Anda di halaman 1dari 28

Penerapan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) dalam Mewujudkan Perilaku Hidup

Sehat

Oleh: Dr. Danny Permana

Email : dannypermana78@gmail.com

ABSTRAK

Penetapan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) ini ditetapkan oleh Pemerintah agar
Masyarakat bisa hidup lebih sehat lagi, bertujuan untuk menyeimbangkan hak atas
kesehatan KTR ini juga sangat berkaitan dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat,
PHBS ini juga memiliki tujuan yang sama seperti KTR yaitu untuk memperoleh derajat
kehidupan yang bersih dan sehat agar menjadi maksimal. Ditetapkannya Perilaku sehat
melalui penetapan Kawasan Tanpa Rokok oleh pemerintah karena sebagian besar
masyarakat merokok ditempat umum yang tanpa sadar sering membahayakan
kesehatan tubuh masyarakat lain karena akibat tercemar Asap Rokok yang disebabkan
perokok yang melanggar aturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah yaitu kebijakan
Kawasan Tanpa Rokok, terkadang sebagian masyarakat menghiraukannya dan
merokok sembarangan tanpa memperhatikan peraturan yang telah dibuat. Di Indonesia
sendiri menduduki peringkat ke-3 dengan jumlah perokok terbesar di dunia setelah
China dan India (WHO, 2008). Pada tahun 2007, Indonesia menduduki peringkat ke-5
konsumen rokok terbesar setelah China, Amerika Serikat, Rusia dan Jepang. Pada
tahun yang sama, Riset Kesehatan Dasar menyebutkan bahwa penduduk berumur di
atas 10 tahun yang merokok sebesar 29,2% dan angka tersebut meningkat sebesar
34,7% pada tahun 2010 untuk kelompok umur di atas 15 tahun.

Kata kunci : Penetapan KTR, KTR, Perilaku sehat

PENDAHULUAN

Kesehatan menjadi hak bagi setiap warga Negara karena kesehatan merupakan
hal yang sangat berharga bagi manusia, tanpa adanya kesehatan bagi manusia dan
mereka tidak akan mampu memperoleh hak-hak nya yang lain, dan juga mereka tidak
akan mampu melakukan pekerjaan dan kegiatan yang berat seperti saat sedang sakit
dan seseorang yang tidak sehat dengan sendirinya tidak akan mampu memperoleh
pekerjaan yang layak, tidak bisa menikmati hidupnya pada saat seperti keadaan sehat
dan juga tidak bisa melakukan aktivitas seperti keadaan sehat.

Saat sakit akan lebih mudah untuk dicegah dibandingkan harus mengobati pada
saat jatuh sakit karena itu akan mengeluarkan biaya yang sangat mahal dibandingkan
dengan mencegah saat sebelum sakit, maka ada istilah sakit itu mahal, memang betul
karena pada saat sakit kita akan menguras banyak biaya untuk pengobatan, maka
pada saat kita sehat tubuh harus tetap dijaga dengan memperhatikan pola hidup yang
sehat.

Salah satu untuk mencegah penyakit datang pada kehidupan kita yaitu dengan
cara, bergaya hidup sehat, memperhatikan pola hidup dengan sehat, pola makanan
yang sehat, berupaya untuk menerapkan kebiasaan hidup yang baik dalam
menciptakan hidup yang sehat dan menghindarkan kebiasaan buruk yang dapat
mengganggu kesehatan pada hidup kita.

Untuk mewujudkan perilaku sehat untuk semua masyarakat, masyarakat


diharapkan agar bisa menerapkan dan mentaati peraturan-peraturan dan program yang
dibuat pemerintah, dan juga diharapkan untuk masyarakat menerapkan program yang
telah dibuat pemerintah kedalam kehidupannya agar kehidupan masyarakat selalu
sehat, seperti tidak merokok ditempat yang ditandai Kawasan Tanpa Rokok, dengan
menjadi merokok ditempat yang dikhususkan untuk para perokok.

Dalam undang-undang kesehatan pun jelas dikatakan bahwa setiap manusia


berhak atas kesehatannya dan kemudian secara luas hak kesehatan ini termasuk hak
untuk memperoleh lingkungan kesehatan yang sehat. Salah satunya adalah bentuk dari
hak atas kesehatan tersebut yaitu berupa lingkungan sehat yang terbebas dari paparan
asap rokok, karena Asap rokok sendiri terbukti dapat membahayakan kesehatan tubuh
manusia, dapat membahayakan kesehatan masyarakat, individu dan lingkungan
sekitar.

Hak kebebasan merokok dan hak atas kesehatan ini diatur dalam peraturan
Kawasan Tanpa Rokok (KTR). KTR diatur berdasarkan peraturan bersama Menteri
Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri Nomor 188/MENKES/PB/I/2011, Nomor 7 tahun
2011 tentang pedoman Kawasan Tanpa Rokok. Dimunculkannya peraturan tentang
KTR ini memiliki hal yang sama dengan undang-undang kesehatan, peraturan
pemerintah nomor 109 tahun 2012 tentang Pengamanan Makanan dengan bahan Zat
Aditif berupa produk tembakau bagi kesehatan, dan juga Peraturan Pemerintah nomor
19 tahun 2003 tentang Pengamanan Rokok bagi Kesehatan.

Seperti yang terdapat dalam peraturan bahwa Kawasan Tanpa Rokok (KTR),
seperti ruangan atau area yang dinyatakan dilarang untuk merokok atau memproduksi,
mengiklankan, menjual ataupun mempromosikan produk tembakau tersebut. Larangan
ini berlaku pada fasilitas seperti ditempat umum, ditempat fasilitas belajar mengajar,
fasilitas kesehatan, ditempat beribadah, ditempat anak-anak bermain, ataupun
ditempat-tempat umum yang dapat diakses masyarakat.

METODE PENELITIAN

Untuk memperoleh penyelesaian masalah yang ada Penelitian ini menggunakan


metode pengumpulan data yaitu dengan memberikan beberapa pertanyaan lalu diisi
dan dijawab oleh beberapa orang, riset data yang saya hasilkan dengan menggunakan
diagram, sebagian besar orang-orang memilih bahwa Kawasan Tanpa Rokok itu
sangatlah penting dikehidupan masyarakat. Dari data yang saya hasilkan jika Kawasan
Tanpa Rokok ini dihilangkan dari tempat yang sudah seharusnya dibuat Kawasan
Tanpa Rokok ini 60% orang memilih tidak setuju untuk ditiadakan, dan 40% lagi
memilih untuk ditiadakan, dari hasil ini sudah dipastikan bahwa yang memilih Kawasan
Tanpa Rokok ini ditiadakan mereka adalah perokok aktif yang tidak bisa berhenti
merokok meskipun itu ditempat umum.

Sebagian besar orang mengatakan bahwa Kawasan Tanpa Rokok dilingkungan


masyarakat belum sepenuhnya berjalan dengan efektif dan masih banyak masyarakat
yang masih melanggar peraturan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok Ini, dalam penelitian
yang saya buat ini bahwa ditetapkannya Kawasan Tanpa Rokok ini akan sangat
bermanfaat bagi kesehatan Masyarakat karena udara menjadi bersih dan sehat tanpa
tercemar asap Rokok dari masyarakat yang merokok sembarangan ditempat umum.
Masyarakat yang masih melanggar peraturan Kawasan Tanpa Rokok ini karena
mereka sangat tidak perduli dengan lingkungan sekitarnya. Dan secara umum
penetapan Kawasan Tanpa Rokok bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan
kematian akibat paparan asap rokok pada masyarakat, dan dari data menyatakan
bahwa sebagian besar orang memilih semua tempat umum diberikan peraturan
penetapan Kawasan Tanpa Rokok dan diberikan tempat khusus untuk para perokok.

