
POLMAS TERHADAP KTM KAPOLRES

- MEMBANGUN - MENEGAKKAN HKM ADANYA X X X X X X X X X X X X KAPOLDA, PEMDA,


SISTEM PERINGATAN SCR TEGAS NON KEPASTIAN DIR INTEL, BUMN,
DINI/SPD DISKRIMINASI DAN HUKUM DI KAPOLRES TOKOH MASY
MENGHORMATI TENGAH
HAM MASYARAKAT
- MENGOPTIMALKAN TERPETAKANNYA X X X X X X X X X X X X KAPOLDA,
JJRN INTELKAM UTK WILAYAH YANG DIR INTEL
DETEKSI DINI BERPOTENSI
KONFLIK
- MENGOPTIMALKAN TERBENTUKNYA X X X X X X X X X X X X KAPOLDA,

Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013


PERAN MASYARAKAT DIR
BABINKAMTIBMAS YANG SADAR BINMAS
HUKUM
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

- MENGOPTIMALKAN TERCIPTANYA X X X X X X X X X X X X KAPOLDA,


PERAN PATROLI RASA AMAN DI DIR
SABHARA MASAYARAKAT SABHARA
- MEMBANGUN TERBANGUNNYA X X X X X X X X X X X X KAPOLDA, HUMAS DIPA POLDA
KOMUNIKASI YG OPINI YANG KABID PEMDA & TNI
INTENSIF DGN POSITIF HUMAS
MEDIA MAS DAN
JEJARING SOSIAL
DLM RANGKA
MEMPERLUAS
JEJARING
INFORMASI
- MENINGKATAKAN PEMDA X X X X X X X X X X X X KAPOLDA,
PERAN SERTA BERPERAN AKTIF KARO OPS,
PEMDA ATASI KONFLIK KAPOLRES
UNTUKBERPERAN DAERAH
AKTIF DALAM
MENCEGAH
TIMBULNYA
KONFLIK
MENGATASI
KONFLIK MAUPUN
REKONSILIASI
PASCA KONFLIK
7

INDIKATOR KEBERHASILAN JANGKA WAKTU 2013 P. JWB PIHAK ANGGARAN


NO TAHAPAN PROGRAM RENCANA AKSI UTAMA TERKAIT
OUT PUT OUT COME 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
- MEMBENTUK TERBENTUKNYA X X X X X X X X X X X X KAPOLDA,
DESKONFILK SOSIAL POSKO KARO OPS,
KAPOLRES

PENGHENTIAN - PENGHENTIAN - MELAKUKAN TIDAK TERLAKSANANY X X X X X X X X X X X X KAPOLDA, KEJAKSAAN,


KONFLIK KEKERASAN FISIK PENEGAKAN TERJADINYA A PENEGAKKAN DIR PENGADILAN
(REPRESIF) HUKUM DALAM TINDAKAN HUKUM YG RESKRIM
PENANGAN ANARKIS DALAM TEGAS SERTA UM/SUS,
KONFLIK DENGAN PENANGANAN KESELAMATAN KAPOLRES
MEMBENTUK TIM KONFLIK DAN
KHUSUS PERLINDUNGAN
PENINDAKAN YANG KORBAN
DILAKUKAN OLEH TERJAGA
SATUAN RESKRIM
DENGAN
MELIBATKAN
SATUAN PHH
SABHARA DAN
SATUAN
BRIMOBDA PAPUA
TERHADAP PELAKU
AKSI ANARKIS
(SECARA TUNTAS)

- MENGHENTIKAN TERLAKSANANYA
KEKERASAN FISIK KESEPAKATAN
MELALUI SEMUA PIHAK
NEGOSIASI DGN
MENGIKUTSERTAKA
N TOKOH SERTA
MELIBATKAN
PRANATA SOSIAL
DAN/PRANATA
ADAT

Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013


31
8

32
INDIKATOR KEBERHASILAN JANGKA WAKTU 2013 P. JWB PIHAK ANGGARAN
NO TAHAPAN PROGRAM RENCANA AKSI UTAMA TERKAIT
OUT PUT OUT COME 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
- PENYEL AMATAN DAN - MENGELUARKAN MAKLUMAT X X X X X X X X X X X X KAPOLDA,
PERLINDU-NGAN HIMBAUAN DAN KEPOLISIAN DPT DIR
TERHADAP KORBAN ATAU MELAKUKAN DILAKSANAKAN RESKRIM
PERATURAN UM/SUS,
KEPOLISIAN KAPOLRES
(MAKLUMAT
KEPOLISIAN) BILA
NEGOSIASI TDK
TERCAPAI
- MEMBATASI - MELALUI TERGELARNYA X X X X X X X X X X X X KAPOLDA,
PERLUASAN AREA PENGGELARAN KEKUATAN POLRI DIR
DAN TERULANGNYA KEKUATAN POLRI RESKRIM
KONFLIK UM/SUS,

Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013


KAPOLRES
- MENGGUNAKAN ADANYA SOP THD X X X X X X X X X X X X KAPOLDA,
TAHAPAN PENGGUNAAN DIR
PROSEDUR DALAM KEKUATAN RESKRIM
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENGGUNAAN UM/SUS,
KEKUATAN KAPOLRES
KEPOLISIAN
- MELAKUKAN ADANYA SOP THD X X X X X X X X X X X X KAPOLDA,
TINDAKAN TEGAS TINDAKAN TEGAS DIR
DAN TERUKUR DAN TERUKUR RESKRIM
UM/SUS,
KAPOLRES
- MEMINIMALISIR ADANYA SOP X X X X X X X X X X X X KAPOLDA,
TIMBULNYA TINDAKAN TEGAS DIR
KORBAN THD DAN TERUKUR RESKRIM
PENINDAKAN POLRI UM/SUS,
KAPOLRES
- MELAKUKAN ADANYA SOP THD X X X X X X X X X X X X KAPOLDA,
TINDAKAN DAN PENINDAKAN DIR
PENYIDIKAN THD DAN RESKRIM
PELAKU PENYIDIKAN UM/SUS,
PELANGGAR HKM KAPOLRES
- TINDAKAN POLRI ADANYA SOP THD X X X X X X X X X X X X KAPOLDA,
THDP KORBAN PENANGANAN DIR
KORBAN RESKRIM
UM/SUS,
KAPOLRES
9

INDIKATOR KEBERHASILAN JANGKA WAKTU 2013 P. JWB PIHAK ANGGARAN


NO TAHAPAN PROGRAM RENCANA AKSI UTAMA TERKAIT
OUT PUT OUT COME 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
- TUGAS POLRI DLM ADANYA SOP TTG X X X X X X X X X X X X KAPOLDA,
MEMBANTUK HTCK ANTARA DIR
PEMDA/INSTANSI POLRI DG RESKRIM
TERKAIT PEMDA/INSTANSI UM/SUS,
TERKAIT KAPOLRES

- MELAKUKAN KONFLIK TDK KONFLIK TDK X X X X X X X X X X X X KAPOLDA,


ISOLASI UTK MENYEBAR MELUAS DAN DIR
MENGHAMBAT MENYEBAR RESKRIM
PENYEBARAN UM/SUS,
KONFLIK KAPOLRES

- PENYEKATAN MASSA TDK LAGI X X X X X X X X X X X X KAPOLDA,


JALUR/JALAN YG MASUK DR LUAR DIR
DIMUNGKINKANUT RESKRIM
K MASUKNYA UM/SUS,
MASSA DARI LUAR KAPOLRES

- MENCEGAH KONFLIK TDK X X X X X X X X X X X X KAPOLDA,


KONFLIK SUSULAN TERJADI LAGI DIR
RESKRIM
UM/SUS,
KAPOLRES
7D PEMULIHAN - REKONSILIASI - MEDIASI TERSUSUNNUA TERCIPTANYA X X X X X X X X X X X X KAPOLDA, PEMDA, TNI,
PASCA PERUNDINGAN PERJANJIAN REKONSILASI KAPOLRES BUMN,
KONFLIK DAMAI SCR DAMAI REHABILITASI TOKOH
BERKELANJUTAN REKONTRUKSI MASYARAKAT
PASCA KONFLIK
- MEMFASILITASI RESTITUSI X X X X X X X X X X X X KAPOLDA,
PEMBERIAN DISALURKAN DG KAPOLRES
RESTITUSI BAIK

Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013


33
10

34
INDIKATOR KEBERHASILAN JANGKA WAKTU 2013 P. JWB PIHAK ANGGARAN
NO TAHAPAN PROGRAM RENCANA AKSI UTAMA TERKAIT
OUT PUT OUT COME 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
- PEMULIHAN TERCIPTANYA X X X X X X X X X X X X KAPOLDA,
- REHABILITASI SITUASI KAMTIBMAS KAPOLRES
KEAMANAN DAN PASCA KONFLIIK
KETETRTIBAN
- MELAKS BHAKTI KONDISI SOSIAL X X X X X X X X X X X X KAPOLDA,
SOSIAL DAN DAN KESEHATAN KAPOLRES
KESEHATAN PD MASY PULIH
DAERAH PASCA KEMBALI
KONFLIK
- MELAKS GIAT DIPULIHKANNYA X X X X X X X X X X X X KAPOLDA,
SIMPATIK UNTUK HUBUNGAN KAPOLRES
MEMPERKUAT ANTAR MASY
RELASI SOSIAL

Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013


PARA PIHAK YG
BERKONFLIK
- MEMBANTU KONDISI LINGK X X X X X X X X X X X X KAPOLDA,
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

- REKONSTRUKSI MEMPERBAIKI DIPULIHKAN DAN KAPOLRES


LINGK TENMPAT MASY KEMBALI
TINGGAL, MEMILIKI
LINGKUNGAN DAN TEMPAT TINGGAL
FASILITAS YG
RUSAK
- MEMBANTU X X X X X X X X X X X X KAPOLDA,
PEMULIHAN DAN KAPOLRES
PENYEDIAAN AKSES
PENDIDIKAN,
KESEHATAN DAN
MATA
PENCAHARIAN
- MEMBANTU X X X X X X X X X X X X KAPOLDA,
PEMULIHAN DAN KAPOLRES
PENINGKATAN
FUNGSI YAN PUBLIK

- MEMBANTU X X X X X X X X X X X X KAPOLDA,
PERBAIKAN DAN KAPOLRES
PEMULIHAN
11

INDIKATOR KEBERHASILAN JANGKA WAKTU 2013 P. JWB PIHAK ANGGARAN


NO TAHAPAN PROGRAM RENCANA AKSI UTAMA TERKAIT
OUT PUT OUT COME 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
- TEMPAT-TEMPAT X X X X X X X X X X X X KAPOLDA, PEMDA, TNI,
IBADAH KAPOLRES BUMN,
TOKOH
MASYARAKAT

Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013


35
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

36 Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013


KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KELOMPOK II
IDENTIFIKASI PERMASALAHAN KONFLIK
YANG TIMBUL AKIBAT PENGELOLAAN
SUMBER DAYA ALAM ATAU PERTANAHAN
SERTA UPAYA PENANGGULANGANNYA
(STUDI KASUS POLDA SUMATRA UTARA)

Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013 37


38 Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013
IDENTIFIKASI PERMASALAHAN KONFLIK YANG TIMBUL AKIBAT
PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM ATAU PERTANAHAN SERTA
UPAYA PENANGGULANGANNYA
(STUDI KASUS POLDA SUMATRA UTARA)

I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Sumber Daya Alam merupakan karunia dan amanah dari Tuhan Yang
Maha Esa yang dianugerahkan kepada bangsa Indonesia sebagai kekayaan
yang tak ternilai harganya. Sumber Daya Alam wajib dikelola secara bijaksana
agar dapat dimanfaatkan secara berdaya guna, berhasil guna dan berkelanjutan
bagi sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat, baik generasi sekarang maupun
generasi yang akan datang. Ketersediaan Sumber Daya Alam baik hayati maupun
nonhayati sangat terbatas, oleh karena itu pemanfaatannya baik sebagai modal
alam (stock resources) maupun komoditas (product) harus dilakukan secara
bijaksana.
Provinsi Sumatera utara dengan Luas wilayah 72.981,23 KM2 memiliki
Sumber Daya Alam yang banyak, baik yang terkait dengan bidang pertanahan
maupun kelautan. Pada bidang pertanahan seluas 71.680 Km2 terdiri dari sektor
Pertambangan, sektor Pertanian, sektor Perkebunan dan sektor Kehutanan,
sedangkan bidang kelautan terdiri dari sektor perikanan dan budidaya laut.
Pengelolaan Sumber Daya Alam yang terkait dengan pertanahan di Provinsi
Sumatera Utara, saat ini menimbulkan beberapa Konflik baik antar Masyarakat
dengan Masyarakat, antara Masyarakat dengan Badan Hukum Publik (Instansi,
PTPN II, III, IV), antara Masyarakat dengan Badan Hukum Swasta serta antara
Badan Hukum Publik dengan Badan Hukum Swasta.
Polda Sumatera Utara beserta jajaran telah melakukan identifikasi konflik
dan penanggulangan konflik akibat permasalahan pertanahan, namun
masih belum optimal karena penanggulangan konflik dalam pengelolaan
Sumber Daya Alam tidak dapat dipisahkan dengan permasalahan pertanahan.
Penanganannya tidak dapat dilakukan oleh Polri sendiri, melainkan perlu
keterlibatan dari berbagai pihak yang berkompeten khususnya Pemerintah
Daerah dan Instansi lainnya.

Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013 39


KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka diperlukan kajian terkait persoalan


Mengidentifikasi Permasalahan Konflik Yang Timbul Akibat Pengelolaan
Sumber Daya Alam atau Pertanahan Serta Upaya Penanggulangannya .
2. Maksud dan Tujuan
a. Maksud
Mengidentifikasi permasalahan konflik yang timbul akibat pengelolaan
Sumber Daya Alam atau pertanahan serta upaya penangulangannya di
Provinsi Sumatera Utara.
b. Tujuan
Sebagai masukan kepada peserta Rapim Polri 2013 tentang
upaya-upaya yang telah dilakukan Polda Sumut dalam menanggulangi
permasalahan konflik yang timbul sebagai akibat pengelolaan Sumber
Daya Alam atau pertanahan guna menentukan kebijakan lebih lanjut atau
alternatif strategi lain terkait konflik sumber daya alam atau pertanahan.
3. Metode Pendekatan
Metode yang dipergunakan dalam penulisan Naskah ini adalah Metode
deskriptif analisis. Pemecahan masalah dilakukan berdasarkan fakta-fakta
aktual yang selanjutnya dilakukan analisis. Penulisan naskah ini menggunakan
pendekatan yuridis, manajemen dan disiplin ilmu Kepolisian lainnya. Penjelasan
masing-masing pendekatan adalah sebagai berikut:
a. Pendekatan Yuridis, dipergunakan untuk menjelaskan aspek hukum
terhadap konflik pertanahan yang timbul sebagai akibat pengelolaan
Sumber Daya Alam.
b. Pendekatan Manajemen, dipergunakan untuk menjelaskan upaya
penanggulangan konflik pertanahan yang timbul sebagai akibat
pengelolaan Sumber Daya Alam oleh Polri dan seluruh Stake Holder.
c. Pendekatan Disiplin Ilmu Kepolisian, dipergunakan untuk menganalisis
konflik yang terjadi dengan menggunakan kajian Ilmu Kepolisian.
d. Pendekatan kebijakan (Policy Approach) yang bertujuan menjelaskan
langkah langkah kebijakan yang harus dilakukan oleh pemerintah dalam
hal ini diantaranya adalah pihak Pemda, Aparat hukum dan Istansi-instansi
yang terkait dengan penyelesaian konflik.
4. Tata Urut :
a. PENDAHULUAN
b. TINJAUAN YURIDIS DAN SOSIOLOGIS
c. KONDISI PERMASALAHAN KONFLIK SAAT INI

40 Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013


d. ANALISIS SOLUSI PENANGGULANGAN
e. PENUTUP

II. TINJAUAN YURIDIS DAN SOSIOLOGIS


1. Tinjauan Yuridis
Ketentuan yuridis dalam penanganan konflik pengelolaan sumber daya
alam atau pertanahan adalah:
a. Undang-undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara RI
b. Undang-undang No. 8 Tahun 1981 tentang KUHAP
c. Undang-undang No. 7 Tahun 2012 tentang Penanggulangan konflik sosial
d. Peraturan Kepala BPN No. 3 Tahun 2011 tentang pengelolaan pengkajian
dan penanganan kasus pertanahan
e. Perkap No. 1 Tahun 2009 tentang penggunaan kekuatan dalam tindakan
Kepolisian
f. Perkap No 3 Tahun 2009 tentang Sistem Operasional Polri.
g. Perkap No. 8 Tahun 2010 tentang Tata Cara Lintas Ganti dan Cara Bertindak
dalam penanggulangan huru hara.
h. Surat Mendagri No. 300/3305/SJ tentang perhatian khusus terhadap upaya
menciptakan ketentraman dan ketertiban serta kerukunan masyarakat di
daerah.
i. Keputusan Gubernur Sumut nomor: 88.44/785/KPTS/2012 tanggal 24
Desember 2012 tentang Tim rekontruksi sengketa lahan yang diberikan
HGU PTPN II, yang terdiri dari unsur FKPD Provinsi, Bupati Deli Serdang,
Bupati Langkat, Bupati sergai, Walikota Binjai, BPN Provinsi, Dirut PTPN II,
LSM dan Kelompok Tani.
2. Tinjauan Sosiologis
Konflik terjadi dikarenakan adanya proses yang terjadi dikedua belah pihak
yang masing-masing pihak terpengaruh secara negatif yang menimbulkan
pertentangan diantara kedua belah pihak. Konflik vertikal (struktural) yaitu
melibatkan penguasa dan rakyat. Konflik horizontal melibatkan masyarakat
dengan kelompok masyarakat.
a. Dilihat dari bentuknya bahwa konflik yang terjadi terbagi menjadi 2 (dua)
bentuk yaitu :
1) Konflik Vertikal
Konflik Vertikal antara Kelompok masyarakat dengan Pemprov/
Pemkab/Pemko sebanyak 4 kejadian di 4 Lokasi yaitu wilayah Kota

Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013 41


KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Medan sebanyak 1 lokasi, kabupaten Langkat sebanyak 1 lokasi, Kota


P.Siantar 1 lokasi dan Kabupaten Dairi 1 lokasi.
2) Konflik antara kelompok masyarakat dengan badan hukum publik
tahun 2012 sebanyak 153 Kejadian di 31 lokasi yaitu sebagai berikut:
a) Kelompok masyarakat dengan PTPN II sebanyak 20 lokasi.
b) Kelompok masyarakat dengan PTPN III sebanyak 5 lokasi.
c) Kelompok masyarakat dengan PTPN IV sebanyak 6 lokasi.
3) Konflik antara kelompok masyarakat dengan kelompok masyarakat
sebanyak 21 kejadian di 18 lokasi.
4) Konflik antara Badan Hukum Swasta dengan kelompok masyarakat
sebanyak 171 kejadian di 51 lokasi.
b. Dilihat dari pihak yang berkonflik bahwa konflik terbagi menjadi 3 (tiga)
pihak yaitu :
1) Masyarakat
a) Perorangan
(1) Petani/Penggarap: orang yang melakukan penguasaan
lahan dengan cara menggarap lahan tanpa hak atau izin
dari orang yang memiliki tanah tersebut.
(2) Mafia tanah: orang yang memiliki kepentingan untuk
mengusai dan menduduki tanah dengan menggunakan
orang lain baik perorangan maupun kelompok dengan cara
memberikan modal untuk mengusahai dengan maksud
tanah tersebut menjadi miliknya baik melalui jalur hukum
maupun cara illegal.
(3) Politisi: orang/ oknum politisi yang memiliki kepentingan
untuk melindungi dan mendukung orang lain dalam
menguasai lahan demi kepentingan politik.
b) Kelompok
(1) Kelompok Tani: sekelompok orang yang berusaha mengusai
dan menduduki lahan/ tanah milik orang lain/perusahaan
tanpa hak dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan
hidup, antara lain: kelompok tani Jas Merah, Kelompok Tani
Helvetia, Kelompok Selambo, Kelompok tani lainnya.
(2) LSM: sekelompok orang yang memiliki kepentingan
dengan dalih meperjuangkan hak-hak masyarakat yang
sebenarnya untuk kepentingan kelompoknya.
(3) Ormas/OKP: sekelompok orang yang mangatas namakan

42 Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013


organisasi untuk menguasai dan menduduki lahan yang
bukan miliknya dengan cara pemaksaan kehendak untuk
kepentingan kelompoknya.
2) Badan Hukum Publik
a) Instansi
b) Pemprov
c) Pemko
d) Pemkab
e) BPN
f ) Dinas Perkebunan Provinsi
g) Dinas Kehutanan Provinsi
h) Dinas Pertambangan kabupaten
i) Dinas pekerjaan umum kabupaten
3) PTPN/BUMN
a) PTPN II
b) PTPN III
c) PTPN IV
4) Badan Hukum Swasta
a) PT. Sorikmas Minning (Tambang Emas)
b) PT. Agincourt recources (Tambang Emas)
c) PT. Majuma Agro Industri (Perkebunan Sawit)
d) PT. Sumatra Riang Lestari (Perkebunan Sawit)
e) PT. Bridgestone (Perkebunan Sawit)
f ) PT. Toba Pulp Lestari (Perkebunan dan Pengolahan Kayu)
c. Akar Permasalahan Konflik
Konflik yang terjadi terkait dengan perkebunan maupun
pertambangan di Sumatera Utara disebabkan oleh berbagai hal yaitu :
1) Perkebunan
Konflik Pertanahan yang menyangkut perkebunan merupakan
masalah konflik yang cukup tinggi di Sumatera Utara yaitu 111 lokasi,
hal ini disebabkan :
a) Pemahaman masyarakat yang sempit pada saat proses
perpanjangan HGU dianggap masyarakat sebagai peluang
untuk menguasai dan menduduki lahan.
b) Nilai ekonomis tanah semakin meningkat sementara ketersediaan

Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013 43


KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

tanah terbatas sehingga timbul keinginan pihak-pihak tertentu


untu.
c) Pihak perkebunan tidak menjaga tapal batas perkebunannya
sesuai HGU sehingga masyarakat menganggap bahwa pihak
perkebunan menguasai lahan tidak sesuai dengan sertifikat
HGU.
d) Adanya sebagian lahan dari PTPN yang telah habis masa
berlaku HGUnya dan tidak diperpanjang dijadikan peluang
pada masayarakat untuk memilikinya karena adanya ketentuan
terhadap tanah yang tidak diberikan HGU harus ada pelepasan
hak dari Menteri terkait.
e) Terdapat tumpang tindih izin lokasi perkebunan yang dikeluarkan
oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
f ) Masih ada Lurah, Kepala Desa dan Camat yang tidak mentaati
larangan Mendagri No. 593 / 5707 / SJ tanggal 22 Mei 1984
tentang larangan mengeluarkan Surat Keterangan Tanah (SKT)
di areal HGU.
g) Adanya klaim dan pengakuan tentang lahan Hak Ulayat
sementara menurut Peraturan Meneg Agraria bahwa keabsahan
hak ulayat harus diatur dalam bentuk Perda dan terdapat
organisasi atau badan pengelola hak ulayat tersebut.
h) Di lingkungan HGU yang dikuasai PTPN biasanya ada daerah
resapan air yang tidak boleh dikuasai dan diusahai namun
masayarat memanfaatkannya untuk menanam tanaman
semusim tanpa hak dan hal tersebut dibiarkan pihak kebun
namun pihak kelurahan mengenakan biaya dengan menerbitkan
Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang Pajak Bumi Dan Bangunan
(SPPT-PBB).
i) Tanah yang diterbitkan HGU asal konversi Erpacht atau
nasionalisasi dianggap sebagai milik orang tua warga masyarakat
yang diambil oleh Belanda, sehingga mereka berupaya untuk
mengambil kembali haknya.
j) Tanah dalam kondisi tidak ditanami dan dianggap ditelantarkan.
k) Pada saat Nasionalisasi sekitar tahun 1960 kebun yang
sebelumnya dikuasai oleh pihak asing setelah ditinggalkan
digarap oleh masyarakat yang kemudian dinasionalisasi kepada
pihak PTPN (dahulu PNP) dengan membayar ganti rugi kepada
masyarakat tanpa mencabut/menarik SK yang sudah dikeluarkan

44 Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013


oleh Gubernur. (contoh : Kebun Sei Semayang PTPN II Desa Sei
Mencirim Kutalimbaru)
l) Berdasarkan keputusan Mahkamah Konstitusi No. MK NO. 55 /
PU VIII / 2010, yang menghapus pasal 21 dan pasal 47 tentang
sanksi pidana pada UU no. 18 tahun 2004 tentang perkebunan,
telah memberikan peluang masyarakat semakin berani
menguasai, menduduki dan mengusahai area HGU perkebunan.
m) Sebagian masyarakat memiliki tanah garapan yang berasal dari
Pemerintah Propinsi. Pada suatu saat disebabkan permasalahan
ekonomi, mereka memperjualbelikan tanah garapan.
2) Pertambangan
Dari 66 perusahaan pertambangan di Provinsi Sumatera Utara
terdapt 2 (dua) perusahaan berskala besar yang pernah terjadi konflik
yaitu PT. Sorikmas Minning dan PT. Agincourt Resources, namun tidak
terkait dengan sengketa tanah. Sedangkan konflik yang terkait dengan
pertanahan umumnya terjadi pada pengelolaan pertambangan
galian C, yaitu di Medan ada 1 (satu) lokasi, Deli Serdang ada 1 (satu)
lokasi dan Binjai ada 2 (dua) lokasi.

III. KONDISI PERMASALAHAN KONFLIK SAAT INI


1. Identifikasi Konflik
Konflik merupakan perseteruan antara dua atau lebih orang atau kelompok
orang yang berbeda pendapat dan dapat berdampak lebih luas apabila tidak
ditangani lebih awal. Untuk melakukan identifikasi suatu konflik maka yang
pertama kita harus diketahui adalah sumber konflik terlebih dahulu. Didalam
Undang-Undang RI No 7 Tahun 2012 tentang Penanganan Konflik Sosial bahwa
sumber konflik terbagi menjadi 5 (lima ) yaitu :
a. Permasalahan yang berkaitan dengan politik, ekonomi dan sosial budaya.
b. Perseteruan antar umat beragama dan atau antar suku dan antar etnis
c. Sengketa batas wilayah desa, kabupaten/kota dan/atau provinsi
d. Sengketa sumber daya alam antar masyarakat dan/atau antar masyarakat
dengan pelaku usaha
e. Distribusi sumber daya alam yang tidak seimbang dalam masyarakat.
Dari ke 5 (lima) sumber konflik tersebut diatas, Polda Sumut telah melakukan
identifikasi permasalahan tersebut diatas.

Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013 45


KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SUMBER KONFLIK
JLH
NO SATWIL POLEK KET
KONFLIK SARA B.WIL SDA
SOSBUD
1. MEDAN 20 3 3 0 14
2. BELAWAN 8 1 0 0 7
3. BINJAI 9 1 1 0 7
4. LANGKAT 28 3 0 0 25
5. D.SERDANG 4 0 0 1 3
6. TANAH KARO 2 2 0 0 0
7. SERGAI 6 1 0 0 5
8. T. TINGGI 3 0 0 0 3
9. SIMALUNGUN 4 2 0 0 2
10. P.SIANTAR 3 1 0 0 2
11. ASAHAN 16 2 0 0 14
12. TJ. BALAI 4 2 1 0 1
13. LA. BATU 26 8 1 2 15
14. DAIRI 4 2 0 0 2
15 TAPUT 2 0 1 0 1
16 HUMBAHAS 3 0 0 0 3
17 PAK2 BARAT 0 0 0 0 0
18 SAMOSIR 0 0 0 0 0
19. TOBASA 4 1 0 0 3
20. TAPSEL 10 0 0 0 10
21. P.SIDIMPUAN 1 0 1 0 0
22. MADINA 9 2 1 2 4
23. SIBOLGA 1 1 0 0 0
24. TAPTENG 6 3 0 0 3
25. NIAS 2 1 0 0 1
26. NISEL 9 5 0 0 4
JUMLAH 183 40 9 5 129
Sumber data Polrest/ta

Dari hasil Mapping di wilayah Sumatera Utara terdapat 183 (seratus delapan
puluh tiga) titik/lokasi konflik dan dari 183 lokasi konflik yang ada di wilayah
Sumatera Utara terbagi menjadi :
a. Konflik yang bersumber dari Poleksosbud sebanyak 40 lokasi
b. Konflik yang bersumber dari SARA sebanyak 9 lokasi
c. Konflik yang bersumber dari batas wilayah sebanyak 5 lokasi
d. Konflik yang bersumber dari Sumber Daya Alam sebanyak 129 lokasi.

46 Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013


Sedangkan dari 129 titik konflik yang bersumber dari sumber daya alam.
(masalah perkebunan sebanyak 111 lokasi, masalah pertambangan sebanyak
4 lokasi dan 14 lokasi menyangkut sumber daya alam lainnya seperti perikanan
dan dampak pertambangan).
Perbandingan jumlah konflik selama 3 tahun terakhir di propinsi
Sumatera Utara menunjukkan peningkatan, yaitu tahun 2010 terjadi 44 kasus,
pada tahun 2011 meningkat menjadi 77 kasus, sedangkan pada tahun 2012
terjadi peningkatan sejumlah 349 kasus. Bentuk konflik yang terjadi dapat
diklasifikasikan, yaitu:
a. Konflik antara masyarakat dengan masyarakat pada tahun 2010 tidak terjadi,
pada tahun 2011 terjadi 3 kasus sedangkan pada tahun 2012 meningkat
menjadi 21 kasus;
b. Konflik antara masyarakat dengan badan hukum publik dalam hal ini
PTPN pada tahun 2010 terjadi 39 kasus, pada tahun 2011 terjadi 58
kasus sedangkan pada tahun 2012 mengalami peningkatan yang cukup
signifikan menjadi 153 kasus;
c. Konflik antara masyarakat dengan badan hukum publik dalam hal ini
pemerintah hanya terjadi pada tahun 2012 yaitu 4 kasus;
d. Konflik antara masyarakat dengan badan hukum swasta, pada tahun 2010
terjadi 5 kasus dan pada tahun 2011 terjadi 16 kasus sedangkan pada tahun
2012 meningkat menjadi 171 kasus.
Bentuk konflik diilustrasikan pada Tabel sbb :
BENTUK KONFLIK
JMLH MASY MASY DGN BADAN MASY DGN
NO TAHUN KET
KONFLIK DGN HUKUM PUBLIK B. HKM
MASY PTPN PEMERINTAH SWASTA
1 2010 44 - 39 - 5
2 2011 77 3 58 - 16
3 2012 349 21 153 4 171
JUMLAH 470 24 250 4 192
Dalam kurun waktu 3 (tiga) tahun terakhir (2010-2012) terjadi 470 konflik
yang menyangkut permasalahan pertanahan di Provinsi Sumatera Utara. Dari
keseluruhan Konflik tersebut terjadi 424 kasus sengketa lahan dengan cara
menduduki dan menguasai lahan. Adapun lokasi/wilayah yang paling banyak
terjadi kasus pendudukan lahan yaitu di Kabupaten Deli Serdang sebanyak
210 kasus, kota Binjai sebanyak 84 kasus, Kota Medan sebanyak 40 kasus dan
Kabupaten Langkat sebanyak 30 kasus, antara lain Kegiatan Unjuk rasa yang

Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013 47


KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

terkait permasalahan pertanahan selama tahun 2012 sebanyak 121 kegiatan


yang pada umumnya dilakukan kantor pemerintahan seperti kantor Gubernur,
kantor Bupati, kantor Walikota, kantor DPRD Provinsi, kantor DPRD Kabupaten/
Kota, kantor wilayah BPN, kantor BPN Kabupaten/Kota serta Polda dan Polres.
Dari kegiatan unjuk rasa tersebut terdapat 2 (dua) kasus unjuk rasa yang
menonjol yaitu unjuk rasa menginap selama + 1 bulan di kantor DPRD provinsi
dengan membuat tenda oleh Komite Tani Menggugat (KTM) dan unjuk
rasa menginap di kantor Bupati Deliserdang selama 2 hari oleh Komite Tani
Menggugat (KTM).
2. Analisis Faktor-faktor Penyebab konflik
Faktor faktor penyebab konflik terkait dengan pekebunan dan
pertambangan di wilayah Sumatera Utara
a. Faktor penyebab konflik dibidang perkebunan dapat dilihat dari Stake
holder dan masyarakat yaitu :
1) Stake Holder
a) Penafsiran yang salah terhadap hak negara dalam menguasai
tanah (UUPA) dengan pasal 33 UUD 1945 terkait dengan
kemakmuran rakyat.
b) Masih ada Lurah, Kepala Desa dan Camat yang tidak mentaati
larangan Mendagri No. 593 / 5707 / SJ tanggal 22 Mei 1984
tentang larangan mengeluarkan Surat Keterangan Tanah (SKT)
di areal HGU.
c) Janji pemerintah yang memberikan harapan kepada masyarakat
untuk memiliki hak atas tanah, hal ini pernah terjadi di daerah
Kebun PTPN IV Sosa, Kab. Tapsel dimana Menteri Muda tanaman
keras Ir. Hasrul Harahap Menjanjikan setiap kepala keluarga akan
memperoleh 2 Ha di areal HGU PTPN II.
d) Pihak perkebunan tidak menjaga tapal batas perkebunannya
sesuai HGU sehingga masyarakat menganggap bahwa pihak
perkebunan menguasai lahan tidak sesuai dengan sertifikat
HGU.
e) Terdapat tumpang tindih izin lokasi perkebunan yang dikeluarkan
oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
f ) Pembiaran tanah Negara dijarah. HGU yang tidak diperpanjang
dan belum selesai pelepasan haknya oleh menteri terkait
dimanfaatkan oleh masyarakat untuk dikusai dan diusahai.

48 Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013


g) Areal perkebunan dalam dalam kondisi tidak ditanami dan
dianggap ditelantarkan.
2) Masyarakat
a) Adanya klaim dan pengakuan tentang lahan Hak Ulayat
sementara menurut Peraturan Meneg Agraria bahwa keabsahan
hak ulayat harus diatur dalam bentuk Perda dan terdapat
organisasi atau badan pengelola hak ulayat tersebut.
b) Di lingkungan HGU yang dikuasai PTPN biasanya ada daerah
resapan air yang tidak boleh dikuasai dan diusahai namun
masayarat memanfaatkannya untuk menanam tanaman
semusim tanpa hak dan hal tersebut dibiarkan pihak kebun
namun pihak kelurahan mengenakan biaya dengan menerbitkan
Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang Pajak Bumi Dan Bangunan
(SPPT-PBB).
c) Tanah yang diterbitkan HGU asal konversi Erpacht atau
nasionalisasi dianggap sebagai milik orang tua warga masyarakat
yang diambil oleh Belanda, sehingga mereka berupaya untuk
mengambil kembali haknya.
d) Sebagian masyarakat memiliki tanah garapan yang berasal dari
Pemerintah Propinsi. Pada suatu saat disebabkan permasalahan
ekonomi, mereka memperjual belikan tanah garapan.
e) Pemahaman masyarakat yang sempit pada saat proses
perpanjangan HGU dianggap masyarakat sebagai peluang
untuk menguasai dan menduduki lahan.
f) Nilai ekonomis tanah semakin meningkat sementara
ketersediaan tanah terbatas sehingga kebutuhan masyarakat
akan tanah semakin sulit untuk dipenuhi.
b. Faktor penyebab konflik dibidang Pertambangan
Dari 66 perusahaan pertambangan di Provinsi Sumatera Utara
terdapt 2 (dua) perusahaan berskala besar yang pernah terjadi konflik
yaitu PT. Sorikmas Minning dan PT. Agincourt Resources, namun tidak
terkait dengan sengketa tanah. Sedangkan konflik yang terkait dengan
pertanahan umumnya terjadi pada pengelolaan pertambangan galian C,
yaitu di Medan ada 1 (satu) lokasi, Deli Serdang ada 1 (satu) lokasi dan Binjai
ada 2 (dua) lokasi. Konflik yang terjadi disebabkan karena :
1) Belum ada kepercayaan masyarakat bahwa air limbah hasil
pengelolahan tambang PT. Agincourt Resources di Kab. Tapsel
yang selama ini digunakan oleh masyarakat untuk kebutuhan

Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013 49


KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

hidup termasuk air minum tidak membahayakan untuk dikonsumsi


masyarakat.
2) Masyarakat melakukan penambangan tanpa hak di lokasi PT. Sorikmas
Minning di Kab. Madina karena hanya dengan mengumpulkan batu-
batuan yang ada disekitar lokasi mereka bisa memperoleh hasil sekitar
+ Rp. 150 ribu s/d Rp. 200 ribu perhari.
3) Perebutan lokasi penambangan Galian C oleh sekelompok Masyarakat
yang tidak memiliki izin penambangan.
4) Masyarakat melakukan penambangan Galian C tanpa Izin di lokasi
perusahaan perkebunan (PTPN II Tj. Garbus Deli Serdang) dengan
modus menggunakan Surat Perintah Kerja (SPK) normalisasi sungai
dari Pemkab Deli Serdang namun digunakan untuk melakukan
penambangan Galian C.
5) Masyarakat sekitar pertambangan mengajukan permintaan
program Corporate Social Responsibility (CSR) kepada perusahaan
pertambangan secara berlebihan, seperti permintaan bea siswa
sekolah dari SD sampai S3 kepada Sorik Mas Mining kab. Mandailing
Natal.
3. Kebijakan Penanggulangan (pada posisi FKK / Potensi Gangguan)
a. Adanya ketentuan UU No. 19 Thn 2003 tentang BUMN dan SK Kepala BPN
tentang HGU yang habis masa berlakunya tidak diperpanjang.
b. Putusan MK tentang uju materi UU no. 18 Tahun 2004 tentang perkebunan
menghapuskan pasal 21 dan 47 tentang ketentuan pidana.
c. Ketidaksinkronnya antara Undang-Undang Pokok Agraria dengan
Undang-undang Sektoral (Kehutanan, perkebunan, Lingkungan Hidup
dan peraturan daerah).
4. Kebijakan Penanggulangan (pada posisi Police Hazard / Ambang).
a. Masih terbitnya Srt Ket Tanah oleh Lurah/Kades/ Camat di area perkebunan
milik Negara yang HGU nya masih berlaku.
b. Adanya pengakuan atas tanah ulayat di area perkebunan.
c. Adanya Surat Perintah Kerja Proyek normalisasi sungai di lokasi PTPN tanpa
koordinasi dan meminta persetujuan dari pihak perkebunan.
d. Adanya tumpang tindih perijinan pada lahan yang sama.
5. Kebijakan Penanggulangan (Pada posisi Ancaman Faktual / Gangguan
Nyata)
a. Keberadaan kesatuan belum berimbang, terdapat 33 Kab/kota namun

50 Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013


Polres/ta baru 26, sedangkan 325 kecamatan baru memiliki 207 Polsek.
b. Perbandingan personil belum ideal masih 1 : 828.
c. Keterbatasan anggaran.

IV. ANALISIS SOLUSI PENANGGULANGAN


Sesuai dengan Tugas Pokok Polri yang tercantum dalam Undang -Undang RI
No. 2 Tahun 2002 pasal 13 yaitu memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat,
menegakkan hukum dan memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan
kepada masyarakat. Didalam merumuskan tugas Polri tersebut maka perlu dilihat
pola perumusan tugas Polri, dengan lingkup tugasnya : pre emtif, Preventif dan
penegakan hukum/ refresif.
1. Analisis Solusi Penanggulangan (Preemtif)
a. Konsepsi menghilangkan FKK
Faktor Korelatif Kriminogin yang sekarang disebut dengan Potensi
Gangguan (AG) yaitu kondisi/situasi yang merupakan faktor stimulan/
pencetus/embrio gangguan keamanan yang berpotensi besar akan
tumbuh menjadi gangguan nyata keamanan. Konsepsi menghilangkan
Potensi Gangguan:
1) Melakukan Mapping terhadap segala bentuk Potensi Gangguan
khususnya yang menyangkut Konflik.
2) Melakukan deteksi dini terhadap potensi konflik penyebab akan
terjadinya konflik.
b. Konsepsi menghilangkan / mengelimir kesempatan.
Setelah dilakukan mapping terhadap potensi gangguan maka
ditemukan tentang konsepsi cara menghilangkan atau mengeliminir
kesempatan akan terjadinya konflik yaitu:
1) Menerapkan Community Policing yaitu dengan menempatkan satu
desa satu polisi yang lebih dikenal dengan Bhabinkamtibmas.
2) Bhabinkamtibmas bekerjasama dengan aparat desa dan Babinsa
guna menjalin Kemitraan.
3) Aparat kemitraan di tingkat desa antara Bhabinkamtibmas, aparat
desa dan Babinsa melakukan penyuluhan terhadap masyarakat
ditingkat desa, dimulai dari tingkat RT, RW dan Desa.
2. Analisis Solusi Penanggulangan (Preventif)
a. Konsepsi menghilangkan niat.
1) Mensosialisasikan peraturan dan perundang undangan yang

Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013 51


KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

berkaitan dengan penyebab konflik (UUPA, UU Kehutanan, UU


Lingkungan Hidup dll)
2) Membentuk tim penanggulangan dengan Surat Keputusan Gubernur
dimana tim terdiri dari beberapa elemen (Polri, Kejaksaan, TNI, Pemda
dan instansi terkait lainnya)
3) Tim penanggulangan konflik bekerja dengan target waktu dalam
menyelesaikan konflik.
b. Menghambat Police Hazard.
1) Melakukan penjagaan terhadap kedua lokasi dari pihak yang
berkonflik
2) Melakukan patroli disekitar lokasi konflik.
3) Menempatkan personil sesuai dengan kebutuhan.(agar sebanding
kekuatan personil Polri yang melakukan pengamanan dengan massa
yang berkonflik)
3. Analisis Solusi Penanggulangan (Represif)
a. Sistematis
1) Melakukan pencegahan agar konflik tidak berkembang
2) Melakukan penanganan dengan menolong korban dan melakukan
upaya hukum terhadap pelaku kejahatan
3) Meneruskan proses penyidikan
4) Melakukan koordinasi dengan Criminal Justice System
5) Meneruskan Berkas Perkara ke Jaksa Penuntut Umum
6) Bekerjasama dengan pemerintah daerah guna pemulihan situasi.
b. Sesuai prosedur hukum.
Melakukan proses hukum sesuai dengan peraturan Kapolri nomor :
14 tahun 2012 tentang Manajemen penyidikan.
c. Efektif.
1) Melakukan mediasai terhadap kelompok yang berkonflik
2) Menuntaskan permasalahan konflik agar tidak berlarut larut
3) Menuntaskan proses penyidikan terhadap permasalahan konflik yang
ada pelanggaran hukumnya.
4. Langkah - langkah penanggulangan.
a. Bukan langkah rutin.
1) Preemtif dengan mengedepankan peran Babinkamtibmas dan
mensosialisasikan hasil pemecahan masalah dan hasil musyawarah

52 Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013


kepada masyarakat.
2) Preventif dengan melakukan pengamanan terhadap kedua belah
pihak dan melakukan komunikasi dan koordinasi dengan stakeholder.
3) Penegakan Hukum dengan koordinasi CJS dan tindak tegas terhadap
pelanggaran hukum.
b. Bersifat implementatif
1) Melakukan mapping konflik
2) Mendirikan posko monitor konflik
3) Melakukan mediasi terhadap kedua pihak yang berkonflik
4) Melakukan penjagaan di kedua lokasi pihak yang berkonflik
5) Melakukan patroli disekitar lokasi konflik
6) Melakukan tindakan tegas terhadap pelanggar hukum
c. Merupakan terobosan kreatif (creative breakthrough)
1) Melakukan mapping konflik (pihak yang berkonflik, lokasi konflik,
penyebab konflik) dimulai konflik tingkat desa sampai tingkat propinsi.
2) Buat posko monitor konflik
3) Kapolsek harus dapat mencari solusi pemecahan konflik
4) Menempatkan pasukan untuk melakukan penjagaan di kedua lokasi
yang berkonflik.
5) Jika disuatu lokasi terdapat konflik maka diwajibkan kapolres
bertempat tinggal di lokasi konflik sampai konflik tsb mereda.
6) Kebijakan Kapolda Sumut seperti Kasatwil seminggu sekali berkantor
di Polsek, turun langsung ke lapangan disaat terjadi kegiatan
masyarakat dan peningkatan pelayanan masyarakat serta berada di
daerah konflik sampai selesai konflik.

V. PENUTUP
1. KESIMPULAN
a. Sumber Daya Alam merupakan kekayaan yang tak ternilai harganya. Sumber
Daya Alam wajib dikelola secara bijaksana agar dapat dimanfaatkan secara
berdaya guna, berhasil guna dan berkelanjutan bagi sebesar-besarnya
kesejahteraan rakyat,
b. Pengelolaan Sumber Daya Alam yang terkait dengan pertanahan di
Provinsi Sumatera Utara, saat ini menimbulkan beberapa Konflik baik antar
Masyarakat dengan Masyarakat, antara Masyarakat dengan Badan Hukum
Publik.

Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013 53


KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

c. Adapun akar permasalahan konflik yang terkait dengan pertanahan dilihat


dari aspek stake holder adanya beberapa stake holder baik aparaturnya
maupun yang mengalami permasalahan cenderung untuk tidak serius
dalam menyelesaikan konflik dan masyarakat adanya kecenderungan dari
masyarakat yang menuntut haknya dengan melakukan pelanggaran
hukum, serta aspek peraturan adanya beberapa peraturan dan per
undang-undang yang tumpang tindih.
d. Berdasarkan permasalahan penyebab terjadinya konflik maka perlu adanya
analisa solusi penanggulangannya dan penanggulangannya dilakukan
dengan cara Preemtif, Preventif dan penegakkan hukum/Represif.
e. Disamping solusi penanggulangan konflik yang sesuai dengan aturan
hukum yang berlaku juga diperlukan langkah-langkah terobosan.
2. REKOMENDASI
a. Langkah Strategis (Preemtif )
1) Pemerintah pusat agar melakukan pembaharuan dan sinkroninasi
Undang-Undang Pokok Agraria dengan Undang-Undang Sektoral
lainnya ( Undang-Undang Kehutanan, Undang-Undang Lingkungan
Hidup dan Peraturan Daerah dll).
2) Pemerintah harus melakukan penataan dan pengukuhan kawasan
hutan di seluruh Indonesia.
3) Mengusulkan kepada BPN terhadap areal eks HGU seluas 5.873,06 Ha,
diprioritas diberikan kepada penduduk setempat.
4) Meningkatkan kompetensi personel Polri dalam mencegah
terjadinya konflik dan mengantisipasi penanganan konflik dengan
berbagai alternatif strategi guna mewujudkan keamanan ketertiban
masyarakat.
5) Membangun sinergi polisional antar kementerian lembaga agar
tercapai efektivitas integrasi penanganan polisional guna mewujudkan
Kamtibmas.
b. Langkah Strategis (Preventif )
1) Pembentukan Tim terpadu antar Departemen dalam rangka
penyelesaian konflik pertanahan.
2) Pelayanan administrasi perijinan pertanahan terpadu.
3) Pengembangan organisasi tingkat Satwil dengan pembentukan
Polres/ta dan Polsek sesuai dengan wilayah administrasi pemerintahan
daerah.

54 Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013


c. Langkah Strategis (Represif )
1) Perlunya dukungan moril dari Pimpinan untuk tindakan tegas dalam
menegakkan hukum yang berkaitan dengan konflik pertanahan.
2) Tindak tegas terhadap oknum pejabat publik yang menyalahgunakan
wewenang.
3) Tuntaskan penanganan konflik agar tidak berlarut-larut.

Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013 55


12

56
KELOMPOK II
LAMPIRAN : LANGKAH-LANGKAH PENANGANAN KONFLIK YANG TIMBUL AKIBAT PENGELOLAAN SDA
ATAU PERTANAHAN SERTA PENANGGULANGANNYA.
(STUDI KASUS POLDA SUMATRA UTARA)

NO TAHAPAN PROGRAM RENCANA AKSI INDIKATOR JANGKA WAKTU 2013 P.JWB PIHAK ANGGARAN
KEBERHASILAN UTAMA TERKAIT
OUT- OUT- 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
PUTE COME
7a PENCEGAHAN -MEMELIHARA -Meningkatkan Tesedian Tercipt X X X X X X X X X X X X Karo TNI, Dipa Polda,
KONFLIK KONDISI DAMAI sinergitas ya MOU anya Ops, Pemda, Polres
(PREEMTIF) DLM dengan instansi hubun Kapolre Kejaksa
MASYARAKAT terkait gan s an

Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013


kerja
yg
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

harmo
nis

-Menghimbau Meningk x x x x x x x x x x x x Dir Pemda, Dipa Polda,


masy untuk atnya Binmas Tokoh Polres
berperan aktif peran , Dir masy
dlm aktif Intel,
menyelesaikan masy Kapolre
permasalahan s
sosial
13

-Melakukan Meningk x x x x x x x x x x x x Dir Pemda, Dipa Polda,


Binluh kpd masy atnya Binmas Tokoh Polres
bersama Pemda kesadara , Dir masy
ttg n masy Intel,Ka
permasalahan polres,
sosial Kapols
ek
MENGEMBANGK -Mengede Meningk x x x x x x x x x x x x
AN SISTEM pankan peran atnya
PENYELESAIAN Babinkamtibma pemaha
PERSELISIHAN s utk man dan
SECARA DAMAI mensosialisasik kesadara
an hasil n masy
pemecahan
masalah kpd
masyaarakat

-Mendorong berfungs x x x x x x x x x x x x Dir Pemda, Dipa Polda,


Pranata adat inya Binmas Tokoh Polres
untuk pranata , Dir adat
menyelesaikan adat dlm Intel,
perselisiahan penyeles Kapolre
aian s
perselisi
ahan

Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013


57
14

58
7b PENCEGAHAN MEREDAM -Melakukan Meningn x x x x x x x x x x x x Dir, Pemda, Dipa,
KONFLIK POTENSI pengamanan ya situasi Sabhar BUMN, Polresa
(PREVENTIF) KONFLIK terhadap kedua yang a, Dir Pengus Pold
belah pihak dan kondusif Pam aha
melakukan Obvit,
komunikasi Dir
serta koordinasi Intel,
dengan Kapolre
stakeholder s

-Memberikan Meningk x x x x x x x x x x x x Dir Pemda, Dipa Polda


masukan kpd atnaya Intel, Tokoh Polres
Pemda dlm Sun pemban Kapolre masy,
rencana dan gunan s LSM

Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013


pelaksanaan yang
pembangunan transpar
daerah an
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MEMBANGUN - Tercipta Terjaga x x x x x x x x x x x X Dir Pemda, Dipa Polda,


SISTEM Mengoptimalka nya nya sabhar BUMN, Polres
PERINGATAN n peran Patroli situasi lingkun a, Dir Tokoh
DINI/SPD Sabhara yang gan Pam Masy
kondusif yang Obvit,
aman Dir
- Tercipta x x x x x x x x x x x X Intel,
Mengoptimalka nya Kapolre
n deteksi dini Informas s
kpd slrh jjrn i cepat
Intelkam
15

-Membangun Tercipta
komunikasi yg nya
intensif dg hubunga
Media massa n yg
dan jejaring sinergis
sosial dlm dg
rangka Media
memperluas
jejaring
informasi.
7c PENGHENTIAN -PENGHENTIAN -Penegakan Terselen Terlaks x x x x x x x x x x x x Dir Kejaksa Dipa Polda,
KONFLIK KEKERASAN FISIK hukum dengan ggaranya ananya Reskri an, Polres
(REPRESIF) koordinasi CJS koord penega m Pengadi
dan tindak tegas yang kan Um/Su lan
terhadap sinergis hukum s,
pelanggaran yg Kapolre
hukum tegas s

-Menghentikan Terlaksa x x x x x x x x x x x x
kekerasan fisik nanya
melalui kesepak
Negosiasi dg atan
mengikutserta- semua
kan Tokoh masy pihak
serta
melibatkan
pranata adat
dan sosial.

Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013


59
16

60
-Mengeluarkan Maklum x x x x x x x x x x x X
himbauan dan at
atau melakukan kepolisia
Peraturan n dpt
Kepolisian dilaksan
(Maklumat akan
Kepolisian) bila
negosiasi tdk
tercapai

-Melakukan Tergelar x x x x x x x x x x x X
penggelaran nya
kekuatan Polri kekuata

Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013


n Polri

-Menggunakan Adanya
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

tahapan SOP thd


prosedur dlm penggun
penggunaan aan
kekuatan kekuata
Kepolisian n

-Melakukan Adanya
tindakan tegas SOP thd
dan terukur tindakan
tegas
dan
terukur

-Meminimalisir Adanya
timbulnya SOP
korban thd Tindakan
penindakan tegas
17

Polri dan
terukur

-Melakukan Adanya
tindakan dan SOP thd
penyidikan thd peninda
pelaku kan dan
pelanggaran penyidik
hkm an

-PENYELAMATAN Kesela
DAN matan
PERLINDUNGAN dan
TERHADAP -Tindakan Polri Adanya perlind
KORBAN thd korban SOP thd ungan
penanga korban
nan terjaga
korban

-Tugas Polri dlm Adanya


membantu SOP ttg
Pemda/Instansi HTCK
terkait. antara
Polri dg
Pemda/I
nstansi
terkait
-MEMBATASI Konflik
PERLUASAN tdk

Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013


AREA DAN -Melakukan Konflik meluas
TERULANGNYA isolasi utk tdk dan

61
KONFLIK menghambat menyeb menye
18

penyebaran ar bar

62
konflik

-Penyekatan Massa
jalur/jalan yg tdk lagi
dimungkinkan masuk
utk masuknya dr luar
massa dr luar.

-Mencegah Konflik
konflik susulan tdk
terjadi
lagi

Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013


KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

7d PEMULIHAN X X X X X X X X X X X X Kapold Pemda, Dipa Polda,


PASCA KONFLIK -REKONSILIASI -Mediasi Tersusun Tercipt a, Tokoh Polres
perundingan nua anya Kapolre masy,
damai scr perjanjia Rekons s BUMN
berkelanjutan n damai ilasi
pasca
konflik

-Memfasilitasi Restitusi
pemberian disalurka
restitusi n dg baik
19

-REHABILITASI -Pemulihan Tercipta Rehabi X X X X X X X X X X X X Kapold Pemda, Dipa Poda,


situasi nya litasi a, TNI, Polres
keamanan dan Kamtibm pasca Kapolre BUMN,
ketertiban as pasca konflik s Tokoh
konfliik tercap masyar
ai akat

-Melaksanakan Kondisi
Bhakti sosial sosial
dan kesehatan dan
pd daerah kesehata
pasca konflik n masy
pulih
kembali

-Melaksanakan Dipulihk
Giat simpatik annya
utk hubunga
memperkuat n antar
relasi sosial masy
para pihak yg
berkonflik

-Membantu Kondisi Rekons x x x x x x x x x x x x Kapold Pemda, Dipa Polda,


-REKONSTRUKSI memperbaiki lingk truksi a, TNI, Polre
lingkungan dipulihka pasca Kapolre BUMN
tempat tinggal. n dan konflik s
Lingkungan masy berhasi
fasilitas yg kembali l
- rusak memiliki dilakuk
tempat an

Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013


tinggal

63
64
20

-Membantu akses
pemulihan dan pendidik
penyediaan an,
akses kesehata
pendidikan, n dan
kesehatan dan mata
mata pencaha
pencaharian rian bias
dinikmat
i kembali
oleh

Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013


masy

-Membantu yan
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

pemulihan dan public


peningkatan dpt
fungsi yan dinikmat
public i kembali

-Membantu Tempat
perbaikan dan ibadah
pemulihan kembali
tempat-tempat dpt
ibadah. digunaka
n
Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013 65
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

66 Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013


KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KELOMPOK III
IDENTIFIKASI POTENSI KONFLIK
YANG BERSUMBER DARI SARA,
INDUSTRI, ECONOMY GAP, MASALAH
KETENAGAKERJAAN DAN DAMPAK
INDUSTRI PERKEBUNAN SERTA UPAYA
PENANGGULANGANNYA SECARA EFEKTIF
(STUDI KASUS POLDA LAMPUNG)

Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013 67


68 Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013
IDENTIFIKASI POTENSI KONFLIK
YANG BERSUMBER DARI SARA, INDUSTRI, ECONOMY GAP,
MASALAH KETENAGAKERJAAN DAN DAMPAK INDUSTRI
PERKEBUNAN SERTA UPAYA PENANGGULANGANNYA SECARA
EFEKTIF
(STUDI KASUS POLDA LAMPUNG)

I. PENDAHULUAN
1. Latar belakang (identifikasi masalah)
a. Potensi konflik yang bersumber dari SARA:
1) Kesenjangan sosial antar-kelompok.
Dalam kehidupan berkelompok antar suku dan budaya serta pola
kehidupan memiliki perbedaan yang cukup nyata. Pada sebagian
kelompok dari suku lain selain suku Lampung, terutama pada
kelompok masyarakat suku Jawa dan suku Bali yang memiliki budaya
kerja yang lebih baik, menjadikan pola kehidupan dan tingkat sosial
yang lebih mapan dibandingkan dengan kelompok masyarakat yang
berasal dari suku Lampung itu sendiri. Kondisi tersebut tanpa disadari
menciptakan kesenjangan sosial diantara kelompok-kelompok
masyarakat tersebut. Hal tersebut lebih dipertajam dengan sikap
tertutup dari kelompok yang memiliki pola kehidupan yang lebih
mapan.
2) Arogansi dan egosentris kelompok.
Keberadaan suku lain yang berdomisili di Provinsi Lampung, masih
belum dapat diterima sepenuhnya oleh masyarakat suku Lampung
sebagai warga asli. Sebagian masyarakat suku Lampung masih
menganggap bahwa masyarakat suku lain yang berada di Lampung
adalah masyarakat pendatang, walaupun sudah lebih dari tiga generasi
masyarakat tersebut berada di Provinsi Lampung. Anggapan tersebut
juga menimbulkan sikap arogansi dari masyarakat suku Lampung,
dimana masyarakat yang dianggap pendatang harus mematuhi
semua aturan/konvensi dan budaya yang mereka tetapkan. Demikian
pula dengan masyarakat suku lain selain suku Lampung, menganggap

Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013 69


KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

bahwa mereka juga memiliki hak yang sama, aturan dan budaya
sendiri sehingga mereka merasa tidak perlu untuk mengikuti budaya
lokal yang ada.
3) Lemahnya interaksi sosial antar-suku.
Keberagaman suku yang ada di Provinsi Lampung merupakan
kekayaan budaya, seharusnya disikapi dengan asimilasi dari budaya
masing-masing suku yang berdomisi. Namun pada kenyataannya
proses interaksi sosial antar suku masih sangat minim dilakukan,
sehingga apabila timbul permasalahan/gesekan yang melibatkan
antar suku justru akan menjadi pemicu terjadinya konflik terbuka.
4) Ketidakseimbangan perhatian Pemda.
Dalam pelaksanaan suatu kebijakan, pemerintah daerah baik provinsi
maupun kabupaten / kota, belum dapat memberikan rasa keadilan
bagi seluruh kelompok masyarakat yang ada di Provinsi Lampung.
Pembangunan dan perhatian lebih banyak ditujukan pada kelompok
masyarakat yang dianggap menguntungkan atau mau memberikan
dukungan secara politis bagi pemimpin pemerintah daerah
yang menjabat saat itu. Demikian pula dalam upaya penyelesaian
potensi konflik yang ada, perhatian pemerintah daerah seringkali
menimbulkan kecemburuan sosial dari salah satu pihak yang
berkonflik.
5) Peran dan pengarun Tokoh Masyarakat, Tokoh Adat, Tokoh Agama
dan Tokoh Daerah yang masih kurang.
Dalam kehidupan sosial masyarakat di Provinsi Lampung belakangan
ini, sangat dirasakan kurangnya pengaruh dan wibawa orang-
orang yang dianggap sebagai tokoh. Pada saat terjadi konflik,
ketokohan masyarakat tersebut tidak mempunyai kekuatan untuk
mempengaruhi masyarakat guna menghindari timbulnya konflik.
Kurangnya pengaruh kewibawaan dan keteladanan dari tokoh-
tokoh tersebut hal ini disebabkan rasa ketidakpercayaan masyarakat
terhadap tokoh tersebut karena dianggap kurang dapat menampung
keinginan/aspirasi masyarakat dan justru dianggap berpihak pada
pihak lawan.
6) Lunturnya pemahaman nilai-nilai Pancasila.
Salah satu penyebab mendasar dalam potensi konflik SARA di provinsi
Lampung adalah lunturnya pemahaman nilai-nilai Pancasila terutama
di kalangan remaja. Pada kalangan remaja yang hidup di era reformasi
saat ini kurang dibekali dengan nilai-nilai kehidupan bermasyarakat

70 Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013


dan kerukunan dalam keanekaragaman suku dan budaya. Kebebasan
di era reformasi saat ini juga dianggap sebagai suatu kebebasan
untuk boleh melakukan tindakan apapun. Nilai-nilai Pancasila hanya
dianggap sebagai suatu semboyan atau simbol, bahkan lebih ekstrim
dianggap sebagai suatu penghambat dalam kebebasan.
b. Potensi konflik yang bersumber dari industry, economy gap, masalah
ketenagakerjaan dan dampak industri perkebunan :
1) Permasalahan status kepemilikan lahan.
Sebagian besar lahan perkebunan yang ada di Provinsi Lampung
berdiri sejak masa era Orde Baru sampai saat ini, dimana seringkali
hak kepemilikan tersingkirkan oleh kepentingan penguasa. Banyak
perusahaan didirikan berdasarkan kepentingan penguasa pada
waktu itu tanpa memperdulikan status lahan tersebut.
Pada era reformasi dan keterbukaan saat ini, tuntutan pengembalian
hak kepemilikkan lahan perkebunan berdasarkan statusnya menjadi
salah satu penyebab utama timbulnya konflik dampak industri
perkebunan terutama antara masyarakat dengan perusahaan industri
perkebunan.
2) Ketidakjelasan Hak Guna Usaha lahan perusahaan.
Permasalahan status Hak Guna Usaha (HGU) atas lahan perkebunan
juga menjadi salah satu penyebab timbulnya konflik dampak
industri perkebunan. Hal ini disebabkan penerbitan HGU yang
menjadi hak pemerintah, dilakukan tidak transparan dan dianggap
menguntungkan pihak-pihak tertentu. Begitu pula pada saat
perpanjangan HGU, proses yang dilakukan sarat dengan kepentingan
yang menguntungkan beberapa kelompok atau orang.
Sementara pihak yang dirugikan terkait ketidakjelasan HGU (
masyarakat maupun pihak lain), menggunakan berbagai cara baik
secara hukum maupun menggunakan kekuatan massa dalam upaya
menyelesaikannya. Permasalahan ini berkembang lebih besar ketika
terjadi tarik menarik kepentingan antara pejabat pemerintahan daerah
untuk keuntungan pribadi dalam mengelola lahan perkebunan.
3) Kurangnya kepedulian perusahaan terhadap lingkungan.
Keberadaan perusahaan industri perkebunan tidak terlepas dari
pengaruh lingkungan di sekitar perusahaan. Pengaruh tersebut
dapat berdampak positif, seperti berkembangnya suatu wilayah di
sekitar perusahaan, dan juga berdampak negatif seperti terjadinya
konflik antara perusahaan dengan masyarakat di sekitarnya. Seringkali

Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013 71


KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

masyarakat menganggap bahwa perusahaan industri perkebunan


kurang peduli dengan lingkungan sekitar, keberadaan industri
perkebunan hanya menguntungkan pihak pengusaha. Di lain pihak,
pengusaha dari industri perkebunan merasa sudah memberikan
bantuan kepada masyarakat baik langsung maupun tidak langsung
yang dianggap sebagai bentuk kepedulian mereka, walaupun sering
pula terjadi bahwa bantuan yang diberikan tidak tepat sasaran.
4) Sebagian besar karyawan tidak dari masyarakat sekitar.
Masih terkait dengan wilayah di sekitar berdirinya perusahaan,
permasalahan keberadaan tenaga kerja lokal di perusahaan seringkali
menjadikan timbulnya konflik dari keberadaan perusahaan tersebut.
Masyarakat sekitar perusahaan menuntut untuk penggunaan
semaksimal mungkin tenaga kerja dan karyawan perusahaan yang
berasal dari wilayah setempat. Namun demikian pihak perusahaan
tidak dapat mengabulkan seluruhnya dengan alasan bahwa sumber
daya manusia masyarakat sekitar yang kurang memadai untuk bidang
keahlian yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
Demikian pula dengan satuan pengamanan yang dilaksanakan
perusahaan, penggunaan pengamanan yang tidak berasal dari
masyarakat sekitar, tidak saja dianggap sebagai ketidakpedulian
perusahaan tetapi juga sering menimbulkan gesekan antara
masyarakat dengan petugas pengamanan perusahaan yang berakibat
semakin tingginya sikap antipati masyarakat terhadap keberadaan
perusahaan di wilayah tersebut.

II. KONSEPSI
1. Tinjauan Kondisi Sosiologis Masyarakat/budaya, sosial, karakter lokal dll.
a. Provinsi Lampung sebagai pintu gerbang Sumatera dari dan ke Pulau Jawa.
Provinsi Lampung secara geografis sangat strategis sebagai
pintu gerbang dari dan ke Pulau Jawa yang merupakan arus lalu lintas
perekonomian utama yang menghubungkan Pulau Jawa dan Pulau
Sumatera. Berdasarkan data ASDP Pelabuhan Bakauheni bahwa lebih
dari 7.000 kendaraan yang menyeberang menggunakan Pelabuhan
penyeberangan Bakauheni-Merak setiap harinya. Disamping kendaraan
yang membawa penumpang juga membawa hasil bumi berupa batu
bara, hasil pertanian dan hasil perkebunan seperti sayur mayur dan buah-
buahan serta bahan pokok lainnya yang masuk maupun keluar melalui
pelabuhan tersebut.

72 Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013


b. Jumlah penduduk 9.327.455 jiwa relatif padat.
Provinsi Lampung sebagai salah satu provinsi yang ada di pulau
Sumatera memiliki luas wilayah sebesar 35.385,35 km2. Berdasarkan data
BPS Tahun 2012, memiliki total jumlah penduduk sebanyak 9.327.445 jiwa
yang terdiri dari laki-laki berjumlah 4.767.712 jiwa dan wanita 4.559.733
jiwa dengan kepadatan penduduk 234 jiwa per km2 yang terbagi dalam
empat belas wilayah kabupaten dan kota, 214 Kecamatan dan 2.463 desa/
kampung, dengan rasio polisi dan jumlah penduduk 1 : 927 jiwa.
Di sisi lain kemajemukan masyarakat Provinsi Lampung dengan
keanekaragaman suku, agama, ras, dan budaya serta sumber daya alam
serta dengan jumlah penduduk 9.327.445 jiwa dalam realitas perjalanan
sejarahnya, diwarnai dan berpotensi timbulnya kerawanan konflik sosial.
Kondisi tersebut secara umum berdampak pada kehidupan masyarakat di
provinsi Lampung.
Provinsi Lampung dengan jumlah penduduk terbanyak kedua
se-Sumatera, dengan heterogenitas suku bangsa yang ada di provinsi
Lampung menjadikan provinsi ini sebagai Indonesia mini. Keberadaan suku
lain selain suku Lampung di tanah Lampung menjadi kekayaan tersendiri
bagi provinsi Lampung, sebagaimana tertuang dalam semboyan provinsi
Lampung Sai Bumi Rua Jurai dalam satu tanah hidup dua bangsa.
c. Keberagaman suku, agama dan budaya rentan terhadap konflik SARA.
Keberagaman suku bangsa dan agama penduduk yang ada selain
menjadi kekayaan sosial bagi Lampung, juga sangat berpotensi untuk
timbulnya gesekan-gesekan di antara kepentingan dari masing-masing
kelompok dan suku, yang pada akhirnya berpotensi menjadi konflik SARA.
Dalam kurun waktu dua tahun terakhir, dari hasil pemetaan potensi konflik
sosial, terdapat 18 (delapan belas) titik potensi konflik SARA. Potensi konflik
SARA itu sendiri didominasi oleh konflik antara warga masyarakat suku
Lampung yang berkonflik dengan warga suku lainnya, terutama suku Bali
dan Jawa yang mengakibatkan jatuhnya korban jiwa dan harta benda/
materiil.
Berbagai konflik yang ada tersebut, bukanlah masalah baru karena
sudah ada sejak lama sampai dengan era reformasi saat ini. Dalam kurun
waktu dua tahun terakhir terdapat 109 titik potensi konflik sosial, dimana
diantaranya 18 titik bersumber dari SARA dan 22 titik bersumber dari
dampak industri perkebunan. Hal ini disebabkan adanya ketegangan
sosial karena reaksi spontan, ataupun reaksi eskalatif dari kelompok-
kelompok masyarakat terhadap suatu keadaan yang kurang memuaskan

Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013 73


KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

rasa keadilan masyarakat, maka terjadi ketimpangan pembangunan,


ketidakadilan, kesenjangan sosial dan ekonomi serta dampak dinamika
kehidupan politik, sehingga fenomena konflik pun mengalami pergeseran
maupun transformasi yang cukup signifikan.
d. Sumber daya alam perkebunan menjadi komoditas andalan Provinsi
Lampung (tebu, karet dan sawit).
Kekayaan sumber daya alam yang ada di Provinsi Lampung, sangat
berpotensi untuk dimanfaatkan, diolah dan dikembangkan menjadi
komoditas yang mempunyai nilai ekonomi. Bidang perkebunan adalah
merupakan salah satu sumber daya alam yang mempunyai peranan
cukup dominan, tidak saja untuk tingkat provinsi, tetapi juga pada tingkat
nasional.
Industri perkebunan provinsi Lampung mempunyai luas lahan
3.894.158,66 ha yang dikelola oleh 68 perusahaan baik BUMN PTPN7
maupun swasta. Industri perkebunan yang dikelola oleh BUMN berjumlah
11 perusahaan dan yang dikelola swasta sebanyak 57 perusahaan. Adapun
jenis komoditas perkebunan yang dominan di Provinsi Lampung antara
lain tebu, sawit dan karet yang merupakan komoditas utama industri
perkebunan di Lampung
Produksi komoditas hasil industri perkebunan1 terbesar di Provinsi
Lampung adalah tebu. Dari data BPS Provinsi Lampung 2012, tercatat
produksi hasil tebu menghasilkan 744.212 ton gula yang artinya bahwa
Lampung menyumbang lebih dari 30% dari produksi gula nasional.
Bila ditinjau dari status kepemilikan industri perkebunan tersebut,
didominasi oleh perusahaan lokal yaitu PT Bumi Waras yang tergabung
dalam kelompok usaha PT Sungai Budi Group. Dengan anak perusahaan
yang hampir tersebar di seluruh wilayah Lampung dengan jumlah
karyawan yang mencapai ribuan orang, PT Bumi Waras mengusahakan
komoditas sawit sebagai andalan di bidang perkebunan dan pengelolaan
singkong di bidang pertanian. Di samping itu PT Sugar Group Company
(SGC), perusahaan yang dimiliki oleh investor luar daerah, juga merupakan
salah satu perusahaan yang cukup dikenal secara nasional karena produksi
gulanya dengan merk dagang Gulaku yang telah menyebar ke seluruh
tanah air.
1 Industri perkebunan merupakan usaha perkebunan yang menghasilkan barang dan/atau jasa yang berasal dari perkebunan yang terdiri dari produk utama, produk turunan,
produk sampingan, produk ikutan, dan produk lainnya. Jenis usaha perkebunan dimulai dari usaha budi daya tanaman perkebunan (usaha hulu), yang berupa serangkaian
kegiatan pratanam, penanaman, pemeliharaan tanaman, pemanenan dan sortasi, sampai kepada usaha industri pengolahan hasil perkebunan (usaha hilir), yang merupakan
kegiatan penanganan dan pemrosesan yang dilakukan terhadap hasil usaha budi daya tanaman perkebunan yang ditujukan untuk mencapai nilai tambah yang lebih tinggi,
dengan bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi, permodalan serta manajemen untuk mewujudkan kesejahteraan bagi pelaku usaha perkebunan dan masyarakatt(disarikan
dari berbagai sumber).

74 Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013


Perkebunan milik BUMN sendiri dikelola oleh PTPN7 dengan
wilayah kerjanya mencakup wilayah Lampung, Bengkulu dan Sumatera
Selatan, PTPN7 yang berkantor pusat di Bandar Lampung, lebih banyak
bergerak di bidang komoditas karet, tebu dan sawit. Dari 11 unit usaha
milik PTPN7, hampir seluruhnya merupakan perkebunan peninggalan
pemerintah penjajahan Belanda yang terus dikelola hingga saat ini, namun
luas lahan industri perkebunan yang ada tidak diimbangi dengan sistem
pengamanan maupun personel pengamanan yang memadai.
e. Permasalahan-permasalahan sebagai dampak industri perkebunan yang
disebabkan oleh beberapa faktor dinamika masyarakat.
Dari pemetaan potensi konflik sosial yang ada, terdapat 22 potensi
konflik dampak dari industri perkebunan di Provinsi Lampung yang
didominasi oleh konflik sengketa perusahaan dengan masyarakat
khususnya permasalahan sengketa lahan, selain itu ada pula konflik antar
perusahaan itu sendiri.
Dalam potensi konflik dampak industri perkebunan, tidak saja
menimbulkan kerugian materiil maupun jatuhnya korban jiwa, sebagaimana
tergambar dalam tabel di atas, secara umum juga menghambat minat
investor untuk menanamkan modalnya dalam industri perkebunan di
Lampung. Beberapa perusahaan bahkan telah menghentikan kegiatannya
atau menjual asset yang dimilikinya karena menganggap situasi yang
kurang kondusif bagi dunia industri perkebunan.
2. Ketentuan Yuridis dalam rangka Tindakan Polisional
a. Undang-undang No. 2 Tahn 2002 tentan Kepolisian Negara RI
b. Undang-undang No. 8 Tahun 1981 tentang KUHAP
c. Undang-undang No. 7 Tahun 2012 tentang Penanggulangan Konflik Sosial
d. Peraturan Kepala BPN No. 3 Tahun 2011 tentang pengelolaan pengkajian
dan penanganan kasus pertanahan
e. Perkap No. 1 Tahun 2009 tentang penggunaan kekuatan dalam tindakan
Kepolisian
f. Perkap No 3 Tahun 2009 tentang Sistem Operasional Polri.
g. Perkap No. 8 Tahun 2010 tentang Tata Cara Lintas Ganti dan Cara Bertindak
dalam penanggulangan huru hara.
h. Surat Mendagri No. 300/3305/SJ tentang perhatian khusus terhadap upaya
menciptakan ketentraman dan ketertiban serta kerukunan masyarakat di
daerah

Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013 75


KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

III. KONDISI SAAT INI


1. Analisis Faktor-faktor Korelatif Kriminogen (FKK) / Potensi Gangguan
a. Adanya kesenjangan sosial antar kelompok.
Pada sebagian kelompok dari suku lain selain suku Lampung,
terutama pada kelompok masyarakat suku Jawa dan suku Bali yang memiliki
budaya kerja yang lebih baik, menjadikan pola kehidupan dan tingkat
sosial yang lebih mapan dibandingkan dengan kelompok masyarakat
yang berasal dari suku Lampung itu sendiri. Kondisi tersebut tanpa disadari
dapat memunculkan kesenjangan sosial di antara kelompok-kelompok
masyarakat tersebut.
b. Sikap arogansi dan egosentris kelompok.
Sebagian masyarakat suku Lampung masih menganggap bahwa
masyarakat suku lain yang berada di Lampung adalah masyarakat
pendatang, walaupun sudah lebih dari tiga generasi masyarakat tersebut
berada di Provinsi Lampung. Anggapan tersebut juga menimbulkan
sikap arogansi dari masyarakat suku Lampung, dimana masyarakat yang
dianggap pendatang harus mematuhi semua aturan/konvensi dan budaya
yang mereka tetapkan.
c. Lemahnya interaksi sosial.
Proses interaksi sosial antar suku masih sangat minim dilakukan,
sehingga apabila timbul permasalahan/gesekan yang melibatkan antar
suku justru akan menjadi pemicu terjadinya konflik terbuka.
d. Ketidakseimbangan perhatian pemerintah daerah.
Pembangunan dan perhatian yang lebih banyak ditujukan pada
kelompok masyarakat yang dianggap menguntungkan atau mau
memberikan dukungan secara politis bagi pemimpin pemerintah daerah
yang menjabat saat itu. Selain itu dalam penyelesaian potensi konflik yang
ada, perhatian pemerintah daerah seringkali menimbulkan kecemburuan
sosial dari salah satu pihak yang berkonflik.
e. Kurangnya pengaruh tokoh masyarakat
Pada saat terjadi konflik, ketokohan masyarakat tersebut tidak
mempunyai kekuatan untuk mempengaruhi masyarakat guna menghindari
timbulnya konflik.
f. Lunturnya pemahaman nilai-nilai Pancasila.
Kebebasan di era reformasi dianggap sebagai suatu kebebasan untuk
boleh melakukan tindakan apapun. Nilai-nilai Pancasila hanya dianggap
sebagai suatu semboyan atau simbol, bahkan lebih ekstrim dianggap

76 Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013


sebagai suatu penghambat dalam kebebasan.
g. Ketidakjelasan status kepemilikan lahan dan HGU lahan perusahaan.
Permasalahan status Hak Guna Usaha (HGU) atas lahan perkebunan
menjadi salah satu penyebab timbulnya konflik dampak industri
perkebunan. Hal ini disebabkan penerbitan HGU yang menjadi hak
pemerintah, dilakukan tidak transparan dan dianggap menguntungkan
pihak-pihak tertentu. Begitu pula pada saat perpanjangan HGU, proses
yang dilakukan sarat dengan kepentingan yang menguntungkan beberapa
kelompok atau orang.
Sementara pihak yang dirugikan terkait ketidakjelasan HGU
(masyarakat maupun pihak lain), menggunakan berbagai cara baik
secara hukum maupun menggunakan kekuatan massa dalam upaya
menyelesaikannya.
h. Kurangnya kepedulian perusahaan terhadap lingkungan.
Masyarakat menganggap bahwa perusahaan industri perkebunan
kurang peduli dengan lingkungan sekitar, keberadaan industri perkebunan
hanya menguntungkan pihak pengusaha. Di lain pihak, pengusaha
dari industri perkebunan merasa sudah memberikan bantuan kepada
masyarakat baik langsung maupun tidak langsung yang dianggap sebagai
bentuk kepedulian mereka, walaupun sering pula terjadi bahwa bantuan
yang diberikan tidak tepat sasaran.
i. Rekrutmen karyawan dan pengelolaan Satpam yang tidak memprioritaskan
masyarakat sekitar perusahaan.
Masyarakat sekitar perusahaan menuntut untuk penggunaan
semaksimal mungkin tenaga kerja dan karyawan perusahaan yang berasal
dari wilayah setempat. Namun demikian pihak perusahaan tidak dapat
mengabulkan seluruhnya dengan alasan bahwa sumber daya manusia
masyarakat sekitar yang kurang memadai untuk bidang keahlian yang
sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
Demikian pula dengan satuan pengamanan yang dilaksanakan
perusahaan, penggunaan pengamanan yang tidak berasal dari masyarakat
sekitar, tidak saja dianggap sebagai ketidakpedulian perusahaan tetapi
juga sering menimbulkan gesekan antara masyarakat dengan petugas
pengamanan perusahaan yang berakibat semakin tingginya sikap antipati
masyarakat terhadap keberadaan perusahaan di wilayah tersebut.

Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013 77


KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2. Kebijakan Penanggulangan (pada posisi FKK / Potensi Gangguan)


KONFLIK SARA :
a. Bhabinkamtibmas dan perangkat desa/kelurahan dan Potmas selaku lini
terdepan.
Bhabinkamtibmas selaku lini terdepan dari Polri bekerja sama dengan
aparat pemerintah setempat lainnya, seperti Babinsa, Kepala Desa/lurah
serta potensi masyarakat lainnya melaksanakan upaya pencegahan
timbulnya konflik SARA melalui musyawarah mufakat.
b. Sosialisasi Maklumat Kapolda Lampung larangan membawa Senpi/Sajam.
Melakukan sosialisasi Maklumat Kapolda Lampung tentang himbuan
larangan untuk tidak membawa senpi/sajam dan barang berbahaya lainnya
serta Peraturan Kapolres mengenai pembatasan waktu pelaksanaan
hiburan masyarakat.
c. Menugaskan Bhabinkamtibmas melakukan pendekatan terhadap pihak
yang berpotensi rawan SARA.
Menugaskan personel Polri khususnya Bhabinkamtimbmas dengan
pendekatan suku, budaya dan agama di daerah yang rawan terjadinya
konflik SARA di Provinsi Lampung (Kabupaten Lampung Selatan, Lampung
Tengah, Lampung Timur, Lampung Utara, dan Tulang Bawang) dengan
misi untuk menyerap aspirasi dan mengetahui hal-hal yang menjadi
potensi konflik SARA. Bila diperlukan Kapolsek dan Bhabinkamtibmas
dapat bermalam / menginap di desa tersebut.
d. Deteksi dini di daerah yang rawan konflik SARA dengan melakukan
penggalangan terhadap Toga, Todat, Tomas dan Todar.
Melaksanakan deteksi dini di daerah-daerah yang rawan terjadinya
konflik SARA dan melakukan penggalangan terhadap toga, todat, toda
dan tomas untuk dapat membantu menciPTakan situasi kondusif dan
mempengaruhi warganya agar tidak sensitif, aktraktif dan arogan menyikapi
atas perbedaan suku, adat istiadat dan perbedaan agama.
e. Melaksanakan patroli dialogis.
Melaksanakan kegiatan patroli dialogis dengan sasaran toga, todat,
toda dan tomas serta potensi masyarakat lainnya sekaligus memberikan
masukan wawasan kamtibmas tentang kesadaran untuk tidak mudah
terhasut oleh informasi dan ajakan pemahaman serta pandangan sempit
kesukuan dan fanatisme agama yang berlebihan yang mengarah pada
tindakan konfrontatif terjadinya konflik.
f. Bekerjasama dengan provider telekomunikasi guna meredam isu SARA
melalui SMS.

78 Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013


Bekerjasama dengan provider telekomunikasi yang ada, untuk
meredam/menangkal isu yang beredar melalui SMS yang bersifat
provokatif, dengan cara melokalisir dan mengirim kembali himbauan
dengan menyatakan bahwa isu tersebut tidak benar.
DAMPAK INDUSTRY, ECONOMY GAP, MASALAH KETENAGAKERJAAN DAN
INDUSTRI PERKEBUNAN:
a. Bhabinkamtibmas bekerjasama dengan aparat pemerintah setempat,
Babinsa, serta pihak perusahaan melakukan upaya pencegahan dengan
jalan musyawarah untuk mencapai mufakat.
Bhabinkamtibmas selaku lini terdepan dari Polri bekerja sama dengan
aparat pemerintah setempat lainnya, seperti Babinsa, Kepala Desa/lurah
serta potensi masyarakat lainnya melaksanakan upaya pencegahan
timbulnya konflik SARA melalui musyawarah mufakat.
b. Mendorong dan berkoordinasi unttuk merealisasikan program CSR
(Corporate Social Responsibility).
Mendorong dan berkoordinasi dengan pihak perusahaan untuk
merealisasikan program CSR (corporate social responsibility) berupa
pemberian bantuan kepada masyarakat sekitar, dengan tetap berpegang
pada konsep masyarakat sejahtera, perusahaan untung dan PAD Pemda
meningkat.
c. Menyarankan kepada pihak perusahaan dalam hal Satpam untuk
menggunakan sistem out sourching dengan memprioritaskan masyarakat
sekitar perusahaan.
Penggunaan sistem outsourching dengan memprioritaskan
masyarakat sekitar perusahaan yang akan dilatih oleh Polri (Dit Binmas)
dan selanjutnya dilakukan pembinaan oleh Polri.
d. Kapolres, Kapolsek dan Bhabinkamtibmas melaksanakan sambang
perusahaan dan lingkungan masyarakat sekitar perusahaan yang rawan
konflik industri perkebunan.
Sambang perusahaan dan lingkungan masyarakat sekitar perusahaan,
yang rawan terjadinya konflik industri perkebunan dalam rangka meredam
timbulnya gesekan akibat permasalahan status kepemilikan lahan,
perburuhan internal perusahaan dan kepedulian perusahaan terhadap
lingkungan masyarakat yang dapat mengarah pada konflik sosial.
e. Melakukan pemasangan spanduk himbauan yang mengajak masyarakat
untuk memelihara Kamtibmas dan tidak mudah terprovokasi isyu yang
tidak bertangung-jawab.

Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013 79


KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Pemasangan spanduk himbauan yang mengajak masyarakat untuk


memelihara kamtibmas dan tidak mudah terprovokasi oleh isu yang
tidak bertanggung jawab, serta mensosialisasikan UU No. 9 Tahun 1999
tentang Penyampaian Pendapat Di Muka Umum pada tempat-tempat
yang strategis (pasar desa, balai desa, rumah adat, tempat ibadah, jalan
umum, dan di perusahaan) yang rawan terjadinya konflik dampak industri
perkebunan.
f. Berkoordinasi dengan instansi lintas terkait dan masyarakat untuk
menyelesaikan permasalahan dalam mencegah potensi konflik dampak
industri perkebunan.
Medorong/berkoordinasi dengan pihak Pemda dan instansi
terkait (Bapeda, CJS, Kesbanglinmas, TNI, BPN, Dinas Perkebunan, Dinas
Perindustrian, Badan Intelijen Daerah, dan pihak perusahaan) dan
masyarakat untuk menyelesaikan akar permasalahan dalam mencegah
potensi konflik dampak industri perkebunan; secara adil dan bijaksana.
Bila perlu dituangkan melalui kesepakatan bersama untuk memelihara
perdamaian dan situasi kondusif baik secara formal maupun informal/adat
dan mengikat semua pihak.
g. Melakukan deteksi ini terhadap perusahaan dan masyarakat sekitar
perusahaan yang mengarah pada konflik sosial.
Melakukan deteksi dini (penyelidikan, pengamanan dan
penggalangan) terhadap perusahaan dan masyarakat sekitar perusahaan
yang mengarah kepada terjadinya konflik sosial dan melaporkan setiap
informasi/isu sekecil apapun kepada pimpinan secara berjenjang.
h. Melaksanakan kegiatan patroli dialogis dengan sasaran karyawan
perusahaan perkebunan, Tomas, Toga. Todat dan Todar.
Melaksanakan kegiatan patroli dialogis dengan menggunakan R2
R4 dengan sasaran karyawan perusahaan perkebunan, tomas, todat,
toda yang berpotensi konflik serta potensi masyarakat lainnya secara
berkesinambungan.
3. Kebijakan Penanggulangan (pada posisi Police Hazard / Ambang
Gangguan)
KONFLIK SARA :
a. Melaksanakan ploting pengamanan obyek vital dan tempat-tempat
strategis lainnya.
Melaksanakan ploting pengamanan objek vital dan tempat-tempat yang
strategis (kantor pemerintahan, PLN, PDAM, Bank, Telkom disertai dengan
kegiatan penyekatan melalui razia sajam, senpi dan lain-lain pada saat

80 Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013


konsentrasi massa masih dalam kelompok-kelompok kecil.
b. Melaksanakan negosiasi dengan massa/korlap oleh tim negosiator.
Melaksanakan kegiatan negosiasi dengan massa/korlap oleh tim negosiator
untuk mencari jalan penyelesaian melalui mediasi duduk bersama
berdialog antara pihak yang berkonflik dan menyampaikan aspirasi untuk
sepakat menempuh jalan damai serta berusaha untuk meredam agar aksi
massa tidak meluas dan anarkis.
DAMPAK INDUSTRI, ECONOMY GAP, MASALAH KETENAGAKERJAAN DAN
INDUSTRI PERKEBUNAN :
a. Melaksanakan ploting pengamanan obyek vital dan tempat-tempat
strategis lainnya.
Melaksanakan ploting pengamanan objek vital dan tempat-tempat yang
strategis (kantor pemerintahan, PLN, PDAM, Bank, Telkom disertai dengan
kegiatan penyekatan melalui razia sajam, senpi dan lain-lain pada saat
konsentrasi massa masih dalam kelompok-kelompok kecil.
b. Melaksanakan negosiasi dengan massa/korlap oleh tim negosiator.
Melaksanakan kegiatan negosiasi dengan massa/korlap oleh tim negosiator
untuk mencari jalan penyelesaian melalui mediasi duduk bersama
berdialog antara pihak yang berkonflik dan menyampaikan aspirasi untuk
sepakat menempuh jalan damai serta berusaha untuk meredam agar aksi
massa tidak meluas dan anarkis.
4. Kebijakan Penanggulangan (Pada posisi Ancaman Faktual / Gangguan
Nyata)
KONFLIK SARA :
a. Melaksanakan penegakan hukum secara tegas terhadap pelaku anarkis /
korlap / penanggung jawab.
Melaksanakan penegakkan hukum secara tegas terhadap pelaku
anarkhis/korlap/penanggung jawab oleh tim Buser/Reskrim, kemudian
dimasukkan ke dalam kendaraan tahanan dan dibawa ke Polres/Polda
untuk diproses lebih lanjut.
b. Melaksanakan penghentikan konflik / kekerasan fisik dengan mengerahkan
kekuatan maksimal (Polri, TNI / backup Mabes Polri).
Melaksanakan penghentian konflik kekerasan fisik dengan
mengerahkan kekuatan maksimal (polsek, polsek rayon, polres, polres
rayon, polda, TNI / back up Mabes Polri) dan dikurangi sesuai dengan
perkembangan situasi.

Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013 81


KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

c. Melaksanakan tindakan penyelamatan dan perlindungan terhadap


masyarakat serta pengamanan harta benda masyarakat.
Melaksanakan tindakan penyelamatan dan pelindungan terhadap
masyarakat, bila perlu diungsikan, dan pengamanan harta benda
masyarakat. Kemudian melakukan evakuasi korban untuk dibawa ke rumah
sakit terdekat oleh tim kesehatan dengan menggunakan kendaraan DVI
dan ambulance Polri.
d. Melakukan olah TKP dan penyisiran terhadap pelaku, korban, dan barang
bukti.
Melakukan olah TKP dan penyisiran terhadap pelaku, korban dan
barang bukti di lokasi konflik oleh Tim INAFIS Polres / Polda Lampung.
e. Mendorong / koordinasi dengan pihak pemda dan instansi terkait untuk
turut serta berperan dalam penanganan konflik sosial sesuai dengan UU
No 7 Thn 2012.
Mendorong / berkoordinasi dengan pihak Pemda dan instansi terkait
untuk turut serta berperan dalam penanganan konflik sesuai dengan UU
No. 7 Tahun 2012 tentang Penanganan Konflik Sosial.
f. Mendokumentasikan setiap langkah-langkah yang diambil dan melaporkan
hasil pelaksanaan tugas fungsi secara berjenjang kepada pimpinan.
DAMPAK INDUSTRY, ECONOMY GAP, MASALAH KETENAGAKERJAAN DAN
INDUSTRI PERKEBUNAN:
a. Melaksanakan penegakan hukum secara tegas terhadap pelaku anarkis /
korlap / penanggung jawab.
Melaksanakan penegakkan hukum secara tegas terhadap pelaku
anarkhis/korlap/penanggung jawab oleh tim Buser/Reskrim, kemudian
dimasukkan ke dalam kendaraan tahanan dan dibawa ke Polres/Polda
untuk diproses lebih lanjut.
b. Melaksanakan penghentikan konflik / kekerasan fisik dengan mengerahkan
kekuatan maksimal (Polri, TNI / backup Mabes Polri).
Melaksanakan penghentian konflik kekerasan fisik dengan
mengerahkan kekuatan maksimal (polsek, polsek rayon, polres, polres
rayon, polda, TNI / back up Mabes Polri) dan dikurangi sesuai dengan
perkembangan situasi.
c. Melaksanakan tindakan penyelamatan dan perlindungan terhadap
masyarakat serta pengamanan harta benda masyarakat.
Melaksanakan tindakan penyelamatan dan pelindungan terhadap
masyarakat, bila perlu diungsikan, dan pengamanan harta benda

82 Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013


masyarakat. Kemudian melakukan evakuasi korban untuk dibawa ke rumah
sakit terdekat oleh tim kesehatan dengan menggunakan kendaraan DVI
dan ambulance Polri.
d. Melakukan olah TKP dan penyisiran terhadap pelaku, korban, dan barang
bukti.
Melakukan olah TKP dan penyisiran terhadap pelaku, korban dan
barang bukti di lokasi konflik oleh Tim INAFIS Polres / Polda.
e. Mendorong / koordinasi dengan pihak pemda dan instansi terkait untuk
turut serta berperan dalam penanganan konflik sosial sesuai dengan UU
No 7 Thn 2012.
Mendorong / berkoordinasi dengan pihak Pemda dan instansi terkait
untuk turut serta berperan dalam penanganan konflik sesuai dengan UU
No. 7 Tahun 2012 tentang Penanganan Konflik Sosial.
f. Mendokumentasikan setiap langkah-langkah yang diambil dan melaporkan
hasil pelaksanaan tugas fungsi secara berjenjang kepada pimpinan.

IV. ANALISIS
1. Analisis Solusi Penanggulangan (Pre-emtif)
a. Menuntaskan perselisihan antar warga sehingga tidak memicu ketegangan
yang berkembang menjadi isu sara.
b. Melakukan administrasi atas lahan milik perusahaan dan lahan yang diakui
milik leluhur masyarakat.
c. Melakukan musyawarah dengan masyarakat yang tidak menyutujui
perpanjangan HGU dan menuntut tanah ke pemerintah.
d. Bersama stake holder terkait, melakukan supervisi terhadap pembagian
hasil usaha antara perusahaan dan masyarakat penggarap secara
transparan sehingga tidak menimbulkan kecemburuan.
2. Analisis Solusi Penanggulangan (Preventif)
a. Mencegah tindakan main hakim sendiri terhadap pelaku.
b. Mencegah konflik antar penganut aliran. ( konflik pro kontra aliran
ahmadiyah )
c. Melakukan pendekatan kepada etnis tionghoa agar tidak menunjukan
kesenjangan sosial dalam perekonomian yang bisa memicu ketegangan
yang berkembang menjadi isu sara.
d. Menuntaskan kesepakatan sengketa lahan perkebunan dan bagi hasil
perkebunan sawit antara inti dan plasma.

Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013 83


KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

e. Menyelesaikan sengketa ganti rugi lahan perkebunan.


f. Menyelesaikan sengketa lahan perkebunan yang diklaim masyarakat
sebagai tanah ulayat.
g. Menyelesaikan sengketa saling mengklaim lahan HGU dengan masyarakat
yang belum mendapat ganti rugi.
h. Menyelesaikan tuntutan ukur ulang pada lahan perkebunan yang
dipermasalahkan.
i. Meminta perusahaan melakukan mutasi pegawai secara transparan.
3. Analisis Solusi Penanggulangan (Represif)
a. Tindakan aparat perangkat desa tidak sewenang wenang agar tidak
menimbulkan ketegangan namun menumbuhkan simpati.
b. Menuntaskan penanganan sengketa perbatasan kampung dan lahan
Daerah Aliran Sungai ( DAS ) agar tidak memicu ketegangan yang
berkembang menjadi isu sara.
c. Bertindak tegas melalui penegakan hukum kepada pihak perusahaan yang
menyalahgunakan HGU menjadi tanaman pertanian.
d. Menjelaskan kepada masyarakat atas kasus sengketa lahan yang sudah
selesai di tingkat kasasi dan menindak tegas kepada masyarakat yang
menduduki lahan.
4. Langkah-langkah penanggulangan

KONFLIK SARA
a. Mendorong / berkoordinasi dengan Pemda dan instansi terkait serta
masyarakat untuk melaksanakan perjanjian damai melalui acara adat untuk
mengikat kepada pihak-pihak yang berkonflik.
b. Melaksanakan kegiatan penegakan hukum secara adil dan bijkasana
terhadap pelaku yang menjadi pemicu / korlap / provokator / penanggung
jawab timbulnya konflik oleh tim Buser/Reskrim untuk diproses lebih lanjut.
c. Melaksanakan operasi pemulihan pasca konflik dengan mengedepankan
fungsi Binmas mulai dari tingkat Polsek, Polres, Polda dan Satgas Bantuan
untuk melakukan kegiatan pembinaan dan penyuluhan, Polmas, bakti
sosial serta mensosialisasikan hasil perdamaian melalui Deklarasi Damai
oleh pihak yang berkonflik, dalam rangka pemulihan psikologis korban
konflik dan pelindungan terhadap kelompok rentan (perempuan, anak
dan orang tua).
d. Pemasangan spanduk kamtibmas dan menyebarkan leaflet yang
berisi Deklarasi Damai serta memberikan bantuan sarana kontak dari

84 Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013


Bhabinkamtibmas kepada masyarakat maupun kegiatannya.
DAMPAK INDUSTRY, ECONOMY GAP, MASALAH KETENAGAKERJAAN DAN
INDUSTRI PERKEBUNAN :
a. Mendorong / berkoordinasi dengan Pemda dan instansi terkait serta
masyarakat untuk melaksanakan perjanjian damai melalui acara adat untuk
mengikat kepada pihak-pihak yang berkonflik.
b. Melaksanakan kegiatan penegakan hukum secara adil dan bijkasana
terhadap pelaku yang menjadi pemicu / korlap / provokator / penanggung
jawab timbulnya konflik oleh tim Buser/Reskrim untuk diproses lebih lanjut.
c. Melaksanakan operasi pemulihan pasca konflik dengan mengedepankan
fungsi Binmas mulai dari tingkat Polsek, Polres, Polda dan Satgas Bantuan
untuk melakukan kegiatan pembinaan dan penyuluhan, Polmas, bakti
sosial serta mensosialisasikan hasil perdamaian melalui Deklarasi Damai
oleh pihak yang berkonflik, dalam rangka pemulihan psikologis korban
konflik dan pelindungan terhadap kelompok rentan (perempuan, anak
dan orang tua).
d. Pemasangan spanduk kamtibmas dan menyebarkan leaflet yang
berisi Deklarasi Damai serta memberikan bantuan sarana kontak dari
Bhabinkamtibmas kepada masyarakat maupun kegiatannya.
5. Langkah Taktis
a. REMBUK PEKON.
1) Ide Dasar
Bahwa tidak ada satu jengkal tanah pun di Indonesia ini yang tidak
ada pemerintahannya, maksud dari pernyataan tersebut adalah semua
institusi pemerintah sudah mempunyai kepanjangtanganan mulai
tingkat provinsi, kabupaten/kota, kecamatan dan desa/kelurahan.
Desa/kelurahan merupakan lini terdepan dari pemerintahan yang
ada di Indonesia. Hampir semua institusi pemerintahan mempunyai
pelaksana tugas hingga tingkat desa. Kepala Desa sebagai lini terdepan
dari pemerintah daerah, Bhabinkamtibmas sebagai lini terdepan
pelaksana tugas kepolisian di tingkat desa, Babinsa dan Babin Desir
sebagai pelaksana tugas teritorial TNI serta institusi lainnya sesuai
karakteristik wilayah desa. Dalam pelaksanaan tugasnya, seluruh
pelaksana lini terdepan tersebut mempunyai cenderung untuk
bertindak secara parsial tanpa adanya suatu koordinasi ataupun
wadah kerjasama.

Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013 85


KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Belum adanya keterpaduan (sinergitas) antar aparat pelaksana


tugas di lini terdepan yang berakibat pada tidak terdeteksinya
permasalahan-permasalahan sosial yang terjadi di masyarakat. Dalam
arti bahwa permasalahan sosial yang sebetulnya dapat diselesaikan
di tingkat desa, namun karena kurang terpadunya aparat pelaksana
tugas di lini terdepan, maka akhirnya permasalahan berkembang dan
berdampak luas.
Untuk itulah diperlukan suatu wadah yang dapat menaungi
kerjasama antara aparat pelaksana tugas di lini terdepan yang
secara bersama-sama membahas dan mencari pemecahan atas
permasalahan sosial yang terjadi agar tidak berkembang. Konsep
tersebut yang kemudian tertuang dalam program Rembug Pekon
yang diarahkan untuk dapat menjadi wadah kerjasama antar aparat
pelaksana tugas di tingkat pekon/desa/ kelurahan agar terbentuk
keterpaduan (sinergitas) diantara aparat tersebut.
2) Pengertian Rembug Pekon
Arti secara harfiah adalah berembug dalam pengertian bincang
dengan bermakna berunding, negosiasi dan atau bersepakat untuk
mengurai persoalan bersama masyarakat pekon/kampung/desa/
kelurahan.
Rembug Pekon merupakan bentuk keterpaduan (sinergitas)
antar aparat pelaksana tugas dan masyarakat di lini terdepan
yang secara bersama-sama mencari dan mengumpulkan data/
informasi tentang permasalahan yang ada di masyarakat terkait
bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya dan keamanan
dengan melakukan upaya-upaya pemecahan masalah melalui jalur
alternatif (ADR = Alternative Despute Resolution) yang dilakukan secara
musyarawah dan mufakat. Bila permasalahan tersebut tidak dapat
diselesaikan di forum Rembug Pekon, maka permasalahan tersebut
akan diangkat ketingkat berikutnya secara berjenjang sesuai dengan
topik permasalahan, yang selanjutnya akan dibahas pada tingkat
Kecamatan, Pemerintah Kota/ Kabupaten dan Provinsi sesuai dengan
kewenangan masing-masing untuk ditindaklanjuti.
Program Rembug Pekon menjadi wadah kerjasama antar
aparat pelaksana tugas di tingkat pekon/desa/ kelurahan, dicanangkan
dan diawali dengan penandatanganan kesepakatan bersama (MoU)
pada tanggal 15 Januari 2013 antara Gubernur Lampung, Ketua DPRD
Provinsi Lampung, Kapolda Lampung, Danrem 043/Gatam, Danlanal,
Danlanud yang dalam pelaksanaan tugasnya perlu didukung oleh

86 Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013


anggaran APBD Provinsi dan Kabupaten/kota.
3) Pelaksana Rembug Pekon
a) Kepala Pekon / Desa / Kelurahan adalah kepala pemerintahan
tingkat pekon/desa/kelurahan.
b) Bhabinkamtibmas (Bhayangkara Pembina Kamtibmas) adalah
personel Polri pelaksana tugas kepolisian di pekon/desa/
kelurahan.
c) Babinsa (Bintara Pembina Desa) adalah bintara personel TNI AD
yang diberi tugas dan tanggung jawab sebagai bintara pembina
pada suatu pekon/desa/kelurahan.
d) Babin Desir (Bintara Pembina Desa Pesisir) adalah bintara
personel TNI AL yang bertugas dan tanggung jawab sebagai
bintara pembina suatu pekon/desa/kelurahan di wilayah pesisir/
pantai.
e) Potmas (Potensi Masyarakat) adalah merupakan kelompok dan
atau perorangan yang mempunyai kredibilitas / kepribadian
yang baik / panutan di masyarakat sehingga dijadikan tokoh
oleh masyarakat setempat, yang dapat membantu dalam
menciPTakan situasi kamtibmas yang tenteram dan damai.
f ) BPMPD (Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintah
Desa) dan LPMD (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa)
adalah lembaga pemerintah desa mempunyai tugas membantu
pemerintah melaksanakan pembinaan dan koordinasi di bidang
pemberdayaan masyarakat dan pemerintah desa.
g) Pokdar Kamtibmas (Kelompok Sadar Kamtibmas) adalah
lembaga nonformal yang dibentuk atas dasar kesadaran
warga masyarakat akan pentingnya keamanan dan ketertiban
masyarakat.
4) Tujuan dan Sasaran Rembug Pekon
a) Tujuan terbentuknya rembug pekon adalah untuk mewujudkan
sinergitas/keterpaduan tugas, fungsi dan peran dari masing-
masing unsur pelaksana di lini terdepan dengan harapan
masyarakat memiliki kemampuan daya cegah dan tangkal
terhadap potensi gangguan kamtibmas dan konflik vertikal /
horizontal sehingga diharapkan terciPTanya stabilitas keamanan
di seluruh wilayah Lampung.
b) Sasaran pembentukan rembug pekon adalah terdeteksi sedini
mungkin segala bentuk potensi konflik horizontal dan komunal

Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013 87


KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

dengan membangun sistem deteksi early warning, early detection


dan aerly respons yang mengarah pada gangguan kamtibmas
sehingga potensi konflik tidak menjadi konflik.
5) Cara Bertindak Rembug Pekon
a) Secara taktis, unsur Rembug Pekon dalam pelaksanaan mendasari
pada tugas pokok masing -masing dan secara bersama-sama
melakukan upaya-upaya penyelesaian konflik / persoalan
hukum yang terjadi di masyarakat dengan mengedepankan
musyawarah dan mufakat.
b) Secara teknis Rembug Pekon dilaksanakan secara secara rutin
dan insidentil bila diperlukan untuk pemecahan permasalahan
konflik sosial. Rembug Pekon dapat dilakukan di balai desa,
kediaman tomas, todat, toga, toda, tempat ibadah, warung
kopi, tempat ibadah dan tempat-tempat yang memungkinkan
sesuai karakteristik masyarakat atau tempat lain sebagaimana
ditetapkan pelaksana Rembug Pekon.
c) Mekanisme pelaporan cepat Bhabinkamtibmas terhadap
permasalahan yang terjadi di pekon / desa / kelurahan yang
menjadi wilayah tugasnya, menggunakan sarana SMS broadcast,
selanjutnya ditampung pada data base Polda untuk diteruskan
(forward) kepada pejabat utama Polda Lampung dan Polres
bersangkutan untuk ditindaklanjuti.
b. FORUM KOMUNIKASI LINTAS SUKU DAN BUDAYA.
Keberagaman suku dan budaya di Lampung belum tertata secara
maksimal. Keberagaman tersebut telah membentuk kelompok-kelompok
suku dan budaya dalam organisasi tersendiri dengan dipimpin oleh tokoh
ataupun orang yang dianggap mempunyai pengaruh. Untuk kelompok
suku Lampung telah terbentuk Lembaga Masyarakat Adat Lampung
(LMAL) yang mewadahi seluruh kelembagaan adat suku Lampung,
sedangkan untuk kelompok suku lainnya masih bersifat paguyuban atau
kelompok budaya. Dan organisasi suku dan kebudayaan itu sendiri belum
terwadahi dalam suatu forum yang mempersatukan organisasi antar suku
dan budaya yang ada di Provinsi Lampung.
Dalam mempersatukan organisasi tersebut, keberadaan Forum
Komunikasi Lintas Suku dan Budaya di Provinsi Lampung sangat
diperlukan untuk dibentuk, yang bertujuan selain untuk mempersatukan
organisasi suku dan budaya yang telah terbentuk, juga dapat mengeliminir
perbedaan-perbedaan dari setiap suku dan budaya yang ada.

88 Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013


Dengan demikian keberadaan Forum Komunikasi Lintas Suku dan
Budaya di Provinsi Lampung diharapkan dapat meredam potensi konflik
SARA yang timbul di masyarakat. Keberadaan forum ini langsung dibawah
kendali pemerintah daerah, baik provinsi maupun kabupaten dan
mekanisme kerjanya melakukan pertemuan secara rutin atau insidentil
untuk membahas permasalahan potensi konflik SARA dengan mengusung
semboyan bersatu dalam perbedaan.
c. TIM TERPADU PENYELESAIAN KONFLIK PERKEBUNAN.
Konflik industri perkebunan antara masyarakat dengan perusahaan
terutama menyangkut masalah lahan, berdasarkan kenyataan yang ada,
dalam proses penyelesaiannya banyak melibatkan pihak-pihak yang
terkait. Beberapa konflik dampak industri perkebunan, pemerintah daerah
baik kabupaten maupun provinsi telah membentuk tim terpadu untuk
mempercepat proses penyelesaian sengketa lahan. Namun keberadaan
tim tersebut lebih bersifat sementara dengan sasaran hanya pada satu
kasus dan lebih sering terbentuk pada saat permasalahan perkebunan
telah berubah menjadi konflik sosial. Demikian pula dalam hal dukungan
operasional penyelesaian konflik dampak industri perkebunan, baik
pihak pemerintah daerah dan pihak perusahaan terkesan saling lempar
tanggung jawab, karena tidak tersedianya dukungan anggaran untuk
kegiatan tersebut.
Untuk mengatasi hal tersebut, diperlukan suatu badan kerja permanen
yang bertugas untuk menyelesaikan permasalahan bidang perkebunan,
baik permasalahan lahan perkebunan maupun dampak lain dari industri
perkebunan yang diwadahi dalam Tim Terpadu Penyelesaian Konflik
Perkebunan. Tim tersebut merupakan perpaduan dari berbagai unsur yang
terkait masalah perkebunan baik tingkat provinsi maupun kabupaten.
1) Keanggotaan Tim Terpadu Penyelesaian Konflik Perkebunan pada
tingkat provinsi terdiri dari :
a) Pemda Provinsi Lampung (Asisten II Provinsi, Kadis Perkebunan,
Kepala BPN, Ka Bapeda).
b) Polda Lampung (Karo Ops dan Dir Intelkam).
c) Korem 043 Gatam (Kasi Ops dan Kasi Intel).
d) BIN Daerah.
e) Perusahaan.
f ) Akademisi (Pembantu Rektor III).
2) Keanggotaan Tim Terpadu Penyelesaian Konflik Perkebunan pada
tingkat kabupaten terdiri dari :

Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013 89


KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

a) Pemda Kabupaten (Asisten II Kabupaten, Kadis Perkebunan,


Kepala BPN Kab, Kepala Bapeda).
b) Polres (Kabagops dan Kasat Intelkam).
c) Kodim (Pasi Ops dan Pasi Intel).
d) Perusahaan.
e) Akademisi.
Keberadaan Tim Terpadu Penyelesaian Konflik Perkebunan langsung
berada dibawah kendali Kepala Pemerintahan Daerah yang dibantu oleh
unsur Forkopimda. Dalam hal dukungan anggaran juga dianggarkan
dalam APBD masing-masing daerah.
d. REKRUTMEN KARYAWAN DAN PENGELOLA SATPAM PERUSAHAAN.
Dalam mengakomodir kepedulian perusahaan industri perkebunan
terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar, pelaksanaan program local
boy for local job oleh perusahaan, dimana rekrutmen karyawan dilakukan
dari masyarakat sekitar perusahaan, merupakan salah satu jawaban
yang dapat dilaksanakan. Antara perusahaan industri perkebunan dan
masyarakat dimediasi untuk membuat suatu kesepakatan yang harus
dilaksanakan bersama. Adapun substansi dari kesepakatan tersebut, antara
lain :
1) Pihak perusahaan tidak saja mempunyai kewajiban untuk
mengutamakan perekrutan karyawan dari masyarakat yang ada di
sekitar perusahaan tetapi juga berkewajiban untuk meningkatkan
kemampuan dan keterampilan masyarakat sesuai dengan kebutuhan
perusahaan melalui program pendidikan dan pelatihan yang
diselenggarakan oleh perusahaan.
2) Pihak perusahaan juga berkewajiban mengutamakan pendidikan
pengembangan bagi karyawan yang berasal dari lingkungan sekitar
sehingga karyawan tersebut memiliki kemampuan untuk menduduki
jabatan yang lebih tinggi.
3) Dari pihak masyarakat sendiri wajib mendukung program-program
perusahaan yang bertujuan untuk mensejahterakan kehidupan
masyarakat sekitarnya.
Dalam pengelolaan Satuan Pengamanan (Satpam) dimana selama ini
pihak perusahaan karena keterbatasan jumlah Satpam yang dimilikinya,
cenderung menggunakan jasa pengamanan dari pihak lain dalam bentuk
pam swakarsa (centeng dan preman) yang pada akhirnya menimbulkan
permasalahan baru. Untuk menghindari permasalahan tersebut, dalam
pengrekrutan dan pengelolaan Satpam melalui program outsourching

90 Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013


menjadi jalan keluar yang cukup efektif.
Program tersebut sebagaimana telah diatur dalam Peraturan Kapolri
No. Pol. 17 tahun 2006 tentang Pedoman Pembinaan Badan Usaha Jasa
Pengamanan, di bawah pembinaan fungsi Binmas Polri. Sebelumnya
dibuat suatu kesepakatan bahwa setiap industri perkebunan diharuskan
merekrut Satpam melalui BUJP (Badan Usaha Jasa Pengamanan) yang
telah disepakati bersama. Walaupun perekrutan Satpam mengutamakan
masyarakat dari sekitar perusahaan tetapi tetap melalui kerjasama dengan
BUJP yang disepakati. Dengan demikian maka pihak perusahaan akan lebih
fokus terhadap permasalahan industri sedangkan pihak BUJP dan Satpam
lebih fokus terhadap permasalahan keamanan dan dalam peningkatan
kemampuan kompetensi satuan pengamanan dibawah pembinaan Polri.

V. PENUTUP
1. KESIMPULAN
a. Provinsi Lampung sebagai pintu gerbang Sumatera dari dan ke Pulau
Jawa, dengan jumlah penduduk 9.327.455 jiwa dengan keberagaman
suku, agama dan budaya. Kondisi tersebut membawa Lampung rentan
terhadap konflik SARA. Disamping itu sumber daya alam perkebunan
yang menjadi komoditas adalan Provinsi Lampung (tebu, karet dan sawit),
dalam perkembangannya diiringi dengan permasalahan-permasalahan
sebagai dampak industri perkebunan yang disebabkan oleh beberapa
faktor dinamika masyarakat .
b. Selama kurun waktu dua tahun terakhir, dari 109 potensi konflik yang ada di
Provinsi Lampung, terdapat 18 potensi konflik SARA dan 22 potensi konflik
dampak dari industri perkebunan. Konflik tersebut tidak saja mengakibatkan
kerugian materiil dan korban jiwa, tetapi juga menimbulkan traumatik di
kalangan masyarakat serta berpengaruh terhadap situasi keamanan dan
ketertiban di Provinsi Lampung.
c. Potensi konflik SARA yang menjadi akar permasalahan di Provinsi Lampung
adalah ; adanya kesenjangan sosial antar kelompok ; sikap arogansi dan
egosentris kelompok ; lemahnya interaksi sosial ; ketidakseimbangan
perhatian pemerintah daerah ; kurangnya pengaruh tokoh masyarakat
serta lunturnya pemahaman niali-nilai Pancasila. Sedangkan ketidakjelasan
status kepemilikan lahan dan HGU lahan perusahaan, kurangnya
kepedulian perusahaan terhadap lingkungan serta rekrutmen karyawan
dan pengelolaan Satpam yang tidak memprioritaskan masyarakat sekitar

Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013 91


KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

perusahaan merupakan salah satu akar potensi konflik sebagai dampak


industri perkebunan.
d. Penanggulangan konflik SARA dan dampak industri perkebunan terbagi
atas tiga tahapan yaitu pencegahan konflik yang mengedepankan
kegiatan pre-emtif dan preventif kepolisian; penghentian konflik yang
mengedepankan kekuatan yang maksimal dengan kegiatan kontijensi
kepolisian; dan pemulihan pascakonflik yang mengedepankan kegiatan
pre-emtif dan kerja sama melalui kegiatan rekonsiliasi, rehabilitasi dan
rekonstruksi.
e. Strategi penanggulangan yang efektif terhadap konflik SARA dan dampak
industri perkebunan yang dilakukan Polda Lampung terimplementasi
melalui program kegiatan yang terdiri dari :
1) Rembug Pekon/Desa/Kelurahan
2) Forum Komunikasi Lintas Suku dan Budaya
3) Tim Terpadu Penyelesaian Konflik Perkebunan
4) Rekrutmen Karyawan dan Pengelolaan Satpam
2. REKOMENDASI
a. Langkah Strategis (Pre-emtif)
1) Pembentukan Rembug Pekon yang merupakan bentuk keterpaduan
(sinergitas) antar aparat pelaksana tugas dan masyarakat di lini
terdepan yang secara bersama-sama mencari dan mengumpulkan
data/informasi tentang permasalahan yang ada di masyarakat terkait
bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya dan keamanan
dengan melakukan upaya-upaya pemecahan masalah melalui jalur
alternatif (ADR = Alternative Despute Resolution) yang dilakukan secara
musyarawah dan mufakat.
2) Pembentukan Forum Komunikasi Lintas Suku dan Budaya untuk
meredam potensi konflik SARA yang timbul di masyarakat.
3) Pelatihan satu atap bagi Muspika seluruh Lampung di tingkat Provinsi
Lampung, sedangkan untuk Kepala Desa, Babinsa, Bhabinkamtibmas
dan Babin Desir serta melibatkan para Toga, Toda, Tomas dan Todat
yang diselenggarakan tingkat Kabupaten/kota dalam menangani
konflik sosial
b. Langkah Strategis (Preventif)
1) Pembentukan badan kerja permanen yang bertugas untuk
menyelesaikan permasalahan bidang perkebunan, baik permasalahan
lahan perkebunan maupun dampak lain dari industri perkebunan

92 Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013


dalam wadah Tim Terpadu Penyelesaian Konflik Perkebunan.
2) Pelaksanaan program local boy for local job oleh perusahaan, dimana
rekrutmen karyawan dilakukan dari masyarakat sekitar perusahaan.
c. Langkah Strategis (Represif)
1) Meminta kepada Badan Pertanahan Nasional melalui Mabes Polri
untuk menetapkan secara tegas batas wilayah kampung dan lahan
Daerah Aliran Sungai ( DAS ).
2) Meminta kepada Gubernur agar menindak tegas / mencabut izin
keapada perusahaan yang menyalah gunakan HGU.
3) Segera dilakukan eksekusi lahan oleh instansi yang berwenang yang
sudah memiliki kekuatan hukum tetap.

Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013 93


KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

36

LAMPIRAN 1

Demografi dan Luas Wilayah Provinsi Lampung Tahun 2012


KABUPATEN /
NO IBUKOTA LUAS (KM2) PENDUDUK
KOTAMADYA
1. Bandar Lampung Tanjung Karang 192,96 1.364.759
2. Lampung Barat Liwa 4950,40 439.826
3. Lampung Selatan Kalianda 2007,01 1.079.791
4. Lampung Tengah Gunung Sugih 4789,83 1.444.733
5. Lampung Timur Sukadana 4333,89 1.109.015
6. Lampung Utara Kota Bumi 2725,63 780.108
7. Metro Metro 61,79 166.452
8. Tanggamus Kota Agung 2731,61 630.992
9. Tulang Bawang Menggala 4385,84 417.651
10. Mesuji Brabasan 2184,00 256.574
11. Tulang Bawang Barat Panaragan 2101,00 268.435
12. Way Kanan Blambangan Umpu 3921,63 468.843
13. Pesawaran Gedongtataan 117 377 516.014
14. Pringsewu Pringsewu 62 500 384.252
Jumlah 35.385,35 9.327.445

94 Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013


37

LAMPIRAN 2

Komposisi Penduduk Lampung berdasarkan Suku

NO. SUKU JUMLAH PROSENTASE


1. Lampung 3.012.764,7 32,30%
2. Jawa 2.574.374,8 27,60%
3. Sunda 774.177,94 8,30%
4. Palembang 568.974,15 6,10%
5. Bali 503.682,03 5,40%
6. Suku Lainnya 1.874.816,5 20,10%

Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013 95


KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

38

LAMPIRAN 3

Komposisi Penduduk berdasarkan Agama

NO KAB / KOTA ISLAM KATHOLIK KRISTEN HINDU BUDHA KET


1 2 3 4 5 6 7 8
1 Bd Lampung 681.378 26.720 19.828 2.123 27.409
2 Lamsel 749.029 9.503 7.412 50.356 16.758
3 Pesawaran 400.037 6.910 7.710 5.712 5.768
4 Lamteng 1.068.413 32.275 23.553 62.572 12.377
5 Metro 122.259 5.597 5.761 710 1.811
6 Lamtim 939.661 7.770 12.986 38.580 26.276
7 Lamut 572.697 25.085 13.268 6.430 4.935
8 Way Kanan 406.322 3.590 6.799 10.826 2.032
9 Lambar 376.032 2.592 7.613 1.900 2.833
10 Tanggamus 699.199 4.614 17.709 5.140 9.559
11 Pringsewu - - - - -
12 Tuba 812.590 16.270 10.964 20.882 12.505
13 Tu-Ba Barat - - - - -
14 Mesuji - - - - -
Jumlah 6.827.615 140.926 133.603 205.251 122.263
Prosentase 93,6% 1,5% 1,4% 2,2%% 1,3%

96 Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013


39

LAMPIRAN 4

Data Potensi Konflik SARA Provinsi Lampung Tahun 2012

NO. FIHAK YANG BERKONFLIK AKAR MASALAH/KONFLIK LETUPAN KONFLIK KET


1 2 3 4 5
Bandar Lampung
1. Pihak I Pada tanggal 31 Juli 2012
Warga yg pada saat berlangsung rapat
mengatasnamakan masy dengar pendapat Komisi A
Kec. Sukabumi daru suku DPRD Kota Bandar Lampung
Lampung, Jawa, Batak dan dengan pengembang
PPadang berjumlah 45 KK perumahan Villa Bukit Tirtayasa
Pihak II telah terjadi Unjuk rasa oleh
Pengurus Gereja villa Bukit warga yang menolak
Tirtayasa pembangunan gereja
1 2 3 4 5
Lampung Selatan
diawali pada tanggal 27
oktober 2012 terjadi
kecelakaan yang berakhir
dengan peristiwa pelecehan
seksual oleh warga suku bali
Pihak I :
terhadap wanita warga suku
wargadesa balinuraga kec. Adanya kesenjangan sosial
lampung, yang berakhir dengan
way panji kab. lamsel dari antara warga pendatang
peristiwa penyerangan warga
suku bali, jumlah lk dari suku bali dengan
suku lampung ke warga suku
1500 orang warga pribumi suku
2. bali di desa balinuraga pada
Pihak II: lampung,sehingga memicu
tanggal 28 dan 29 oktober
warga desa agom kec. ketegangan dan
2012 sehingga menelan korban
kalianda, lampung selatan berkembang menjadi issue
md 3 orangsuku lampung, 9
dari suku lampung, sara
orang dari suku bali dan
jumlah lk 700 orang
kerugian ; rumah terbakar 342
unit dan rusak 26, 11 sp motor
dibakar, 1 gedung sekolah
dibakar, 1 gedung sekolah
dirusak, 3 r4 rusak
Pihak I :
pada tanggal 11 juli 2011
warga desa kunjir kec.
terjadi perselisihanpaham
rajabasa kab. lamsel dari Adanya perselisihan antara
antara sdr. misjak warga desa
suku lampung, jumlah warga yang tidak tuntas,
kunjir dan barja dengan sdr.
300 orang sehingga memicu
3. aan warga way muli, sehingga
Pihak II: ketegangan dan
terjadi peristiwa
warga desa way muli kec. berkembang menjadi issue
pembacokan/penganiayaan
rajabasa kab. lamsel dari sara
terhadap sdr. aan di desa way
suku sunda, jumlah 250
muli kec. rajabasa kab. lamsel.
orang
pada tanggal 25 nov 2011
terjadi pertengkaran dilokasi
hiburan orgen di desa
Pihak I
margacatur antara wayan anggi
warga desa marga catur
dengan orang tidak diketahui
kec. kalianda kab. lamsel Adanya perselisihanwarga
identitasnya
dari suku lampung, jumlah yang tidak tuntas,
sdr. wayan anggi meninggal
300 orang sehingga memicu
4. dunia
Pihak II ketegangan dan
pada tanggal 29 nov 2011
warga desa sidomakmur berkembang menjadi issue
warga desa sidomakmur kec.
kec. way panji kab lamsel sara
way panji melakukan
dari suku bali, jumlah 100
pengrusakan dan pembakaran
orang)
rumah di desa marga catur kec.
kalianda lampung selatan
kerugian 25 rumah terbakar
Pihak I: pada tanggal 24 januari 2012
warga desa sidowaluyo Adanya perselisihanwarga terjadi massa desa kota dalam
kec. sidomulyo kab. lamsel yang tidak tuntas, dan sekitarnya menyerang
dari suku bali, jumlah 500 sehingga memicu warga desa bali napal kec.
5.
orang ketegangan dan sidomulyo
Pihak II: berkembang menjadi issue kerugian sebanyak 55 unit
warga desa kota dalam sara rumah dibakar dan 36 unit
kec. sidomulyo kab lamsel rumah di rusak

Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013 97


KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

40

dari suku lampung, jumlah


1.000 orang
Pihak I:
warga dusun dantar desa
pada tanggal 06 agustus
padang cermin kec.
2012 terjadi pembakaran
padang cermin, kab
mapolsek padang cermin oleh
pesawaran dari suku Adanya perselisihan warga
massa sebanyak 400 orang
batak, jumlah 200 yang tidak tuntas, memicu
kerugian 1 gedung mapolsek
6. 0kendaraang ketegangan dan
habis terbakar serta 2 ( dua )
Pihak II: berkembang menjadi issue
unit r4 dirusak dan (enam) unit
warga desa hanau berak sara
r2 dirusak, 1 pucuk senpi jenis
kec. padang cermin kab.
sks serta amunisi terbakar
pesawaran dari suku
lampung, jumlah 300
orang

Lampung Utara
pada tgl 22 agst 2011 di balai
desa dusun gedung jaya desa
gedung nyapah kec. abung
timur kepala desa gedung
nyapah zaidal melakukan
Pihak I musyawarah dengan lk. 150
warga dsn gedung jaya ds Adanya tindakan aparat warga tentang permasalahan
gedung nyapah kec. pemerintah desa yang sengketa tanah, kepala desa
abung timur dari suku bertindak sewenang- zaidal meminta uang
jawa, jml lk 900 jiwa wenang terhadap warga 15.000.000 untuk pembebasan
1.
Pihak II trans sehingga memicu tanah tapi ditolak oleh warga,
warga kec. abung timur ketegangan dan sehingga memancing emosi
danmuara sungkai kab berkembang menjadi issue kepala ds zaidal dan mencabut
lamut dari suku lampung, sara senjata tajam serta menantang
jml lk 1.500 jiwa warga, dIIkuti oleh adik
iparnya an. mashuryang
mengejarsalah satu warga
sehingga memancing emosi
warga lainnya mengeroyok
kades sampai meninggal dunia.
pelaku pencurian an. rudi
wijaya warga ds. negeri ujung
Pihak I karangdihakimi oleh warga ds.
Adanya tindakan main
warga ds sumberagung sumberagung sehingga
hakim sendiri warga
kec. muara sungkai dari mengakibatkan meninggal
terhadappelaku pencurian
suku jawa, jml lk 600 jiwa dunia.
hingga meninggal dunia
2. Pihak II pada tgl 31 mei 2012 massa
dan kemudian memicu
warga desa negeri ujung dari desa negeri ujung
ketegangan dan
karangkec. muara sungkai karangmelakukan
berkembang menjadi issue
dari suku lampung, jml lk pembakaranterhadap rumah
sara
1.000 jiwa warga desa sumber
agung,kerugian 3 rumah
dibakar dan 8 rumah dirusak.
Pihak I padatgl 22 agst 2012 warga
wargadesa sido rahayu Adanya tindakan main ds sido rahayu menangkap tsk
kec. abung semuli dari hakim sendiri begal an. surya dan dihakimi
suku jawa, jml lk 1.700 terhadappelaku pencurian hingga meninggal dunia dan
jiwa hingga meninggal dunia tidak diterima oleh massa desa
3.
Pihak II dan kemudian memicu pagar kec. blambangan pagar
warga desa pagar kec. ketegangan dan sehingga berencana menyerang
blambangan pagar dari berkembang menjadi issue ke desa sido rahayu kec. abung
suku lampung, jml lk 900 sara semuli, keadaan tersebut dapat
jiwa dicegah oleh aparat.
Lampung Timur
Adanya penanganan
Pihak I :
sengketa lahan warga pada tanggal 04 mei 2012
warga dsn. karanganyar
yang tidak tuntas oleh di dsn. karanganyar desa
(pendatang) dari suku
aparat pemerintahan negara nabung kec. Sukadana
jawa, jml 40 kk
setempat, hal ini telah terjadi perselisihan antara
4. Pihak II :
berlangsung 5 Tahun yang warga suku Jawa dan suku
warga dsn negara nabung
lalu dan kemudian memicu Lampung saling mengklaim
induk kec. sukadana kab.
ketegangan dan lahan garapan
lamtim dari suku lampung,
berkembang menjadi issue
jml 75 kk.
sara

98 Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013


41

pada tanggal 27 juli 2006,


Pihak I
warga desa rejo binangun kec.
warga desa sukaraja
Adanyapenanganan raman utara mengerahkan
nuban kec. batanghari
perselisihan warga yang massa untuk melakukan
nuban dari suku jawa,
tidak tuntas sehingga penyeranganterhadap warga
5. jumlah 200 kk
memicu ketegangan dan desa sukaraja nuban tapi dapat
Pihak II
berkembang menjadi issue diantisipasi oleh Polres Lamtim.
warga desa rejo binangun
sara Selanjutnya pada tanggal 28 juli
kec. raman utara dari suku
2006 dan disepakati kedua
bali, 300 kk
belah pihak berdamai.

