Kegiatan yang Refomer lakukan pada off Kampus 60 (enam puluh) hari efektif
berdasarkan milestones yang di seminarkan pada saat seminar Rancangan Proyek
Perubahan dapat di lihat pada deskripsi implementasi yang disesuaikan dengan jadwal
sebagai berikut :
Persiapan penyusunan draft Surat Keputusan Tim Efektif, daftar hadir tim dan
undangan rapat pertemuan awal pembentukan tim kerja dan pembagian tugas untuk di
usulkan dan dikonsultasikan dengan Kepala Badan Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi
Papua Barat sebagai Mentor terkait rencana kegiatan Proyek Perubahan yaitu Sinergitas
Satpol PP Provinsi dan Satpol PP Kabupaten Manokwari dalam Pencegahan Peredaran
Miras Ilegal dan Napza yang dilaksanakan pada tanggal 2 Agustus 2019. Konsultasi dengan
Kepala Badan Satuan Pol PP Provinsi Papua Barat mendapat persetujuan dan respon baik
untuk segera di laksanakan dan diindahkan mengingat rancangan proyek perubahan
dimaksud merupakan program prioritas, strategis dan rencana kerja jangka pendek,
menengah maupun jangka panjang pada OPD Badan Satuan Polisi Pamong Praja provinsi
Papua Barat tahun 2019 dengan menanggapi berbagai permasalahan ketentraman
masyarakat dan ketertiban umum tentunya menjadi tugas dan tanggung jawab bersama
serta menjadi dukungan Penegakkan Peraturan Daerah Provinsi/Kabupaten /Kota,
Perkada/Gub, Peraturan Daerah Provinsi dan tanggungjawab menjaga Aset Pemerintah
Daerah dan Ketentraman Masyarakat.
Sedang konsultasi Proper dengan Kasatpol PP Prov. Papua Barat
Berkaitan dengan tahapan Proyek Perubahan Reformer berkunjung atau melakukan visitasi
ke beberapa Promoter yang mempunyai Pengaruh ( influence ) dan kepentingan ( Interest )
yang besar terhadap objektifitas proyek perubahan. Tingkat kepentingan dan pengaruh
stakeholder pada tahapan ini. Untuk itu Reformer perlu menjabarkan hasil pernyataan
dukungan berdasarkan indentifikasi lapangan dan beberapa pernyataan dukungan dan
pernyataan kebijakan pimpinan sebagai Promoter dengan indikator konsistensi, inovatif,
kooperatif, responsive dan moralitas dalam kebijakan peraturan daerah tentang Miras dan
Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif. Dalam tahapan ini reformer dapat mengidentifikasi
potensi masalah dan resiko dimana dapat dikelompokkan hambatan dan keberhasilan
proyek perubahan terkait pola managerial dan sinkronisasi kebijakan internal dan eksternal
antar lembaga atau stakeholder terkait, selain itu dapat juga mengidentifikasi perbedaan
tanggapan masyarakat tentang Tupoksi Satuan Polisi Pamong praja dalam penegakkan
Peraturan Daerah sebagai indikator dan kriteria keberhasilan. Sebagai implementasi
kegiatan pelaksanaan proyek perubahan, dibawah ini Reformer dan tim efektif melakukan
visitasi lapangan berupa kunjungan ke beberapa promoter yang menangani langsung atau
sebagai law maker agar tercapai sasaran dan soliditas seluruh stake holder sebagai berikut :
“Selama ini kami terus koordinasi untuk berantas Miras, dan itu ada hasilnya disetiap
momen ada pemusnahan. Saya harap ini dapat ditingkatkan, karena itu harapan
pemerintah,”
Menurut Gubernur, jalur peredaran miras harus ditutup dari seluruh daerah sehingga bisa
mengurangi potensi penyelundupan dari daerah satu ke daerah lainnya. "Kalau di
Manokwari, Kaimana, dan Fakfak sudah ditutup, tapi daerah lain masih bebas, rasanya
sulit melakukan pemberantasan. Jarak antar kabupaten dan kota di Papua Barat sangat
dekat dan jalur darat dan laut juga terbuka lebar,"
“Memang di satu sisi sudah ada undang-undang yang mengaturnya, tetapi juga di sisi
lainnya diperlukan komitmen kita semua, baik pemerintah daerah maupun masyarakat
di Papua Barat,” Bapak Gubernur Papua Barat berharap, masalah tersebut bukan hanya
tanggungjawab pemerintah saja, namun tanggung jawab bersama.
