PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sehat adalah hak asasi manusia dan merupakan investasi pembangunan, maka
perlu dijaga, ditingkatkan, dan dilindungi dari berbagai gangguan dan ancaman
penyakit. Undang-undang RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 79,
menyebutkan bahwa kesehatan sekolah diselenggarakan untuk meningkatkan
kemampuan hidup sehat peserta didik dalam lingkungan hidup sehat sehingga peserta
didik dapat belajar, tumbuh dan berkembang. Anak sekolah merupakan aset atau modal
utama pembangunan di masa depan yang perlu dijaga, ditingkatkan, dan dilindungi
kesehatannya.
Permasalahan kesehatan anak tingkat SD umumnya berkaitan dengan perilaku
hidup bersih dan sehat. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 melaporkan
bahwa masalah gizi anak usia 6-12 tahun juga masih besar, yaitu terdapat 35,6% anak
pendek, 12,2% anak kurus dan 9,2% anak gemuk. Masalah lainnya adalah umur
merokok pertama kali menjadi cenderung tinggi pada umur lebih muda; pada kelompok
umur 5-9 tahun dari 1,2% pada tahun 2007 meningkat menjadi 1,7% pada tahun 2010
dan kelompok umur 10-14 tahun dari 10,3% pada tahun 2007 meningkat menjadi 17,5%
pada tahun 2010. Riskesdas 2010 juga melaporkan bahwa pengetahuan tentang HIV
dan AIDS pada kelompok umur 14-25 tahun masih sangat rendah. Untuk pengetahuan
pencegahan 38,8% pada laki-laki dan 34,4% pada perempuan, penularan 11,1% pada
laki-laki dan 12,1% pada perempuan dan pengetahuan komprehensif 7,6% pada laki-
laki dan 7,3% pada perempuan.
Secara umum kebiasaan merokok bagi masyarakat Indonesia merupakan salah
satu masalah kesehatan karena konsumsi rokok dikalangan remaja masih tinggi.
Semakin banyak generasi muda yang terpapar dengan asap rokok tanpa disadarai
terus menumpuk zat racun (toksik) dan karsiogenik yang bersifat fatal. Apalagi saat ini
anak-anak dan kaum muda semakin dijejali dengan ajakan merokok melalui iklan,
promosi dan sponsor rokok yang sangat gencar. Mellihat kondisi tersebut perlu
dilakukan penanggulangan dampak buruk akibat rokok khusunya anak sekolah,
termasuk menyediakan layanan konseling upaya berhenti merokok di sekolah dengan
melalui upaya promosi dan pencegahan.
Kematian akibat penyakit tidak menular (PTM) adalah 63% dari total kematian
kelompok PTM yang menjadi penyebab utama kematian di dunia adalah penyakit
jantung iskemik, hipertensi, stroke, diabetes melitus, penyakit paru kronik, dan kanker.
Setiap tahun kematian diperkirakan 7,9 juta jiwa akibat PTM, atau setara dengan 55%
dari seluruh kematian di Asia Tenggara dan PTM merenggut nyawa penduduk pada
1
usia yang relatif lebih muda dibandingkan dengan usia rerata di dunia. Presentase umur
mulai merokok pada laki-laki usia 5-14 tahun sebesar 19,6% dan perempuan sesbesar
10,7%.
Rendahnya derajat kesehatan dan berbagai masalah kesehatan pada peserta
didik sebagai akibat kurangnya menerapkan Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS).
Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) sebagai bentuk kegiatan yang terkait dengan
kesehatan anak usia sekolah merupakan salah satu aspek yang bisa dikembangkan
dalam mengaplikasikan program penyehatan lingkungan dan promosi kesehatan di
sekolah. Berdasarkan hal tersebut, perlu disusun panduan mengenai PHBS melalui
UKS untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di sekolah.
B. Dasar Hukum
1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003 Pasal 45 tentang Penyelenggaraan
Kesehatan Sekolah
3. Undang-Undang RI Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan pada pasal 79,
menyebutkan bahwa kesehatan sekolah diselenggarakan untuk meningkatkan
kemampuan hidup sehat peserta didik dalam lingkungan hidup sehat sehingga
peserta didik dapat belajar, tumbuh dan berkembang.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan
Yang Mengandung Zat Aditif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan
5. Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri Nomor
188/Menkes/PB/ I/ 2011 dan Nomor 7 tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan
KTR
6. Peraturan Bersama antara Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri
Kesehatan, Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri No. 6/X/PB/2014 Tahun
2014 tentang Pembinaan dan Pengembangan UKS/ Madrasah
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Buku panduan ini adalah sebagai bahan acuan bagi guru atau pembina UKS untuk
meningkatkan dan mengembangan perilaku hidup bersih dan sehat.
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatnya pengetahuan dan keterampilan guru/ pembina program UKS
b. Terlaksananya tatanan PHBS di lingkungan sekolah
D. Sasaran
2
Sasaran panduan ini adalah guru atau pembina UKS, tenaga kependidikan, warga
sekolah, dan masyarakat di lingkungan sekolah.
E. Manfaat
i. Tersedianya panduan bagi guru atau pembina UKS dalam pelaksanaan peningkatan
dan pengembangan perilaku hidup bersih dan sehat.