Berikut Riset Data dengan bentuk Diagram Penelitian Perilaku Sehat Melalui
Penetapan Kawasan Tanpa Rokok :

gambar disamping adalah data penelitian Kawasan tanpa


Rokok sudah efektif apa belum?

- Data berwarna orange sebagian besar orang yang


memilih bahwa Peraturan Kawasan Tanpa Rokok tidak
sepenuhnya Berjalan dengan Efektif.
- Data berwarna Biru sedikit orang yang memilih sudah berjalan dengan Efektif.
- Dan data berwarna Kuning adalah orang yang tidak tahu peraturan Kawasan
Tanpa Rokok sudah berjalan Efektif atau Tidak Berjalan dengan Efektif.

gambar disamping adalah data penelitian yang menunjukkan


seberapa penting Kawasan Tanpa Rokok dalam lingkungan
kehidupan Masyarakat?

- Data berwarna Biru adalah sebagian besar orang memilih


bahwa Kawasan Tanpa Rokok dalam lingkungan masyarakat
Sangatlah penting
- Dan data berwarna Kuning 1% orang memilih Mungkin.

gambar disamping adalah data penelitian yang menunjukkan jika


Kawasan Tanpa Rokok ditiadakan dilingkungan masyarakat;
- Data berwarna Orange sebagian besar orang memilih tidak setuju ditiadakan
dilingkungan masyarakat karena sangat berdampak buruk bagi kesehatan, udara
menjadi tidak bersih.
- Data berwarna biru sebagian orang memilih setuju dihilangkan.

gambar disamping adalah data penelitian yang menunjukkan


penetapan Kawasan Tanpa Rokok bertujuan untuk menurunkan
angka kesakitan dan kematian akibat rokok, jika disemua
tempat umum yang selalu diakses masyarakat diterapkan
Kawasan tanpa Rokok? dan bagi perokok diberikan tempat
khusus untuk merokok

- Semua orang memilih setuju karena memang akan berdampak baik juga untuk
kesehatan dan udara pun akan menjadi lebih bersih dan sehat.

gambar disamping adalah data penelitian yang menunjukkan


apakah masih ada orang yang melanggar peraturan?

- Semua orang memilih masih ada, karena diluar sana


hanyalah sebagian orang yang mentaati dan mengikuti peraturan
Kawasan Tanpa Rokok ini, dan juga masih banyak yang tidak
memperdulikan peraturan yang dibuat dan mengabaikannya
hingga merugikan banyak orang.

PEMBAHASAN

A. Penetapan Kawasan Tanpa Rokok

Penetapan Kawasan Tanpa Rokok merupakan upaya perlindungan untuk


masyarakat terhadap gangguan kesehatan karena lingkungan tercemar asap rokok.
Penetapan Kawasan Tanpa Rokok ini perlu diselenggarakan difasilitas pelayanan
kesehatan, tempat proses belajar mengajar, tempat anak bermain, tempat beribadah,
angkutan umum, tempat kerja, tempat umum, dan tempat lain yang diterapkan untuk
melindungi masyarakat yang ada dari paparan asap rokok.
Penetapan Kawasan Tanpa Rokok sebenarnya selama ini telah banyak
diupayakan oleh berbagai pihak baik Lembaga/Institusi Pemerintahan maupun Swasta
dan Masyarakat. Namun pada kenyataannya upaya yang telah dilakukan tersebut jauh
tertinggal dibandingkan dengan Penjualan, Periklanan/Promosi dan atau Penggunaan
Rokok. Agar permasalahan tersebut dapat dikendalikan maka perlu dilakukan upaya
pengamanan terhadap bahaya merokok melalui Penetapan Kawasan Tanpa Rokok dan
juga membatasi ruang gerak para perokok.

Sasaran Kawasan Tanpa Rokok adalah di tempat pelayanan kesehatan, tempat


proses belajar mengajar, tempat anak bermain, tempat ibadah, angkutan umum, tempat
kerja, tempat umum dan tempat lain yang ditetapkan (Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan).

Sasaran di Fasilitas Pelayanan Kesehatan :

Adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan


upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang
dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah dan/atau masyarakat.

• Pimpinan/penanggung jawab/ pengelola fasilitas pelayanan kesehatan.


• Pasien.
• Pengunjung.
• Tenaga medis dan non medis.

Sasaran di Tempat Proses Belajar Mengajar :

Adalah sarana yang digunakan untuk kegiatan belajar, mengajar, pendidikan


dan/atau pelatihan.

• Pimpinan/penanggung jawab/ pengelola tempat proses belajar mengajar


• Peserta didik/siswa.
• Tenaga kependidikan (guru).
• Unsur sekolah lainnya (tenaga administrasi, pegawai disekolah).

Sasaran di Tempat Anak Bermain :


Adalah area, baik tertutup maupun terbuka, yang digunakan untuk kegiatan
bermain anak-anak.

• Pimpinan/penanggung jawab/ pengelola tempat anak bermain.


• Pengguna/pengunjung tempat anak bermain.

Sasaran di Tempat Ibadah :

Adalah bangunan atau ruang tertutup yang memiliki ciri-ciri tertentu yang khusus
dipergunakan untuk beribadah bagi para pemeluk masing-masing agama secara
permanen, tidak termasuk tempat ibadah keluarga.

• Pimpinan/penanggung jawab/ pengelola tempat ibadah.


• Jemaah.
• Masyarakat di sekitar tempat ibadah.

Sasaran di Angkutan Umum :

Adalah alat angkutan bagi masyarakat yang dapat berupa kendaraan darat, air
dan udara biasanya dengan kompensasi.

• Pengelola sarana penunjang di angkutan umum (kantin, hiburan, dsb).


• Karyawan.
• Pengemudi dan awak angkutan.
• Penumpang.

Sasaran di Tempat Kerja :

Adalah ruang atau lapangan tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap dimana
tenaga kerja bekerja, atau yang dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha
dan dimana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya.

• Pimpinan/penanggung jawab/ pengelola sarana penunjang di tempat kerja


(kantin, toko, dsb).
• Staf/pegawai/karyawan.
• Tamu.

Sasaran di Tempat Umum :


Adalah semua tempat tertutup yang dapat diakses oleh masyarakat umum
dan/atau tempat yang dapat dimanfaatkan bersama-sama untuk kegiatan masyarakat
yang dikelola oleh pemerintah, swasta dan masyarakat.

• Pimpinan/penanggung jawab/ pengelola sarana penunjang di tempat umum


(restoran, hiburan, dsb).
• Karyawan.
• Pengunjung/pengguna tempat umum.
B. Tujuan Penetapan Kawasan Tanpa Rokok

Tujuan ditetapkannya Kawasan Tanpa Rokok ini yakni Menurunkan angka orang
yang terkena penyakit/ angka kematian dengan cara mengubah perilaku masyarakat
untuk hidup sehat, Meningkatkan produktivitas kerja yang optimal, Mewujudkan kualitas
udara yang sehat dan bersih, bebas dari asap rokok, Menurunkan angka perokok dan
mencegah perokok pemula, dan Mewujudkan generasi yang sehat.

