Anda di halaman 1dari 12

PERANAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM UPAYA MENEKAN ANGKA PEREDARAN MINUMAN KERAS DI KABUPATEN LAMONGAN BERDASARKAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NO.3 TAHUN 2004 TENTANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN MINUMAN KERAS.
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Sebagian Tugas Tugas Dan Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Islam Lamongan

Oleh DIAN CAHYA OKTORA NIM 030810016

UNIVERSITAS ISLAM LAMONGAN FAKULTAS HUKUM 2012

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Dalam rangka menata dan mengatur sistem pemerintahannya, tiap tiap negara pasti mempunyai cita-cita yang ingin dicapai. Cita-cita dan tujuan inilah yang merupakan kristalisasi dari nilai-nilai yang diyakini kebenarannya oleh masyarakat yang kemudian dijadikan sebagai dasar pijakan untuk melaksanakan pembangunan dinegaranya masing- masing. Karena berdasarkan nilai-nilai yang diyakini kebenarannya tersebut maka antara negara satu dengan negara lainnya tidak memilliki kesamaan dalam hal pencapaian tujuan. Demikian juga dengan negara Indonesia yang mempunyai tujuan seperti yang tertuang dalam Pembukaan UndangUndang Dasar 1945 (UUD 1945) khususnya Alinea IV yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Sehubungan dengan adanya kondisi ketentraman dan ketertiban, maka perlu diadakan pembinaan terhadap ketentraman dan ketertiban di daerah secara terencana dan terpadu. Dalam penanggulangan ancaman gangguan ketentraman dan ketertiban diterapkan suatu sistem pembinaan ketentraman dan ketertiban menurut pola-pola tertentu, baik melalui usaha -usaha masyarakat maupun pemerintah melalui pendekatan

prosperity (Kemakmuran) dan security (keamanan) (Pendoman dan Petunjuk Polisi Pamong Praja, Jakarta, Dirjen PUOD, 1995). Untuk dapat terciptanya suatu kondisi ketentraman dan ketertiban yang mantap di daerah, perlu dilakukan suatu pembinaan yang meliputi segala usaha, tindakan, pengarahan serta pengendalian segala sesuatu yang berkaitan dengan ketentraman dan ketertiban. Kondisi ketentraman dan ketertiban yang mantap dalam

masyarakat akan mendorong terciptanya stabilitas nasional dan akan menjamin kelancaran penyelenggaraan pemerintahan di daerah maupun pelaksanaan pembangunan daerah maka tugas Kepala Daerah akan bertambah, terutama dalam menegakkan Umum dan Peraturan ketentraman Daerah dan

Penyelenggaraan

Ketertiban

masyarakat

dibentuklah Satuan Polisi Pamong Praja (Undang-undang No. 32 Pasal 148 ayat 1 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah). Namun antara daerah yang satu dengan daerah yang lainya mempunyai karakteristik dan kultur masyarakat yang berbeda beda. Sehingga di butuhkan suatu peraturan yang berbeda pula dalam sistem penegakannya. Akhirnya munculah suatu bentuk aturan yang di sesuaikan untuk mengatur daerah tersebut yang di namakan dengan PERDA Salah satu contoh seperti yang ada di Kabupaten

(Peraturan Daerah). Lamongan.

Kabupaten lamongan merupakan suatu Kabupaten di Jawa timur yang letak geografisnya terletak koordinat: 9 0' - 4 50' LS 110 30' - 116

30' BT (Wikipedia bahasa Indonesia inseklopedia bebas). Kapuaten lamongan mempunyai jumlah penduduk Kabupaten lamongan mempunyai banyak peraturan daerah. Salah satunya adalah Peraturan daerah no 3 tahun 2004 tentang pengawasan dan pengendalian minuman keras. Sejalan dengan tugas pokok dan fungsi satuan polisi pamong praja sebagai penegak dan pelaksana peraturan daerah, Maka Dalam skripsi kali ini penulis akan mencoba membahas tentang peranan satuan polisi pamong praja dalam upaya menekan peredaran minuman keras di Kabupaten Lamongan berdasarkan peraturan daerah kabupaten Lamongan No.3 tahun 2004 tentang pengawasan daan pengendalian minuman keras. Menguraikan Peranan Polisi Pamong Praja dalam penegakkan Peraturan Daerah dan penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban masyarakat terutama terkait tentang pengawasan dan pengendalian miniman keras, Maka Polisi Pamong Praja dituntut untuk menciptakan suatu kondisi ketentraman dan ketertiban yang mantap dan selaras dengan program,

sehingga perlu dilakukan suatu tindakan yang meliputi seegala usaha, dan kegiatan yang berhubungan dengan perencanaan, penyusunan, pengarahan serta pengendalian segala sesuatu yang berkaitan dengan ketentraman dan ketertiban secara berdayaguna dan berhasil guna, sehingga peranan Polisi Pamong Praja dapat lebih dirasakan manfaatnya di semua bidang termasuk dalam menciptakan suatu kondisi aman dan nyaman ber masyarakat dalam wilayah kabupaten lamongan terutama yang berhubungan dengan segala

aktifitas yang berupa gangguan yang d sebabkan oleh tindakan yang terkait dengan konsumsi maupun perdaran minuman keras. Dengan memperhatikan tugas, wewenang, dan fungsi dari Polisi Pamong Praja, maka mereka di tuntut memaksimalkan berbagai usaha yang di butuhkan dalam menciptakan kondisi aman kota dengan

mempertahankan dan meningkatkan program - program yang sudah mantap melalui suatu pola kerja yang tepat dan lebih konkret bagi Polisi Pamong Praja dalam mengefektifkan kegiatan terkait dangan usaha pencegahan terhadap peredaran minuman keras, sehingga peranan Polisi Pamong Praja dapat lebih dirasakanmanfaatnya disemua bidang termasuk menciptakan iklim aman,nyaman serta bebas dari gangguan - gangguan masyarakat yang di sebabkan oleh minuman keras. Pemerintahan terutama di tingkat kabupaten menyadari bahwa laju pembangunan di masa mendatang cenderung terus meningkat kapasitas maupun intensitasnya serta mempengaruhi gaya hidup masyarakat yang semakin berubah seiring pesatnya pembangunan terutama di kabupaten lamongan, Tanpa di sadari akan suatu masalah yang komplek dan akan membawa dampak terhadap kehidupan masyarakat. Dengan semakin meningkatnya pembangunnan daerah maka tingkat kebutuhan yang cenderung semakin meningkat pula. Situasi dan kondisi yang semakin maju sangatlah diperlukan adanya anggota Polisi Pamong Praja yang mempunyai wawasan pengetahuan yang luas profesionalisme dan sikap disiplin serta ketahanan mental yang tinggi, sehingga dimungkinkan terwujudnya

aparatur Polisi Pamong Praja yang mempunyai pola pikir yang cepat, produktif, proaktif dan berwibawa disertai dengan amal perbuatan dharma bhakti dan pengabdian yang nyata (Intruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 1990). Semakin tinggi tingkat ekonomi suatu daerah maka akan selaras dengan Semakin meningkatnya pola gaya hidup masyarakat serta selaras pula dengan meningkatnya kebutuhan kebutuhan yang bersifat hiburan Dengan adanya celah tersebut maka dengan sendirinya akan semakin marak munculnya tempat tempat hiburan baik itu yang berijin maupun tidak berijin. Dengan adanya tempat tempat hiburan tersebut maka tidak menutup kemungkinan timbulnya gangguan masyarakat yang bersifat nyata seperti tempat tersebut menjadi tempat perdaran minuman keras baik itu yang berijin maupun yang tanpa ijin. Secara langsung maupun tidak langsung kegiatan tersebut dapat menimbulkan gangguaan masyarakat yang berarti membutuhkan adanya kehadiran satuan polisi pamong praja untuk menanggulangi maupun menekan peredaranya.sehingga dapat menciptakan suatu kondisi yang aman nyaman dan tentram bagi masyarakat di daerah kabupaten lamongan. Berdasarkan uraikan diatas, maka perlu kiranya kita mengatahui apa peranan satuan polisi pamong praja dalam menekan peredaran minuman keras di kabupaten Lamongan berdasarkan peraturan daerah no.3 tahun 2004 tentang pengawasan dan pengendalian minuman keras untuk menciptakan ketentraman dan ketertiban masyarakat.

