Anda di halaman 1dari 46

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sehat adalah hak asasi manusia dan merupakan investasi pembangunan, maka
perlu dijaga, ditingkatkan, dan dilindungi dari berbagai gangguan dan ancaman
penyakit. Undang-undang RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 79,
menyebutkan bahwa kesehatan sekolah diselenggarakan untuk meningkatkan
kemampuan hidup sehat peserta didik dalam lingkungan hidup sehat sehingga peserta
didik dapat belajar, tumbuh dan berkembang. Anak sekolah merupakan aset atau modal
utama pembangunan di masa depan yang perlu dijaga, ditingkatkan, dan dilindungi
kesehatannya.
Permasalahan kesehatan anak tingkat SD umumnya berkaitan dengan perilaku
hidup bersih dan sehat. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 melaporkan
bahwa masalah gizi anak usia 6-12 tahun juga masih besar, yaitu terdapat 35,6% anak
pendek, 12,2% anak kurus dan 9,2% anak gemuk. Masalah lainnya adalah umur
merokok pertama kali menjadi cenderung tinggi pada umur lebih muda; pada kelompok
umur 5-9 tahun dari 1,2% pada tahun 2007 meningkat menjadi 1,7% pada tahun 2010
dan kelompok umur 10-14 tahun dari 10,3% pada tahun 2007 meningkat menjadi 17,5%
pada tahun 2010. Riskesdas 2010 juga melaporkan bahwa pengetahuan tentang HIV
dan AIDS pada kelompok umur 14-25 tahun masih sangat rendah. Untuk pengetahuan
pencegahan 38,8% pada laki-laki dan 34,4% pada perempuan, penularan 11,1% pada
laki-laki dan 12,1% pada perempuan dan pengetahuan komprehensif 7,6% pada laki-
laki dan 7,3% pada perempuan.
Secara umum kebiasaan merokok bagi masyarakat Indonesia merupakan salah
satu masalah kesehatan karena konsumsi rokok dikalangan remaja masih tinggi.
Semakin banyak generasi muda yang terpapar dengan asap rokok tanpa disadarai
terus menumpuk zat racun (toksik) dan karsiogenik yang bersifat fatal. Apalagi saat ini
anak-anak dan kaum muda semakin dijejali dengan ajakan merokok melalui iklan,
promosi dan sponsor rokok yang sangat gencar. Mellihat kondisi tersebut perlu
dilakukan penanggulangan dampak buruk akibat rokok khusunya anak sekolah,
termasuk menyediakan layanan konseling upaya berhenti merokok di sekolah dengan
melalui upaya promosi dan pencegahan.
Kematian akibat penyakit tidak menular (PTM) adalah 63% dari total kematian
kelompok PTM yang menjadi penyebab utama kematian di dunia adalah penyakit
jantung iskemik, hipertensi, stroke, diabetes melitus, penyakit paru kronik, dan kanker.
Setiap tahun kematian diperkirakan 7,9 juta jiwa akibat PTM, atau setara dengan 55%
dari seluruh kematian di Asia Tenggara dan PTM merenggut nyawa penduduk pada

1
usia yang relatif lebih muda dibandingkan dengan usia rerata di dunia. Presentase umur
mulai merokok pada laki-laki usia 5-14 tahun sebesar 19,6% dan perempuan sesbesar
10,7%.
Rendahnya derajat kesehatan dan berbagai masalah kesehatan pada peserta
didik sebagai akibat kurangnya menerapkan Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS).
Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) sebagai bentuk kegiatan yang terkait dengan
kesehatan anak usia sekolah merupakan salah satu aspek yang bisa dikembangkan
dalam mengaplikasikan program penyehatan lingkungan dan promosi kesehatan di
sekolah. Berdasarkan hal tersebut, perlu disusun panduan mengenai PHBS melalui
UKS untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di sekolah.

B. Dasar Hukum
1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003 Pasal 45 tentang Penyelenggaraan
Kesehatan Sekolah
3. Undang-Undang RI Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan pada pasal 79,
menyebutkan bahwa kesehatan sekolah diselenggarakan untuk meningkatkan
kemampuan hidup sehat peserta didik dalam lingkungan hidup sehat sehingga
peserta didik dapat belajar, tumbuh dan berkembang.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan
Yang Mengandung Zat Aditif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan
5. Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri Nomor
188/Menkes/PB/ I/ 2011 dan Nomor 7 tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan
KTR
6. Peraturan Bersama antara Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri
Kesehatan, Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri No. 6/X/PB/2014 Tahun
2014 tentang Pembinaan dan Pengembangan UKS/ Madrasah

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Buku panduan ini adalah sebagai bahan acuan bagi guru atau pembina UKS untuk
meningkatkan dan mengembangan perilaku hidup bersih dan sehat.

2. Tujuan Khusus
a. Meningkatnya pengetahuan dan keterampilan guru/ pembina program UKS
b. Terlaksananya tatanan PHBS di lingkungan sekolah
 D. Sasaran

2
Sasaran panduan ini adalah guru atau pembina UKS, tenaga kependidikan, warga
sekolah, dan masyarakat di lingkungan sekolah.

E. Manfaat
i. Tersedianya panduan bagi guru atau pembina UKS dalam pelaksanaan peningkatan
dan pengembangan perilaku hidup bersih dan sehat.

3
BAB II
KONSEP PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT

Definisi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)


Pengertian Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah sekumpulan perilaku
yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan
seseorang, keluarga, atau masyarakat mampu menolong dirinya sendiri (mandiri) di bidang
kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan.
PHBS di Sekolah adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh peserta didik,
guru dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran,
sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya, serta
berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat.
Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) adalah upaya terpadu lintas program dan lintas
sektor untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat dan selanjutnya terbentuk Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) baik bagi peserta didik, warga sekolah maupun warga
masyarakat.
Panduan ini diharapkan menjadi acuan petugas/ Guru UKS di sekolah serta pihak
lain yang akan melakukan kegiatan UKS dalam upaya promosi kesehatan penyelenggaraan
PHBS di sekolah yang meliputi 10 Indikator PHBS.

A. Indikator Tidak Merokok


1. Definisi Rokok
Pengertian rokok adalah hasil olahan tembakau yang terbungkus termasuk cerutu,
dan bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman tembakau (Nicotiana Tobacum,
nicotiana Rustica) dan spesies lainnya yang mengandung nikotin dan tar serta zat
lainnya dengan atau tanpa bahan tambahan.

2. Dampak Buruk Rokok Bagi Kesehatan


a. Karakteristik Asap rokok
Rokok dan produk tembakau yang dikonsumsi oleh manusia umumnya
merupakan daun tanaman tembakau (Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica)
dan spesies lainnya yang dibakar, dihisap, dihirup, dan atau dikunyah. Jika
satu batang rokok dibakar, asap yang dikeluarkan oleh sebatang rokok
mengandung 4000 zat kimia beracun dan 43 diantaranya mengandung zat
yang dapat menimbulkan pertumbuhan kanker (zat karsiogenik), dan ada
beberapa zat dari asap rokok yang sering menimbulkan gangguan kesehatan
diantaranya, nikotin dapat menimbulkan ketagihan/ ketergantungan (adiksi),

4
tar dapat menimbulkan kanker terutama di paru dan tempat lainnya (mulut,
tenggorokan, pita suara dll), dan gas karbon mono oksida (CO) adalah gas
beracun dapat melemahkan stamina dan kerusakan sel darah merah
(haemoglobin).

b. Masalah Kesehatan Akibat Merokok


Produk tembakau apapun bentuknya berbahaya untuk kesehatan baik
perorangan dan kesehatan anak usia sekolah. Bahaya terhadap kesehatan
perorangan dibedakan atas perokok aktif dan pasif. Pada perokok reguler aktif,
bahaya akan mengancam ke seluruh organ tubuh dengan gangguan fungsi
sampai menimbulkan kanker, adapun gangguan fungsi organ sebagai berikut :
1) penyakit saluran pernapasan (asma, penyakit paru obstruktif kronik dan
kanker paru);
2) penyakit jantung dan pembuluh darah (stroke dan penyakit jantung
koroner);
3) saluran cerna (kanker mulut, kanker lidah, kanker tenggorok);
4) saluran dan gangguan sistem reproduksi serta kehamilan (infeksi panggul,
kecacatan janin, keguguran, berat bayi lahir rendah, dan kanker mulut
rahim/serviks) serta organ lainnya. Perokok pasif juga akan terancam dan
mengalami gangguan fungsi hingga timbulnya kanker pada organ-organ
tubuh perokok pasif dewasa dan anak.

c. Pengaruh Merokok Bagi Proses Belajar Mengajar


Di dalam satu batang rokok terdapat 4000 zat kimia beracun, 43 diantaranya
mengandung zat yang dapat menimbulkan kanker (karsiogenik). Perilaku
merokok yang dimulai saat usia sekolah (Sekolah Dasar) akan mengikat pada
perilaku yang berulang untuk merokok karena akibat nikotin yang dapat
menimbulkan ketagihan/ketergantungan. Jika dihentikan akan menimbulkan
reaksi putus zat yang akan mengganggu aktivitas dan perilaku siswa. Selain itu
dapat menimbulkan gejala/keluhan seperti gejala mental (depresi), gangguan
daya tangkap, sulit konsentrasi, gangguan belajar, gangguan tidur, mudah
tersinggung, mudah marah, kecemasan, sulit menerima pelajaran, dan lainnya
yang akan mempengaruhi proses belajar pada anak usia sekolah dan akan
mencari keluar untuk merokok.