C. Manfaat Penetapan Kawasan tanpa Rokok

Penetapan Kawasan Tanpa Rokok merupakan upaya perlindungan untuk


masyarakat terhadap risiko ancaman gangguan kesehatan karena lingkungan tercemar
asap rokok. Penetapan Kawasan Tanpa Rokok ini perlu diselenggarakan di fasilitas
pelayanan kesehatan, tempat proses belajar mengajar, tempat anak bermain, tempat
ibadah, angkutan umum, tempat kerja, tempat umum dan tempat lain yang ditetapkan.

D. Kawasan Tanpa Rokok (KTR)

Kawasan Tanpa Rokok (KTR) adalah ruangan atau area yang dinyatakan
dilarang untuk kegiatan merokok atau kegiatan memproduksi, menjual, mengiklankan,
dan/atau mempromosikan produk tembakau. Kawasan Tanpa Rokok (KTR) adalah cara
untuk mengurangi polusi asap tembakau yang merugikan kesehatan pada manusia.

Kawasan Tanpa Rokok artinya di kawasan tersebut tidak diperbolehkan


merokok, diberlakukan di tempat pelayanan kesehatan, institusi pendidikan, sarana
peribadatan dan angkutan umum. Sedangkan Kawasan Tertib Merokok artinya
disediakan tempat tertentu untuk merokok, diberlakukan di institusi pemerintahan dan
swasta, BUMN, dan BUMD. Sedangkan tim pembina dan pengawasan Kawasan Tanpa
Rokok terdiri dari unsur pers, OSIS, dinas kesehatan, dan bagian hukum. Asap
tembakau bisa menyebabkan kanker paru-paru, penyakit jantung, asma pada anak-
anak dan kematian pada bayi dengan cara mendadak.

Semua orang memiliki hak untuk menghirup udara bersih . Tidak ada tingkat
aman dari paparan asap rokok orang lain/ perokok pasif sebagai faktor risiko penyakit
jantung, kanker dan banyak penyakit lainnya. Bahkan paparan singkat pun dapat
menyebabkan kerusakan serius. Peraturan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) merupakan
produk hukum yang populer di banyak Negara yang menerapkan, dan peraturan yang
tidak merugikan pemilik bisnis. Setiap negara, terlepas dari tingkat pendapatannya,
dapat menerapkan peraturan tentang KTR yang efektif.

Larangan total merokok di tempat umum, termasuk semua tempat kerja dalam
ruangan, dapat melindungi masyarakat dari bahaya menjadi perokok pasif, membantu
perokok berhenti merokok dan mengurangi perokok pemula dari kalangan remaja.
Pedoman dari WHO Konvensi Kerangka Kerja Pengendalian Tembakau (FCTC)
membantu negara-negara untuk menerapkan langkah-langkah pelaksanaan KTR yang
tepat dalam melindungi masyarakat dari bahaya paparan asap rokok.

E. Perilaku Sehat Melalui Kawasan Tanpa Rokok

Hak untuk menghirup udara bersih tanpa paparan asap rokok telah menjadi
perhatian dunia. WHO memprediksi penyakit yang berkaitan dengan rokok akan
menjadi masalah kesehatan di dunia. Dari tiap 10 orang dewasa yang meninggal, 1
orang diantaranya meninggal karena disebabkan asap rokok. Dari data terakhir WHO di
tahun 2004 ditemui sudah mencapai 5 juta kasus kematian setiap tahunnya serta 70%
terjadi di negara berkembang, termasuk didalamnya di Asia dan Indonesia. Di tahun
2025 nanti, saat jumlah perokok dunia sekitar 650 juta orang maka akan ada 10 juta
kematian per tahun.

Indonesia menduduki peringkat ke-3 dengan jumlah perokok terbesar di dunia


setelah China dan India (WHO, 2008). Pada tahun 2007, Indonesia menduduki
peringkat ke-5 konsumen rokok terbesar setelah China, Amerika Serikat, Rusia dan
Jepang. Pada tahun yang sama, Riset Kesehatan Dasar menyebutkan bahwa
penduduk berumur di atas 10 tahun yang merokok sebesar 29,2% dan angka tersebut
meningkat sebesar 34,7% pada tahun 2010 untuk kelompok umur di atas 15 tahun.

Peningkatan prevalensi perokok terjadi pada kelompok umur 15-24 tahun, dari
17,3% (2007) menjadi 18,6% atau naik hampir 10% dalam kurun waktu 3 tahun.
Peningkatan juga terjadi pada kelompok umur produktif, yaitu 25-34 tahun dari 29,0%
(2007) menjadi 31,1% (2010). Rendahnya kesadaran masyarakat tentang bahaya
merokok pun menjadi alasan sulitnya penetapan Kawasan Tanpa Rokok (KTR), yang
ditunjukkan dengan mulai merokok pada kelompok usia 5-9 tahun.

Konsumsi rokok paling rendah terjadi pada kelompok umur 15-24 tahun dan
kelompok umur 75 tahun ke atas. Hal ini berarti kebanyakan perokok adalah generasi
muda atau usia produktif. Selanjutnya, pada daerah pedesaan, jumlah batang rokok
yang dikonsumsi lebih banyak dibanding daerah perkotaan. Pengendalian para perokok
yang menghasilkan asap rokok yang sangat berbahaya bagi kesehatan perokok aktif
maupun perokok pasif merupakan salah satu solusi menghirup udara bersih tanpa
paparan asap rokok atau biasa disebut penetapan Kawasan Tanpa Rokok.

Tidak ada tingkat paparan yang aman terhadap asap rokok pasif (SHS). Asap
tembakau beracun dan membunuh non-perokok. Lebih dari 4.000 bahan kimia telah
diidentifikasi dalam asap tembakau, dengan lebih dari 50 di antaranya diketahui
menyebabkan kanker. Asap tembakau memiliki komponen yang mirip dengan asap
yang dihirup atau asap utama. Penelitian telah menunjukkan bahwa tingkat polusi di
tempat-tempat dalam ruangan yang memungkinkan merokok lebih tinggi daripada
tingkat yang ditemukan di jalan raya yang sibuk, di garasi kendaraan bermotor yang
tertutup, dan selama badai api.

Bukti ilmiah telah dengan tegas menetapkan bahwa paparan asap tembakau
menyebabkan kematian, penyakit, dan kecacatan bagi non-perokok. Di antara bayi baru
lahir yang terpapar baik dalam rahim atau setelah lahir, ada peningkatan risiko
kelahiran prematur dan berat badan lahir rendah serta risiko dua kali lipat untuk
Sindrom Kematian Bayi Mendadak. Di antara anak-anak yang terpajan SHS, ada risiko
penyakit pernapasan akut 50–100% lebih tinggi, insiden infeksi telinga yang lebih tinggi,
dan kemungkinan peningkatan kecacatan perkembangan dan masalah perilaku.
Rendahnya kesadaran masyarakat tentang bahaya merokok pun menjadi alasan
sulitnya penetapan Kawasan Tanpa Rokok (KTR), yang ditunjukkan dengan mulai
merokok pada kelompok usia 5-9 tahun. Konsumsi rokok paling rendah terjadi pada
kelompok umur 15-24 tahun dan kelompok umur 75 tahun ke atas. Hal ini berarti
kebanyakan perokok adalah generasi muda atau usia produktif. Selanjutnya, pada
daerah pedesaan, jumlah batang rokok yang dikonsumsi lebih banyak dibanding daerah
perkotaan. Pengendalian para perokok yang menghasilkan asap rokok yang sangat
berbahaya bagi kesehatan perokok aktif maupun perokok pasif merupakan salah satu
solusi menghirup udara bersih tanpa paparan asap rokok atau biasa disebut penetapan
Kawasan Tanpa Rokok.

F. Masalah Tentang Rokok

Masalah merokok sampai saat ini masih menjadi masalah nasional yang perlu
secara terus menerus diupayakan penanggulangannya, karena menyangkut berbagai
aspek permasalahan dalam kehidupan, yaitu aspek ekonomi, sosial, politik, utamanya
aspek kesehatan. Diperkirakan lebih dari 40,3 juta anak tinggal bersama dengan
perokok dan terpapar pada asap rokok dilingkungannya dan disebut sebagai perokok
pasif.

Sedangkan kita tahu bahwa anak yang terpapar asap rokok dapat mengalami
peningkatan risiko terkena Bronkitis, Pneumonia, infeksi telinga tengah, Asma, serta
kelambatan pertumbuhan paru-paru. Kerusakan kesehatan dini ini dapat menyebabkan
kesehatan yang buruk pada masa dewasa. Orang dewasa bukan perokok pun yang
terus-menerus terpapar juga akan mengalami peningkatan risiko Kanker Paru dan jenis
kanker lainnya.

Dari aspek kesehatan, rokok mengandung 4000 zat kimia yang berbahaya bagi
kesehatan, seperti Nikotin yang bersifat adiktif dan Tar yang bersifat karsinogenik,
bahkan juga Formalin. Ada 25 jenis penyakit yang ditimbulkan karena kebiasaan
merokok seperti Emfisema, Kanker Paru, Bronkhitis Kronis dan Penyakit Paru lainnya.
Dampak lain adalah terjadinya penyakit Jantung Koroner, peningkatan kolesterol darah,
berat bayi lahir rendah (BBLR) pada bayi ibu perokok, keguguran dan bayi lahir mati.
Sekitar 1,5 juta orang dari rumah tangga perokok yang berobat penyakit
Hipertensi dengan biaya yang dihabiskan mencapai Rp.219 miliar sebulan atau Rp.2,6
triliun lebih setahun. Rumah tangga perokok juga mengeluarkan belanja untuk berobat
penyakit Asma sebesar Rp.1,1 triliun, penyakit TBC Rp.636 miliar, penyakit pernafasan
lain Rp.4,3 triliun, dan penyakit Jantung 2,6 triliun. Jika biaya rawat inap tidak disubsidi,
maka total biaya yang dikeluarkan oleh masyarakat akibat penyakit yang berkaitan
dengan tembakau adalah Rp.15,44 triliun.

Biaya rata-rata yang dibelanjakan oleh individu perokok untuk membeli


tembakau dalam satu bulan adalah Rp.216.000; secara makro total biaya yang
dibelanjakan oleh perokok di Indonesia dalam satu bulan sebesar Rp.12,77 triliun dan
dalam satu tahun adalah Rp.153,25 triliun. Kerugian ekonomi total penduduk Indonesia
dalam setahun akibat konsumsi produk tembakau mencapai Rp.338,75 triliun, atau
lebih dari enam kali pendapatan cukai rokok Pemerintah yang hanya Rp. 53,9 triliun.
Secara makro, terdapat kehilangan tahun produktif (DALYs Loss/ Disability Adjusted
Life Years Loss) sebesar 13.935,68 (.7.575,22 untuk laki-laki dan 6.360,46 untuk
perempuan) atau 25,5% dari total DALYs Loss dalam tahun yang sama (51.250 DALYs
Loss).

G. Risiko Kesehatan Bagi Perokok

Indonesia menempati urutan ke-7 terbesar dalam jumlah kematian yang


disebabkan oleh kanker yakni sebanyak 188.100 orang. Kematian yang disebabkan
oleh penyakit sistem pembuluh darah di Indonesia berjumlah 468.700 orang atau
menempati urutan ke-6 terbesar dari seluruh negara-negara kelompok WHO. Kematian
yang disebabkan oleh penyakit sistem pernafasan adalah penyakit Chronic Obstructive
Pulmonary Diseases (COPD) yakni sebesar 73.100 orang (66,6%) sedangkan Asma
sebesar 13.690 orang (13,7%). Kematian akibat penyakit Tuberkulosis sebesar 127.00
orang yang merupakan terbesar ke-3 setelah negara India dan China.

Akibat rokok di Indonesia menyebabkan 9,8% kematian karena penyakit Paru


Kronik dan Emfisema pada tahun 2001. Rokok merupakan penyebab dari sekitar 5%
kasus Stroke di Indonesia. Wanita yang merokok mungkin mengalami penurunan atau
penundaan kemampuan hamil. Pada pria meningkatkan risiko impotensi sebesar 50%.
Sesorang bukan perokok yang menikah dengan perokok mempunyai risiko
Kanker Paru sebesar 20-30% lebih tinggi daripada mereka yang pasangannya bukan
perokok dan juga risiko mendapatkan penyakit Jantung. Ibu hamil yang merokok
selama masa kehamilan atau terpapar asap rokok di rumahnya atau di lingkungannya
berisiko mengalami proses kelahiran yang bermasalah, termasuk berat bayi lahir
rendah, lahir mati dan cacat lahir.

Rokok merupakan salah satu penyebab kematian terbesar di dunia. Diperkirakan


hingga menjelang 2030 kematian akibat merokok akan mencapai 10 juta per tahunnya
dan di negara-negara berkembang diperkirakan tidak kurang 70% kematian yang
disebabkan oleh rokok.

Dan yang lebih berbahaya adalah dampak ekonominya. Merokok cenderung


menyebabkan merosotnya daya kerja penduduk, yang berakibat pada menurunnya
produktivitas perusahaan dan produktivitas nasional. Tiap batang rokok berarti
hilangnya waktu kerja produktif sebanyak 10 menit. Pekerja perokok pun jadi cenderung
malas dan suka mangkir. Pendek kata, merokok merupakan pemborosan nasional.

H. Langkah-langkah untuk Pengembangan Kawasan Tanpa Rokok

Fasilitas Pelayanan Rumah Sakit :

Petugas kesehatan melaksanakan advokasi kepada pimpinan rumah sakit atau


fasilitas pelayanan kesehatan lainnya dengan menjelaskan perlunya Kawasan Tanpa
Rokok dan keuntungannya jika dikembangkan di area tersebut. Dari advokasi tersebut
akhirnya pimpinan rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan lainnya setuju untuk
mengembangkan Kawasan Tanpa Rokok. Contoh fasilitas pelayanan kesehatan adalah
rumah sakit, Puskesmas, Poliklinik, Poskesdes. Yang perlu dilakukan oleh pimpinan
rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya untuk mengembangkan
Kawasan Tanpa Rokok adalah sebagai berikut;

Penerapan Kawasan Tanpa Rokok;

• Penyampaian pesan Kawasan Tanpa Rokok kepada pasien/ pengunjung


melalui poster, tanda larangan merokok, pengumuman, pengeras suara dan lain
sebagainya.
• Penyediaan tempat bertanya.
• Pelaksanaan pengawasan Kawasan Tanpa Rokok.

