Anda di halaman 1dari 4

KERANGKA ACUAN KEGIATAN

KAWASAN TANPA ROKOK (KTR) DI SEKOLAH .

1. PENDAHULUAN

Hak menghirup udara bersih tanpa paparan asap rokok telah menjadi perhatian
dunia. WHO memprediksi penyakit yang berkaitan dengan rokok akan menjadi
masalah kesehatan di dunia. Dari tiap 10 orang dewasa yang meninggal, 1 orang
diantaranya meninggal karena disebabkan asap rokok. Dari data terakhir WHO Pada
tahun 2021, menyatakan bahwa Rokok telah membunuh sekitar 8 juta orang setiap
tahun. Lebih dari 7 juta kematian diakibatkan oleh perilaku merokok, sementara 1,2
juta kematian diakibatkan oleh paparan asap rokok orang lain (secondhand smoke)
Rokok juga menjadi penyebab kematian terbesar akibat PTM, sebesar 59.6% men-
gakibatkan kanker, trakea, bronkus dan papu-paru, sekitar 59.3% mengakibatkan
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK), kemudian 28.6% mengakibatkan penyakit
jantung, 20.6% mengakibatkan Diabetes Melitus (DM),dan 19.7% mengakibatkan
stroke.

Tobacco Atlas pada tahun 2015, melaporkan jumlah perokok aktif sebanyak 942
juta pria dan 175 juta wanita dengan usia 15 tahun atau lebih. Cina, India dan In-
donesia menyumbang 51,4% perokok pria di dunia, sedangkan Amerika Serikat,
Cina dan India menyumbang 27,3% perokok wanita di dunia.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, sekitar 21 juta remaja berusia


13-15 tahun menjadi perokok pada 2020. Angka tersebut terdiri dari 15 juta perokok
remaja laki-laki dan 6 juta perokok remaja perempuan.

merokok sampai saat ini masih menjadi masalah nasional yang perlu secara
terus menerus diupayakan penanggulangannya, karena menyangkut berbagai aspek
permasalahan dalam kehidupan, yaitu aspek ekonomi, sosial, politik, utamanya
aspek kesehatan. Diperkirakan lebih dari 40,3 juta anak tinggal bersama dengan
perokok dan terpapar pada asap rokok di lingkungannya dan disebut sebagai
perokok pasif. Sedangkan kita tahu bahwa anak yang terpapar asap rokok dapat
mengalami peningkatan risiko terkena Bronkitis, Pneumonia, infeksi telinga tengah,
Asma, serta kelambatan pertumbuhan paruparu. Kerusakan kesehatan dini ini dapat
menyebabkan kesehatan yang buruk pada masa dewasa. Orang dewasa bukan
perokok pun yang terus-menerus terpapar juga akan mengalami peningkatan risiko
Kanker Paru dan jenis kanker lainnya.
2. LATAR BELAKANG

Indonesia menduduki peringkat ke-3 dengan jumlah perokok terbesar di dunia


setelah China dan India (WHO, 2008). Pada tahun 2007, Indonesia menduduki
peringkat ke-5 konsumen rokok terbesar setelah China, Amerika Serikat, Rusia dan
Jepang. Pada tahun yang sama, Riset Kesehatan Dasar menyebutkan bahwa
penduduk berumur di atas 10 tahun yang merokok sebesar 29,2% dan angka
tersebut meningkat sebesar 34,7% pada tahun 2010 untuk kelompok umur di atas
15 tahun. Peningkatan prevalensi perokok terjadi pada kelompok umur 15-24 tahun,
dari 17,3% (2007) menjadi 18,6% atau naik hampir 10% dalam kurun waktu 3 tahun.
Peningkatan juga terjadi pada kelompok umur produktif, yaitu 25-34 tahun dari
29,0% (2007) menjadi 31,1% (2010).

Rendahnya kesadaran masyarakat tentang bahaya merokok pun menjadi alasan


sulitnya penetapan Kawasan Tanpa Rokok (KTR), yang ditunjukkan dengan mulai
merokok pada kelompok usia 5-9 tahun. Konsumsi rokok paling rendah terjadi pada
kelompok umur 15-24 tahun dan kelompok umur 75 tahun ke atas. Hal ini berarti
kebanyakan perokok adalah generasi muda atau usia produktif. Selanjutnya, pada
daerah pedesaan, jumlah batang rokok yang dikonsumsi lebih banyak dibanding
daerah perkotaan.

