Anda di halaman 1dari 5

KERANGKA ACUAN

PELATIHAN KONSELING UPAYA BERHENTI MEROKOK (UBM)


TAHUN 2023

A. LATARBELAKANG
Indonesia menduduki peringkat ketiga untuk jumlah perokok terbesar dari jumlah
perokok dunia dan nomor satu di ASEAN (4,8 %) setelah Cina (30 %) dan India (11,2 %). Data
Global Adult Tobacco Survey (GATS) 2011, menunjukkan bahwa prevalensi merokok di
Idonesia adalah sebesar 36,1 % (67,4 % laki laki dan 4,5 % perempuan), dan rata rata jumlah
batang rokok yang dikonsumsi pada tahun 2010 adalah 10 batang per hari (10 batang pada laki
laki dan 6 batang pada perempuan) tahun 2019 dan diulang pada tahun 2021 dengan melibatkan
sebanyak 9.156 responden, dalam temuannya, selama kurun waktu 10 tahun terakhir terjadi
peningkatan signifikan jumlah perokok dewasa sebanyak 8,8 juta orang, yaitu dari 60,3 juta
pada tahun 2011 menjadi 69,1 juta perokok pada tahun 2021. Sementara itu juga Data Global
Youth Tobacco Survey (GYTS) tahun 2019 juga menyebutkan adanya peningkatan prevalensi
perokok pada anak sekolah usia 13-15 tahun dari 18,3% di tahun 2016 menjadi 19,2% di
tahun 2023. Berdasarkan data riset Kesehatan Dasar, prevalensi perokok usia 10 -18 tahun
meningkat secara singnifikan dengan angka7,2% (2013) menjadi 9,1% (2018), Hal ini dibarengi
dengan tingginya pengguna rokok elektronik di kalangan anak dan remaja. Indonesia dengan
jumlah penduduk lebih kurang 251 juta jiwa merupakan pasar potensial bagi pengusaha rokok,
dikarenakan adanya kebebasan bagi pengusaha rokok untuk mengiklankan, mempromosikan,
dan mensponsori berbagai kegiatan di masyarakat. Tidak hanya itu, hal lain yang juga sangat
memprihatinkan adalah rokok dapat dijual bebas secara eceran terhadap anak-anak. Merokok
menimbulkan beban kesehatan, sosial, ekonomi, dan lingkungan tidak saja bagi perokok tetapi
bagi orang lain. Konsumsi rokok di Indonesia naik tujuh kali lipat dari 33 milyar batang
menjadi 240 milyar batang, dengan tingkat konsumsi 240 milyar batang/ tahun sama dengan
658 juta batang rokok per hari, atau sama dengan senilai uang 330 milyar rupiah dibakar oleh
para perokok Indonesia setiap hari.
Pada tahun 2010 penerimaan Negara dari cukai tembakau adalah sebesar 55 triliun,
sementara pengeluaran makro akibat tembakau adalah sebesar 245,41 triliun. Tentunya
pemasukan dan pengeluaran Negara sangat tidak sebanding, oleh karena itu Pemerintah Pusat,
Daerah, dan Masyarakat harus melakukan upaya pengendalian tembakau termasuk rokok
sebagai akibat tingginya penyakit tidak menular terkait dampak tembakau. Rokok terbukti
sebagai faktor risiko utama penyakit stroke dengan kecenderungan kesakitan sebesar 12,1 %,
penyakit hipertensi 31,7 %, dan penyakit jantung 0,3 % ( Riskesdas, 2013 ). Hasil Riskesdas
2018 menunjukkan prevalensi penyakit tidak menular mengalami kenaikan jika dibandingkan
dengan Riskesdas 2013, antara lain kanker, stroke, penyakit ginjal kronis, diabetes melitus, dan
hipertensi. Begitu pula dengan prevalensi stroke naik dari 7 persen menjadi 10,9 persen,
sementara penyakit ginjal kronik naik dari 2 persen menjadi 3,8 persen.
Berdasarkan pemeriksaan gula darah, prevalensi diabetes melitus naik dari 6,9 persen
menjadi 8,5 persen; dan hasil pengukuran tekanan darah, hipertensi naik dari 25,8 persen
menjadi 34,1 persen. Kenaikan prevalensi penyakit tidak menular ini berhubungan dengan pola
hidup antara lain merokok, konsumsi minuman beralkohol, aktivitas fisik, serta konsumsi buah
dan sayur. Fakta menunjukkan bahwa jumlah perokok di Indonesia terus meningkat. Data riset
kesehatan dasar menunjukkan prevalensi perokok meningkat dari 34,2 & pada tahun 2007
menjadi 36,3 % pada tahun 2013 dengan peningkatan prevalensi perokok perempuan dari 5,2
% menjadi 6,7 %.
Proporsi penduduk yang terkena paparan asap rokok lingkungan/Environmental
Tobacco Smoke (ETS) adalah sebesar 76,1 %. Perokok pasif terbanyak terdapat pada usia balita
dan anak (0-14 tahun) baik laki laki maupun perempuan dan usia 50 tahun keatas. Terjadi
peningkatan perokok pasif sekitar satu juta orang dalam kurun waktu 3 tahun (tahun 2007 –
2010). Secara umum, kebiasaan merokok pada masyarakat Indonesia merupakan salah satu
masalah kesehatan karena konsumsi rokok yang masih cenderung tinggi. Sementara beban
biaya yang berakitan dengan penyakit akibat rokok dan dapat menyebabkan terjadinya penyakit
tidak menular (PTM) seperti gangguan pernafasan (PPOK, Asma), Penyakit Jantung, Stroke
dan Kanker Paru, dan ini bukan hanya dari biaya pengobatan tetapi juga biaya hilangnya hari
atau waktu produktivitas. Semakin banyak generasi muda yang terpapar dengan asap rokok
tanpa disadari terus menumpuk zat toksik dan karsinogenik yang bersifat fatal. Apalagi saat ini
anak anak dan kaum muda kita semakin dijejali dengan ajakan merokok oleh iklan, promosi dan
sponsor rokok yang sangat gencar. Melihat kondisi tersebut, maka dipandang perlu untuk
melakukan pengendalian dampak bahaya rokok khususnya bagi anak sekolah, termasuk
menyediakan layanan upaya berhenti merokok di sekolah sebagai ujung tombak dalam upaya
preventif dan promotif. Peran guru dan petugas kesehatan di puskesmas akan menjadi lebih
optimal dalam konseling, bagaimana cara menghindarkan diri untuk menjadi seorang perokok,
dan bagi yang sudah terlanjur menjadi perokok adalah bagaimana cara berhenti dari
ketergantungan merokok.
Untuk di Provinsi Sulawesi Tenggara dengan jumlah Puskesmas 297 unit yang
melakukan layanan Upaya Berhenti Merokok sebanyak 62 Puskesmas atau 21%
tersebar di 17 Kabupaten/Kota masih jauh dari target Nasional sebanyak 80 Persen Puskesmas
sudah melaksanakan layanan UBM. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi
Tenggara Seksi Bimdal PTM Program Kawasan Tanpa Rokok dan Upaya Berhenti Merokok
tahun 2016 s.d 2023 jumlah tenaga kesehatan yang telah di latih Upaya Berhenti Merokok
sebanyak 85 orang tenaga kesehatan. Untuk mendapatkan SDM yang kompeten dalam
melaksanakan layanan tersebut, perlu dilakukan pelatihan yang memenuhi standar kompetensi.
Dengan permasalahan yang ada diatas, maka perlu dilakukan Pelatihan Konseling UBM di
Provinsi Sulawesi Tenggara pada Tahun 2023.