5
3. Upaya Berhenti Merokok di Sekolah
Upaya berhenti merokok (UBM) di sekolah merupakan upaya kesehatan
masyarakat yang berorientasi kepada upaya promotif dan preventif dalam
pengendalian konsumsi rokok pada anak usia sekolah.
a. Kawasan Tanpa Rokok di Sekolah
Kawasan tanpa rokok (KTR) adalah ruangan atau area yang dinyatakan
dilarang untuk kegiatan merokok atau memproduksi, menjual, mengiklankan
dan/ atau mempromosikan produk tembakau. Sekolah merupakan salah satu
tempat yang menjadi sasaran KTR yang telah diamanatkan oleh Undang-
Undang nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, Peraturan Pemerintah
nomor 109 tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat
Aditif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan, Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan nomor 64 tahun 2015 tentang Kawasan Tanpa
Rokok di Lingkungan Sekolah; Terdapat 7 (tujuh) tatanan yang diatur dalam
Kawasan Tanpa Rokok salah satunya adalah tempat proses belajar mengajar.

b. Peningkatan Peran dan Anak Sekolah sebagai Agent of Change


Peran agent of change adalah mengamati perilaku kebiasaan merokok di
lingkungan sekolah dan rumah, serta perilaku peserta didik yang sedang
dilakukan konseling awal upaya berhenti merokok. Selain itu pemberian
motivasi dan penanda tanganan komitmen di kalangan peserta didik sehingga
diharapkan peserta didik dapat berkomitmen menjadi agen perubahan di
masyarakat khususnya merubah perilaku orang tua untuk tidak merokok di
dalam rumah, sehingga adanya perubahan perilaku tidak merokok di
lingkungan sekolah.

c. Skrining/Penjaringan Perokok di Lingkungan Anak Usia Sekolah


Penjaringan kesehatan peserta didik dilakukan oleh suatu tim penjaringan
kesehatan dibawah koordinasi puskesmas. Pada penjaringan kesehatan,
peserta didik akan diminta untuk mengisi kuesioner skrining merokok bagi anak
usia sekolah. Berhenti merokok bukan hal yang mudah dikarenakan efek
ketagihan/adiksi nikotin. Kemampuan seorang untuk berhenti merokok
dipengaruhi oleh faktor psikologi, sosial, lingkungan dan genetik (Cary
Leman;Tobacco Use Research). Berhenti merokok bisa menyebabkan gejala
putus nikotin (withdrawal syndrome) berupa perubahan emosi, beberapa
perokok bisa melaluinya perubahan tersebut, sedangkan sebagian terpaksa
kembali merokok oleh karena tidak menemukan pengganti kenikmatan lain.

6
d. Konseling Upaya Berhenti Merokok di Sekolah
Konseling merupakan salah satu jenis komunikasi interpersonal yang bertujuan
membantu peserta didik mengenal dirinya, memahami masalahnya,
menetapkan alternatif pemecahan masalahnya kemudian mengambil
keputusan sesuai keadaan dan kebutuhan serta dengan kesadaran diri sendiri.

4. Manfaat Berhenti Merokok Dari Sisi Kesehatan


Risiko kematian akan jauh lebih berkurang dengan menghentikan kebiasaan
merokok. Sejak 20 menit pertama, manfaat berhenti merokok sudah mulai
dirasakan, sehingga makin cepat seorang berhenti merokok akan mendapatkan
banyak keuntungan serta memberikan usia harapan hidup yang lebih panjang.
Secara sederhana gambaran manfaat kesehatan berhenti secara umum sebagai
berikut:

Mulai Berhenti Rokok Manfaat


20 menit Tekanan darah, denyut jantung, dan aliran darah tepi
membaik
12 jam Hampir semua nikotin dalam sudah dimetabolisme, tingkat
kadar CO dalam darah kembali normal
24 – 48 jam Nikotin muai tereliminasi dari tubuh, fungsi pengecap dan
penciuman membaik, sistem kardiovaskuler meningkat
baik
5 hari Sebagian besar metabolit nikotin dalam tubuh sudah
hilang ; fungsi perasa/[pengecap dan pembau jauh lebih
membaik; sistem kardiovaskuler terus meningkat baik
2 – 6 minggu Risiko pada luka setelah pembedahan berkurang secara
bermakna; fungsi silia saluran napas dan fungsi paru
membaik; napas pendek dan batuk-batuk berkurang
1 tahun Risiko penyakit jantung koroner menurun setengahnya
dibandingkan orang yang tetap merokok
5 tahun Risiko stroke menurun pada level yang sama seperti orang
tidak pernah merokok
10 tahun Risiko kanker paru berkurang dari setengahnya
15 tahun Semua penyebab mortalitas dan risiko penyakit jantung
koroner menurun pada level yang sama seperti orang
tidak pernah merokok

7
B. Cuci Tangan Pakai Sabun
Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) merupakan salah satu cara untuk hidup
sehat yang paling sederhana dan murah namun belum membudaya. Padahal bila
dilakukan dengan baik dan rutin dapat mencegah berbagai penyakit menular. Mencuci
tangan telah terbukti sebagai langkah terpenting untuk menghindari penyakit dan
mencegah penyebaran kuman ke orang lain.
Bukti ilmiah yang telah terkumpul dari sejumlah penelitian menunjukkan bahwa
mencuci tangan secara teratur dengan menggunakan sabun dapat menurunkan diare
antara 31 – 47% dan penyakit saluran pernafasan sebanyak 30%. Penyakit menular
merupakan penyakit yang menyebar dari satu orang ke orang lain, antara lain cacingan,
diare flu, batuk yang bisa menyebabkan bronchitis, dan penyakit kulit. Kurangnya
kebersihan merupakan merupakan akar masalah terjadinya penyebaran penyakit ini.
Kebersihan diri, rumah dan sekolah dapat merupakan bagian dari membangun
kebiasaan untuk hidup bersih dan mencegah penyakit sebelum terjadi.
Mencuci Tangan Pakai Sabun merupakan kebiasaan kecil, tapi berdampak
besar. Cuci dan bilas dengan benar selama 20-30 detik mulai dari punggung dan
telapak tangan, sela-sela jari, sampai ke daerah di bawah kuku.

8
C. Konsumsi Minuman dan Makanan Sehat
Usia sekolah adalah usia yang tepat bagi anak-anak untuk belajar tentang
makanan sehat, tubuh, dan aktivitas. Di masa sekolah, anak akan mulai disibukkan
dengan kehidupan sosial, memiliki uang saku sendiri, dan mulai memilih gaya hidup
mereka sendiri. Anak-anak membutuhkan berbagai macam makanan untuk asupan gizi
yang seimbang dan sehat, Jumlah aktivitas fisik yang mereka lakukan dalam sehari
akan menjadi faktor penting untuk menentukan berapa banyak makanan yang mereka
butuhkan.

1. Sarapan itu penting


Sarapan bagi anak usia sekolah sangat dianjurkan karena dengan sarapan di pagi
hari membantu anak tetap beraktivitas dan menjaga konsentrasi mereka beljar di
sekolah. Kondisi ini dapat dibudayakan kepada anak-anak khususnya anak usia
sekolah. Semangkuk sereal dengan susu dan buah segar atau buah yang direbus
baik untuk memulai hari bagi seluruh keluarga.

2. Makan bersama di sekolah


Banyak sekolah memiliki kantin yang menawarkan berbagai macam pilihan
makanan. Sebagian besar sekolah mengikuti pedoman pemerintah untuk
menyediakan pilihan makanan seimbang dan sehat. Makanan yang dipilih anak
mungkin mahal dan mengandung banyak energi, tapi rendah akan nutrisi. Alternatif
lain adalah bekal dari rumah, yang merupakan cara baik untuk anak usia sekolah
tentang makanan seimbang sehat.

3. Makanan yang perlu dibatasi


Makanan olahan yang manis, berlemak, dan asin hanya boleh diberikan dalam
porsi kecil pada makanan dan dibatasi.

4. Tips Sehat Bagi Anak Usia Sekolah:


1. Anak-anak membutuhkan berbagai makanan yang berbeda setiap hari
2. Makanan ringan/camilan merupakan bagian penting dari diet yang sehat untuk
anak-anak yang aktif
3. Buatlah makanan ringan bergizi, bukan hanya makanan yang tinggi energi
4. Rencanakan makan bersama keluarga
5. Nikmati waktu mengobrol dan berbagi cerita pada waktu makan.
6. Biarkan anak yang memberi tahu anda ketika mereka sudah kenyang

9
7. Siapkan bekal makan siang anak anda untuk ia bawa ke sekolah
8. Biarkan anak-anak membantu menyiapkan makanan

Mengonsumsi beraneka ragam jenis makanan yang seimbang dan sehat,


termasuk proporsi makanan dalam jumlah yang cukup, tidak berlebihan harus
dilakukan secara teratur. Demikian pula jumlah makanan yang mengandung gula,
garam dan lemak yang dapat meningkatkan resiko beberapa penyakit tidak
menular, dianjurkan untuk dikurangi. Minumlah air yang sudah kita olah/dimasak
karena dapat menghindarkan kita dari gangguan penyakit seperti diare, kolera,
disentri, thypus, kecacingan, penyakit mata, penyakit kulit atau keracunan. Minum
dengan cukup sangat penting bagi kesehatan. Supaya tetap sehat kita sebaiknya
minum dengan cukup. Kecukupan cairan tubuh bisa dipenuhi dari konsumsi air
putih dan minuman lainnya. Minum yang baik adalah minum saat merasa kehausan
dan minum di waktu-makan. Air diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan
yang optimal sehingga keseimbangan air perlu dipertahankan dengan mengatur
jumlah masukan air dan keluaran air yang seimbang.

Sekitar 78% berat otak adalah air. Berbagai penelitian membuktikan


bahwa kurang air tubuh pada anak sekolah menimbulkan rasa lelah (fatigue),
menurunkan atensi atau konsentrasi belajar. Sebagian besar (dua-pertiga) air yg
dibutuhkan tubuh dilakukan melalui minuman yaitu sekitar dua liter atau delapan
gelas sehari bagi remaja dan dewasa yang melakukan kegiatan ringan. Air yang
dibutuhkan tubuh selain jumlahnya yang cukup untuk memenuhi kebutuhan juga
harus aman yang berarti bebas dari kuman penyakit dan bahan-bahan berbahaya.

D. Menggunakan Jamban Sehat


Keadaan WC/jamban harus bersih, tidak berbau. Ada ventilasi dan penerangan
yang cukup. Lantai kedap air, tidak licin, tidak ada genangan air. Tersedia air bersih dan
sabun. Tidak ada sampah dan atau jentik nyamuk.
Tinja dan urine merupakan sumber penularan penyakit seperti diare, cacingan,
hepatitis A. Penyakit ini dapat ditularkan melalui air, tangan, makanan, dan lalat, selain
mengakibatkan gangguan estetika. Oleh karena itu tinja dan urin harus dilokalisir dalam
septic tank agar tidak mencemari sumber air tanah (sumur) dan tanah sekolah.
Sebaiknya ada slogan atau peringatan untuk menjaga kebersihan toilet.

Mengajari anak menggunakan jamban/WC :

10
1. Sebelum menggunakan toilet, pastikan keadaan toilet bersih. Siram kloset
sebelum digunakan untuk membersihkan bekas kotoran yang mungkin ada di
kloset.
2. Jangan lepas alas kaki, untuk menghindari menempelnya kuman dan masuk
di kulit kaki
3. Tutup pintu WC/toilet sewaktu digunakan, untuk kenyamanan
4. Apabila telah buang air besar/kecil, ketika menyiram kloset, disiram dengan
pelan-pelan, atau menjauhlah agar kuman-kuman yang mungkin meloncat tidak
masuk ke dalam tubuh.
5. Pastikan anda menyiram toilet sampai bersih sebelum keluar.
6. Mencuci tangan dengan sabun setelah selesai menggunakan toilet.