Fasilitas Tempat Belajar Mengajar;

Petugas kesehatan melaksanakan advokasi kepada pimpinan/pengelola tempat


proses belajar mengajar dengan menjelaskan perlunya Kawasan Tanpa Rokok dan
keuntungannya jika dikembangkan Kawasan Tanpa Rokok di area tersebut. Dari
advokasi tersebut akhirnya pimpinan/pengelola tempat belajar mengajar setuju untuk
mengembangkan Kawasan Tanpa Rokok. Contoh tempat proses belajar mengajar
adalah sekolah, kampus, perpustakaan, ruang praktikum dan lain sebagainya. Yang
perlu dilakukan oleh pimpinan/pengelola untuk mengembangkan Kawasan Tanpa
Rokok adalah sebagai berikut :

Penerapan Kawasan Tanpa Rokok;

• Penyampaian pesan Kawasan Tanpa Rokok kepada karyawan/


guru/dosen/siswa melalui poster, tanda larangan merokok, pengumuman,
pengeras suara dan lain sebagainya.
• Penyediaan tempat bertanya.
• Pelaksanaan pengawasan Kawasan Tanpa Rokok.

Fasilitas Tempat Anak Bermain;

Petugas kesehatan melaksanakan advokasi kepada pemilik/pengelola tempat


anak bermain dengan menjelaskan perlunya Kawasan Tanpa Rokok (KTR) dan
keuntungannya jika dikembangkan di area tersebut. Dari advokasi tersebut, akhirnya
pemilik/pengelola tempat anak bermain setuju untuk mengembangkan Kawasan Tanpa
Rokok. Contoh tempat anak bermain adalah Tempat Penitipan Anak ( TPA ), tempat
pengasuhan anak dan arena bermain anak-anak. Yang perlu dilakukan oleh pemilik
tempat anak bermain untuk mengembangkan Kawasan Tanpa Rokok adalah sebagai
berikut :

Penerapan Kawasan tanpa Rokok

• Penyampaian pesan Kawasan Tanpa Rokok kepada pengunjung melalui poster,


pengeras suara dan lain sebagainya.
• Penyediaan tempat bertanya.
• Pelaksanaan pengawasan Kawasan Tanpa Rokok.

Fasilitas tempat Beribadah;

Petugas kesehatan melaksanakan advokasi kepada pengelola/pengurus tempat


ibadah dengan menjelaskan perlunya Kawasan Tanpa Rokok dan keuntungannya jika
dikembangkan di area tersebut. Dari advokasi tersebut, akhirnya pengelola/pengurus
tempat ibadah setuju untuk mengembangkan Kawasan Tanpa Rokok. Contoh tempat
ibadah adalah masjid, mushola, gereja (termasuk kapel), pura, vihara dan klenteng.
Yang perlu dilakukan oleh pengelola tempat ibadah untuk mengembangkan Kawasan
Tanpa Rokok adalah sebagai berikut :

Penerapan Kawasan Tanpa Rokok;

• Penyampaian pesan Kawasan Tanpa Rokok kepada jemaah melalui poster,


stiker, tanda larangan merokok, pengumuman, pengeras suara dan lain
sebagainya.
• Penyediaan tempat bertanya.
• Pelaksanaan pengawasan Kawasan Tanpa Rokok.

Fasilitas ditempat Angkutan Umum;

Petugas kesehatan melaksanakan advokasi kepada pemilik/pengelola angkutan


umum dengan menjelaskan perlunya Kawasan Tanpa Rokok (KTR) dan
keuntungannya jika dikembangkan di area tersebut. Dari advokasi tersebut, akhirnya
pemilik/pengelola angkutan umum setuju untuk mengembangkan Kawasan Tanpa
Rokok. Contoh angkutan umum adalah bus, kereta api, angkutan umum kecil (angkot
kijang), angkutan umum sedang (kopaja, bus mini) dan lain sebagainya. Yang perlu
dilakukan oleh pemilik angkutan umum untuk mengembangkan Kawasan Tanpa Rokok
adalah sebagai berikut:

Penerapan Kawasan tanpa Rokok ;

• Penyampaian pesan Kawasan Tanpa Rokok kepada penumpang melalui poster,


pengeras suara dan lain sebagainya.
• Penyediaan tempat bertanya.
• Pelaksanaan pengawasan Kawasan Tanpa Rokok.

Fasilitas ditempat Kerja;

Petugas kesehatan melaksanakan advokasi kepada pimpinan/manajer


perusahaan/institusi swasta atau pemerintah dengan menjelaskan perlunya Kawasan
Tanpa Rokok dan keuntungannya jika dikembangkan di area tersebut. Dari advokasi
tersebut, akhirnya pimpinan setuju untuk mengembangkan Kawasan Tanpa Rokok.
Contoh tempat kerja adalah kawasan pabrik, perkantoran, ruang rapat, ruang
sidang/seminar. Yang perlu dilakukan oleh pimpinan/manajer untuk mengembangkan
Kawasan Tanpa Rokok adalah sebagai berikut :

Penerapan Kawasan tanpa Rokok;

• Penyampaian pesan Kawasan Tanpa Rokok kepada karyawan melalui poster,


stiker, tanda larangan merokok, pengumuman, pengeras suara dan sebagainya.
• Penyediaan tempat bertanya.
• Pelaksanaan pengawasan Kawasan Tanpa Rokok.

Fasilitas ditempat Umum;

Petugas kesehatan melaksanakan advokasi kepada para penentu kebijakan/


pimpinan/pengelola tempat-tempat umum dengan menjelaskan perlunya Kawasan
Tanpa Rokok dan keuntungannya jika dikembangkan di area tersebut. Dari advokasi
tersebut akhirnya pimpinan tempat umum setuju untuk pengembangan Kawasan Tanpa
Rokok. Contoh tempat umum adalah pusat pembelanjaan, mal, pasar serba ada, hotel,
terminal bus dan stasiun. Yang perlu dilakukan oleh pengelola tempat umum untuk
mengembangkan Kawasan Tanpa Rokok adalah sebagai berikut:

Penerapan Kawasan Tanpa Rokok;

• Penyampaian pesan Kawasan Tanpa Rokok kepada pengunjung melalui


standar tempat umum seperti poster, tanda larangan merokok, pengumuman,
pengeras suara dan lain sebagainya.
• Penyediaan tempat bertanya.
• Pelaksanaan pengawasan Kawasan Tanpa Rokok.
Perilaku Sehat Tanpa Rokok

Mari hidup sehat tanpa rokok agar hidup kita tanpa adanya penyakit, dan
kehidupan pun menjadi sehat dan bersih, berhenti merokok banyak manfaatnya, tidak
merugikan orang lain ataupun masyarakat disekitar udara pun jadi bersih dan sehat
karena tidak tercemar asap rokok.

Manfaat Berhenti Merokok

Jika kita masih merasa sulit dan ragu untuk berhenti merokok, sebaiknya perlu
mengetahui bahwa akan ada banyak manfaat yang bisa kita peroleh ketika berhasil
berhenti merokok. Pastinya manfaat tersebut tidak hanya berdampak baik
bagi kesehatan kita namun juga untuk kehidupan kita. Berikut akan dijelaskan manfaat
berhenti merokok yang perlu kita ketahui.

1. Pada 20 menit pertama tekanan darah, denyut nadi serta aliran darah tepi akan
membaik.

2. 12 jam berhenti merokok maka hampir semua nikotin di dalam tubuh yang
terdapat dalam metabolisme serta kadar CO dalam darah akan kembali normal.

3. 1-2 hari setelah berhenti merokok akan membuat nikotin di dalam tubuh
tereliminasi, fungsi indera penciuman dan pengecap akan kembali membaik.
Selain itu sistem kardiovaskular juga akan semakin meningkat.

4. 5 hari berhenti merokok akan membuat metabolit nikotin di dalam tubuh akan
menghilang sehingga sistem kardiovaskular lebih meningkat, indera penciuman
dan pengecap juga dapat berfungsi dengan baik.

5. 2-6 minggu berhenti merokok membuat saluran napas dan paru-paru kembali
berfungsi dengan baik.

6. 1 tahun berhenti merokok membuat anda terhindari dari risiko penyakit jantung
koroner.

7. 10 tahun berhenti merokok akan menurunkan risiko kanker paru-paru hingga


setengahnya.

8. Kulit anda akan kembali cerah dan tidak pucat.


9. Kadar oksigen dalam darah akan kembali normal.

7 langkah untuk berhenti merokok :

1. Motivasi, Bulatkan tekad dan tujuan Anda berhenti merokok Mulailah untuk
menentukan alasan yang lebih spesifik dan kuat, Niatkan bahwa anda ingin
melindungi keluarga ( perokok pasif ) dari risiko terkena kanker paru - paru, dll.

2. Berhenti Merokok Seketika ( Total ) atau Melakukan Pengurangan Jumlah Rokok


yang Dihisap Perhari Secara Bertahap, kurangi frekuensi merokok dan jumlah
rokok secara bertahap sehingga pikiran dan tubuh akan mulai terbiasa terhindar
dari kecanduan nikotin sedikit demi sedikit.

3. Kenali waktu dan situasi dimana anda paling sering MEROKOK, Bagi para
perokok ada waktu dimana kebiasaan merokok paling sering dilakukan,
Misalnya: saat menunggu, sesudah makan, nongkrong, bareng teman-teman,
dan lainnya. Coba alihkan kebiasaan merokok di tempat tersebut dengan
aktifitas lain, misalnya mengunyah permen sebagai pengganti.

4. Tahan keinginan Anda dengan menunda Menahan diri adalah salah satu kunci
dimana Anda akan dapat mengendalikan diri dari keinginan merokok. Caranya
cukup mudah, setiap kali Anda merasakan dorongan kuat untuk merokok,
tundalah hal tersebut selama 5 menit sebelum Anda menyalakan rokok tersebut.
Di hari berikutnya jika muncul dorongan tersebut tingkatkan penundaan menjadi
10 menit, tambah 5 menit penundaan setiap harinya. Dengan cara ini tubuh anda
akan menyadari bahwa dorongan untuk merokok semakin lama akan
menghilang secara perlahan.
5. Berolahraga Secara Teratur, Olahraga secara teratur seperti jogging dan jalan
kaki akan membantu Anda mendapatkan mood yang lebih baik, tubuh dan
pikiran pun jadi fresh. Dengan aktivitas olahraga akan membuat Anda terhindar
dari stress, sehingga Anda tidak perlu merokok lagi sebagai alasan untuk
menghilangkan stres Berolahraga Secara Teratur.
6. Mintalah dukungan dari keluarga dan kerabat, Mintalah dukungan dari keluarga
Anda dengan cara meminta mereka untuk selalu mengingatkan Anda untuk tidak
merokok. Dukungan teman dan kerabat dekat juga akan sangat berpengaruh
terhadap keberhasilan Anda berhenti merokok Contoh : Anda dapat bergabung
dgn komunitas mantan perokok (catatan: ini utk saling berbagi dan menguatkan,
dan cara ini sangat ampuh).
7. Konsultasikan dengan Dokter, Cara yang satu ini patut di coba, sebaiknya
konsultasikan dengan Dokter untuk membantu Anda menghadapi
ketergantungan pada nikotin.

Dasar Hukum/ Undang-undang Peraturan Pemerintah :

Undang-Undang Kesehatan;

Berdasarkan Pasal 113 Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang


Kesehatan menjelaskan bahwa rokok merupakan produk tembakau yang
mengandung bahan adiktif yang berbahaya bagi kesehatan.

Undang-Undang Pemerintahan Daerah;

Berdasarkan ketentuan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang


Pemerintahan Daerah tersebut secara jelas bahwa pemerintah daerah adalah
penyelenggara urusan pemerintahan yang dilakukan oleh pemerintah daerah yang
memiliki hal, kewajiban dan wewenang untuk mengatur dan mengurus sendiri
urusan pemerintahan. Berkaitan dengan penetapan KTR maka pemerintah daerah
berhak mengatur dan menetapkan KTR sesuai dengan kewenangannya

Peraturan Pemerintah Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan

Berdasarkan Pasal 2 ayat (4) PP Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian


Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota menjelaskan bidang urusan kesehatan,
dimana urusan kesehatan juga termasuk perlindungan terhadap paparan asap
rokok.

Peraturan Pemerintah Tentang Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan;

Berdasarkan Pasal 22 PP Nomor 19 Tahun 2003 Tentang Pengamanan


Rokok bagi Kesehatan menjelaskan bahwa salah satu tempat yang menjadi
kawasan tanpa rokok adalah tempat yang secara spesifik sebagai tempat proses
belajar mengajar.

Peraturan Pemerintah Tentang Pengendalian Pencemaran Udara;

Berdasarkan Pasal 1 PP Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian


Pencemaran Udara dijelaskan bahwa Negara berkewajiban menjaga mutu udara
yang ada di teritorial Republik Indonesia menjadi udara yang layak dan bersih bagi
kehidupan dan kesehatan manusia, makhluk hidup dan unsur lingkungan hidup
lainnya.

Bagi pemerintah hendaknya melakukan sosialisasi kepada masyarakat dan


seluruh instansi tentang pemberlakuan Perda nomor 3 tahun 2003 tentang Kawasan
Tanpa Rokok, melakukan peninjauan kembali terhadap perda tentang Kawasan
Tanpa Rokok ini, apakah sudah efektif dilingkungan Masyarakat umum
diberlakukannya Kawasan Tanpa Rokok serta melakukan Monitoring dan evaluasi
tentang penetapan Kawasan Tanpa Rokok dilingkungan masyarakat umum, dan
menjatuhkan sanksi berat jika da yang melanggar peraturan tersebut.

Persepsi Masyarakat terhadap Kawasan Tanpa Rokok

Masyarakat yang mengakses fasilitas umum tentu saja banyak,


masyarakat juga didukung oleh perilakunya yang merokok. Paparan asap rokok
terhadap orang lain pun akan semakin tinggi dan jika dihirup dalam jangka waktu yang
lama maka dapat menjadi faktor risiko penyebab terjadinya penyakit-penyakit bahkan
bisa saja menyebabkan kematian.

Orang dengan pecandu nikotin yang terdapat dalam rokok bisa


menyebabkan berbagai macam jenis penyakit yang disebabkan oleh rokok tersebut.
Kandungan yang terdapat dalam rokok ini yaitu 4.000 bahan kimia didalamnya
sehingga ketika seseorang menghisapnya maka asap dari rokok tersebut dapat
menyebabkan terjadinya polusi udara yang tidak sehat.

Perilaku merokok ini dapat dipengaruhi adanya tata karma, jika tata krama
tersebut tidak dimiliki oleh individu tersebut, maka saat individu tersebut ingin merokok
mereka akan langsung menyulut rokok tanpa memperhatikan lingkungan sekitarnya.
Perilaku merokok ini tidak hanya muncul dengan begitu saja ketika mereka ingin
merokok, hal ini tentu saja dipengaruhi oleh keadaan lingkungannya.

