yuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopas
dfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklz
xcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnm BAB I
PENDAHULUAN
qwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwerty
Umum
uiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasd
Kebijakan pengendalian tembakau di Indonesia masih banyak menimbulkan
perdebatan, mulai dari hak asasi seorang perokok, fatwa haram merokok di tempat umum
sampai dengan dampak anti rokok terhadap perekonomian dan tenaga kerja di Indonesia.
fghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzx
Padahal hasil kajian di beberapa negara menunjukkan bahwa kebijakan tentang Kawasan
Tanpa Rokok (KTR) merupakan cara yang efektif untuk mengendalikan tembakau atau lebih
khusus lagi untuk mengurangi kebiasaan merokok masyarakat. Penetapan KTR juga
cvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmq
wertyuiopasdfghjklzxcvbnmrtyuiopa
sdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjkl
zxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbn
mqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwert
yuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopas
dfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklz
xcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnm
qwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwerty
uiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasd
merupakan satu-satunya cara efektif dan murah untuk melindungi masyarakat dari bahaya
asap rokok orang lain. 1
Peraturan Daerah Kota Medan No. 3 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok
(selanjutnya disingkat KTR) dan Peraturan Walikota Medan No. 35 Tahun 2014, sebagai
peraturan pelaksana teknis implementasi Perda KTR merupakan kebijakan hukum yang
baru dikeluarkan oleh Pemerintah Kota Medan. Kedua kebijakan ini dibuat sebagai bukti
komitmen pemerintahan Kota Medan untuk memberikan perlindungan hukum bagi warga
kotanya dari paparan asap rokok orang lain, memberikan ruang dan lingkungan yang bersih
dan sehat bagi masyarakat dan melindungi kesehatan masyarakat perokok maupun bukan
perokok dari dampak buruk asap rokok baik langsung maupun tidak langsung.
Sebagai kebijakan baru maka pada tahap awal pemberlakuan Perda dan Perwal
KTR sangat dibutuhkan upaya-upaya penyadaran kepada masyarakat tentang landasan
filosofis dikeluarkannya kebijakan KTR, yang mengacu pada UU No. 36 Tahun 2009
Tentang Kesehatan diantaranya, bahwa setiap upaya pembangunan harus dilandasi dengan
wawasan kesehatan dalam arti pembangunan nasional harus memperhatikan kesehatan
masyarakat dan merupakan tanggung jawab semua pihak baik Pemerintah maupun
masyarakat. Merujuk pada isi Perda KTR maka langkah ini disebut dengan Pembinaan,
yang dilaksanakan oleh SKPD sesuai dengan tugas pokok dan fungsi sesuai ketentuan
Perda dan Perwal KTR.
1
) Nizwardi Azkha, “Studi Efektivitas Penerapan Kebijakan PERDA Kota Tentang Kawasan Tanpa
Rokok (KTR) Dalam Upaya Menurunkan Perokok Aktif di Sumatera Barat Tahun 2013”, Jurnal
Kebijakan Kesehatan Indonesia, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas, Padang, Volume 02,
Nomor. 04 Desember 2013.
2
) Surjono Sukanto, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Rajawali, Jakarta. 1983, hal.2.
2|Page
Sedangkan istilah “Pengawasan” dalam Perda KTR mengandung unsur “penegakan
hukum” sehingga keduanya sering digunakan secara bergantian. Temuan hasil pengawasan
berbentuk pelanggaran akan dikenai sanksi sesuai dengan Perda. Pengelola, pemimpin
dan/atau penanggung jawab KTR wajib melakukan inspeksi dan pengawasan di KTR yang
menjadi tanggung jawabnya.
Tujuan Umum
Menjamin kepatuhan setiap orang, baik Pemerintah Daerah, atau Satuan Kerja
Perangkat Daerah ( disingkat SKPD) atau subjek hukum lainnya terhadap pelaksanaan
Peraturan Daerah tentang kawasan tanpa rokok, yang pada akhirnya akan menciptakan
ruang dan lingkungan yang bersih dan sehat, serta mampu melindungi masyarakat dari
paparan asap rokok orang lain baik langsung maupun tidak langsung.