B. TUJUAN
1. TujuanUmum:
Setelah mengikuti pelatihan ini peserta mampu bertugas sebagai Konseling Upaya
Berhenti Merokok.

2. TujuanKhusus:
Setelah mengikuti pelatihan, peserta memiliki kompetensi dalam:
a. Melakukan Komunikasi, Informasi dan edukasi dampak konsumsi rokok terhadap
kesehatan;
b. Melakukan Upaya Berhenti Merokok;
c. Melakukan pengukuran faktor risiko penyakit tidak menular akibat rokok;
d. Melakukan konseling Upaya Berhenti Merokok (UBM) di fasilitas pelayanan
kesehatan primer;
e. Melakukan tindak lanjut Upaya Berhenti Merokok;
f. Melakukan pencatatan dan pelaporan.
C. STRUKTUR PROGRAM
Sruktur program pelatihan Konseling Upaya Berhenti Merokok (UBM) terdiri dari 35 JPL
dengan durasi setiap JPL nya 45 menit, disusun sebagai berikut :

N MATERI WAKTU
O T P PL JUMLAH
A MATERI DASAR
1. Kebijakan dan Strategi Pengendalian Penyakit Tidak 2 0 0 2
Menular (P2PTM) dan Rokok
2. Manajemen Penerapan KTR dalam Upaya Berhenti 2 0 0 2
Merokok (UBM)
Sub Total 4 0 0 4
B MATA PELATIHAN INTI
1. KIE Dampak Konsumsi Rokok terhadap Kesehatan 2 1 0 3
2. Upaya Berhenti Merokok 2 3 0 5
3. Konseling Upaya Berhenti Merokok (UBM) di Fasilitas 2 6 0 8
Pelayanan Kesehatan Primer
4. Pengukuran Faktir Risiko Penyakit Tidak Menular akibat 1 2 0 3
Rokok
5. Tindak Lanjut Upaya Berhenti Merokok 1 1 0 2
6. Pencatatan dan Pelaporan 1 2 0 3
Sub Total 9 1 0 24
5
C MATERI PENUNJANG
1. BLC 0 3 0 3
2. Anti Korupsi 2 0 0 2
3. Rencana Tindak Lanjut (RTL) 0 2 0 2
Sub Total 2 5 0 7
Total 15 2 0 35
0