Kurangnya pemahaman Kawasan Tanpa Rokok ini tentu saja ini akan berakibat
masyarakat memiliki perilaku merokok akan tetap marak dilakukan dan terlihat biasa
ditempat merokok ditempat umum. Perilaku merokok ini, pada umumnya dilakukan
dengan berbagai alasan menurut persepsi perokok, mereka mengatakan bahwa rokok
dapat menghilangkan stress, agar terlihat jantan, atau iseng aja, dan alasan lainnya
yaitu agar terlihat keren, dapat menimbulkan rasa relaks, menjadi terlihat lebih dewasa.

Pada dasarnya masyarakat memiliki kemampuan menginisiasi Kawasan Tanpa


Rokok, meskipun orang yang merokok butuh dihargai (self esteem) baik oleh sesama
perokok maupun bukan perokok, tetapi perokok juga mempunyai tanggung jawab yang
lebih besar untuk menjaga dan menciptakan lingkungan sekitar agar menjadi lebih
sehat dan lebih bersih dan orang-orang yang tidak merokok dapat menikmati udara
yang lebih segar.

Persepsi masyarakat tentang adanya kemampuan untuk menginisiasi Kawasan


Tanpa Rokok
Perlakuan yang hanya bisa dilakukan oleh para non perokok, yaitu dengan
menutup mulut dan hidung mereka hal ini dilakukan sebagai tanda terganggu asap
rokok, mengibas-ibaskan tangan berharap para perokok merasa bahwa mereka (non
perokok) merasa terganggu akan asap rokok yang dihembuskan para perokok.

Terdapat 5 hambatan yang muncul dalam upaya inisiasi Kawasan Tanpa Rokok, yaitu

1. Perilaku merokok
Masyarakat penelitian ini memiliki kecenderungan merokok setelah makan,
intensitas perokok akan lebih meningkat pada saat musim dingin, ataupun
merokok bersama teman diluar pada saat berkumpul, mereka cenderung tidak
mengenal tempat.
2. Alasan merokok
Perilaku merokok ditempat umum adalah hal yang wajar, pelengkap ngobrol
pada saat bersama teman, perokok akan merasa kurang jika tidak mengantongi
rokok mulut mereka akan terasa asam jika tidak merokok, merokok bisa
menambah percaya diri karena anggapan laki-laki tidak merokok tidak jantan.
3. Cara mendapatkan rokok
Perokok akan melakukan berbagai cara jika dirinya tidak mengantongi rokok,
seperti jika saat diperjalanan mereka akan berhenti ke sebuah supermarket atau
warung hanya untuk sekedar membeli rokok.
4. Banyaknya akan permintaan rokok
Para penjual mengatakan rokok adalah barang yang jualan yang cepat laku dan
paling banyak dibeli oleh masyarakat.
5. Kurangnya pemahaman tentang konsep rokok
Masyarakat pengakses tempat umum belum bisa membedakan antara Kawasan
Tanpa Rokok dan Kawasan Dilarang Merokok. Pemahaman awal yang mereka
miliki adalah kawasan dilarang merokok merupakan kawasan tanpa rokok,
meskipun ada beberapa area yang disebutkan merupakan bagian dari kawasan
tanpa rokok.

Aspek dari adanya Kawasan Tanpa Rokok :


Kawasan Tanpa Rokok dapat menciptakan lingkungan sehat bagi semua pihak
baik individu maupun Masyarakat, baik perokok aktif maupun perokok pasif. Kawasan
Tanpa Rokok disini juga dapat membantu perokok mengurangi jumlah rokoknya, bagi
perokok yang ingin berhenti kemungkinan dapat meningkatkan keberhasilan berhenti
dari kecanduan merokok dan bagi yang tidak merokok, paparan dari asap rokok akan
sangat menurun drastis bahkan udara bebas asap rokok.

Cara Hidup Sehat Tanpa Rokok

Hal yang harus dilakukan untuk perokok agar hidupnya menjadi sehat;
1. Yang pertama adalah Niat, pertahankan niat untuk berhenti merokok, carilah
motivasi yang dapat menguatkan niat kita untuk berhenti merokok
2. Yang kedua, ganti rokok menjadi Permen jika ada keinginan lagi untuk merokok
ambilah permen dan makanlah permen sebagai ganti rokok.
3. Yang ketiga, Berolahraga dengan sering berolahraga dipercaya dapat
mengurangi zat-zat yang timbul akibat rokok dari dalam tubuh. Bahkan menurut
salah satu peneliti di Taiwan berolahraga 15 menit dapat mengurangi 55%
keinginan untuk merokok kembali.
4. Yang keempat, hindari minum Kopi, kebiasaan orang-orang meminum kopi
sembari merokok. Hampir semua orang tidak bisa menghindarinya lagi, bahkan
kebanyakan masyarakat di Indonesia selalu meminum Kopi dengan Rokok.
5. Yang kelima terakhir yaitu bergaul dengan orang-orang yang hidup sehat, dan
tentunya tidak merokok. Karena dengan memiliki teman dengan gaya pola hidup
sehat itu bisa membawa dampak baik bagi kesehatan tubuh kita, kita akan
terbawa menjadi selalu hidup sehat, dan kita akan secara tidak langsung
mencoba untuk merubah pola hidup kita yang berawal tidak sehat menjadi sehat,
karena ada teman yang senantiasa bisa mengingatkan kita untuk hidup sehat.

Beberapa Manfaat Hidup Sehat

a. Mengontrol Berat Badan, American Dietetic Association (ADA), mengatakan


manfaat yang diperoleh dengan menerapkan gaya hidup sehat diantaranya
dapat membuat berat badan lebih terjaga. Makanan yang dikontrol dan tidak
makan sembarang dapat mengurangi asupan lemak, kolesterol dan gula yang
berlebihan. Apalagi jika dibarengi dengan olahraga yang teratur dan tidur yang
cukup dapat membantu kelancaran metabolism tubuh dan membuat penyerapan
gizi lebih maksimal lagi.
b. Selanjutnya Meningkatkan Mood, manfaat yang ini adalah meningkatkan mood
atau suasana hati senantiasa baik. Dari hasil studi yang dilansir American
Journal Of Health Behavior menyatakan bahwa gaya hidup sehat merupakan
gabungan dari pengaturan makan yang lebih sehat, olahraga yang teratur dan
istirahat yang cukup dapat membuat otak dan tubuh lebih sehat. Dampak
positifnya akan menghasilkan proses berpikir lebih lancer dan suasana hati yang
lebih senang.
c. Mencegah penyakit berbahaya
Mengajarkan pola hidup sehat pada tubuh juga dapat menghindarkan kita dari
risiko terjangkit berbagai penyakit berbahaya. Tubuh juga akan menerima
asupan gizi secara merata, sehingga masing-masing dapat bekerja dengan baik.
Dan menghasilkan tubuh yang yang lebih sehat dan tak mudah terkena penyakit.
d. Mendongkrak energi
Membuat aturan makan yang tepat akan membantu peningkatan produksi energi
yang ada dalam tubuh. namun jika hal tersebut diimbangi dengan olahraga yang
teratur dan istirahat yang cukup dapat membantu memaksimalkan proses
metabolisme. Tubuh juga akan menerima asupan gizi secara merata, sehingga
masing-masing dapat bekerja dengan baik.
e. Memperpanjang usia
Manfaat yang terakhir dari gaya hidup sehat dapat diketahui dari tingginya angka
harapan hidup. American Council, melakukan studi dan penelitian selama 8
tahun. Studi ini melibatkan 13.000 orang yang mana berhasil membuktikan
bahwa orang yang rutin melakukan jalan setiap 30 menit dapat memperpanjang
kesempatan mereka untuk hidup lebih lama. Jika hal ini diimbangi dengan
kebiasaan makan yang sehat dan istirahat yang cukup, proses regenerasi dan
metabolisme sel menjadi lebih optimal.
Dampak buruk bagi kita jika Tidak Hidup Sehat