Tujuan Khusus
Buku Prosedur Standard Pemantauan Pelaksanaan KTR ini disusun dalam rangka
memberikan informasi lebih lengkap dan menjadi acuan yang seragam dalam pelaksanaan
KTR di wilayah Kota Medan dalam hal :
1. Menjamin kesamaan persepsi antara penyusun PERDA, pelaksana lapangan dan
otoritas penegak hukum tentang isi PERDA dan batasan yang digunakan.
2. Menjamin keseragaman tindakan penegakan hukum.
3. Merumuskan built-in system pengawasan/penegakan hukum PERDA KTR dalam
penegakan hukum sebagai PERDA yang sederhana yang bisa dilakukan.
Sasaran
Pengertian Umum
Dalam Buku Prosedur Standar Pemantauan Pelaksanaan KTR ini yang dimaksud
dengan :
1. Kawasan Tanpa Rokok (selanjutnya disingkat KTR) adalah ruangan atau area yang
dinyatakan dilarang untuk kegiatan merokok atau kegiatan memproduksi, menjual,
mengiklankan, dan/atau mempromosikan produk tembakau.
2. Rokok adalah salah satu produk tembakau yang dimaksudkan untuk dibakar dan dihisap
dan/atau dihirup asapnya, termasuk rokok kretek, rokok putih, cerutu atau bentuk lainnya
yang dihasilkan dari tanaman tembakau (nicotiana tobacum, nicotiana rustica), dan
species lainnya atau sintetisnya yang asapnya mengandung nikotin dan tar dengan atau
tanpa bahan tambahan.
3|Page
3. Satuan Kerja Perangkat Daerah, yang selanjutnya disingkat SKPD adalah satuan kerja
perangkat daerah Kota Medan meliputi sekretaris daerah, sekretariat DPRD, dinas
daerah, badan daerah, kantor daerah dan kecamatan.
4. Setiap orang adalah siapa saja orang perorangan maupun korporasi baik berupa badan
hukum maupun bukan badan hukum.
5. Pimpinan dan/atau penanggung jawab KTR adalah orang yang karena jabatannya,
memimpin dan/atau bertanggungjawab atas kegiatan dan/atau usaha di kawasan yang
ditetapkan sebagai KTR, baik milik pemerintah maupun swasta.
BAB II
SOSIALISASI KAWASAN TANPA ROKOK
Untuk 1 (satu) tahun pertama implementasi PERDA KTR dan PERWAL KTR di Kota
Medan, sasaran utamanya adalah tersosialisasikannya Perda KTR yang bersifat preventif
dengan langkah-langkah persuasive, dan belum sampai pada penegakan hukum yang
bersifat represif, seperti pengenaan besaran denda sesuai dengan ketentuan Perda KTR
melalui pendekatan Pro Justisia. Dengan kata lain sasaran utama tahun pertama ini adalah
menyebarkan seluas-luasnya kepada semua lapisan masyarakat yang berada pada semua
wilayah KTR agar tujuan pengundangan Perda KTR dan perangkat pelaksana lainnya
4|Page
dipahami oleh Tim Pemantau KTR Kota Medan, Penanggungjawab KTR, Pengawas
Internal, dan Masyarakat.
2. Tanda tersebut harus dibuat di tempat yang mudah dilihat dan dibaca oleh masyarakat
umum dalam bentuk plang pada halaman KTR, Baliho, Spanduk, Standing Banner,
poster, running teks, stiker, leaflet, brosur, atau media sosialisasi lainnya berupa visual
maupun audio visual.
3. Pengumuman dan tanda larangan merokok tidak boleh bekerja sama dengan
perusahaan rokok atau perusahaan yang terkait dengan rokok.
5. Ceramah, diskusi, talkshow, seminar, penyuluhan yang berhubungan dengan KTR dan
bahaya merokok.
7. Penayangan atau penyiaran iklan layanan masyarakat pada media cetak, radio, televisi,
dan media sosial lainnya.
1. Pengumuman dan Tanda Larangan dapat berisikan informasi bahaya merokok dan KTR
berupa gambar, tulisan, media audio ataupun video.
2. Pengumuman dan Tanda Larangan dapat berupa spanduk, stiker, standing baner, atau
sejenisnya,
3. Pengumuman dan Tanda Larangan dapat diletakkan pada tempat-tempat yang mudah
dibaca, dilihat, didengar, atau dilalui orang seperti pintu keluar atau pintu masuk, ruang
lobby, kamar, ruang kerja, ruang rapat atau pertemuan, toilet dan sejenisnya.
4. Khusus di Tempat Kerja, pemasangan Pengumuman dan Tanda Larangan tidak
termasuk pada tempat usaha yang diperuntukan khusus untuk usaha jual beli seperti
kantin, koperasi atau sejenisnya.
5. Khusus di Tempat Umum, pemasangan Pengumuman dan Tanda Larangan tidak
termasuk pada tempat usaha yang diperuntukkan khusus untuk usaha jual beli seperti
grosir, supermarket, minimarket atau sejenisnya.
6. Pengumuman dan Tanda Larangan berupa media audio ataupun video dilakukan dan
disiarkan secara periodik.
5|Page
7. Tanda Larangan berbentuk tulisan dan gambar sesuai dengan ketentuan Perwal KTR.
8. Terdapat gambar/simbol rokok yang menyala berasap dan lingkaran merah yang
disilang.
9. Memuat sanksi bagi si pelanggar dan dasar hukumnya.
10. Terdapat tulisan “KAWASAN TANPA ROKOK”.
11. Tertera nomor kontak pengaduan.
12. Mencantumkan lambang daerah.
13. Dapat mencantumkan logo lembaga dengan ketentuan besaran logo lembaga tidak
melebihi lambang daerah.
Berikut adalah beberapa contoh dan tanda KAWASAN TANPA ROKOK yang dapat di
gunakan oleh pengelola, pembina dan pengawas KTR.
BAB III
Penanggungjawab dan Pengawas Internal
Kawasan Tanpa Rokok
Mengacu pada PERDA dan PERWAL KTR Kota Medan, terlihat bahwa
Pimpinan/Penanggungjawab KTR setempat (Pengelola gedung, Pimpinan/Manajer instansi)
memiliki kewajiban untuk :
6|Page
1. Mengeluarkan instruksi kepada setiap orang pada unit-unit kerja yang ada dibawah
koordinasinya maupun masyarakat yang masuk ke wilayah KTR untuk tidak merokok di
wilayah KTR.
2. Menunjuk petugas pengawas internal ataupun pelaksana harian KTR yang bertanggung
jawab melakukan pengawasan terhadap jalannya PERDA dan PERWAL KTR di lokasi
tersebut.Petugas wajib melaporkan
3. Memasang tanda-tanda dan pengumuman DILARANG MEROKOK KTR yang cukup
besar, mudah terbaca, ditempatkan di semua pintu masuk utama dan tempat-tempat
yang dipandang perlu dan mudah terbaca dan/atau didengar dengan baik. Pengumuman
informasi tersebut bisa berupa gambar, tulisan, media audio maupun video.
4. Melarang/menegur/meminta keluar/melaporkan pada Petugas Pelaksana KTR tentang
adanya orang merokok di wilayah KTR.
5. Tidak menyediakan asbak atau sejenisnya pada tempat dan/atau lokasi KTR yang
menjadi tanggung jawabnya.