E. Olahraga
Olahraga adalah salah satu bentuk aktivitas fisik yang dilakukan secara
terstruktur, terencana, dan berkesinambungan dengan mengikuti aturan-aturan tertentu
dan bertujuan untuk meningkatkan kebugaran jasmani dan prestasi.
Kebiasaan untuk melakukan aktivitas fisik sehari-hari perlu dibiasakan dan
dipertahankan untuk mengurangi keluhan yang timbul akibat terlalu banyak duduk,
berdiri atau posisi yang sama untuk waktu yang terlalu lama.
Aktivitas fisik sehari-hari tersebut meliputi gerakan tubuh untuk mengurangi
penat dan kekakuan otot dan sendi agar tetap sehat baik dirumah, selama perjalanan
dan di sekolah.
Beberapa aktivitas fisik yang dapat dilakukan oleh anak-anak SD/MI antara lain:
1. Aktivitas fisik sehari-hari seperti berjalan kaki, naik-turun tangga, aktivitas
bermain dengan mengoptimalkan waktu istirahat di sekolah dan pertukaran jam
pelajaran.dll
2. Latihan fisik seperti berlari, jogging, bermain bola, berenang, senam,
bersepeda, dll
3. Olahraga seperti sepak bola, bulu tangkis, bola basket, tenis meja, voli, futsal,
dll

Latihan fisik dan olahraga yang dilakukan dengan baik, benar, terukur dan
teratur dapat meningkatkan suplai oksigen ke seluruh jaringan tubuh sehingga
berdampak pada:
1. Peningkatan kontraksi otot termasuk otot jantung yang akan meningkatkan
jumlah darah ke seluruh tubuh (curah jantung permenit) dengan jumlah nadi yang
cukup (kerja otot jantung lebih efisien). Hal ini akan meningkatkan pemanfaatan

11
oksigen ke seluruh tubuh oleh organ-organ tubuh sehingga kapasitas fisik
(kebugaran jasmani) akan meningkat dan peserta didik tidak mudah lelah
2. Metabolisme sistem hormon tubuh lebih efisien sehingga fungsi organ-organ
tubuh menjadi lebih optimal

Kombinasi dari kedua hal tersebut menyebabkan kemampuan semua sistem


organ tubuh termasuk persaratan menjadi lebih optimal khususnya dalam daya serap
seorang anak pada pelajaran. Jika kondisi ini berlangsung dalam jangka waktu lama
dapat meningkatkan kebugaran jasmani, meningkatkan kapasitas belajar anak,
meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit menular, serta menurunkan angka
tidak masuk sekolah.

F. Pemberantasan Jentik Nyamuk


Nyamuk dengue demam berdarah hanya memerlukan sedikit air untuk
meletakkan telur. Masa inkubasi diperlukan waktu 7 – 10 hari untuk telur menjadi
nyamuk dewasa. Halaman sekolah hendaknya diperiksa secara berkala terutama di
tempat-tempat di mana nyamuk mungkin bertelur. Beberapa langkah yang dapat
dilakukan adalah:
1. Pastikan air di dalam got dapat mengalir.
2. Periksalah pot tanaman apakah ada air yang menggenang.
3. Balikkan pot tanaman dan wadah yang kosong.
4. Tempat penyimpanan air harus bertutup.
5. Bersihkan tempat sampah plastik setiap hari.
6. Bila ada awning dari terpal, hendaknya air yang menggenang dibuang setiap
hari.
7. Perbaiki pipa air yang bocor dan keran air yang menetes.
Usaha pemberantasan jentik nyamuk yang diuraikan di atas dikenal dengan
kegitan 3 M, yaitu tindakan yang dilakukan secara teratur dengan cara:
1. Menguras: menguras tempat penampungan air
2. Menutup: menutup rapat tempat penampungan air
3. Mengubur: mengubur semua barang di sekitar yang dapat menampung air
hujan

G. Pemantauan Berat Badan Secara Teratur Untuk Mempertahankan Berat Badan


Normal
Salah satu indikator yang menunjukkan bahwa telah terjadi keseimbangan zat
gizi di dalam tubuh adalah tercapainya berat badan yang normal, yaitu berat badan

12
yang sesuai untuk tinggi badannya. Indikator tersebut dikenal dengan Indeks Masa
Tubuh (IMT). Oleh karena itu, pemantauan Berat Badan (BB) normal merupakan hal
yang harus menjadi bagian dari ‘Pola Hidup’ dengan ‘Gizi Seimbang’, sehingga dapat
mencegah penyimpangan berat badan dari berat badan normal, dan apabila terjadi
penyimpangan berat badan dapat segera dilakukan langkah-langkah pencegahan dan
penanganannya.
Untuk mengetahui nilai IMT, dapat dihitung dengan rumus berikut:

Batas ambang IMT ditentukan dengan merujuk ketentuan FAO/WHO. Untuk


kepentingan Indonesia, batas ambang dimodifikasi berdasarkan pengalaman klinis dan
hasil penelitian di beberapa negara berkembang. Batas ambang IMT untuk Indonesia
adalah sebagai berikut : berat badan normal nilai IMT berkisar 18,5 – 22,9, berat badan
lebih IMT berkisar 23 -24,9 dan obesitas IMT ≥ 25.

H. Buang Sampah di Tempat Sampah


Sekolah sebagai tempat berkumpulnya banyak orang dapat menjadi
penghasil sampah terbesar selain pasar, rumah tangga, industri dan perkantoran.
Ada 3 Jenis sampah yang ada di sekolah:
1. Sampah organik yaitu sampah yang terdiri dari bahan-bahan yang bisa
terurai secara alamiah/ biologis. Misalnya adalah sisa makanan
2. Sampah anorganik yaitu sampah yang terdiri dari bahan-bahan yang sulit
terurai secara biologis sehingga penghancurannya membutuhkan penanganan
lebih lanjut. Misalnya adalah plastik dan Styrofoam
3. Sampah B3 (bahan berbahaya dan beracun) yaitu sampah yang terdiri dari
bahan bahan berbahaya dan beracun. Misalnya adalah bahan kimia
beracun. Sampah yang dihasilkan sekolah kebanyakan adalah jenis sampah
kering dan hanya sedikit sampah basah. Sampah kering yang dihasilkan
kebanyakan berupa kertas, plastik dan sedikit logam. Sedangkan sampah basah
berasal dari guguran daun pohon, sisa makanan dan daun pisang pembungkus
makanan

Untuk itu disetiap ruang kelas harus terdapat satu buah tempat sampah yang
bertutup, lebih bagus lagi bila ada pemilahan. Penanganan sampah yang tidak

13
memenuhi syarat kesehatan dapat menjadi tempat berkembang biaknya vektor penyakit
seperti lalat, tikus, kecoak. Pengumpulan sampah dari seluruh ruang dilakukan setiap
hari dan dibuang ke TPS. Bila tidak terjangkau oleh pelayanan pembuangan sampah ke
TPA, maka dapat dilakukan pemusnahan sampah dengan cara dikubur.
Sehingga untuk membiasakan membuang sampah di tempat sampah,
pasanglah peringatan/ seruan untuk mengajak anak-anak membuang sampah di tempat
sampah. Apabila di sekolah sudah ada 3 (tiga) macam tempat sampah terpilah lebih
baik lagi. Informasikan dengan membuang sampah di tempat sampah, selain
mengurangi dampak penyakit juga dapat membuat bersih, enak dipandang. Beberapa
tips yang bisa kita lakukan, antara lain:
1. Jadilah contoh buat anak
Mengajari anak untuk berbuat sesuatu sama halnya dengan memberikan contoh
kepadanya. Mulai dengan menunjukkan kepadanya cara membuang sampah yang
benar. Habis makan bungkus harus dimasukkan ke tempat sampah. Begitu juga
sehabis menggunting kertas, harus dikumpulkan dan dibuang ke tempat sampah.
Langkah sederhana ini akan diperhatikan dan mulai dicontoh si kecil.

2. Sediakan Beberapa Tempat Sampah


Jangan lupa untuk menyediakan tempat sampah yang cukup di sekolah. Usahakan
jumlahnya lebih dari satu. Tidak adanya tempat sampah yang memadai membuat
anak jadi terbiasa membuang sampah sembarangan. Sediakan tempat sampah
mulai untuk sampah kering, hingga sampah yang digunakan untuk menampung
sisa makan basah.

3. Bagi Tempat Sampah


Agar anak-anak semakin pintar membuang sampah, ajarkan juga cara
mengumpulkan sampah sesuia dengan jenisnya. Sediakan tempat sampah yang
berbeda warna untuk mempermudah proses belajarnya. Misalnya, sampah merah
khusus untuk sampah yang basah, berbau tidak enak dan jorok. Sementara
sampah kuning untuk jenis sampah kering seperti plastik, bungkus permen dan
kertas bekas yang habis diremas oleh si kecil.

4. Bedakan Sampah Organik


Selain mengajari cara membuang sampah sesuai dengan jorok maupun tidaknya,
ajari juga membuang sampah berdasarkan organik dan tidaknya. Sampah basah
dari kue basah, dan jajanan lainnya, buah dan sisa makanan dimasukkan dalam

14
sampah organik. Sedangkan kertas, pecahan kaca dan plastik dibuang ke dalam
sampah anorganik.

I. Etika Batuk dan Bersin


Penerapan etika batuk dan bersin bertujuan untuk mencegah terjadinya
penularan penyakit melalui saluran pernafasan seperti Tuberkulosis (TB). Tuberkulosis
disebabkan oleh kuman yang menular melalui percikan dahak sewaktu seseorang yang
sakit TB meludah pada tempat lembab tidak terkena matahari langsung serta batuk
untuk menghindari terjangkitnya penyakit ini pada anak sekolah, maka harus diterapkan
etika batuk dan bersin pada anak sekolah yang lagi batuk sebagai berikut:
1. Tutuplah hidung dan mulut dengan menggunakan tisu/saputangan atau
lengan dalam baju;
2. Segera buang tisu yang sudah dipakai ke dalam tempat sampah;
3. Cuci tangan menggunakan air bersih dan mengalir serta sabun;
4. Gunakan Masker.

