1.Daerah yang belum menetapkan Peraturan Daerah tentang KTR, agar segera menetapkan Peraturan
Daerah tentang KTR di wilayah dengan mengacu pada ketentuan peraturan perundang-undangan.
2.Daerah yang telah menetapkan Peraturan Daerah tentang KTR, agar melakukan pembinaan atas
penyelenggaraan KTR sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Apa Itu Kawasan Tanpa Rokok dan apa tujuannya?
Kawasan Tanpa Rokok (KTR) adalah ruangan atau area yang dinyatakan
dilarang untuk kegiatan merokok atau kegiatan memproduksi, menjual,
mengiklankan, dan atau mempromosikan produk tembakau. (Menurut
Pasal 1 Angka 11 PP 109/2012.)
Kawasan Tanpa Rokok ditetapkan sebagai upaya perlindungan untuk
masyarakat terhadap risiko ancaman gangguan kesehatan karena
lingkungan tercemar asap rokok
Penetapan Kawasan Tanpa Rokok Meliputi:
1.Fasilitas Layanan Kesehatan;
2.Tempat Proses Belajar Mengajar;
3.Tempat Anak Bermain;
4.Tempat Ibadah;
5.Angkutan Umum;
6.Tempat Kerja; dan
7.Tempat Umum dan Tempat lainnya yang
ditetapkan.
(Pasal 115 ayat 1 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan)
Inventarisir Peraturan Terkait KTR
Undang Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945No. 1 Tahun 2000 Pasal 1 Ayat 1
1
2
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah.
3
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia.
8 Peraturan Pemerintah
Pencemaran Udara.
Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian
10 Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 Tentang Pengamanan Bahan Yang
Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan.
11 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 40 Tahun 2013 tentang Peta Jalan Pengendalian Dampak
Konsumsi Rokok Bagi Kesehatan.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 64 Tahun 2015 tentang Kawasan Tanpa
12 Rokok di Lingkungan Sekolah.
Sistematika Rancangan Peraturan Daerah tentang KTR
Menurut UU 12/2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan
1
Pendahuluan/ A. Pertimbangan:
konsiderans Memuat pokok pikiran yang bersifat filosofis, yuridis dan
Sosiologis.
B. Dasar hukum:
Memuat peraturan perundangan yang memerintahkan
peembuatan suatu peraturan
2 Batang tubuh/ Dikelompokkan menjadi
Isi peraturan A.Ketentuan umum
B.Materi pokok yang diatur
C.Ketentuan sanksi
D.Ketentuan pidana
E.Ketentuan peralihan (jika ada)
3 Penutup
Sistematika Muatan Materi dalam Rancangan Peraturan Daerah tentang KTR
BAB III menjelaskan peran Pemerintah Daerah dan masyarakat dalam Memberikan arahan terkait peran serta Pemerintah Daerah dan
PERAN PEMERINTAH DAERAH DAN MASYARAKAT mewujudkan KTR masyarakat dalam mewujudkan KTR
BAB IV Pengaturan terkait dengan iklan dan sponsor produk rokok arahan terkait dengan iklan dan sponsor produk rokok
IKLAN DAN SPONSOR PRODUK ROKOK
BAB V Pengaturan terhadap pihak-pihak terkait dalam mewujudkan KTR Menjelaskan terhadap pihak-pihak terkait dalam
KOORDINASI,JEJARING KERJA DAN KEMITRAAN mewujudkan KTR
BAB VI Penjabat Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Daerah Sebagai bentuk dukungan terkait penegakkan implementasi
PEMBENTUKAN SATGAS PENEGAK KTR Kabupaten Inhu dan/atau individu yang ditunjuk oleh Bupati dan Kawasan Tanpa Rokok (KTR)
mempunyai tugas untuk membina dan mengawasi pelaksanaan
Kawasan Tanpa Rokok
BAB VII Menjelaskan kewajiban dan larangan dalam penyelenggaraan KTR Memberikan arahan mengenai kewajiban dan larangan setiap
KEWAJIBAN DAN LARANGAN yang terlibat
BAB VIII pembinaan dan pengawasan terhadap Memberikan penjelasan bentuk pembinaan dan pengawasan
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN KTR tersebut terhadap KTR
BAB IX Mengengai anggaran dalam mewujudkan KTR Sumber anggaran dalam mewujudkan KTR
PEMBIAYAAN
BAB XI Ketentuan yang memuat penyesuaian pengaturan tindakan hukum 1. Menghindari terjadinya kekosongan hukum.
KETENTUAN PIDANA atau hubungan hukum yang sudah ada berdasarkan peraturan 2. Menjamin kepastian hukum
perundang-undangan yang lama terhadap pera uu yang baru 3. Memberikan perlindungan hukum bagi masyarmasyarakat.
BAB XI
KETENTUAN PENUTUP
TARGET PERAPAN PERDA KAWASAN TANPA ROKOK YAKNI
1.Ketentuan Pasal 1 angka 6-8 PP No. 109 Tahun 2012 Tentang Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif
Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan.(Perda mengatur tentang iklan, sponsor dan promosi rokok mengacu
pada pasal ini)
2.Pasal 25 PP No. 109 Tahun 2012 Tentang Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk
Tembakau Bagi Kesehatan bahwa Setiap orang dilarang menjual Produk Tembakau:
•menggunakan mesin layan diri;
•kepada anak di bawah usia 18 (delapan belas) tahun; dan
•kepada perempuan Hamil
(Perda harus memuat pengaturan penjualan produk tembakau, identifikasi usia dan status kehamilan )
3. Pasal 38 PP No. 109 Tahun 2012 Tentang Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk
Tembakau Bagi Kesehatan bahwa Setiap orang dilarang menjual ProdukTembakau menyebutkan bahwa Ketentuan
lebih lanjut mengenai tata cara pengendalian Sponsor Produk Tembakau sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36
dan Pasal 37 diatur oleh Pemerintah Daerah (Perda mencantumkan tentang tatacara pengendalian Sponsir Produk
Tembakau Penugasan kepada Tim Pemantau Sistem Pelaporan dan pengaduan oleh masyarakat Penegak aturan
oleh Satpol PP dan ada sanksi yang di tetapkan)
Pasal 22-25 PP 19/2003 tentang Pengamanan Rokok bagi Kesehatan,
Indonesia telah memiliki peraturan untuk melarang orang merokok di tempat
tempat yang ditetapkan. Pelanggaran ketentuan dalam Peraturan
Pemerintah ini dapat dikenakan tindakan administratif dan sanksi pidana
sesuai dengan Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
yang telah di cabut dengan UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
Pasal 22-25 PP 19/2003 tentang Pengamanan Rokok bagi Kesehatan, Indonesia telah
memiliki peraturan untuk melarang orang merokok di tempat tempat yang ditetapkan.
Pelanggaran ketentuan dalam Peraturan Pemerintah ini dapat dikenakan tindakan
administratif dan sanksi pidana sesuai dengan Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992
tentang Kesehatan yang telah di cabut dengan UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
1.Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 199, dilakukan oleh korporasi, selain
pidana penjara dan denda terhadap pengurusnya, pidana yang dapat dijatuhkan terhadap korporasi
berupa pidana denda dengan pemberatan 3 (tiga) kali dari pidana denda.
2.Selain pidana denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1), korporasi dapat dijatuhi pidana tambahan
berupa:
a. pencabutan izin usaha; dan/atau
b. pencabutan status badan hukum
Terima Kasih