B. Perumusan masalah Perumusan masalah merupakan masalah atau persoalan yang dihadapi dalam penanggulangan peredaran minuman keras oleh Polisi Pamong Praja di Kabupaten Lamongan sebagai berikut : 1. Bagaimanakah peranan satuan polisi pamong praja dalam menekan peredaran minuman keras di kabupaten Lamongan 2. Apa saja upaya yang dilakukan oleh satuan polisi pamong praja dalam mengatasi hambatan hambatan yang dihadapi dalam menanggulangi peredaran miras di kabupaten Lamongan 3. Apa saja hambatan - hambatan yang dihadapi dalam menekan peredaran minuman keras di kabupaten Lamongan. C.Tujuan penulisan Berdasarkan uraikan diatas, maka perlu kiranya di cari permasalahan apa yang menghambat kinerja Polisi Pamong Praja yang selanjutnya perlu segera diadakan pemecahan masalah atau jalan keluarnya sehingga dapat mampu berperan aktif membantu Kepala Daerah di bidang pembinaan ketentraman dan ketertiban masyarakat.

C. Pembatasan Masalah Mengingat keterbatasan kemampuan penulis guna menjadikan topik skripsi ini lebih jelas dan mudah dipahami oleh masyarakat pada umumnya dan pembaca pada khususnya dan sesuai dengan judul skripsi PERAN POLISI PAMONG

PRAJA DALAM RANGKA PENEGAKKAN PERATURAN DAERAH DI KABUPATEN KUDUS maka dalam penyajian skripsi ini penulis membatasi pembatasan masalah hanya pada peran, hambatan, dan upaya Polisi Pamong Praja dalam mengatasi hambatan dalam rangka Penegakkan Peraturan Daerah di Kabupaten Kudus. 1.4. Rumusan Masalah Masalah yang dibahas dalam penyusunan skripsi ini sangat singkat, agar mudah dimengerti dan dipahami oleh pembaca yang mana diantara masalah-masalah tersebut adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana peranan polisi pamong praja dalam menekan peredaran minuman keras di kabbupaten lamongan 2. Hambatan-hambatan apa saja yang di hadapi Polisi Pamong Praja dalam rangka penengakan Peraturan Daerah di Kabupaten Kudus ? 3. Upaya apa saja yang telah dilakukan oleh Polisi Pamong Praja dalam mengatasi hambatan-hambatan yang dihadapi dalam rangka penegakkanPeraturan Daerah di Kabupaten Kudus ? 1.5. Tujuan Penelitian Setiap langkah seseorang yang akan mengadakan penelitian tentu mempunyai tujuan yang hendak dicapai. Sebelum penelitian dilaksanakanterlebih dahulu harus menentukan tujuan dari penelitiannya, untuk menghindari agar penelitian yang akan dilaksanakan tidak menyimpang dari tujuan yang telah ditentukan, sehingga dalam penelitiannya akan mudah dilaksanakan. Sebab tujuannya digunakan sebagai patokan dalam pengumpulan data dan sebagai pembatasan dalam penelitian. Karena tanpa tujuan yang jelas data yang terkumpul akan mudah hilang dan akan menyimpang dari maksud penelitian. Adapun tujuan penelitian adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui peran Polisi Pamong Praja dalam menegakkan Peraturan Daerah di Kabupaten Kudus.