3
BAB II
KONSEP PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT
4
tar dapat menimbulkan kanker terutama di paru dan tempat lainnya (mulut,
tenggorokan, pita suara dll), dan gas karbon mono oksida (CO) adalah gas
beracun dapat melemahkan stamina dan kerusakan sel darah merah
(haemoglobin).
5
3. Upaya Berhenti Merokok di Sekolah
Upaya berhenti merokok (UBM) di sekolah merupakan upaya kesehatan
masyarakat yang berorientasi kepada upaya promotif dan preventif dalam
pengendalian konsumsi rokok pada anak usia sekolah.
a. Kawasan Tanpa Rokok di Sekolah
Kawasan tanpa rokok (KTR) adalah ruangan atau area yang dinyatakan
dilarang untuk kegiatan merokok atau memproduksi, menjual, mengiklankan
dan/ atau mempromosikan produk tembakau. Sekolah merupakan salah satu
tempat yang menjadi sasaran KTR yang telah diamanatkan oleh Undang-
Undang nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, Peraturan Pemerintah
nomor 109 tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat
Aditif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan, Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan nomor 64 tahun 2015 tentang Kawasan Tanpa
Rokok di Lingkungan Sekolah; Terdapat 7 (tujuh) tatanan yang diatur dalam
Kawasan Tanpa Rokok salah satunya adalah tempat proses belajar mengajar.
6
d. Konseling Upaya Berhenti Merokok di Sekolah
Konseling merupakan salah satu jenis komunikasi interpersonal yang bertujuan
membantu peserta didik mengenal dirinya, memahami masalahnya,
menetapkan alternatif pemecahan masalahnya kemudian mengambil
keputusan sesuai keadaan dan kebutuhan serta dengan kesadaran diri sendiri.
7
B. Cuci Tangan Pakai Sabun
Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) merupakan salah satu cara untuk hidup
sehat yang paling sederhana dan murah namun belum membudaya. Padahal bila
dilakukan dengan baik dan rutin dapat mencegah berbagai penyakit menular. Mencuci
tangan telah terbukti sebagai langkah terpenting untuk menghindari penyakit dan
mencegah penyebaran kuman ke orang lain.
Bukti ilmiah yang telah terkumpul dari sejumlah penelitian menunjukkan bahwa
mencuci tangan secara teratur dengan menggunakan sabun dapat menurunkan diare
antara 31 – 47% dan penyakit saluran pernafasan sebanyak 30%. Penyakit menular
merupakan penyakit yang menyebar dari satu orang ke orang lain, antara lain cacingan,
diare flu, batuk yang bisa menyebabkan bronchitis, dan penyakit kulit. Kurangnya
kebersihan merupakan merupakan akar masalah terjadinya penyebaran penyakit ini.
Kebersihan diri, rumah dan sekolah dapat merupakan bagian dari membangun
kebiasaan untuk hidup bersih dan mencegah penyakit sebelum terjadi.
Mencuci Tangan Pakai Sabun merupakan kebiasaan kecil, tapi berdampak
besar. Cuci dan bilas dengan benar selama 20-30 detik mulai dari punggung dan
telapak tangan, sela-sela jari, sampai ke daerah di bawah kuku.
8
C. Konsumsi Minuman dan Makanan Sehat
Usia sekolah adalah usia yang tepat bagi anak-anak untuk belajar tentang
makanan sehat, tubuh, dan aktivitas. Di masa sekolah, anak akan mulai disibukkan
dengan kehidupan sosial, memiliki uang saku sendiri, dan mulai memilih gaya hidup
mereka sendiri. Anak-anak membutuhkan berbagai macam makanan untuk asupan gizi
yang seimbang dan sehat, Jumlah aktivitas fisik yang mereka lakukan dalam sehari
akan menjadi faktor penting untuk menentukan berapa banyak makanan yang mereka
butuhkan.
9
7. Siapkan bekal makan siang anak anda untuk ia bawa ke sekolah
8. Biarkan anak-anak membantu menyiapkan makanan
10
1. Sebelum menggunakan toilet, pastikan keadaan toilet bersih. Siram kloset
sebelum digunakan untuk membersihkan bekas kotoran yang mungkin ada di
kloset.
2. Jangan lepas alas kaki, untuk menghindari menempelnya kuman dan masuk
di kulit kaki
3. Tutup pintu WC/toilet sewaktu digunakan, untuk kenyamanan
4. Apabila telah buang air besar/kecil, ketika menyiram kloset, disiram dengan
pelan-pelan, atau menjauhlah agar kuman-kuman yang mungkin meloncat tidak
masuk ke dalam tubuh.
5. Pastikan anda menyiram toilet sampai bersih sebelum keluar.
6. Mencuci tangan dengan sabun setelah selesai menggunakan toilet.
E. Olahraga
Olahraga adalah salah satu bentuk aktivitas fisik yang dilakukan secara
terstruktur, terencana, dan berkesinambungan dengan mengikuti aturan-aturan tertentu
dan bertujuan untuk meningkatkan kebugaran jasmani dan prestasi.
Kebiasaan untuk melakukan aktivitas fisik sehari-hari perlu dibiasakan dan
dipertahankan untuk mengurangi keluhan yang timbul akibat terlalu banyak duduk,
berdiri atau posisi yang sama untuk waktu yang terlalu lama.