6. Tidak memperbolehkan iklan/promosi rokok, menjual dan/atau membeli rokok di lokasi
KTR. Penjualan rokok hanya bisa dilakukan jika yang bersangkutan memiliki ijin
penjualan. Berubah jadi no. 4
7. Khusus te,mpat umum dan tempat kerja wajjib menyediakan area khusus merokok.
a. Untuk Rumah Sakit Umum milik Pemerintah maupun Rumah Sakit Swasta termasuk
Rumah Sakit Bersalin, penanggung jawab KTR adalah Direktur atau Kepala Rumah
Sakit.
b. Untuk Poliklinik atau Balai Pengobatan, maka penanggung jawab KTRnya adalah
Kepala Poli atau Kepala Balai gani
c. Penanggung jawab KTR di Puskesmas adalah Kepala Puskesmas.
d. Penanggung jawab KTR di Laboratorium adalah Kepala Laboratorium.
e. KTR dalam wilayah apotik menjadi tanggung jawab apoteker.
f. Penanggung jawab KTR di tempat praktek kesehatan swasta atau tempat pelayanan
kesehatan lainnya adalah pemilik tempat praktek pelayanan kesehatan yang
bersangkutan.
g. Pengawas Internal pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah satuan tim
pengawas internal KTR yang ditunjuk oleh penanggungjawab KTR seperti Petugas
Keamanan, Petugas Informasi, dokter/bidan/suster/perawat piket.
7|Page
a. Untuk tempat bermain anak yang berada dalam satu bangunan induk seperti mall,
penanggung jawab KTR adalah pimpinan pengelola tempat anak bermain.
b. Untuk tempat anak bermain yang berada diluar ruangan seperti taman, play ground,
dan tempat hiburan anak, penanggung jawab KTR adalah pimpinan pengelola
tempat anak bermain.
c. SKPD yang mengelola taman-taman kota yang memiliki fasilitas tempat anak
bermain dapat membentuk penanggungjawab KTR pada masing-masing taman.
d. Pengawas Internal KTR pada Tempat Anak Bermain adalah satuan pengawas
internal KTR yang ditunjuk oleh penanggungjawab KTR, seperti pegawai dan
Petugas Keamanan.
b. Gereja
- Penangunggungjawab KTR pada gereja Protestan adalah Preses, Ketua Klasis,
Pendeta Resort, Majelis Jemaat dan Pendeta Pensiun.
- Penangunggungjawab KTR pada gereja Khatolik adalah : Uskup, Pastor Paroki,
Pastor.
c. Vihara/Kelenteng/Pura/Kuil
Penanggungjawab KTR adalah Pimpinan Vihara, Kelenteng, Biksu, Bikuni.
Di Kuil dan Pura …. Pinandita
Pengawas Internal KTR pada Tempat Ibadah adalah satuan pengawas internal
KTR yang ditunjuk oleh penanggungjawab KTR, seperti Nazir, pengurus masjid,
pengurus kelompok pengajian (majelis taklim), anggota dewan stasi, pendeta, pengurus
majelis jemaat, biksu, bikuni, pastor, Petugas keamanan atau petugas khusus yang
ditunjuk oleh penanggungjawab KTR.
a. Penanggungjawab KTR pada Angkutan Umum saat angkutan bergerak adalah Supir
dan Kondektur.
b. Penanggungjawab KTR pada Angkutan Umum saat berada di stasiun atau terminal
atau pangkalan atau pool adalah Pimpinan atau Kepala Terminal atau mandor
angkutan umum.
8|Page
a. Penanggungjawab KTR di tempat umum seperti pasar modern, pasar tradisional,
tempat wisata, tempat hiburan, hotel, restoran dan rumah makan, tempat rekreasi,
tempat olah raga, terminal angkutan umum, terminal angkutan barang, pelabuhan
laut, bandara adalah pimpinan tempat umum tersebut.
b. Penanggungjawab KTR di tempat umum seperti halte bus adalah petugas dinas
Perhubungan.
c. Pengawas Internal KTR pada Tempat Umum adalah satuan pengawas internal KTR
yang ditunjuk oleh penanggungjawab KTR.
BAB IV
Penegakan Kawasan Tanpa Rokok
Penegakan KTR
Setiap pimpinan, pengelola atau penanggung jawab KTR melarang setiap orang
yang berada di dalam wilayah KTR yang menjadi tanggung jawabnya untuk tidak merokok,
mempromosikan, mengiklankan, atau jual beli rokok.
