Anda di halaman 1dari 5

Di Unand, KTR hanya sebagai mitos atau dagelan?

Apa Sih Kawasan Tanpa Rokok (KTR) itu?


Kawasan Tanpa Rokok (KTR) adalah ruangan atau area yang dinyatakan dilarang untuk
kegiatan merokok atau kegiatan memproduksi, menjual, mengiklankan, dan atau
mempromosikan produk tembakau.
Mengapa Ada Kawasan Tanpa Rokok (KTR)?
Kawasan Tanpa Rokok ditetapkan sebagai upaya perlindungan untuk masyarakat
terhadap risiko ancaman gangguan kesehatan karena lingkungan tercemar asap rokok.

Apa Tujuan Penetapan Kawasan Tanpa Rokok (KTR)?


• Menurunkan angka kesakitan dan/ atau angka kematian akibat asap rokok dengan cara
mengubah perilaku masyarakat untuk hidup sehat.
• Meningkatkan produktivitas kerja yang optimal.
• Mewujudkan kualitas udara yang sehat dan bersih, bebas dari asap rokok.
• Menurunkan angka perokok dan mencegah perokok pemula.
• Mewujudkan generasi muda yang sehat.

Apa Manfaat Penetapan Kawasan Tanpa Rokok (KTR)?


• Masyarakat dapat menghirup udara bersih tanpa asap rokok
• Membuat lingkungan nyaman
• Mengurangi dampak merokok bagi tubuh terhadap kesehatan

Apa yang Menjadi Landasan Hukum Kawasan Tanpa Rokok (KTR)?


Beberapa peraturan telah diterbitkan sebagai landasan hukum dalam pengembangan
Kawasan Tanpa Rokok, sebagai berikut :
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pasal
113 sampai dengan 116.
2. peraturan daerah Sumatera Barat No.8 Tahun 2012 tentang Kawasan Tanpa Rokok
(KTR).
3. Peraturan Daerah Kota padang Nomor 24 Tahun 2012 Kawasan Tanpa Rokok dan
Kawasan Terbatas Rokok.
4. peraturan rektor Universitas Andalas nomor 53.a/XIII/A/Unand-2011 pasal 7 ayat 10
yang berisi tentang setiap mahasiswa dilarang merokok di dalam kelas, laboratorium,
kantor, gedung asrama dan bus kampus, (di lingkungan kampus).
Dimanakah Seharusnya Kawasan Tanpa Rokok (KTR) Berada?
Kawasan Tanpa Rokok wajib ada di tempat pelayanan kesehatan, tempat proses belajar
mengajar, tempat anak bermain, tempat ibadah, angkutan umum, tempat kerja, tempat umum
dan tempat lain yang ditetapkan (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan).
• Fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun
rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah dan/atau masyarakat.
• Tempat proses belajar mengajar adalah sarana yang digunakan untuk kegiatan belajar,
mengajar, pendidikan dan/atau pelatihan.
• Tempat anak bermain adalah area, baik tertutup maupun terbuka, yang digunakan untuk
kegiatan bermain anak-anak.
• Tempat ibadah adalah bangunan atau ruang tertutup yang memiliki ciri-ciri tertentu yang
khusus dipergunakan untuk beribadah bagi para pemeluk masing-masing agama secara
permanen, tidak termasuk tempat ibadah keluarga.
• Angkutan umum adalah alat angkutan bagi masyarakat yang dapat berupa kendaraan darat,
air dan udara biasanya dengan kompensasi.
• Tempat kerja adalah ruang atau lapangan tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap dimana
tenaga kerja bekerja, atau yang dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana
terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya.
• Tempat umum adalah semua tempat tertutup yang dapat diakses oleh masyarakat umum
dan/atau tempat yang dapat dimanfaatkan bersama-sama untuk kegiatan masyarakat yang
dikelola oleh pemerintah, swasta dan masyarakat.
• Tempat lain yang ditetapkan adalah tempat terbuka yang dimanfaatkan bersama-sama untuk
kegiatan masyarakat

Apakah Ciri-Ciri Berjalannya Kawasan Tanpa Rokok (KTR)?


• Tidak ada yang merokok di Kawasan Tanpa Rokok (KTR)
• Ada pengawasan dan sanksi
• Ada pemantauan dan evaluasi
Apakah “Smoking Area” diperlukan Di Dalam Kawasan Tanpa Rokok (KTR)?
Keberadaan smoking area sampai saat ini memang menjadi polemik solusi bagi
persoalan Kawasan Tanpa Rokok yang ada. Disamping itu fungsi smoking area saat ini dinilai
masih tidak optimal dikarenakan tidak memiliki exhaust fan dan penghijauan dilingkungan
sekitar yang dapat menyerap polusi. Lagipula namanya saja kawasan tanpa rokok kenapa harus
diadakan ruangan khusus perokok?.