Aktivitas fisik sehari-hari tersebut meliputi gerakan tubuh untuk mengurangi
penat dan kekakuan otot dan sendi agar tetap sehat baik dirumah, selama perjalanan
dan di sekolah.
Beberapa aktivitas fisik yang dapat dilakukan oleh anak-anak SD/MI antara lain:
1. Aktivitas fisik sehari-hari seperti berjalan kaki, naik-turun tangga, aktivitas
bermain dengan mengoptimalkan waktu istirahat di sekolah dan pertukaran jam
pelajaran.dll
2. Latihan fisik seperti berlari, jogging, bermain bola, berenang, senam,
bersepeda, dll
3. Olahraga seperti sepak bola, bulu tangkis, bola basket, tenis meja, voli, futsal,
dll
Latihan fisik dan olahraga yang dilakukan dengan baik, benar, terukur dan
teratur dapat meningkatkan suplai oksigen ke seluruh jaringan tubuh sehingga
berdampak pada:
1. Peningkatan kontraksi otot termasuk otot jantung yang akan meningkatkan
jumlah darah ke seluruh tubuh (curah jantung permenit) dengan jumlah nadi yang
cukup (kerja otot jantung lebih efisien). Hal ini akan meningkatkan pemanfaatan
11
oksigen ke seluruh tubuh oleh organ-organ tubuh sehingga kapasitas fisik
(kebugaran jasmani) akan meningkat dan peserta didik tidak mudah lelah
2. Metabolisme sistem hormon tubuh lebih efisien sehingga fungsi organ-organ
tubuh menjadi lebih optimal
12
yang sesuai untuk tinggi badannya. Indikator tersebut dikenal dengan Indeks Masa
Tubuh (IMT). Oleh karena itu, pemantauan Berat Badan (BB) normal merupakan hal
yang harus menjadi bagian dari ‘Pola Hidup’ dengan ‘Gizi Seimbang’, sehingga dapat
mencegah penyimpangan berat badan dari berat badan normal, dan apabila terjadi
penyimpangan berat badan dapat segera dilakukan langkah-langkah pencegahan dan
penanganannya.
Untuk mengetahui nilai IMT, dapat dihitung dengan rumus berikut:
Untuk itu disetiap ruang kelas harus terdapat satu buah tempat sampah yang
bertutup, lebih bagus lagi bila ada pemilahan. Penanganan sampah yang tidak
13
memenuhi syarat kesehatan dapat menjadi tempat berkembang biaknya vektor penyakit
seperti lalat, tikus, kecoak. Pengumpulan sampah dari seluruh ruang dilakukan setiap
hari dan dibuang ke TPS. Bila tidak terjangkau oleh pelayanan pembuangan sampah ke
TPA, maka dapat dilakukan pemusnahan sampah dengan cara dikubur.
Sehingga untuk membiasakan membuang sampah di tempat sampah,
pasanglah peringatan/ seruan untuk mengajak anak-anak membuang sampah di tempat
sampah. Apabila di sekolah sudah ada 3 (tiga) macam tempat sampah terpilah lebih
baik lagi. Informasikan dengan membuang sampah di tempat sampah, selain
mengurangi dampak penyakit juga dapat membuat bersih, enak dipandang. Beberapa
tips yang bisa kita lakukan, antara lain:
1. Jadilah contoh buat anak
Mengajari anak untuk berbuat sesuatu sama halnya dengan memberikan contoh
kepadanya. Mulai dengan menunjukkan kepadanya cara membuang sampah yang
benar. Habis makan bungkus harus dimasukkan ke tempat sampah. Begitu juga
sehabis menggunting kertas, harus dikumpulkan dan dibuang ke tempat sampah.
Langkah sederhana ini akan diperhatikan dan mulai dicontoh si kecil.
14
sampah organik. Sedangkan kertas, pecahan kaca dan plastik dibuang ke dalam
sampah anorganik.
15
sehingga pelayanan kesehatan dapat membantu remaja dan keluarga memperoleh
informasi seputar kesehatan reproduksi, mengembangkan kemampuan dalam
mencegah terjadi masalah, dan menanggulangi berbagai masalah.
Kebersihan tubuh pada saat menstruasi juga sangat penting diperhatikan, dan
sebaiknya mandi 2 kali sehari, dengan sabun mandi, pada saat mandi organ reproduksi
luar perlu cermat dibersihkan. Cara membersihkan daerah kewanitaan yang terbaik
ialah membasuhnya dengan air bersih. Satu hal yang harus diperhatikan dalam
membasuh daerah kewanitaan kita, terutama setelah buang air besar (BAB), yaitu
dengan membasuhnya dari arah depan ke belakang (dari vagina ke arah anus), bukan
sebaliknya. Karena apabila terbalik arah membasuhnya, maka kuman dari daerah anus
akan terbawa ke depan dan dapat masuk ke dalam vagina.
Pada saat membersihkan alat kelamin, tidak perlu dibersihkan dengan cairan
pembersih atau cairan lain dan douche karena cairan tersebut akan semakin
merangsang bakteri yang menyebabkan infeksi. Apabila menggunakan sabun,
sebaiknya gunakan sabun yang lunak (dengan pH 3,5), misalnya sabun bayi yang
biasanya ber-pH netral. Setelah memakai sabun, hendaklah dibasuh dengan air sampai
bersih (sampai tidak ada lagi sisa sabun yang tertinggal), sebab bila masih ada sisa
sabun yang tertinggal malah dapat menimbulkan penyakit. Setelah dibasuh, harus
dikeringkan dengan handuk atau tissue, tetapi jangan digosok-gosok. Dengan menjaga
kebersihan tubuh dapat memberikan kesegaran bagi tubuh dan memperlancar
peredaran darah.