Apabila ada orang yang terbukti merokok atau mempromosikan, mengiklankan, atau
menjual/belikan rokok di dalam wilayah KTR, maka pimpinan/pengelola atau penanggung
jawab KTR wajib menegur atau memberi peringatan.
9|Page
Tunjukan pada rambu/tanda DILARANG MEROKOK
dan meminta orang tersebut untuk mematikan rokok (petugas
membawa asbak) atau keluar dari KTR
Cat : Jika ada potensi ancaman kekerasan fisik dari orang yang merokok,
kami sarankan Anda untuk memberitahukan dan/atau mencari bantuan dari
polisi/aparat keamanan setempat
Setiap pengelola, pimpinan, dan/atau penanggung jawab KTR pada fasilitas pelayanan
kesehatan wajib memberikan teguran, peringatan dan/atau mengambil tindakan kepada
setiap pasien, pengunjung, tenaga kesehatan, tenaga non kesehatan atau setiap
orang yang berada di area fasilitas pelayanan kesehatan yang menjadi tanggung
jawabnya, apabila terbukti melakukan kegiatan merokok, mempromosikan,
mengiklankan, menjual, dan/atau membeli rokok, berupa :
10 | P a g e
meninggalkan KTR.
c. Memberikan sanksi administrasi kepada tenaga kesehatan dan tenaga non medis
kesehatan sesuai dengan kebijakan dan/atau peraturan yang berlaku pada fasilitas
pelayanan kesehatan dimaksud; atau
d. Melaporkan kepada aparat/petugas internal KTR yang berwenang.
e. Mencatat peristiwa dan tindakan yang diambil dalam Form Monitoring KTR yang ada
di wilayahnya.
Setiap pengelola, pimpinan, dan/atau penanggung jawab KTR pada tempat proses
belajar mengajar wajib memberikan teguran, peringatan dan/atau mengambil tindakan
kepada setiap peserta didik, pendidik, tenaga kependidikan atau setiap orang yang
berada di area tempat proses belajar mengajar yang menjadi tanggung jawabnya
apabila terbukti melakukan kegiatan merokok, mempromosikan, mengiklankan,
menjual, dan/atau membeli rokok, berupa :
Setiap pengelola, pimpinan, dan/atau penanggung jawab KTR pada tempat anak
bermain wajib memberikan teguran, peringatan dan/atau mengambil tindakan kepada
setiap orang yang berada di area tempat anak bermain yang menjadi tanggung
jawabnya apabila terbukti melakukan kegiatan merokok, mempromosikan,
mengiklankan, menjual, dan/atau membeli rokok.
11 | P a g e
meninggalkan KTR.
c. Menyuruh keluar jemaah atau setiap orang yang berada di tempat ibadah yang
menjadi tanggung jawabnya; atau
d. Melaporkan kepada aparat petugas internal KTR yang berwenang.
e. Mencatat peristiwa dan tindakan yang diambil dalam Form Monitoring KTR yang ada
di wilayahnya.
Setiap pengemudi dan/atau kondektur dan/atau sebutan lainnya angkutan umum wajib
memberikan teguran, peringatan dan/atau mengambil tindakan kepada penumpang atau
setiap orang yang berada di dalam kendaraannya apabila terbukti melakukan kegiatan
merokok, mempromosikan, mengiklankan, menjual, dan/atau membeli rokok.
a. Menegur calon penumpang yang merokok ketika hendak masuk ke dalam angkutan
umum. Jika rokok telah dimatikan calon penumpang dipersilahkan untuk naik ke
angkutan umum.
b. Jika calon penumpang menolak untuk mematikan rokok, sopir/kondektur tidak
memperkenankan calon penumpang untuk menaiki angkutan umum yang
bersangkutan.
c. Jika dalam perjalanan penumpang merokok didalam angkutan umum, sopir
/kondektur wajib melarang untuk tidak merokok.
d. Jika penumpang menolak untuk mematikan rokok, sopir/kondektur wajib
menurunkan penumpang tersebut.
e. Melaporkan kepada aparat petugas internal KTR yang berwenang.