J. Pengelolaan Kebersihan saat Menstruasi


Perilaku personal hygiene adalah suatu pamahaman, sikap dan praktik yang
dilakukan oleh seseorang untuk meningkatkan derajat kesehatan, memilihara
kebersihan diri, meningkatkan rasa percaya diri, menciptakan keindahan, dan
mencegah timbulnya penyakit. Adapun tujuan dari personal hygiene untuk
meningkatkan derajat kesehatan, memilihara kebersihan diri, mencegah timbulnya
penyakit penyakit, menciptakan keindahan dan meningkatkan rasa percaya diri.
Personal hygiene genitalia merupakan pemiliharaan kebersihan dan kesehatan individu
yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari sehingga terhindar dari gangguan alat
reproduksi dan mendapatkan kesejahteraan fisik dan psikis serta meningkatkan derajat
kesehatan. Manfaat personal hygiene genitalia adalah mencengah timbulnya penyakit,
bebas dari kotoran, enak dipandang dan dampak dari personal hygiene genitalia mudah
terkena penyakit yang berbahaya seperti keputihan, kista dan di jauhi oleh orang.
Lingkungan keluarga terutama ibu merupakan sumber informasi yang paling
berperan dalam pengetahuan mengenai personal hygiene genitalia karena seorang
anak akan belajar dan menganut kebiasaan yang sudah ada sebelumnya dari keluarga
terutama dari ibu lebih dahulu. Saudara, teman sebaya dan guru juga merupakan
sumber informasi bagi seseorang untuk mengetahui hal-hal mengenai organ reproduksi
termasuk personal hygiene genitalia. Pelayanan kesehatan juga merupakan sumber
informasi yang baik bagi remaja dalam hal kesehatan reproduksi. Remaja dapat
mengunjungi pelayanan kesehatan pada saat merasa sakit atau memiliki keluhan

15
sehingga pelayanan kesehatan dapat membantu remaja dan keluarga memperoleh
informasi seputar kesehatan reproduksi, mengembangkan kemampuan dalam
mencegah terjadi masalah, dan menanggulangi berbagai masalah.
Kebersihan tubuh pada saat menstruasi juga sangat penting diperhatikan, dan
sebaiknya mandi 2 kali sehari, dengan sabun mandi, pada saat mandi organ reproduksi
luar perlu cermat dibersihkan. Cara membersihkan daerah kewanitaan yang terbaik
ialah membasuhnya dengan air bersih. Satu hal yang harus diperhatikan dalam
membasuh daerah kewanitaan kita, terutama setelah buang air besar (BAB), yaitu
dengan membasuhnya dari arah depan ke belakang (dari vagina ke arah anus), bukan
sebaliknya. Karena apabila terbalik arah membasuhnya, maka kuman dari daerah anus
akan terbawa ke depan dan dapat masuk ke dalam vagina.
Pada saat membersihkan alat kelamin, tidak perlu dibersihkan dengan cairan
pembersih atau cairan lain dan douche karena cairan tersebut akan semakin
merangsang bakteri yang menyebabkan infeksi. Apabila menggunakan sabun,
sebaiknya gunakan sabun yang lunak (dengan pH 3,5), misalnya sabun bayi yang
biasanya ber-pH netral. Setelah memakai sabun, hendaklah dibasuh dengan air sampai
bersih (sampai tidak ada lagi sisa sabun yang tertinggal), sebab bila masih ada sisa
sabun yang tertinggal malah dapat menimbulkan penyakit. Setelah dibasuh, harus
dikeringkan dengan handuk atau tissue, tetapi jangan digosok-gosok. Dengan menjaga
kebersihan tubuh dapat memberikan kesegaran bagi tubuh dan memperlancar
peredaran darah.
Mengganti pakaian setiap hari sangatlah penting terutama pakaian dalam,
gunakan pakaian dalam yang kering dan menyerap keringat karena pakaian dalam
yang basah akan mempermudah tumbuhnya jamur. Pakaian dalam yang telah terkena
darah sebaiknya direndam terlebih dahulu dan setelah kering disetrika. Pemakaian
celana yang terlalu ketat sebaiknya dihindari, karena hal ini menyebabkan kulit susah
bernafas dan akhirnya bisa menyebabkan daerah kewanitaan menjadi lembab dan
teriritasi. Untuk pemilihan bahan, sebaiknya gunakan bahan yang nyaman dan
menyerap keringat, seperti misalnya katun. Pemakaian pantyliner setiap hari secara
terus menerus juga tidak dianjurkan. Pantyliner sebaiknya hanya digunakan pada saat
keputihan banyak saja, dan sebaiknya jangan memilih pantyliner yang berparfum
karena dapat menimbulkan iritasi kulit.
Pada saat menstruasi, pembuluh darah dalam rahim sangat mudah terinfeksi,
oleh karena itu kebersihan alat kelamin harus lebih dijaga karena kuman mudah sekali
masuk dan dapat menimbulkan penyakit pada saluran reproduksi. Pilihlah pembalut
yang daya serapnya tinggi, sehingga tetap merasa nyaman selama
menggunakannya. Sebaiknya pilih pembalut yang tidak mengandung gel, sebab gel

16
dalam pembalut kebanyakan dapat menyebabkan iritasi dan menyebabkan timbulnya
rasa gatal. Pembalut selama menstruasi harus diganti secara teratur 4-5 kali atau setiap
setelah mandi dan buang air kecil.
Penggantian pembalut yang tepat adalah apabila di permukaan pembalut telah
ada gumpalan darah. Alasannya ialah karena gumpalan darah yang terdapat di
permukaan pembalut tersebut merupakan tempat yang sangat baik untuk
perkembangan bakteri dan jamur. Jika menggunakan pembalut sekali pakai sebaiknya
dibersihkan dulu sebelum dibungkus lalu diuang ke tempat sampah. Untuk pembalut
lainnya sebaiknya direndam memakai sabun di tempat tertutup terlebih dahulu sebelum
dicuci.
Akibat yang sering terjadi karena kurangnya kebersihan pada saat menstruasi
adalah: demam, radang pada permukaan vagina, gatal–gatal pada kulit vagina,
keputihan, dan rasa panas atau sakit pada bagian bawah perut.

K. Kebersihan Gigi dan Mulut


Gigi dan mulut merupakan bagian penting yang harus dipertahankan
kebersihannya sebab melalui organ ini berbagai kuman dapat masuk. Hygiene mulut
membantu mempertahankan status kesehatan mulut, gigi, gusi, dan bibir, menggosok
membersihkan gigi dari partikel - partikel makanan, plak, bakteri, memasase gusi, dan
mengurangi ketidaknyamanan yang dihasilkan dari bau dan rasa yang tidak nyaman.
Menjaga kebersihan mulut dan gigi dapat dilakukan dengan melalui berbagai cara.
Menghindari kebiasaan buruk seperti menggigit-gigit sesuatu tanpa sadar (menggigit-
gigit jari/kuku, pensil, mengerut-ngerutkan gigi dan lain-lain), serta menghindari
bernafas melalui mulut. Menjaga kebersihan mulut dan gigi dilakukan dengan
menggosok gigi dengan air bersih atau matang dengan sikat gigi dan pakai pasta atau
odol secara teratur setiap selesai makan dan pada waktu akan tidur. Kebersihan mulut
dan gigi yang kurang akan menimbulkan adanya bakteribakteri yang akan
mempermudah terjadinya peradangan pada gusi, gigi berlubang, dan bau mulut yang
tidak sedap.

Cara Mencegah Penyakit Gigi Dan Mulut antara lain:


1. Hilangkan plak dari permukaan gigi dengan cara menyikatnya secara benar.
2. Pakailah zat pewarna plak untuk melihat apakah gigi sudah bersih dapat dipakai
sumba kue yang dicairkan dengan air matang teteskan pada lidah, oleskan dengan
lidah pada seluruh permukaan gigi. Periksa mulut dengan cermin, permukaan kotor
akan tampak berwarna merah.
3. Pakailah pasta gigi yang mengandung fluor agar gigi kuat.

17
4. Gosok gigi 2 x sehari sesudah makan pagi dan sebelum tidur malam.
5. Pilihlah sikat gigi yang berbulu halus, permukaan datar kepala sikat kecil.
6. Hindari kebiasaan makan yang merusak gigi (permen, kue, cokelat, dsb), biasakan
makanan yang berserat.
7. Bila mulai ada rasa linu, gusi berdarah segeralah periksa ke dokter gigi.
8. Periksakan kesehatan gigi setiap 6 bulan sekali.

Cara menyikat gigi yang baik dan benar


1. Bagian gigi menghadap bibir: dengan cara ke atas ke bawah.
2. Bagian gigi menghadap pipi: dengan cara memutar membentuk sudut 450.
3. Bagian gigi untuk mengunyah: dengan cara maju mundur
4. Bagian gigi yang menghadap langitlangit/lidah: dengan cara mencongkel

18
BAB III
PELAKSANAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT

A. Tidak merokok
Peran dari kelompok sebaya sebagai agent of chance dapat terlihat dengan
adanya perubahan perilaku tidak merokok di dalam Sekolah. Hal ini dapat terjadi ketika
sasaran mempunyai tingkat pemahaman akan manfaat untuk tidak merokok,
mempunyai pemahaman yang baik bahwa merokok berbahaya.
Pemberian pemahaman yang komprehensif tentang bahaya rokok terhadap
anak-anak di usia dini mempunyai potensi untuk menyelamatkan generasi muda untuk
tidak menjadi perokok di kemudian hari. Mereka diharapkan bisa menjadi agen
perubahan di rumah untuk memotivasi anggota keluarga lain untuk berhenti merokok
atau setidaknya merokok di luar rumah.
Pelaksanaan skrining/penjaringan perokok di sekolah dapat dirangkaikan
dengan pelaksanaan penjaringan kesehatan peserta didik di sekolah. Penjaringan
kesehatan merupakan serangkaian kegiatan yang meliputi pemeriksaan fisik, deteksi
perilaku berisiko, pemeriksaan intelegensia, penyimpangan emosional dan pemeriksaan
kesegaran jasmani. Penjaringan kesehatan dilaksanakan 1 tahun sekali pada peserta
didik kelas 1 SD.
Penjaringan kesehatan peserta didik dilakukan oleh suatu tim penjaringan
kesehatan di bawah koordinasi puskesmas. Tim tersebut terdiri dari tenaga kesehatan
puskesmas yang dibantu oleh guru dan kader kesehatan (Dokter Kecil/Kader
Kesehatan Remaja) dari sekolah yang bersangkutan. Puskesmas sebagai organisasi
fungsional kesehatan di tingkat pelayanan kesehatan dasar bertanggungjawab dalam
pelaksanaan penja-ringan kesehatan peserta didik di wilayah kerjanya.
Pada penjaringan kesehatan, peserta didik akan diminta untuk mengisi
Kuesioner Skrining/Penjaringan merokok bagi anak usia sekolah sebagai berikut :

19
Kuesioner Skrining/Penjaringan Merokok
Bagi Anak Usia Sekolah/Madrasah

1. Apakah kamu merokok? ( ) ya; ( ) tidak


2. Berapa usia kamu mulai merokok ?..........................
3. Apa alasan kamu mulai merokok ?...........................
4. Dari mana kamu tahu mengenai rokok? ..........................
5. Berapa jumlah batang rokok yang kamu hisap setiap hari ? ........................
6. Sudah berapa lama kamu merokok?............................
7. Apakah kamu pernah melihat orang yang merokok di sekolah? ( ) ya; ( )
tidak
jika ya sebutkan: .......................... (teman, guru, satpam, warga sekolah)
8. Apakah ada anggota keluarga di rumah yang merokok ? ( ) ya; ( ) tidak
9. Apakah kamu tahu dampak buruk dari mekokok ?. ( ) ya; ( ) tidak
10. Bila kamu merokok apakah ada keinginan untuk Berhenti merokok?...........