Mengganti pakaian setiap hari sangatlah penting terutama pakaian dalam,
gunakan pakaian dalam yang kering dan menyerap keringat karena pakaian dalam
yang basah akan mempermudah tumbuhnya jamur. Pakaian dalam yang telah terkena
darah sebaiknya direndam terlebih dahulu dan setelah kering disetrika. Pemakaian
celana yang terlalu ketat sebaiknya dihindari, karena hal ini menyebabkan kulit susah
bernafas dan akhirnya bisa menyebabkan daerah kewanitaan menjadi lembab dan
teriritasi. Untuk pemilihan bahan, sebaiknya gunakan bahan yang nyaman dan
menyerap keringat, seperti misalnya katun. Pemakaian pantyliner setiap hari secara
terus menerus juga tidak dianjurkan. Pantyliner sebaiknya hanya digunakan pada saat
keputihan banyak saja, dan sebaiknya jangan memilih pantyliner yang berparfum
karena dapat menimbulkan iritasi kulit.
Pada saat menstruasi, pembuluh darah dalam rahim sangat mudah terinfeksi,
oleh karena itu kebersihan alat kelamin harus lebih dijaga karena kuman mudah sekali
masuk dan dapat menimbulkan penyakit pada saluran reproduksi. Pilihlah pembalut
yang daya serapnya tinggi, sehingga tetap merasa nyaman selama
menggunakannya. Sebaiknya pilih pembalut yang tidak mengandung gel, sebab gel
16
dalam pembalut kebanyakan dapat menyebabkan iritasi dan menyebabkan timbulnya
rasa gatal. Pembalut selama menstruasi harus diganti secara teratur 4-5 kali atau setiap
setelah mandi dan buang air kecil.
Penggantian pembalut yang tepat adalah apabila di permukaan pembalut telah
ada gumpalan darah. Alasannya ialah karena gumpalan darah yang terdapat di
permukaan pembalut tersebut merupakan tempat yang sangat baik untuk
perkembangan bakteri dan jamur. Jika menggunakan pembalut sekali pakai sebaiknya
dibersihkan dulu sebelum dibungkus lalu diuang ke tempat sampah. Untuk pembalut
lainnya sebaiknya direndam memakai sabun di tempat tertutup terlebih dahulu sebelum
dicuci.
Akibat yang sering terjadi karena kurangnya kebersihan pada saat menstruasi
adalah: demam, radang pada permukaan vagina, gatal–gatal pada kulit vagina,
keputihan, dan rasa panas atau sakit pada bagian bawah perut.
17
4. Gosok gigi 2 x sehari sesudah makan pagi dan sebelum tidur malam.
5. Pilihlah sikat gigi yang berbulu halus, permukaan datar kepala sikat kecil.
6. Hindari kebiasaan makan yang merusak gigi (permen, kue, cokelat, dsb), biasakan
makanan yang berserat.
7. Bila mulai ada rasa linu, gusi berdarah segeralah periksa ke dokter gigi.
8. Periksakan kesehatan gigi setiap 6 bulan sekali.
18
BAB III
PELAKSANAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT
A. Tidak merokok
Peran dari kelompok sebaya sebagai agent of chance dapat terlihat dengan
adanya perubahan perilaku tidak merokok di dalam Sekolah. Hal ini dapat terjadi ketika
sasaran mempunyai tingkat pemahaman akan manfaat untuk tidak merokok,
mempunyai pemahaman yang baik bahwa merokok berbahaya.
Pemberian pemahaman yang komprehensif tentang bahaya rokok terhadap
anak-anak di usia dini mempunyai potensi untuk menyelamatkan generasi muda untuk
tidak menjadi perokok di kemudian hari. Mereka diharapkan bisa menjadi agen
perubahan di rumah untuk memotivasi anggota keluarga lain untuk berhenti merokok
atau setidaknya merokok di luar rumah.
Pelaksanaan skrining/penjaringan perokok di sekolah dapat dirangkaikan
dengan pelaksanaan penjaringan kesehatan peserta didik di sekolah. Penjaringan
kesehatan merupakan serangkaian kegiatan yang meliputi pemeriksaan fisik, deteksi
perilaku berisiko, pemeriksaan intelegensia, penyimpangan emosional dan pemeriksaan
kesegaran jasmani. Penjaringan kesehatan dilaksanakan 1 tahun sekali pada peserta
didik kelas 1 SD.
Penjaringan kesehatan peserta didik dilakukan oleh suatu tim penjaringan
kesehatan di bawah koordinasi puskesmas. Tim tersebut terdiri dari tenaga kesehatan
puskesmas yang dibantu oleh guru dan kader kesehatan (Dokter Kecil/Kader
Kesehatan Remaja) dari sekolah yang bersangkutan. Puskesmas sebagai organisasi
fungsional kesehatan di tingkat pelayanan kesehatan dasar bertanggungjawab dalam
pelaksanaan penja-ringan kesehatan peserta didik di wilayah kerjanya.
Pada penjaringan kesehatan, peserta didik akan diminta untuk mengisi
Kuesioner Skrining/Penjaringan merokok bagi anak usia sekolah sebagai berikut :
19
Kuesioner Skrining/Penjaringan Merokok
Bagi Anak Usia Sekolah/Madrasah
20
1. Memasukkan larangan merokok dalam aturan tata tertib sekolah
2. Menolak iklan, promosi, dan kerja sama yang dilakukan oleh perusahaan
rokok dalam bentuk apapun untuk keperluan penyelenggaraan pendidikan
3. Memberlakukan larangan adanya papan iklan, reklame, pamflet, dan bentuk-
bentuk iklan lainnya dari perusahaan rokok yang beredar atau dipasang di
lingkungan sekolah
4. Melarang penjualan rokok di kantin dan koperasi dalam bentuk kemasan
apapun atau bentuk penjualan lain di lingkungan sekolah
5. Memasang tanda bebas asap rokok/daerah bebas rokok di lingkungan
sekolah
2. Kepala Sekolah
a. Wajib melarang guru, tenaga kependidikan dan peserta didik untuk tidak
merokok di lingkungan sekolah.
b. Wajib menegur guru, tenaga kependidikan dan peserta didik apabila terbukti
merokok di lingkungan sekolah.
c. Dapat memberikan sanksi kepada guru, tenaga kependidikan dan peserta didik
yang terbukti melanggar.
3. Peserta Didik
Dapat memberikan teguran atau melaporkan ke Kepala Sekolah apabila terbukti
ada yang merokok di lingkungan sekolah.
21
B. Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)
Transmisi penyakit melalui tangan dapat diminimalisasi dengan menjaga hiegene
dari tangan, tetapi pada kenyataannya, hal ini sulit dilakukan dengan benar, karena
banyaknya alasan seperti kurangnya peralatan, alergi produk pencuci tangan,
sedikitnya pengetahuan mengenai pentingnya hal ini, dan waktu mencuci tangan yang
lama.
Mencuci tangan pakai sabun merupakan kebiasaan kecil, tapi berdampak besar.
kuman tidak mudah mati atau hilang jika hanya dengan membasahi tangan dengan air
saja dan kuman sangat mudah untuk berkembang biak. Berikut 7 langkah mencuci
tangan dengan benar menurut WHO:
1. Menggosok kedua telapak tangan dengan menggunakan sabun anti bakteri
2. Menggosok kedua punggung tangan
3. Buka telapak tangan kemudian gosok sela-sela jari satu persatu
4. Kemudian balikkan telapak tangan besikan sela–sela punggung jari jemari
bergantian.
5. Menggosok ibu jari dengan cara melingkar satu arah mengikuti daerah antara jari
telunjuk dan ibu jari lakukan bergantian kepada kedua tangan.
6. Menggosok ujung jari pada telapak tangan dan lakukan bergantian pada kedua
tangan
7. Menggosok pergelangan tangan secara berputar lakukan juga pada keduanya
8. Kemudian bilas dengan air yang mengalir
22
D. Menggunakan jamban sehat
Mengajari anak menggunakan jamban/WC :
1. Sebelum menggunakan toilet, pastikan keadaan toilet bersih. Siram kloset
sebelum digunakan untuk membersihkan bekas kotoran yang mungkin ada di
kloset.
2. Jangan lepas alas kaki, untuk menghindari menempelnya kuman dan masuk
di kulit kaki
3. Tutup pintu WC/toilet sewaktu digunakan, untuk kenyamanan
4. Apabila telah buang air besar/kecil, ketika menyiram kloset, disiram dengan pelan-
pelan, atau menjauhlah agar kuman-kuman yang mungkin meloncat tidak masuk ke
dalam tubuh.
5. Pastikan Anda menyiram toilet sampai bersih sebelum keluar.
6. Mencuci tangan dengan sabun setelah selesai menggunakan toilet.
E. Olahraga
Beberapa aktivitas fisik yang dapat dilakukan oleh anak-anak SD/MI antara lain:
Aktivitas fisik sehari-hari seperti berjalan kaki, naik-turun tangga, aktivitas bermain
dengan mengoptimalkan waktu istirahat di sekolah dan pertukaran jam pelajaran;
Latihan fisik seperti berlari, jogging, bermain bola, berenang, senam, bersepeda;
Olahraga seperti sepak bola, bulu tangkis, bola basket, tenis meja, voli, futsal.
Olahraga yang baik adalah olahraga yang mengikuti kaidah-kaidah olahraga yaitu:
dimulai dengan pemanasan, peregangan, latihan inti, pendinginan, peregangan
(relaksasi). Olahraga yang benar yaitu sebelum berolahraga kita harus kondisi
kesehatan dan kebugaran awal tubuh anak didik kita untuk dapat ditentukan dosis
olahraga yang tepat sehingga meminimalisir kemungkinan cedera. Olahraga teratur dan
terukur dilakukan dengan indikator: FITT (Frekuensi, Intensitas, Tempo, Tipe).