f. Mencatat peristiwa dan tindakan yang diambil dalam Form Monitoring KTR yang ada
di wilayahnya.
g. Menegur pengemudi dan atau kondektur dan atau sebutan lainnya dapat dilakukan
oleh penumpang baik secara langsung ataupun melalui nomor kontak yang ada di
stiker KTR. (dengan melengkapi identifikasi jenis angkutan, trayek dan no BK
angkutan)
Setiap pengelola, pimpinan, dan/atau penanggung jawab KTR pada tempat kerja wajib
memberikan teguran, peringatan dan/atau mengambil tindakan kepada setiap orang
yang berada di tempat kerja yang menjadi tanggung jawabnya, apabila terbukti
melakukan kegiatan merokok, mempromosikan, mengiklankan, menjual, dan/atau
membeli rokok.
12 | P a g e
berada di ruang terbuka yang berhubungan langsung dengan udara luar,
sehingga udara dapat bersikulasi dengan baik;
terpisah dari gedung/tempat/ruang utama dan ruang lainnya yang
dipergunakan untuk beraktifitas.
jauh dari pintu masuk dan pintu keluar; dan
jauh dari tempat orang berlalu lalang.
Setiap pengelola, pimpinan, dan/atau penanggung jawab KTR pada tempat umum wajib
memberikan teguran, peringatan dan/atau mengambil tindakan kepada setiap orang
yang berada di area tempat umum yang menjadi tanggung jawabnya, apabila terbukti
melakukan kegiatan merokok, mempromosikan, mengiklankan, menjual, dan/atau
membeli rokok.
BAB V
Pembinaan dan Pengawasan
Pembinaan
13 | P a g e
KTR yang dilakukan oleh SKPD terkait, sebagaimana disebutkan dalam Pasal 34 PERDA
KTR. Lebih lanjut Pasal 18 ayat 2 PERWAL KTR mengatur bahwa Walikota Medan berhak
mengangkat TIM PEMANTAU KTR untuk mengawasi pelaksanaan KTR yang dilakukan oleh
SKPD terkait.
Pengawasan KTR yang dilakukan oleh SKPD sesuai dengan tupoksinya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 PERDA KTR adalah :
1. Dinas Kesehatan Kota Medan untuk pengawasan KTR pada fasilitas pelayanan
kesehatan.
2. Dinas Pendidikan Kota Medan untuk melakukan pengawasan KTR di fasilitas layanan
pendidikan dan tempat belajar mengajar, serta tempat anak bermain atau berkumpul.
3. Dinas Kesejahteraan Sosial Kota Medan sebagai pengawas KTR pada di tempat-tempat
ibadah.
4. Dinas Perhubungan Kota Medan sebagai pengawas KTR pada angkutan umum dan
fasilitas angkutan umum.
5. Dinas Pemuda dan Olahraga bertindak sebagai pengawas KTR di fasilitas olah raga.
6. Dinas Sosial dan Ketenagakerjaan Kota Medan sebagai pengawas KTR di panti dan .
7. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan sebagai pengawas KTR di tempat
umum.
8. Dinas Pertamanan Kota Medan sebagai pengawas KTR dikawasan pertamanan atau
tempat lain yang menjadi tanggung jawabnya.
9. Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Medan sesuai tupoksinya di bidang
ketertiban umum dan pengawas pelaksanaan seluruh KTR di Kota Medan.
10. Disperindag sebagai pengawas KTR di kawasan perdagangan.
Objek Pengawasan
Hal-hal penting yang harus diawasi dalam implementasi PERDA/PERWAL KTR ini
meliputi :
1. Ada tidaknya tanda “DILARANG MEROKOK” yang cukup jelas dan mudah terbaca
(segera terlihat ketika orang memasuki kawasan) di semua pintu masuk gedung.
2. Ada tidaknya orang merokok di tempat yang ditetapkan sebagai KTR.
3. Ada tidaknya AREA/RUANGAN merokok dalam gedung dengan/tanpa ventilasi untuk
menghilangkan asap rokok.