2. Untuk mengetahui hambatan-hambatan apa saja yang dihadapi PolisiPamong Praja Kabupaten Kudus dalam melaksanakan pembinaan ketentraman dan ketertiban serta penegakkan Peraturan Daerah diKabupaten Kudus. 3. Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan oleh Polisi Pamong Praja dalam mengatasi hambatan-hambatan dalam rangka Penegakkan Peraturan Daerah di Kabupaten Kudus. 1.6. Manfaat Penelitian ++++Bentuk dari hak publik jumlahnya banyak, salah satu diantaranya adalah hak publik untuk mendapatkan informasi dimana hak tersebut merupakan hak asasi manusia yang sangat hakiki, yang diperlukan untuk menegakkan keadilan dan kebenaran, memajukan kesejahteraan umum, dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Salah satu sarana untuk memperoleh informasi adalah dari pers, oleh karena itu sudah sepatutnya apabila kemerdekaan pers dijamin melalui suatu undang-undang. Jaminan terhadap kemerdekaan pers yang merupakan salah satu wujud kedaulatan rakyat dan menjadi unsur yang sangat penting untuk menciptakan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang

demokratis, adalah juga jaminan terhadap kemerdekaan mengeluarkan pikiran dan pendapat sebagaimana tercantum dalam Pasal 28 Undang-Undang Dasar (UUD) 1945. Pertumbuhan dan perkembangan pers nasional korelatif atau memiliki hubungan satu sama lain, dengan laju pertumbuhan dan perkembangan pembangunan nasional secara keseluruhan. Di satu pihak, pers merupakan salah satu media pendukung keberhasilan pembangunan, di lain pihak, pers banyak turut mengambil manfaat dari keberhasilan pembangunan. Keberhasilan dalam bidang pendidikan, peningkatan pendapatan masyarakat dan perluasan fasilitas perhubungan darat, laut dan udara, misalnya, sudah jelas besar manfaatnya bagi pertumbuhan dan perkembangan pers.[1] Adanya hubungan korelatif antara pers nasional dan pembangunan membawa konsekwensi bahwa bentuk dan isi pers Indonesia perlu mencerminkan bentuk dan isi pembangunan. Dengan lain perkataan, kepentingan pers nasional perlu mencerminkan kepentingan pembangunan nasional. Pers sebagai media pendukung keberhasilan pembangunan, perlu senantiasa menyadari tentang tujuan pembangunan nasional, ialah untuk mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur, yang mementingkan pemerataan materiil dan

spirituil, berdasarkan Pancasila, dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Di samping itu, perlu juga menyadari tentang landasan pembangunan nasional yang bertumpu pada pokok pikiran untuk membangun Manusia Indonesia seutuhnya, dan membangun seluruh masyarakat Indonesia. Pers sebagai sub-sistim dari sistim sosial yang ada, di mana pers itu diterbitkan, perlu menjaga adanya kesadaran tersebut, untuk memantapkan arah pengabdian pers nasional bagi kepentingan masyarakatnya. Suatu pengabdian yang akan turut menjamin keberhasilan pembangunan, yang pada gilirannya akan dapat menjamin pertumbuhan dan perkembangan pers itu sendiri. Sudah barang tentu, pengabdian pers kepada masyarakatnya bukan hanya atas pertimbangan yang bersifat pragmatik semacam itu, yaitu pertimbangan yang mementingkan hasil-hasil yang praktis tanpa perlu mengkaitkannya dengan berbagai teori dan alam pemikiran, yang sebenarnya jauh lebih pokok. Hal ini dapat dipelajari dalam Pedoman Pembinaan Idiil Pers, yang menyangkut pers pembangunan. Di dalam Pedoman Pembinaan Idiil Pers dijelaskan, bahwa pers nasional sebagai lembaga masyarakat yang mempunyai fungsi untuk mendukung kemajuan masyarakat lingkungannya, mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk menyebar luaskan pesan-pesan kemajuan dan keberhasilan pembangunan kepada masyarakat pembacanya. Penyebarluasan pesan-pesan semacam itu sekaligus akan dapat menanamkan kesadaran, kepercayaan dan harapan yang wajar kepada masyarakat bahwa orang Indonesia itu sebenarnya mampu untuk merencanakan dan menyelesaikan pembangunan dengan baik; bahwa setiap keberhasilan pembangunan akan menempatkan kita dalam keadaan yang lebih baik, dan bahwa dengan demikian arah pembangunan yang kita anut itu dapat di pertanggungjawabkan. Pers pembangunan tidak diharapkan untuk menutup mata terhadap kesulitan, kekurangan ataupun kegagalan dari pembangunan. Tetapi yang penting untuk diperhatikan adalah perlunya turut menanamkan kepercayaan akan kemampuan sendiri dalam mengatasi segala macam problema. Kesulitan apapun yang kita alami dalam melaksanakan pembangunan nasional, perlu diambil hikmahnya dan dimanfaatkan untuk mengadakan koreksi dan penyempurnaan, tanpa mengganggu stabilitas nasional yang sangat diperlukan bagi kelangsungan pembangunan itu sendiri secara terencana. Untuk itu, pers pembangunan bertugas turut menciptakan suasana batin masyarakat, agar dapat diliputi dengan rasa syukur, penuh harapan dan penuh kemauan untuk bekerja giat dan lebih tekun dalam membantu pelaksanaan pembangunan. Suasana batin semacam itu akan dapat membantu pengembangan iklim sosial yang menguntungkan bagi suksesnya pembangunan. Inilah juga yang disebut dengan istilah pembinaan sikap mental dan sikap hidup manusia pembangunan, ialah suatu sikap yang dalam taraf terakhir bersumber pada tata