Beliau Gubernur Papua Barat juga mengatakan sebelum Provinsi Papua Barat dibentuk, di
Manokwari sejak dulu sudah dibentuk Peraturan Daerah (Perda) tentang miras.
“Saya tetap mendukung Perda Miras tetap berlaku di Manokwari, maka saya intruksikan
kepada para Walikota dan Bupati lainnya agar menerapkan Perda larangan Miras,”
Beliau juga mengatakan Miras dan Narkoba, seperti lem aibon, sama sekali tak punya
manfaat. Dia menyebutkan, akibatnya juga mengganggu keamanan dan ketertiban. Selain
itu angka kriminalitas juga cukup tinggi karena Miras dan Narkoba tersebut.
“Angka kecelakaan juga cukup tinggi disebabkan miras. Kalau kita mabuk tidak sadar
diri bisa melakukan tindakan negatif pada akhirnya merugikan diri kita, keluarga, dan
masyarakat,"
Dia mengatakan, akibat dari miras sering terjadi kekerasan, kekerasan dalam rumah tangga
(KDRT), pembunuhan, dan pemerkosaan.
“Orang Papua identik dengan Miras. Harga diri kita sebagai orang Papua jatuh akibat
miras. Kita banyak temukan banyak anak-anak kita tidur di got, bahkan emperan toko
karena Miras tersebut,”
“ Kalau orang sudah tidak waras ( Mabuk ), tidak akan bisa berpikir jernih, kalau sudah
tidak bisa berpikir jernih maka dalam menyelesaikan suatu masalah tidak akan bisa
menggunakan akal sehat, padahal tidak semua masalah harus diselesaikan dengan adu
fisik ? itu akibat dari mengkonsumsi Miras. Sehingga kalau soal keberadaan Miras dan
Narkoba, Judi Togel, Lem aibon maupun sejenisnya, tidak ada negosiasi dengan saya,
jawaban saya adalah TIDAK “.
Pada Tahun 2018 yang lalu kami menemukan barang bukti miras siap edar tersebut
sebanyak 2.880 botol Vodka Robinson dan 967 botol Anggur Merah serta 3.240 kaleng Bir
hitam Guines, dari seorang Sopir. saat ini Sopir tersebut kami serahkan ke pihak Kepolisian
Manokwari dan telah dimusnahkan oleh Pemerintah Daerah dengan satuan unit terkait.
Terkhusus Minuman Keras pengawasannya masih cukup sulit karena banyak titik yang
dapat digunakan untuk mensuplai Miras tersebut ke daerah, untuk itu agar dapat
diketatkan pengawasannya di semua titik baik Pelabuhan Laut, udara juga titik terkait
lainnya. Dicontohkan penjual MIrah di Manokwari dan sekitarnya berapa kali hanya saja
yang sulit juga adalah Cap Tikus ( CT ) dan Sageru yang dijual oleh masyarakat lokal.
“ Mari kita jaga kualitas masa depan anak anak kita agar dapat terjaga, hal yang sama
diungkapkan Gubernur Papua Barat bahwa semua pihak harus mampu menjamin
stabilitas keamanan, ketertiban dan ketentraman masyarakat di wilayah Papua Barat “.
Pangdam melanjutkan pernah melakukan operasi gabungan yang dilakukan oleh Tim
terpadu untuk meminimalisir dan memberantas peredaran minuman keras yang menjadi
salah satu penyakit masyarakat yang merupakan upaya serius TNI/POLRI dalam
memberantas Miras di wilayah Papua Barat.
Adapun ribuan Miras tersebut terdiri dari 2.832 botol Vodka Robinson, 240 Kaleng Bir
Hitam, 2880 Whiskey Robinson, 960 Botol Anggur Merah dan 1000 liter Miras Oplosan.
( Sumber : Dispendam XVIII/ Kasuari ).