Keterangan:
 T: Teori AlokasiWaktu:
 P: Penugasan/Praktik - Teori sebesar 40%
 PL: Praktik Lapangan - Penugasan dan Praktik Lapangan sebesar 60%
D. PESERTA
1. Kriteria peserta sebagai berikut:
a. Pengelola Program :
a) Pengelola program PPTM (PP dan PL) Dinas Kesehatan Provinsi, Kabupaten/Kota
b) Latar belakang pendidikan minimal D2 Kesehatan
c) Telah bekerja minimal 1 tahun
b. Dokter Umum :
a) Bekerja di Poli Umum Puskesmas
b) Telah bekerjaq minimal 1 tahun
c) Bersedia menjadi konselor Upaya Berhentio Merokok
c. Perawat/Non Perawat (Kesehatan Masyarakat)
a) Bekerja di Puskesmas
b) Telah bekerja minimal 1 tahun
c) Bersedia menjadi konselor Upaya Berhenti Merokok

2. Pelatihan dilaksanakan 2 angkatan dengan total jumlah peserta 60 orang


@30 orang/angkatan. Berasal dari 17 Kabupaten/Kota, yaitu : Kabupaten Konawe, Kab.
Konawe Selatan, Kab. Konawe Utara, Kab. Konawe Kepulauan, Kab. Kolaka, Kab. Kolaka
Timur, Kab. Kolaka Utara, Kab. Bombana dan Kota Kendari.

E. FASILITATOR
- Fasilitator berasal dari:
1. Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara;
2. UPTD Bapelkes Provinsi Sulawesi Tenggara;
3. RS. Jiwa Kendari.
- Kriteria fasilitator sebagai berikut:
1. Pendidikan minimal setara dengan kriteria pendidikan peserta dengan tambahan
keahlian di bidang materi yang diajarkan, minimal strata1
2. Memiliki kemampuan kediklatan telah mengikuti pelatihan Training of Trainer
Pengendalian Penyakit Tidak Menular Terintegrasi/ TPPK atau widyaiswara dasar
(widyaiswara/ struktural/ praktisi/ staf) yang menguasai substansi yang diajarkan.
3. Menguasai materi yang diajarkan atau mempunyai pengalaman dan pengetahuan di
bidang Implementasi Kawasan Tanpa Rokok dan Upaya Berhenti Merokok.

F. WAKTU PELAKSANAAN
Pelatihan Konseling Upaya Berhenti Merokok (UBM) dilaksanakan selama 5 (Lima) hari
efektif dilaksanakan secara tatap muka di Hotel Zenith Kendari pada:
- Angkatan II
 Hari/ Tanggal : Senin s.d Jum’at tanggal 27 November s.d 1 Desember 2023
 Tempat : Hotel Zenith Kendari

G. METODE PELATIHAN
Pelatihan dengan metode tatap muka dengan penyajian materi oleh fasilitator, Tanya
jawab/diskusi dan mengumpulkan penugasan-penugasan serta dokumen lain yang dibutuhkan
dalam proses pembelajaran.

H. EVALUASI
Evaluasi yang dilakukan selama proses pembelajaran:
a. Evaluasi terhadap peserta
b. Evaluasi terhadap pemahaman peserta (pre dan post test)
c. Evaluasi terhadap sikap danperilaku.
d. Penilaian presentasi terhadap penugasan-penugasan
e. Evaluasi terhadap fasilitator
f. Evaluasi terhadap penyelenggaraan

I. SERTIFIKASI
Sertifikat akan diberikan kepada peserta yang telah mengikuti pelatihan dengan memenuhi
persyaratan berikut:
a. Mengikuti minimal 95% dari keseluruhan jumlah jam pembelajaran (35jpl).
b. Memenuhi nilai minimal 80,1 dari hasil evaluasi pre-post, sikap dan perilaku, dan nilai
presentasi hasil penugasan.

J. SUMBER BIAYA
Biaya Pelatihan berasal dari Dana Dekonsentralisasi Dinas Kesehatan Provinsi Provinsi
Sulawesi Tenggara TA. 2023.

K. PENUTUP
Demikian rancangan kegiatan Pelatihan Konseling Upaya Berhenti Merokok (UBM) Tahun
2023.

Kendari, November 2023

Kepala Seksi Bimdal Penyakit Tidak Menular

I Kadek Sutomo, SKM.,M.Kes


Pembina, IV/a
NIP. 19780222 200012 1 001

Anda mungkin juga menyukai