Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Udara memiliki fungsi yang sangat penting bagi kehidupan manusia dan
makhluk lainnya. Untuk melindungi kualitas udara diperlukan upaya-upaya
pengendalian terhadap sumber sumber pencemar udara dan terhadap kegiatan yang
memiliki potensi mencemari udara salah satunya adalah rokok.
Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang mengandung kurang lebih
4000 bahan kimia dimana 200 diantaranya beracun dan 43 jenis lainnya dapat
menyebabkan kanker bagi tubuh sehingga apabila digunakan dapat mengakibatkan
bahaya kesehatan bagi perokok itu sendiri dan orang lain sekitarnya yang bukan
perokok. Berdasarkan penelitian Komite Nasional yang bergerak dalam
penanganan masalah rokok, udara yang mengandung asap rokok dapat
mengganggu kesehatan orang yang ada diruangan atau lingkungan terdekat.
Walaupun merokok merupakan hak dari setiap orang namun hak ini juga
mengandung kewajiban adanya penghormatan terhadap hak orang lain untuk
memperoleh udara yang sehat dan bersih.
Tingginya konsumsi rokok di masyarakat Indonesia dipercaya
menimbulkan implikasi negatif yang sangat luas, tidak saja terhadap kualitas
kesehatan tetapi juga menyangkut kehidupan sosial dan ekonomi di Indonesia.
Perlu diketahui bahwa berdasarkan data yang disampaikan oleh Dirjen
Pengendalian Penyakit (P2PL) Kementrian Kesehatan bahwa tahun 2013 Indonesia
menjadi negara Ketiga dengan jumlah perokok aktif terbanyak di Dunia yaitu
sebanyak 61,4 juta dengan rincian 60% pria dan 4,55% wanita. Sementara itu
perokok pada anak dan remaja juga terus meningkat 43 juta dari 97 juta warga
Indonesia adalah perokok pasif.
Dasar hukum Kawasan Tanpa Rokok di Indonesia yaitu Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan mengamanatkan
dalam upaya menciptakan lingkungan yang sehat, maka setiap orang berkewajiban
menghormati hak orang lain dalam memperoleh lingkungan yang sehat, biologi,
maupun sosial, dan setiap orang berkewajiban untuk berperilaku hidup sehat dalam