Beliau mengaku geram dengan para penyelundup Miras karena para pelaku adalah pemain
lama, kondisi ini tidak dapat dipungkiri karena jeratan hanya berupa tindak pidana ringan.
Beliau mengatakan dalam kasus berikut seperti penyalahgunaan Narkotika dan obat-
obatan terlarang di wilayah Provinsi Papua Barat mulai meningkat. Maraknya
penyimpangan perilaku itu dapat membahayakan keberlangsungan hidup bangsa ini di
masa depan khususnya kepada generasi muda karena generasi muda sebagai penerus
bangsa bila semakin hari semakin rapuh/lemah, digerogoti zat-zat adiktif maka tidak bisa
produktif.
Semua Instansi baik Pemerintahan maupun Swasta saling menjalin sinergitas guna
memberantas peredaran dan penyalahgunaan barang-barang haram itu. Untuk itu, Kepala
Bidang Ketentraman dan Ketertiban Umum Badan Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi
Papua Barat, Drs. Antonius Boka beserta tim efektif melaksanakan kunjungan dukungan
Rancangan Proyek Perubahan sebagai implementasi kegiatan Diklat PIM III Provinsi Papua
Barat angkatan XII ke Kodam XVIII/Kasuari, menyambangi Pangdam XVIII/Kasuari Mayjen
TNI Joppye Onesimus Wayangkau pada Jumat, 16 Agustus 2019 pukul 11.30 WIT.
Lebih lanjut Pangdam menyampaikan, khusus untuk NAPZA ( Narkotika , Psikotropika, dan
Zat Adiktif pihak Kodam sendiri telah melaksanakan langkah-langkah intern. “Kodam
sendiri sudah melaksanakan P4GN ( Pencegahan Pemberantasan Penyalahgunaan dan
Peredaran Gelap Narkoba ) guna mencegah penyalahgunaan dan pengedaran Narkoba
di satuan jajaran Kodam XVIII/Kasuari”.
Sesuai dengan perintah Panglima TNI bahwa TNI harus bersih dari penyalahgunaan
narkoba, maka sosialisasi P4GN kepada prajurit merupakan langkah positif dan sangat
bermanfaat dalam mewujudkan personel TNI yang kuat dan mampu berfikir sehat sehingga
tidak terjerumus penyalahgunaan narkoba. Selain untuk memberikan pemahaman
terhadap narkoba dan obat-obat terlarang serta dampak buruknya, tujuan utama
pelaksanaan sosialisasi P4GN tidak lain mengupayakan pencegahan dan pemberantasan
terkait peredaran dan penyalahgunaan narkoba dengan melibatkan peran serta segenap
elemen masyarakat dan instansi pemerintah terutama TNI.
Sejalan dengan hal tersebut, Pangdam menyebutkan bahwa Kodam berkomitmen untuk
berkontribusi dalam penanganan permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap
Narkotika. Pangdam juga mengatakan Kodam akan meningkatkan sinergitas dengan
Satpol PP maupun BNN Provinsi Papua Barat guna mengambil sikap Preemtif dan
preventif agar dapat mengurangi dampak penyakit masyarakat seperti ini secara
bertahap.
BRIGADIR JENDERAL POL. DRS. HERRY RUDOLF NAHAK, M.SI
KEPALA KEPOLISIAN DAERAH PAPUA BARAT
Papua Barat sudah lama diketahui menyumbang angka yang cukup tinggi
untuk kasus kematian yang disebabkan oleh Minuman Keras (miras). Inilah yang membuat
seluruh elemen bersepakat untuk melindungi generasi Papua dengan menerbitkan
berbagai aturan melarang peredaran miras.
Kapolda Papua Barat Brigjen. Pol. Drs. Herry Rudolf Nahak, M.Si mengatakan, hasil temuan
tim dilapangan menunjukkan miras yang beredar di Manokwari bukan hanya miras dari
luar namun juga banyak miras lokal yang dihasilkan dari pabrik penyulingan yang juga
menjamur.
“Jangan dikira hanya miras berlabel, ada juga miras lokal yang kami temukan dari hasil
penelusuran,”
Jika dilihat dari hasil analisa dan evaluasi Kamtibmas Polda Papua Barat, diketahui selama
tahun 2018 jumlah kejahatan di Papua Barat sebanyak 3.603 kasus. Didalamnya, terdapat
91 kasus KDRT ( kekerasan dalam rumah tangga ) yang setelah dianalisa salah satu
pemicunya karena pelaku dalam kondisi mabuk akibat alkohol.