Pihak Puskesmas akan merekap hasil dari penjaringan kesehatan kemudian


melakukan:
1. Umpan balik ke sekolah berupa rekap status kesehatan para peserta didik di
sekolah berdasarkan hasil penjaringan kesehatan
2. Informasi status kesehatan per peserta didik untuk kemudian diteruskan ke
orang tua peserta didik oleh pihak sekolah
3. Pencatatan dan pelaporan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

Apabila dalam pelaksanaan penjaringan kesehatan ditemukan peserta didik


yang mempunyai penyakit/kelainan/gangguan, maka pada saat umpan balik, orang tua
dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut ke puskesmas untuk mendapat
penanganan, namun bila penyakit/kelainan/gangguan tersebut tidak dapat ditangani di
puskesmas maka akan dirujuk ke rumah sakit.
Kawasan tanpa rokok adalah ruangan atau area yang dinyatakan dilarang
untuk kegiatan merokok atau memproduksi, menjual, mengiklankan, dan atau
mempromosikan produk tembakau.
Sekolah merupakan salah satu tempat yang menjadi sasaran kawasan tanpa
rokok berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang
kesehatan dan PP109 tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat
Adiktif berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan.
Sesuai dengan Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia No.0256/MPK.C/HK/2014, tertanggal 7 Januari 2014 tentang Larangan
Merokok di Sekolah, agar Dinas Pendidikan Provinsi/Kabupaten/Kota melakukan :

20
1. Memasukkan larangan merokok dalam aturan tata tertib sekolah
2. Menolak iklan, promosi, dan kerja sama yang dilakukan oleh perusahaan
rokok dalam bentuk apapun untuk keperluan penyelenggaraan pendidikan
3. Memberlakukan larangan adanya papan iklan, reklame, pamflet, dan bentuk-
bentuk iklan lainnya dari perusahaan rokok yang beredar atau dipasang di
lingkungan sekolah
4. Melarang penjualan rokok di kantin dan koperasi dalam bentuk kemasan
apapun atau bentuk penjualan lain di lingkungan sekolah
5. Memasang tanda bebas asap rokok/daerah bebas rokok di lingkungan
sekolah

Larangan merokok bertujuan untuk menciptakan lingkungan sekolah yang


bersih, sehat dan bebas rokok. Sasaran larangan merokok di lingkungan sekolah :
1. Kepala Sekolah
2. Guru
3. Tenaga Kependidikan
4. Peserta Didik
5. Pihak lain yang ada di dalam sekolah

Peran untuk mendukung larangan merokok di sekolah :


1. Dinas Pendidikan Provinsi/Kabupaten/Kota
Dapat memberikan sanksi kepada Kepala Sekolah yang terbukti tidak
melaksanakan ketentuan larangan merokok di lingkungan sekolah sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.

2. Kepala Sekolah
a. Wajib melarang guru, tenaga kependidikan dan peserta didik untuk tidak
merokok di lingkungan sekolah.
b. Wajib menegur guru, tenaga kependidikan dan peserta didik apabila terbukti
merokok di lingkungan sekolah.
c. Dapat memberikan sanksi kepada guru, tenaga kependidikan dan peserta didik
yang terbukti melanggar.

3. Peserta Didik
Dapat memberikan teguran atau melaporkan ke Kepala Sekolah apabila terbukti
ada yang merokok di lingkungan sekolah.

21
B. Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)
Transmisi penyakit melalui tangan dapat diminimalisasi dengan menjaga hiegene
dari tangan, tetapi pada kenyataannya, hal ini sulit dilakukan dengan benar, karena
banyaknya alasan seperti kurangnya peralatan, alergi produk pencuci tangan,
sedikitnya pengetahuan mengenai pentingnya hal ini, dan waktu mencuci tangan yang
lama.
Mencuci tangan pakai sabun merupakan kebiasaan kecil, tapi berdampak besar.
kuman tidak mudah mati atau hilang jika hanya dengan membasahi tangan dengan air
saja dan kuman sangat mudah untuk berkembang biak. Berikut 7 langkah mencuci
tangan dengan benar menurut WHO:
1. Menggosok kedua telapak tangan dengan menggunakan sabun anti bakteri
2. Menggosok kedua punggung tangan
3. Buka telapak tangan kemudian gosok sela-sela jari satu persatu
4. Kemudian balikkan telapak tangan besikan sela–sela punggung jari jemari
bergantian.
5. Menggosok ibu jari dengan cara melingkar satu arah mengikuti daerah antara jari
telunjuk dan ibu jari lakukan bergantian kepada kedua tangan.
6. Menggosok ujung jari pada telapak tangan dan lakukan bergantian pada kedua
tangan
7. Menggosok pergelangan tangan secara berputar lakukan juga pada keduanya
8. Kemudian bilas dengan air yang mengalir

C. Konsumsi makanan dan minuman sehat


Berikut adalah hal–hal yang harus diperhatikan bagi siswa Sekolah Dasar dalam
mengkonsumsi makanan dan minuman sehat:
1. Anak-anak membutuhkan berbagai makanan yang berbeda setiap hari
2. Makanan ringan/camilan merupakan bagian penting dari diet yang sehat
untuk anak-anak yang aktif
3. Buatlah makanan ringan bergizi, bukan hanya makanan yang tinggi energi
4. Rencanakan makan bersama keluarga
5. Nikmati waktu mengobrol dan berbagi cerita pada waktu makan
6. Biarkan anak yang memberi tahu Anda ketika mereka sudah kenyang
7. Siapkan bekal makan siang anak Anda untuk ia bawa ke sekolah

22
D. Menggunakan jamban sehat
Mengajari anak menggunakan jamban/WC :
1. Sebelum menggunakan toilet, pastikan keadaan toilet bersih. Siram kloset
sebelum digunakan untuk membersihkan bekas kotoran yang mungkin ada di
kloset.
2. Jangan lepas alas kaki, untuk menghindari menempelnya kuman dan masuk
di kulit kaki
3. Tutup pintu WC/toilet sewaktu digunakan, untuk kenyamanan
4. Apabila telah buang air besar/kecil, ketika menyiram kloset, disiram dengan pelan-
pelan, atau menjauhlah agar kuman-kuman yang mungkin meloncat tidak masuk ke
dalam tubuh.
5. Pastikan Anda menyiram toilet sampai bersih sebelum keluar.
6. Mencuci tangan dengan sabun setelah selesai menggunakan toilet.

E. Olahraga
Beberapa aktivitas fisik yang dapat dilakukan oleh anak-anak SD/MI antara lain:
Aktivitas fisik sehari-hari seperti berjalan kaki, naik-turun tangga, aktivitas bermain
dengan mengoptimalkan waktu istirahat di sekolah dan pertukaran jam pelajaran;
Latihan fisik seperti berlari, jogging, bermain bola, berenang, senam, bersepeda;
Olahraga seperti sepak bola, bulu tangkis, bola basket, tenis meja, voli, futsal.
Olahraga yang baik adalah olahraga yang mengikuti kaidah-kaidah olahraga yaitu:
dimulai dengan pemanasan, peregangan, latihan inti, pendinginan, peregangan
(relaksasi). Olahraga yang benar yaitu sebelum berolahraga kita harus kondisi
kesehatan dan kebugaran awal tubuh anak didik kita untuk dapat ditentukan dosis
olahraga yang tepat sehingga meminimalisir kemungkinan cedera. Olahraga teratur dan
terukur dilakukan dengan indikator: FITT (Frekuensi, Intensitas, Tempo, Tipe).
Frekuensi olahraga bagi kesehatan adalah dengan melakukan olahraga 3 sampai 5 kali
dalam seminggu dengan waktu selang sehari untuk recovery (pemulihan). Intensitas
olahraga dapat dihitung dengan indikator denyut nadi per menit: yaitu 70 - 85 % dari
DNM (denyut nadi maksimal) untuk olahraga kesehatan. Tempo latihan tergantung
pada tujuan kita, untuk olahraga kesehatan dengan sasaran melatih kemampuan
jantung paru atau dengan kata lain latihan aerobik dapat dilakukan dengan waktu 20 -
30 menit atau lebih dengan intensitas rendah s.d sedang. Tipe berarti olahraga yang
akan dicapai atau sasaran latihan yang diinginkan. seperti contoh untuk olahraga
aerobik dapat merunkan kalori dan lemak pada tubuh kita.

23
F. Pemberantasan jentik nyamuk
Beberapa langkah yang dapat dilakukan adalah:
1. Pastikan air di dalam got dapat mengalir.
2. Periksalah pot tanaman apakah ada air yang menggenang.
3. Balikkan pot tanaman dan wadah yang kosong.
4. Tempat penyimpanan air harus bertutup.
5. Bersihkan tempat sampah plastik setiap hari.
6. Bila ada awning dari terpal, hendaknya air yang menggenang dibuang setiap
hari.
7. Perbaiki pipa air yang bocor dan keran air yang menetes.

Usaha pemberantasan jentik nyamuk yang diuraikan di atas dikenal dengan


kegitan 3 M, yaitu tindakan yang dilakukan secara teratur dengan cara:
1. Menguras: menguras tempat penampungan air
2. Menutup: mnutup rapat tempat penampungan air
3. Mengubur: mengubur semua barang di sekitar yang dapat menampung air
hujan

G. Pemantauan berat badan secara teratur untuk mempertahankan berat badan


normal
Untuk mengetahui nilai IMT, dapat dihitung dengan rumus berikut :

Batas ambang IMT ditentukan dengan merujuk ketentuan FAO/WHO. Untuk


kepentingan Indonesia, batas ambang dimodifikasi berdasarkan pengalaman klinis dan
hasil penelitian di beberapa negara berkembang. Batas ambang IMT untuk Indonesia
adalah sebagai berikut : berat badan normal nilai IMT berkisar 18,5 – 22,9, berat badan
lebih IMT berkisar 23 -24,9 dan obesitas IMT ≥ 25

H. Buang sampah di tempat sampah


Beberapa hal yang bisa kita lakukan :

24
1. Mengajari anak untuk berbuat sesuatu sama halnya dengan memberikan
contoh kepadanya. Mulai dengan menunjukkan kepadanya cara membuang
sampah yang benar. Habis makan bungkus harus dimasukkan ke tempat sampah.
Begitu juga sehabis menggunting kertas, harus dikumpulkan dan dibuang ke
tempat sampah. Langkah sederhana ini akan diperhatikan dan mulai dicontoh si
kecil.