Gaya hidup tidak sehat adalah pola aktifitas sehari-hari yang mampu
menurunkan status kesehatan dan dapat mendatangkan penyakit bagi kita. Gaya hidup
tidak sehat akan berdampak pada kesehatan tubuh kita seperti syndrome metabolic.
Peneliti mengungkapkan bahwa orang yang sering merokok dan tidak berolahraga,
makan sembarangan, dan sering minum-minum beralkohol berisiko tiga kali mengalami
kematian akibat penyakit jantung dan hampir empat kali mengalami kematian karena
berisiko terkena penyakit kanker.

Kebiasaan-kebiasaan tersebut dapat mempengaruhi kehidupan sehari-hari kita :

1. Aktivitas sehari-hari menjadi menurun akibat adanya penyakit dalam tubuh


2. Aktivitas performa kerjapun menjadi menurun
3. Dapat Mengurangi Penampilan, pola hidup tidak sehat membuat tubuh
mengalami penuaan dini, baik dari dalam maupun dari luar.

Penyakit yang akan datang pada kehidupan kita jika tidak hidup sehat, diantaranya;

a. Penyakit Jantung;
b. Penyakit Kanker;
c. Penyakit Diabetes;
d. Penyakit Osteoporosis;
e. Penyakit Gagal ginjal;
f. Penyakit Stroke;
g. Penyakit Hipertensi; dan
h. Penyakit HIV dan AIDS.

Berikut 9 Indikator Kepatuhan dalam Monitoring Kawasan Tanpa Rokok :

1. Tidak terdapat orang merokok


2. Tidak terdapat asbak/korek api/ pemantik
3. Tidak tercium asap rokok
4. Tidak terdapat ruang khusus merokok
5. Tidak ditemukan puntung rokok
6. Tidak ditemukan adanya indikasi merek rokok atau sponsor, promosi dan iklan
rokok diarea Kawasan Tanpa Rokok
7. Tidak ditemukan penjualan rokok ( pada sarana kesehatan, sarana belajar,
sarana anak, sarana ibadah, kantor pemerintah dan swasta, dan sarana
olahraga kecuali Pasar modern/mall, hotel restaurant, tempat hiburan dan pasar
tradisional).
8. Penjualan rokok tidak dipajang
9. Terdapat tanda larangan merokok.

Kawasan Tanpa Rokok merupakan tanggung jawab seluruh komponen bangsa,


baik individu, masyarakat, DPR/DPRD, maupun pemerintah dan pemerintah daerah
untuk melindungi generasi sekarang maupun generasi yang akan datang dari bahaya
asap rokok. Oleh karena itu diperlukan komitmen bersama dari lintas sektor dan
berbagai elemen masyarakat ini akan sangat berpengaruh pada penerapan Kawasan
Tanpa Rokok.

KESIMPULAN

Pelaksanaan perilaku sehat melalui penetapan Kawasan Tanpa Rokok ini guna
untuk mempersempit area bagi perokok sehingga akan membuat generasi sekarang
dan selanjutnya memiliki pola hidup dan gaya hidup yang sehat dan terlindung dari
bahayanya rokok. Hal ini merupakan tanggung jawab seluruh masyarakat dan
komponen bangsa, baik individu maupun masyarakat pemerintah. Peraturan ini sangat
dibutuhkan untuk keberhasilan Penetapan Kawasan Tanpa Rokok ini karena sangat
bermanfaat untuk kehidupan kesehatan semua individu.

Masyarakat pasti mengerti dan mengetahui tentang bahayanya merokok dan


dapat menyebabkan berbagai penyakit yang serius bahkan dapat menyebabkan
kematian. Namun hal ini juga dapat membuat hambatan bagi para pedagang yang
menjual rokok mereka akan merasa terancam karena mengingat rokok adalah barang
yang sering dicari oleh para masyarakat menginisiasi Kawasan Tanpa Rokok ini bisa
terlaksana dengan asas bahwa masyarakat yang taat pada peraturan pemerintah
asalkan peraturan tersebut realistis dan disosialisasikan dengan baik kepada individu
dan masyarakat.

Pada UU No.36 tahun 2009 yang menyatakan bahwa rokok sebagai zat adiktif
dan PP No.109 tahun 2012 tentang pengamanan bahan yang mengandung Zat Adiktif
berupa produk tembakau bagi kesehatan. Dalam peraturan ini pemerintah dan pemda
diminta membuat peraturan pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok (KTR). Adanya
Kawasan Tanpa Rokok ini akan sangat dapat membantu perokok untuk mengurangi
jumlah rokoknya, bagi perokok yang ingin berhenti dapat meningkatkan kemungkinan
berhasil berhenti merokok, dan bagi yang tidak merokok, paparan asap rokok ini akan
sangat turun drastis dan udara akan menjadi lebih bersih dan sehat.

Adanya peraturan dan perundangan tentang Penetapan Kawasan Tanpa Rokok


memang diperlukan terhadap upaya pengendalian perilaku merokok dilingkungan
Masyarakat. Agar Kawasan Tanpa Rokok memberikan manfaat yang nyata bagi
kehidupan masyarakat umum, sebaiknya penetapan Kawasan Tanpa Rokok ini diikuti
dan ditaati oleh seluruh masyarakat agar manfaatnya terasa pada lingkungan kita.
Pelanggaran penetapan Kawasan Tanpa Rokok dibuat dengan sanksi yang dapat
menimbulkan efek jera; dan juga penyediaan Fasilitas layanan berhenti merokok yang
mudah diakses oleh perokok.

DAFTAR PUSTAKA

Pedoman pengembangan Kawasan Tanpa Rokok, Kementrian Kesehatan


Republik Indonesia, tahun 2011, dr. Lily S Sulistyowati, MM, KEMENTERIAN
KESEHATAN RI PUSAT PROMOSI KESEHATAN

Anik Maryunani, 2013, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), Jakarta: Trans
Info Media

Sumber Peraturan Undang-undang/ Hukum :

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah.

Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 Tentang


Pengendalian Pencemaran Udara.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2003 tentang
Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 Tentang


Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi,
dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 109 Tahun 2012 Tentang


Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi
Kesehatan

Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri Nomor


188/MENKES/PB/I/2011, Nomor 7 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan
Kawasan Tanpa Rokok.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


2269/MENKES/PER/XI/2011 Tentang Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup Bersih Dan
Sehat.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2013


Tentang Peta Jalan Pengendalian Dampak Konsumsi Rokok Bagi Kesehatan.

PERMENKES DAN MENDAGRI NO.188/MENKES/PB/I/2011 NOMOR 7 TAHUN


2011 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok.

WHO. (2013)Report On The Global Tobacco Epidemic, 2013 Enforcing bans


ontobacco advertising, promotion and sponsorship

Anda mungkin juga menyukai