Kapolda Papua Barat, Herry Rudolf Nahak berjanji akan memberantas miras dan judi togel
di wilayah hukumnya. “Saya kira ini memang penyakit masyarakat yang harus dilawan.
Saya sepakat untuk kita perangi miras, narkoba dan judi togel”.
Beliau juga mengaku senang dan renponsif atas sinergitas Pemerintah Daerah Provinsi
Papua Barat dan Pemerintah Kabupaten Manokwari dalam hal ini Badan Satuan Polisi
Pamong Praja Provinsi dan Kabupaten, karena Pemerintah Kabupaten Manokwari telah
memiliki Peraturan Daerah (Perda) Nomor 5 Tahun 2006 tentang larangan memasukan,
penyimpanan, peredaran serta memproduksi minuman beralkohol dan Surat Keputusan
Gubernur Papua Barat Nomor 045.2/194/10/2017 tentang Pembentukan Tim Satuan Tugas
Polisi Pamong Praja Terpadu Se-Provinsi Papua Barat Tentang Pengendalian dan
Pengawasan terhadap Tempat Peredaran Minuman Beralkohol “Itu sangat baik dan saya
berjanji, miras harus kita perangi bersama.” Tapi saya minta dukungan semua elemen
terkait.
pihaknya akan menyampaikan kepada semua jajaranya untuk memerangi persoalan miras,
narkoba dan judi togel. “Termasuk para kapolres untuk perangi penyakit masyarakat ini.
Sebab penyakit ini tak ada gunanya, karena dapat merusak generasi muda kita. Jadi saya
kira, kita harus saling mendukung untuk menangani persoalan ini,”
Minuman Keras (Miras) jenis lokal, baik itu Cap Tikus (CT) maupun Balo semakin marak
beredar di Manokwari, Papua Barat. Kapolda Papua Barat, Brigjen Pol. Drs. Herry Rudolf
Nahak mengatakan, peredaran miras yang makin meluas itu disebabkan banyak oknum
masyarakat yang memproduksi dan menjual miras lokal baik CT, Sageru maupun Balo di
Manokwari.
“Walaupun banyak miras diamankan, tapi masyarakat masih menjual miras tersebut,
dan ini menjadi persoalan,” kata Kapolda di sela sela Kunjungan Project Leader, Kabid
Trantib Badan Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi Papua Barat bersama Tim Efektif
Rancangan Proyek Perubahan Diklat PIM III angkatan XII pada hari Kamis, 12 September
2019 Pukul 14.58 WIT. Kapolda meminta hal ini menjadi perhatian serius baik Pemerintah
Daerah Manokwari, maupun Pemerintah Provinsi Papua Barat dan masyarakat di Papua
Barat. “Jangan menilai, bahwa kita tidak tangkap dan tindak miras tersebut. Karena
pertanyaan (maraknya miras) selalu keluar dari masyarakat,”.
“Miras Jenis Cap Tikus, Sageru dan Balo banyak diproduksi di Manokwari, karena kita
tahu bahwa miras lokal yang banyak diamankan berasal dari Bitung, Sulawesi Utara,”
Selain itu, lanjut Kapolda, kini di kampung-kampung ada masyarakat memproduksi miras
tersebut. Walaupun terus ditindak tetapi masih ada masyarakat yang menjualnya.
“Kalau kami lakukan operasi, kami tangkap. Kami masih berikan surat teguran agar tak
lagi menjual minuman haram tersebut. Kalau masih menjualnya berarti kita berikan
sangsi sesuai hukum yang berlaku di NKRI,”.
Kapolda berharap, masyarakat yang mengetahui adanya peredaran miras, segera berikan
informasi kepada pihak kepolisian maupun instansi terkait yang melaksanakan amanat
peraturan daerah agar segera ditindak.