4. Ada tidaknya tanda-tanda promosi/iklan rokok di KTR. Penjualan rokok di KTR hanya
dibenarkan bagi yang memiliki ijin usaha untuk menjual.
5. Ada tidaknya asbak dan/atau sarana pendukung merokok di KTR.
6. Ada tidaknya bau rokok di dalam gedung tertutup yang ditetapkan sebagai KTR
(tambahan).
7. Ada tidaknya puntung rokok di gedung tertutup yang ditetapkan sebagai KTR
(tambahan).
Pengawasan Internal dilakukan oleh Petugas yang telah ditunjuk Penanggung Jawab KTR
sebagai pengawas dan penegak KTR di institusi tersebut. Pengawasan internal dilakukan
dengan cara :
1. Menugaskan kepada pengawas internal KTR untuk mencatat setiap terjadinya
pelanggaran KTR yang dimuat dalam lembaran form monitoring yang berisi tempat
kejadian pelanggaran KTR, subjek pelanggar KTR, bentuk sanki yang diberikan, dan
catatan lain.
2. Penanggungjawab KTR melakukan evaluasi secara berkala terhadap penegakan KTR.
3. Penanggungjawab KTR membuka layanan pengaduan yang dapat diakses oleh setiap
orang yang mengetahui terjadinya pelanggaran KTR di wilayah KTR berasangkutan.
14 | P a g e
4. Nomor kontak layanan pengaduan dibuat oleh penanggungjawab KTR dengan jelas
sehingga dapat diketahui oleh semua pengunjung KTR.
5. Isi lembar form monitoring pemantau KTR, seperti terlampir pada contoh dibawah ini :
Lampiran :
A IDENTITAS LOKASI
1 Nama Tempat :
15 | P a g e
2 Alamat :
E KENDALA :
/HAMBATAN
F SARAN DAN MASUKAN :
Medan, ...(tanggal/bulan/tahun)..........
BAB VI
TINDAK PIDANA RINGAN (TIPIRING)
Tujuan
16 | P a g e
Penegakan Hukum melalui persidangan tindak pidana ringan (Tipiring) Perda KTR
merupakan wujud penegakan hukum yang di atur dalam Undang-Undang. Tujuan
Umum Tipiring Perda KTR adalah terwujudnya Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di 8
Kawasan di Kota Medan, dan sebagai efek jera bagi pelanggar Perda KTR.
Sasaran
17 | P a g e
- Satpol PP.
- Dishub khususnya DLLAJ.
- TNI.
- POLRI.
- Bagian Hukum Pemkab/Pemkot.
- Tim Pembina seperti Dinkes, Disperindag, Disbudpar, Disdik
(tergantung lokasi yang di tipiring).
- LSM pemerhati masalah kesehatan.
- Media cetak dan elektronik.
Tugas pokok dan fungsi (Tupoksi) masing-masing Tim Penegak Perda KTR dapat
diuraikan sebagai berikut :
Hakim, bertugas untuk :
1. Melakukan persidangan dengan memutus perkara/ memvonis
pelanggar.
2. Hakim di damping oleh 1 (satu) orang Panitera Pengganti yang bertugas
mencatat proses jalannya persidangan.
3. Selain itu Hakim dibantu juga oleh 3 (tiga) orang staf Pantera yang
bertugas memanggil pelanggar, mencatat register pelanggar serta
menyerahkan putusan yang di catat di register pelanggar ke bagian
Kejaksaan.
18 | P a g e
1. Melakukan penjaringan sasaran (sebagai eksekutor) khususnya di
angkutan umum.
2. Membawa sasaran yang terjaring di angkutan umum beserta barang
bukti ke persidangan.
A. Langkah Persiapan.
Melakukan koordinasi dengan Tim Penegak PERDA KTR Kota Medan
untuk membahas rencana kegiatan Tipiring melalui Rapat Teknis
Persiapan Tipiring. Hal-hal yang dibahas dalam Rapat Teknis
diantaranya adalah :
Evaluasi pelaksanaan Tipiring sebelumnya (apabila sudah
pernah dilakukan)
Menentukan sasaran Tipiring berikutnya.