2. Jangan lupa untuk menyediakan tempat sampah yang cukup di sekolah.


Usahakan jumlahnya lebih dari satu. Tidak adanya tempat sampah yang memadai
membuat anak jadi terbiasa membuang sampah sembarangan. Sediakan tempat
sampah mulai untuk sampah kering, hingga sampah yang digunakan untuk
menampung sisa makan basah.
3. Agar anak-anak semakin pintar membuang sampah, ajarkan juga cara
mengumpulkan sampah sesuia dengan jenisnya. Sediakan tempat sampah yang
berbeda warna untuk mempermudah proses belajarnya. Misalnya, sampah merah
khusus untuk sampah yang basah, berbau tidak enak dan jorok. Sementara
sampah kuning untuk jenis sampah kering seperti plastik, bungkus permen dan
kertas bekas yang habis diremas oleh si kecil.
4. Selain mengajari cara membuang sampah sesuai dengan jorok maupun
tidaknya, ajari juga membuang sampah berdasarkan organik dan tidaknya. Sampah
basah dari kue basah, dan jajanan lainnya, buah dan sisa makanan dimasukkan
dalam sampah organik. Sedangkan kertas, pecahan kaca dan plastik dibuang ke
dalam sampah anorganik.

I. Etika batuk dan bersin


Etika batuk dan bersin pada anak sekolah yang sedang batuk sebagai berikut:
1. Tutuplah hidung dan mulut dengan menggunakan tisu/saputangan atau lengan
dalam baju.
2. Segera buang tisu yang sudah dipakai kedalam tempat sampah.
3. Cuci tangan menggunakan air bersih dan mengalir serta sabun
4. Gunakan Masker.

J. Pengelolaan kebersihan saat menstruasi


1. Pilihlah pembalut yang aman, nyaman dengan permukaan lembut, dan tanpa
pewangi.

Usahakan untuk mengganti pembalut sesering mungkin (sekitar 3-4 jam sekali)
terutama ketika darah haid sedang banyak-banyaknya. Pembalut yang terlambat

25
diganti dapat menimbulkan berbagai jenis penyakit terutama yang disebabkan oleh
jamur dan bakteri. Jamur dan bakteri sangat berpotensi berkembang biak di
tempat-tempat yang lembab.
2. Saat haid, tubuh memproduksi hormon estrogen dalam jumlah yang lebih
banyak. Hormon tersebut memicu produksi keringat dan minyak tubuh dalam
jumlah lebih banyak dari biasanya. Hal inilah yang menyebabkan tubuh cenderung
beraroma kurang sedap saat menstruasi. Maka dari itu, jangan lewatkan mandi
pagi dan sore. Saat haid, mandi adalah proses utama untuk memastikan
kebersihan area genital atau vagina. Saat membersihkan area genital, basuhlah
dengan air bersih dari arah depan ke belakang guna menghindari perpindahan
bakteri yang banyak bersarang di anus ke area organ reproduksi. Tidak dianjurkan
terlalu sering menggunakan cairan pembersih khusus atau yang lebih dikenal
dengan sabun kewanitaan. Membersihkan dengan air saja sudah cukup.
Penggunaan sabun kewanitaan berlebihan bisa mengganggu keseimbangan flora
di sekitar alat kelamin, serta bisa membunuh bakteri “baik” dan memicu tumbuhnya
jamur.
3. Menghindari pemakaian celana dalam yang terlalu ketat. Celana dalam yang
ketat dapat menekan otot luar pada organ reproduksi dan membuat area sekitarnya
menjadi lembab. Kenakanlah pakaian dalam yang agak longgar dan berbahan
dasar katun yang mudah menyerap keringat. Kenakan juga pakaian yang longgar
dan sebaiknya jangan memakai celana jeans yang menekan selangkangan.
4. Saat mengganti pembalut di kamar mandi sekolah, jangan lupa untuk
membersihkan terlebih dahulu area genital. Jangan membuang pembalut ke dalam
kloset, tapi bersihkan terlebih dahulu pembalut bekas dengan air mengalir lalu
dimasukan ke dalam kantung plastik, di ikat dan dibuang kedalam tong sampah.
5. Jangan lupa cuci tangan dengan sabun setelah mengganti pembalut
6. Selalu sediakan pembalut beserta kantung plastiknya dan celana dalam baru
di UKS untuk mengantisipasi adanya siswi yang mendapatkan haid pada hari
pertama di sekolah

K. Kebersihan gigi dan mulut


Cara Mencegah Penyakit Gigi Dan Mulut antara lain:
1. Hilangkan plak dari permukaan gigi dengan cara menyikatnya secara benar.
2. Pakailah zat pewarna plak untuk melihat apakah gigi sudah bersih dapat dipakai
sumba kue yang dicairkan dengan air matang teteskan pada lidah, oleskan dengan
lidah pada seluruh permukaan gigi. Periksa mulut dengan cermin, permukaan kotor
akan tampak berwarna merah.

26
3. Pakailah pasta gigi yang mengandung fluor agar gigi kuat.
4. Gosok gigi 2 x sehari sesudah makan pagi dan sebelum tidur malam.
5. Pilihlah sikat gigi yang berbulu halus, permukaan datar kepala sikat kecil.
6. Hindari kebiasaan makan yang merusak gigi (permen, kue, cokelat, dsb), biasakan
makanan yang berserat.
7. Bila mulai ada rasa linu, gusi berdarah segeralah periksa ke dokter gigi.
8. Periksakan kesehatan gigi setiap 6 bulan sekali.

Cara menyikat gigi yang baik dan benar


1. Bagian gigi menghadap bibir: dengan cara ke atas ke bawah.
2. Bagian gigi menghadap pipi: dengan cara memutar membentuk sudut 450.
3. Bagian gigi untuk mengunyah: dengan cara maju mundur
4. Bagian gigi yang menghadap langit-langit/lidah: dengan cara mencongkel
5. Bila perlu gunakan dental floss

27
BAB IV
PEMANTAUAN DAN EVALUASI

A. Pemantauan
Pemantauan bertujuan untuk melihat keberhasilan pembinaan PHBS di tatanan
institusi pendidikan. Pemantauan pembinaan PHBS di tatanan institusi pendidikan
menggunakan data dari sistem informasi PHBS tatanan institusi pendidikan yang
terintegrasi dalam sistem informasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan
Kementerian Kesehatan. Waktu Pemantauan dapat dilakukan secara berkala atau pada
pertemuan bulanan, topik bahasannya adalah kegiatan yang telah dan akan
dilaksanakan dikaitkan dengan jadwal kegiatan yang telah disepakati bersama.
Selanjutnya kendala-kendala yang muncul perlu dibahas dan dicari solusinya. Cara
Pemantauan dapat dilaksanakan dengan melakukan kunjungan lapangan ke tiap
tatanan atau dengan melihat buku kegiatan/ laporan kegiatan PHBS.

1. Peran Petugas Puskesmas/Guru UKS dalam peningkatan budaya Cuci


Tangan Pakai Sabun (CTPS) di Sekolah
Pemantauan petugas puskesmas/guru UKS dalam peningkatan budaya cuci
tangan pakai sabun (CTPS) di Sekolah dilakukan terhadap aspek-aspek berikut:
a. Melakukan analisis (hasil kajian PHBS indikator CTPS) dan merumuskan
permasalahan sekolah/ siswa di wilayah kerjanya berdasarkan hasil pendataan
dalam rapat internal.
b. Bersama pimpinan puskesmas melakukan advokasi kepada TP UKS
Kecamatan untuk mendapat dukungan kebijakan dan dana untuk membantu
memecahkan masalah kesehatan anak sekolah dan peningkatan sekolah
sehat.
c. Menyusun rencana kegiatan peningkatan cuci tangan pakai sabun (CTPS) oleh
Petugas Puskesmas/Guru UKS
d. Sosialisasi permasalahan perilaku cuci tangan pakai sabun (CTPS) peserta
didik di sekolah dan menyusun rencana pemecahan masalah pada sekolah.
e. Melaksanakan pelatihan/orientasi/pembinaan kepada guru UKS/TP UKS
Sekolah tentang penyelenggaraan CTPS di sekolah oleh petugas kesehatan
yang meliputi:
1) Pembagian tugas dan peran Petugas Kesehatan dan Guru UKS dalam
peningkatan CTPS di sekolah

28
2) Membina Tim Pelaksana UKS dalam memberikan materi penyuluhan pada
siswa tentang CTPS dan memotivasi dalam menyediakan sarana CTPS di
sekolah dan pemeliharaannya.
3) Menempelkan stiker/spanduk/baliho tentang pentingnya CTPS di sekolah
f. Membina Dokter Kecil/PMR/KKR/Pramuka SBH sebagai kader kesehatan
sekolah untuk menjadi contoh teman sebaya dalam perilaku CTPS di sekolah
dan menyampaikan informasi CTPS kepada teman sebaya

2. Peran Petugas Puskesmas/Guru KS dalam peningkatan perilaku


mengonsumsi jajanan sehat di kantin/ warung sekolah
Pemantauan petugas puskesmas/guru UKS dalam peningkatan
mengonsumsi jajanan sehat di kantin/warung sekolah dilakukan terhadap aspek-
aspek berikut:
a. Melakukan analisis (hasil kajian PHBS indikator mengonsumsi jajanan sehat di
kantin sekolah) dan merumuskan permasalahan sekolah/siswa di wilayah
kerjanya berdasarkan hasil pendataan dalam rapat internal.
b. Bersama pimpinan Puskesmas melakukan advokasi kepada TP UKS
Kecamatan untuk mendapat dukungan kebijakan dan dana untuk membantu
memecahkan masalah kesehatan anak sekolah dan peningkatan sekolah
sehat.
c. Menyusun rencana kegiatan peningkatan mengonsumsi jajanan sehat di kantin
sekolah oleh Petugas Puskesmas/Guru UKS
d. Sosialisasi permasalahan perilaku peserta didik terkait perilaku mengonsumsi
jajanan dan menyusun rencana pemecahan masalah pada sekolah dan TP
UKS Sekolah.
e. Melaksanakan pelatihan/orientasi/pembinaan kepada guru UKS/TP UKS
Sekolah tentang penyelenggaraan jajanan sehat di kantin sekolah oleh
Petugas Kesehatan dan Guru UKS yang meliputi :
1) Pembagian tugas dan peran Petugas Kesehatan dan Guru UKS dalam
peningkatan perilaku mengkonsumsi jajanan sehat di sekolah
2) Membina Tim Pelaksana UKS dalam memberikan materi penyuluhan pada
siswa tentang jajanan sehat di kantin sekolah dan memotivasi dalam
menyediakan sarana kantin/warung sekolah yang memadai.
3) Bekerja sama dengan instansi terkait (Labkesda/Badan POM) untuk
melakukan pemeriksaan aneka makanan jajanan di sekolah.
4) Menempelkan stiker/spanduk/baliho tentang pentingnya mengonsumsi
jajanan sehat di kantin sekolah.

