Proposal Tesis
Sebagai Salah Satu Memenuhi TugasMata Kuliah
Riset Kualitatif
Disusunoleh
SUTANTO
1
PASCA SARJANA UHAMKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
maupun yang akan datang. Komitmen bersama dari berbagai elemen akan
RI,2017)
Data riskesda
Data WHO
Ditinjau dari aspek kesehatan tidak kurang dari 70 ribu artikel ilmiah yang
kematian 10 persen penduduk dunia. Artinya, satu dari sepuluh penghuni bumi
biaya rawat inap, maka total biaya yang dikeluarkan oleh masyarakat karena
tersebut jauh lebih besar dibandingkan dengan total biaya rawat inap untuk
2
penyakit yang sama pada tahun 2001 yakni Rp.2,6 triliun. Total biaya rawat
inap untuk penyakit yang berkaitan dengan tembakau sebesar Rp. 3,11 triliun,
sehingga total biaya untuk rawat inap dan rawat jalan sebesar Rp. 18,55triliun.
3
umum dan tempat lainnya yang ditetapkan serta menjadi kewajiban asasi bagi
Untuk mengatasi itu, Penerapan Kawasan Tanpa Rokok ini telah diatur dalam
merujuk pada Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam negeri
(Zulaeha, 2015)
melalui stakeholder yang dalam hal ini adalah Dinas Kesehatan, media massa
ataupun melalui media elektronik tentang bahaya rokok bagi perokok aktif
maupun perokok pasif dan tentang penetapan kawasan tanpa rokok seperti
RumahSakit.
SumateraBarattahun2013menunjukkanbahwakebijakanKawasan
4
efektifitas KTR dalam penurunan perokok aktif pada tiga kota belum
dilaksanakan dan di patuhi, untuk itu perlu di pahami prinsip – prinsip dasar
Kawasan Tanpa Rokok adalah: (1) Asap rokok orang lain mematikan, (2)
Tidak ada batas aman bagi paparan asap rokok orang lain, (3) Setiap warga
negara wajib dilindungi secara hukum dari paparan asap rokok orang lain, (4)
Setiap pekerja berhak atas lingkungan tempat kerja yang bebas dari asap rokok
orang lain, (5) Hanya lingkungan tanpa asap rokok 100% yang dapat memberi
kebijakan merupakan salah satu tahap yang penting dalam proses kebijakan
publik.
dampak dan tujuan yang diinginkan. Ada beberapa hal yang menyebabkan
suatu kebijakan pemerintah tidak bisa berjalan dengan baik, seperti: kurangnya
mengatur kebijakan tersebut dan tidak adanya satgas yang bertugas untuk
5
pemberian sanksi tegas bagi pelanggar dianggap ikut memberikan efek jera
Pondok Kopi yang merupakan salah satu Rumah Sakit milik organisasi islam
kota Makassar yang didasari dengan nilai- nilai islam juga semestinya
No. 4 Tahun 2013 Tentang Kawasan Tanpa Rokok adalah area rumah sakit.
Fungsi rumah sakit adalah mengobati orang- orang yang sakit. Selain sebagai
tempat pelayanan kesehatan, rumah sakit juga merupakan tempat umum yang
dipungkiri, dengan banyaknya pengunjung yang datang, masih ada saja orang-
6
yang menjual rokok di area rumah sakit meskipun sudah ada tanda peringatan
B. RUMUSANMASALAH
7
C. TUJUANPENELITIAN
1. TujuanUmum
2. TujuanKhusus
Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di Rumah Sakit Islam Jakarta Pondok Kopi
Untuk mengkaji lebih dalam melalui sumber daya dalam implementasi kebijakan Kawasan
Untuk mengkaji lebih dalam melalui disposisi dalam implementasi kebijakan Kawasan Tanpa
Untuk mengkaji lebih dalam melalui struktur birokrasi dalam implementasi kebijakan
Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di Rumah Sakit Islam Jakarta Pondok Kopi
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat BagiPeneliti
8
kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di Rumah Sakit Islam Jakarta
Pondok Kopi.
penelitian-penelitian selanjutnya.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian ImplementasiKebijakan
Menurut Ealau dan Prewit, 1973 (Suharto, 2015), kebijakan adalah sebuah
ketetapan yang berlaku yang di cirikan oleh perilaku yang konsisten dan
10
kebijakan merupakan sebuah konsep, bukan fenomena spesifik maupun
kebijakan itu sebagai pedoman untuk bertindak. Pedoman itu boleh jadi
amat sederhana atau kompleks, bersifat umum atau khusus, luas atau
sempit, kabur atau jelas, longgar atau terperinci, bersifat kualitatif atau
adalah upaya untuk memahami apa yang senyatanya terjadi sesudah suatu
11
(Ayuningtyas, 2015) adalah pelaksanaan pengendalianaksi-aksikebijakan
melaksanakansesuatu);togivepracticaleffectto(menimbulkandampak/akibat
intervensiberbagaikepentingan.