Kondisi KTR di Unand


Implementasi kebijakan larangan merokok ini belum berjalan secara maksimal karena
masih banyak ditemukan mahasiswa, dosen dan staf yang merokok di tempat yang dinyatakan
dilarang merokok, Selain itu salah satu penyebab kurangnya kepatuhan civitas akademika
tentang kebijakan larangan merokok ini adalah karena kebijakan ini baru bersifat himbauan
sehingga tidak ada sanksi yang mengikat bagi subjeknya. Dan lebih parah lagi diketahui bahwa
dana yang digunakan untuk kegiatan implementasi kebijakan ini hanya sedikit karena proses
sosialisasi yang dilakukan tidak begitu membutuhkan dana yang besar.

Ketersediaan sarana dan prasarana dalam implementasi kebijakan larangan merokok di


Universitas Andalas hanya berupa spanduk dan baliho yang terpampang di tempat-tempat
umum. Spanduk tentang larangan merokok di universitas andalas berdasarkan observasi
lapangan hanya sekitar lima sampai sepuluh buah, sedangkan baliho tentang larangan merokok
di Universitas Andalas hanya ada dua buah yang ditempatkan di rektorat dan sekitar bundaran.
Sedangkan peringatan dilarang merokok hanya sekitar 30% yang dipasang di ruangan yang
dinyatakan sebagai tempat yang dilarang merokok. Sarana dan prasarana implementasi
kebijakan larangan merokok yang ada berasal dari pihak Universitas Andalas, selain itu juga
ada sarana dan prasarana tentang himbauan larangan merokok yang berasal dari pihak
mahasiswa seperti dari Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) serta Unit kegiatan Mahasiswa
(UKM) yang ada di universitas Andalas.
Meskipun demikian sarana dan prasarana yang berguna untuk media sosialisasi
kebijakan larangan merokok di Universitas Andalas masih sangat minim dirasakan, karena
sarana yang ada belum bisa menjangkau sosialisasi kepada seluruh civitas academika
Universitas Andalas. Dalam hal metode, Universitas Andalas tidak memberikan reward and
punishment kepada seluruh civitas akademika yang menjalankan implementasi kebijakan
larangan merokok ini, sementara sebuah implementasi kebijakan seharusnya juga memiliki
sanksi yang menghukum bagi orang yang melanggarnya, sehingga tidak ada yang
melanggarnya.

kesimpulannya bahwa Universitas Andalas telah mulai menerapkan kebijakan larangan


merokok bagi seluruh civitas academika sesuai dengan pasal 115 Undang-Undang kesehatan
No.36 Tahun 2009. Penerapan kebijakan ini dilaksanakan melalui berbagai macam sosialisasi
namun, masih terdapat permasalahan dalam implementasinya di lapangan. Hal ini dikarenakan
masih banyak yang melanggar kebijakan tersebut. Agar kebijakan ini bisa dipatuhi oleh
segenap civitas academika, sebaiknya pihak universitas menetapkan sanksi yang jelas bagi
pelanggarnya.

Closing Statement
Disarankan agar untuk pihak Universitas Andalas menyediakan alokasi dana dan
memperjelas alur tanggung jawab pada implementasi kebijakan larangan merokok, serta
menetapkan sanksi yang jelas bagi yang melanggar kebijakan larangan merokok, baik sanksi
berupa administratif, baik sanksi berupa denda.

Dan bagi kita sebagai Civitas academica seharusnya ikut mensupport gerakan kawasan tanpa
rokok ini supaya tidak sia-sia dan tidak lagi mendengarkan kata “dah lah untuk KTR”

Penulis: Muhammad David Ewaldo

2011212018

Divisi Infokom
Daftar Pustaka
Peraturan Pemerintah Nomor 109 tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan yang Mengandung
Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau bagi Kesehatan

Peraturan Daerah Kota Padang Nomor 24 Tahun 2012 tentang Kawasan Tanpa Asap Rokok.

Peraturan Rektor Nomor 53.a/XIII/A/Unand-2011 tentang Tata Tertib Kehidupan


Kemahasiswaan di Kampus Indonesia. Kementerian Kesehatan. Pedoman Pengembangan
Kawasan Tanpa Rokok. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI, 2010.

https://jdih.padang.go.id/po-content/uploads/25_Tahun_2016.pdf
http://jurnal.fkm.unand.ac.id/index.php/jkma/issue/view/17

Anda mungkin juga menyukai