Frekuensi olahraga bagi kesehatan adalah dengan melakukan olahraga 3 sampai 5 kali
dalam seminggu dengan waktu selang sehari untuk recovery (pemulihan). Intensitas
olahraga dapat dihitung dengan indikator denyut nadi per menit: yaitu 70 - 85 % dari
DNM (denyut nadi maksimal) untuk olahraga kesehatan. Tempo latihan tergantung
pada tujuan kita, untuk olahraga kesehatan dengan sasaran melatih kemampuan
jantung paru atau dengan kata lain latihan aerobik dapat dilakukan dengan waktu 20 -
30 menit atau lebih dengan intensitas rendah s.d sedang. Tipe berarti olahraga yang
akan dicapai atau sasaran latihan yang diinginkan. seperti contoh untuk olahraga
aerobik dapat merunkan kalori dan lemak pada tubuh kita.
23
F. Pemberantasan jentik nyamuk
Beberapa langkah yang dapat dilakukan adalah:
1. Pastikan air di dalam got dapat mengalir.
2. Periksalah pot tanaman apakah ada air yang menggenang.
3. Balikkan pot tanaman dan wadah yang kosong.
4. Tempat penyimpanan air harus bertutup.
5. Bersihkan tempat sampah plastik setiap hari.
6. Bila ada awning dari terpal, hendaknya air yang menggenang dibuang setiap
hari.
7. Perbaiki pipa air yang bocor dan keran air yang menetes.
24
1. Mengajari anak untuk berbuat sesuatu sama halnya dengan memberikan
contoh kepadanya. Mulai dengan menunjukkan kepadanya cara membuang
sampah yang benar. Habis makan bungkus harus dimasukkan ke tempat sampah.
Begitu juga sehabis menggunting kertas, harus dikumpulkan dan dibuang ke
tempat sampah. Langkah sederhana ini akan diperhatikan dan mulai dicontoh si
kecil.
Usahakan untuk mengganti pembalut sesering mungkin (sekitar 3-4 jam sekali)
terutama ketika darah haid sedang banyak-banyaknya. Pembalut yang terlambat
25
diganti dapat menimbulkan berbagai jenis penyakit terutama yang disebabkan oleh
jamur dan bakteri. Jamur dan bakteri sangat berpotensi berkembang biak di
tempat-tempat yang lembab.
2. Saat haid, tubuh memproduksi hormon estrogen dalam jumlah yang lebih
banyak. Hormon tersebut memicu produksi keringat dan minyak tubuh dalam
jumlah lebih banyak dari biasanya. Hal inilah yang menyebabkan tubuh cenderung
beraroma kurang sedap saat menstruasi. Maka dari itu, jangan lewatkan mandi
pagi dan sore. Saat haid, mandi adalah proses utama untuk memastikan
kebersihan area genital atau vagina. Saat membersihkan area genital, basuhlah
dengan air bersih dari arah depan ke belakang guna menghindari perpindahan
bakteri yang banyak bersarang di anus ke area organ reproduksi. Tidak dianjurkan
terlalu sering menggunakan cairan pembersih khusus atau yang lebih dikenal
dengan sabun kewanitaan. Membersihkan dengan air saja sudah cukup.
Penggunaan sabun kewanitaan berlebihan bisa mengganggu keseimbangan flora
di sekitar alat kelamin, serta bisa membunuh bakteri “baik” dan memicu tumbuhnya
jamur.
3. Menghindari pemakaian celana dalam yang terlalu ketat. Celana dalam yang
ketat dapat menekan otot luar pada organ reproduksi dan membuat area sekitarnya
menjadi lembab. Kenakanlah pakaian dalam yang agak longgar dan berbahan
dasar katun yang mudah menyerap keringat. Kenakan juga pakaian yang longgar
dan sebaiknya jangan memakai celana jeans yang menekan selangkangan.
4. Saat mengganti pembalut di kamar mandi sekolah, jangan lupa untuk
membersihkan terlebih dahulu area genital. Jangan membuang pembalut ke dalam
kloset, tapi bersihkan terlebih dahulu pembalut bekas dengan air mengalir lalu
dimasukan ke dalam kantung plastik, di ikat dan dibuang kedalam tong sampah.
5. Jangan lupa cuci tangan dengan sabun setelah mengganti pembalut
6. Selalu sediakan pembalut beserta kantung plastiknya dan celana dalam baru
di UKS untuk mengantisipasi adanya siswi yang mendapatkan haid pada hari
pertama di sekolah
26
3. Pakailah pasta gigi yang mengandung fluor agar gigi kuat.
4. Gosok gigi 2 x sehari sesudah makan pagi dan sebelum tidur malam.
5. Pilihlah sikat gigi yang berbulu halus, permukaan datar kepala sikat kecil.
6. Hindari kebiasaan makan yang merusak gigi (permen, kue, cokelat, dsb), biasakan
makanan yang berserat.
7. Bila mulai ada rasa linu, gusi berdarah segeralah periksa ke dokter gigi.
8. Periksakan kesehatan gigi setiap 6 bulan sekali.
27
BAB IV
PEMANTAUAN DAN EVALUASI
A. Pemantauan
Pemantauan bertujuan untuk melihat keberhasilan pembinaan PHBS di tatanan
institusi pendidikan. Pemantauan pembinaan PHBS di tatanan institusi pendidikan
menggunakan data dari sistem informasi PHBS tatanan institusi pendidikan yang
terintegrasi dalam sistem informasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan
Kementerian Kesehatan. Waktu Pemantauan dapat dilakukan secara berkala atau pada
pertemuan bulanan, topik bahasannya adalah kegiatan yang telah dan akan
dilaksanakan dikaitkan dengan jadwal kegiatan yang telah disepakati bersama.