dasar dan falsafah hidup Pancasila. Di sinilah terkaitnya pers, sebagai salah satu media komunikasi massa, sebagai jalur yang diharapkan turut memasyarakatkan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4). Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 1999, Tentang Pers, istilah pers berarti lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi, mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik, dan segala jenis saluran tersedia[2]. Akhir-akhir ini, timbul kegamangan dalam dunia pers. Kegamangan itu merupakan akibat dari pelaksanaan kebebasan pers berupa kritik yang tak berperasaan, menyesatkan, dan sangat miring. Ada dua kasus utama yang diamati oleh peneliti, yang pertama kasus Djadja Suparman (DS) versus beberapa harian, antara lain Radar Bali, Sumatra Ekspres, Rakyat Merdeka, dan Jawa Pos, yang kedua kasus Tommy Winata (TW) versus majalah Tempo. Korban-korban pemberitaan pers telah berjatuhan, dan hal ini menunjukkan bahwa slogan selalu yang pertama dalam melansir sesuatu berita, betul-betul merupakan persaingan bebas dalam kebebasan pers. Persaingan bebas dalam kebebasan pers ternyata juga mengandung aspek negatif, sehingga diplesetkan menjadi kebablasan pers. Pencegahan kebablasan pers itu menyebabkan pers terbuka untuk dikontrol masyarakat. Selain itu, Undang-Undang Pers (UUP) juga sudah menyiapkan mekanisme penyelesaian permasalahan akibat kebebasan pers dalam pemberitaan, lebih-lebih apabila korbannya para politisi atau konglomerat hitam.

1. B.

Perumusan Masalah

Didasarkan atas judul penelitian dan latar belakang masalah di atas, dapat dikatakan bahwa penelitian ini masuk dalam penelitian hukum yang mengatur bidang kegiatan pers. Masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut: Bagaimanakah implikasi berlakunya Undang-Undang No. 40 Tahun 1999 Tentang Pers Terhadap Kebebasan Pers? 1. C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana implikasi berlakunya Undang-Undang No. 40 Tahun 1999 Tentang Pers Terhadap Kebebasan Pers.

1. D.

Manfaat Penelitian

Penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat mempunyai manfaat sebagai berikut : 1. Memberikan sumbangan pemikiran terhadap pengembangan Hukum Tata Negara, khususnya yang berhubungan dengan Pers setelah berlakunya Undang-undang No. 40 Tahun 1999 Tentang Pers 2. Memberikan sumbangan pemikiran tentang peran pers dalam pembangunan.

Anda mungkin juga menyukai