29
5) Membina Dokter Kecil/PMR/KKR/Pramuka SBH sebagai kader kesehatan
sekolah untuk menjadi contoh teman sebaya dalam perilaku mengonsumsi
jajanan sehat di sekolah dan menyampaikan informasinya kepada teman
sebaya

3. Peran Petugas Puskesmas/ Guru UKS dalam peningkatan penggunakan


jamban yang bersih dan sehat
a. Melakukan analisis (hasil kajian PHBS indikator menggunakan jamban yang
bersih dan sehat) dan merumuskan permasalahan sekolah/siswa di wilayah
kerjanya berdasarkan hasil pendataan dalam rapat internal
b. Bersama pimpinan Puskesmas melakukan advokasi kepada TP UKS
Kecamatan untuk mendapat dukungan kebijakan dan dana untuk membantu
memecahkan masalah kesehatan anak sekolah dan peningkatan sekolah
sehat.
c. Menyusun rencana kegiatan peningkatan penggunakan jamban yang bersih
dan sehat oleh petugas Puskesmas dan Guru UKS
d. Sosialisasi permasalahan perilaku menggunakan jamban yang bersih dan
sehat di sekolah dan menyusun rencana pemecahan masalah pada sekolah.
e. Melaksanakan pelatihan/orientasi/pembinaan kepada guru UKS/TP UKS
Sekolah tentang penyelenggaraan jamban yang bersih dan sehat di sekolah
oleh petugas kesehatan dan Guru UKS yang meliputi :
1) Pembagian tugas dan peran petugas kesehatan dan Guru UKS dalam
peningkatan perilaku menggunakan jamban yang bersih dan sehat di
sekolah
2) Membina Tim Pelaksana UKS dalam memberikan materi penyuluhan pada
siswa tentang jamban yang bersih dan sehat dan memotivasi sekolah
dalam menyediakan sarana jamban sekolah yang memadai.
3) Menempelkan stiker/spanduk/baliho tentang pentingnya menggunakan
jamban yang bersih dan sehat sekolah
4) Membina Dokter Kecil/PMR/KKR/Pramuka SBH sebagai kader kesehatan
sekolah untuk menjadi contoh teman sebaya dalam perilaku menggunakan
jamban yang bersih dan sehat dan menyampaikan informasinya kepada
teman sebaya

30
4. Peran Petugas Puskesmas/Guru UKS dalam peningkatan aktivitas
olahraga yang teratur dan terukur di sekolah
a. Melakukan analisis (hasil kajian PHBS indikator aktivitas olahraga yang teratur
dan terukur) dan merumuskan permasalahan sekolah/siswa di wilayah
kerjanya berdasarkan hasil pendataan dalam rapat internal.
b. Bersama pimpinan Puskesmas melakukan advokasi kepada TP UKS
Kecamatan untuk mendapat dukungan kebijakan dan dana untuk membantu
memecahkan masalah kesehatan anak sekolah dan peningkatan sekolah
sehat.
c. Menyusun rencana kegiatan peningkatan kegiatan aktivitas olahraga yang
teratur dan terukur oleh petugas Puskesmas dan Tim Pelaksana UKS Sekolah
d. Sosialisasi permasalahan perilaku anak sekolah terkait perilaku aktivitas
olahraga yang teratur dan terukur di sekolah dan menyusun rencana
pemecahan masalah pada sekolah.
e. Melaksanakan pelatihan/orientasi/pembinaan kepada guru UKS/TP UKS
Sekolah tentang penyelenggaraan kegiatan aktivitas olahraga yang teratur dan
terukur di sekolah oleh Petugas Kesehatan dan Guru UKS yang meliputi :
1) Pembagian tugas dan peran petugas kesehatan dan Guru UKS dalam
peningkatan kegiatan aktivitas olahraga yang teratur dan terukur di
sekolah
2) Membina Tim Pelaksana UKS dalam memberikan materi penyuluhan
pada siswa tentang aktivitas olahraga yang teratur dan terukur dan
memotivasi sekolah dalam menyediakan sarana olahraga yang memadai.
3) Menempelkan stiker/spanduk/baliho tentang pentingnya aktivitas olahraga
yang teratur dan terukur di sekolah
4) Membina Dokter Kecil/PMR/KKR/Pramuka SBH sebagai kader kesehatan
sekolah untuk menjadi contoh teman sebaya dalam perilaku aktivitas
olahraga yang teratur dan terukur dan menyampaikan informasinya
kepada teman sebaya

5. Peran Petugas Puskesmas/Guru UKS dalam peningkatan pemberantasan


sarang nyamuk (PSN) di sekolah
a. Melakukan analisis (hasil kajian PHBS indikator pemberantasan sarang nyamuk)
dan merumuskan permasalahan sekolah/siswa di wilayah kerjanya berdasarkan
hasil pendataan dalam rapat internal.

31
b. Bersama pimpinan Puskesmas melakukan advokasi kepada TP UKS
Kecamatan untuk mendapat dukungan kebijakan dan dana untuk membantu
memecahkan masalah kesehatan anak sekolah dan peningkatan sekolah sehat.
c. Menyusun rencana kegiatan peningkatan kegiatan pemberantasan sarang
nyamuk oleh petugas Puskesmas dan Tim Pelaksana UKS Sekolah
d. Sosialisasi permasalahan perilaku anak sekolah terkait perilaku memberantas
sarang nyamuk di sekolah dan menyusun rencana pemecahan masalah pada
sekolah dan TP UKS Sekolah.
e. Melaksanakan pelatihan/orientasi/pembinaan kepada guru UKS/TP UKS
Sekolah tentang kegiatan pemberantasan sarang nyamuk di sekolah oleh
petugas kesehatan dan Guru UKS yang meliputi :
1) Pembagian tugas dan peran petugas kesehatan dan Guru UKS dalam
peningkatan kegiatan pemberantasan sarang nyamuk di sekolah
2) Membina Tim Pelaksana UKS dalam memberikan materi penyuluhan
pada siswa tentang pemberantasan sarang nyamuk dan memotivasi
sekolah untuk membentuk juru pemantau jentik dari kalangan anak sekolah.
3) Menempelkan stiker/spanduk/baliho tentang pentingnya melakukan
pemberantasan sarang nyamuk di lingkungan sekolah dan sekitarnya.
4) Membina Dokter Kecil/PMR/KKR/Pramuka sebagai kader kesehatan
sekolah untuk menjadi contoh teman sebaya dalam melakukan
pemberantasan sarang nyamuk dan menyampaikan informasinya kepada
teman sebaya

6. Peran petugas Puskesmas/Guru UKS dalam penerapan kawasan tanpa


rokok di sekolah
a. Melakukan analisis (hasil kajian PHBS indikator tidak merokok di sekolah) dan
merumuskan permasalahan sekolah/siswa di wilayah kerjanya berdasarkan
hasil pendataan dalam rapat internal.
b. Bersama pimpinan Puskesmas melakukan advokasi kepada TP UKS
Kecamatan untuk mendapat dukungan kebijakan dan dana untuk membantu
memecahkan masalah kesehatan anak sekolah dan peningkatan sekolah
sehat.
c. Menyusun rencana kegiatan peningkatan kegiatan penerapan kawasan tanpa
rokok oleh petugas Puskesmas dan Guru UKS
d. Sosialisasi permasalahan perilaku anak sekolah/guru/pengelola sekolah terkait
perilaku merokok di lingkungan sekolah dan menyusun rencana pemecahan
masalah.

32
e. Melaksanakan pelatihan/orientasi/pembinaan kepada guru UKS/TP UKS
Sekolah tentang kegiatan kawasan tanpa rokok dan bahaya rokok di sekolah
oleh petugas kesehatan dan Guru UKS yang meliputi :
1) Pembagian tugas dan peran petugas kesehatan dan Guru UKS dalam
penerapan kawasan tanpa rokok di sekolah.
2) Membina Tim Pelaksana UKS dalam memberikan materi penyuluhan pada
siswa tentang bahaya rokok dan memotivasi sekolah untuk menerapkan
kawasan tanpa rokok di lingkungan sekolah.
3) Menempelkan stiker/spanduk/baliho tentang bahaya rokok dan kawasan
tanpa rokok di lingkungan sekolah.
4) Membina Dokter Kecil/PMR/KKR/Pramuka SBH sebagai kader kesehatan
sekolah untuk menjadi contoh teman sebaya dalam berperilaku tidak
merokok dan menyampaikan pesan bahaya rokok kepada teman sebaya

7. Peran pertugas Puskesmas/Guru UKS dalam peningkatan perilaku


siswa membuang sampah pada tempatnya di sekolah
a. Melakukan analisis (hasil kajian PHBS indikator membuang sampah pada
tempatnya) dan merumuskan permasalahan sekolah di wilayah kerjanya
berdasarkan hasil pendataan rapat internal dan mini lokakarya.
b. Bersama pimpinan Puskesmas melakukan advokasi kepada TP UKS
Kecamatan untuk mendapat dukungan kebijakan dan dana untuk membantu
memecahkan masalah kesehatan anak sekolah dan peningkatan sekolah
sehat.
c. Menyusun rencana kegiatan peningkatan perilaku membuang sampah pada
tempatnya oleh petugas Puskesmas dan Tim Pelaksana UKS Sekolah
d. Sosialisasi permasalahan perilaku anak sekolah terkait perilaku membuang
sampah pada tempatnya dan menyusun rencana pemecahan masalah pada
sekolah.
e. Melaksanakan pelatihan/orientasi/pembinaan kepada guru UKS/TP UKS
Sekolah tentang kegiatan membuang sampah pada tempatnya dan
pemanfaatan sampah di sekolah oleh petugas kesehatan dan Guru UKS yang
meliputi :
1) Pembagian tugas dan peran petugas kesehatan dan Guru UKS dalam
peningkatan perilaku membuang sampah pada tempatnya di sekolah
2) Pembagian tugas dan peran petugas kesehatan dan Guru UKS dalam
kegiatan pemanfaatan sampah di sekolah

33
3) Membina Tim Pelaksana UKS dalam memberikan materi penyuluhan pada
siswa tentang sampah dan memotivasi sekolah untuk mmenyediakan
tempat sampah yang memadai.
4) Menempelkan stiker/spanduk/baliho tentang pentingnya berperilaku
membuang sampah pada tempat yang telah disediakan.
5) Membina Dokter Kecil/PMR/KKR/Pramuka SBH sebagai kader kesehatan
sekolah untuk menjadi contoh teman sebaya dalam membuang sampah
pada tempatnya dan menyampaikan informasinya kepada teman sebaya