Dijelaskan Kepala BNN Provinsi Papua Barat Drs. Setija Junianta, SH. M. Hum , seperti apa
yang telah disampaikan Kabid Trantib Badan Satuan Polisi Pamong Praja terkait judul RPP
tadi bahwa penyalahgunaan Narkoba, Psikotropika, dan Zat Adiktif adalah musuh kita
bersama. Oleh sebab itu kita sepakat, dan ‘kita stop penyalahgunaan NAPZA.’
Tentu kesepakatan dan dukungan ini diharapkan ikut memberikan pencegahan,
pemberantasan yang dalam hal ini kepada lingkungan kita, kepada keluarga dan
teman-teman kita agar supaya tidak terjerumus lebih dalam lagi di dalam
penyalahgunaan narkoba.
Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Papua Barat, Brigjen Pol Setija Junianta
menyatakan, ketahanan diri remaja di daerah papua barat terhadap peredaran narkoba
masih cukup rendah bahkan menduduki posisi paling bawah dari 34 provinsi di Indonesia.
Ia mengatakan di BNN belum lama ini melakukan pemetaan tentang ketahanan diri remaja
terhadap peredaran gelap narkoba di seluruh wilayah Indonesia. Dalam pemetaan yang
melibatkan 5.300 responden itu terungkap, ketahanan diri remaja Papua Barat paling
rendah di banding Provinsi lain.
"Papua Barat menempati posisi paling bawah dengan nilai ketahanan diri 42,21. Ini
patut menjadi perhatian semua pihak, anak-anak dalam situasi rentan”
Dari Pemetaan terdapat empat faktor utama yang memiliki pengaruh signifikan yakni
individu, keluarga, lingkungan masyarakat dan lingkungan sosial.
dari data prevalensi penyalahgunaan narkoba hasil penelitian BNN dan pusat pelayanan
kesehatan Universitas Indonesia, “Provinsi Papua Barat peringkat ke-31 secara nasional
dengan jumlah pengguna sebanyak 9.713 jiwa dari jumlah populasi sebanyak 1.066.633
jiwa”. Ke depan diharapkan pemerintah dan instansi terkait dapat mendengar dan melihat
apa tugas dan tanggung jawab masing-masing instansi dalam tugas dan tanggung jawab
kesehariannya dalam menyusun program pemberdayaan bagi penyalahgunaan narkoba.
“Semoga informasi dapat disampaikan kepimpinan agar Papua Barat bersih dari
narkoba dan diharapkan program ke depan dapat menyentuh masyarakat agar dapat
memberdayakan para penyalahguna narkoba yang sudah sembuh. Sehingga mereka
tidak memiliki indikasi untuk menyalahgunakan narkoba lagi,”
DEMAS PAULUS MANDACAN, S.SOS, M.EC.DEV
BUPATI MANOKWARI
Bupati juga menambahkan "Saya tidak setuju dengan rencana Kemendagri untuk
mencabut Perda Minuman Keras. Kalau perda itu dicabut, Manokwari akan tidak
aman,"
Melalui Perda Minuman Keras, peredaran minuman beralkohol di daerah itu bisa
dikendalikan. Dengan pencabutan perda itu, akan berdampak buruk terhadap kondisi
keamanan dan ketertiban masyarakat.
Jika minuman keras terjual bebas, anak-anak terancam karena mudah memperolehnya.
Selain itu, minuman keras dapat memicu kejahatan dan meningkatkan kasus kecelakaan
lalu lintas. Setelah kenal minuman keras, anak-anak akan mencoba narkoba dan seks
bebas. Kalau itu yang terjadi generasi Manokwari bisa hancur.
AJUN KOMISARIS BESAR POL. ADAM ERWINDI, SIK, MH
KEPALA KEPOLISIAN RESORT MANOKWARI
“Data kriminalitas yang terjadi akibat konsumsi Miras, penjualan serta peredarannya
meningkat sejak 8 tahun terakhir dan hingga tahun 2018 mencapai 35 % atau sekitar 78
spot tempat penjualan miras illegal tanpa ijin maupun berlabel yang di pasok dari luar
daerah manokwari, sedangkan angka kematian lalulintas akibat Miras sangat tinggi di
manokwari mencapai 75% dibandingkan lakalantas selain akibat konsumsi miras sebesar
25 % dan akibat Narkoba 1,9 %.”