Pengendalian para perokok yang menghasilkan asap rokok yang sangat


berbahaya bagi kesehatan perokok aktif maupun perokok pasif merupakan salah
satu solusi menghirup udara bersih tanpa paparan asap rokok atau biasa disebut
penetapan Kawasan Tanpa Rokok.

3. TUJUAN UMUM DAN TUJUAN KHUSUS

A. Tujuan Umum

Sebagai upaya perlindungan untuk siswa sekolah terhadap risiko ancaman

gangguan kesehatan karena lingkungan tercemar asap rokok

B. Tujuan Khusus

1) Mewujudkan kualitas udara yang sehat dan bersih, bebas dari asap
rokok.

2) Menurunkan angka perokok dan mencegah perokok pemula.

3) Mewujudkan generasi muda yang sehat

4. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN


A. Kegiatan Pokok

1) Sosialisasi KTR kepada guru


2) Supervisi sekolah KTR
3) Monev pelaksanaan KTR di sekolah.

B. Rincian Kegiatan

1) Menyiapkan materi sosialisasi KTR

2) advokasi kepada kepada kepala sekolah dengan menjelaskan perlunya


Kawasan Tanpa Rokok dan keuntungannya jika dikembangkan Kawasan
Tanpa Rokok di sekolah

3) menyiapkan instrumen supervisi

5. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN

1) Menganalisis kajian kebijakan dan perilaku sasaran

2) Melakukan supervisi atau kunjungan lapangan untuk mengetahui secara lang-


sung perkembangan serta permasalahan-permasalahan yang dihadapi di la-
pangan dalam
pelaksanaan kegiatan pengembangan Kawasan Tanpa Rokok.

3) Wawancara mendalam dengan penentu kebijakan

4) Diskusi kelompok terarah dengan masyarakat khalayak sasaran

6. SASARAN

Semua sekolah di wilayah kecamatan kwadungan.

7. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN

Pelaksanaan supervisi KTR di selenggarakan dilakukan pada bulan agustus dan


september. Hari dan waktu yang di pilih sesuai dengan kesepakatan serta dapat
disesuaiakan dengan situasi dan kondisi setempat.

8. PERAN LINSEK DAN LINPROG

A. Peran Linsek

- dukungan dari Ka UPT dindik, camat, dan kepala sekolah untuk


memberlakukan sekolah KTR
B. Peran Linprog
- Program promkes: konseling dan penyuluhan tentang rokok
- Program UKS : kerjasama dalam pelaksanaan supervisi ke sekolah-
sekolah

9. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN LAPORAN


Evaluasi pelaksanaan kegiatan dan pelaporan dilakukan pada saat pre mini
lokakarya dan monev koordinator UKM :

a. Dalam pertemuan preminilokakarya dipaparkan pencapaian setiap hasil


kegiatan yang kemudian dibandingkan dengan target yang harus dicapai, jika
pencapaian belum mencapai target yang sudah ditetapkan maka dicari faktor
penyebab masalah, Analisis faktor penyebab masalah dan Menentukan cara
penyelesaian masalah.

b. Dalam Monev koordinator UKM akan dievaluasi perencanaan kegiatan, SOP,


KAK, apakah pelaksanaan kegiatan sesuai prosedur, dan bukti laporan hasil
kegiatan

10. PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN

a. Pencatatan dan Pelaporan dilakukan petugas pelaksana setiap selesai


melaksanakan kegiatan.

b. Pencatatan dan Pelaporan dilaporkan ke Kepala puskesmas setiap bulan


sebelum preminilokakarya.

c. Pencatatan dan Pelaporan dilaporkan ke DINKES sebelum tanggal 10

d. Evaluasi Kegiatan dilakukan akhir tahun anggaran dalam bentuk pelaporan


penilaian kinerja program P2 PTM

Anda mungkin juga menyukai