Tanggamus
Pihak I
jemaah
ahmadiyahKab.Tanggamus
dan Kab. Pringsewu
Pihak II
warga umat muslim
adanya penganut aliran
darids. pringsewu selatan,
ahmadiyah yang ditentang
ds.
oleh masyarakat sekitar
6. pringkummengumpulkan Belum terjadi letupan konflik
dan berpotensi
kec. Pringsewu, pajaresuk
berkembang menjadi issue
kec. Pringsewu Kab.
sara
Pringsewu,desa neglasari
kec. Pagelakendaraan, Kel.
sukabumi kec. talang
padang,desa tegal sari, ds.
landan sebagainyaaw kec.
gisting kab. Tangamus
Pihak I :
Adanya kesenjangan
Etnis tionghoa, 300 kk,
sosial, dimana masyarakat
Pihak II :
etnis tionghua (china)
masyarakat pribumi ds.
sukses dalam perkenomian
7. marga suka dan ds. marga Belum terjadi letupan konflik
sehingga memicu
raya kec pringsewu
ketegangan dan
selatan kab. pringsewu
berkembang menjadi issue
dari suku lampung, jml
sara
800 kk
Lampung Tengah
pada tgl 8 nov 2012 terjadi
unras oleh warga kp buyut udik
Pihak I
Adanya tindakan main gunung sugih ke Polres
warga kampung
hakim sendiri Lampung Tengah.
kesumadadi dari suku
terhadappelaku pencurian kemudian warga
jawa, jml 250 kk
hingga meninggal dunia kampungbuyut dan sekitarnya
8. Pihak II
sehingga memicu melakukan penyerangan ke
warga kampung buyut
ketegangan dan kampung kesumadadi disertai
gunung sungih lampung
berkembang menjadi issue denganpengrusakan dan
tengah dari suku lampung,
sara pembakaran rumah penduduk
jml 300 kk
kp kesumadadi oleh warga
kampung buyut udik.
Pihak I :
penganut ahmadiyah dari
Adanya penganut aliran
suku jawa dan sunda, jml
ahmadiyah yang ditentang
lk 50 orang
oleh masyarakat sekitar
9. Pihak II : Belum ada letupan konflik
dan berpotensi
warga muslimkampungtj
berkembang menjadi issue
pandan kec. bangun rejo
sara
dari suku jawa dan sunda,
jml 160 kk

pada bulan desember 2010


Pihak I : Adanya tindakan main telah tertangkap pelaku
kampung nambahdadidari hakim sendiri curanmorkemudian dianiaya
suku jawa, jml lk 1000 kk). terhadappelaku curanmor hingga meninggal dunia,
10. Pihak II : sehingga memicu kemudian keluarga korban dan
kampung tanjung ratudari ketegangan dan warga lampung tj ratu skitar 50
suku lampung, jml lk 300 berkembang menjadi issue orang mendatangi kampung
orang). sara nambahdadi melakukan
penganiayaan dan
pengerusakan, dengan kerugian

Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013 99


KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

42

; 3 unit rumah dibakar, 40 unit


rumah rusak, 1 orang md
Pihak I :
Adanya tindakan main pada tgl 25 agst 2011 warga
wargakp banjar kerta
hakim sendiri masyarakatkampungcandi rejo
rahayu kec. way
terhadappelaku curat sudah berkummengumpulkan lk
pengubuan dari suku
hingga meninggal dunia 200 orang yang rencananya
11. sunda, jml lk 50 kk
sehingga memicu akan melakukan penyerangan
Pihak II :
ketegangan dan ke warga desa banjar kerta
warga kp candi rejo dari
berkembang menjadi issue rahayu, namun dapat dicegah
suku lampung, jml lk 500
sara oleh aparat keamanan
kk

1 2 3 4 5
Adanya penanganan
Pihak I :
sengketa perbatasan
Kampungpurnama tunggal
kampung dan lahan das Padabulan maret 2011, warga
kec. way pengubuan dari
(daerah aliran sungai) kampungtanjung ratu
suku jawa, jml lk 400 kk
12. yang tidak tuntas, menyerang warga
Pihak II :
sehingga memicu kampungpurnama tunggal
Kampungtanjung ratu kec.
ketegangan dan kerugian : 1 orang luka tembak
way pengubuan dari suku
berkembang menjadi issue
lampung, jml lk 1.000 kk
sara

100 Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013


43

LAMPIRAN 5

Data Hasil Analisa Konflik SARA Provinsi Lampung Tahun 2012

JUMLAH
NO. PIHAK BERKONFLIK PERMASALAHAN
LETUPAN
1 2 3 4
Kesenjangan sosial 3
Penyelesaian perselisihan warga
Suku Lampung dengan 3
1. yang tidak tuntas,
Suku Bali
tindakan main hakim sendiri
1
terhadap pelaku pencurian
tindakan aparat pemerintah desa
yang bertindak sewenang-wenang 1
terhadap warga trans
tindakan main hakim sendiri
Suku Lampung dengan masyarakat terhadap pelaku
2. 3
Suku Jawa curas hingga pelaku meninggal
dunia
penanganan sengketa lahan
warga yang tidak tuntas oleh 2
aparat pemerintahan setempat
Penyelesaian perselisihan antara
1
warga yang tidak tuntas
Suku Lampung dengan
3. tindakan main hakim sendiri
Suku Sunda
masyarakat terhadap pelaku curat 1
hingga pelaku meninggal dunia
Suku Lampung dengan Penyelesaian perselisihan warga
4. 1
Batak yang tidak tuntas
Jemaah Ahmadiah aliran ahmadiyah yang ditentang
5. 2
dengan warga muslim oleh masyarakat

Etnis Tionghoa
6. dengan masyarakat kesenjangan sosial 1
setempat
Jumlah 18

Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013 101


KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

44

LAMPIRAN 6

Sumber Daya Alam Komoditas Perkebunan.

NO. WILAYAH KOMODITAS


1. Lampung Barat kelapa sawit
2. Lampung Selatan kelapa sawit, karet
3. Tanggamus karet
4. Pringsewu karet
5. Pesawaran karet
6. Lampung Tengah karet, kelapa sawit
7. Lampung Timur kelapa sawit
8. Lampung Utara kelapa sawit, karet
9. Tulang Bawang kelapa sawit, tebu
10. Mesuji kelapa sawit, tebu, karet
11. Tulang Bawang Barat kelapa sawit, tebu, karet
12. Way Kanan kelapa sawit, tebu, karet

102 Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013


45

LAMPIRAN 7

Industri Perkebunan yang dikelola BUMN

JML
NO NAMA PERUSAHAAN LUAS (Ha) KOMODITI
SATPAM
Kab. Lampung Utara
1. PTPN VII (Unit Usaha Bunga Mayang) 14.418,00 Tebu 88 orang
Kab. Lampung Selatan
2. PTPN VII (Unit Usaha Bergen) 2,88 Karet, Sawit 25 orang
3. PTPN VII (Unit Usaha Rejosari) 4,21 Karet, Sawit 16 orang
4. PTPN VII (Unit Usaha Kedaton) 5,17 Karet, Sawit 29 orang
Jumlah luas lahan perkebunan 12,26 69 Orang
Kab. Tulang Bawang
5. PTPN VII (Eks PT. Arya Dwi Pantara) + 1000,00 Sawit 6 orang
Kab. Way Kanan
6. PTPN VII (Unit Usaha Tulung Buyut) 4.348,00 Karet 22 orang
7. PTPN VII (Unit Usaha Blambangan 10 Orang
484,00 Karet
Umpu)
Jumlah luas lahan perkebunan 4.832,00 22 Orang
Kab. Lampung Tengah
8. PTPN VII (Unit Usaha Padang Ratu) 456,00 Sawit 15 orang
9. PTPN VII (Unit Usaha Bekri) 34,000 Sawit 20 orang
Jumlah luas lahan perkebunan 796,00 35 Orang
Kab. Pesawaran
10. Karet &
PTPN VII (Unit Usaha Way Lima) 379,00 10 orang
Kakao
11. Karet &
PTPN VII (Unit Usaha Way Berulu) 457,00 16 orang
Kakao
Jumlah luas lahan perkebunan 836,00 26 Orang
Jumlah total luas lahan 21.894,26 215 orang

Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013 103


KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

46

LAMPIRAN 8

Industri Perkebunan yang dikelola Swasta.

JML
NO NAMA PERUSAHAAN LUAS (Ha) KOMODITI
SATPAM
1 2 3 4 5
Kab. Lampung Utara
1. PT. Nakau 2.434,64 Sawit 20 Orang
2. PT. Budi Dharma Godam Perkasa 1.742 Sawit 10 Orang
3. PT. Agro Bumi Mas 5.055,40 Sawit 12 Orang
4. PT. Bumi Madu Mandiri Tebu 390,61 Tebu 8 Orang
Jumlah luas lahan perkebunan 9.622,65 50 Orang
Kab. Lampung Barat
5. PT. Karya Canggih Mandirutama 5.659,20 Sawit 24 Orang
Kab. Lampung Selatan
6. PT. Sidomulyo Plantation 368,00 Sawit 10 Orang
7. PT. Daya Kalianda Raya 99,00 Kelapa 3 Orang
Hibrida
Jumlah luas lahan perkebunan 467,00 13 Orang
Kab. Tulang Bawang
8. PT. Bangun Nusa Indah Lampung 6.474,65 Sawit 19 orang
9. PT. Sumber Indah Perkasa 9.602,30 Sawit 114 orang
10. PT. Gunung Mas Persada Perkasa (BW) 490,00 Sawit 14 Orang
11. PT. Buma Motor 200,00 Sawit 10 Orang
12. PT. Lambang Sawit Perkasa 119.234,00 Sawit 15 Orang
13. PT. Bangun Nusa Indah Lampung (BW) 5.566,00 Sawit 27 Orang
14. PT. Bumi Madu Mandiri 250,00 Sawit 11 Orang
15. PT. Balai Murni Jaya (BMJ) 167,00 Sawit 9 Orang
16. PT. Sweet Indo Lampung (SGC) 12.984,49 Tebu 185 orang
17. PT. Indo Lampung Perkasa (ILP) 29.901,90 Tebu 97 orang
18. PT. CiPTa Lamtorogung Persada 1.585,36 Tebu 14 Orang
19. PT. Garuda Panca Arta 28.800,00 Tebu 20 Orang
20. PT. Mulya Kasih Sejati 249,50 Tebu 11 Orang
Jumlah luas lahan perkebunan 209.939,20 386 Org
Kab. Mesuji
21. PT. Lampung Inter Pertiwi 6.335,12 Sawit 28 Orang
22. PT. Barat Selatan Makmur 6.610,82 Sawit 25 Org
Investindo
23. PT. Bangun Tata Lampung Asri (BW) 9.037,05 Sawit 22 Orang
24. PT. Budi Dwiyasa Perkasa A (BW) 2.123,50 Sawit 34 orang
25. PT. Budi Dwiyasa Perkasa B (BW) 5.566,85 Sawit 19 orang
26. PT. Prima Alumga 10.543,33 Sawit 32 orang
27. PT. Budi Nusa CiPTa Wahana (BW) 1.944,52 Sawit 16 Orang
28. PT. Pematang Agri Lestari 2.388,65 Sawit 15 orang
29. PT. Silva Inhutani (Reg 45) 7.904,36 Karet 43 orang
30. PT. Sumber Indah Perkasa 4.010,00 Sawit 114 orang
31. PT. Tunas Baru Lampung (BW) 5,6 Sawit 14 orang
32. PT. Garuda Bumi Perkasa 20,00 Sawit 11 orang
Jumlah luas lahan perkebunan 62.055,80 347 Org
Kab. Tulang Bawang Barat
33. PT. HIM (Huma Indah Mekar) 3.664,25 Karet 47 orang
34. PT. Pranasta Abadi 1.200,00 Sawit 30 Orang
35. PT. Bangun CiPTa Wahana 520,00 Sawit 18 Orang
36. CV. Sari Bumi Mulya 200,00 Sawit 12 Orang

104 Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013


47

1 2 3 4 5
6 Jumlah luas lahan perkebunan 5.584,25 107 Org

Kab. Way Kanan


37. PT. Pemuka Sakti Manis Indah 10.000,00 Tebu 75 Orang
38. PT. Bumi Madu Mandiri 2.500,00 Tebu 28 Orang
39. PT. Palm Lampung Persada 1.162,09, Sawit 16 Orang
10.000,00 CPO 20 Orang
40. PT. Karisma 1.625,20 Sawit 26 Orang
41. KUD Karya Makmur (Plasma PT. BNIL) 411,00 Sawit 15 Orang
42. PT. Mardec Siger Way Kanan 1.745,00 Karet 18 Orang
43. PT. Bumi Madu Mandiri 754,00 Sawit 24 Orang
44. PT. Gwang Ju Palm indonesia 5680,00 Sawit 17 Orang
Jumlah luas lahan perkebunan 33.877,29 237 Org
Kab. Lampung Tengah
45. PT. Gunung Madu Plantation 25.583,00 Tebu 113 Orang
46. PT. Gula Putih Mataram (SGC) 60,00 Tebu 191 Orang
47. PT. Tunas Baru Lampung 5.415,76 Sawit 30 Orang
48. PT. Bumi Sentosa Abadi (BSA) 955,77 Sawit 14 Orang
49. PT. Kalirejo Lestari 158,00 Sawit 53 Orang
50. PT. Kria Warna Pubian 236,00 Sawit 16 Orang
51. PT. Sahang Bandar Lampung 238,00 Sawit 5 Orang
52. PT. Gunung Aji Jaya 712,00 Kakao Pailit
53. PT. Umas Jaya Agrotama 322,24 Sawit 395 Orang
54. PT. Garuda Panca Artha 436,00 Sawit 45 Orang
55. PT. Hancook 25,00 Sawit 13 Orang
56. Koperasi Gunung Madu 1.000,00 Tebu 5 Orang
35.141,77 880 Org
Kab. Tanggamus
57. PT. Tanggamus Indah 237,00 Karet -
JUMLAH TOTAL 407.356,16 2.064 org

Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013 105


KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

48

LAMPIRAN 9

Data Potensi Konflik Dampak Industri Perkebunan

PIHAK YANG AKAR


NO. LETUPAN
BERKONFLIK PERMASALAHAN/KONFLIK
1 2 3 5
1. Pihak
1 I kesenjangan Sosial akibat dari Unras Kelompok Perambah Reg. 45
PT Silva Inhutani pihak perusahaan Pada Tgl 16 Januari,16 April Dan 1
Pihak II menyalaHGUnakan HGU menjadi Mei 2012
Masyarakat tanaman pertanian sehingga Jumlah Massa Sebanyak + 2000 Orang
Perambah Dari Suku masyarakat melakukan Korlap Sdr.Yadi, Sdr. Wayan Sukadana
Bali, Lampung Dan Perambahan dan Menduduki Dan Sdr. Wan Mauli,
Jawa, Jml Lk 8.000 KHP Reg. 45 Masyarakat Melakukan Pengrusakan
Orang Hutan Tanaman Industri Milik PT. Silva
Inhutani
Tuntutan Masyarakat Perambah Tidak
Mau Digusur.
2. Pihak
3 I sengketa lahan perkebunan dan Unras Tgl 6 SePT 2011 Lokasi Di PT
PT. BSMI bagi hasil perkebunan sawit BSMI Massa 1.000 Orang Menuntut
Pihak II yang tidak tuntas/belum sepakat Dibuatkan Plasma Seluas 7.000 Ha
Masyarakat Kp. Sri antara inti dengan plasma Sesuai Dengan Sk Kantor Bpn
Tanjung, Nipah Lampung Utara Nomor : Plu.22/460-
Kuning Dan 1994 Tgl 18 Okt 1994.
Kagungan Dalam Korlap Sdr. Anjar Etikana.
Kec. Tanjung Raya 10 Nopember 2011 Tejadi Pembakaran
Kab. Mesuji Dari Dan Pengrusakan Mess Karyawan PT
Suku Lampung, Jml BSMI.
Lk 1.700 Kk Tanggal 25 Pebruari 2012 Terjadi
Pembakaran Dan Pengrusakan Pabrik
Dan Perumahan Serta Penjarahan Di
PT BSMI Massa Sekitar 1.000 Orang
Korlap Sdr. Anjar Etikana

Pihak I Sengketa ganti rugi Tanggal 16 Januari 2012, Unras


3. 5
Masyarakat Kp. Lahanperkebunan yang Masyarakat Menuntut Ganti Rugi
4
Penumangan Kec. belum tuntas Lahan Kebun Karet Yang Dikuasai
6
Panaragan Dari PT. HIM.
. Lampung,
Suku Terjadi Unjuk Rasa Bebanyak 5
Jml Lk 200 Orang Kali Selama Tahun 2012 Dengan
Pihak II Tuntutan Pembebasan Lahan
PT. HUMA INDAH Yang Telah Dimenangkan
MEKAR (HIM), Masyarakat Di Tingkat Ma.
Karyawan Lk Massa Sekitar 200 Orang Korlap
5.000 Orang Sdr. Zakaria Musa
Tgl 23 Peb 2012 Keluarga Besar
Zakaria Musa Melakukan
Pemasangan Portal Dan Patok-
Patok Serta Melarang Karyawan
PT. HIM Untuk Melakukan
Aktivitas.
Pihak I Sengketa saling klaim lahan Unras Pada Tgl 23 Peb 2012 Massa
4. 5
Masyarakat Ds perkebunan dan proses ganti Sekitar 200 Orang,
.
Gunung Katun Malay rugi yang belum tuntas Korlap Sdr. Abdul Hakim Dan Ibnu
Dan Ds Gunung Saleh
Katun Udik Kec. Tuntutan Agar Pemda Untuk Tidak
Tuba Udik Kab. Tuba Memberikan Ijin HGU Kepada PT
Barat Dari Suku Humas Jaya Dan Mencabut Izin Lokasi
Lampung, Jml Lk Dan Mengembalikan Eks,Tanah PT.
200 Orang Arya Pelangi Kepada Masyarakat.
Pihak II
PT. Humas Jaya
Pihak I Sengketa Lahan perkebunan Unras Tgl 9 Jan 2012 Di Kantor PT
5. 6
Masyarakat Kp. Yang Diklaim Masyarakat Lambang Sawit Perkasa, Oleh Sekitar
.
Penawar Kec. Sebagai Tanah Ulayat yang 50 Orang
Gedung Aji Dari belum tuntas penyelesaiannya Menuntut Perusahaan Agar
Suku Lampung Dan Mengembalikan Hak-Hak Masyarakat
Jawa, Jml Lk 50 Yang Telah Dirampas Oleh PT. Lsp Dan
Orang Agar Dilakukan Pengukuran Ulang HGU
Pihak II PT. LSP.

106 Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013


49

PT. Lambang
Sawit Perkasa
Pihak I Sengketa saling mengklaim Masyarakat Dusun Sungai Cambia Kec.
6. 8
Masyarakat Kp. lahan HGU karena masyarakat Mesuji Meminta Dikembalikannya Lahan
.
Sungai Cambai Dari belum mendapat ganti rugi Masyarakat Dibawah Pmpinan Sdr. Refil
Suku Lampung, Jml pembebasan lahan dari Ripin Mendatangi PT. PPA Dengan Massa
Lk 400 Kk perusahan sehingga belum + 25 Orang Dan Menuntut Ganti Rugi
Pihak II tuntas Lahan Seluas 263 Ha.Tidak Adanya
PT. Prima Alumga Pengrusakan Yang Terjadi.
Pihak I Sengketa ganti rugi pembebasan Tgl 6 S/D 8 Peb 2012 Aksi Unras Yang
7. 9
Masyarakat Pemilik lahan perkebunan yang belum Tergabung Dalam Masyarakat Megou
.
Tanah Umbul Di tuntas Pak, Massa Lk 1.000 Orang, Korlap An.
Wilayah 4 M. Ali Nasir, Fayakun, Indra Fiska, Supri,
Kecamatan (Gedung Saiful Dan Cikbun
Meneng, Dente Tuntutan :
Teladas, Menggala Ukur Ulang HGU PT. Sugar Group
Dan Gedung Aji Kab. Companies (Sgc)
Tulang Bawang) Kembalikan Hak-Hak Masyarakat Adat
Dari Suku Lampung, Tgl 19 SePT 2012 Unras Dikantor Pemda
Jml Massa Lk 2.000 Tuba, Massa Lk 150 Orang, Korlap An.
Orang Supri Dan Sapuan Ismail
Pihak II Tuntutan : Masyarakat Meminta
PT. Sugar Group Pengembalian Tanah Umbul Milik
Companies (SGC) Masyarakat Yang Telah Diambil Oleh
PT. Sgc.
PT. Sgc Harus Mengadakan
Musyawarah Dengan Masyarakat
Tulang Bawang
Bupati Tuba Dan Instansi Terkait Agar
Dapat Membantu Penyelesaian Hak-
Hak Masyarakat, Jika Pihak PT. Sgc
Tidak Mengembalikan Hak Masyarakat
Agar Bupati Dan Instansi Terkait
Membatalkan Situ, Siup, Surat Ijin
Perindustrian, Surat Ijin Pendataan
Perusahaan Dan Mengkaji Ulang HGU
Serta Lahan Menjadi Status Quo
2 3 4
1
Pihak I Sengketa ganti rugi pembebasan Masyarakat Kampung Wiralaga
8. 5
Masyarakat Kp. Tirta lahan perkebunan yang belum Menuntut Lahan Inclave Yang Masuk
1
Laga Kec. Mesuji tuntas Areal HGU Perusahaan Seluas 400 Ha,
6
Timur Dari Suku Sampai Saat Ini Belum Ada Unjuk Rasa
1
Lampung, Jml Lk Yang Terjadi Maupun Yang Menimbulkan
.
300 Kk Kerusakan Yang Terjadi
Pihak II
PT. BTLA
Pihak I Sengketa lahan perkebunan Unras Pada Tgl 21 Mei 2012 Dengan
9. 2
PTPN7 Unit usaha Masyarakat Mengklaim Lahan Massa 200 Org.
.
Bunga Mayang. PTPN7 Bunga Mayang Melebihi Unras Pada Tgl 05 Juli 2012 Dengan
Karyawan 735 Perijinan Dan Milik Masyarakat. Massa 500 Org.
Orang Tuntutan Meminta Ukur Ulang Unras Pada Tgl 30 Juli 2012 Dengan
Pihak II Massa 500 Org.
Warga 10 Kampung Unras Pada Tgl 01 Okt 2012 Ormas
Dari Suku Lampung, Sabai Sai Melakukan Unra (Aksi Damai)
Jml Lk. 1.000 Orang Di Kantor PTPN7 Buma Dengan Massa
(Kp. Negara Tulang 500 Org
Bawang, Tanah Korlap
Abang, Sukadana 1. Indra Perwakilan Ds. Kota Napal.
Ilir, Sukadana Udik, 2. Desyantori Perwakilan Ormas Sabay
Handuyang, Say.
Sidodadi, Kota Tuntutan :
Napal, Negara Batin, Pengukuran Ulang HGU PTpn VII
Gedung Batin Dan Bunga Mayang
Ketapang) Kec. Meminta Ganti Rugi
Bunga Mayang, Kec. Mengembalikan Tanah Kepada
Sungkai Utara Dan Masyarakat
Kec. Sungkai Selatan
Pihak I Sengketa lahan perkebunan Tgl 28 Jan 2007 Sdr. Zainal Abidin Als
10. PT3ABM (Agro Bumi saling mengklaim Lahan Seluas Gajah Melakukan Klaim Tanah Di PT
. Karyawan 350
Mas). 8,2 Ha di PT. ABM antara masy ABM Seluas 8,2 Ha Dan Menanami
Orang dengan PT ABM Lahan Tersebut Dengan Pohon Karet
Pihak II Dan Pohon Sawit

Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013 107


KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

50

Sdr Zainal Abidin Als Tuntutan : Karena Status Lahan


Gajah Sengketa Masih Dlm Proses Hukum
Perdata Sdr. Zainal Abidin Als Gajah
Menuntut Agar Tidak Ada Kegiatan Di
Lahan Tersebut
Pihak I Sengketa ganti rugi lahan Pada tanggal 26 SePTember 2011
11. PT BNIL (Bangun perkebunan seluas 6.474,85 Ha masyarakat dari empat kampung Banjar
Nusa Indo yang dituntut oleh masyarakat Agung, Bajar Dewa, Indra Loka dan
Lampung) suku yang tidak kunjung selesai Menggala melakukan unjuk rasa ke PT
Pihak II BNIL
Masyarakat dari
kampung Banjar
Agung, Banjar
Dewa, Indra Loka
dan Menggala yang
berasal dari suku
Lampung 4.148 KK
Pihak I Sengketa lahan perkebunan Tgl 21 SePT 2007 Sdr Zainal Abidin Als
12. 4 KAP (Kencana
PT. saling mengklaim Lahan Seluas Gajah Melakukan Klaim Tanah Di PT
.
Acidindo Perkasa). 18,5 Ha antara Sdr Zainal Abidin Kap (Kencana Acidindo Perkasa Desa
Karyawan 52 Orang Als Gajah dengan PT KAP Hanakau Jaya Kec. Sungkai Utara Kab.
Pihak II dimana telah ditanami Dengan Lampung Utara Seluas 18,5 Ha Dan
Sdr. Zainal Abidin Pohon Karet Dan Pohon Sawit Menanami Lahan Tersebut Dengan
Als Gajah Pohon Karet Dan Pohon Sawit
Tuntutan :
Agar Lokasi Yang Di Tanami Pohon
Karet Dan Pohon Sawit Tidak Di
Ganggu Oleh PT Kap (Kencana
Acidindo Perkasa Desa Hanakau Jaya
Kec. Sungkai Utara Kab. Lampung
Utara

Pihak I : Sengketa lahan perkebunan Bahwa Pada Tanggal 4 Oktober


13. 5
Masy Kp. Seluas 350 Ha saling 2012 Masyarakat Kp. Karangan
1
Karangan Kec. mengklaim antara Dibawah Perintah Kakamp Yang
6
Bumi Agung Kab. Masyarakat Kp. Karangan Bernama Safri Jagok Membuat
.
Way Kanan Dari dengan PT. Kharisma Batas Klaim Kampung Karangan
Suku Lampung, Sehingga PT. Kharisma Tidak Dapat
Jml Lk 80 Orang. Melakukan Berkebun
Pihak II :
PT. Kharisma Kec.
Bumi Agung Kab.
Way Kanan,
Karyawan 423
Orang.
Pihak I : Sengketa lahan perkebunan Pada Tanggal 23 SePTember 15
14. 2 Taryadi, Kp.
Sdr. antara Sdr. Hi Taryadi Oktober 2012 Sdr. Taryadi Melakukan
.
Negeri Besar Kab. Mengklaim Memiliki Lahan Pembajakan Lahan Dimaksud Sehingga
Way Kanan, Dari Seluas 617 Ha Yg Dibeli Dari Di Komplain Oleh PT. KCN Dan
Suku Lampung, Jml Sdr. Maya, Dimana Lahan Tsb Melaporkan Tindak Penyerobotan Tanah
Lk 200 Orang. Berada Dilokasi Areal PT. Seluas 617 Ha.
Pihak II : Kcn.(Memiliki Dokumen Jual
PT. KCN (Selaku Beli)
Direktur Dedi
Hidayat), Karyawan
100 Orang
Pihak I : Sengketa lahan perkebunan yang Pada Tanggal 27 Februari 2012,
15. 3 Ryamor
Pihak dikelola PT. PLP Yang Dijadikan Berlangsung Unjuk Rasa Di PT. PLP
.
Ryacudu Dari Suku Perkebunan Sawit Dengan Bahuga Yang Dipimpin Oleh Ryamor
Lampung. Jml Lk Sistem Plasma Yang Dikelola Ryacudu Jml Lk 400 Orang Dengan
400 Orang. Oleh Kud Karya Makmur yang Korlap Sdr. Abas
Pihak II : dipermasalahkan oleh Pihak
PT. PLP Bahuga Kp. Ryamor Ryacudu Seluas 466 Ha.
Wonoharjo Kec.
Bumi Agung Kab.
Way Kanan,
Karyawan 127
Orang
Pihak I Sengketa Tumpang Tindih Ijin Pendirian Pos Oleh Satgas PT BMM
16. PT4BMM Karyawan Lokasi Seluas 461 Ha Antara (Bumi Madu Mandiri) Pada Tgl 17 April
. Orang
268 PTPN7 Dengan PT. BMM 2012
Pihak II Sehingga Belum Terbitnya Ijin Pada Tgl 01 Mei 2012 Karyawan Dari

108 Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013


51

PTPN7 Unit Usaha HGU PTPN7 Sekitar 700 Orang Mendatangi


Bunga Mayang Belum Adanya Tata Batas Lokasi Pendirian Pos Dan Merusaknya
Karyawan 735 Wilayah Antar Kab. Lampung Sehingga Terjadi Keributan.
Orang Utara Dan Kab. Way Kanan Tuntutan :
(Pecahan Kab. Lamut) PT BMM (Bumi Madu Mandiri) Meminta
Bagi Hasil Atas Panen PTPN7 Bunga
Mayang Di Lokasi Sengketa, Namun
Tidak Disetujui Oleh Pihak PTPN7.
PT BMM (Bumi Madu Mandiri)
Menuntut Agar Pengolahan Tanah
Sengketa Secara Bergantian, Namun
Dari Pihak PTPN7 Agar Menempuh
Jalur Hukum.
Pihak I Sengketa antara Federasi Serikat Dilakukan Mutasi Sepihak Oleh
17. 1
Federasi Serikat Buruh Manajemen PT. Umas Manajemen PT. Umas Jaya Argotama
1 Lampung Dari
Buruh Jaya Argotama yaitu Tidak Kepada An. A. Hermawan Ke Div
. Lampung,
Suku Menerima Mutasi An. Agus Gunung Katun Kab. Tulang Bawang.
Jawa, Sunda, Batak Hermawan (Ketua Federasi) Pada Tanggal 18,22,29 Okt Dan 10
Dan Bali, Jumlah Nop 2012 Dilakukan Unjuk Rasa Oleh
700 Orang Federasi Serikat Buruh Lampung.
Pihak II Massa Sekitar 400 Orang.
PT. Umas Jaya Korlap Tri Aryono, Eko Sumaryono,
Argotama Kec. Sugiyanto Dan Suparti
Sekampung Udik, Tuntutannya Yaitu Mengembalikan
Karyawan 900 Kembali Sdr. A. Hermawan Ke Seksi
Orang Lab dan Wr Bagian Qc PT. Umas Jaya
Argotama.

Pihak i Sengketa lahan afdeling Tgl 4 maret 2002 masyarakat


18. Masyarakat desa kulon rowo luas 635 ha, desa sidodadi asri kab. Lamsel
sidodadi asri kec. kec. Jati agung kab. menduduki lahan di PTPN7
Jati agung kab. Lamsel dengan alasan afdeling kulon rowo luas 435 ha
Lamsel dari suku tanah tsb milik leluhur dari luas lahan PTPN7 3,774,74
jawa, jumlah 420 warga sidodadi ha, kec. Jati agung kab. Lamsel
kk atau 1500 Massa 200 orang
0rang Pihak PTp telah melakukan Kerugian pohon sawit milik
upaya hukum dan menang PTPN7 afdeling kulon rowo
Pihak ii : hingga tingkat kasasi namun ditebang oleh warga.
PTPN7 afdeling masy yg menduduki lahan Tuntutan dikembalikannya lahan
kulon rowo luas tetap tdk mau meninggalkan garapan
635 ha, desa lahan PTp 7 dgn alasan
bergen kec. Jati lahgan tsb adalah milik
agung kab. leluhur mereka, saat ini
Lamsel masy yg ada dilokasi
sebanyak 385 kk
Pihak I Sengketa Lahan/Tanah Antara Unras Tgl 9 Januari 2012 Massa 150
19. 1 KCMU
PT. Masyarakat Dengan PT. Orang Korlap Sdr. Ali Akbar Dan Sdr.
. II
Pihak KCMU, Karena Belum Novel
Masyarakat Plasma Terealisasinya Plasma dan Tuntutan :
Dari Desa Ngambur, Tidak Tranparan Dalam Agar PT KCMU Mengembaikan Sertikat
Bengkunat Dan Pengelolaan Koperasi Petani
Bengkunat Agar Pemerintah Mengusut Tuntas
Belimbing Tindakan Kekerasan Pam Swakarsa PT.
KCMU Terhadap Petani Di Desa Pagar
Bukit
Pihak I Sengketa Lahan Eks PT. Sahang Unjuk Rasa Sebanyak 2 Kali :
20. 2 SAHANG Kec.
PT. Dengan Masyarakat 3 Kampung PadaTgl 04 SePT 2012 Terjadi Unras Di
.
Padang Ratu Kec. Padang Ratu Tentang Pemda Lamteng Jmlh Masa 200 Orang
Pihak II Habisnya Masa Berlaku HGU PT. Tuntutan Agar Tanah Dikembalikan
Masyarakat 3 Kp Sahang Sejak Bulan Desember Kepada Masyarakat.
(Kp. Surabaya, Kp. 2008 Dan Masyarakat Tidak Pada Tgl 11 Oktober 2012 Terjadi
Sendang Ayu Dan Menyetujui Perpanjangan HGU Unjuk Rasa Oleh kelompok Tani Sri
Kp. Padang Ratu) Dan Menuntut Tanah Makmur Dr 3 Kmp Padang Ratu Di
Kec Padang Ratu Dikembalikan Kepada Kantor Pemda Masa Sekitar 150 Orang,
Dari Suku Lampung, Masyarakat. Tuntutan Sama
Jml 600 Kk
Pihak I : Sengketa Masyarakat Menuntut Tgl 04 Juni 2012 Mulai Pematokan
21. 1 BSA (Berkat
PT. Tanah PT. BSA Yang Habis Masa Tanah PT BSA
1 Abadi)
Surya HGUnya Dikembalikan Kepada 25 Juni 2012 Penganiayaan Terhadap
. II :
Pihak Masyarakat Sdr. Hertawan Utusan Dari Way Lunik.
Masyarakat 3
Kampung (Kp. Bumi

Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013 109


KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

52

Aji, Kp. Negara Aji


Tua, Kp. Negara Aji
Baru Dari Suku
Lampung, Jml Lk
200 Orang
Pihak I: Sengketa Lahan Eks.PT. Arya PadaTh.2010, Terjadi Pengeroyokan Di
22. 1 PT Pelangi
Eks. Pelangi Diambil Oleh Areal Eks. PT. Pelangi Menyebabkan 1
Kp.2 Gedung Harta Departemen Keuangan. Orang Luka Ringan
. Selagai Lingga
Kec. Kemudian Tumbuhan Tanaman
Kab. Sawit Di Jual. Eks. PT. Arya
LampungTengah Pelangi Digarap Kepada
Pihak II: Masyarakat.
Masy Penggarap Pembagian Hasil Usaha Tidak
Dari Suku Lampung, Transparan Sehingga Terjadi
Jml Lk 40 Orang. Kecemburuan.

110 Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013


53

LAMPIRAN 10

Data Hasil Analisa Konflik Dampak Industri Perkebunan

NO. SUMBER KONFLIK PERMASALAHAN JUMLAH LETUPAN


1 2 3 4
Penyelesaian klaim kepemilikan
tanah di lahan perkebunan yang 7
belum tuntas
Sengketa perusahaan Penanganan ganti rugi lahan yang
4
1. perkebunan dengan belum tuntas
masyarakat PenyalaHGUnaan HGU yang
4
berimplikasi kesenjangan sosial
hak ulayat rakyat yang belum
2
tuntas
Sengketa antara
Penanganan tapal batas
2. perusahaan dengan 1
perkebunan yang belum tuntas
perusahaan
Penanganan status lahan
Sengketa antara 1
perkebunan yang belum jelas
3. manajemen inti dengan
Pembagian hasil panen yang
plasma 2
dinilai tidak transparan
Sengketa antara buruh Proses mutasi karyawan pegawai
4. 1
dengan perusahaan yang tidak transparan
5. jumlah 22

Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013 111


21

KELOMPOK III

112
IDENTIFIKASI POTENSI KONFLIK YANG BERSUMBER DARI SARA, INDUSTRI, ECONOMY GAP,
MASALAH KETENAGAKERJAAN DAN DAMPAK INDUSTRI PERKEBUNAN SERTA UPAYA PENANGGULANGANNYA SECARA EFEKTIF
( STUDI KASUS POLDA LAMPUNG )

INDIKATOR KEBERHASILAN JANGKA WAKTU 2013 P. JWB PIHAK ANGGARAN


UTAMA TERKAI
NO TAHAPAN PROGRAM RENCANA AKSI T
OUT- OUT-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
PUTE COME
7a PENCEGAHAN
KONFLIK
(PREEMTIF)

- MEMELIHAR MENINGKATKAN TERPELIH X X X X X X X X X X X X DIPA POLRI


KONFLIK SARA - MELAKUKAN SOSIALISASI KAPOLSEK PEMDA
A KONDISI MAKLUMAT KAPOLDA KESADARAN ARANYA KAPOLRES TOGA

Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013


DAMAI DLM LAMPUNG TENTANG MASYARAKAT KEAMAN KAPOLDA TOMAS
MASY LARANGAN MEMBAWA TENTANG AN DAN INSTAN
SENPI/SAJAM. LARANGAN KETERTIB SI
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MEMBAWA AN TERKAI
SENPI/SAJAM MASYAR T
AKAT

- MELAKUKAN TERJALINNYA X X X X X X X X X X X X KAPOLSEK DIPA POLRI


PENDEKATAN TERHADAP KOMUNIKASI YANG KAPOLRES
PARA PIHAK YG BAIK TERHADAP KAPOLDA
BERPOTENSI RAWAN PARA PIHAK
SARA.

X X X X X X X X X X X X KAPOLSEK
- MELAKSANAKAN MENINGKATKAN KAPOLRES DIPA POLRI
DETEKSI DINI DIDAERAH EARLY WARNING KAPOLDA
RAWAN KONFLIK SARA DAN EARLY
DENGAN MELAKUKAN DETECTION
PENGGALANGAN
TERHADAP TOGA,
TODAT,TOMAS,DAN
TODAR.

TERJALINNYA X X X X X X X X X X X X DIPA POLRI


- MELAKSANAKAN PATROLI KAPOLSEK
DIALOGIS. KOMUNIKASI YANG KAPOLRES
BAIK ANTARA
22

APARAT DAN KAPOLDA


UNSUR YANG
TERLIBAT

- MENGEMBA MEMBERIKAN DIPA POLRI


NGKAN - BEKERJASAMA DENGAN KEMUDAHAN X X X X X X X X X X X X KAPOLSEK
SISTEM PROVIDER KOMUNIKASI DALAM KAPOLRES
PENYELESAIA GUNA MEREDAM ISU BERKOMUNIKASI KAPOLDA
N SARA
PERSELISIHA
N SECARA TERJALINNYA X X X X X X X X X X X X DIPA POLRI
DAMAI - PEMBENTUKAN REMBUG KOMUNIKASI YANG KAPOLSEK
PEKON ANTARA APARAT BAIK ANTARA KAPOLRES
PELAKSANA TUGAS DAN APARAT DAN KAPOLDA
MASYARAKAT SECARA UNSUR YANG
MUSYAWARAH DAN TERLIBAT
MUFAKAT

TERCIPTANYA X X X X X X X X X X X X DIPA POLRI


- PEMBENTUKAN FORUM KOMUNIKASI YANG KAPOLSEK
KOMUNIKASI LINTAS SINERGIS KAPOLRES
SUKU DAN BUDAYA KAPOLDA

TERBENTUK NYA X X X X X X X X X X X X DIPA POLRI


- PELATIHAN SATU ATAP VISI DAN MISI YANG KAPOLSEK
BAGI SELURUH MUSPIKA SEJALAN DALAM KAPOLRES
LAMPUNG BAIK PENANGANAN KAPOLDA
DITINGKAT PROPINSI KONFLIK SOSIAL
MAUPUN DI TINGKAT
KABUPATEN

- MEMELIHAR TERJALINNYA X X X X X X X X X X X X DIPA POLRI


DAMPAK A KONDISI - MELAKUKAN UPAYA KOMUNIKASI YANG KAPOLSEK
INDUSTRI, DAMAI DLM PENCEGAHAN DENGAN BAIK ANTARA KAPOLRES
ECONOMY GAP, MASY JALAN MUSYAWARAH APARAT DAN KAPOLDA
MASALAH UNTUK MENCAPAI UNSUR YANG
KETENAGAKERJ MUFAKAT DENGAN TERLIBAT
AAN, DAN MELIBATKAN APARAT

Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013


DAMPAK PEMERINTAH SETEMPAT,
INDUSTRI BABINSA, PIHAK
PERKEBUNAN PERUSAHAAN DENGAN

113
MENGEDEPANKAN
BABINKAMTIBMAS.
23

TERWUJUDNYA X X X X X X X X X X X X DIPA POLRI


- MELAKSANAKAN PROGRAM CSR KAPOLSEK

114
KORDINASI UNTUK KAPOLRES
MEREALISASIKAN KAPOLDA
PROGRAM CSR
TERSERAPNYA X X X X X X X X X X X X DIPA POLRI
- MENYARANKAN KEPADA TENAGA KERJA DARI KAPOLSEK
PIHAK PERUSAHAAN UNSUR KAPOLRES
MENGGUNAKAN TENAGA MASYARAKAT KAPOLDA
SATPAM DENGAN SISTEM SETEMPAT
OUT SOURCHING YANG
MENGGUNAKAN
MASYARAKAT SEKITAR.

TERJALINNYA DIPA POLRI


- MELAKSANAKAN KOMUNIKASI YANG X X X X X X X X X X X X KAPOLSEK
PROGRAM SAMBANG BAIK ANTARA KAPOLRES
PERUSAHAAN DAN APARAT DAN KAPOLDA
LINGKUNGAN UNSUR YANG
MASYARAKAT SEKITAR TERLIBAT

Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013


PERUSAHAAN YANG
RAWAN KONFLIK
INDUSTRI PERKEBUNAN
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DILAKSANAKAN OLEH
BABINKAMTIBMAS,
KAPOLSEK, KAPOLRES.

TERCIPTANYA X X X X X X X X X X X X DIPA POLRI


- MELAKUKAN KESADARAN KAPOLSEK
PEMASANGAN SPANDUK MASYARAKAT AKAN KAPOLRES
HIMBAUAN YANG PENTINGNYA KAPOLDA
MENGAJAK MASYARAKAT MEMELIHARA
UNTUK MEMLIHARA KAMTIBMAS
KAMTIBMAS.