8. Peran petugas Puskesmas dalam peningkatan kegiatan menimbang berat


badan dan mengukur tinggi badan siswa setiap 6 bulan di sekolah
a. Melakukan analisis (hasil kajian PHBS indikator menimbang berat badan dan
mengukur tinggi badan siswa setiap 6 bulan) dan merumuskan permasalahan
sekolah/siswa di wilayah kerjanya berdasarkan hasil pendataan rapat internal
dan mini lokakarya.
b. Bersama pimpinan puskesmas melakukan advokasi kepada TP UKS
Kecamatan untuk mendapat dukungan kebijakan dan dana untuk membantu
memecahkan masalah kesehatan anak sekolah dan peningkatan sekolah
sehat.
c. Menyusun rencana kegiatan peningkatan kegiatan menimbang berat badan
dan mengukur tinggi badan siswa setiap 6 di sekolah oleh petugas Puskesmas
dan Tim Pelaksana UKS Sekolah
d. Sosialisasi permasalahan perilaku anak sekolah terkait hasil penimbangan
berat badan dan mengukur tinggi badan siswa di sekolah dan menyusun
rencana pemecahan masalah pada sekolah dan TP UKS Sekolah.
e. Melaksanakan pelatihan/orientasi/pembinaan kepada guru UKS/TP UKS
Sekolah tentang pentingnya menimbang berat badan dan mengukur tinggi
badan siswa setiap 6 bulan di sekolah oleh petugas kesehatan dan Guru UKS
yang meliputi :
1) Pembagian tugas dan peran petugas kesehatan dan Guru UKS dalam
peningkatan kegiatan menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan
siswa setiap 6 bulan di sekolah.
2) Membina Tim Pelaksana UKS dalam memberikan materi penyuluhan pada
siswa tentang pentingnya menimbang berat badan dan mengukur tinggi
badan siswa setiap 6 bulan di sekolah.

34
3) Menempelkan stiker/spanduk/baliho tentang pentingnya melakukan
menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan siswa setiap 6 bulan
di sekolah.
4) Membina Dokter Kecil/PMR/KKR/Pramuka SBH sebagai kader kesehatan
sekolah untuk menjadi contoh teman sebaya dalam melakukan
menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan siswa setiap 6 bulan
di sekolah dan menyampaikan informasinya kepada teman sebaya

B. Evaluasi
Evaluasi dilakukan terhadap dampak pembinaan PHBS, yaitu yang merupakan
perubahan perilaku anak sekolah. Evaluasi dapat dilakukan setiap setahun sekali
melalui supervisi rutin atau beberapa tahun sekali melalui survei cepat dengan
indikator yang ada. Indikator adalah suatu alat ukur untuk menilai keadaan atau
permasalahan kesehatan di sekolah. Evaluasi dilakukan terhadap indikator–indikator
berikut:
1. Aktivitas Fisik
a. Sekolah Dasar menerapkan aktivitas fisik minimal 30 menit/olahraga secara
teratur dan terukur setiap hari bagi warga sekolah.
b. Adanya dukungan dari TP UKS Kecamatan dalam peningkatan aktivitas fisik
yang teratur dan terukur di sekolah.
c. Jumlah Guru/Tim Pelaksana UKS yang dibina petugas kesehatan dalam
peningkatan kegiatan aktivitas olahraga yang teratur dan terukur di Sekolah
d. Jumlah kader kesehatan sekolah yang dibina petugas kesehatan/guru UKS
e. Sarana olahraga memadai
f. Ada media informasi tentang pentingnya aktivitas olahraga yang teratur dan
terukur di Sekolah

2. Tersedianya sarana cuci tangan.


a. Tersedianya sarana pendukung untuk cuci tangan yaitu air bersih, sabun dan
tempat cuci tangan.
b. Adanya dukungan dari TP UKS Kecamatan dalam peningkatan CTPS di
sekolah
c. Jumlah guru UKS/Tim Pelaksana UKS yang dibina petugas kesehatan dalam
peningkatan CTPS di sekolah (semua guru UKS/tim pelaksana UKS
mendapatkan pembinaan dari petugas kesehatan)
d. Tersedianya kader kesehatan sekolah yang dibina Petugas kesehatan/guru
UKS di masing–masing sekolah

35
e. Sarana CTPS terus meningkat (selalu tersedia air bersih, sabun, dan tempat
cuci tangan yang berfungsi dengan baik) dan untuk massal
f. Ada media informasi tentang CTPS di Sekolah

3. Menimbang Berat Badan


a. Adanya dukungan dari TP UKS Kecamatan dalam peningkatan kegiatan
menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan siswa setiap 6 bulan di
sekolah
b. Jumlah Guru/Tim Pelaksana UKS yang dibina petugas kesehatan dalam
peningkatan kegiatan menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan
siswa setiap 6 bulan di sekolah
c. Jumlah kader kesehatan sekolah yang dibina petugas kesehatan/Guru UKS
d. Adanya jadwal menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan siswa
setiap 6 bulan di sekolah
e. Ada media informasi tentang pentingnya mengukur tinggi badan siswa setiap
6 bulan di sekolah

4. Tersedianya Tempat Sampah.


a. Sekolah menyediakan Tempat Sampah di Kelas dan Tempat Sampah di Kelas
dan Lingkungan Sekolah
b. Adanya kegiatan pengelolaan sampah oleh sekolah
c. Ada media informasi tentang pentingnya membuang sampah pada tempatnya.

5. Penerapan Kawasan tanpa Rokok


a. Sekolah menerapkan Kawasan Tanpa Rokok dan semua warga sekolah (Guru,
siswa, pengunjung sekolah seperti orangtua, staf sekolah, dan lain–lain) tidak
melakukan aktivitas merokok di lingkungan sekolah (pagar sekolah adalah
batas dari lingkungan sekolah)
b. Ada media informasi tentang pentingnya kawasan tanpa rokok/bahaya rokok di
Sekolah
c. Adanya dukungan dari TP UKS Kecamatan dalam peningkatan kegiatan
penerapan kawasan tanpa rokok di sekolah
d. Tidak ditemukan orang merokok di lingkungan sekolah
e. Tidak ditemukan ruang merokok di lingkungan sekolah
f. Tidak tercium bau rokok
g. Tidak ditemukan puntung rokok
h. Tidak ditemukan penjualan rokok

36
i. Tidak ditemukan asbak atau korek api
j. Tidak ditemukan iklan atau promosi rokok
k. Ada tanda dilarang merokok

6. Pemberantasan Sarang Nyamuk


a. Sekolah melakukan Pemberantasan di Lingkungan Sekolah Seminggu Sekali
b. Adanya dukungan dari TP UKS Kecamatan dalam peningkatan kegiatan
pemberantasan sarang nyamuk di sekolah
c. Jumlah Guru/Tim Pelaksana UKS yang dibina petugas kesehatan dalam
peningkatan pemberantasan sarang nyamuk di Sekolah
d. Jumlah kader kesehatan sekolah/Jumantik yang dibina petugas
kesehatan/guru UKS
e. Adanya jadwal PSN
f. Ada media informasi tentang pentingnya pemberantasan sarang nyamuk di
Sekolah

7. Tersedianya Jamban Sehat


a. Sekolah menyediakan Jamban Sehat sebagai Sarana Buang Air Besar dan
Buang Air Kecil yang sesuai antara perbandingan jumlah jamban dengan
warga sekolah
b. Adanya dukungan dari TP UKS Kecamatan dalam peningkatan penggunaan
jamban yang bersih dan sehat
c. Jumlah Guru/Tim Pelaksana UKS yang dibina petugas kesehatan dalam
peningkatan penggunaan jamban yang bersih dan sehat di Sekolah
d. Jumlah kader kesehatan sekolah yang dibina petugas kesehatan/guru UKS
e. Sarana jamban sekolah meningkat/memadai
f. Ada media informasi tentang pentingnya jamban yang bersih dan sehat di
Sekolah

8. Tersedianya Kantin Sehat


a. Tersedianya Kantin Sehat di Sekolah dengan Menu Sehat/Gizi Seimbang
b. Terdapat Pembagian tugas dan peran Petugas Kesehatan dan Guru UKS yang
jelas dalam peningkatan perilaku mengkonsumsi jajanan sehat di sekolah
c. Semua Tim Pelaksana UKS sudah menerima pembinaan sebelum memberikan
materi penyuluhan pada siswa tentang jajanan sehat di kantin sekolah dan
memotivasi dalam menyediakan sarana kantin/ warung sekolah yang memadai

37
d. Adanya kerjasama antara sekolah dengan instansi terkait (Labkesda/Badan
POM) untuk melakukan pemeriksaan aneka makanan jajanan di sekolah.
e. Terdapat stiker/spanduk/baliho tentang pentingnya mengkonsumsi jajanan
sehat di kantin sekolah.

38
BAB V

PENUTUP

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di sekolah adalah sekumpulan perilaku
yang dipraktikkan oleh peserta didik, guru dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar
kesadaran sebagai hasil pembelajaran, sehingga mampu menolong dirinya sendiri (mandiri)
di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat.
PHBS di sekolah antara lain:
1. Tidak Merokok
2. Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)
3. Konsumsi Minuman dan Makanan Sehat
4. Menggunakan Jamban Sehat
5. Olahraga
6. Pemberantasan Jentik Nyamuk
7. Pemantauan Berat Badan Secara Teratur untuk Mempertahankan Berat Badan Normal
8. Buang Sampah di Tempat Sampah
9. Perilaku Batuk dan Bersin
10. Pengelolaan kebersihan saat Mentruasi.
11. Kebersihan Gigi dan Mulut
Tujuan dari PHBS adalah meningkatkan dan mengembangan usaha kesehatan
sekolah (UKS) dan lingkungan bebas asap rokok. Untuk itu perlu adanya kebijakan dan
dukungan dari berbagai pihak yang terkait agar PHBS di lingkungan sekolah dapat
terlaksana.

39
LAMPIRAN

gambar 1. Contoh poster larangan merokok di sekolah

gambar 1. Langkah kegiatan dalam cuci tangan pakai sabun

40
gambar 3. Pedoman gizi seimbang

gambar 4. Jamban sehat

41
gambar 5. Piramida aktivitas fisik untuk anak

gambar 6. Pemberantasan jentik nyamuk dengan 3M

42
gambar 7. Penimbangan berat badan di sekolah

gambar 8. Poster ajakan buang sampah pada tempatnya

43
PERILAKU

gambar 9. Perilaku batuk dan bersin

44
gambar 10. Contoh flipchart PHBS

45
gambar 10.a. Contoh flipchart PHBS

46

Anda mungkin juga menyukai