Selanjutnya kendala-kendala yang muncul perlu dibahas dan dicari solusinya. Cara
Pemantauan dapat dilaksanakan dengan melakukan kunjungan lapangan ke tiap
tatanan atau dengan melihat buku kegiatan/ laporan kegiatan PHBS.
28
2) Membina Tim Pelaksana UKS dalam memberikan materi penyuluhan pada
siswa tentang CTPS dan memotivasi dalam menyediakan sarana CTPS di
sekolah dan pemeliharaannya.
3) Menempelkan stiker/spanduk/baliho tentang pentingnya CTPS di sekolah
f. Membina Dokter Kecil/PMR/KKR/Pramuka SBH sebagai kader kesehatan
sekolah untuk menjadi contoh teman sebaya dalam perilaku CTPS di sekolah
dan menyampaikan informasi CTPS kepada teman sebaya
29
5) Membina Dokter Kecil/PMR/KKR/Pramuka SBH sebagai kader kesehatan
sekolah untuk menjadi contoh teman sebaya dalam perilaku mengonsumsi
jajanan sehat di sekolah dan menyampaikan informasinya kepada teman
sebaya
30
4. Peran Petugas Puskesmas/Guru UKS dalam peningkatan aktivitas
olahraga yang teratur dan terukur di sekolah
a. Melakukan analisis (hasil kajian PHBS indikator aktivitas olahraga yang teratur
dan terukur) dan merumuskan permasalahan sekolah/siswa di wilayah
kerjanya berdasarkan hasil pendataan dalam rapat internal.
b. Bersama pimpinan Puskesmas melakukan advokasi kepada TP UKS
Kecamatan untuk mendapat dukungan kebijakan dan dana untuk membantu
memecahkan masalah kesehatan anak sekolah dan peningkatan sekolah
sehat.
c. Menyusun rencana kegiatan peningkatan kegiatan aktivitas olahraga yang
teratur dan terukur oleh petugas Puskesmas dan Tim Pelaksana UKS Sekolah
d. Sosialisasi permasalahan perilaku anak sekolah terkait perilaku aktivitas
olahraga yang teratur dan terukur di sekolah dan menyusun rencana
pemecahan masalah pada sekolah.
e. Melaksanakan pelatihan/orientasi/pembinaan kepada guru UKS/TP UKS
Sekolah tentang penyelenggaraan kegiatan aktivitas olahraga yang teratur dan
terukur di sekolah oleh Petugas Kesehatan dan Guru UKS yang meliputi :
1) Pembagian tugas dan peran petugas kesehatan dan Guru UKS dalam
peningkatan kegiatan aktivitas olahraga yang teratur dan terukur di
sekolah
2) Membina Tim Pelaksana UKS dalam memberikan materi penyuluhan
pada siswa tentang aktivitas olahraga yang teratur dan terukur dan
memotivasi sekolah dalam menyediakan sarana olahraga yang memadai.
3) Menempelkan stiker/spanduk/baliho tentang pentingnya aktivitas olahraga
yang teratur dan terukur di sekolah
4) Membina Dokter Kecil/PMR/KKR/Pramuka SBH sebagai kader kesehatan
sekolah untuk menjadi contoh teman sebaya dalam perilaku aktivitas
olahraga yang teratur dan terukur dan menyampaikan informasinya
kepada teman sebaya
31
b. Bersama pimpinan Puskesmas melakukan advokasi kepada TP UKS
Kecamatan untuk mendapat dukungan kebijakan dan dana untuk membantu
memecahkan masalah kesehatan anak sekolah dan peningkatan sekolah sehat.
c. Menyusun rencana kegiatan peningkatan kegiatan pemberantasan sarang
nyamuk oleh petugas Puskesmas dan Tim Pelaksana UKS Sekolah
d. Sosialisasi permasalahan perilaku anak sekolah terkait perilaku memberantas
sarang nyamuk di sekolah dan menyusun rencana pemecahan masalah pada
sekolah dan TP UKS Sekolah.
e. Melaksanakan pelatihan/orientasi/pembinaan kepada guru UKS/TP UKS
Sekolah tentang kegiatan pemberantasan sarang nyamuk di sekolah oleh
petugas kesehatan dan Guru UKS yang meliputi :
1) Pembagian tugas dan peran petugas kesehatan dan Guru UKS dalam
peningkatan kegiatan pemberantasan sarang nyamuk di sekolah
2) Membina Tim Pelaksana UKS dalam memberikan materi penyuluhan
pada siswa tentang pemberantasan sarang nyamuk dan memotivasi
sekolah untuk membentuk juru pemantau jentik dari kalangan anak sekolah.
3) Menempelkan stiker/spanduk/baliho tentang pentingnya melakukan
pemberantasan sarang nyamuk di lingkungan sekolah dan sekitarnya.
4) Membina Dokter Kecil/PMR/KKR/Pramuka sebagai kader kesehatan
sekolah untuk menjadi contoh teman sebaya dalam melakukan
pemberantasan sarang nyamuk dan menyampaikan informasinya kepada
teman sebaya
32
e. Melaksanakan pelatihan/orientasi/pembinaan kepada guru UKS/TP UKS
Sekolah tentang kegiatan kawasan tanpa rokok dan bahaya rokok di sekolah
oleh petugas kesehatan dan Guru UKS yang meliputi :
1) Pembagian tugas dan peran petugas kesehatan dan Guru UKS dalam
penerapan kawasan tanpa rokok di sekolah.