Hal ini harus menjadi perhatian serius dan prioritas bagi Pemerintah daerah provinsi dan
kabupaten dalam hal kebijakan peraturan daerah khusus pelarangan, penjualan serta pola
konsumtif masyarakat dan juga perlu dipertegas tentang ijin usaha, bea dan cukai dalam
pendistribusian pada daerah yang belum memberlakukan perda pelarangan Miras karena
hal ini dapat menyebabkan terjadinya penyelundupan Miras illegal dari luar kabupaten
Manokwari dan meningkatnya produksi Minuman lokal yang dapat merugikan dan
mengganggu kantibmas.
Sebagai contoh Kapolres Manokwari mengatakan kasus publik kota manokwari tentu masih
teringat dengan keterlibatan bos Toko Bintang jaya bernama Toni, dalam kasus serupa yang
di ungkap oleh Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi Papua Barat, beberapa waktu lalu.
Kasus ini sempat ditangani Polres Manokwari, Toni diduga kuat dalam proses
penyelundupan Miras Ilegal pada saat malam pergantian tahun. Aksinya terendus aparat
Kodam XVIII Kasuari dan aparat SatBrimobda Papua Barat melakukan Patroli dan
menangkap beberapa agen yang dikoordinir oleh Toni dengan barang bukti 61 karton
Miras.
Di sisi lain Kapolres Manokwari juga membeberkan di Manokwari korban akibat Minuman
Keras dan Narkoba. Ada 3 – 5 kasus terjadi dalam sehari. Data ini di dapatkan dari
laporan Unit Gawat Darurat di RSUD Manokwari. “ satu hari itu ada 3 – 5 jiwa yang
meninggal dalam kecelakaan lalulintas, penganiyaan akibat terpengarus Miras dan
narkoba akibatnya ada yang terjadi Kekerasan dalam rumah tangga.
Kasus Miras masuk dalam tindak pidana ringan ( Tipiring ), sehingga tak jarang membuat
penyelundup Miras Ilegal yang berhasil ditangkap tidak jera, mereka merasa biasa biasa
saja. Peraturan daerah yang diterapkan Pemerintah Kabupaten Manokwari belum efektif
untuk memberikan efek jera. Lemahnya jeratan hukum membuat penyelundup ini menjadi
para “kambuhan “ yang selalu melancarkan aksinya dengan berbagai modus operandi
demi mengumpulkan pundi pundi rupiah dari bisnis menjual minuman beralkohol.
- Identitas Sampel
Yan Paisey - Sowi, Kelurahan Sowi Distrik Manokwari Selatan
- Teknik Pengambilan Sampel
Proses pengambilan sampel menggunakan random Quisioner dengan
kriteria Identitas penjual Miras label dan non label , Pengetahuan
Responden, Sikap responden, Perilaku Responden beserta kode produksi
dan distributor.
- Motif Ekonomi
Memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga, menjadi salah satu usaha
sampingan untuk kebutuhan hidup.
- Identifikasi Peran dan Jenis Minuman Keras Beralkohol
Responden adalah Penjual dan Penadah. jenis Minuman yang dijual adalah
CT ( Cap Tikus ), Robinson Vodka ( Gol C / 45 % ), Bir Pilsener, , Mansion
House Jumbo ( Gol C/ 45 % )
Observasi Lapangan Area Arfai, Kelurahan Sowi ( Lokasi keenam )
- Identitas Sampel
Dorus Mansim - Sowi, Kelurahan Sowi Distrik Manokwari Selatan
- Teknik Pengambilan Sampel
Proses pengambilan sampel menggunakan random Quisioner dengan
kriteria Identitas penjual Miras label dan non label , Pengetahuan
Responden, Sikap responden, Perilaku Responden beserta kode produksi
dan distributor.
- Motif Ekonomi
Memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga, menjadi salah satu usaha
sampingan untuk kebutuhan hidup.
- Identifikasi Peran dan Jenis Minuman Keras Beralkohol
Responden adalah Penjual dan Penadah. jenis Minuman yang dijual adalah
CT ( Cap Tikus ), Robinson Vodka ( Gol C / 45 % ), Bir Pilsener, , Mansion
House Jumbo ( Gol C/ 45 % )
4. Tersedianya Hasil evaluasi kegiatan