Anda di halaman 1dari 11

DALAM PENERAPAN PENGENDALIAN DAN

PERLINDUNGAN MASYARAKAT TERHADAP BAHAYA ASAP


ROKOK MELALUI PROGRAM KAWASAN TANPA ROKOK
(KTR) BELUM BERJALAN SECARA OPTIMAL

Josua Retang_20120701007
Putu Sukma Liandari_21120706040
Ida Ayu Suarantika I. Paramitha_20120701034
Gambaran peresentasi :

01 02 03
Ringkasan esekutif pendahaluan Pendekatan hasil

04 05 06
Solusi rekomendasi kesimpulan
Ringkasan esekutif
Pemerintah daerah memiliki amanah untuk
menetapkan KTR di wilayahnya masing-masing
melalui Peraturan Daerah (Perda) atau peraturan
kepala daerah (PERKADA). Sampai dengan tahun ini,
sudah 19 Provinsi dan 309 Kabupaten/Kota yang telah
mempunyai peraturan daerah dan peraturan pimpinan
daerah yang terkait dengan KTR yang dimana Semua
orang berhak terlindungi dari paparan asap rokok
Pendahuluan
Penetapan Kawasan Tanpa Rokok memberikan perlindungan
dari bahaya asap rokok bagi perokok aktif dan/aktifperokok
pasif menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat, bebas
dari asap rokok, untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, untuk mencegah perokok pemula, akan tetapi
dalam penerapannya masih ada Masalah yang dihadapi oleh
pemerintah Kabupaten salah satunya mengenai penerapan
kebijakan kawasan tanpa rokok yang sejauh ini
pelaksanaannya belum berjalan secara optimal demi
terwujudnya lingkungan yang sehat tanpa asap rokok.
Pendekatan Hasil
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan dimana merilis hasil survei global
penggunaan tembakau pada usia dewasa (Global Adult Tobacco Survey –
GATS) yang dilaksanakan pada tahun 2021 dengan melibatkan sebanyak
9.156 responden. Dalam temuannya, selama kurun waktu 10 tahun terakhir
terjadi peningkatan signifikan jumlah perokok dewasa sebanyak 8,8 juta
orang, yaitu dari 60,3 juta pada tahun 2011 menjadi 69,1 juta perokok pada
tahun 2021. Disisi lain persentase keterpaparan asap rokok di beberapa
tempat tempat umum seperti di restoran, rumah tangga, gedung pemerintah,
tempat kerja, transportasi umum, dan bahkan di fasilitas pelayanan kesehatan
juga terlihat masih tinggi.
Pada table diatas dapat dilihat bahwa prevalensi
penggunaan rokok (perokok) secara keseluruhan
sebesar 26,5% dimana Sebagian besar laki-laki
sebanyak 53,6% dan sisanya perempuan sebanyak
2,9%. Jika dilihat dari berdasarkan kelompok umur,
yang paling banyak adalah kelompok umur 45-64 tahun
yaitu sebesar 37,7% yang terdiri dari 71,3% laki-laki
dan 1,4% perempuan. Urutan yang kedua adalah
kelompok umur 15-24 tahun yaitu sebesar 33,5%
diantaranya 64,7% laki-laki dan 2,3% perempuan.
THEORY 2 Remaja menjadi target pemasaran rokok karena mereka
yang merokok di usia remaja akan memiliki rentang
waktu yang panjang hingga usia dewasa dan tua untuk
merokok.
Lanjutan…
Implementasi Kebijakan KTR dalam meningkatkan kesehatan masyarakat masih
belum terlaksana secara optimal, Dalam pelaksanaan kebijakan KTR ini memiliki
faktor penghambat dalam pelaksanaannya yang terdiri dari faktor internal antara lain
hasil dari dampak rokok tersebut yang tidak terlihat secara langsung sehingga masih
banyak masyarakat yang belum menyakini dan memahami tentang bahaya rokok
maupun asap rokok,
Solusi
Perlunya penegasan kembali aturan tentang Kawasan Tanpa Rokok di tempat-
tempat umum termasuk di restoran yang merupan sumber paparan asap rokok
terbesar dengan sansi dan pengawasan yang lebih tegas dan optimal, serta juga
penerapan Gerakan Rumah Bebas Asap Rokok (BRAR) untuk melindungi keluarga
dari bahaya asap rokok di rumah. Perlu adanya Upaya-upaya yang membantu
perokok untuk berhenti merokok perlu ditingkatkan agar semakin banyak perokok
yang berkeinginan dan terbantu untuk berhenti merokok sehingga dapat
membudayakan hidup sehat, seperti membuka layanan Quitline bagi warga negara
yang membutuhkan layanan konseling berhenti merokok
Rekomendasi
Upaya-upaya yang sebaiknya dilakukan oleh pemerintah daerah yaitu harus
menjalankan Program dari pihak penegakkan antaranya Satpol PP dengan tim
Satgasnya dalam pelaksanaan turun kelapangan untuk mengindahkan kebijakan
KTR, menyediakan fasilitas berupa sarana dan prasarana untuk menunjang
kebijakan KTR ini seperti area smoking, menguatkan dan menegaskan kembali
sanksi yang akan dijatuhkan kepada pelanggar kebijakan KTR, perlunya merubah
mindset para masyarakat bahwa KTR ini harus di patuhi bukan karena rasa takut
atas perintah pimpinan akan tetapi karena karena kesadaran diri mengenai
kesehatan diri masing-masing
Kesimpulan
Implementasi Kebijakan KTR dalam meningkatkan kesehatan masyarakat
masih belum terlaksana secara optimal, Dalam pelaksanaan kebijakan KTR ini
memiliki faktor penghambat dalam pelaksanaannya yang terdiri dari faktor
internal antara lain hasil dari dampak rokok tersebut yang tidak terlihat secara
langsung sehingga masih banyak masyarakat yang belum menyakini dan
memahami tentang bahaya rokok maupun asap rokok, sehingga Perlunya
penegasan kembali aturan tentang Kawasan Tanpa Rokok di tempat-tempat
umum termasuk di restoran yang merupan sumber paparan asap rokok terbesar
dengan sansi dan pengawasan yang lebih tegas dan optimal.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai