Anda di halaman 1dari 27

1

BAB I
PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang
Anak usia sekolah memiliki potensi yang harus dikembangkan dan memiliki masa
yang paling potensial untuk belajar oleh karna itu anak usia sekolah merupakan sasaran
strategis untuk pelaksanaan program kesehatan, selain jumlahnya yang besar (25%) di antara
jumlah penduduk, mereka juga merupakan sasaran yang mudah dijangkau karena terorganisir
dengan baik.1
Masalah kesehatan yang dialami peserta didik sangat kompleks dan bervariasi. Pada
usia sekolah dasar, permasalahan kesehatan peserta didik umumnya berhubungan dengan
ketidakseimbangan gizi, kesehatan gigi, kelainan refraksi, kecacingan, dan penyakit menular
yang terkait perilaku hidup bersih dan sehat. Pada peserta didik di tingkat lanjutan Sekolah
Menengah Pertama (SMP), Madrasah Tsanawiyah (MTs), Sekolah Menengah Umum (SMU)
dan Madrasah Aliyah (MA) SLB (Sekolah Luar Biasa) pada umumnya lebih banyak terkait
dengan perilaku berisiko di antaranya kebiasaan merokok, mengkonsumsi minuman
beralkohol dan melakukan hubungan seksual di luar nikah.1
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018, terdapat 6 perilaku berisiko
pada anak usia sekolah terkait kesehatan antara lain, kurangnya konsumsi sayur dan buah
(95,5%), kurangnya perilaku higienis (53%), perilaku BAB tidak dijamban (11,8%),
kurangnya pengetahuan mengenai HIV/AIDS (65,2%), kurang aktifitas fisik (33,5%) serta
pernah merokok (9,1%) dan minuman beralkohol (3,3%).Berdasarkan hasil Riskesdas 2018
diperoleh angka kejadian obesitas sentral meningkat menjadi 31% dari sebelumnya (26,6%
pada tahun 2013), masalah gigi dan mulut pada usia ≥ 3 tahun proporsinya sebesar 57,6%.2
Berdasarkan hasil Riskesdas 2018 masalah status gizi anak usia sekolah dan remaja
menunjukan bahwa anak usia 6-12 tahun 15,1% sangat pendek dan 20,5% pendek 4,6%
sangat kurus dan 7,6% kurus, serta 9,2 % mengalami kegemukan. 4 Hasil riskesdas tahun
2013 menyatakan bahwa karies untuk anak diatas usia 12 tahun 72,6%, karies akti fumur 12
tahun 53,7%. Dan 73,6% darianakusia 12 tahun memerlukan penambalan gigi, sedangkan
yang sudah dilakukan penambalan gigi baru 3,2%. Sampai tahun 2013, hasil survey pada anak
Sekolah Dasar menunjukkan prevelensi kecacingan antara 0-85,9 %( survey di 175 kab/kota)
dengan rata rata prevelensi 28,12%.2
Melihat permasalahan yang ada, pelayanan Kesehatan di sekolah melalui program
Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) ingin meningkatkan mutu pendidikan dan prestasi belajar
peserta didik dengan meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat serta derajat kesehatan

2
peserta didik dan menciptakan lingkungan yang sehat, sehingga memungkinkan pertumbuhan
dan perkembangan yang harmonis dan optimal dalam rangka pembentukan manusia Indonesia
seutuhnya. UKS diutamakan pada upaya peningkatan kesehatan dalam bentuk promotif dan
preventif. Upaya preventif antara lain kegiatan penjaringan kesehatan (skrining kesehatan)
peserta didik. Penjaringan kesehatan merupakan suatu prosedur pemeriksaan kesehatan yang
dilakukan untuk memilah (skrining) anak yang sehat dan tidak sehat, serta dapat
dimanfaatkan untuk pemetaan kesehatan peserta didik. Pemeriksaan kesehatan secara berkala
disekolah tidak hanya dilakukan oleh petugas kesehatan (puskesmas) saja, namun dapat
dilaksanakan oleh wali kelas, Pembina UKS dan tim pelaksana UKS.1
Puskesmas Ulak Karang memiliki program UKS yang termasuk kedalam program
pengembangan. Salah satu program UKS yaitu Penjaringan Kesehatan dan Pemeriksaan
kesehatan berkala pada anak sekolah dan telah dilaksanakan penjaringan kesehatan di SD,
SMP, dan SMA sederajat di wilayah kerja Puskesmas Ulak Karang. Oleh karena itu, penulis
membahas mengenai pelaksanaan program Pemeriksaan kesehatan berkala pada anak sekolah
di Puskesmas Ulak Karang pada tahun 2020 dan masalah yang terjadi dalam pelaksanaan
program.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Pelaksanaan program pemeriksaan kesehatan berkala pada anak sekolah di
wilayah kerja Puskesmas Ulak Karang pada tahun 2020?
2. Bagaimana masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan program pemeriksaan kesehatan
berkala pada anak sekolah di wilayah kerja Puskesmas Ulak Karang pada tahun 2020?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui pelaksanaan program pemeriksaan kesehatan berkala pada anak sekolah di
wilayah kerja Puskesmas Ulak Karang pada tahun 2020?
2. Mengetahui masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan program pemeriksaan kesehatan
berkala pada anak sekolah di wilayah kerja Puskesmas Ulak Karang pada tahun 2020?

1.4 Metode Penulisan


Metode penulisan makalah ini berupa tinjauan pustaka yang merujuk pada berbagai
literatur, wawancara dengan pemegang program, serta laporan tahunan Puskesmas Ulak
Karang tahun 2020.

3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pusat Kesehatan Masyarakat


Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah suatu tempat yang digunakan
untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif
maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah dan/atau
masyarakat. Puskesmas menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat tingkat pertama
yang meliputi upaya kesehatan masyarakat esensial dan upaya kesehatan masyarakat
pengembangan, serta upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama dengan lebih
mengutamakan upaya promotif dan preventif di wilayah kerjanya. Upaya kesehatan
masyarakat esensial harus diselenggarakan oleh setiap Puskesmas untuk mendukung
pencapaian standar pelayanan minimal kabupaten / kota bidang kesehatan.3,4
Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) adalah setiap kegiatan untuk memelihara
dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah
kesehatan dengan sasaran keluarga, kelompok, dan masyarakat. Salah satu kegiatan
UKM yang dilakukan Puskesmas adalah skrining kesehatan siswa sekolah pendidikan
dasar yang dilakukan dalam kegiatan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).3,4

2.2 Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)


UKS adalah usaha kesehatan masyarakat yang dijalankan di sekolah-sekolah
dengan anak didik beserta lingkungan hidupnya sebagai sasaran utama.UKS merupakan
wahana untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat dan selanjutnya membentuk
perilaku hidup sehat, yang pada gilirannya menghasilkan derajat kesehatan yang
optimal.5

2.2.1 Tujuan UKS

2.2.1.1 Tujuan Umum UKS


Tujuan Usaha Kesehatan Sekolah/madrasah adalah untuk meningkatkan mutu
pendidikan dan prestasi belajar peserta didik dengan meningkatkan perilaku hidup
bersih dan sehat serta derajat kesehatan peserta didik dan menciptakan lingkungan yang
sehat, sehingga memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan yang harmonis dan
optimal dalam rangka pembentukan manusia Indonesia seutuhnya. 5

2.2.1.2 Tujuan Khusus UKS


Memupuk kebiasaan hidup sehat dan meningkatkan derajat kesehatan peserta
didik yang di dalamnya mencakup5:

4
a. Memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk melaksanakan prinsip hidup
sehat serta berpartisipasi aktif di dalam usaha peningkatan kesehatan;
b. Sehat, baik dalam arti fisik, mental maupun sosial dan;
c. Memiliki daya hayat dan daya tangkal terhadap Pengaruh buruk penyalahgunaan
narkotika, Obat-obatan dan bahan bebahaya, alkohol (minuman keras), rokok dan
sebagainya.

2.2.2 Sasaran UKS


Sasaran pembinaan dan pengembangan UKS meliputi5:
a. Sasaran Primer : peserta didik
b. Sasaran Sekunder : guru, pamong belajar/ tutor, komite sekolah/orang tua,
pengelola pendidikan dan pengelola kesehatan, serta TP UKS disetiap jenjang
c. Sasaran Tertier : Lembaga pendidikan mulai dari tingkat prasekolah sampai
padasekolah dan perguruan agama beserta lingkungannya.

2.2.3 Ruang Lingkup Program UKS


Ruang lingkup UKS adalah ruang lingkup yang tercermin dalam Tiga Program
Pokok Usaha Kesehatan Sekolah (TRIAS UKS), yaitu sebagai berikut5:
a. Penyelenggaraan Pendidikan Kesehatan, yang meliputi aspek:
1. Pemberian pengetahuan dan keterampilan tentang prinsip-prinsip hidup sehat;
2. Penanaman perilaku/kebiasaan hidup sehat dan daya tangkal pengaruh buruk dari
luar;
3. Pelatihan dan penanaman pola hidup sehat agar dapat diimplementasikan dalam
kehidupan sehari-hari.
b. Penyelenggaraan pelayanan Kesehatan di sekolah antara lain dalam bentuk:
1. Pelayanan kesehatan;
2. Penjaringan kesehatan peserta didik
3. Pengobatan ringan dan P3K maupun P3P;
4. Pencegahan penyakit (imunisasi, PSN, PHBS, PKHS);
5. Penyuluhan kesehatan;
6. Pengawasan warung sekolah dan perbaikan gizi;
7. Pencatatan dan pelaporan tentang keadaan penyakit dan status gizi dan hal lainnya
yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan;
8. Rujukan kesehatan ke puskesmas;
9. UKGS;
10. Pemeriksaan berkala.

5
c. Pembinaan Lingkungan Kehidupan Sekolah Sehat, baik fisik, mental, sosial maupun
lingkungan yang meliputi:
1. Pelaksanaan 7K (kebersihan, keindahan, kenyamanan, ketertiban, keamanan,
kerindangan, kekeluargaan );
2. Pembinaan dan pemeliharaan kesehatan lingkungan;
3. Pembinaan kerjasama antar masyarakat sekolah (guru, peserta didik, pegawai
sekolah, komite sekolah dan masyarakat sekitar).

2. 3 Pemeriksaan Kesehatan Berkala dan Penjaringan Kesehatan

2.3.1 Definisi
Pemeriksaan Kesehatan Berkala dan Penjaringan Kesehatan adalah pemeriksaan
kesehatan yang dilaksanakan secara berkala dengan jarak waktu yang disesuaikan
dengan besarnya resiko kesehatan yang dihadapi. Pemeriksaan ini berfungsi untuk
memantau, memelihara serta meningkatkan status kesehatan siswa dengan tujuan untuk
memperoleh data atau informasi untuk menilai perkembangan kesehatan anak sekolah
maupun untuk dijadikan pertimbangan dalam menyusun program pembinaan kesehatan
sekolah.1
Dari pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pemeriksaan kesehatan
berkala merupakan usaha-usaha dalam pelayanan kesehatan yang terprogram dan
dilakukan secara rutin oleh pelaksana pelayanan kesehatan untuk mengetahui tingkat
kesehatan badan peserta didik dan mengenal kelainan-kelainan kesehatan sedini
mungkin sedangkan penjaringan merupakan langkah awal untuk skrining pada siswa
tahun ajaran baru dimana kedua pemeriksaan ini mefokuskan untuk deteksi dini dalam
upaya preventif.1

2.3.2 Tujuan

2.3.2.1 TujuanUmum
Meningkatkan derajat kesehatan peserta didik secara optimal dalam mendukung
proses belajar1

2.3.2.3 Tujuan Khusus


1. Terdeteksinya secara dini masalah kesehatan peserta didik, sehingga bila terdapat
masalah dapat segera ditindak lanjuti
2. Tersedianya data atau informasi untuk menilai perkembangan kesehatan peserta
didik, maupun untuk dijadikan pertimbangan dalam menyusun program pembinaan
kesehatan sekolah.

6
3. Termanfaatkannya data untuk perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi
program pembinaan peserta didik.1

2.3.3 Landasan Hukum


1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 79 (Kesehatan
Sekolah)
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 80-81(Kesehatan
Olahraga)
3. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 tentang Pengesahan
Convention on the Rights of Persons with Disabilities (Konvensi Mengenai Hak-
hak Penyandang Disabilitas).
4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
5. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang perubahan Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
6. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan Standar
Pelayanan Minimal
7. Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan
8. Peraturan Bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Kesehatan,
Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 6/X/PB Tahun 2014, Nomor 73
Tahun 2014, Nomor 41 Tahun 2014, Nomor 81 Tahun 2014 tentang Pembinaan
dan Pengembangan Usaha Kesehatan Sekolah/Madrasah
9. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 741 Tahun 2008 tentang Standar Pelayanan
Minimal Bidang Pelayanan Kesehatan Kabupaten/Kota1

2.3.4 Pelaksanaan Pemeriksaan Kesehatan Berkala dan Penjaringan Kesehatan


Pelaksanaan Pemeriksaan Berkala dilakukan dengan 2 (dua) rangkaian kegiatan
yaitu pengisian kuesioner oleh peserta didik/orangtua/wali peserta didik dan
pemeriksaan fisik oleh tenaga Kesehatan, guru atau kader kesehatan. 1

2.3.4.1 Pengisian Kuesioner Oleh Peserta Didik/ Orang Tua/ Wali Peserta Didik
a) Pemeriksaan riwayat kesehatan peserta didik
Pemeriksaan riwayat kesehatan peserta didik meliputi pengisian kuesioner
terkait jenis gejala/kejadian terkait kesehatan yang pernah diderita oleh peserta didik
seperti alergi makanan tertentu, alergi obat tertentu, cedera serius akibat kecelakaan,
kejang berulang, pingsan, tranfusi darah berulang dan ataupun penyakit lainnya. Peserta
didik yang memiliki riwayat kesehatan tertentu memiliki kemungkinan memiliki

7
penyakit tertentu yang dapat mempengaruhi kondisi kesehatan peserta didik
mengakibatkan kesakitan dan mengganggu proses belajar pada masa yang akan datang.
Keterangan riwayat kesehatan peserta didik dapat digunakan oleh petugas kesehatan
untuk membantu petugas kesehatan dalam menentukan diagnose penyakit maupun
pengobatan bagi peserta didik. Pemeriksaan riwayat kesehatan peserta didik dilakukan
pada peserta didik SD/MI , SMP/MTs, SMA/SMK/MA dan sederajat.
Tujuan: Untuk mendeteksi risiko masalah kesehatan peserta didik berdasarkan
gejala/kejadian terkait kesehatan yang pernah dialami oleh peserta didik.1
b) Penilaian status imunisasi
Penilaian status imunisasi meliputi jenis imunisasi yang diberikan melalui
program imunisasi lanjutan yaitu Bulan Imunisasi Anak Sekolah, salah satu vaksinnya
terkait program TT 5 dosis (long life). Pemeriksaan status imunisasi dilakukan pada
peserta didik SD/MI.1
Tujuan: Untuk mengetahui status imunisasi peserta didik atas imunisasi DT,
Campak dan TT.
c) Pemeriksaan gaya hidup
Pemeriksaan gaya hidup meliputi pengisian kuesioner terkait pubertas pola
sarapan, jajan di sekolah, risiko merokok dan risiko minum minuman beralkohol.
Peserta didik yang memiliki gaya hidup yang tidak sehat seperti merokok/terpapar
rokok di keluarga/rumah dan minum minuman beralkohol) dapat mengakibatkan peserta
didik lebih berisiko menderita penyakit pada saluran pernapasan atau ikut melakukan
perilaku berisiko tersebut sehingga pada akhirnya dapat mengakibatkan kesakitan dan
mengganggu proses belajar. Pemeriksaan kesehatan reproduksi dapat dilakukan pada
peserta didik mulai dari kelas 4 SD/MI , SMP/MTs, SMA/SMK/MA dan sederajat.
Tujuan ntuk mendeteksi perilaku dan masalah kesehatan terkait gaya hidup.1
d) Pemeriksaa Kesehatan Intelegensia
Pemeriksaan kesehatan intelegensia merupakan suatu upaya pemeriksaan awal
untuk menemukan secara dini adanya potensi kecerdasan dan hambatan belajar dalam
proses belajar mengajar pada peserta didik di pendidikan dasar dan menengah, agar
dapat segera dilakkan tindakan intervensi yang tepat. Pemeriksaan ini diharapkan dapat
membantu mengembangkan upaya untuk meningkatkan kualitas proses belajar
mengajar, memberi masukan pada orangtua dan guru mengenai dukungan dan
bimbingan yang sesuai dengan potensi anak, dan menemukan secara dini adanya
potensi hambatan belajar.1

8
e) Pemeriksaan Kesehatan Mental

Pemeriksaan kesehatan mental merupakan kegiatan untuk mendeteksi secara


dini adanya masalah mental emosional. Pemeriksaan ini dapat dilakukan setiap tahun
pada awal penerimaan peserta didik baru dengan menggunakan Kuesioiner Kekuatan
dan Kesulitan pada anak / remaja atau Strength and Difficulties Questionnaire (SDQ).
Adapun pemeriksaan ini bertujuan untuk mendeteksi secara dini adanya masalah mental
emosional pada peserta didik, membantu guru dalam mengenal tingkat kesulitan dan
kekuatan pada anak, serta mengenal permasalahan emosi yang dihadapi oleh peserta
didik sehingga guru dapat lebih dini memberikan intervensi positif.1
f) Pemeriksaan kesehatan reproduksi
Pemeriksaan risiko kesehatan reproduksi meliputi pengisian kuesioner terkait
pubertas dan masalah kesehatan terkait. Peserta didik yang mengalami masalah
kesehatan pada organ reproduksi berisiko mengalami kehamilan yang seringkali
mengakibatkan peserta didik dikeluarkan dari sekolah, atau penyakit menular seksual
yang mengakibatkan kesakitan sehingga mengganggu proses belajar. Pemeriksaan
kesehatan reproduksi dapat dilakukan pada peserta didik mulai dari kelas 4 SD/MI ,
SMP/MTs, SMA/SMK/MA dan sederajat.Tujuan untuk mendeteksi perilaku dan
masalah kesehatan terkait kesehatan reproduksi.1

2.3.4.2. Pemeriksaan Fisik Oleh Tenaga Kesehatan, Guru atau Kader Kesehatan
Sekolah
a) Pemeriksaan Status Gizi
Untuk menilai status gizi peserta didik melalui penjaringan kesehatan dilakukan
melalui:
 pengukuran antropometri dengan menggunakan Indeks berat badan dan tinggi
badan(BB/TB), indeks tinggi badan berdasarkan umur (TB/U),
 pemeriksaan kelopak mata bawah dalam, bibir, lidah dan telapak tangan untuk
mendeteksi dugaan anemia gizi besi.1
Masalah gizi kurang, khususnya gizi buruk dapat terjadi karena keadaan kurang
zat gizi tingkat berat yang disebabkan rendahnya konsumsi energi (karbohidrat, protein
dan lemak) dalam makanan sehari-hari dan atau disertai penyakit infeksi, sehingga tidak
memenuhi Angka Kecukupan Gizi (AKG), juga sering disertai dengan kekurangan zat
gizi mikro (vitamin dan mineral). Anak yang menderita gizi kurang tidak dapat tumbuh
dan berkembang secara optimal sehingga dapat menurunkan kecerdasan anak.
Demikian juga pada anak yang menderita gizi lebih yaitu kegemukan dan obesitas dapat

9
menyebabkan penyakit degeneratif seperti diabetes, jantung koroner, hipertensi,
osteoporosis dan kanker. Pada anak yang menderita Anemia Gizi Besi dapat
menyebabkan rendahnya kemampuan belajar dan produktivitas kerja serta menurunnya
antibodi sehingga mudah terserang penyakit infeksi. Anak dengan anemia memiliki
indeks perkembangan psikomotor dan prestasi yang lebih rendah daripada anak yang
normal. Pemeriksaan status gizi dapat dilakukan pada peserta didik SD/MI, SMP/MTs,
SMA/SMK/MA dan sederajat. Tujuan untuk mendeteksi secara dini masalah gizi
kurang, gizi lebih dan kekurangan zat gizi mikro antara lain Anemia Gizi Besi (AGB).1
b) Pemeriksaan Tanda Vital (Tekanan darah)
Pemeriksaan tanda vital dilakukan melelui pengukuran suhu tubuh ketiak,
tekanan darah (sistolik dan diastolik), denyut nadi per menit, frekuensi napas per menit
serta auskultasi jantung dan paru. Peserta didik yang mengalami masalah dengan tanda
vital dapat mengindikasikan masalah infeksi, hipertensi, penyakit paru (Asma,
Tuberkulosis), jantung, yang jika tidak segera diobati berisiko mengganggu proses
belajar mengajar, karena malaise (lemah), sakit kepala, sesak napas, napsu makan
menurun. Tuberkulosis dapat menularkan peserta didik lainnya. Pemeriksaan tanda vital
dapat dilakukan pada peserta didik SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA dan sederajat.
Tujuan untuk mengetahui kelainan suhu tubuh, tekanan darah, kelainan denyut nadi dan
kelainan paru dan jantung.1
c) Pemeriksaan Kebersihan Diri
Kebersihan diri adalah penampilan diri dalam hal ini rambut, kulit dan kuku
yang bersih yang mencerminkan kesehatan. Peserta didik yang mengalami kelainan/
penyakit dari kebersihan rambut, kulit dan kuku dapat mengganggu kenyamanan/
kelancaran proses belajar peserta didik. Rambut, kulit dan kuku yang tidak dijaga
kebersihannya dapat menimbulkan kutu rambut, dermatitis, jamur, yang menimbulkan
gejala gatal dan dapat menular ke peserta didik lainnya sehingga akan mengganggu
proses belajar-mengajar. Melalui kebersihan diri dapat menghindarkan diri dari
penyakit diare, infeksi saluran pernapasan, pneumonia (radang paru), infeksi cacing,
infeksi mata dan penyakit kulit. Salah satu cara sederhana yang dapat dilakukan adalah
cuci tangan pakai sabun (setelah bermain/beraktivitas, sebelum makan dan sesudah
makan dan setelah buang air besar/kecil), mandi sehari 2 kali dengan sabun mandi dan
cuci rambut minimal 2 kali seminggu. Pemeriksaan kebersihan diri dapat dilakukan
pada peserta didik SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA dan sederajat.Tujuan untuk
mendeteksi kelainan/ penyakit dari kebersihan rambut, kulit dan kuku serta mengetahui
cara menjaga kebersihan diri meliputi rambut, kulit dan kuku.1

1
d) Pemeriksaan Kesehatan Indera Penglihatan
Pemeriksaan kesehatan indera penglihatan dilakukan melalui pemeriksaan mata
luar, tajam penglihatan dan pemeriksaan buta warna Peserta didik yang mengalami
gangguan tajam penglihatan atau radang mata dapat menimbulkan keluhan sakit kepala,
kesulitan membaca sehingga mengganggu proses belajar mengajar. Radang Mata dapat
ditularkan ke peserta didik lain. Pemeriksaan kesehatan indera penglihatan dapat
dilakukan pada peserta didik SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA dan sederajat. 1,2

Tujuan: Mendeteksi adanya penyakit pada mata, gangguan penglihatan seperti


kelainan refraksi/gangguan tajam penglihatan dan buta warna pada peserta didik serta
menindaklanjuti hasil pemeriksaan (bila terdapat ada kelainan).1
e) Pemeriksaan Kesehatan Indera Pendengaran
Pemeriksaan telinga dilakukan melalui pemeriksaan telinga luar dan fungsi
pendengaran dengan tes berbisik dan tes penala. Peserta didik yang mengalami
gangguan pendengaran mengakibatkan gangguan bicara yang berdampak pada
gangguan komunikasi, emosional, hubungan sosial dan juga mempengaruhi nilai
akademik/ prestasi belajar. Pemeriksaan telinga dapat dilakukan pada peserta didik
SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA dan sederajat.1
Tujuan: Mendeteksi adanya gangguan fungsi pendengaran pada peserta didik
serta menindaklanjuti hasil pemeriksaan (bila terdapat ada kelainan).
f) Pemeriksaan Gigi dan Mulut
Pemeriksaan gigi dan mulut yang dilaksanakan di sekolah merupakan pemeriksaan
klinis sederhana meliputi pemeriksaan keadaan rongga mulut, kebersihan mulut,
keadaan gusi, keadaan gigi.
Peserta didik yang mengalami masalah kesehatan gigi dan mulut akan sangat
berpengaruh pada proses tumbuh kembang, bahkan masa depan anak. Anak-anak rawan
kekurangan gizi, rasa sakit pada gigi dan mulut jelas menurunkan selera makan mereka.
Dampak lainnya, kemampuan belajar mereka akan menurun sehingga jelas akan
berpengaruh pada prestasi belajar hingga hilangnya masadepan anak. Pemeriksaan gigi
dan mulut dapat dilakukan pada peserta didik SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA dan
sederajat
Untuk mengetahui keadaan kesehatan gigi dan mulut peserta didik, yang akan
digunakan sebagai data untuk menyusun perencanaan dan pelaksanakan program,
memberikan umpan balik kepada sekolah dan orang tua dan menindaklanjuti atau
merujuk hasil pemeriksaan.1

1
g) Pemeriksaan Pemakaian Alat Bantu
Pemeriksaan pemakaian alat bantu yang dilaksanakan di sekolah dilakukan
kepada peserta didik dengan disabilitas yang meliputi pemeriksaan penggunaan alat
bantu penglihatan, pendengaran, tongkat/kurk, kursi roda, kaki/tangan/mata prostesa.
Peserta didik dengan disabilitas yang menggunakan alat bantu yang sesuai dengan
disabiltasnya akan membantu aktifitas dan proses belajar serta meningkatkan
kemandirian peserta didik. Pemeriksaan pemakaian alat bantu dapat dilakukan pada
peserta didik di sekolah inklusi dan Sekolah Luar Biasa (SLB).1,2
Tujuan: Mengetahui dan menindaklanjuti penggunaan alat bantu pada bantu
peserta didik dengan disabilitas
h) Pemeriksaan Kebugaran Jasmani
Kebugaran jasmani adalah kemampuan tubuh seseorang untuk melakukan
kegiatan sehari-hari secara efektif dan efisien dalam jangka waktu relatif lama tanpa
menimbulkan kelelahan yang berlebihan. Kebugaran jasmani tidak sama dengan
kesehatan. Peserta didik yang sehat belum tentu bugar, tetapi anak yang bugar pasti
sehat. Peserta didik yang bugar tidak mudah lelah, sehingga dapat mengerjakan tugas
atau pekerjaan di sekolah lebih lama dan lebih baik. Makin tinggi tingkat kebugaran
jasmani peserta didik, makin baik kemampuan fisik yang dapat mendukung prestasi
belajarnya. Peserta didik yang bugar setelah pulang dari sekolah masih mampu
melakukan kegiatan lain seperti bermain, bersosialisasi dengan teman sebaya,
menambah keterampilan mengikuti kursus-kursus tambahan dan kegiatan lain sesuai
kesenangannya tanpa merasa kelelahan yang berlebihan. Peserta didik yang kekurangan
aktivitas fisik berisiko obesitas, pendek, penyakit kardiovaskuler dan metabolik.
Pemeriksaan kebugaran jasmani dapat dilakukan pada peserta didik SD/MI (kelas 4-6),
SMP/MTs, SMA/SMK/MA dan sederajat.1
Tujuan pemeriksaan untuk mengetahui tingkat kebugaran jasmani peserta didik,
meningkatkan kebugaran jasmani peserta didik dengan menyusun latihan fisik
terprogram sesuai dengan hasil pengukuran kebugaran jasmani, dan memotivasi peserta
didik untuk meningkatkan aktivitas fisik, latihan fisik, dan olahraga.
Pengukuran kebugaran tidak bermanfaat bila tidak ditindak lanjuti dengan
latihan fisik terprogram. Peserta didik perlu mendapat latihan fisik terprogram dalam
bentuk kurikulum maupun ekstrakurikuler pelajaran olahraga yang disusun setelah
mengetahui tingkat kebugaran jasmaninya. Jenis latihan fisik yang diberikan
disesuaikan dengan umur dan kemampuan fisiknya, sehingga dapat memaksimalkan
tumbuh kembang anak, mencegah kegemukan dan faktor risiko penyakit yang

1
menyertainya.1
Cara Pemeriksaan pengukuran kebugaran jasmani peserta didik menggunakan
instrumen Tes Kesegaran Jasmani Indonesia (TKJI) yang telah disepakati dan
ditetapkan menjadi suatu instrumen yang sesuai dengan kondisi anak Indonesia dan
berlaku di Indonesia. Instrumen yang digunakan dalam penjaringan kesehatan peserta
didik adalah Single test. Single Test yaitu Tes lari jarak menengah dapat menjadi
pilihan yang disesuaikan dengan kelompok usia dan jenis kelamin. Single test lari 1000
meter untuk usia 10-12 tahun putera/puteri, 1600 meter untuk usia 13-19 tahun
putera/puteri.1

2.3.4.3 Persiapan Pemeriksaan


Kepala puskesmas berkoordinasi dengan seluruh kepala sekolah/guru UKS di
wilayah kerja untuk menentukan pembagian tugas tim pelaksana, waktu dan tempat
pelaksanaan pemeriksaan.1
a. Tim Pelaksana
Dalam melaksanakan penjaringan kesehatan, petugas kesehatan dibantu oleh guru
dan kader kesehatan sekolah (dokter kecil/ kader kesehatan remaja). Dalam rangka
mengatasi keterbatasan sumber daya kesehatan, kepala puskesmas dapat meminta
bantuan dinas kesehatan dan institusi pendidikan, organisasi profesi atau mitra potensial
bidang kesehatan lainnya. Sebelum melaksanakan penjaringan/pemeriksaan berkala,
pihak puskesmas dan pihak sekolah berkoordinasi untuk mengidentifikasi kegiatan,
pembagian tugas dan tanggung jawab.1
Tabel 2.1. Pembagian Tugas Tim Pelaksana Penjaringan KesehatanBerdasarkan
Kegiatan
Dokter
Kecil/
KepalaPus Kepalas Tim jaga Guru Orang Penanggun
Kegiatan Kader
kesmas ekolah kesehatan UKS tua gjawab
kesehatanre
maja
1 2 3 4 5 6 7 8

Data peserta didik √ Sekolah

1
Koordinasi
pelaksanaan:
menyepakati tempat,
waktu
√ √ √ √ √ √ Sekolah
dan penyediaan
forminformed
consent,kuesioner dan
formpemeriksaan
Koordinasi teknis
pelaksanaan √ √ √ √ √ Puskesmas
penjaringan/
pemeriksaan berkala

Menyediakan alat
√ √ Puskesmas
Pemeriksaan

Informed Consent
pesertadidik dan √ √ √ Sekolah
orangtua peserta
didik Pelaksanaan
Penjaringan √ √ √ Puskesmas
Kesehatan
1 2 3 4 5 6 7 8
Umpan balik hasil
√ √
pemeriksaan ke Puskesmas
sekolah
Umpan balik hasil

pemeriksaan ke orang √ √ Sekolah
tua

Tatalaksana rujukan √ √ √ √ √ Puskesmas

b. Sasaran Penjaringan Kesehatan Dan Pemeriksaan Berkala


Sasaran kegiatan penjaringan kesehatan adalah seluruh peserta didik baru pada
tahun ajaran baru kelas 1, 7 dan 10 di sekolah/madrasah, baik negeri atau swasta
termasuk Sekolah Luar Biasa (SLB) Sasaran kegiatan pemeriksaan Berkala adalah
peserta didik selain kelas 1, 7 dan 10 (kelas 2 - 6 di SD/MI, kelas 8 dan 9 di SMP/MTs

1
serta kelas 11 dan 12 di SMA/SMK/MA) termasuk Sekolah Luar Biasa (SLB).1
c. Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Tempat penjaringan kesehatan/ permeriksaan berkala dilaksanakan di sekolah.
Pelaksanaan di luar sekolah adalah di Puskesmas, yang mungkin dilakukan bila
disepakati dengan sekolah untuk peserta didik yang tidak hadir pada waktu pelaksanaan
penjaringan kesehatan/ pemeriksaan berkala di sekolah. Waktu pelaksanaan penjaringan
kesehatan yang terbaik adalah pada tahun ajaran baru yaitu antara bulan Juli sampai
Desember, tetapi dalam menghadapi keterbatasan tenaga kesehatan di puskesmas maka
diberikan kesempatan sepanjang satu tahun ajaran untuk menjangkau seluruh SD/MI,
SMP/MTs, SMA/SMK/MA.
Tahun ajaran dalam pelaksanaan penjaringan kesehatan yang dimaksud yaitu
dapat dilakukan sepanjang satu tahun ajaran (Juli sampai dengan Juni) :
 Bulan Juli sampai dengan Desember untuk peserta didik baru kelas 1, 7, dan 10
 Bulan Januari sampai dengan Juni untuk peserta didik baru kelas 1, 7, dan 10 yang
belum dilakukan penjaringan pada tahun sebelumnya.
Pemeriksaan berkala dilakukan 1 kali dalam setahun bagi peserta didik, yang
waktu pelaksanaannya dapat dilakukan sepanjang satu tahun ajaran ( Juli sampai
dengan Juni).1
d. Sarana dan Prasarana
Sebelum melaksanakan penjaringan kesehatan dan pemeriksaan berkala perlu
didukung dengan sarana dan prasarana seperti yang dapat digambarkan pada tabel
berikut1 :
Tabel 2.2. Sarana dan Pra sarana Penjaringan dan Pemeriksaan Kesehatan
Sarana Fungsi
Ruangan untuk pemeriksaan Tempat pemeriksaan
Meja dan kursi pemeriksaan Tempat pemeriksaan
Formulir lembar persetujuan Bukti persetujuan pemeriksaan
Dokumentasi riwayat kesehatan,
Kuesioner status imunisasi, kesehatan mental,
intelegensia, perilaku berisiko
Formulir Pencatatan Hasil Penjaringan/ Dokumentasi hasil pemeriksaan untuk
pemeriksaan berkala/ Buku rapor kesehatanku peserta didik
Formulir rekapitulasi hasil penjaringan Dokumentasi hasil pemeriksaan untuk
kesehatan untuk Puskesmas puskesmas
Formulir Pelaporan Penjaringan Kesehatan dari Dokumentasi hasil kegiatan

1
Puskesmas ke Dinas Kesehatan Kab/Kota penjaringan kesehatan yang dilakukan
oleh Puskesmas
Formulir Rujukan Surat pengantar rujukan peserta didik
Form umpan balik hasil penjaringan kesehatan Dokumentasi hasil pemeriksaan untuk
untuk sekolah sekolah
Pemeriksaan status gizi, tanda vital,
UKS Kit pemeriksaan penglihatan, pemeriksaan
pendengaran
UKGS Kit Pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas,


daftar peralatan untuk kegiatan luar gedung (UKS dan UKGS), sebagai berikut:
Tabel 2.3. Daftar UKS Kit

Sarana Fungsi
1 2
mbangan dewasa meriksaan berat badan
ngukur tinggi badan meriksaan tinggi badan
bel Indeks Massa Tubuh meriksaan status gizi
etoskop meriksaan Auskultasi Jantung paru
hygmomanometer dengan manset anak dan dewasa meriksaan Tekanan darah
rniket Karet meriksaan Tekanan darah
ermometer klinis meriksaan Suhu Tubuh
mer meriksaan frekuensi napas dan denyut
nadi
rpu Tala 512 HZ/ 1024 HZ / 2084 HZ meriksaan Tajam Pendengaran
ngait serumen ndakan membersihkan serumen
eculum hidung (Lempert) meriksaan Rongga Hidung
eculum telinga dengan ukuran kecil, sedang, besar meriksaan Liang Telinga
dip lidah, logam panjang 12 cm meriksaan Tenggorok
ellen, alat untuk pemeriksaan visus meriksaan Tajam Penglihatan

s buta warna (ISHIHARA) meriksaan Buta Warna


n hole meriksaan Refraksi
s Kanvas tempat kit mpat Kit

1
Tabel 2.4. Daftar UKGS Kit
Sarana Fungsi
Alat
Kaca Mulut + Tangkai Kaca Mulut Pemeriksaan Gigi
Sonde Lengkung Pemeriksaan Gigi
ekskavator berujung dua Pemeriksaan Gigi
Pinset Gigi Pemeriksaan Gigi
Perlengkapan
Head lamp / Senter Pemeriksaan Gigi
Baki Logam tempat alat steril tertutup Pemeriksaan Gigi
Toples pembuangan kapas Pemeriksaan Gigi
Baskom tempat cairan steril Pemeriksaan Gigi
Handuk Pemeriksaan Gigi
Tas alat tempat KIT Pemeriksaan Gigi
Bahan Habis Pakai
Kapas Pemeriksaan Gigi
Masker Pemeriksaan Gigi
Sarung tangan Pemeriksaan Gigi
Cairan disinfekta (Klorin 0,5%) Pemeriksaan Gigi
Sabun tangan atau antiseptik Pemeriksaan Gigi

e. Lembar Persetujuan (Informed Consent)


Lembar persetujuan (Informed consent) merupakan sebuah kesepakatan atas
tindakan/pelayanan kesehatan yang akan dilakukan oleh tenaga kesehatan kepada
masyarakat, setelah sebelumnya tenaga kesehatan memberikan informasi, komunikasi
kepada masyarakat tersebut. Dalam kegiatan penjaringan kesehatan, yang akan
diperiksa adalah peserta didik yang termasuk dalam kategori anak. Seorang anak berada
dalam kuasa asuh dari orang tua. Orang tua memiliki kewajiban untuk mengasuh,
mendidik, membina, memelihara, melindungi dan menumbuhkembangkan anak. Maka
pada lembar persetujuan untuk penjaringan kesehatan peserta didik, informasi dan
kesepakatan harus diberikan oleh orang tua/wali. Formulir lembar persetujuan,
dibagikan oleh guru kepada peserta didik sebelum pelaksanaan penjaringan kesehatan.
Formulir lembar persetujuan direkap dan disimpan oleh sekolah. Bagi orang tua peserta
didik yang menolak penjaringan kesehatan/pemeriksaan berkala di sekolah, wajib
melampirkan hasil pemeriksaan kesehatan siswa di luar sekolah yang dibuktikan dengan

1
formulir penjaringan kesehatan yang berisi hasil pemeriksaan yang disahkan oleh
fasilitas kesehatan.1

2.3.4.5 Alur Persiapan dan Pelaksanaan


Dalam melakukan penjaringan kesehatan dan pemeriksaan berkala diperlukan
persiapan dan dilanjutkan dengan tahapan proses pelaksanaan penjaringan kesehatan
dan pemeriksaan berkala. Persiapan penjaringan dapat dilakukan minimal satu minggu
sebelum pelaksanaan Penjaringan dan Pemeriksaan Berkala. Berikut digambarkan
dalam Gambar alur dibawah ini:1

Gambar 2.1 Alur Penjaringan Kesehatan dan Pemeriksaan Berkala

1
BAB 3
ANALISIS SITUASI

3.1 Keadaan demografis sekolah di Ulak Karang


Wilayah kerja puskesmas Ulak Karang memiliki sarana pendidikan dari berbagai jenjang, mulai
dari pendidikan usia dini, pendidikan dasar, pendidikan lanjutan hingga perguruan tinggi yang tersebar
di dua kelurahan. Semua murid dan siswa di semua sarana pendidikan dasar dan lanjutan adalah
sasaran pelayanan kesehatan Puskesmas Ulak Karang, melalui program UKS, UKGS, KIA- Anak dan
imunisasi.6
Tabel 3.1 Data Sarana Pendidikan Puskesmas Ulak Karang
Kelurahan UKS
D MP MA
Ulak Karang 9 3 2
Selatan
Lolong Belanti 3 2 3
h 12 5 5

Tabel 3.1 menggambarkan distribusi fasilitas pendidikan sekolah dasar, menengah


pertama dan menengah atas per kelurahan di wilayah kerja puskesmas Ulak Karang yang
terdata pada tahun 2019. Dari data tersebut didapatkan bahwa semua kelurahan memiliki
fasilitas pendidikan yang lengkap mulai dari SD, SMP, SMA.6

3.2 Data sekolah dan jumlah siswa di wilayah kerja Puskesmas Ulak Karang
Data sekolah di wilayah kerja Puskesmas Ulak Karang, terdapat sebanyak 22 sekolah
di wilayah kerja Puskesmas Ulak Karang. Sekolah – sekolah tersebut terdiri dari 12 SD, 5
SMP, dan 5 SMA. Jumlah siswa pada masing- masing sekolah tahun ajaran 2019/2020 dapat
dilihat pada tabel berikut6 :
Tabel 3.2 Jumlah Siswa Sekolah Dasar Wilayah Kerja Puskesmas Ulak Karang Tahun
2019/2020
No Nama Sekolah Jumlah Peserta Didik
L P
1 SD 01 19 9
2 SD 02 15 13
3 SD 07 17 10
4 SD 08 16 10
5 SD 11 18 12
6 SD 13 18 13
7 SD 14 17 10
8 SD 15 7 11
9 SD 23 6 6
10 SD Al Azhar 44 41
11 SD Adzkia 17 37
12 SD Alam MK 4 5
TOTAL 198 177

1
Tabel 3.3 Jumlah Siswa Sekolah Menengah Pertama Wilayah Kerja Puskesmas Ulak
Karang Tahun ajaran 2019/2020
No Nama Sekolah Jumlah Peserta Didik
L P
1 SMP 7 119 133
2 SMP 25 125 131
3 SMP PGRI 25 22 6
4 SMP Al Azhar 26 14
5 SMP Alam MK 3 2
TOTAL 295 286

Tabel 3.4 Jumlah Siswa Sekolah Menengah Atas Wilayah Kerja Puskesmas Ulak
Karang Tahun ajaran 2019/2020
No Nama Sekolah Jumlah Peserta Didik
L P
1 SMA 1 156 163
2 SMK 5 543 28
3 SMK Nusantara 115 287
4 SMK Teknologi Plus 100 5
5 SMK Parawisata 21 25
TOTAL 935 508

Dari ketiga tabel diatas dapat terlihat jumlah siswa masing-masing sekolah yang
terjaring dalam pemeriksaan berkala pada tahun 2020 berdasarkan tingkatan kelasnya. Pada
data tersebut terdapat 22 siswa SD, 43 siswa SMP, dan 33 siswa SMA yang tidak hadir dan
tidak bersedia untuk dilakukan pemeriksaan.6

3.3 Laporan Hasil Pemeriksaan dan Penjaringan Kesehatan Berkala Anak Sekolah di
Wilayah Kerja Puskesmas Ulak Karang Tahun 2019/2020
Penjaringan kesehatan anak sekolah tahun ajaran 2019/2020 di wilayah kerja
Puskesmas Ulak Karang dengan sasaran kelas 1 SD, kelas 7 SMP, dan 10 SMA dilakukan
pada bulan Juli 2019. Penjaringan kesehatan dilakukan dengan dua jenis kegiatan yaitu
pengisian kuesioner oleh peserta didik dan pemeriksaan kesehatan oleh tenaga kesehatan,
guru dan kader. Belum ada kebijakan untuk pelaksaan pemeriksaan berkala pada wilayah
puskesmas Ulak Karang pada tahun 2019.7
Hasil pengisian kuesioner pada siswa SD didapatkan semua peserta didik yang terjaring
dalam pemeriksaan belum mendapat salah satu / lebih imunisasi DT1, Td1, Td2 / status
imunisasi BIAS tidak lengkap. Perilaku beresiko merokok dan napza tidak ada, namun 177
peserta didik memiliki kebiasaan tidak sarapan dengan teratur dan 353 sering jajan tidak
sehat. Pemeriksaan reproduksi dan emosional tidak didapatkan kelainan. Pemeriksaan
dominasi otak hanya dilakukan pada satu sekolah yaitu SD 01 didaptkan 15 peserta didik
dominan otak kanan, 5 peserta didik dominan otak kiri dan 5 peserta didik dominan otak kiri

2
dan kanan.7
Hasil pemeriksaan kesehatan pada siswa SD oleh tenaga kesehatan didapatkan status
gizi 2 siswa sangat kurus, 17 kurus, 329 normal, 6 gemuk, 1 obesitas, 1 stunting dan tidak ada
yang memiliki resiko anemia. Infeksi pada mata dan buta warna tidak ada diderita siswa SD
namun terdapat 5 siswa dengan gangguan penglihatan dengan menggunakan kacamata.
Kemudian pada pemeriksaan telinga didapatkan 1 siswa dengan otitis media, 41 orang dengan
serumen prop dan tidak ada yang menderita gangguan pendengaran. Pada pemeriksaan gigi
dan mulut terdapat 3 siswa dengan rongga mulut tidak sehat, 26 memiliki karies dan 49
dengan masalah lain. Tidak ada siswa menggunakan alat bantu dengar dan pada pemeriksaan
kebugaran jasmani didapatkan hasil yang baik pada semua siswa.7
Hasil pengisian kuesioner pada siswa SMP didapatkan semua peserta didik yang
terjaring dalam pemeriksaan sudah memiliki imunisasi yang lengkap. Perilaku beresiko
merokok 25 orang, napza satu orang, 111 peserta didik memiliki kebiasaan tidak sarapan
dengan teratur dan semua siswa SMP sering jajan tidak sehat. Pemeriksaan reproduksi dan
emosional tidak didapatkan kelainan. Pemeriksaan dominasi otak hanya dilakukan pada satu
sekolah yaitu SMP 7 didaptkan 66 peserta didik dominan otak kanan, 92 peserta didik
dominan otak kiri dan 69 peserta didik dominan otak kiri dan kanan.7
Hasil pemeriksaan kesehatan pada siswa SMP oleh tenaga kesehatan didapatkan tidak
ada status gizi siswa yang sangat kurus, tujuh kurus, 519 normal, 9 gemuk, 3 obesitas, 1
stunting dan semua siswa perempuan memiliki resiko anemia. Tidak ada siswa yang
menderita infeksi pada mata dan buta warna namun terdapat 12 siswa dengan kelainan
refraksi dan 30 siswa menggunakan kacamata. Kemudian pada pemeriksaan telinga
didapatkan 44 siswa dengan serumen prop dan tidak ada yang menderita gangguan
pendengaran dan infeksi telinga. Pada pemeriksaan gigi dan mulut terdapat 8 siswa dengan
rongga mulut tidak sehat, 30 memiliki karies dan 13 dengan masalah lain. Tidak ada siswa
menggunakan alat bantu dengar dan pada pemeriksaan kebugaran jasmani didapatkan hasil
yang baik pada semua siswa.7
Hasil pengisian kuesioner pada siswa SMA didapatkan semua peserta didik yang
terjaring dalam pemeriksaan sudah memiliki imunisasi yang lengkap. Perilaku beresiko
merokok 185 siswa, pengguna napza tidak ada, 328 peserta didik memiliki kebiasaan tidak
sarapan dengan teratur dan 1410 sering jajan tidak sehat. Pemeriksaan reproduksi dan
emosional tidak didapatkan kelainan. 7

Hasil pemeriksaan kesehatan pada siswa SMA oleh tenaga kesehatan didapatkan status
gizi 3 siswa sangat kurus, 11 kurus, 1385 normal, 11 gemuk, 2 obesitas, tidak ada stunting
dan semua siswa perempuan memiliki resiko anemia. Infeksi pada mata dan buta warna tidak
2
ada diderita siswa namun terdapat 13 siswa dengan gangguan refraksi dan 48 menggunakan
kacamata. Kemudian pada pemeriksaan telinga didapatkan 75 siswa dengan serumen prop dan
tidak ada yang menderita infeksi telingan dan gangguan pendengaran. Pada pemeriksaan gigi
dan mulut terdapat 41 siswa dengan rongga mulut tidak sehat, 41 memiliki karies dan 15
dengan masalah lain. Tidak ada siswa menggunakan alat bantu dengar dan pada pemeriksaan
kebugaran jasmani didapatkan hasil yang baik pada semua siswa.7

3.4 Kendala Pemeriksaan Penjaringan Kesehatan di Wilayah Ulak Karang

Target sasaran pelaksaan program penjaringan kesehatan pada wilayah kerja


piskesmas Ulak Karang adalah 100% namun pada pelaksanaan terdapat 22 siswa SD, 43
siswa SMP, dan 33 siswa SMA yang tidak hadir dan tidak bersedia untuk dilakukan
pemeriksaan sehingga tidak dapat dilakukan pemeriksaan dan target kegiatan ini tidak
tercapai.
Terdapat beberapa pemeriksaan yang tidak dilakukan yaitu Pemeriksaan riwayat
kesehatan peserta didik, riwayat kesehatan keluarga, pemeriksaan tanda vital, pemeriksaan
kebersihan diri dan pemeriksaan intelegensia. Pemeriksaan ini tidak dapat dilakukan
berhubungan dengan keterbatasan waktu yang diberikan oleh pihak sekolah untuk melakukan
pemeriksaan.
Untuk kasus rujukan seperti serumen telinga dan karies gigi, tidak siwa dengan kasus
serumen telingan datang ke puskesmas untuk dilakukan tindakan. Ini disebabkan karena
kurangnya pemahaman dan kerjasama orang siswa mengenai permasaahan kesehatan siswa.

2
BAB 4
PEMBAHASAN

Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) adalah wahana belajar mengajar untuk


meningkatkan kemampuan hidup sehat sehingga meningkatkan pertumbuhan dan
perkembangan peserta didik yang harmonis dan optimal, agar menjadi sumber daya manusia
yang berkualitas. UKS menjadi salah satu upaya kesehatan pengembangan puskesmas dengan
kegiatan pokoknya dilaksanakan melalui Trias UKS, yaitu pendidikan kesehatan, pelayanan
kesehatan, dan pembinaan lingkungan sekolah sehat. Pemeriksaan kesehatan berkala
merupakan salah satu program yang termasuk dalam pelayanan kesehatan. Pelayanan
kesehatan UKS terhadap peserta didik meliputi upaya promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif. Pemeriksaan kesehatan berkala dan penjaringan kesehatan merupakan kegiatan
yang menitikberatkan pada upaya preventif.
Program UKS dalam upaya preventif yang sudah dijalankan oleh Puskesmas Ulak
Karang pada Tahun 2019 yakni skrining atau penjaringan kesehatan pada anak sekolah di
wilayah kerja Puskesmas Ulak Karang. Penjaringan kesehatan telah dilakukan di 22 sekolah
yang terdiri dari 12 SD, 5 SMP dan 5 SMA/SMK dan dilakukan 1 kali setahun.
Pelaksanaannya sudah sesuai dengan waktu yang dianjurkan yaitu dilakukan di bulan Juli
sampai dengan Desember. Sementara untuk pemeriksaan berkala belum pernah dilakukan
oleh puskesmas ulak karang. Ditinjau dari sarana, prasaran dan jumlah tenaga kesehatan yang
turun ke lapangan juga sudah sesuai dengan anjuran dari petunjuk teknis penjaringan
kesehatan dan pemeriksaan kesehatanyang diterbitkan Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia tahun 2015.
Hasil penjaringan kesehatan dari SD, SMP dan SMA ditemukan lima masalah
terbanyak terbanyak pada kebiasaan sarapan tidak teratur, sering jajan tidak sehat, serumen
telinga, gigi karies dan penggunaan kacamata. Hal ini kemungkinan berkaitan dengan tingkat
ekonomi dan kebersihan diri anak. Disamping itu, adanya serumen telinga dapat menganggu
kemampuan mendengar siswa saat belajar disekolah.
Setelah terdeteksi masalah kesehatan terbanyak pada siswa sekolah di wilayah kerja
Puskesmas ulak karang, disarankan agar kendala kesehatan tersebut bisa ditindak lanjuti oleh
tenaga kesehatan. Untuk promotif dari UKS maka dilakukanlah penyuluhan tentang
kebersihan diri (terutama membersihkan serumen telinga), edukasi tentang kebersihan gigi
dan penyuluhan untuk menghindari rabun jauh.
Beberapa kendala seperti ketidak hadiran siswa dan manfaat dari penjaringan
kesehatan yang belum begitu dipahami oleh siswa dan orang tua siswa mendasari belum

2
efektifnya terlaksananya program ini.
Penjaringan kesehatan dengan sasaran kelas I SD, kelas VII SMP, kelas X SMA
meliputi pengisian kuesioner oleh peserta didik/orangtua/wali peserta didik dan dilanjutkan
beberapa pemeriksaan berupa pemeriksaan status gizi, pemeriksaan gigi dan mulut,
pemeriksaan refraksi, serta pemeriksaan telinga. Namun, Penjaringan kesehatan tersebut
belum sepenuhnya sesuai dengan petunjuk teknis yang dikeluarkan oleh Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia tahun 2015 seperti tidak dilakukannya pemeriksaan riwayat
kesehatan peserta didik, riwayat kesehatan keluarga, pemeriksaan tanda vital, pemeriksaan
kebersihan diri dan pemeriksaan intelegensia.
Ketidaksesuaian ini terjadi karena adanya keterbatasan waktu yang diberikan sekolah
untuk pemeriksaan dan kurangnya kerjasama oleh tim pelaksana sesuai petunjuk teknis yang
dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2015, yaitu dilaksanakan
oleh tim pelaksana UKS yang terdiri dari kepala sekolah/madrasah, guru pembina
uks/pembina uks, ketua komite sekolah/madrasah, komite sekolah/madrasah, petugas uks
puskesmas, guru dan siswa. Solusi yang dikerjakan oleh pemegang program adalah meminta
bantuan kepada mitra potensial bidang kesehatan yaitu mahasiswa kesehatan yang praktek di
puskesmas Lapai. Hal ini telah sesuai dengan petunjuk teknis yang menyatakan bahwa dalam
rangka mengatasi keterbatasan sumber daya kesehatan, kepala puskesmas dapat meminta
bantuan dinas kesehatan dan institusi pendidikan, organisasi profesi atau mitra potensial
bidang kesehatan lainnya.

28
BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
 Penjaringan kesehatan telah dilakukan oleh Puskesmas Ulak Karang di 22 sekolah yang
terdiri dari 12 SD, 5 SMP, 5 SMA/SMK pada bulan Juli – September 2019. Pemeriksaan
kesehatan berkala pada anak sekolah belum pernah dilakukan
 Penjaringan kesehatan yang sudah dilakukan masih belum sesuai dengan petunjuk teknis
dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Masalah yang ditemukan pada
pemeriksaan kesehatan berkala anak sekolah di Puskesmas Ulak Karang adalah adanya
ketidakhadiran dan kurang kooperatif siswa, belum terlaksananya semua pemeriksaan
yang diatur oleh petunjuk teknis kemenkes RI. Manajemen waktu pemeriksaan yang
belum baik, kerjasama antar tim pelaksana UKS dengan pihak sekolah dan pemehaman
wali murid mengenai manfaat kegiatan ini mendasari belum terlaksananya program ini
dengan baik.

5.2 Saran
 Terbentuknya koordinasi yang baik antara kepala puskesmas sebagai pembina UKS dan
kepala sekolah sebagai ketua tim pelaksana UKS dalam menindaklanjuti kinerja tim
pelaksana UKS yang belum optimal. Jika dirasakan perlu, kepala puskesmas dapat
melakukan advokasi kepada Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Tingkat
Kecamatan untuk membuat kebijakan mengenai pelaksanaan pemeriksaan kesehatan
berkala di tingkat sekolah.

 Hendaknya pemeriksaan berkala dilakukan sesuai petunjuk teknis penjaringan dan


pemeriksaan berkala dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2015.

2
DAFTAR PUSTAKA

1. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Petunjuk teknis penjaringan kesehatan dan


pemeriksaan berkala di satuan dasar dan menengah. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia; 2015.
2. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. Riset kesehatan dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2018.
3. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 43 Tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia; 2019
4. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2014.
5. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Pedoman pelaksanaan UKS di sekolah.
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI; 2014.
6. Puskesmas Ulak Karang. Laporan tahunan Puskesmas Ulak Karang Tahun 2019. Padang:
Puskesmas Ulak Karang; 2019.
7. Puskesmas Ulak Karang. Laporan tahunan Program UKS Puskesmas Ulak Karang Tahun
2019. Padang: Puskesmas Ulak Karang; 2019.

3
31

Anda mungkin juga menyukai