TERJALINNYA X X X X X X X X X X X X DIPA POLRI


- MELAKUKAN KOORDINASI KOMUNIKASI YANG KAPOLSEK
DENGAN INSTANSI BAIK ANTARA KAPOLRES
TERKAIT DAN APARAT DAN KAPOLDA
MASYARAKAT, DALAM UNSUR YANG
MENCEGAH POTENSI TERLIBAT
DAMPAK INDUSTRI
PERKEBUNAN.
X X X X X X X X X X X X
TERCIPTANYA EARLY DIPA POLRI
- MELAKUKAN DETEKSI DINI WARNING DAN KAPOLSEK
24

TERHADAP PERUSAHAAN EARLY DETEKSI KAPOLRES


DAN MASYARAKAT POTENSI KONFLIK KAPOLDA
SEKITAR YANG
MENGARAH PADA
KONFLIK SOSIAL.
TERJALINNYA DIPA POLRI
- MELAKSANAKAN KOMUNIKASI YANG X X X X X X X X X X X X KAPOLSEK
KEGIATAN PATROLI BAIK ANTARA KAPOLRES
DIALOGIS DENGAN APARAT DAN KAPOLDA
SASARAN KARYAWAN, UNSUR YANG
PERUSAHAAN TERLIBAT
PERKEBUNAN, TOMAS,
TOGA, TODAT, DAN
TODAR.

- MENGEMBA TERJALINNYA DIPA POLRI


NGKAN - PEMBENTUKAN REMBUG KOMUNIKASI YANG X X X X X X X X X X X X KAPOLSEK
SISTEM PEKON ANTARA APARAT BAIK ANTARA KAPOLRES
PENYELESAIA PELAKSANA TUGAS DAN APARAT DAN KAPOLDA
N MASYARAKAT SECARA UNSUR YANG
PERSELISIHA MUSYAWARAH DAN TERLIBAT
N SECARA MUFAKAT
DAMAI
TERCIPTANYA DIPA POLRI
- PEMBENTUKAN FORUM KOMUNIKASI YANG X X X X X X X X X X X KAPOLSEK
KOMUNIKASI LINTAS SINERGIS KAPOLRES
SUKU DAN BUDAYA KAPOLDA

TERBENTUK NYA X X X X X X X X X X X X DIPA POLRI


- PELATIHAN SATU ATAP VISI DAN MISI YANG KAPOLSEK
BAGI SELURUH MUSPIKA SEJALAN DALAM KAPOLRES
LAMPUNG BAIK PENANGANAN KAPOLDA
DITINGKAT PROPINSI KONFLIK SOSIAL
MAUPUN DI TINGKAT
KABUPATEN.

PENCEGAHAN
7b
KONFLIK

Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013


(PREVENTIF)

KONFLIK SARA - MEREDAM - MELAKSANAKAN PLOTING KEHADIRAN TERCIPTA X X X X X X X X X X X X KAPOLSEK DIPA POLRI

115
POTENSI PENGAMANAN OBYEK PETUGAS NYA KAPOLRES
KONFLIK VITAL DAN TEMPAT MEMINIMALISIR RASA KAPOLDA
25

116
TEMPAT STRATEGIS TERJADINYA AMAN
LAINYA KONFLIK DAN
NYAMAN
DITENGA
H
TENGAH
MASYAR
- MEMBANG - MELAKSANAKAN TERCIPTANYA AKAT KAPOLSEK DIPA POLRI
UN SISTEM NEGOSIASI DENGAN KOMUNIKASI YANG X X X X X X X X X X X X KAPOLRES
PERINGATA MASSA/KORLAP OLEH TIM BAIK ANTARA KAPOLDA
N DINI/SPD NEGOSIATOR APARAT DAN
MASSA

DAMPAK - MEREDAM - MELAKSANAKAN PLOTING KEHADIRAN KAPOLSEK DIPA POLRI


INDUSTRI, POTENSI PENGAMANAN OBYEK PETUGAS X X X X X X X X X X X X KAPOLRES
ECONOMY GAP, KONFLIK VITAL DAN TEMPAT MEMINIMALISIR KAPOLDA

Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013


MASALAH TEMPAT STRATEGIS TERJADINYA
KETENAGAKERJ LAINYA KONFLIK
AAN, DAN
INDUSTRI
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERKEBUNAN - MEMBANG - MELAKSANAKAN TERCIPTANYA KAPOLSEK DIPA POLRI


X X X X X X X X X X X X
UN SISTEM NEGOSIASI DENGAN KOMUNIKASI YANG KAPOLRES
PERINGATA MASSA/KORLAP OLEH TIM BAIK ANTARA KAPOLDA
N DINI/SPD NEGOSIATOR APARAT DAN
MASYARAKAT

PENGHENTIAN
7c
KONFLIK
(REPRESIF)
KAPOLSEK DIPA POLRI
KONFLIK SARA - PENGHENTIAN - MELAKSANAKAN MELAKUKAN TERCIPTA X X X X X X X X X X X X KAPOLRES
KEKERASAN PENEGAKAN HUKUM PROSES SIDIK PADA SITUASI KAPOLDA
FISIK SECARA TEGAS TERHADAP SETIAP PERKARA / KAMTIBA
PELAKU ANARKIS / KASUS YANG MS YANG
- PENYELAMAT KORLAP / PENANGGUNG BERHUBUNGAN AMAN
AN DAN JAWAB. DENGAN KONFLIK DAN
PERLINDUNG YANG ERJADI KONDUSI
AN SECARA TUNTAS F
TERHADAP SAMPAI PROSES
KORBAN PERSIDANGAN
26

- MEMBATASI - MELAKSANAKAN MEMAKSIMALKAN KAPOLSEK DIPA POLRI


PERLUASAN PENGHENTIAN KONFLIK / BANTUAN PERSONIL KAPOLRES
X X X X X X X X X X X X
AREA DAN KEKERASAN FISIK DENGAN DALAM KAPOLDA
TERULANGNY MENGERAHKAN PENANGANAN
A KONFLIK KEKUATAN MAKSIMAL ( KONFLIK
POLRI, TNI, BACK UP
MABES POLRI )

- MELAKSANAKAN SITUASI
TINDAKAN KAMTIBAMS X X X X X X X X X X X X KAPOLSEK DIPA POLRI
PENYELAMATAN DAN TERJAGA DENGAN KAPOLRES
PERLINDUNGAN BAIK OLEH UNSUR KAPOLDA
TERHADAP MASYARAKAT KEAMANAN
SERTA PENGAMANAN
HARTA BENDA.

- MELAKUKAN OLAH TKP TERUNGKAPNYA KAPOLSEK DIPA POLRI


DAN PENYISIRAN PELAKU, LATAR X X X X X X X X X X X X KAPOLRES
TERHADAP PELAKU, BELAKANG, KAPOLDA
KORBAN, DAN BARANG MOTIVASI, SERTA
BUKTI. MOTIF TERJADINYA
KONFLIK

- MELAKUKAN KOORDINASI TERCIPTANYA KAPOLSEK DIPA POLRI


DENGAN PIHAK PEMDA KOORDINASI YANG X X X X X X X X X X X X KAPOLRES
DAN INSTANSI TERKAIT SINERGIS ANTARA KAPOLDA
UNTUK TURUT SERTA PEMDA DAN
BERPERAN DALAM INSTANSI TERKAIT
PENANGANAN KONFLIK DENGNA PIHAK
SOSIAL SESUAI DENGAN POLRI
UU NO. 7 TAHUN 2012.

- MENDOKUMENTASIKAN TERDOKUMENTASIK KAPOLSEK DIPA POLRI


SETIAP LANGKAH AN DENGAN BAIK X X X X X X X X X X X X KAPOLRES
LANGKAH YANG DIAMBIL SETIAP PERISTIWA KAPOLDA
DAN MELAPORKAN HASIL YANG TERJADI
PELAKSANAAN TUGA,

Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013


FUNGSI, SECARA
BERJENJANG KEPADA
PIMPINAN.

117
27

118
DAMPAK - PENGHENTIAN - MELAKSANAKAN MELAKUKANPROSES KAPOLSEK DIPA POLRI
INDUSTRI, KEKERASAN PENEGAKAN HUKUM SIDIK PADA SETIAP KAPOLRES
ECONOMY GAP, FISIK SECARA TEGAS TERHADAP PERKARA / KASUS X X X X X X X X X X X X KAPOLDA
MASALAH PELAKU ANARKIS / YANG
KETENAGAKERJ - PENYELAMAT KORLAP / PENANGGUNG BERHUBUNGAN
AAN, DAN AN DAN JAWAB. DENGAN KONFLIK
DAMPAK PERLINDUNG YANG ERJADI
INDUSTRI AN SECARA TUNTAS
PERKEBUNAN TERHADAP SAMPAI PROSES
KORBAN PERSIDANGAN

- MEMBATASI
PERLUASAN - MELAKSANAKAN MEMAKSIMALKAN KAPOLSEK DIPA POLRI
AREA DAN PENGHENTIAN KONFLIK / BANTUAN PERSONIL KAPOLRES
X X X X X X X X X X X X
TERULANGNY KEKERASAN FISIK DENGAN DALAM KAPOLDA
A KONFLIK MENGERAHKAN PENANGANAN
KEKUATAN MAKSIMAL ( KONFLIK

Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013


POLRI, TNI, BACK UP
MABES POLRI )
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

- MELAKSANAKAN SITUASI KAPOLSEK DIPA POLRI


TINDAKAN KAMTIBAMS X X X X X X X X X X X X KAPOLRES
PENYELAMATAN DAN TERJAGA DENGAN KAPOLDA
PERLINDUNGAN BAIK OLEH UNSUR
TERHADAP MASYARAKAT KEAMANAN
SERTA PENGAMANAN
HARTA BENDA.

- MELAKUKAN OLAH TKP TERUNGKAPNYA KAPOLSEK DIPA POLRI


X X X X X X X X X X X X
DAN PENYISIRAN PELAKU, LATAR KAPOLRES
TERHADAP PELAKU, BELAKANG, KAPOLDA
KORBAN, DAN BARANG MOTIVASI, SERTA
BUKTI MOTIF TERJADINYA
KONFLIK

- MELAKUKAN KOORDINASI TERCIPTANYA KAPOLSEK DIPA POLRI


DENGAN PIHAK PEMDA KOORDINASI YANG KAPOLRES
DAN INSTANSI TERKAIT SINERGIS ANTARA KAPOLDA
28

UNTUK TURUT SERTA PEMDA DAN


BERPERAN DALAM INSTANSI TERKAIT
PENANGANAN KONFLIK DENGNA PIHAK
SOSIAL SESUAI DENGAN POLRI
UU NO. 7 TAHUN 2012.

- MENDOKUMENTASIKAN TERDOKUMENTASIK KAPOLSEK DIPA POLRI


SETIAP LANGKAH AN DENGAN BAIK KAPOLRES
LANGKAH YANG DIAMBIL SETIAP PERISTIWA X X X X X X X X X X X X KAPOLDA
DAN MELAPORKAN HASIL YANG TERJADI
PELAKSANAAN TUGA,
FUNGSI, SECARA
BERJENJANG KEPADA
PIMPINAN.

7d PEMULIHAN
PASCA KONFLIK

KONFLIK SARA - REKONSILIASI - MELAKSANAKAN TERWUJUDNYA TERCIPTA X X X X X X X X X X X X KAPOLSEK DIPA POLRI


PERJANJIAN DAMAI SITUASI NYA KAPOLRES
MELALUI ACARA ADAT KAMTIBMAS YANG KEMBALI KAPOLDA
UNTUK MENGIKAT KONDUSIF RASA
KEPADA PIHAK PIHAK DITENGAH AMAN
YANG BERKONFLIK TENGAH DITENGA
SECARA BERKELANJUTAN. KERUKUNAN H
WARGA YANG TENGAH
HETEROGEN MASYAR
AKAT
DENGAN
- REHABILITASI - PEMASANGAN SPANDUK SELURUH SITUASI KAPOLSEK DIPA POLRI
X X X X X X X X X X X X
KAMTIBMAS DAN MASYARAKAT KAMTIB KAPOLRES
MENYEBARKAN LEAFLET MENGERTI DAN MAS KAPOLDA
YANG BERISI DEKLARASI PAHAM ADANYA YANG
DAMAI SERTA MEMBERI DEKLARASI ANTARA KONDUSI
BANTUAN SARANA PIHAK TERKAIT F SERTA
KONTAK DARI DIDUKUN
BABINKAMTIBAS KEPADA G OLEH
MASYARAKAT. ADANYA

Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013


SARANA
PRASANA
- MELAKSANAKAN BHAKTI SOSIAL KAPOLSEK DIPA POLRI

119
29

120
SOSIAL DAN KESEHATAN EKONOM X X X X X X X X X X X X KAPOLRES
DI DAERAH PASCA I YANG KAPOLDA
KONFLIK BERFUNG
SI
DENGAN
- REKONSTRUKS - MELAKUKAN TERCIPTANYA BAIK
I PERBANTUAN KEPADA NORMALISASI KAPOLSEK DIPA POLRI
X X X X X X X X X X X X
PEMDA / PEMERINTAH INFRASTRUKTUR KAPOLRES
GUNA MEMPERBAIKI DITENGAH-TENGAH KAPOLDA
TEMPAT TINGGAL, KERUKUNAN YANG
LINGKUNGAN DAN HETEROGEN
FASILITAS UMUM YG
RUSAK AKIBAT KONFLIK
- MELAKUKAN
PERBANTUAN DALAM
RANGKA PEMULIHAN
SARANA PENDIDIKAN,
KESEHATAN, TEMPAT

Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013


IBADAH, SERTA
PENDUKUNG LAINNYA.
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DAMPAK - REKONSILIASI - MELAKSANAKAN TERWUJUDNYA


INDUSTRI, PERJANJIAN DAMAI SITUASI X X X X X X X X X X X X KAPOLSEK DIPA POLRI
ECONOMY GAP, MELALUI ACARA ADAT KAMTIBMAS YANG KAPOLRES
MASALAH UNTUK MENGIKAT KONDUSIF KAPOLDA
KETENAGAKERJ KEPADA PIHAK PIHAK DITENGAH
AAN, DAN YANG BERKONFLIK TENGAH
DAMPAK SECARA BERKELANJUTAN
INDUSTRI
PERKEBUNAN
- REHABILITASI - PEMASANGAN SPANDUK SELURUH X X X X X X X X X X X X KAPOLSEK DIPA POLRI
KAMTIBMAS DAN MASYARAKAT KAPOLRES
MENYEBARKAN LEAFLET MENGERTI DAN KAPOLDA
YANG BERISI DEKLARASI PAHAM ADANYA
DAMAI SERTA MEMBERI DEKLARASI ANTARA
BANTUAN SARANA PIHAK TERKAIT
KONTAK DARI
BABINKAMTIBAS KEPADA
MASYARAKAT.
- MELAKSANAKAN BHAKTI
SOSIAL DAN KESEHATAN
DI DAERAH PASCA
KONFLIK
30

- REKONSTRUKS - MELAKUKAN TERCIPTANYA KAPOLSEK DIPA POLRI


I PERBANTUAN KEPADA NORMALISASI X X X X X X X X X X X X KAPOLRES
PEMDA / PEMERINTAH INFRASTRUKTUR KAPOLDA
GUNA MEMPERBAIKI DITENGAH-TENGAH
TEMPAT TINGGAL, KEHIDUPAN
LINGKUNGAN DAN MASYARAKAT
FASILITAS UMUM YG
RUSAK AKIBAT KONFLIK.

- MELAKUKAN KAPOLSEK DIPA POLRI


PERBANTUAN DALAM X X X X X X X X X X X X KAPOLRES
RANGKA PEMULIHAN KAPOLDA
SARANA PENDIDIKAN,
KESEHATAN, TEMPAT
IBADAH, SERTA SARANA
PENDUKUNGNG LAINNYA

Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013


121
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

122 Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013


KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KELOMPOK IV
MARAKNYA KONFLIK SOSIAL
ANTAR WARGA (DESA) DAN UPAYA
PENANGGULANGANNYA
(STUDI KASUS POLDA SULAWESI
TENGAH)

Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013 123


124 Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013
MARAKNYA KONFLIK SOSIAL ANTAR WARGA (DESA)
DAN UPAYA PENANGGULANGANNYA
(STUDI KASUS POLDA SULAWESI TENGAH)

I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Konflik merupakan bagian dari sejarah kehidupan manusia. Maknanya,
selama masih ada kehidupan manusia, konflik tidak akan terhapus dari kehidupan
manusia di dunia. Berbagai perbedaan yang dapat ditoleransi dengan baik
dapat melahirkan konflik. Permasalahannya adalah apabila tidak terselesaikan
dengan baik, konflik tersebut akan berlanjut hingga menimbulkan kekerasan.
Kekerasan bagi masyarakat Indonesia bukanlah sesuatu yang asing.
Sejarah mencatat berbagai peristiwa kekerasan pernah terjadi di Indonesia.
Beberapa peristiwa yang lahir akibat konflik yang termanifestasi menjadi
kekerasan beberapa tahun terakhir ini terjadi di beberapa daerah seperti di
Sulawesi Tengah, NTB, Maluku dan Papua. Konflik dilatarbelakangi oleh berbagai
perbedaan seperti : kepentingan, suku, ras, agama, budaya, ideologi, status
ekonomi dan tapal batas. Konflik tersebut terjadi antara berbagai kelompok
yang ada dalam masyarakat yang dikenal dengan istilah konflik komunal.
Peristiwa konflik komunal dengan kekerasan yang dilandasi oleh perasaan
kebencian sering terjadi di sekitar kita. Pada beberapa kasus yang terjadi, jatuh
korban dan kerugian yang tidak sedikit. Bahkan, konflik itu menimbulkan
luka perasaan yang mendalam serta sikap permusuhan dan dendam yang
berkepanjangan.
Konflik sosial yang terjadi menyentuh hampir di segala aspek kehidupan
masyarakat antara lain : konflik agraria, sumberdaya alam, nafkah, ideologi,
identitas-kelompok, batas teritorial. Salah satu konflik sosial di Sulawesi Tengah
yang menjadi sorotan adalah perkelahian antar warga di wilayah pedesaan.
Angka statistik kejadian menunjukkan gejala yang cukup serius terutama yang
mengakibatkan timbulnya trauma psikologis masyarakat dan kerugian terhadap
aset-aset material serta non-material. Secara rinci potensi konflik yang terjadi di
wilayah hukum Polda Sulteng sebagai berikut :
a. Konflik yang menyangkut Poleksosbud : 49 potensi
b. Konflik yang menyangkut Suku, Agama, Ras (SARA) : 5 potensi

Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013 125


KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

c. Konflik yang menyangkut batas wilayah : 13 potensi


d. Konflik yang menyangkut Sumber Daya Alam (SDA) : 17 potensi
Dari 4 (empat) kelompok potensi konflik diatas, menimbulkan konflik yang
berupa :
a. Ancam Terorisme
b. Kerawanan Pemilukada
c. Bentrok antar warga
Dari data di atas terlihat bahwa potensi konflik terbesar adalah konflik yang
dilatari oleh Politik, Ekonomi, Sosial, Budaya.
Dari berbagai konflik yang terjadi menunjukkan bahwa masyarakat dilanda
polarisasi serius yang bersumber dari berbagai latar belakang masalah sosial dan
budaya. Penanggulangan terhadap konflik yang tidak optimal akan berdampak
kepada penegakan hukum yang tidak efektif sehingga akan berimplikasi negatif
pada terpeliharanya stabilitas keamanan dalam negeri (Kamdagri).
2. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka identifikasi
masalah yang terdapat di Polda Sulteng adalah sebagai berikut :
a. Penentuan tapal batas wilayah oleh Pemerintah pusat tanpa pemberitahuan
Pemkab (morowali)
b. Masyarakat (Keuno) mengolah kebun masuk wilayah Desa lain (Solonsa)
hingga 1 Km, sementara sudah ada batas alam berupa sungai
c. Sengketa tapal batas Desa antara Desa Bimor Jaya dengan Desa Ronta
(Morowali)
d. Sengketa pengairan air kesawah sawah di wilayah sengketa antar dua
Desa (Donggala)
e. Permasalahan tapal batas desa setelah adanya pemekaran desa (Donggala)

II TINJAUAN KONSEP
1. Kondisi sosial Masyarakat
Adapun kondisi sosial masyarakat Sulawesi Tengah dapat dilihat dari
beberapa aspek yaitu sebagai berikut :
a. Masyarakat Sulawesi Tengah pada umumnya berdomisili di wilayah
pegunungan / perbukitan dan di sekitar pantai dengan mata pencaharian
mayoritas sebagai petani dan nelayan

126 Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013


b. Penduduk asli Sulawesi Tengah terdiri dari 15 kelompok Etnis atau Suku
dan memiliki sekitar 22 bahasa yang saling berbeda antara suku yang
satu dengan yang lainnya. Karena banyak kelompok Etnis yang mendiami
Sulawesi Tengah, maka terdapat banyak perbedaan antar etnis
c. Budaya masyarakat Sulawesi Tengah banyak dipengaruhi oleh budaya
luar daerah. Masyarakat yang tinggal di wilayah pantai Barat Kabupaten
Donggala telah bercampur dengan masyarakat Bugis dan Gorontalo yang
memilik ikarakter keras. Di Bagian Timur dipengaruhi budaya Gorontalo
dan Menado. Sementara masyarakat pegunungan mempunyai budaya
sendiri yang dipengaruhi suku Toraja (Sulsel)
d. Penduduk Sulawesi Tengah memeluk agama dengan komposisi sbb : Islam
70 %, Kristen 27 %, Hindu Budha 3 %
e. Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Sulawesi Tengah memiliki tradisi
membawa senjata tradisional seperti pasatimpo (parang yang hulunya
bengkok sarungnya diberi tali), tombak (kanjahe dan surampa) dan parang
panjang (guma)
f. Masyarakat di wilayah pedesaan dipimpin oleh Ketua Adat, Pemerintahan
dipimpin oleh Kepala Desa. Kebiasaan masyarakat yang suka berkumpul
mulai dari anak-anak sampai dengan orang dewasa sehingga bila ada isu
cepat tersebar di masyarakat.
2. Ketentuan Yuridis Dalam Rangka Tindakan Polisional
Tindakan polisional dalam penanggulangan konflik antar warga (desa)
didasarkan pada beberapa regulasi yakni :
a. Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara RI
b. Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 tentang KUHAP
c. Undang-Undang No. 7 Tahun 2012 tentang penanggulangan konflik sosial
d. Peraturan Kepala BPN No. 3 Tahun 2011 tentang pengelolaan pengkajian
dan penanganan kasus pertanahan
e. Perkap No. 1 Tahun 2009 tentang penggunaan kekuatan dalam tindakan
Kepolisian
f. Perkap No. 3 Tahun 2009 tentang Sistem Operasional Polri
g. Perkap No. 8 Tahun 2010 tentang Tata Cara Lintas Ganti dan Cara Bertindak
dalam penanggulangan huru hara
h. Perkap No. 16 Tahun 2006 tentang pengendalian massa
i. Protap Kapolri No. 1 tahun 2010 tentang penanggulangan anarkis
h. Surat Mendagri No. 300/3305/SJ tentang perhatian khusus terhadap upaya

Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013 127


KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

menciptakan ketentraman dan ketertiban serta kerukunan masyarakat di


daerah

III KONDISI SAAT INI


1. Analisa Potensi GangguanKonflik Yang Bersumber Dari Konflik Sosial Antar
Warga (Desa)
Hasil analisa terhadap berbagai kondisi sosial masyarakat yang berpotensi
menjadi konflik dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Kebiasaan masyarakat membawa senjata tradisional
b. Kondisi sosial ekonomi masyarakat yang masih banyak pada taraf
kemiskinan
c. Masyarakat terdiri dari berbagai suku bangsa (multi etnis) dan memiliki
sifat etnosentris yang sempit
d. Karakter masyarakat Sulawesi Tengah memiliki karakter etnis yang keras
e. Tingkat pendidikan masyarakat khususnya di wilayah pedesaan masih
rendah
f. Ikatan kekeluargaan dan kemasyarakatan masih kuat
2. Kebijakan Penanggulangan Konflik Yang Bersumber Dari Konflik Sosial Antar
Warga (Desa)
Kebijakan penanggulangan yang dilakukan Polda Sulteng pada potensi
gangguan, ambang gangguan dan gangguan nyata dapat diuraikan sebagai
berikut :
a. Kebijakan penanggulangan pada Potensi Gangguan
1) Membentuk tim asistensi dan satgas Polda Sulteng guna
menanggulangi konflik sosial
2) Melaksanakan safari perdamaian ke desa-desa yang rawan terjadinya
konflik bekerjasama dengan Pemda, TNI dan Instansi terkait lainnya
3) Mengadakan kegiatan formal dan non formal dari pejabat Polda dan
Polres pada pasca konflik
4) Membangun dan membina kembali rasa percaya masyarakat dengan
melalui forum Bankamdes
b. Kebijakan penanggulangan pada Ambang Gangguan
1) Meningkatkan kegiatan patroli dan penjagaan pada wilayah2 yg
berpotensi kerawanan konflik antar desa
2) Mengisolasi masing2 kelompok dan wilayah yang rawan

128 Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013


3) Penggelaran personil disesuaikan dengan kerawanan daerah (daerah
yang kerawananya tinggi jumlah personilnya ditambah)
c. Kebijakan penanggulangan pada Gangguan Nyata
1) Setiap terjadi konflik dilakukan penegakan hukum terhadap para
pelaku dengan tegas
2) Deradikalisasi terhadap kelompok-kelompok yang memiliki paham
garis keras

IV ANALISA PENANGGULANGAN KONFLIK


1. Analisa Solusi Penanggulangan Konflik Yang Bersumber Dari Konflik Sosial Antar
Warga (Desa)
Solusi penanggulangan konflik bersifat preemtif, preventif maupun represif
yang telah dilakukan Polda Sulteng antara lain sebagai berikut :
a. Bersifat Pre-emtif
1) Mengoptimalkan kegiatan Tim Asistensi dan Satgas Polda Sulteng
untuk melakukan penyuluhan penggalangan keapada masyarakat
guna membangun daya tangkal masyarakat terhadap provokasi dari
pihak lain
2) Mengoptimalkan peran Babinkamtibmas atau Polmas pada setiap
desa Satu Desa Satu Polisi
3) Masing-masing kesatuan kewilayahan khususnya yang memiliki
potensi konflik melaksanakan safari ke desa-desa untuk memberikan
pemahaman tentang pentingnya hidup berdampingan secara damai
4) Meningkatkan intensitas komunikasi antara aparat Polri dengan
masyarakat dalam berbagai forum
b. Bersifat Preventif
1) Perlunya memperbanyak kehadiran Polisi di tengah-tengah msyarakat
terutama pada kelompok masyarakat yang berpotensi terjadi konflik
sosial
2) Melaksanakan kegiatan operasi terpadu yang melibatkan semua
unsur pemerintah dan potensi masyarakat
c. Bersifat Represif
1) Menyiapkan Tim Penindakan secara terpadu
2) Menyelenggarakan Protap Sispam
3) Melaksanakan Quick Respon terhadap setiap terjadinya konflik sosial
4) Melaksanakan tindakan tegas dan terukur sesuai dengan prosedur

Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013 129


KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

hukum yang berlaku


2. Langkah-langkah penanggulangan Konflik Yang Bersumber Dari Konflik Sosial
Antar Warga (Desa)
Langkah-langkah penanggulangan terhadap konflik yang telah dilakukan
Polda Sulteng yang bersifat implementatif dan taktis dapat digambarkan
sebagai berikut :
a. Bersifat Implementatif
1) Pre-emtif :
- mengoptimalkan peran Babinkamtibmas untuk melakukan
penyuluhan kepada masyarakat untuk bersama-samamenjaga
kamtibmas dan kerukunan antar warga
- Melakukan pemetaan potensi konflik, latar belakang menetapkan
solusi pemecahannya
- Melakukan penggalangan kepada masyarakat untuk
membangun daya tangkal masyarakat terhadap terhadap isu
atau provokasi yang mengarah terjadinya konflik
- Mengoptimalkan peran pranata-pranata sosial yang ada untuk
menyelesaikan setiap permasalahan agar tidak berkembang
menjadi konflik social
2) Preventif :
- Melakukan pengamanan secara terpadu dengan Pemda, TNI dan
komponen masyarakat lainnya terhadap kelompok masyarakat
yang berkonflik
- Melakukan deteksi dini dan cegah dini terhadap berbagai bentuk
potensi konflik agar tidak terjadi konflik sosial
3) Penegakan Hukum:
- Bekerjasama dengan unsure CJS dalam melakukan penegakkan
hukum terhadap para pelaku konflik secara tegas sesuai dengan
ketentuan hokum yang berlaku
b. Bersifat Taktis
1) Pre-emtif :
- Membangun jaringan intelijen untuk melakukan deteksi
terhadap permasalahan yang dapat menimbulkan konflik sosial
- Mengedepankan pranata-pranata sosial masyarakat untuk
membantu menyelesaikan setiap permasalahan agar tidak
terjadi konflik yang lebih luas

130 Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013


- Membangun daya tangkal masyarakat terhadap terhadap
terjadinya konflik social
2) Preventif :
- Memperbanyak kehadiran polisi di tengah-tengah masyarakat
dengan kebijakan Satu Desa satu Polisi
- Melakukan penguatan terhadap Polres dan Polsek yang rawan
konflik
3) Penegakkan hukum :
- Menyiapkan dan melatih Tim Penindak dan Penyidik pada tiap-
tiap Polres yang khusus menangani konflik
- Melakukan penindakan hukum secara tegas terhadap seseorang
atau kelompok yang terlibat konflik

V PENUTUP
1. Rekomendasi
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan di atas, maka gagasan yang
dapat direkomendasikan kepada Mabes Polri adalah sebagai berikut :
a. Agar pemerintah Pusat meninjau kembali penataan batas wilayah Desa
dengan melibatkan masyarakat setempat
b. Agar Mabes Polri menambah personil, fasilitas dan sarana prasarana untuk
memperkuat Sat Brimob dan Polres khususnya yang rawan konflik
c. Perlunya dukungan moril dari Pimpinan untuk tindakan tegas dalam
menegakkan hukum yang berkaitan dengan konflik sosial (Desa)

Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013 131


31

132
KELOMPOK IV
LAMPIRAN : LANGKAH-LANGKAH PENANGANAN KONFLIK SOSIAL ANTAR WARGA (DESA)
(STUDI KASUS POLDA SULAWESI TENGAH)

KONFLIK SOSIAL ANTAR WARGA (DESA) DI SULTENG


INDIKATOR P. JWB PIHAK
JANGKA WAKTU 2013 ANGGARAN
KEBERHASILAN UTAMA TERKAIT
NO TAHAPAN PROGRAM RENCANA AKSI
OUT- OUT- 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
PUT COME
7a PENCEGAHAN - BENTUK DAN - MEMBENTUK TERBENTU OPTIMAL X X KAPOL -PEMDA DIPA POLRI
KONFLIK OPTIMALKAN TIM ASISTENSI KNYA TIM NYA TIM DA PROV /
(PREEMTIF) TIM ASISTENSI DAN SATGAS ASISTENSI ASISTENS KAB
DAN SATGAS POLDA DAN I DAN -TNI

Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013


POLDA SULTENG SATGAS SATGAS -
SULTENG POLDA POLDA MASYA
UNTUK SULTENG DALAM RAKAT
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BANGUN DAYA BANGUN


TANGKAL DAYA
MASYARAKAT TANGKAL
TERHADAP MASYAR
PROVOKASI AKAT
PIHAK LAIN. THD X X X X X X X X X X X X KAPOL PEMDA DIPA POLRI
- OPTIMALKAN TERBANGU PROVOK DA PROV /
TIM ASISTENSI NNYA ASI DARI KAPOL KAB
DAN SATGAS DAYA LUAR RES -TNI
POLDA TANGKAL -
SULTENG MASYARAK MASYA
UNTUK AT RAKAT
BANGUN DAYA TERHADAP
TANGKAL PROVOKASI
MASYARAKAT DARI PIHAK
TERHADAP LUAR
PROVOKASI
PIHAK LAIN.
32

- OPTIMALISASI - TERBENTUKNYA -SETIAP MASYAR X X X X X X X X X X X X KAPOL POLRI DIPA POLRI


BABINKAMTIB FORUM PERMASA AKAT DA KADES
MAS ATAU KEMITRAAN LAHAN MERASA KAPOL TOGA
POLMAS PADA POLRI DENGAN DALAM IKUT RES TOMAS
SETIAP DESA. MASYARAKAT MASYARA BERTAN KAPOL TODAT
KAT GGUNG SEK
JAWAB
TERHAD
AP
-DAPAT KAMTIB
TERSELES MAS DI
AIKAN DESANYA
MELALUI .
FORUM
KEMITRAA
N POLRI
DENGAN
MSSYARA
KAT
- -
- OPTIMALISASI -OPTIMALKAN -SETIAP MASYAR X X X X X X X X X X X X KAPOL KADES DIPA POLRI
PRANATA- PRANATA- PERMASA AKAT SEK TOGA
PRANATA PRANATA SOSIAL LAHAN DI DESA BABINK TOMAS
SOSIAL YANG YANG ADA DESA TUNDUK AMTIB TODAT
ADA UNTUK UNTUK DAPAT DAN MAS
MENYELESAIKA MENYELESAIKAN DISELESAI PATUH
N SETIAP SETIAP KAN PADA
PERMASALAHA PERMASALAHAN MELALUI PRANAT
N YANG YANG TERJADI DI PRANATA A-
TERJADI DI DESANYA SOSIAL PRANAT
DESANYA. YANG A SOSIAL
ADA. YANG
ADA DI

Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013


DESANYA
-MELAKUKAN
-SAFARI SAFARI HILANGNY MASYAR X X X X X X X X X X X X KAPOL KADES DIPA POLRI

133
33

134
PERDAMAIAN PERDAMAIAN A AKAT RES TOGA
KE DESA-DESA BERSAMA PERASAAN DAPAT KAPOL TOMAS
YANG RAWAN INSTANSI DENDAM HIDUP SEK TODAT
KONFLIK TERKAIT MASYARAK BERDAM
AT PINGAN
TERHADAP SECARA
KELOMPOK TENTRA
LAIN M DAN
DAMAI

7b PENCEGAHAN - MEREDAM - DETEKSI DINI - SELURUH TIDAK X X X X X X X X X X X X KAPOL PEMDA DIPA POLRI
KONFLIK POTENSI DAN CEGAH POTENSI TERJADI DA TNI

Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013


(PREVENTIF) KONFLIK DINI TERHADAP KONFLIK KONFLIK KAPOL MASYA
POTENSI DAPAT SOSIAL RES RAKAT
KONFLIK DIDETEKS WARGA KAPOL
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

I DAN SEK
DAPAT
DICEGAH
SECARA
DINI
SEHINGG
A TIDAK
MENJADI
KONFLIK
SOSIAL

- PENGUATAN - MELAKUKAN TERBENTU PENGGEL X KAPOL DIPA POLRI


POLRES DAN KAJIAN DAN KNYA ARAN DA
POLSEK MENGUSULKAN POLRES POLRI DI
YANG KE MABES SIGI LAPANG
RAWAN POLRI UNTUK AN
KONFLIK MEMBENTUK SEMAKIN
SOSIAL POLRES SIGI. OPTIMAL
- PENAMBAHAN JUMLAH UPAYA X KAPOLD DIPA POLRI
34

PERSONIL DAN PERSONIL PENCEG A


SARPRAS PADA DAN AHAN
POLRES DAN SARANA KONFLIK
POLSEK YANG PRASARAN SOSIAL
RAWAN A POLRES DAPAT
KONFLIK SOSIAL DAN BERJALA
POLSEK N
TERCUKUPI SECARA
SESUAI OPTIMAL
DENGAN
KEBUITUH
AN

MEMPERCEPAT MENYUSUN SOP TERSUSUN PERGESE X KARO DIPA POLRI


PERGESERAN TENTANG NYA SOP RAN OPS
PERSONIL RAYONISASI RAYONISAS PERSONI
DALAM SATUAN I SATUAN L DALAM
PENANGANAN KEWILAYAHAN KEWILAYA PENANG
KONFLIK SOSIAL DALAM HAN ANAN
PENANGANAN DALAM KONFLIK
KONFLIK SOSIAL PENANGAN SOSIAL
AN DAPAT
KONFLIK TERLAKS
SOSIAL ANA
DENGAN
CEPAT.

PENYUSUNAN MENYUSUN TERSUSUN ADANYA X KARO DIPA POLRI


PILUN PROTAP SISPAM NYA PEDOMA OPS
PENANGANAN PENCEGAHAN PROTAP N
KONFLIK SOSIAL KONFLIK SOSIAL SISPAM BERTIND
PENCEGAH AK

Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013


AN DALAM
KONFLIK PENCEG

135
35

136
SOSIAL AHAN
KONFLIK
SOSIAL

MENGHILANGK -DATA DAN SELURUH SELURUH X KARO DIPA POLRI


AN POTENSI IDENTIFIKASI POTENSI POTENSI OPS
KONFLIK SOSIAL POTENSI KONFLIK DI KONFLIK DIRINT
KONFLIK SOSIAL SULTENG SOSIAL ELKAM
YANG ADA DI DAPAT DAPAT KAPOL
WILAYAH TERIDENTIF TERIDEN RES
SULTENG IKASI TIFIKASI
-SELESAIKAN SELURUH DAN
POTENSI POTENSI DIHILAN
KONFLIK YANG KONFLIK GKAN.
ADA MELALUI SOSIAL DI

Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013


PRANATA SOSIAL SULTENG
YANG ADA. DAPAT
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

TERSELESAI
KAN
7c PENGHENTIAN -PENGHENTIAN - MEMISAHKAN MASING- MENGUR X X X X X X X X X X X X KAPOL PEMDA DIPA POLRI
KONFLIK KEKERASAN PIHAK-PIHAK MASING ANGI DA TOMAS
(REPRESIF) FISIK YANG KELOMPOK ATAU KAPOL TODAT
BERKONFLIK YANG MENCEG RES TOGA
BERKONFLI AH
K DAPAT JATUHNY
DIPISAHKA A
N KORBAN
JIWA
ATAU
HARTA
BENDA
- MELAKUKAN PARA MEMBER X X X X X X X X X X X X DIRRES DIPA POLR
TINDAKAN PELAKU IKAN KRIM
TEGAS KEKERASA EFEK KAPOL
TERHADAP N DAPAT JERA RES
PELAKU DIPROSES TERHAD
36

KEKERASAN HUKUM AP
MASYAR
AKAT
AGAR
TDK
MELAKU
KAN
KEKERAS
AN
- MELOKALISIR PIHAK- TIDAK X X X X X X X X X X X X KARO DIPA POLRI
KELOMPOK YG PIHAK TERJADI OPS
YANG YANG KEKERAS KAPOL
BERKONFLIK BERKONFLI AN FISIK RES
K TIDAK
BERTEMU

- PENYELAMAT - MENOLONG TERTOLON KORBAN X X X X X X X X X X X X KARO DIPA POLRI


AN DAN DAN G DAN TERSELA OPS
PERLINDUNG MENGEVAKUAS TEREVAKU MATKAN KAPOL
AN I KORBAN ASINYA DAN RES
TERHADAP KORBAN TERLIND
KORBAN UNGI

- MEMFASILITASI TERFASILIT KORBAN X X X X X X X X X X X X KARO DIPA POLRI


- PENYIAPAN ASINYA TERLAYA OPS
TIM MEDIS DAN PEMBENTU NI BAIK KABID
KONSELING KAN TIM SECARA DOKKE
MEDIS DAN MEDIS S
KONSELING MAUPU
N
KONSELI
NG

Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013


137
37

7d PEMULIHAN -REKONSILIASI - MEDIASI TERCAPAIN TERCAPA

138
PASCA KONFLIK PERDAMAIAN YA INYA
PIHAK-PIHAK PERDAMAI REKONSI
YANG AN PIHAK- LIASI SCR
BERKONFLIK PIHAK PERMAN
YANG EN
BERKONFLI
K

- PEMULIHAN PULIHNYA SITAUASI


SITUASI SITUASI WILAYAH
KEAMANAN PASCAKON KONFLIK
DAN FLIK KEMBALI
KETERTIBAN NORMAL

Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013


-REKONSTRUKSI - MEMBANTU LINGKUNG TEMPAT
MEMPERBAIKI AN TINGGAL
LINGK TEMPAT TEMPAT ,
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

TINGGAL, TINGGAL, LINGKUN


LINGKUNGAN LINGKUNG GAN
DAN FASILITAS AN DAN DAN
YG RUSAK FASILITAS FASILITA
LAINNYA S
DAPAT LAINNYA
DIPERBAIKI DAPAT
. BERFUN
GSI
KEMBALI

-REHABILITASI - MEMBANTU PULIHNYA BERFUN


PEMULIHAN AKSES GSINYA
DAN PENDIDIKA AKSES
PENYEDIAAN N, PENDIDI
38

AKSES KESEHATA KAN,


PENDIDIKAN, N DAN KESEHAT
KESEHATAN MATA AN DAN
DAN MATA PENCAHARI MATA
- PENCAHARIAN AN PENCAH
ARIAN

Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013


139
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

140 Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013


KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KELOMPOK V
IDENTIFIKASI DAN PREDIKSI
TERJADINYA KONFLIK DALAM SETIAP
TAHAPAN PEMILU 2014 SERTA LANGKAH
YANG DILAKUKAN DALAM UPAYA
MENGANTISIPASINYA
(STUDI KASUS POLDA METRO JAYA)

Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013 141


142 Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013
IDENTIFIKASI DAN PREDIKSI TERJADINYA KONFLIK DALAM
SETIAP TAHAPAN PEMILU 2014 SERTA LANGKAH YANG
DILAKUKAN DALAM UPAYA MENGANTISIPASINYA
(STUDI KASUS POLDA METRO JAYA)

I. PENDAHULUAN
Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk Republik serta dalam
penyelenggaraan pemerintahannya didasarkan pada asas kedaulatan rakyat,
sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dan
ditegaskan kembali dalam pasal 1 ayat 2 UUD 1945. Dalam rangka mewujudkan
kedaulatan rakyat untuk menghasilkan pemerintahan negara yang demokratis
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 maka diselenggarakan
Pemilihan Umum secara langsung dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat dalam
rangka pembentukan, penyelenggaraan dan pengawasan pemerintahan yang
demokratis. Menurut Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 15 Tahun
2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum, definisi Pemilihan Umum yang
selanjutnya disebut Pemilu, adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang
diselenggarakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD Negara Republik
Indonesia 1945.
Penyelenggaraan Pemilihan Umum di Indonesia dilakukan secara berkala setiap
5 tahun sekali untuk memilih anggota lembaga perwakilan rakyat yaitu: DPR, DPRD
Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota serta memilih Presiden dan Wakil Presiden
sebagaimana disebutkan dalam amandemen keempat UUD 1945 pada tahun
2002. Pesta demokrasi lima tahunan yang akan diselenggarakan pada tahun 2014
nanti, sering disebut sebagai tahun politik karena melalui dua tahapan besar pesta
demokrasi, yaitu pemilihan anggota Legislatif (Pileg) dan pemilihan Presiden (Pilpres).
Pemilu yang akan diselenggarakan pada tahun 2014 yang didasarkan pada
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilu anggota DPR, DPD dan DPRD,
merupakan indikator perilaku politik yang menunjukkan kematangan berpolitik
bangsa Indonesia, baik dilihat dari lingkup individu, komunitas atau golongan, maupun
secara nasional. Proses Pemilu dalam pemilihan anggota Legislatif pusat dan daerah,
maupun pemilihan Presiden dan Wakil Presiden, memerlukan ragam tahapan yang
saling berkesinambungan. Proses tahapan Pemilu tersebut dimulai dari penyusunan

Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013 143


KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

undang-undang, peraturan pemerintah, pembentukan institusi pelaksana dan


pengawas Pemilu, legalitas partai-partai politik peserta Pemilu, penentuan para calon
Legislatif, penentuan calon Presiden dan Wakil Presiden, penyusunan daftar pemilih
yang berhak mengikuti Pemilu tahap pelaksanaan pemilihan, penetapan hasil
Pemilu, pelantikan anggota Legislatif, Presiden dan Wakil Presiden, serta penanganan
sengketa, pelanggaran, perselisihan dan tindak pidana Pemilu melalui proses
penegakan hukum. Ragam tahapan yang berkesinambungan tersebut merupakan
rangkaian proses pembuktian berjalannya demokrasi pada jalurnya. Setiap tahapan
rangkaian proses Pemilu ini tentunya tidak terlepas dari adanya potensi konflik yang
mungkin timbul sehingga diperlukan berbagai upaya untuk mengantisipasinya.
Situasi nasional bangsa Indonesia di tahun 2013 sebagai periode perkembangan
politik strategis menjelang penyelenggaraan Pemilu 2014 sangat dipengaruhi oleh
berbagai aspek yaitu Geografi, Demografi, Sumber Daya Alam, Ideologi, Politik,
Ekonomi, Sosial Budaya dan Pertahanan Keamanan yang berkembang menjadi isu
global dan nasional seperti: Memudarnya nilai-nilai Pancasila, isu unipolarisme politik
dunia Barat - Timur, isu konflik perbatasan negara, HAM dan berbagai isu konflik
SARA, lingkungan hidup, anarkisme, separatisme, terorisme, pemanasan global,
perdagangan bebas dan berbagai peristiwa konflik yang terjadi di wilayah Indonesia.
Kondisi masyarakat Indonesia yang multikultural, disparitas pembangunan tidak
merata serta relasi kehidupan masyarakat secara makro maupun mikro dapat
menimbulkan potensi konflik vertikal antara rakyat dan negara serta konflik horizontal
antar warga seperti yang marak terjadi pada 2012. Fenomena tersebut memiliki peran
dominan dalam perkembangan kehidupan masyarakat, bangsa dan negara di bidang
ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan, yang akan
berpengaruh secara langsung terhadap kuantitas dan kualitas gangguan keamanan
serta dapat menimbulkan instabilitas sosial yang mempengaruhi stabilitas nasional
menjelang Pemilu 2014.
Secara khusus situasi posisi provinsi DKI Jakarta sangat strategis sebagai Ibu Kota
Negara Kesatuan Republik Indonesia, sebagai pusat pemerintahan, pusat kegiatan
politik dan sebagai daerah otonom dihadapkan dengan karakteristik permasalahan
yang sangat kompleks yang berbeda dengan provinsi lainnya. Berdasarkan
karakteristik wilayah potensi konflik sosial di DKI Jakarta teridentifikasi ke dalam 8
kelompok sebagai berikut:
1. Konflik sosial yang bernuansa agama antara penganut Ahmadiyah
dengan komunitas Islam garis keras (FPI, FUI, GARIS, LPI) dan masih
ada beberapa masalah lain yang terkait dengan penolakan warga
terhadap pendirian tempat ibadah umat nasrani seperti di wilayah Depok
dan Bekasi;

144 Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013


2. Konflik sosial antar ormas, pada umumnya bernuansa ekonomi seperti
rebutan lahan penghidupan (lahan parkir, jaga tanah sengketa, dan jasa
keamanan lainnya) dan bernuansa solidaritas sempit (tawuran antar
wilayah).
3. Konflik antar suporter olah raga yang bernuansa solidaritas liar, konflik
seperti ini sering terjadi di Jakarta mengingat Jakarta sering dijadikan
sebagai tempat atau arena kompetisi baik tingkat Nasional maupun
Internasional.
4. Konflik antar Geng atau Preman yang dilatarbelakangi faktor ekonomi
dan dipicu rebutan lahan penghidupan (lahan parkir, jaga tanah
sengketa, debt colector dan jasa keamanan lainnya) dan bernuansa
solidaritas sempit (tawuran antar etnis).
5. Konflik antar pelajar/mahasiswa yang hampir merata di semua wilayah
di Jakarta mulai dari tingkat SLTP maupun SLTA, sementara untuk
konflik antar mahasiswa yang masih sering terjadi yaitu mahasiswa YAI
dengan mahasiswa UKI Salemba Jakarta pusat;
6. Konflik industrial yang bersifat kasuistis dan terkait dengan konflik
industrial yaitu perjuangan kaum buruh terhadap penghapusan sistem
kerja outsorcing.
7. Konflik antar kampung/warga, konflik ini lebih sering terjadi sejalan
dengan kalender Kamtibmas, maka lebih bersifat musiman seperti saat
bulan Puasa, pada momen - momen peringatan hari kemerdekaan atau
hari jadi kota Jakarta dimana pada momen tersebut diselenggarakan
berbagai macam kompetisi / pertandingan yang melibatkan antar warga
atau kampung.
8. Konflik yang timbul sebagai ekses dari posisi Jakarta sebagai pusat
pemerintahan dan giat politik, konflik ini didahului dengan adanya
permasalahan di daerah yang secara gradual apabila tidak dapat
tertangani dengan baik di daerah, akan melambung kepada satuan
pusat yang sebagian besar kedudukan kantornya berada di Jakarta,
konflik sosial ini dapat bersifat vertikal.
Penyelenggaraan Pemilu 2014 mendatang juga dipengaruhi oleh lima elemen
penting Pemilu 2014 yang dapat menimbulkan potensi konflik yaitu:
1. PERATURAN DAN PERUNDANG-UNDANGAN PEMILU 2014
Berbagai permasalahan yang terkait dengan peraturan perundang-
undangan dalam penyelenggaraan Pemilu 2014 antara lain: peraturan

Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013 145


KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

perundang-undangan yang terlalu banyak, antara peraturan yang satu dengan


yang lainnya saling tumpang tindih dan perubahan peraturan perundang-
undangan secara dinamis dalam waktu yang singkat sehingga menimbulkan
ketidakpastian hukum, multitafsir terhadap peraturan dan kerancuan
pemahaman masyarakat Indonesia dalam penyelenggaraan Pemilu 2014.
a. Adanya tumpang tindih peraturan perundang-undangan Pemilu terlihat
dari hal-hal sebagai berikut:
1) Dalam undang-undang pemilihan Legislatif menyatakan
memberi tanda bisa diartikan mencontreng untuk memilih,
namun undang-undang Pemilukada menyatakan mencoblos
untuk memilih.
2) Pemberian sumbangan dalam penyelenggaraan Pemilu
diperbolehkan, namun dalam peraturan perundang-undangan
yang lain hal ini dapat berimplikasi pada adanya indikasi
gratifikasi/korupsi.
3) Pelaksanaan Pilpres 2014 direncanakan pada 9 Juli 2014 yang
waktunya bersamaan dengan rencana pelaksanaan Pemilihan
Gubernur Jawa Timur sehingga terjadi penundaan.
4) KPU dan Bawaslu Pusat sudah membuat peraturan
pelaksanaan Pemilu, namun dibuat kembali peraturan
pelaksanaaan Pemilu untuk pelaksanaan di tingkat daerah/
provinsi dan kabupaten/kota oleh KPU dan Bawaslu di tingkat
provinsi dan kabupaten/kota.
b. Peraturan pelaksanaan Pemilu yang dibuat oleh KPU sangat banyak,
bahkan KPU Pusat membuat peraturan di setiap tahapan Pemilu secara
mendetail kemudian selanjutnya diikuti, diterjemahkan dan dibuat
kembali peraturan pelaksanaannya oleh KPU Provinsi, Kabupaten/Kota
serta demikian pula halnya dengan berbagai peraturan yang dibuat
oleh Bawaslu dari tingkat Pusat, Provinsi maupun Kabupaten/Kota dalam
rangka melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan Pemilu.
Terlihat bahwa banyak sekali peraturan perundang-undangan maupun
peraturan pelaksanaan yang terkait dengan penyelenggaraan Pemilu yang
eksesnya menimbulkan keterbatasan pelaksanaan sosialisasi, kebingungan
masyarakat pemilih, dan ketidakpastian hukum yang menimbulkan
kerancuan dalam penyelenggaraan Pemilu.
c. Berbagai peraturan pelaksanaan Pemilu juga bersifat berubah-ubah dan
dinamis, apabila ada hal-hal yang berpengaruh dalam pelaksanaan Pemilu
maka akan ada perubahan peraturan untuk menyesuaikan keadaaan

146 Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013


tersebut. Adanya putusan MK, PTUN bahkan putusan pidana dapat
menimbulkan perubahan peraturan yang mengganggu pelaksanaan
Pemilu. Contoh lainnya adalah jadwal/tahapan pelaksanaan Pemilu yang
berubah-ubah bahkan sampai saat ini sudah diadakan perubahan yang
ketiga.
Kondisi faktual saat ini yang terjadi di wilayah DKI Jakarta saat ini antara lain:
a. Belum ada MoU antara Polda Metro Jaya dengan KPU dan Bawaslu DKI
sehingga belum mempunyai payung hukum dalam melaksanakan giat
pengamanan dan penegakan hokum terpadu (Gakkumdu), begitu pula
dengan wilayah Provinsi Jawa Barat dan Provinsi Banten mengingat ada
beberapa wilayah Polda Metro Jaya yang masuk wilayah administratif
kedua provinsi tersebut.
b. Sudah memasuki tahapan Kampanye, namun peraturan yang mengatur
tentang kampanye belum ada (baru draft) padahal tahapan tersebut sudah
dimulai sejak tanggal 11 januari 2013.
2. KOMISI PEMILIHAN UMUM (KPU)
Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebagai bagian dari Penyelenggara
Pemilu adalah merupakan satu kesatuan organisasi yang meliputi KPU Pusat,
KPU Provinsi, KPU Kota/Kabupaten, Panitia Pemilih Kecamatan (PPK), Panitia
Pemungutan Suara (PPS) dan Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara
(KPPS) sebagaimana dimaksud dalam UU Nomor 15 Tahun 2011 tentang
Penyelenggara Pemilu.
Kredibilitas KPU Pusat, KPU Provinsi, KPU Kota/Kabupaten, Panitia Pemilih
Kecamatan (PPK), Panitia Pemungutan Suara (PPS) dan Kelompok Penyelenggara
Pemungutan Suara (KPPS) sebagai penyelenggara Pemilu 2014 harus tetap
dijaga dalam rangka menunjukkan netralitas dan ketidakberpihakan terhadap
salah satu peserta Pemilu sehingga cita-cita demokrasi untuk mewujudkan
Pemilu yang langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil dapat tercapai
melalui penyelenggaraan yang bersih, netral, aman dan tertib.
Kondisi faktual saat ini yang terjadi di KPU wilayah DKI Jakarta antara lain:
a. Pada Pemilukada DKI Jakarta Ketua KPU Provinsi DKI Jakarta dikenai sanksi
teguran tertulis oleh DKPP.
b. Ketua KPU Depok diberhentikan oleh DKPP dengan alasanpelanggaran
kode etik.
c. Hasil Pemilukada Kota Bekasi sedang dalam proses gugatan ke MK dan
PTUN.
d. Saat ini sedang diselenggarakan tahapan Pilkada / Pilgub Jawa Barat.

Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013 147


KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

3. PENGAWAS PEMILU 2014


Bawaslu adalah lembaga negara yang bertugas untuk mengawasi
penyelenggaraan Pemilu di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia, yang keanggotaannya terdiri dari Bawaslu Pusat, Bawaslu Provinsi,
Bawaslu Kabupaten/Kota, Panitia Pengawas Pemilu Kecamatan, Pengawas
Pemilu Lapangan, dan Pengawas Pemilu Independen.
Bawaslu merupakan badan yang melakukan pengawasan langsung
terhadap penyelenggaraan Pemilu 2014, sehingga Bawaslu perlu memiliki
kredibilitas yang mandiri dan mantap, memiliki komitmen untuk melaksanakan
pengawasan dalam rangka mewujudkan Pemilu demokratis, memiliki potensi
kemampuan memimpin, kemampuan bekerja sama dalam tim, potensi
kemampuan berkomunikasi dengan semua kalangan dan kelompok masyarakat
dan pemahaman terhadap kondisi sosial politik sehingga mencerminkan sikap
netralitas yang sesungguhnya untuk mengawal penyelenggaraan Pemilu
mendatang.
Kondisi faktual saat ini yang terjadi di Bawaslu wilayah DKI Jakarta antara
lain:
a. Adanya perubahan organisasi dari Panwaslu yang sifatnya ad hoc menjadi
Bawaslu yang sifatnya permanen.
b. Ketua Panwaslu DKI diberhentikan oleh DKPP karena pelanggaran kode
etik.
4. PESERTA PEMILU 2014
Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah mengumumkan 10 parpol yang
lolos sebagai peserta Pemilu 2014 setelah melakukan verifikasi faktual dan
administrasi yaitu,Partai Nasional Demokrat (NASDEM), PDI Perjuangan (PDIP),
Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Hati Nurani Rakyat (HANURA), Partai
Amanat Nasional (PAN), Partai Golongan Karya (GOLKAR), Partai Keadilan
Sejahtera (PKS), Partai Gerakan Indonesia Raya (GERINDRA), Partai Demokrat
(PD), Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
Keikutsertaan sejumlah partai politik, calon Legislatif, calon anggota DPD,
pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden, Tim Sukses dan Tim Kampanye
sebagai peserta Pemilu 2014 diprediksi dapat menimbulkan berbagai
permasalahan seperti konflik internal kepengurusan partai, kecurangan strategi
pemenangan Pemilu dalam bentuk money politic dan black campaign, serta
berbagai permasalahan gugatan koalisi partai yang tidak lolos verifikasi ke
PTUN, gugatan pidana, gugatan ke DKPP maupun uji materi berbagai peraturan
perundang-undangan penyelenggaraan Pemilu ke Mahkamah Konstitusi.

148 Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013


Kondisi faktual saat ini yang terjadi pada peserta Pemilu wilayah DKI Jakarta
antara lain:
a. Terdapatnya masalah internal parpol yaitu Nasdem penggantian Ketua
Umum dan wacana dalam tubuh partai Golkar akan mengadakan
Musyawarah Nasional Luar biasa (Musnaslub) untuk mengganti Ketua
Umum dan pembatalan pencalonan Ketua umumnya saat ini untuk
menjadi Presiden.
b. Gugatan dari parpol yang tidak lolos verifikasi.
c. Saling serang / polemik di media masa antar Parpol.
5. MASYARAKAT PEMILIH
Jumlah penduduk yang sangat besar, pertumbuhan penduduk yang
sangat cepat, kondisi goegrafis dan penyebaran kepadatan penduduk yang
tidak merata, terbatasnya lapangan kerja, kurangnya fasilitas pendidikan
dan kesehatan serta belum adanya pemerataan pembangunan di seluruh
wilayah Indonesia berpengaruh terhadap perkembangan masyarakat
dengan berbagai sifat dan karakteristik yang berbeda yaitu: masyarakat
metropolitan, masyarakat urban, masyarakat rural, dan masyarakat daerah
konflik.
LSM dan ormas adalah organisasi / kelompok masyarakat yang bersifat
independen, bukan politik atau bisnis, tidak mementingkan keuntungan
serta keberadaannya harus mendapat izin dari pemerintah.Berbagai
kelompok ormas baik yang berlatar belakang suku/kedaerahan, agama,
golongan, pro pemerintah, kontra pemerintah dan oportunis sering
menimbulkan aksi premanisme. Berbagai kelompok ormas di wilayah DKI
Jakarta yang dapat diidentifikasi yaitu : Gerakan Rakyat Indonesia Baru
(GRIB), Angkatan Muda Kei (AMKEI), Forum Betawi Rempug (FBR), Pemuda
Pancasila (PP), Forum Komunikasi Anak Betawi (FORKABI), Kembang Latar,
Tanah Abang, Mandor Jefri, Tanah Abang Bersatu (TEBAS), Ken Timur,
Makasar, Buton, Anto Baret, Arek, Heri Garuda, Kelompok Ambon, IKB-BKS,
BPPKB, Daud Kei, Umar Kei, dan lain sebagainya.
Adanya kelompok Mahasiswa intra kampus, ekstra kampus maupun
kelompok aksi sebagai thinking agent of laboratory sekaligus agent of
change dalam membedah berbagai problem sosial dan politik secara
historis dan kultural memiliki strategi konstruktif untuk memindai masalah
sosial dan politik. Perhelatan mahasiswa dalam ruang publik adalah sebuah
praktik check and balance dalam mengawal demokrasi. Peran partisipatoris
aksi mahasiswa adalah cermin idealisme mahasiswa dalam memainkan
peran sebagai agent of social change. Peran ideal ini menjadi efektif jika

Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013 149


KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

patuh terhadap etika demokrasi namun kesalahan terbesar yang sering


terjadi adalah aspirasi nilai-nilai demokrasi yang dipraktikkan secara non
demokratis, sporadis dan cenderung amoral.
Kondisi faktual saat ini yang terjadi pada peserta Pemilu wilayah DKI Jakarta
antara lain:
a. Wilayah hukum Polda Metro Jaya terdiri dari 3 provinsi DKI Jakarta,
Provinsi Jawa Barat dan Provinsi Banten yang masing-masing terdapat
permasalahan sesuai dengan karakteristik wilayahnya, dimana secara
administrasi pemerintahan masuk dalam wilayah Jawa Barat dan Banten
tetapi secara hukum masuk dalam wilayah yurisdiksi Polda Metro Jaya.
b. Di wilayah hukum Polda Metro Jaya terdapat banyak wilayah kumuh
(slum area) yang berdekatan dengan kawasan elit, dimana karakteristik
masyarakatnya mudah digerakan oleh kepentingan kelompok tertentu.
c. Terdapat kelompok-kelompok LSM yang kontra pemerintah dan menolak
Pemilu antara lain: Petisi 28, Rakyat bergerak/Guntur 49, Indemo (Indonesia
Demokrasi Monitoring), GIB (Gerakan Indonesia Bersih) dan Bendera.
d. Terdapat kelompok aksi mahasiswa yang berhaluan keras antara lain: FAM-I
(Front Aksi Mahasiswa Indonesia), Konami (Konsolidasi Nasional Mahasiswa
Indonesia)/ Teman, FIS (Front Indonesia Semesta), GMI (Gerakan Mahasiswa
Indonesia)/ KM Raya (Komite Mahasiswa Jakarta Raya), KAM-JAK (Komite
Aksi Mahasiswa Jakarta) dan Karat (Komite Aksi Rakyat Teritorial).
Disamping lima elemen penting tersebut terdapat lembaga baru yang
terbentuk pada Pemilu 2014 yaitu Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu
(DKPP) yang berperan dalam menangani pelanggaran kode etik lembaga
penyelenggara Pemilu sehingga diharapkan dapat mengawasi penyelenggaraan
pemilihan umum.
Ketidaksiapan, kelalaian dan kendala profesionalisme diantara lima elemen
penting tersebut dapat menjadi potensi konflik pada setiap tahapan Pemilu
tahun 2014 mendatang. Potensi konflik tersebut kemungkinan terjadi dalam
berbagai tahapan seperti : pertama, pada tahap persiapan yaitu pada saat seleksi
anggota KPU dan pendistribusian logistik perlengkapan pemungutan suara,
kedua pada tahap penyelenggaraan yaitu pada saat pendaftaran, verifikasi
peserta Pemilu, pemutakhiran data pemilih, penyusunan Daftar Pemilih Tetap
(DPT), pencalonan anggota DPR/DPD/DPRD, periode kampanye, periode masa
tenang, pemungutan suara, penetapan hasil Pemilu, serta pelantikan dan
pengucapan sumpah/janji, serta ketiga pada tahap penyelesaian perselisihan
hasil Pemilu. Identifikasi dan prediksi potensi konflik tersebut harus dilakukan
secara akurat, proporsional dan terfokus pada kelima elemen penting Pemilu

150 Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013


2014 yang merupakan motor penggerak terselenggaranya Pemilu 2014.
Berbagai isu yang muncul menjelang pelaksanaan Pemilu 2014 adalah:
a. Presiden, dan Wakil Presiden terpilih dalam Pemilu 2009 masih akan
menjabat hingga akhir masa pemerintahan tahun 2014, dan mendapat
dukungan penuh dari Partai Politik, dan masyarakat, namun demikian
berbagai kebijakan yang diambil baik dibidang politik, ekonomi, sosial
budaya, dan keamanan akan diwarnai adanya pro kontra terutama dari
kelompok oposan.
b. Berbagai masalah dibidang Ipoleksosbudkam akan mewarnai pemerintahan
Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono - Budiono yang akan menjadi
pemicu terjadinya aksi jalanan, demikian juga dengan berbagai kebijakan
pemerintah yang dinilai tidak memihak pada rakyat. Sementara kegiatan
oposisi akan terus menggunakan berbagai hal untuk mendeskriditkan
pemerintah, dan tahun 2013 merupakan tahun konsolidasi politik untuk
saling menarik simpatik masyarakat dalam menghadapi Pemilu 2014.
c. Di berbagai kesempatan kegiatan internal Parpol meningkat memanfaatkan
momentum, dan kalender kegiatan masyarakat sebagai usaha menarik
simpati, mencari dukungan, dan strategi dalam pemenangan Pemilu 2014.
d. Berbagai kasus korupsi yang diproses pada periode tahun sebelumnya
akan menjadi bahan/tema sentral untuk saling menjatuhkan elit politik,
dan tokoh-tokoh Parpol yang ditengarai berindikasi terkait dengan kasus
korupsi.
e. Kompleksitas permasalahan diberbagai bidang baik politik, ekonomi, dan
sosial lainnya akan berpengaruh terhadap situasi Kamtibmas yang terjadi
diwilayah hukum Polda Metro Jaya.
f. Pada tahun 2013 akan berlangsung Pemilu Kada Walikota Tangerang,
terkait dengan hal itu tahapan Pemilu Kada di tahun 2012 dapat
berimplikasi untuk tahun 2013, Pemilu Kada tahun 2012 yaitu Pemilu
Kada Kabupaten Bekasi berlangsung pada bulan Maret 2012, Pemilu
Kada Gubernur DKI berlangsung pada bulan Juli 2012, Pemilu Kada Kota
Bekasi berlangsung pada bulan Desember 2012, Pemilu Kada Kabupaten
Tangerang berlangsung pada bulan Desember 2012.
g. Berbagai kerawanan di masyarakat dipicu oleh masalahmasalah sosial
masih akan terjadi sepanjang tahun 2013, terutama yang berkaitan dengan
aliran kepercayaan, dan masalah agama, serta semakin menguatnya Ormas
kedaerahan dan keagamaan yang bila tidak segera dikelola secara baik
akan menjadi pemicu kerusuhan masal.
h. Semakin gencarnya pandangan, dan isu negatif terhadap institusi

Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013 151


KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Polri terutama pada tindakan kepolisian dalam rangka penertiban dan


penegakan hukum terhadap aksi unjuk rasa, dan kriminalitas serta
penanganan konflik yang terjadi di masyarakat justru berbias terhadap
tindakan kepolisian yang dianggap melanggar HAM dan di blow up secara
terus menerus oleh media.
i. Masalahmasalah dari Luar Negeri maupun dari Dalam Negeri masih akan
berpengaruh pada situasi Kamtibmas di wilayah Polda Metro Jaya, adapun
masalah yang terjadi antara lain masalah TKI, perbatasan, ekploitasi hutan,
Pemilu Kada, pertanahan/agraria, korupsi, dan lain-lain.
j. Konflik yang terjadi di masyarakat dilatarbelakangi berbagai permasalahan
sosial akan tetap terjadi seperti pendirian/penggunaan tempat ibadah,
masalah tanah, masalah persaingan kelompok Ormas, dsb.
k. Teror bom masih akan terjadi di wilayah hukum Polda Metro Jaya, dan
munculnya kebencian mendalam pengikut ABB terhadap pemerintah,
meskipun tokohtokoh utama teror bom telah tertangkap dan terbunuh,
dengan anggapan upaya kaderisasi kelompok teroris ini masih terus
berlanjut.
l. Angka kriminalitas masih tetap tinggi baik secara kualitas maupun kuantitas,
demikian pula dengan modus operandi yang dilakukan oleh pelaku tindak
pidana akan semakin canggih.
Untuk mengantisipasi berbagai potensi konflik yang dapat mempengaruhi
penyelenggaraan Pemilu 2014 tersebut, Polri perlu menyelenggarakan berbagai
upaya untuk menciptakan keamanan dalam negeri yang mantap sebagai bentuk
realisasi tugas pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia untuk memelihara
keamanan dalam negeri melalui penegakan hukum, pemeliharaan Kamtibmas
dan sebagai pengayom, pelindung dan pelayan masyarakat, berdasarkan UU No 2
tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam rangka menjawab
tuntutan masyarakat serta menghadapi tantangan tugas yang semakin berat dan
kompleks di tahun 2013 yang merupakan periode awal pelaksanaan Pemilu 2014.
Sesuai dengan Tema Rapim Polri 2013 yaitu Melalui Rapim Polri 2013 kita
tingkatkan sinergi polisional yang proaktif guna pelayanan prima dan tegaknya
hukum dalam rangka mewujudkan Kamdagri yang mantap menjelang Pemilu
2014, Kepolisian Negara Republik Indonesia akan menyelenggarakan rangkaian
kegiatan pengamanan tahapan Pemilu 2014 dengan mengedepankan langkah
taktis dan strategis Kepolisian disertai berbagai langkah terobosan kreatif (creative
breaktrough) dalam rangka penanganan konflik sosial yang terbagi dalam tiga
tahapan yaitu pencegahan konflik, penghentian konflik dan pemulihan pasca konflik.
Dengan demikian diharapkan dapat tercipta situasi Kamtibmas yang kondusif di

152 Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013


seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam rangka membangun
dan menciptakan rasa aman bagi semua penduduk, pemerintah, dan petugas Pemilu
untuk melaksanakan tugasnya masing-masing pada perhelatan demokrasi 2014
mendatang, serta terselenggaranya seluruh kegiatan tahapan Pemilu 2014dalam
keadaan aman, tertib dan lancar.

II. TINJAUAN KONDISI SOSIOLOGIS MASYARAKAT


1. IDEOLOGI
Ideologi Pancasila sebagai dasar dan falsafah hidup bangsa Indonesia
bersumber dari nilai-nilai gotong royong dan musyawarah untuk mencapai
mufakat. Kondisi ideologi saat ini dihadapkan pada permasalahan belum
diimplementasikannya nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara secara
menyeluruh dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Hal ini disebabkan oleh adanya perebutan pengaruh idiologi dunia yaitu
neoliberalisme, sosialisme dan radikalisme yang semakin mengikis nilai-nilai
Pancasila. Semakin diabaikannya nilai-nilai ketuhanan dan kemanusiaan dalam
kehidupan bermasyarakat, pelanggaran terhadap hak asasi manusia yang
makin meningkat, pemahaman yang kurang terhadap rasa persatuan dan
kesatuan bangsa sehingga sering menimbulkan konflik SARA, adanya kelompok
yang berpandangan nasionalisme sempit sehingga menjurus kepada gerakan
separatisme, degradasi toleransi antar umat beragama, serta adanya kemiskinan,
rasa ketidakadilan, dan fanatisme agama yang sempit semakin memberikan
peluang baik secara terselubung maupun terbuka, berupa keinginan dari
kelompok masyarakat tertentu untuk mengubah Pancasila dengan ideologi
lain yang berorientasi kepada faham agama, faham liberal, dan faham sosialis.
Memudarnya nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
serta lunturnya wawasan kebangsaan, nasionalisme dan patriotisme perlu
diwaspadai sebagai sumber potensi kerawanan konflik yang dapat mengganggu
stabilitas keamanan nasional menjelang penyelenggaraan Pemilu 2014.
2. POLITIK
Dalam tataran internasional, perkembangan Geopolitik Internasional
berlangsung sangat cepat dan kompleks di era globalisasi sehingga
menghadirkan fenomena gelombang perubahan politik global yang
berdampak terhadap tatanan kehidupan masyarakat dan hubungan antar
negara yang sangat dinamis. Perkembangan politik global setelah berakhirnya
perang dingin cenderung kearah unipolarisme. Negara-negara barat dibawah
pimpinan Amerika Serikat tumbuh menjadi kekuatan yang dominan di bidang

Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013 153


KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

politik dan ekonomi dalam rangka mempertahankan hegemoninya terhadap


kawasan lain khususnya Asia Timur dan Asia Tenggara yang memiliki sumber
energi besar guna mendukung kelangsungan hidup domestiknya. Namun
dengan kebangkitan perekonomian China, makin menguatnya peranan India
dan Rusia, serta terjadinya resesi ekonomi dunia barat yaitu Amerika Serikat
dan Eropa diperkirakan akan terjadi perimbangan kekuatan dibidang politik
global. Kawasan Asia tidak lagi menjadi ajang ekplorasi dan ekploitasi ekonomi
dan politik oleh negara-negara barat, akan tetapi perannya dibidang politik dan
ekonomi secara global mulai diperhitungkan.
Dalam tataran regional, situasi politik khususnya dikawasan Asia Tenggara
sesungguhnya diuntungkan dengan terbentuknya kerjasama regional Asia
Tenggara yaitu ASEAN pada tahun 1967 yang hingga saat ini masih merupakan
tali pengikat yang cukup ampuh untuk mempererat persahabatan bagi negara
negara di Asia Tenggara. Namun demikian harus diakui bahwa diantara negara
negara ASEAN secara tradisional terdapat hubungan yang rapuh dan kurang
harmonis akibat warisan permasalahan di masa lampau khususnya di dalam hal
perbatasan negara.
Dalam tataran nasional, situasi politik khususnya wilayah DKI Jakarta yang
mempengaruhi penyelenggaraan Pemilu 2014 adalah sebagai berikut:
a. Pihakpihak yang kecewa, dan tidak terakomodir aspirasinya dalam
partai politik akan membentuk partai politik baru, kondisi ini akan terus
berulang sehingga tidak ada lagi yang dibentuk dengan keinginan kuat
untuk menjadi besar, yang akibatnya Parpol baru hanya berfungsi untuk
memeriahkan Pemilu untuk selanjutnya hilang.
b. Semakin meningkat upaya kelompok penekan yang dimotori purnawirawan
TNI/Polri, dan tokoh politik dalam mengkritisi kinerja pemerintah SBY
Boediono beserta Kabinet Indonesia bersatu (KIB) nya. Dimana seluruh
aktivitas kelompok penekan diproyeksikan untuk membetuk pencitraan
bagi kepentingan Pemilu 2014.
c. Dalam implementasi kebebasan menyampaikan pendapat di muka umum
yang dilakukan oleh Mahasiswa/Ormas/LSM/kelompok masyarakat lainnya,
terdapat kecenderungan pelaksanaan unjuk rasa yang tidak terkendali/
kebablasan/melanggar hukum, bahkan disertai dengan tindakan anarkis,
seperti menggangu keamanan, dan ketertiban umum, merusak fasilitas
umum/milik negara, menghina Presiden/pejabat tertentu/lambang negara
tertentu, melakukan fitnah, merusak rumah/kendaraan/barang milik orang
lain, menyerang petugas/aparat keamanan.
d. Dalam implementasi kebebasan meyampaikan pendapat yang dilakukan

154 Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013


oleh insan pers (wartawan) terdapat kecenderungan kebebasan pers yang
tidak terkendali sehingga terjadi kasus pidana seperti fitnah/penghinaan,
pencemaran nama baik, penghasutan/provokasi.
3. EKONOMI
Secara makro ada tiga kelemahan utama perekonomian Indonesia
yaitu pertama adalah pemerataan distribusi ekonomi yang rendah sehingga
menimbulkan jurang perbedaan ekonomi yang lebar antara kelompok kaya
dan miskin, kedua adalah daya saing yang rendah dari produk-produk Indonesia
dibandingkan dengan produk asing karena masih lemahnya kualitas SDM dan
tekhnologi, serta ketiga adalah kepastian hukum yang rendah dibidang dunia
usaha dan birokrasi yang panjang khususnya dalam bidang investasi. Kondisi
perekonomian Indonesia yang jauh dari harapan merupakan potensi kerawanan
berkembangnya berbagai macam kejahatan, khususnya kejahatan yang berlatar
belakang ekonomi seperti pencurian biasa, pencurian dengan pemberatan,
pencurian dengan kekerasan, premanisme, penipuan, penggelapan, pemalsuan
dan berbagai jenis kejahatan lainnya.
Situasi ekonomi khususnya wilayah DKI Jakarta yang mempengaruhi
penyelenggaraan Pemilu 2014 adalah sebagai berikut:
a. Kenaikan harga minyak dunia yang selalu berpengaruh pada harga minyak
dalam negeri, sementara daya beli masyarakat rendah.
b. Berulangnya kenaikan, dan kelangkaan barang kebutuhan masyarakat
seperti beras, gula, minyak tanah, minyak goreng, telur, cabai, bawang
merah, daging, mentega, dan susu.
c. Investor asing masih enggan menanamkan modalnya ke Indonesia
terutama di DKI Jakarta dan sekitarnya, dengan alasan utama adalah tidak
ada kepastian hukum, regulasi yang ada dianggap tidak memihak kepada
investor, panjangnya rantai birokrasi perijinan, dan rancunya berbagai
peraturan pajak, sehingga mengganggu iklim usaha, sementara angka
pengangguran relatif tinggi.
d. Nilai tukar dollar terhadap rupiah sangat fluktuatif dan mudah terkena isu
politis.
e. Penambahan jumlah transportasi laut, dan udara oleh perusahaan
penerbangan, dan pelayaran guna memenuhi kebutuhan transportasi,
tanpa memperhatikan aspek keamanan (tidak memperhatikan kondisi
pesawat/ kapal yang sudah tua dan tidak layak terbang/berlayar).
f. Kebijakan penambahan jumlah kendaraan motor yang tidak diimbangi
dengan pembangunan sarana jalan berakibat kepada timbulnya

Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013 155


KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

berbagai masalah lalu lintas khususnya di kota besar seperti kemacetan,


kesemrawutan lalulintas, kecelakaan, dan sebagainya
g. Pembangunan gedung perkantoran, gedung untuk pusat perbelanjaan,
dan tempat-tempat hiburan yang tidak menyertakan polisi dan instansi
terkait sehingga terkadang ditemukan pembangunan yang tidak
memperhatikan Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal), seperti
lokasi parkir dan sistem pengamanan.
4. SOSIAL BUDAYA
Situasi umum tentang sosial budaya di Indonesia dilihat dari tiga aspek
yaitu: kehidupan sosial masyarakat, religi atau agama dan seni budaya.
a. Kehidupan sosial masyarakat, isu menonjol karakteristik masyarakat
Indonesia saat ini adalah mulai hilangnya semangat gotong royong,
lunturnya sopan santun dan budi pekerti, terkikisnya asas musyawarah
untuk mufakat dalam pengambilan keputusan, kurangnya rasa toleransi
terhadap pihak lain yang memiliki perbedaan, dan semakin mengentalnya
semangat primordialisme (kedaerahan) sehingga kondisi tersebut
menimbulkan banyak konflik sosial dalam masyarakat di Indonesia terjadi
baik yang berlatar belakang suku, agama, ras dan golongan (SARA).
b. Religi atau Agama, pemahaman dan implementasi ajaran agama yang
belum berkembang secara baik belum mampu meningkatkan keimanan
dan spiritualitas dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara sehingga berdampak pada munculnya fanatisme terhadap
salah satu agama. Berbagai permasalahan berlatar belakang agama muncul
yang berpotensi menimbulkan gangguan Kamtibmas seperti munculnya
banyak aliran agama yang bertentangan dengan agama aslinya (aliran
Ahmadiyah, aliran LDII, perguruan Mahesa Kurung, Al-Qiyadah Al Islamiyah,
dan berbagai aliran yang dinilai sesat).
c. Adat dan Seni Budaya, Indonesia adalah salah satu negara di dunia yang
memiliki kekayaan budaya yang sangat beragam baik seni tari, seni batik,
musik daerah (karawitan, gamelan, gambus, gambang kromong, dll), seni
pertunjukan (wayang kulit, reog, ketoprak, dll), seni ukir, seni kerajinan
tangan, dan lain sebagainya yang merupakan warisan leluhur yang sangat
tinggi nilai budayanya. Kemajemukan adat dan budaya daerah (lebih dari
500 suku bangsa, 5 agama dan berbagai aliran kepercayaan masyarakat)
selain merupakan potensi nasional juga merupakan potensi timbulnya
konflik, apabila tidak dikelola dengan baik dapat berkembang menjadi
kasus kerusuhan mahsa yang berlatarbelakang perbedaan adat dan
budaya.

156 Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013


Situasi dibidang sosial budaya khususnya diwilayah DKI Jakarta yang
mempengaruhi penyelenggaraan Pemilu 2014 adalah sebagai berikut :
a. DKI Jakarta, dan sekitarnya termasuk Bogor, Tangerang, Depok, dan Bekasi
adalah daerah yang dikelilingi oleh industri, sehingga timbul berbagai
masalah sosial yaitu : pemukiman yang tidak memenuhi syarat kesehatan,
tenaga kerja yang didominasi pendatang, pendatang tanpa keterampilan
memadai, lingkungan yang kumuh, kesemrawutan berlalu lintas,
pencemaran lingkungan.
b. Masih banyak terjadi tumpang tindih dokumen kepemilikan tanah di
wilayah DKI Jakarta bila diselesaikan secara hukum akan memakan waktu
yang cukup lama dan memerlukan biaya yang tidak sedikit. Sehingga
pihak-pihak yang terlibat untuk menguasai secara phisik, tidak segan-
segan menyewa dan menggunakan jasa preman. Hal demikian sangat
rawan terjadi bentrok antar preman dengan membawa etnik kedaerahan
asal mereka.
c. Penertiban bangunan liar untuk kepentingan pembangunan, sering
menimbulkan perlawanan di dorong beberapa faktor antara lain : harga
ganti rugi tidak cukup untuk membeli tanah ditempat lain, warga enggan
pindah karena dekat dengan tempat kerja, sekolah anak, dan sudah
cukup lama mendiami tempat tersebut, kurang sosialisasi dari pemerintah
setempat, warga tidak diajak musyawarah, warga di back up oleh LSM.
d. Banyaknya pendatang dari luar Jakarta yang tanpa kemampuan, dan
pendidikan serta ketrampilan memadai, sehingga menjadi beban di
Jakarta dan menjadi PMKS (Joki 3 in 1, pengamen, pengemis, dll).
e. Masalah perburuhan masih akan bergulir setiap tahun karena akan selalu
ada isu-isu baru yang digunakan oleh para buruh untuk tema aksi unjuk
rasa.
f. Masih tingginya angka kemacetan di wilayah DKI Jakarta karena masih
belum sempurnanya pembangunan sistem angkutan masal (busway,
monorail, dll) sehingga keluhan kemacetan masih terus berlanjut.
g. Masih tingginya penolakan terhadap rumah/tempat yang digunakan
untuk ibadah sehingga dikhawatirkan akan memicu terjadinya SARA.
h. Kurangnya kesadaran masyarakat di wilayah Polda Metro Jaya terhadap
pentingnya lingkungan hidup bagi kelangsungan hidup dapat berimplikasi
terhadap terjadinya berbagai bentuk bencana alam banjir, kebakaran, dan
lain-lain.

Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013 157


KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

5. PERTAHANAN KEAMANAN
Sejak berakhirnya era orde baru dan berganti dengan era reformasi, hal
yang penting dalam kehidupan bernegara di bidang pertahanan dan keamanan
negara Indonesia adalah terpisahnya Polri dan TNI sebagaimana dikukuhkan
dalam Ketetapan MPR Nomor : TAP MPR/VI/MPR/2000 tentang Pemisahan
Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia, yang
selanjutnya peran kedua institusi dimaksud secara rigid terpisah sebagaimana
ditentukan dalam Ketetapan MPR Nomor: TAP MPR/VII/MPR/2000 tentang
Peran Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Bidang pertahanan Negara diemban secara dominan oleh TNI yang didasarkan
pada Undang Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara,
sedangkan bidang keamanan nasional diemban secara dominan oleh POLRI
yang didasarkan pada Undang Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang
Kepolisian Negara Republik Indonesia.
a. Pertahanan Nasional
Situasi umum pertahanan nasional Indonesia adalah bahwa jumlah
personil TNI yang mengemban tugas menjaga seluruh kawasan nusantara
secara kuantitas masih belum memadai, karena banyak pulau pulau
terluar dan kawasan perbatasan yang rawan masih belum dijaga dengan
baik. Hal tersebut lebih diperparah oleh ketertinggalan alat utama sistim
pertahanan (Alutsista) yang dimiliki oleh TNI saat ini dalam hal kualitas
maupun kuantitas dari negara-negara tetangga, sehingga seringkali
khususnya wilayah perairan laut dan udara Indonesia dilanggar oleh
Negara lain, misalnyapencurian ikan oleh nelayan asing di perairan wilayah
Indonesia.
b. Keamanan Nasional
Dalam rangka memelihara keamanan dalam negeri yang diwujudkan
dalam pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, Polri didukung
oleh sebanyak kurang lebih 400.000 anggota yang tersebar di seluruh
wilayah Indonesia dan fasilitas pendukung yang semakin hari semakin baik.
Isu permasalahan dibidang keamanan yang saat ini menjadi atensi
Polri dan masyarakat adalah tentang permasalahan separatisme, terorisme,
kriminalitas dan gangguan Kamtibmas lainnya. Ancaman kelompok
separatisme terjadi di beberapa wilayah di Indonesia seperti: provinsi
Nanggroe Aceh Darussalam oleh kelompok Gerakan Aceh Merdeka (GAM),
provinsi Sulawesi Tengah, provinsi Maluku oleh kelompok Republik Maluku
Selatan (RMS), provinsi Papua oleh kelompok Organisasi Papua Merdeka
(OPM). Permasalahan Kamtibmas dan terorisme merupakan hal yang amat

158 Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013


kompleks yang menjadi domain tugas Polri sehingga isu mengenai hal
tersebut selalu menjadi atensi publik karena langsung berkaitan dengan
bidang kehidupan masyarakat.
Berbagai permasalahan keamanan khususnya diwilayah DKI Jakarta
juga disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut:
1) Masih rendahnya tingkat pemahaman, dan kesadaran masyarakat
terhadap pentingnya keamanan.
2) Masih rendahnya partisipasi masyarakat dalam mengamankan diri,
dan lingkungannya yang menganggap bahwa masalah keamanan
adalah hanya tanggung jawab aparat keamanan.
3) Turunnya kepatuhan, dan disiplin masyarakat terhadap hukum
sehingga pelanggaran hukum dianggap hal yang biasa, dan
cenderung dalam menangani masalah keamanan masyarakat
bertindak main hakim sendiri.
4) Berbagai masalah yang dihadapi masyarakat, baik permasalahan
dibidang politik, sosial ekonomi masyarakat maupun kondisi sosial
budaya.

III. KETENTUAN YURIDIS DALAM RANGKA TINDAKAN POLISIONIL


1. Undang Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara
Republik Indonesia.
2. Undang Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang KUHP
3. Undang Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang KUHAP.
4. Undang Undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilu anggota DPR,
DPD dan DPRD.
5. UU Nomor 2 tahun 2011 tentang Partai Politik
6. UU Nomor 15 tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilu
7. UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah sebagaimana
telah diubah terakhir kali dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun
2008
8. UU Nomor 7 Tahun 2012 tentang Penanganan Konflik Sosial
9. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 tentang
Pemilihan,Pengesahan Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala
Daerah dan Wakil Kepala Daerah sebagaimana telah diubah terakhir
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 49 Tahun 2008.

Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013 159


KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

10. Peraturan KPU RI Nomor 69 tahun 2009 tentang Tata Cara Kampanye
dan revisinya Peraturan KPU RI Nomor 14 tahun 2010
11. Peraturan KPU Nomor 11 Tahun 2012 tentang Tahapan, Program dan
Jadwal penyelenggaraan Pemilu anggota DPR, DPD dan DPRD Tahun
2014.
12. Peraturan KPU Nomor 15 tahun 2012 tentang Perubahan Kedua atas
Peraturan KPU Nomor 7 tahun 2012 tentang Tahapan, Program dan
Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), dan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah (DPRD) Tahun 2014.
13. Peraturan KPU Nomor 12 Tahun 2012 tentang Perubahan atas Peraturan KPU
Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pendaftaran, Verifikasi, dan Penetapan
Partai Politik Peserta Pemilu Anggota Dewan Perwakilan Rakyat,
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, dan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah Kabupaten/Kota.
14. Peraturan Bawaslu Nomor 14 Tahun 2009 tentang Perubahan Peraturan
Bawaslu Nomor 3 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Sekretariat Badan Pengawas Pemilihan Umum dan Sekretariat Panitia
Pengawas Pemilihan Umum.
15. Peraturan Bawaslu RI Nomor 20 tahun 2009 tentang Tata Cara
Pelaporan Dan Penanganan Pelanggaran Pemilihan Umum Kepala
Daerah dan Wakil Kepala Daerah dan revisinya Peraturan Bawaslu RI
Nomor 5 tahun 2012
16. Peraturan Bawaslu Nomor 10 Tahun 2012 tentang Pembentukan,
Pemberhentian, dan Penggantian antar Badan Pengawas Pemilu.
17. Peraturan bersama KPU, Bawaslu dan DKPP Nomor 13 Tahun 2012,
Nomor 11 Tahun 2012 dan Nomor 1 Tahun 2012 tentang Kode Etik
Penyelenggara Pemilihan Umum.
18. MOU Penegakan Hukum Terpadu (Gakumdu) Nomor : B 1837 / 0.1 /
Dsp.1 / 03 / 2012, Nomor : B / 08 / III / 2012 / Datro, Nomor : B / 057 /
Panwaslukada-DKI / B / III / 2012
19. Keputusan Rapat Pleno Panwaslu DKI tanggal 7 September 2012.

160 Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013


IV. ANALISIS POTENSI GANGGUAN (FKK) KONFLIK DALAM SETIAP TAHAPAN PEMILU
2014

Potensi gangguan yang dapat menimbulkan terjadinya konflik yang dapat


berpengaruh terhadap kelancaran dan keberhasilan penyelenggaraan Pemilu 2014
dalam proses pentahapan Pemilu Anggota Legislatif RI dan Pemilu Pasangan Presiden
- Wakil Presiden RI, yaitu:
1. PEMILU LEGISLATIF
a. Tahap Persiapan
1). Penataan Organisasi
Potensi gangguan konflik yang besumber dari penyelenggara
Pemilu/KPU, antara lain dalam kegiatan:
a) Keanggotaan KPU dan Bawaslu yang tidak kompeten, tidak netral
dan tidak memiliki kredibilitas yang tinggi dapat menimbulkan
keberpihakan kepada salah satu peserta Pemilu sehingga sangat
berpotensi menimbulkan konflik dalam penyelenggaraan
Pemilu .
b) Penggunaan anggaran KPU Pusat, KPU Provinsi, KPU Kabupaten/
Kota, antara lain berpotensi terjadinya Tindak Pidana Korupsi
dalam pengadaan logistik Pemilu.
c) Kurangnya pengawasan KPU terhadap perusahaan pencetakan
daftar calon Legislatif sehingga memungkinkan terjadinya
kesalahan pengetikan identitas, nomor urut, ukuran dan kualitas
daftar calon Legislatif.
d) Perusahaan-perusahaan percetakan yang memenangkan tender
pencetakan daftar calon Legislatif tidak siap menyelesaikan order
dari KPU sesuai dengan waktu yang telah disepakati.
e) Kurangnya pengawasan KPU terhadap perusahaan kurir yang
akan mendistribusikan daftar calon Legislatif seperti :
(1) Keterlambatan waktu/tidak sesuai jadwal.
(2) Salah alamat/tertukar.
(3) Pengiriman logistik jumlahnya kurang atau kelebihan.
(4) Logistik Pemilu rusak dalam pendistribusian.
(5) Kecelakaan dalam pendistribusian.
(6) Terjadi kebocoran pengamanan logistik Pemilu berupa surat
suara karena kalalaian pengawasan penyelenggara Pemilu
sehingga surat suara tersebar sebelum waktu pencoblosan.

Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013 161


KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

(7) Keterlambatan pembentukan perangkat penyelenggara


Pemilu sampai ke tingkat PPS.
(8) Penunggangan kepentingan politilk oleh Pengawas Pemilu
Independen (khususnya yang berasal dari luar negeri)
untuk kepentingan politik kelompok tertentu.
2). Potensi gangguan konflik dalam bimbingan teknis, sosialisasi dan
koordinasi penyelenggaraan Pemilu 2014
a) Jadwal pentahapan Pemilu 2014 tidak tepat waktu.
b) Sosialisasi kurang maksimal terhadap regulasi penyelenggaraan
Pemilu dan tata cara Pemilu yang berdampak kepada terjadinya
tumpang tindih peraturan, ketidakpastian hukum, multitafsir
peraturan perundang-undangan, pelanggaran pada saat
kampanye, kesalahan pada saat pemilihan di TPS dan berbagai
keresahan masyarakat selama penyelenggaraan Pemilu.
c) Kurangnya koordinasi antara KPU, Panwaslu, Muspida dan stake
holder terkait sehingga berdampak pada ketidaksiapan seluruh
pihak dalam memberikan kontribusi penyelenggaraan Pemilu
2014.
3). Potensi gangguan konflik dalam pengelolaan data dan informasi
Pemilu 2014
a) Keterlambatan dalam proses pengadaan hardware dan software
untuk pengelolaan data dan informasi Pemilu 2014.
b) Keterbatasan pemahaman operator pengelolaan data Pemilu
2014.
b. Tahap Penyelenggaraan
1). Potensi gangguan konflik dalam proses pendaftaran pemilih
a) Kelalaian dalam pendaftaran pemilih (tidak semua orang yang
berhak memilih terdaftar sebagai pemilih tetap)
b) Pendaftaran pemilih lebih dari sekali dengan memakai identitas
lain.
2) Potensi gangguan konflik dalam proses pendaftaran, penelitian,
penetapan peserta Pemilu dan bakal pasangan calon
a) Partai politik tertentu mengajukan protes dan gugatan politik
karena ketidakpuasan terhadap keputusan Departemen Hukum
dan HAM yang menyatakan tidak lolos verifikasi untuk menjadi
partai politik.
b) Partai politik tertentu mengajukan protes dan gugatan politik

162 Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013


(gugatan PTUN, gugatan pidana dan gugatan DKPP) karena
ketidakpuasan terhadap keputusan KPU yang menyatakan tidak
lolos verifikasi untuk menjadi peserta Pemilu 2014.
c) Calon anggota DPR/DPRD tertentu mengajukan protes tidak
menerima keputusan KPU/KPUD yang menyatakan tidak lolos
verifikasi.
d) Calon anggota DPD tertentu mengajukan protes tidak menerima
keputusan KPU/KPUD yang menetapkan tidak lolos Verifikasi.
e) Pendaftaran bakal pasangan calon. Tahap pengusungan bakal
calon oleh partai atau gabungan partai saat ini menyimpan
potensi sangat rawan terjadi gangguan keamanan. Partai
atau gabungan partai yang tidak dapat memenuhi ketentuan
peraturan perundang-undangan melakukan pengerahan masa
untuk melakukan berbagai aksi demonstrasi yang berujung
pada tindakan anarkisme.
3) Potensi gangguan konflik dalam proses penetapan jumlah kursi,
daerah pemilihan dan pasangan calon.
a) Ketidakpuasan dari Parpol tertentu atas keputusan penetapan
jumlah kursi dan daerah pemilihan.
b) Penetapan pasangan calon, diprediksi terjadi konflik di internal
partai pendukung bakal calon baik Presiden maupun Wakil
Presiden, karena adanya kepentingan dalam kelompok-
kelompok tertentu yang tidak lolos dalam penetapan pasangan
calon tersebut.
4) Potensi gangguan konflik dalam proses pencalonan anggota DPR /
DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten / Kota.
a) Perebutan nomor urut kecil di masing-masing Parpol sehingga
dapat menimbulkan intimidasi terhadap calon anggota Legislatif.
b) Ketidakpuasan terhadap hasil seleksi pimpinan Parpol dan
mekanisme Parpol yang dianggap tidak objektif, tidak transparan
dan disalahgunakan oleh partai.
c) Penolakan dari pendukung/simpatisan Parpol terhadap calon
anggota Legislatif yang dicalonkan sehingga menimbulkan
kontroversial dari masing-masing pendukung.
d) Protes dan gugatan dari para calon Legislatif terhadap daftar
calon tetap yang dikeluarkan oleh KPU.
5) Potensi gangguan konflik dalam proses kampanye

Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013 163


KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Masa kampanye merupakan periode partai politik untuk


mengajak dan mempengaruhi masyarakat untuk memilih calon
Legislatif maupun calon pasangan Presiden dan Wakil Presiden.
Tahap kampanye saat ini merupakan titik yang paling rawan terutama
kampanye terbuka yang melibatkan masa dalam jumlah yang banyak.
Kerawanan yang akan timbul antara lain: money politics, perkelaian
antar kelompok, penghadangan, penyanderaan dan bentuk-bentuk
pelanggaran Lalu lintas dan lain-lainnya.
6) Potensi gangguan konflik dalam proses masa tenang
Pada masa tenang sering terjadi kegiatan kampanye-kampanye
hitam (black campaign) dan money politic sehingga sangat rawan
terjadinya konflik baik antar partai, antar calon dan antar simpatisan
partai maupun calon.
7) Potensi gangguan konflik dalam proses pemungutan dan
penghitungan suara.
Pada hari pemungutan suara saat ini sering terjadi kerawanan
akibat adanya kelompok yang memaksa kelompok pendukung
lain untuk memilih calonnya dengan melakukan pemaksaan atau
menghalang-halangi pihak lain pendukung saingannya untuk tidak
melakukan pencoblosan. Potensi konflik yang mungkin timbul adalah:
teror, unjuk rasa, sabotase, pengusakan, perkelahian kelompok, dan
lain-lainnya.
8) Potensi gangguan konflik dalam proses penetapan hasil Pemilu.
Penetapan hasil Pemilu oleh KPU Pusat, Provinsi dan Kabupaten/
Kota saat ini sering memancing kerawanan akibat calon yang
dinyatakan kalah tidak menerima kekalahannya dengan melakukan
tindakan-tindakan yang mengganggu keamanan dan ketertiban.
Para pendukung calon yang kalah tidak menerima kekalahan dan
melakukan protes dengan berbagai kegiatan yang mengudang
kerawanan keamanan bahkan melakukan pelanggaran hukum.
Adapun bentuk ancaman yang akan terjadi antara lain : unjuk rasa,
penculikan, pembakaran, sabotase dan lain-lain.
9) Potensi gangguan konflik dalam proses penetapan perolehan jumlah
kursi dan calon terpilih.
a) Perebutan untuk mendapatkan kursi Legislatif di masing-masing
Parpol.
b) Penolakan dari masing-masing pendukung / simpatisan di
daerah maupun kota terhadap calon Legislatif/paslon yang

164 Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013


terpilih.
10) Potensi gangguan konflik dalam proses pengucapan sumpah / janji
a) Adanya hasutan dari kelompok tertentu yang tidak puas atas
keputusan penetapan hasil Pemilu.
b) Pengucapan pengucapan sumpah/janji Presiden dan Wakil
Presiden, pada tahap pelantikan berpontensi terjadinya
kerawanan gangguan Kamtibmas berupa upaya mengganggu,
menunda bahkan upaya menggagalkan pelantikan Presiden dan
Wakil Presiden yang tidak terpilih. Adapun bentuk ancaman yang
diprediksikan akan terjadi antara lain Unjuk rasa, memblokiran
jalan, pembakaran, sabotase, teror dan lain-lainya.
c. Tahap Penyelesaian
1) Pengajuan perselisihan hasil Pemilu anggota DPR, DPD, DPRD kepada
Mahkamah Konstitusi. Dalam periode ini sangat rawan potensi konflik
yang diakibatkan oleh pengerahan masa baik yang pro maupun
kontra terhadap perselisihan peserta Pemilu.
2) Dalam penyusunan laporan hasil penyelenggaraan Pemilu berpotensi
adanya kecurangan manipulasi data yang dilakukan oleh KPU
sehingga dapat menimbulkan gejolak masyarakat yang tidak puas
terhadap kinerja KPU.
3) Penyusunan laporan keuangan sebagai bentuk pertanggungjawaban
penyelenggaraan Pemilu yang berpotensi adanya indikasi tindak
pidana korupsi.
Berikut ini akan disajikan data prediksi potensi konflik pada proses
pentahapan Pemilu Legislatif 2014 dalam bentuk tabel yaitu: Tabel 3.1 Tahap
Persiapan, Tabel 3.2 Tahap Penyelenggaraan dan Tabel 3.3 Tahap Penyelesaian
sebagai berikut:

Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013 165


KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Tabel 3.1 Tahap Persiapan

NO PELAKSANA POTENSI UPAYA


TGL KEGIATAN
KERAWANAN
1.

9 Juni 2012 Susunan Tata Dilaksanakan oleh tidak sesuai UU Intelijen Pulbaket
s/d 9 juni Kerja KPU KPU
2013 Provinsi/ Kab/ Koordinasi kurang Polri menjadi ini-
Kota maksimal siator pertemuan
rutin untuk menin-
gkatkan koordinasi
di tingkat muspida
dan KPU

Penempatan LO
Polri pada KPU
tingkat Prov/Kab/
Kota

2. Agust 2012 Pendaftaran Dilaksanakan ole- Penunggangan Intelijen Pulbaket


s/d Maret Pemantau dan hKPU, KPU provinsi pemantau Pemilu
2014 Pemantauan dan untuk kepentingan
Pemilu politik tertentu
KPU kabupaten/
kota

3. Jan s/d Seleksi Ang- Dilaksanakan oleh Apabila anggota Intelijen Pulbaket
Desember gota KPU Prov/ KPU, dan KPU KPU tidak kredibel dan Penggalangan
2013 Kab/Kota provinsi dan tidak netral agar anggota KPU
terpilih bersikap
netral dan memiliki
kredibilitas

Binmas mendo-
rong agar proses
seleksi sesuai
prosedur

166 Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013


4. 9 Juni s/d Pengelolaan Dilaksanakan oleh - Tidak Akurat Intelijen Pulbaket
31 Desem- Data dan Infor- KPU
ber 2012 masi - Kesalahan LO agar monitor
setiap permasala-
pengetikan han
identitas Serse lidik dan sidik
adanya kesenga-
- Proses pen-
jaan yg berujung
gadaan alat yg
pidana
terlambat
Binmas dorong
- Keterbatasan
stakeholder dan
pemahaman op-
instansi terkait
erator pengolahan
untuk pelaksanaan
data dan informasi
pelatihan terpadu
terhadap operator

5. 01 Feb s/d Distribusi Dilaksanakan oleh - Terlambat Intelijen Pulbaket


08 April Logistik dan
2014 Perlengkapan Setjen KPU, Set KPU - Kurang Sabhara, Lantas
Pemungutan Pengawalan dan
provinsi, Set KPU - Hilang / rusak pengamanan
Suara
Logistik Pemiludari
kabupaten/kota - Korupsi
tahap awal sampai
- Perusahaan per- tahap akhir pelak-
cetakan tidak tepat sanaan Pemilu
waktu
Lidik dan sidik
- Salah alamat korupsi

- Logistik Pemilu Serse lidik dan sidik


Rusak adanya kemungki-
nan pidana
- Kecelakaan
dalam pengiriman

- Kebocoran shg
surat suara terse-
bar sebelum masa
pencoblosan

Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013 167


KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Tabel 3.2 Tahap Penyelenggaraan

POTENSI KER-
NO. TGL KEGIATAN PELAKSANA UPAYA
AWANAN

1. 09 Agst P e n d a f t a r a n , D i l a k s a n a k a n Penolakan : - Intelijen Pulbaket


2014 s/d verifikasi tahap/ oleh KPU dan penggalangan
14 Januari pengumuman - z
2013 dan pengun- - Serse sidik Pidana
dian serta pene-
- P e n g a m a n a n
tapan No.Urut
Kantor KPU
Parpol Peserta
Pemilu - Penyiapan PHH
dan Sabhara

- Gatur Lantas

- Koordinasi den-
gan Satgas Parpol,
Pamdal, Satpol PP

2. 09 Nop Pemutak hiran D i l a k s a n a k a n - M a s y a r a k a t - Intelijen pulbaket


2012 s/d 09 dan penyusu- oleh pemilih banyak dan penggalangan
April 2014 nan datar pe- tidak terdaftar
milih serta pemerintah dae- - Pengamanan di
penetapan DPT rah kepada KPU, - Pemilih ganda kantor KPU dan pen-
KPU provinsi / Pemilih Fiktif gawalan
dan
Mendagri, Gu- - Pe n g g e l e m - - Binmas memban-
bernur, bungan DPT tu sosialisasi kepada
masyarakat
KPU kabupaten/
kota serta data - Serse lidik dan si-
WNI di luar neg- dik pidana
eri Bupati dan
Walikota

serta Menteri
Luar

Negeri.

168 Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013


3. 10 Mei s/d P e n y u s u n a n PPLN dibantu - M a s y a r a k a t - Koordinasi dg Po-
10 Agst dan penetapan Pantarlih pemilih banyak lice Attache, SLO, LO
2013 DPT Luar Negeri tidak terdaftar di KBRI

- Pemilih ganda - Pengamanan KBRI


/ Pemilih Fiktif

- Pe n g g e l e m -
bungan DPT

4. 10 Des 2012 Penataan dan D i l a k s a n a k a n - Intelijen Pulbaket


s/d 09 Maret p e n e t a p a n oleh KPU Pusat,
2013 Dapil KPU Provinsi dan Gugatan MK - Pengamanan di
KPU gedung MK

kabupaten/kota
5. 09 s/d 15 P e n d a f t a r a n D i l a k s a n a k a n Rebutan Nomor - Pengamanan di
April 2013 Calon Anggota oleh KPU urut jadi ang- kantor-kantor Partai
DPR, DPD dan gota Legislatif Peserta Pemilu dan
DPRD Verifikasi Admin- kantor KPU
istrasi dan Fak-
tual kepada KPU
provinsi dan KPU

kabupaten/kota
6. 16 April s/d Pengumuman D i u m u m k a n Penolakan pen- - P e n g a m a n a n
27 Juli 2013 DCT anggota oleh KPU, gumuman hasil Kantor KPU
DPR, DPRD
provinsi dan DPRD kabupat- - P e l a k s a n a a n
4 Agust 2013 en/ kota sesuai MOU damai antara
Diumumkanoleh KPU provinsi dan Polri, Bawaslu , Peser-
KPU, KPU sesuai ta Pemilu dan KPU
sebelum
DPRD kabupat- tingkatannya
en/ kota
pelaksanaan kampa-
nye

Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013 169


KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

7. 11 Jan 2013 KAMPANYE : D i l a k s a n a k a n - Pe n g e r a h a n - Intelijen Pulbaket


s/d 05 April oleh peserta Pe- masa anarkis dan Penggalangan
2014 milu 2014
- Di luar jadwal - P e n g a m a n a n ,
Temu terbatas Pengawalan, Gaktib
tatap muka dan - Money politics lantas dalam pelaksa-
pemasangan naan Kampanye.
alat peraga - Pelanggaran
Lalu lintas - Penyiapan pasu-
kan PHH dan pasu-
kan Sabhara

- Koordinasi den-
gan stake holder ter-
kait (TNI, Satpol PP,
pokdarKamtibmas,
security) untuk pen-
gamanan terpadu

8 16 Maret Rapat Umum D i l a k s a n a k a n - Pe n g e r a h a n - Intelijen Pulbaket


s/d 05 April dan Iklan di Me- oleh peserta Pe- masa anarkis dan Penggalangan
2014 dia Masa/Elek- milu 2014
tronik - Di luar jadwal - P e n g a m a n a n ,
Pengawalan dan
- Money politics Gaktib lantas dalam
pelaksanaan rapat.
- Pelanggaran
Lalu lintas - Penyiapan pasu-
kan PHH dan pasu-
- Black cam-
kan Sabhara
paign
- Koordinasi den-
gan stake holder ter-
kait (TNI, Satpol PP,
pokdarKamtibmas,
security) untuk pen-
gamanan terpadu

170 Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013


9. 06 s/d 08 Masa tenang Seluruh peserta - Money Politic - Intelijen Pulbaket
April 2014 Pemilu 2014
- Sabotase - Patroli dalam hal
pembersihan alat
- Black cam- peraga kampanye
paign
- Koordinasi den-
- Isu SARA gan stake holder ter-
kait (TNI, Satpol PP,
pokdarKamtibmas,
security) untuk pen-
gamanan terpadu

- Binmas melaku-
kan sambang dan
penggalangan ter-
hadap tomas, toga,
toda untuk mencip-
takan Kamtibmas

10. 09 April P e m u n g u t a n D i l a k s a n a k a n - Intimidasi - Intelijen Pulbaket


2014 Suara oleh
- Money politics - P e n g a m a n a n ,
KPPS patroli, pengawalan
- Teror pada setiap lokasi TPS
- Unjuk Rasa - Koordinasi den-
gan stake holder ter-
- Sabotase
kait (TNI, Satpol PP,
- Pengrusakan pokdarKamtibmas,
security) untuk pen-
- P e r k e l a h i a n gamanan terpadu
kelompok
- Penyiapan pasu-
kan PHH dan pasu-
kan Sabhara

- Binmas melaku-
kan sambang dan
penggalangan ter-
hadap tomas, toga,
toda untuk mencip-
takan Kamtibmas

- Serse lidik dan si-


dik kemungkinan ter-
jadinya pidana

Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013 171


KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

11. 10 April s/d Rekapitulasi pe- D i l a k s a n a k a n - Penolakan ha- - Intelijen Pulbaket


07 Mei 2014 mungutan su- oleh sil
ara - P e n g a m a n a n
PPS/PPLN, PPK, - Pe n g e r a h a n kantor PPS/PPK, KPU
KPU KAB/Kota/ masa KAB/Kota/Prov
Prov
- Pengawalan ko-
tak suara dari TPS s/d
tempat rekapitulasi

- Pengamanan ko-
tak suara di PPS/PPK,
KPU KAB/Kota/Prov

- Koordinasi den-
gan stake holder ter-
kait (TNI, Satpol PP,
pokdarKamtibmas,
security) untuk pen-
gamanan terpadu

- Penyiapan pasu-
kan PHH dan pasu-
kan Sabhara

- Binmas melaku-
kan sambang dan
penggalangan ter-
hadap tomas, toga,
toda untuk mencip-
takan Kamtibmas

- Serse lidik dan si-


dik kemungkinan ter-
jadinya pidana

172 Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013


12. 07 s/d 09 Penetapan ha- D i l a k s a n a k a n - Penolakan - Intelijen Pulbaket
Mei 2014 sil Pemilu se- oleh KPU
cara Nasional - Pe n g e r a h a n - Koordinasi den-
dan penetapan masa gan stake holder ter-
Partai Politik kait (TNI, Satpol PP,
memenuhi am- - Unjuk rasa pokdarKamtibmas,
bang batas security) untuk pen-
- Culik
gamanan terpadu di
- Bakar kantor KPU

- Sabotase - Penyiapan pasu-


kan PHH dan pasu-
kan Sabhara

- Binmas melaku-
kan sambang dan
penggalangan ter-
hadap tomas, toga,
toda untuk mencip-
takan Kamtibmas

- Serse lidik dan si-


dik kemungkinan ter-
jadinya pidana

Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013 173


KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

13. 11 S/D 17 Penetapan kursi Ditetapkan oleh - Penolakan - Intelijen Pulbaket


Mei 2014 dan calon terpil- KPU
ih anggota DPR - Unjuk rasa dan - Koordinasi den-
dan DPD Pengerahan masa gan stake holder ter-
kait (TNI, Satpol PP,
pokdarKamtibmas,
security) untuk pen-
gamanan terpadu di
kantor KPU

- Penyiapan pasu-
kan PHH dan pasu-
kan Sabhara

- Binmas melaku-
kan sambang dan
penggalangan ter-
hadap tomas, toga,
toda untuk mencip-
takan Kamtibmas

- Serse lidik dan si-


dik kemungkinan ter-
jadinya pidana

174 Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013


14. 11 s/d 13 P e n e t a p a n Ditetapkan oleh - Penolakan - Intelijen Pulbaket
Mei 2014 perolehan kursi
dan calon ter- KPU provinsi - Unjuk rasa - Koordinasi den-
pilih gan stake holder ter-
kait

DPRD Prov, Kab/


Kota (TNI, Satpol PP, pok-
darKamtibmas, se-
curity) untuk penga-
manan terpadu di
kantor KPU

- Penyiapan pasu-
kan PHH dan pasu-
kan Sabhara

- Binmas melaku-
kan sambang dan
penggalangan ter-
hadap tomas, toga,
toda untuk mencip-
takan Kamtibmas

- Serse lidik dan si-


dik kemungkinan ter-
jadinya pidana

Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013 175


KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

15. Juli s/d Agst P e n g u c a p a n Oleh Sekretariat - Penolakan - Intelijen Pulbaket


2014 Sumpah/Janji DPRD
Anggota DPRD - Unjuk Rasa - Koordinasi den-
Kab/Kota ter- kabupaten/kota gan stake holder ter-
pilih kait (TNI, Satpol PP,
pokdarKamtibmas,
16. Agst s/d P e n g u c a p a n Oleh Sekretariat - Penolakan security) untuk pen-
Sept 2014 Sumpah/Janji DPRD gamanan terpadu di
Anggota DPRD - Unjuk Rasa kantor KPU
Prov terpilih Provinsi
- Penyiapan pasu-
17. 01 Oktober P e n g u c a p a n Oleh Sekretariat - Penolakan kan PHH dan pasu-
2014 Sumpah/Janji kan Sabhara
Anggota DPR Jenderal DPR - Unjuk Rasa
dan DPD - Binmas melaku-
- Blokir jalan kan sambang dan
penggalangan ter-
- Bakar
hadap tomas, toga,
- Sabotase toda untuk mencip-
takan Kamtibmas

- Serse lidik dan si-


dik kemungkinan ter-
jadinya pidana

- Lalu-lintas siapkan
rute alternatif

176 Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013


Tabel 3.3 Tahap Penyelesaian

POTENSI KER-
NO. TGL KEGIATAN PELAKSANA UPAYA
AWANAN

1. 12 s/d 14 Pengajuan -Parpol peser- - Pengera- - Intelijen Pulba-


Mei 2014 perselisihan hasil ta Pemilu han Masa Pro ket
Pemilu Anggota dan kontra
DPR, DPD, - Caleg - Koordinasi
12 s/d 14 Mei dengan stake holder
2014 terkait (TNI, Satpol
PP, pokdarKamtib-
dan DPRD kepada mas, security) untuk
Mahkamah Kon- pengamanan ter-
stitusi padu di kantor DPR,
DPRD, DPD dan MK

- Penyiapan
pasukan PHH dan
pasukan Sabhara

- Binmas melaku-
kan sambang dan
penggalangan ter-
hadap tomas, toga,
toda untuk mencip-
takan Kamtibmas

- Serse lidik dan


sidik kemungkinan
terjadinya pidana

- Gatur lantas

Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013 177


KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2. 1 Okt s/d Penyusunan Lapo- Dilakukan - Manipulasi - Intelijen Pulba-


1 Nov ran Penyelengga- oleh KPU Laporan ket
2014 raan Pemilu Pusat, KPU
provinsi, KPU - Pengamanan di
Kab /kota kantor KPU

- Serse lidik, sidik


tindak pidana

- Binmas sam-
bang dan peng-
galangan untuk
ciptakan Kamtibmas

3. 1 Juli s/d Penyusunan Lapo- Dilakukan - Korupsi - Intelijen Pulba-


31 Des ran Keuangan oleh KPU ket
2014 Pusat, KPU
provinsi, KPU - Serse lidik dan
Kab /kota sidik Tindak Pidana
Korupsi

2. PEMILU PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN


Sampai saat ini belum ada jadwal tahapan Pemilu Presiden yang
dikeluarkan secara resmi oleh KPU karena belum disahkannya RUU Pilpres tahun
2014, namun direncanakan pelaksanaannya pada 9 Juli 2014. Berdasarkan
proses tahapan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden yang telah dilaksanakan
pada tahun 2009 maka prediksi potensi gangguan konflik dalam setiap tahapan
Pemilu 2014 adalah sebagai berikut:
a. Potensi gangguan konflik dalam tahap pemutakhiran dan penyusunan
daftar pemilih
Kemungkinan potensi konflik akan muncul pada tahap pemutakhiran
Daftar Pemilih Sementara (DPS) Pilpres, pengumuman DPS dan tanggapan
masyarakat, perbaikan DPS hasil tanggapan masyarakat oleh PPS,
penetapan DPT dan rekapitulasi oleh KPU Kab / Kota, Rekapitulasi DPT di
KPU Provinsi, dan penetapan DPT tingkat Nasional. Potensi konflik tersebut
dapat berupa : penggelembungan suara masyarakat pemilih DPT, pemilih
banyak tidak terdaftar sebagai DPT, adanya pemilih fiktif, dan adanya
kecurangan pemilih ganda.
b. Potensi gangguan konflik dalam tahap pencalonan
Kemungkinan potensi konflik yang akan muncul pada tahap ini
adalah :

178 Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013


1) Pendaftaran pasangan Capres dan Cawapres.
2) Verifikasi terhadap kelengkapan dan kebenaran dokumen persyaratan
administrasi pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden.
3) Pemberitahuan secara tertulis hasil verifikasi kelengkapan dan
kebenaran dokumen persyaratan administrasi pasangan calon
Presiden dan Wakil Presiden kepada partai politik atau gabungan
partai politik.
4) Perbaikan kelengkapan persyaratan pasangan calon Presiden dan
Wakil Presiden.
5) Penyerahan perbaikan kelengkapan persyaratan pasangan calon
Presiden dan Wakil Presiden oleh partai politik atau gabungan partai
politik kepada KPU.
6) Verifikasi ulang kelengkapan dan kebenaran dokumen persyaratan
pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden.
7) Pemberitahuan secara tertulis hasil verifikasi ulang kelengkapan
persyaratan administrasi pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden.
8) Pemberitahuan pengusutan pasangan calon Presiden dan Wakil
Presiden oleh KPU kepada partai politik atau gabungan partai politik.
9) Pengusutan bakal pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden oleh
pengganti pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden oleh partai
politik dan gabungan partai politik.
10) Verifikasi kelengkapan dan kebenaran dokumen persyaratan
administrasi pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden pengganti.
11) Pemberitahuan secara tertulis hasil verifikasi kelengkapan dan
kebenaran dokumen persyaratan administrasi pasangan calon
Presiden dan Wakil Presiden pengganti.
12) Penetapan nama-nama calon Presiden dan Wakil Presiden dan
pengambilan nomor urut serta penetapan nomor urut dan
pengumuman pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden.
Potensi konflik yang dapat muncul dalam tahap ini adalah
adanya black campaign, adanya penolakan terhadap pasangan calon
Presiden dan Wakil Presiden yang diusung oleh parpol atau gabungan
Parpol, perpecahan internal Parpol atau gabungan Parpol, ancaman
dan intimidasi terhadap pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden
tertentu, bahkan sampai pada pengerahan masa yang pro dan kontra
yang dapat berujung pada tindakan anarkisme.
c. Potensi gangguan konflik dalam tahap kampanye

Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013 179


KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Potensi konflik yang dapat muncul selama kegiatan


kampanye adalah kecurangan start kampanye yang mendahului,
kampanye di luar jadwal, adanya money politics, black campaign, berbagai
pelanggaran lalu-lintas selama pelaksanaan kampanye yang mengganggu
ketertiban umum, sabotase terhadap pasangan calon Presiden dan Wakil
Presiden dari partai politik atau gabungan partai politik tertentu, berbagai
isu SARA dan pengerahan masa yang dapat berujung pada anarkisme serta
berbagai tindak pidana terkait dengan pelaksanaan Pemilu.
d. Potensi gangguan konflik dalam proses pemungutan suara dan
penghitungan suara
Kemungkinan potensi konflik akan muncul pada tahap
persiapan, pelaksanaan, penetapan dan pengumuman hasil Pemilu tahap I
secara Nasional, perselisihan hasil Pilpres dan penetapan hasil Pemilu pasca
putusan MK. Potensi konflik tersebut dapat berupa money politics, adanya
sabotase terhadap pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden dari partai
politik atau gabungan partai politik tertentu, adanya intimidasi dan teror
terhadap pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden, dan berbagai aksi
unjuk rasa yang dapat berujung pada anarkisme dan berbagai pelanggaran
pidana.
e. Potensi gangguan konflik dalam tahap putaran kedua
Kemungkinan potensi konflik akan muncul pada tahap pengadaan
dan distribusi logistik, kampanye putaran kedua, pelaksanaan pemungutan
suara putaran kedua, penetapan dan pengumuman hasil Pemilu tahap II
secara nasional, perselisihan hasil Pilpres, penetapan hasil Pemilu pasca
putusan MK, pelantikan dan sumpah / janji Presiden dan Wapres terpilih
dipandu oleh Ketua MK.
Potensi konflik yang dapat muncul adalah kecurangan start
kampanye yang mendahului, kampanye di luar jadwal, adanya money
politics, perpecahan internal Parpol atau gabungan Parpol, black campaign,
berbagai pelanggaran lalu-lintas selama pelaksanaan kampanye yang
mengganggu ketertiban umum, sabotase terhadap pasangan calon
Presiden dan Wakil Presiden dari partai politik atau gabungan partai
politik tertentu, berbagai isu SARA, adanya intimidasi dan teror terhadap
pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden, dan pengerahan masa yang
dapat berujung pada anarkisme serta berbagai tindak pidana seperti
pengerusakan, pengeroyokan, perkelahian masal, korupsi, dan berbagai
tindak pidana lainnya terkait dengan pelaksanaan Pemilu.

180 Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013


Tabel 3.4 Tahapan Pilpres dan Wapres
N PELAKSAN POTENSI
TAHAPAN UPAYA
O A KERAWANAN
I. PEMUTAKHIRAN DAN PENYUSUNAN DAFTAR PEMILIH

1 Pemutakhiran data - KPU - Tidak terdaftar - Intelijen pulbaket


. pemilih sementara Pusat, - Penggelembu dan
(DPS) Pilpres Provisi, ngan suara penggalangan
Kab / Kota - Pengamanan di
- Bawaslu kantor KPU dan
- Masyarak pengawalan
at pemilih - Binmas
membantu
sosialisasi
kepada
masyarakat
Serse lidik dan
sidik pidana

2 Pengumuman DPS - KPU - Tidak terdaftar - Intelijen pulbaket


. dan tanggapan Pusat, - Penggelembu dan
masyarakat Provisi, ngan suara penggalangan
Kab / Kota - Pengamanan di
kantor KPU
- Bawaslu
- Masyarak dan pengawalan
at pemilih - Binmas
membantu
sosialisasi
kepada
masyarakat
Serse lidik dan
sidik pidana

3 Perbaikan DPS hasil - KPU - Tidak terdaftar - Intelijen pulbaket


. tanggapan Pusat, - Penggelembu dan
masyarakat oleh PPS Provisi, ngan suara penggalangan
Kab / Kota - Pengamanan di
- Bawaslu kantor KPU dan
- Masyarak pengawalan
at pemilih - Binmas
membantu
sosialisasi
kepada
masyarakat
Serse lidik dan
sidik pidana

4 Penetapan DPT dan Dilaksanaka - Masyarakat - Intelijen pulbaket


. Rekapitulasi oleh n pemilih dan
KPU Kab / Kota, KPU Pusat, banyak tidak penggalangan
Provinsi, dan provinsi terdaftar - Pengamanan di
Nasional dan - Pemilih ganda kantor KPU dan
42
Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013 181
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

kabupaten/k / Pemilih Fiktif pengawalan


ota serta - Penggelembu - Binmas
data WNI di ngan DPT membantu
luar negeri sosialisasi
serta kepada
Menteri masyarakat
Luar - Serse lidik dan
Negeri. sidik pidana
II. PENCALONAN
1 Pendaftaran - KPU - Pengerahan - Intelijen Pulbaket
. pasangan Capres - Panwaslu masa dan
Cawapres - Partai Politik pendukung / penggalangan
- Tim parpol atau - Serse sidik
Kampanye / gabungan Pidana
Sukses parpol - Pengamanan
- Paslon - Black Kantor KPU dan
capres campaign kediaman paslon
cawapres - Penyiapan PHH
- dan Sabhara
- Gatur Lantas
- Koordinasi
dengan Satgas
Parpol, Pamdal,
Satpol PP
Koordinasi
dengan stake
holder terkait
(TNI, Satpol PP,
pokdarKamtibma
s, security) untuk
pengamanan
terpadu di kantor
DPR, DPRD,
DPD dan MK
- Binmas
melakukan
sambang dan
penggalangan
terhadap tomas,
toga, toda untuk
menciptakan
Kamtibmas
- Serse lidik dan
sidik
kemungkinan
terjadinya pidana
- Menempatkan
LO di setiap tim
kampanye dan
KPU

2 Proses verifikasi - Dilaksana - Penolakan - Intelijen Pulbaket


. administrasi kan oleh - Black dan
43

182 Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013


persyaratan Capres KPU campaign penggalangan
dan Cawapres - Paslon - Serse sidik
capres Pidana
cawapres - Pengamanan
Kantor KPU dan
kediaman paslon
- Penyiapan PHH
dan Sabhara
- Gatur Lantas

- Koordinasi
dengan Satgas
Parpol, Pamdal,
Satpol PP
- Menempatkan
LO di setiap tim
kampanye dan
KPU
3 Verifikasi dukungan - KPU - Penolakan - Intelijen Pulbaket
. partai politik /- Bawaslu - Black dan
gabungan partai - Partai Politik campaign penggalangan
politik terhadap - Tim - Pecah - Serse sidik
paslon Capres dan Kampanye / dukungan / Pidana
Cawapres. Sukses konflik internal - Pengamanan
- Paslon parpol Kantor KPU dan
Capres- kediaman paslon
Cawapres - Penyiapan PHH
dan Sabhara
- Gatur Lantas
- Koordinasi
dengan Satgas
Parpol, Pamdal,
Satpol PP
- Menempatkan
LO di setiap tim
kampanye dan
KPU

4 Penetapan nama- - KPU - Pengerahan - Intelijen Pulbaket


. nama Capres -- Bawaslu masa dan
Cawapres dan - Partai Politik pendukung / penggalangan
pengambilan nomor - Tim parpol atau - Serse sidik
urut serta penetapan Kampanye / gabungan Pidana
nomor urut dan Sukses parpol - Pengamanan
pengumuman paslon - Paslon - Black Kantor KPU dan
Presiden dan Wapres. Capres- campaign kediaman Paslon
Cawapres - Ancaman - Penyiapan PHH
terhadap dan Sabhara
Paslon - Gatur Lantas
- Koordinasi
- dengan Satgas
Parpol, Pamdal,
Satpol PP
44

Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013 183


KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Koordinasi
dengan stake
holder terkait
(TNI, Satpol PP,
pokdarKamtibma
s, security) untuk
pengamanan
terpadu di kantor
DPR, DPRD,
DPD dan MK
- Binmas
melakukan
sambang dan
penggalangan
terhadap tomas,
toga, toda untuk
menciptakan
Kamtibmas
- Serse lidik dan
sidik
kemungkinan
terjadinya pidana
- Menempatkan
LO di setiap tim
kampanye dan
KPU
III KAMPANYE Dilaksanaka - Pengerahan - Intelijen Pulbaket
n oleh masa anarkis dan
peserta - Di luar jadwal Penggalangan
Pemilu 2014 - Money - Pengamanan,
(Paslon politics Pengawalan,
Capres- - Pelanggaran Gaktib lantas
Cawapres, Lalu lintas dalam
Timses, pelaksanaan
Parpol) Kampanye.
- Penyiapan
pasukan PHH
dan pasukan
Sabhara
- Koordinasi
dengan stake
holder terkait
(TNI, Satpol PP,
pokdarKamtibma
s, security) untuk
pengamanan
terpadu
- Menempatkan
LO di setiap tim
kampanye dan
KPU

184 Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013 45


IV MASA TENANG Seluruh - Money - Intelijen Pulbaket
peserta Politics - Patroli dalam hal
Pemilu 2014 - Sabotase pembersihan alat
- Black peraga
campaign kampanye
- Isu SARA - Koordinasi
dengan stake
holder terkait
(TNI, Satpol PP,
pokdarKamtibma
s, security) untuk
pengamanan
terpadu
- Binmas
melakukan
sambang dan
penggalangan
terhadap tomas,
toga, toda untuk
menciptakan
Kamtibmas
- Menempatkan
LO di setiap tim
kampanye dan
KPU

V PEMUNGUTAN SUARA DAN PENGHITUNGAN SUARA


1 Persiapan Dilaksanaka - Intimidasi - Intelijen Pulbaket
n oleh - Money - Pengamanan,
KPPS Politics patroli,
- Teror pengawalan
- Unjuk Rasa pada setiap
- Sabotase lokasi TPS
- Pengrusakan - Koordinasi
- Perkelahian dengan stake
kelompok holder terkait
(TNI, Satpol PP,
pokdarKamtibma
2 Pelaksanaan Dilaksanaka - Intimidasi
s, security) untuk
. n oleh - Money
pengamanan
KPPS Politics
terpadu
- Teror
- Penyiapan
- Unjuk Rasa
pasukan PHH
- Sabotase
dan pasukan
- Pengrusakan
Sabhara
- Perkelahian
- Binmas
kelompok
melakukan
sambang dan
penggalangan
terhadap tomas,
toga, toda untuk
menciptakan
46

Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013 185


KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Kamtibmas
- Serse lidik dan
sidik
kemungkinan
terjadinya pidana
- Menempatkan
LO di setiap tim
kampanye dan
KPU
- Pengamanan
paslon capres
cawapres