2) Membina Tim Pelaksana UKS dalam memberikan materi penyuluhan pada
siswa tentang bahaya rokok dan memotivasi sekolah untuk menerapkan
kawasan tanpa rokok di lingkungan sekolah.
3) Menempelkan stiker/spanduk/baliho tentang bahaya rokok dan kawasan
tanpa rokok di lingkungan sekolah.
4) Membina Dokter Kecil/PMR/KKR/Pramuka SBH sebagai kader kesehatan
sekolah untuk menjadi contoh teman sebaya dalam berperilaku tidak
merokok dan menyampaikan pesan bahaya rokok kepada teman sebaya
33
3) Membina Tim Pelaksana UKS dalam memberikan materi penyuluhan pada
siswa tentang sampah dan memotivasi sekolah untuk mmenyediakan
tempat sampah yang memadai.
4) Menempelkan stiker/spanduk/baliho tentang pentingnya berperilaku
membuang sampah pada tempat yang telah disediakan.
5) Membina Dokter Kecil/PMR/KKR/Pramuka SBH sebagai kader kesehatan
sekolah untuk menjadi contoh teman sebaya dalam membuang sampah
pada tempatnya dan menyampaikan informasinya kepada teman sebaya
34
3) Menempelkan stiker/spanduk/baliho tentang pentingnya melakukan
menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan siswa setiap 6 bulan
di sekolah.
4) Membina Dokter Kecil/PMR/KKR/Pramuka SBH sebagai kader kesehatan
sekolah untuk menjadi contoh teman sebaya dalam melakukan
menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan siswa setiap 6 bulan
di sekolah dan menyampaikan informasinya kepada teman sebaya
B. Evaluasi
Evaluasi dilakukan terhadap dampak pembinaan PHBS, yaitu yang merupakan
perubahan perilaku anak sekolah. Evaluasi dapat dilakukan setiap setahun sekali
melalui supervisi rutin atau beberapa tahun sekali melalui survei cepat dengan
indikator yang ada. Indikator adalah suatu alat ukur untuk menilai keadaan atau
permasalahan kesehatan di sekolah. Evaluasi dilakukan terhadap indikator–indikator
berikut:
1. Aktivitas Fisik
a. Sekolah Dasar menerapkan aktivitas fisik minimal 30 menit/olahraga secara
teratur dan terukur setiap hari bagi warga sekolah.
b. Adanya dukungan dari TP UKS Kecamatan dalam peningkatan aktivitas fisik
yang teratur dan terukur di sekolah.
c. Jumlah Guru/Tim Pelaksana UKS yang dibina petugas kesehatan dalam
peningkatan kegiatan aktivitas olahraga yang teratur dan terukur di Sekolah
d. Jumlah kader kesehatan sekolah yang dibina petugas kesehatan/guru UKS
e. Sarana olahraga memadai
f. Ada media informasi tentang pentingnya aktivitas olahraga yang teratur dan
terukur di Sekolah
35
e. Sarana CTPS terus meningkat (selalu tersedia air bersih, sabun, dan tempat
cuci tangan yang berfungsi dengan baik) dan untuk massal
f. Ada media informasi tentang CTPS di Sekolah
36
i. Tidak ditemukan asbak atau korek api
j. Tidak ditemukan iklan atau promosi rokok
k. Ada tanda dilarang merokok
37
d. Adanya kerjasama antara sekolah dengan instansi terkait (Labkesda/Badan
POM) untuk melakukan pemeriksaan aneka makanan jajanan di sekolah.
e. Terdapat stiker/spanduk/baliho tentang pentingnya mengkonsumsi jajanan
sehat di kantin sekolah.
38
BAB V
PENUTUP
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di sekolah adalah sekumpulan perilaku
yang dipraktikkan oleh peserta didik, guru dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar
kesadaran sebagai hasil pembelajaran, sehingga mampu menolong dirinya sendiri (mandiri)
di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat.
PHBS di sekolah antara lain:
1. Tidak Merokok
2. Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)
3. Konsumsi Minuman dan Makanan Sehat
4. Menggunakan Jamban Sehat
5. Olahraga
6. Pemberantasan Jentik Nyamuk
7. Pemantauan Berat Badan Secara Teratur untuk Mempertahankan Berat Badan Normal
8. Buang Sampah di Tempat Sampah
9. Perilaku Batuk dan Bersin
10. Pengelolaan kebersihan saat Mentruasi.
11. Kebersihan Gigi dan Mulut
Tujuan dari PHBS adalah meningkatkan dan mengembangan usaha kesehatan
sekolah (UKS) dan lingkungan bebas asap rokok. Untuk itu perlu adanya kebijakan dan
dukungan dari berbagai pihak yang terkait agar PHBS di lingkungan sekolah dapat
terlaksana.
39
LAMPIRAN
40
gambar 3. Pedoman gizi seimbang
41
gambar 5. Piramida aktivitas fisik untuk anak
42
gambar 7. Penimbangan berat badan di sekolah
43
PERILAKU
44
gambar 10. Contoh flipchart PHBS
45
gambar 10.a. Contoh flipchart PHBS
46