Menentukan lokasi dan jadwal pelaksanaan Tipiring (koordinasi
dengan kejaksaan dan pengadilan)
Menentukan teknis tipiring.
Menentukan Tim yang terlibat dan pembagian tugas (siapa
berbuat apa).
19 | P a g e
Surat Permohonan Personil untuk Tim Tipiring (sesuai waktu
dan tempat yang telah ditentukan) dengan membawa Surat
Tugas dari Pimpinan Institusinya.
Tim Tipiring mempersiapkan berkas-berkas yang dibutuhkan
untuk Tipiring sesuai tupoksi masing-masing.
Surat Permohonan izin tempat terkait lokasi sidang Tipiring.
Surat Permohonan bantuan keamanan (Koramil dan Polsek
tembusan Dandim dan Polres Kota).
20 | P a g e
C. Tahap Evaluasi
Setelah proses persidangan selesai, dilanjutkan dengan evaluasi
singkat Tim inti terkait pelaksanaan Tipiring pada hari tersebut.
Press conference dengan berbagai media yang mengikuti proses
Tipiring (cetak/elektronik)
Membereskan administrasi dan segala perlengkapan Tipiring
Tipiring selesai.
Indikator Masukan
• Tim Penegak PERDA KTR
• Administrasi Tipiring
• Perlengkapan Tipiring
Indikator Proses
• Penyiapan tim dan perlengkapan Tipiring
• Pelaksanaan apel siaga dan pembagian tugas
• Proses penjaringan sasaran
• Proses penyidikan BAP
• Putusan pengadilan
• Penyelesaian sanksi administrasi
Indikator Keluaran
• Meningkatnya tingkat kepatuhan KTR di 7 Kawasan
• Efek jera bagi pelanggar KTR
BAB VII
PENUTUP
21 | P a g e
Standar Operasional Prosedur (SOP) biasa disebut dengan Prosedur Operasi Standar
(POS) berguna menjadi pedoman atau acuan untuk melaksanakan tugas dan pekerjaan
sesuai dengan fungsi dan alat penilaian kinerja. Tujuan SOP di kalangan instansi
pemerintah adalah menciptakan komitmen mengenai apa yang dikerjakan oleh satuan unit
kerja instansi pemerintah adalah menciptakan komitmen mengenai apa yang dikerjakan oleh
satuan unit kinerja instansi pemerintahan untuk mewujudkan pemerintahan yang baik (good
governance). Standar Operasional Prosedur tidak saja bersifat internal tetapi juga eksternal,
karena selain digunakan untuk menilai kinerja organisasi publik di mata masyarakat berupa
responsivitas, responsibilitas, dan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah.
Standar Operasional Prosedur Pelaksanaan Perda Kawasan Tanpa Rokok ini memuat
langkah-langkah kerja baik berkaitan dengan sistem, mekanisme dan tata kerja internal
untuk mencapai tujuan pembuatan Perda dan Perwal KTR. Sebagai suatu instrumen
manajemen, SOP berlandaskan pada sistem manajemen kualitas yang apabila
dilaksanakan secara konsisten maka tujuan yang diharapkan akan tercapai.
Demikian Petunjuk Pelaksanaan Perda Kota Medan No. 3 Tahun 2014 tentang KTR dan
Perwali Kota Medan No. 35 tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Peraturan
Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Kawasan Tanpa Rokok dibuat untuk
dipedomani oleh Tim Pemantau KTR Kota Medan, Penanggungjawab KTR, Pengawas
Internal KTR, dan seluruh masyarakat Kota Medan.
Petunjuk Pelaksanaan ini disusun berdasarkan Fokus Group Diskusi (FGD) oleh berbagai
pemangku kepentingan pada 7 Kawasan Tanpa Rokok. Hal-hal yang termuat dalam
Petunjuk Pelaksanaan ini masing-masing penanggungjawab KTR.
22 | P a g e