3 Penetapan dan Dilaksanaka - Penolakan - Intelijen Pulbaket


. pengumuman hasil n oleh KPU - Pengerahan - Koordinasi
Pemilu tahap I secara masa dengan stake
Nasional - Unjuk rasa holder terkait
- Culik (TNI, Satpol PP,
- Bakar pokdarKamtibma
- Sabotase s, security) untuk
pengamanan
terpadu di kantor
KPU
- Penyiapan
pasukan PHH
dan pasukan
Sabhara
- Binmas
melakukan
sambang dan
penggalangan
terhadap tomas,
toga, toda untuk
menciptakan
Kamtibmas
- Serse lidik dan
sidik

kemungkinan
terjadinya pidana
- Menempatkan
LO di setiap tim
kampanye dan
KPU
- Pengamanan
paslon capres
cawapres

4 Perselisihan hasil - Parpol - Pengerahan - Intelijen Pulbaket


. Pilpres peserta Masa Pro dan - Koordinasi
Pemilu kontra dengan stake
- Capres / holder terkait
Cawapres (TNI, Satpol PP,
47

186 Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013


- Bawaslu pokdarKamtibma
- MK s, security) untuk
pengamanan
terpadu di kantor
DPR, DPRD,
DPD dan MK
- Penyiapan
pasukan PHH
dan pasukan
Sabhara
- Binmas
melakukan
sambang dan
penggalangan
terhadap tomas,
toga, toda untuk
menciptakan
Kamtibmas
- Serse lidik dan
sidik
kemungkinan
terjadinya pidana
- Gatur lantas
- Menempatkan
LO di setiap tim
kampanye dan
KPU
- Pengamanan
paslon capres
cawapres

5 Penetapan hasil - KPU - Penolakan - Intelijen Pulbaket


. Pemilu pasca putusan - MK - Unjuk rasa - Koordinasi
MK dengan stake
holder terkait
(TNI, Satpol PP,
pokdarKamtibma
s, security) untuk
pengamanan
terpadu di kantor
KPU
- Penyiapan
pasukan PHH
dan pasukan
Sabhara
- Binmas
melakukan
sambang dan
penggalangan
terhadap tomas,
toga, toda untuk
menciptakan
Kamtibmas
48

Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013 187


KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

- Serse lidik dan


sidik
kemungkinan
terjadinya pidana
- Menempatkan
LO di setiap tim
kampanye dan
KPU
- Pengamanan
paslon capres
cawapres

VI. TAHAP II
1 Pengadaan dan - KPU - Terlambat - Intelijen Pulbaket
. distribusi - Kurang - Sabhara, Lantas
- Hilang / rusak Pengawalan dan
pengamanan
- Korupsi Logistik
- Perusahaan
percetakan Pemiludari tahap
tidak tepat awal sampai
waktu tahap akhir
- Salah alamat pelaksanaan
- Logistik Pemilu Pemilu
Rusak - Lidik dan sidik
- Kecelakaan korupsi
dalam - Serse lidik dan
pengiriman sidik adanya
- kebocoran shg kemungkinan
surat suara pidana
tersebar
sebelum masa
pencoblosan

2 Kampanye putaran II Dilaksanaka - Pengerahan - Intelijen Pulbaket


. n oleh masa anarkis dan
peserta - Di luar jadwal Penggalangan
Pemilu 2014 - Money - Pengamanan,
(Paslon politics Pengawalan,
Capres- - Pelanggaran Gaktib lantas
Cawapres, Lalu lintas dalam
Timses, pelaksanaan
Parpol) Kampanye.
- Penyiapan
pasukan PHH
dan pasukan
Sabhara
- Koordinasi
dengan stake
holder terkait
(TNI, Satpol PP,
pokdarKamtibma
s, security) untuk
49

188 Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013


pengamanan
terpadu
- Menempatkan
LO di setiap tim
kampanye dan
KPU
- Pengamanan
paslon capres
cawapres

3 Pelaksanaan Dilaksanaka - Intimidasi - Intelijen Pulbaket


. pemungutan suara n oleh - Money - Pengamanan,
KPPS politics patroli,
- Teror pengawalan
- Unjuk Rasa pada setiap
- Sabotase lokasi TPS
- Pengrusakan - Koordinasi
- Perkelahian dengan stake
kelompok holder terkait
(TNI, Satpol PP,
pokdarKamtibma
s, security) untuk
pengamanan
terpadu
- Penyiapan
pasukan PHH
dan pasukan
Sabhara
- Binmas
melakukan
sambang dan
penggalangan
terhadap tomas,
toga, toda untuk
menciptakan
Kamtibmas
- Serse lidik dan
sidik
kemungkinan
terjadinya pidana
- Menempatkan
LO di setiap tim
kampanye dan
KPU
- Pengamanan
paslon capres
cawapres

4 Penetapan dan Ditetapkan - Penolakan - Intelijen Pulbaket


. pengumuman hasil oleh - Unjuk rasa - Koordinasi
Pemilu Tahap II KPU dengan stake
secara Nasional holder terkait
(TNI, Satpol PP,
50

Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013 189


KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

pokdarKamtibma
s, security) untuk
pengamanan
terpadu di kantor
KPU
- Penyiapan
pasukan PHH
dan pasukan
Sabhara
- Binmas
melakukan
sambang dan
penggalangan
terhadap tomas,
toga, toda untuk
menciptakan
Kamtibmas
- Serse lidik dan
sidik
kemungkinan
terjadinya pidana
- Menempatkan
LO di setiap tim
kampanye dan
KPU
- Pengamanan
paslon capres
cawapres

5 Perselisihan hasil - Parpol - Pengerahan - Intelijen Pulbaket


. Pilpres peserta Masa Pro dan - Koordinasi
Pemilu kontra dengan stake
- Capres / holder terkait
Cawapres (TNI, Satpol PP,
- Bawaslu pokdarKamtibma
- MK s, security) untuk
pengamanan
terpadu di kantor
DPR, DPRD,
DPD dan MK
- Penyiapan
pasukan PHH
dan pasukan
Sabhara
- Binmas
melakukan
sambang dan
penggalangan
terhadap tomas,
toga, toda untuk
menciptakan
Kamtibmas
- Serse lidik dan
51

190 Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013


sidik
kemungkinan
terjadinya pidana
- Gatur lantas
- Menempatkan
LO di setiap tim
kampanye dan
KPU
- Pengamanan
paslon capres
cawapres

6 Penetapan hasil - KPU - Penolakan - Intelijen Pulbaket


. Pemilu pasca putusan - MK - Unjuk rasa - Koordinasi
MK dengan stake
holder terkait
(TNI, Satpol PP,
pokdarKamtibma
s, security) untuk
pengamanan
terpadu di kantor
KPU dan MK
- Penyiapan
pasukan PHH
dan pasukan
Sabhara
- Binmas
melakukan
sambang dan
penggalangan
terhadap tomas,
toga, toda untuk

menciptakan
Kamtibmas
- Serse lidik dan
sidik
kemungkinan
terjadinya pidana
- Menempatkan
LO di setiap tim
kampanye dan
KPU
- Pengamanan
paslon capres
cawapres

7 Pelantikan dan Oleh - Penolakan - Intelijen Pulbaket


. sumpah / janji Sekretariat - Unjuk Rasa - Koordinasi
Presiden dan Wapres DPRD dengan stake
terpilih dipandu oleh kabupaten/k holder terkait
ketua MA ota (TNI, Satpol PP,
pokdarKamtibma
52

Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013 191


KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

s, security) untuk
pengamanan
terpadu di kantor
KPU
- Penyiapan
pasukan PHH
dan pasukan
Sabhara
- Binmas
melakukan
sambang dan
penggalangan
terhadap tomas,
toga, toda untuk
menciptakan
Kamtibmas
- Serse lidik dan
sidik
kemungkinan
terjadinya pidana
- Lalu-lintas
siapkan rute
alternatif
- Menempatkan
LO di setiap tim
kampanye dan
KPU
- Pengamanan
pasangan capres
cawapres
terpilih.

V. KEBIJAKAN PENANGGULANGAN KONFLIK DALAM SETIAP TAHAPAN


PEMILU 2014
1. Kebijakan penanggulangan terhadap potensi gangguan (FKK)
a. Optimalisasi fungsi intelijen bukan hanya anggota intelijen tapi
seluruh anggota Polri dalam rangka kegiatan pendeteksian dini
(early warning) untuk melakukan upaya Pulbaket dalam rangka
mengumpulkan semua informasi berdasarkan fakta maupun isu-
isu terkini yang berkembang untuk dianalisa guna mengetahui
akar permasalahan dan mampu melakukan upaya-upaya

192 Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013


53
V. KEBIJAKAN PENANGGULANGAN KONFLIK DALAM SETIAP TAHAPAN PEMILU
2014
1. Kebijakan penanggulangan terhadap potensi gangguan (FKK)
a. Optimalisasi fungsi intelijen bukan hanya anggota intelijen tapi
seluruh anggota Polri dalam rangka kegiatan pendeteksian dini
(early warning) untuk melakukan upaya Pulbaket dalam rangka
mengumpulkan semua informasi berdasarkan fakta maupun isu-
isu terkini yang berkembang untuk dianalisa guna mengetahui akar
permasalahan dan mampu melakukan upaya-upaya antisipasi
terhadap setiap permasalahan yang muncul dalam setiap tahapan
Pemilu 2014.
b. Menempatkan LO (Liaison Officer) anggota intelijen di KPU, team
kampanye, Bawaslu, setiap peserta Pemilu dan kelompok
masyarakat untuk upaya monitoring dan identifikasi terhadap
setiap perkembangan informasi dan setiap perubahan situasi yang
terjadi yang terkait dengan setiap tahapan Pemilu 2014 yang dapat
berdampak pada perubahan situasi keamanan dan ketertiban
masyarakat, gejolak masyarakat yang bisa berdampak pada konflik
masyarakat yang lebih luas.
c. Binmas melakukan sambang dan penggalangan terhadap tomas,
toga, toda untuk menciptakan situasi keamanan dan ketertiban
masyarakat yang kondusif menjelang pelaksanaan Pemilu 2014
dengan memberikan informasi dan pemahaman yang tepat dan
benar terkait pelaksanaan Pemilu dan isu-isu yang berkembang
di masyarakat. Penggalangan terhadap berbagai tokoh dalam
masyarakat sangat penting, karena pada dasarnya tokoh
masyarakat memegang posisi yang penting sebagai pimpinan
kontrol masyarakat atau kelompok tertentu sehingga dapat
mencegah berkembangnya konflik yang dapat mengganggu
keamanan dan ketertiban masyarakat.
2. Kebijakan penanggulangan terhadap ambang gangguan (PH)
a. Penyiapan Pasukan Sabhara sebagai tim pengamanan secara
cepat dan responsif bilamana sewaktu-waktu terjadi eskalasi
peningkatan situasi keamanan kearah destruktif oleh kelompok
masyarakat terkait dengan situasi politik menjelang pelaksanaan
Pemilu 2014. Kehadiran anggota pasukan sabhara dalam rangka
pengamanan akan mengurangi adanya niat perorangan ataupun
kelompok masyarakat untuk melakukan kegiatan yang mengarah

Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013 193


KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

pada gangguan Khamtibmas selama pelaksanaan Pemilu serta


mencegah adanya perilaku anarkis destruktif.
b. Pembentukan tim negosiator sangat penting dalam rangka
memfasilitasi atau melakukan negosiasi bilamana terjadi pertikaian
antara kedua belah pihak yang membawa kepentingan berbedan
dalam setiap tahapan Pemilu.
c. Pengaturan dan pengawalan lalu-lintas bertujuan untuk menjaga
keamanan, ketertiban dan kelancaran arus lalu-lintas selama
penyelenggaraan Pemilu 2014. Kehadiran anggota lalu-lintas
diharapkan dapat membantu kelancaran pelaksanaan kampanye,
distribusi logistik Pemilu, pengawalan calon Legislatif serta
memberikan kelancaran pelaksanaan kegiatan masyarakat yang
lainnya selama penyelenggaraan Pemilu 2014.
d. Koordinasi dengan Satgas Parpol, Pamdal, Satpol PP koordinasi
dengan stake holder terkait (TNI, Satpol PP, pokdarKamtibmas,
sekuriti) untuk pengamanan terpadu di kantor DPR, DPRD, DPD dan
MK. Pengamanan terpadu sangat penting mengingat keterbatasan
anggota personil kepolisian dalam melakukan pengamanan
rangkaian kegiatan penyelenggaraan Pemilu 2014.
3. Kebijakan penanggulangan terhadap gangguan nyata (AF)
a. Penyiapan Pasukan Huru-Hara (PHH) dari satuan Brimob sebagai tim
penindak taktis di lapangan apabila sewaktu-waktu ada peningkatan
eskalasi keadaan masyarakat atau kelompok masyarakat yang
mengarah anarkis destruktif yang berpotensi menimbulkan banyak
korban luka dan materi, gangguan stabilitas keamanan yang
meluas dan dapat menggagalkan penyelenggaraaan Pemilu 2014
dengan melakukan sabotase, pembakaran, pengerusakan kantor
KPU, Bawaslu dan lain sebagainya.
b. Melakukan penegakan ketertiban lalu-lintas dengan memberikan
tilang dan melakukan penindakan tegas terhadap setiap pelanggaran
lalu-lintas untuk menjaga keselamatan, ketertiban dan kelancaran
serta kenyamanan masayrakat pengguna jalan yang lainnya.
c. Fungsi reserse melakukan penyidikan terhadap berbagai tindak
pidana yang terjadi selama penyelenggaraan Pemilu 2014 yang
dilaksanakan secara professional, proporsional dan konsekwen
untuk memberikan kepastian hukum dalam rangka menciptakan
situasi Kamtibmas yang mantap menjelang penyelenggaraan
Pemilu 2014. Berbagai pelanggaran dan tindak pidana yang mungkin

194 Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013


terjadi misalnya pembakaran, pengerusakan, pengeroyokan,
penganiayaan, pemalsuan surat, dan lain sebagainya.
VI. ANALISIS SOLUSI PENANGGULANGAN KONFLIK DALAM SETIAP TAHAPAN PEMILU
TAHUN 2014

1. Metode pre-emtif berisi konsepsi untuk menghilangkan / mengeliminir


FKK dan kesempatan.
a. Optimalisasi fungsi Intelijen dalam setiap tahapan Pemilu Legislatif maupun
Pemilu Presiden dimaksudkan untuk mendeteksi dini, mengumpulkan
informasi dan menentukan akar masalah sehingga tidak berkembang
menjadi Police Hazard.
b. Menempatkan Liaison Officer (LO) dimaksudkan untuk mengetahui
permasalahan maupun informasi yang berkembang di KPU, Bawaslu dan
tim kampanye serta dapat mencegah terjadinya penyimpangan yang
dilakukan oleh penyelenggara Pemilu.
c. Optimalisasi fungsi Binmas bertujuan agar dapat memberikan sosialisasi
terhadap setiap perkembangan tahapan Pemilu dan melakukan
penggalangan terhadap tomas, toga, toda untuk bersama-sama
menciptakan situasi Kamtibmas sehingga dapat menekan munculnya
potensi konflik yang dapat muncul.
2. Metode preventif berisi konsepsi menghilangkan niat dan menghambat
Police Hazard.
a. Menempatkan pasukan Sabhara dimaksudkan untuk mencegah
Police Hazard agar tidak berkembang menjadi ancaman faktual karena
dengan menempatkan personil pam terbuka dapat mencegah orang
atau kelompok yang berniat untuk melakukan tindakan kriminal, serta
memberikan rasa aman bagi masyarakat.
b. Menempatkan personil lalu-lintas bertujuan untuk melakukan pengaturan
lalu- lintas agar tercipta Kamseltibcarlantas.
c. Melakukan koordinasi dengan stake holder guna mencari solusi dalam
pemecahan masalah maupun pencegahan terjadinya Potensi konflik.
d. Optimalisasi fungsi Binmas bertujuan agar dapat memberikan sosialisasi
terhadap setiap perkembangan tahapan Pemilu dan melakukan
penggalangan terhadap tomas, toga, toda untuk bersama-sama
menciptakan situasi Kamtibmas sehingga dapat menekan munculnya
potensi konflik yang dapat muncul.

Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013 195


KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

3. Metode represif yang sistematis, sesuai prosedur hukum dan efektif.

a. Menempatkan fungsi Brimob dimaksudkan untuk melakukan


tindakan yang terukur dan sesuai prosedur terhadap dua kelompok
yang berkonflik dengan pengerahan pasukan yang berimbang
dengan jumlah masa, sehingga dapat meredam konflik tersebut
secara efektif.
b. Melakukan penegakan hukum terhadap pengguna jalan pada
tahapan Pemilu seperti tahap Kampanye sehingga memberikan efek
jera dan mencegah terjadinya Laka Lantas pada saat kampanye.
c. Ketika tindak pidana sudah terjadi maka fungsi reserse melakukan
proses penyidikan melalui sentra Gakkumdu untuk mengungkap
tindak pidana tersebut sesuai prosedur hukum yang berlaku.

VII. LANGKAH-LANGKAH PENANGGULANGAN KONFLIK DALAM SETIAP TAHAPAN


PEMILU TAHUN 2014
Langkah-langkah dalam rangka mengantisipasi dan menanggulangi terjadinya
konflik pada setiap tahapan Pemilu 2014 difokuskan melalui berbagai kebijakan
langkah taktis yang merupaan terobosan kreatif (creative breaktrough) dan kebijakan
langkah strategis dengan mengedepankan metode preemptif, preventif dan represif
yang bersifat rekomendasi sebagai berikut:
1. Langkah Taktis yang merupakan terobosan kreatif
Berdasarkan Undangundang nomor 7 tahun 2012 tentang Penanganan
Konflik Sosial, Polda Metro Jaya membagi langkah taktis penanganan konflik
sosial menjadi tiga tahapan, yaitu pencegahan konflik, penghentian konflik
dan pemulihan pasca konflik, berdasarkan jenis serta eskalasi konflik yang
terjadi disertai optimalisasi sinergi polisionil dengan merangkul berbagai
elemen masyarakat serta instansi lintas sektoral dalam mendukung upaya
penanggulangan dan antisipasi terjadinya konflik dalam penyelenggaraan
Pemilu 2014. Adapun penjabaran dari langkah taktis penanganan konflik sosial
Polda Metro Jaya, sebagai berikut:
a. Pencegahan Konflik
1) Optimalisasi fungsi Intelijen
Dalam setiap konflik yang terjadi, seringkali banyak pihak
menyatakan bahwa fungsi Intelijen tidak berperan dengan baik untuk
melakukan deteksi dini dalam rangka pencegahan sehingga dalam
rangka optimalisasi fungsi intelijen, Polda Metro Jaya telah mengubah
paradigma fungsi Intelijen yang cenderung tertutup dan pragmatis

196 Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013


menjadi pola Intelijen yang lebih terbuka kepada sasaran dengan
tujuan untuk menggali bahan keterangan, mengetahui sumber pokok
permasalahan sosial sampai ke akarnya sehingga dapat ditemukan
solusi yang terbaik untuk semua pihak yang bermasalah sehingga
dapat mencegah terjadinya konflik yang berkelanjutan dan semakin
meluas. Fungsi intelijen Polda Metro Jaya dengan mengedepankan
satuan kewilayahan di tingkat polres dan polsek sebagai basis deteksi
dini terhadap setiap permasalahan yang dapat menimbulkan konflik
sosial, melakukan proses identifikasi/pemetaan dan analisa/prediksi
yang tepatsehingga dapat dirumuskan berbagai kebijakan terhadap
solusi pemecahan permasalahan yang terjadi.
Setiap Polsek wajib membuat panel data yang berisi Intel Dasar,
Intel Aktual, Faktor Korelatif Kriminogen (potensi gangguan), Police
Hazard (ambang gangguan) dan Ancaman Faktual (gangguan nyata).
Proses pemetaan ini harus diisi setiap hari berdasarkan informasi
aktual yang diploting di dalam peta serta dipadukan dengan kegiatan
insidentil masyarakat/kalender Kamtibmas sehingga nanti dapat
terlihat daerah mana yang paling rawan terjadinya konflik. Hal ini
dapat menjadi acuan kegiatan operasional fungsi fungsi yang lain
serta sebagai dasar dalam pembuatan rencana kegiatan.
2) Optimalisasi fungsi Binmas
Kegiatan Kepolisian dalam konsep perpolisian modern lebih
dititikberatkan pada pencegahan gangguan Kamtibmas secara
proaktif dengan melibatkan partisipasi aktif masyarakat. Apabila
dikaitkan dengan Grand Strategi Polri yang telah memasuki tahap
Patnership Building yang bertujuan terwujudnya sinergi Kepolisian
yang proaktif, maka fungsi Binmas menjadi penentu keberhasilan
tugas Polri dalam menciptakan keamanan dan ketertiban masyarakat.
Optimalisasi fungsi Binmas diwujudkan oleh Polda Metro Jaya
dengan berbagai program kegiatan yang menyentuh langsung pada
akar kebutuhan masyarakat diantaranya adalah:
a) Optimalisasi fungsi BhabinKamtibmas (Bhayangkara Pembina
Kamtibmas)
Bhayangkara pembina Kamtibmas adalah anggota Polri
yang ditugaskan disuatu wilayah lingkup desa / kelurahan
untuk dapat melakukan pembinaan masyarakat yang bertujuan
mengusahakan terciptanya ketaatan warga negara terhadap
peraturan hukum dan norma-norma sosial yang berlaku dalam

Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013 197


KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

masyarakat serta mewujudkan peran serta masyarakat berupa


kemampuan sendiri untuk dapat mencegah, menangkal dan
menanggulangi gangguan Kamtibmas di lingkungannya.
Konsep Bhayangkara dalam BhabinKamtibmas diartikan
oleh Polda Metro Jaya tidak hanya anggota yang berpangkat
Brigadir saja, namun anggota yang berpangkat Perwira bahkan
sampai pada level Kapolres sekalipun wajib menjalankan fungsi
BhabinKamtibmas ini.
Adapun implementasi dari program
optimalisasi BhabinKamtibmas di wilayah hukum Polda Metro
Jaya adalah sebagai berikut:
(1) Menugaskan satu anggota Polri sebagai petugas
BhabinKamtibmas untuk satu desa dan bilamana
dibutuhkan dapat ditunjuk hingga dua orang petugas;
(2) Untuk daerah tertentu dengan penduduk yang lebih
kompleks dapat ditunjuk anggota Polri berpangkat
Perwira;
(3) Melakukan sambang (Door To Door System) minimal
2 rumah penduduk setiap harinya kemudian
meninggalkan kartu nama di rumah yang telah
dikunjungi. Dalam implementasinya Polda Metro Jaya
telah memberlakukan kewajiban sambang, untuk
para Kapolres dalam satu minggu diharapkan dapat
menyambangi 1 (satu) rumah, para Kapolsek wajib
sambang 1 (satu) rumah dalam seminggu, para Kanit
wajib sambang 2 (dua) rumah dalam seminggu serta
BhabinKamtibmas wajib sambang 3 (tiga) rumah
dalam satu minggu. Melalui konsep door to door system
ini diharapkan para anggota dapat menyampaikan
misi Kamtibmas secara benar dan terarah, sehingga
warga masyarakat dapat memahami pentingnya
menjaga Kamtibmas dan turut serta dalam
pencegahan terjadi konflik dan kriminalitas; mampu
menyerap berbagai aspirasi masyarakat, sehingga
dapat mencari solusi akar permasalahan yang
terjadi di masyarakat; sebagai bahan analisa dan
evaluasi pimpinan, dalam menentukan kebijakan/
cara bertindak dalam pembinaan Kamtibmas dimasa
depan;dan

198 Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013


(4) Melakukan kerjasama dengan pusat mediasi nasional
untuk melatih para BhabinKamtibmas agar memiliki
kemampuan sebagai mediator dalam pemeliharaan
Kamtibmas. Mediasi adalah suatu kegiatan untuk
menyelesaikan masalah kecil di masyarakat yang
bila tidak dikelola dengan baik dapat menjadi konflik
sosial.
b) Polisi peduli pengangguran
Latar belakang terjadinya sebagian besar kejahatan
konvensional disebabkan oleh pelaku dengan motif ekonomi
(pengangguran, kemiskinan) sehingga untuk menekan angka
kejahatan Polda Metro Jaya menggalakan program polisi peduli
pengangguran sebagai upaya untuk mendukung program
pemerintah dalam memerangi kemiskinan, mengurangi
pengangguran serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Polda Metro Jaya sebagai satuan organisasi birokratis
memperluas mandatnya untuk melakukan hubungan dengan
individu, organisasi, biro dan asosiasi nirlaba lainnya serta
stake holder terkait dengan tujuan untuk perumusan strategi
preemptif dan preventif dalam menangani berbagai problem
sosial yang dapat menimbulkan potensi gangguan konflik
terhadap keamanan dan ketertiban masyarakat.
Adapun beberapa kegiatan program Polisi peduli
pengangguran yang telah dilaksanakan, diantaranya :
(1) Polres Pelabuhan Tanjung Priok melalui kerjasama
dengan perusahaan - perusahaan yang berada
dikawasan Pelabuhan Tanjung Priok dalam acara
ngobrol bareng dan penandatanganan komitmen
moral perusahaan untuk dapat menampung tenaga
kerja sekitarnya;dan
(2) Polresta Tangerang kota melalui kerjasama dengan
PT Toray Sakura Group untuk dapat menerima
tenaga kerja baru yang berasal dari pengangguran di
wilayah Karawaci.
c) Polisi peduli pendidikan
Program polisi peduli pendidikan bertujuan untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia sehingga memiliki
pengetahuan dan keterampilan, menanamkan nilai-nilai

Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013 199


KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

kehidupan bermasyarakat yang baik, meningkatkan daya cegah


dan tangkal masyarakat terhadap berbagai potensi konflik dan
kriminalitas dan mendukung upaya terciptanya keamanan
dan ketertiban. Kegiatan polisi peduli pendidikan dilakukan
secara proaktif untuk meningkatkan kualitas proses belajar
mengajar baik dalam lingkup pembinaan kesiswaan maupun
pembenahan fasilitas pendidikan dengan memanfaatkan
pendanaan Corporate Social Responsibility (CSR) dari perusahaan
yang memiliki kepedulian terhadap pendidikan. Pendanaan
CSR ini membawa efek pencegahan terhadap konflik yang
bersumber dari permasalahan kesenjangan ekonomi.
Kegiatan yang telah dilakukan oleh jajaran Polda Metro Jaya
diantaranya :
(1) Polrestro Jakarta Utara dalam pembangunan
sekolah darurat Kartini yang diperuntukan bagi anak
jalanan dan kaum miskin dengan penggunaan dana
CSR PT. Sriwijaya Air, renovasi dan penambahan
ruangan Paud (Pendidikan Anak Usia Dini) di Kali
Baru Cilincing dengan pemanfaatan dana CSR dari
PT Insan Sejahtera, dan masih banyak lagi kegiatan
yang telah dilaksanakan oleh satuan wilayah dalam
berbagai bentuk yang menunjukkan kepedulian Polri
terhadap dunia pendidikan;dan
(2) Polrestro Jakarta Selatan yang bekerja sama
dengan STMIK Jakarta untuk mengadakan pelatihan
keterampilan bidang teknologi informasi dan komputer
bagi para remaja putra dan putri di wilayah Polsek
Kebayoran Baru.
d) Program polisi cilik
Program ini bertujuan untuk menanamkan sikap
kedisiplinan, bela negara dan pengetahuan dasar kepolisian
sejak dini. Dalam hal ini, Polda Metro Jaya juga merekrut siswa
Sekolah Dasar yang berprestasi (ranking 1 10) di masing
masing sekolah. Media penyampaian materi adalah melalui
pelatihan baris berbaris dan pengetahuan dasar lalu lintas.
Kegiatan yang telah dilakukan misalnya dalam rangka
memperingati HUT Polda Metro Jaya tahun 2012, Polda Metro
Jaya dan Polres Jakarta Selatan telah menyelenggarakan Gebyar

200 Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013


Polisi Cilik tahun 2012 di Gandaria City Mall, Jakarta Selatan, yang
diikuti oleh 1.050 siswa dari berbagai sekolah di daerah Jakarta
Selatan. Acara tersebut diisi dengan perlombaan PBB, Modelling
maupun Drum Band.
e) Program polisi siswa
Program polisi siswa ini merupakan salah satu upaya proaktif
Polda Metro Jaya untuk meminimalisir potensi permasalahan
sosial di lingkungan sekolah khususnya konflik/tawuran antar
pelajar. Dalam hal ini, Polda Metro Jaya merekrut para siswa yang
berprestasi di masing masing sekolah untuk diberikan pelatihan
dan pembinaan utamanya pelatihan kepemimpinan serta sikap
mental kepribadian, sehingga diharapkan output dari polisi siswa
ini dapat menjadi teladan serta mampu mengingatkan teman
temannya untuk menghindari tindakan yang dapat merugikan
diri sendiri dan almamater sekolahnya.
b. Penghentian konflik
Penghentian konflik adalah serangkaian kegiatan untuk mengakhiri
konflik yang dapat berujung tindak kekerasan, menyelamatkan korban,
membatasi perluasan dan eskalasi konflik, serta mencegah bertambahnya
jumlah korban dan kerugian harta benda. Polda Metro Jaya membagi
langkah taktis penghentian konflik menjadi dua bagian yaitu metode hard
power dan soft power.
Dalam konteks hard power,kunci dari keberhasilan penghentian
konflik adalah pembentukan tim Quick Response terpadu dengan prinsip
over estimate yang sebelumnya secara khusus telah dipersiapkan untuk
melakukan langkah penegakkan hukum yang memaksa (koersif ). Hal ini
digunakan dalam menghadapi situasi yang berdasarkan perkiraan Intelijen
konflik tersebut akan berdampak luas serta menimbulkan kerugian harta
benda dan korban jiwa
Sebagai contoh: perebutan lahan kosong di daerah Taman Palm
Lestari Cengkareng antara kelompok Hercules dan John Kei pada bulan
Agustus 2012, yang bersifat anarkis serta mengancam keselamatan warga
masyarakat sekitar, sehingga harus dilakukan tindakan penegakan hukum
yang cepat, tegas dan terukur dalam rangka meredam konflik agar tidak
meluas.
Sedangkan dalam konteks soft power, langkah yang dikedepankan
oleh Polda Metro Jaya adalah mengutamakan musyawarah untuk mufakat
dalam penghentian konflik sosial. Dalam hal ini, seluruh anggota Polda

Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013 201


KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Metro Jaya (seluruh fungsi Kepolisian) diharapkan dapat mengemban


tugas sebagai seorang mediator yang baik. Strategi soft power ini tentunya
harus mengakomodir nilai nilai budaya dan konsensus sosial yang ada
ditengah tengah masyarakat sehingga pendekatan (approach) yang
dilakukan menjadi lebih mudah serta menyentuh akar permasalahan yang
sebenarnya.
Sebagai contoh : perseteruan antar Ormas FBR (Forum Betawi
Rempug) dan PP (Pemuda Pancasila) bulan Juli 2012, Polda Metro Jaya dari
mulai tingkat Polsek sampai dengan Polda memfasilitasi dan memediasi
kedua belah pihak dari mulai level bawahan di lapangan sampai dengan
pemimpin tertinggi Ormas untuk melakukan perdamaian. Upaya ini harus
dilakukan secara intens sampai akar permasalahan yang sebenarnya dapat
tuntas diselesaikan.
Disamping itu, Polda Metro Jaya juga menerapkan strategi soft power
pada tataran Penegakkan Hukum, dengan melaksanakan prinsip restorative
justice dan Alternative Dispute Resolution (ADR) yang berlandaskan
semangat musyawarah dan kekeluargaan dengan tetap memperhatikan
prinsip - prinsip aturan hukum yang berlaku. Hal ini dimaksudkan untuk
memenuhi rasa keadilan yang hakiki sebagaimana tuntutan masyarakat
saat ini.
c. Pemulihan pasca konflik
Pemulihan pasca konflik adalah serangkaian kegiatan untuk
mengembalikan keadaan dan memperbaiki hubungan yang tidak harmonis
dalam masyarakat akibat konflik melalui kegiatan rekonsiliasi, rehabilitasi,
dan rekonstruksi. Konflik tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia
sebagai makhluk sosial dalam berinteraksi untuk berbagai kepentingan.
Agar masing masing individu dan kelompok dapat berinteraksi dalam
koridor nilai-nilai sosial yang ada maka diperlukan internalisasi pemahaman
positif tentang kesadaran hukum yang baik. Adapun upaya yang telah
dilakukan Polda Metro Jaya, sebagai berikut:
1) Optimalisasi Polmas dalam upaya pemulihan pasca konflik, disamping
memberdayakan fungsi preventif guna memelihara stabilitas
keamanan pasca konflik, Polda Metro Jaya juga mengoptimalkan
strategi polmas dengan menugaskan anggota Polri kedalam
masing masing pihak yang telah selesai berkonflik (Ingroup) guna
memantau situasi serta memberikan pemahaman positif dalam
rangka mewujudkan situasi Kamtibmas yang kondusif.
2) Peningkatan kerjasama sinergi polisionil dalam pemulihan pasca

202 Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013


konflik. Dalam tahapan pemulihan pasca konflik, Polda Metro Jaya
melalui forum forum formal dan media masa selalu mengajak
unsur unsur lintas sektoral lainnya seperti TNI, pemerintah daerah,
pihak swasta serta Stake holder lainnya untuk dapat terlibat langsung
dan berkontribusi sesuai dengan bidang tugasnya masing masing
didalam menangani pokok permasalahan sosial sampai dengan
tuntas.
2. Langkah strategis
a. Preemtif
1) Pemetaan (mapping) kerawanan atau potensi konflik yang mungkin timbul
dari internal lima elemen penting Pemilu 2014 (perundang-undangan, KPU,
Bawaslu, peserta Pemilu dan masyarakat pemilih) dalam setiap tahapan
Pemilu yang dibuatkan dalam bentuk produk Kirka, Kirsus dan Rencana
kegiatan pengamanan; sesuai perkembangan situasi di daerah masing-
masing.
2) Pendeteksian potensi konflik penyelenggaraan Pemilu yang dilatarbelakangi
oleh permasalahan nasional dibidang geografi, demografi, sumber daya
alam, ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan;
3) Pemantauan dan pengkajian perkembangan informasi dan isu-isu terkini
selama penyelenggaraan Pemilu dan mampu mengeliminir setiap
permasalahan yang timbul sedini mungkin sehingga tidak berpotensi
menjadi permasalahan yang lebih besar.
4) Mengedepankan fungsi Binmas dalam hal ini BhabinKamtibmas untuk
secara aktif bekerjasama dengan stakeholder dalam rangka memberikan
himbauan Kamtibmas kegiatan sambang kepada tokoh agama, tokoh
masyarakat, tokoh adat untuk mendukung penyelenggaraan Pemilu yang
aman dan tertib.
5) Membuat MoU Pemilu damai dengan peserta Pemilu dan penyelenggara
Pemilu serta tokoh masyarakat, tokoh adat maupun tokoh agama untuk
selanjutnya disosialisasikan ke seluruh pihak terkait sehingga dapat
terlaksana secara komprehensif;
6) Penempatan Liaison Officer (LO) Polri di KPU, Panwas, Peserta Pemilu dan
struktur penting dalam masyarakat sehingga terjalin koordinasi yang baik
guna antisipasi terjadinya permasalahan dalam tahapan Pemilu.
7) Pemberian pemahaman tentang tahapan Pemilu kepada masyarakat
pemilih oleh BhabinKamtibmas, bersama-sama aparat desa dan Babinsa
di wilayah masing-masing sehingga tercipta kesadaran masyarakat untuk

Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013 203


KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

melaksanakan Pemilu yang aman dan tertib.


8) Mewujudkan sistem keamanan terpadu pada setiap situasi tahapan Pemilu
yang melibatkan Polri, TNI, Pemda dan anggota pengamanan internal /
parpol untuk mengeliminir terjadinya konflik diantara peserta Pemilu dan
masyarakat pemilih.
b. Preventif
a. Penempatan personel pengamanan pada setiap kegiatan dalam tahapan
Pemilu 2014 yang membutuhkan kehadiran anggota Polri;
b. Penggelaran pasukan/petugas dalam jumlah skala besar di masing-masing
wilayah dengan sasaran melaksanakan patroli di daerah-daerah rawan;
c. Melaksanakan pengamanan, penjagaan dan pengawalan pendistribusian
logistik Pemilu, peserta Pemilu dan penyelenggara Pemilu; dan
d. Berkoordinasi dengan stake holder (TNI, Satpol PP dan Satgas parpol)
dalam rangka mendukung upaya menciptakan situasi Kamtibmas yang
kondusif untuk kesepahaman pengamanan secara terpadu (pengamanan
gabungan) dalam setiap tahapan penyelenggaraan Pemilu.
e. Melaksanakan rapat koordinasi secara rutin untuk mengakomodir setiap
permasalahan yang timbul untuk mencegah konflik yang lebih meluas.
f. Mewujudkan sistem keamanan terpadu pada setiap situasi tahapan Pemilu
yang melibatkan Polri, TNI, Pemda dan anggota pengamanan internal /
parpol untuk mengeliminir terjadinya konflik diantara peserta Pemilu dan
masyarakat pemilih.
c. Represif
1) Melaksanakan kegiatan rutin Kepolisian yang ditingkatkan (Operasi
Cipta Kondisi) di masing-masing wilayah dalam rangka menciptakan
situasi Kamtibmas yang kondusif menjelang Pemilu seperti Operasi
Tertib lalu-Lintas, Operasi Sikat, Operasi Premanisme, Operasi Berantas,
Operasi Patuh, dan lain sebagainya.
2) Menyiapkan Pasukan Huru Hara (PHH) dalam rangka quick response
terpadu untuk melakukan langkah penegakan hukum apabila terjadi
peningkatan eskalasi keamanan yang berdasarkan perkiraan keadaan
intelijen dapat mengakibatkan kerusuhan masal.
3) Menyiapkan posko sentra Gakkumdu sampai ditingkat Polres di
seluruh wilayah Indonesia.
4) Mewujudkan sistem keamanan terpadu pada setiap situasi tahapan
Pemilu yang melibatkan Polri, TNI, Pemda dan anggota pengamanan

204 Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013


internal / parpol untuk mengeliminir terjadinya konflik diantara
peserta Pemilu dan masyarakat pemilih.
5) Mempersiapkan SDM penyidik tindak pidana Pemilu sehingga
terwujudnya penyidik yang profesional dengan meningkatkan
koordinasi dengan Panwas dan Kejaksaan dalam sentra Gakkumdu.

Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013 205


39

206
KELOMPOK V
IDENTIFIKASI DAN PREDIKSI TERJADINYA KONFLIK DALAM SETIAP TAHAPAN PEMILU TAHUN 2014
SERTA LANGKAH-LANGKAH YANG DILAKUKAN DALAM UPAYA MENGANTISIPASINYA
(STUDI KASUS POLDA METRO JAYA)

P.JWB PIHAK ANGG


INDIKATOR KEBERHASILAN JANGKA WAKTU 2013
NO TAHAPAN PROGRAM RENCANA AKSI UTAMA TERKAIT ARAN
OUT-PUT OUT-COME 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
7a PREEMTIF MENGHILANGK a. OPTIMALISASI FUNGSI a. TERSEDIANYA POTENSI DIR INTEL KPU, DIPA
AN POTENSI INTELIJEN DALAM SETIAP LAPORAN INTELIJEN GANGGUAN BAWAS- POLD
GANGGUAN TAHAPAN PILEG DAN YANG LEBIH DAPAT X X X X X X X X X X X X LU, A
PILPRES AKURAT. DIMINIMAL TIM SES

Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013


KAN
b. MENEMPATKAN LO DI b. FUNGSI LO LEBIH DIR INTEL
KPU, BAWASLU DAN TIM MAKSIMAL X X X X X X X X X X X X
KAMPANYE.
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

c. OPTIMALISASI FUNGSI c. FUNGSI BIMMAS DIR


BIMMAS UNTUK BERIKAN DPT MENSOSIALI BIMMAS
SOSIALISASI SASIKAN TAHA PAN
X X X X X X X X X X X X
PERKEMBANGAN TAHAP PEMILU.
PEMILU.

7b PREVENTIF MENGHILANGK a. MENEMPATKAN PASU-KAN a. PASUKAN SABHARA AMBANG DIR KPU, DIPA
AN NIAT SABHARA UNTUK DPT CEGAH GANGGUAN SABHA BAWAS- POLD
(MENGHAM- MENCEGAH AMBANG AMBANG DLM MASY RA LU, A
BAT AMBANG GANGGUAN AGAR TIDAK GANGGUAN. DPT DI TIM SES
GANGGUAN) BERKEMBANG GANGGUAN HILANGKAN X X X X X X X X X X X X
NYATA

b. MENEMPATKAN PERSONEL b. FUNGSI LANTAS DIR


LALULINTAS UNTUK CAPAI DPT CIPTAKAN LANTAS
KAMSEL TIBCAR LANTAS SITUASI KAMSEL
TIBCAR LANTAS.
X X X X X X X X X X X X

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
40

c. KOORDINASI DG STAKE c. BERSAMA STAKE DIR KPU, DIPA


HOLDER UNTUK PECAH HOLDER DAPAT BIMMAS BAWAS- POLD
KAN SOSLUSI SEBELUM PECAHKAN MASA LU, A
X X X X X X X X X X X X
TERJADI KONFLIK LAH SEBELUM TIM SES
TERJADI KONFLIK.

d. ANGGOTA BIMMAS d. FUNGSI BIMMAS


KOORDINASI DG TODAT, DPT CIPTAKAN
TOGA DAN TOMAS UTK SITUASI
X X X X X X X X X X X X
CIPTAKAN SITUASI KAMTIBMAS
KAMTIBMAS

7c REPRESIF METODE a. MENEMPATKAN FUNGSI a. FUNGSI BRIMOB MELAKS GIAT DIR RES KPU, DIPA
REPRESIF YG BRIMOB UNTUK DPT MELAKUKAN REPRESIF YG KRIM BAWAS- POLD
SISTEMATIS, MELAKUKAN TINDAKAN TINDAKAN SESUAI SESUAI LU, A
SESUAI TERUKUR DAN SESUAI PROSEDUR HUKUM. PROSEDUR X X X X X X X X X X X X TIM SES
PROSEDUR PROSEDUR. HUKUM,
HUKUM DAN SISTEMATIS
EFEKTIF DAN EFEKTIF
b. MELAKUKAN GAKKUM b. FUNGSI LANTAS
TDHP PENGGUNA JALAN DAPAT LAKS
PD TAHAPAN PEMILU GAKKUM UTK EFEK
UNTUK EFEK JERA DAN JERA DAN HINDARI X X X X X X X X X X X X
HINDARI LAKA LANTAS. LAKA LANTAS.

c. APABILA TERJADI TINDAK c. SENTRA


PIDANA PEMILU, MAKA GAKKUMDU DPT
FUNGSI RESERSE LAKS LAKS SIDIK TERHDP
SIDIK MEMALUI SENTRA TINDAK PIDANA X X X X X X X X X X X X
GAKKUMDU. PEMILU.

Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013


207
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

208 Laporan Naskah Hasil Diskusi | RAPIM POLRI 2013

Anda mungkin juga menyukai