1
mewujudkan, mempertahankan, serta memajukan kesehatan yang
setinggitingginya.
Lingkungan yang sehat dapat terwujud antara lain dengan menerapkan
Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di Fasilitas pelayanan kesehatan, tempat proses
belajar mengajar, tempat anak bermain, tempat ibadah, angkutan umum, tempat
kerja dan tempat umum serta tempat-tempat lain yang ditetapkan.
Kawasan Tanpa Rokok adalah tempat atau ruangan yang dinyatakan
dilarang untuk merokok, memproduksi, menjual, mengiklankan dan/atau
mempromosikan rokok. Tujuan penerapan KTR secara khusus adalah menurunkan
angka kesakitan dan kematian akibat rokok, sedangkan secara umum penerapan
KTR dapat membantu terwujudnya lingkungan yang bersih, sehat, aman dan
nyaman; memberikan perlindungan bagi masyarakat bukan perokok; menurunkan
angka perokok; mencegah perokok pemula dan melindungi generasi muda dari
penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif (NAPZA).
Tindak lanjut dari adanya dampak rokok bagi kesehatan manusia dan
lingkungan, maka pemerintah daerah kota Jayapura No. 1 Tahun 2015 membuat
peraturan tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR). Peraturan ini tidak lepas dari
sejumlah pertimbangan, diantaranya bahwa guna meningkatkan kesehatan
masyarakat untuk senantiasa membiasakan pola hidup sehat. Juga bahwa merokok
dapat menyebabkan terganggunya atau menurunnya kesehatan bagi perokok
maupun masyarakat yang bukan perokok namun ikut menghirup asap rokok orang
lain.
Menteri Pendidikan mengeluarkan Permendikbud Nomor 64 Tahun 2015
Tentang Kawasan Tanpa Rokok di Lingkungan Sekolah. Kebijakan ini ditetapkan
untuk memberi dukungan Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok yang ditetapkan oleh
Meneteri Kesehatan. Tujuan dari Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok di Lingkungan
Sekolah ini ditetapkan atas dasar melindungi para generasi muda yang sedang
menempuh pendidikan di sekolah dari paparan asap rokok yang berbahaya dan
secara tidak langsung diharapkan menurunkan angka perokok pada pelajar
Pada kenyatannya banyak perokok yang masih melanggar kebijakan
Kawasan Tanpa Rokok, dengan tetap merokok di area tersebut. Sering dijumpai
pula pelanggaran tersebut terjadi di sekolah. Sekolah merupakan salah satu
kawasan tanpa rokok, karena akan mengakibatkan terganggunya kegiatan belajar
mengajar.
2
Kebijakan penerapan Kawasan Tanpa Rokok juga mesti didukung dengan
kepatuhan dan kepedulian guru mengenai kebijakan tersebut, sehingga kebijakan
pemerintah tentang area bebas rokok nantinya akan mampu menyelamatkan nasib
perokok pasif melihat banyaknya jumlah perokok aktif yang ada,
Hasil Observasi yang dilakukan pada beberapa SMA di lingkungan kerja
Puskesmas Waena, salah satunya sekolah katolik seminari menunjukkan gambaran
nyata perilaku merokok dikalangan siswa walaupun dengan sembunyi-sembunyi di
kantin sekolah, di toilet, maupun di belakang sekolah, ataupun pengunjung di
Sekolah tersebut. Data di perkuat dengan kuisoner yang dibagikan kepada siswa
dan juga masih terdapat puntung rokok yang berceceran di halaman, Hasil
wawancara dari pimpinan sekolah dan guru mengatakan masih ada sejumlah siswa,
guru, maupun masyarakat luar yang kedapatan merokok di lingkungan sekolah
yang sejatinya menjadi Kawasan Tanpa Rokok (KTR). Dari Uraian di atas olehnya
itu peneliti tertarik meneliti Bagaimana Implementasi Kawasan Tanpa Rokok
(KTR) pada SMA Katolik Seminari.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan yang akan diteliti dalam
penelitian ini adalah Bagaimana Implementasi Kawasan Tanpa Rokok pada SMA
Katolik Seminari Kota Jayapura yang tertuang dalam PERDA Kota Jayapura No 1
Tahun 2015 Tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR)?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan Umum

Untuk mengetahui Implementasi Kebijakan Kawasan Tanpa di Sekolah Katolik


Seminari

Tujuan Khusus

a. Mengetahui komunikasi kebijakan dalam implementasi tentang Kawasan


Tanpa Rokok (KTR) di Sekolah Katolik Seminari
b. Mengetahui sumber daya terhadap implementasi tentang Kawasan Tanpa
Rokok (KTR) di Sekolah Katolik Seminari

3
c. Mengetahui disposisi terhadap implementasi tentang Kawasan Tanpa Rokok
(KTR) di Sekolah Katolik Seminari
d. Mengetahui struktur birokrasi terhadap implementasi tentang Kawasan Tanpa
Rokok (KTR) di Sekolah Katolik Seminari

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat Teoritis
Dapat memperkaya konsep/teori yang menyokong perkembangan ilmu
pengetahuan khususnya yang terkait dengan Kawasan tanpa rokok di Sekolah
Katolik Seminari
Manfaat Bagi Peneliti
Untuk menambah pengetahuan, pengalaman dan wawasan dalam membuat mini
project.

Manfaat Bagi Puskesmas

Hasil mini project ini bisa menjadi sumber informasi dan rujukan dalam
mengembangkan dan membantu pelaksanaan upaya kesehatan serta ilmu
pengetahuan khususnya dalam bidang yang mencakup implementasi kebijakan dan
juga menjadi bahan referensi bagi siapapun yang berkeinginan melakukan
penelitian lanjutan terkait penelitian ini. Hasil ini diharapkan dapat menjadi acuan
dalam mengevaluasi keberhasilan Kebijakan Implementasi Kawasan Tanpa Rokok
yang di terapkan di Sekolah Katolik Seminari.

4
5

Anda mungkin juga menyukai