“adalahcukupuntukmembuatsebuahprogramdankebijakanumum yang
12
kedengarannya mengenakan bagI telinga para pemimpin dan para
13
pemilih yang mendengarkannya. Dan lebih sulit lagi untuk
konflik, keputusan dan siapa yang memperoleh apa dari suatu kebijakan
tujuan atau sasaran yang ingin diatasi, menyebutkan secara tegas tujuan
atau sasaran yang ingin dicapai, dan berbagai cara untuk menstrukturkan
2. ProsesImplementasi
14
menyangkut jaringan kekuatan-kekuatan politik, ekonomi dan sosial yang
(spilloverr/negative effects).
(Dwidjowijoto, 2006)
terhadapsuksestidaknyaimplementasikebijakan.Olehkarenitu,
15
memasukkan hasil penelitian kebijakan sebagai pertimbangan
bila seluruh hasil asesmen, analisis atau riset dapat terkoordinasi. Para
aktor utama ini juga perlu mengambil dan memiliki tanggung jawab
itu dapat gagal, tidak membuahkan hasil, karena antara lain: (Soenarko,
2005)
a. Teori yang menjadi dasar kebijakan itu tidak tepat. Dalam hal
pemerintahitu.
sebagaimanamestinya.
Palumbomengemukakanbahwa:“Legislativepolicyambiquity
16
kebijakan dalam perundang-undangan adalah sebab utama kegagalan
pelaksanaannya).
tipe top down berpendapat bahwa implementasi secara jelas dalam bentuk
bergantung
17
berbagai depatemen ditingkat lokal. Bertolak belakang dengan pendekatan
diberikan adalah bahwa masalah dan persoalan yang terjadi pada level
tidak tercapainyatujuan.
kebijakan.
17
c. Startegic delay atau penundaan strategis, yaitu penundaan disertai
18
d. Kecenderungan (disposition) daripelaksana/implementor.
Menurut Kadji (Gobel & Koton, 2016) pada model Grindle hal yang
kebijakan.
d. Pelaksanaprogram
19
Sementara dampak dari kebijakan itu adalah:
a. Manfaat dariprogram
b. Perubahan
faktor fundamental (O‟Toole 1986) yaitu: (1) kebijakan itu sendiri yang
(Kasmad, 2013)
20
satu tahap dari proses kebijakan kesehatan yang dipetakan dari dimensi-
1) Efektivitas
2) Efisiensi
3) Responsivitas
4) Responsibilitas
5) Akuntabilitas
6) Keterbukaan/trasparansi
7) Keadaptasian
8) Kelangsunganhidup
9) Kompetensi
10) Akses
suatu kebijakan dan hasil kebijakan yang dirasakan”. Sampai tahun 1970-
berdasarkanteoriimplementasiEdwardIIIdalamZulaeha(2015)
21
dengan menggunakan indikator, komunikasi, sumber daya,
1. Komunikasi
tingkah laku seorang atau sejumlah orang sehingga ada efek tertentu
atau bahkan tidak diketahui sama sekali oleh kelompok sasaran, maka
22
kelompok sasaran (target group) kebijakan, sehingga pelaku kebijakan
atau dimana saja menusia berada. Tidak ada manusia yang tidak
tindakankomunikasimenyampaikandanmenerimapesandari
23
dan ke orang lain. Tindakan komunikasi ini terus menerus terjadi
hati nuraninya kepada orang lain baik secara langsung maupun tidak
a. Jenis Komunikasi
1. Komunikasi alamsadar
2. KomunikasiVerbal
24
mulut. Komunikasi verbal mencakup aspek-aspek
berupa:
terlalulambat.
3) Intonasi suara(intonation)
dalamberkomunikasi.
2. Sumber Daya
25
akan menjalankannya harus memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi
1. Staf
2. Kewenangan
26
3. Informasi
implementasi suatukebijakan.
4. Fasilitas
3. Disposisi
merespon
27
respon tersebut. Para pelaksana mungkin memahami maksud dan
instansi-instansi terkait.
28
perhatian khusus dalam pengalokasian anggaran dan dalam penegakkan
diinginkan bersama.
4. StrukturBirokrasi
29
kebijakan. Aspek implementasi ini melingkupi dua hal yaitu mekanisme
hubungan baik potensial maupun nyata dengan apa yang mereka miliki
fleksibel.(Zulaeha, 2015)
30
B. Tinjauan Tentang Kawasan Tanpa Rokok ( KTR)
1. Pengertian Rokok
kretek, rokok putih, cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari
sintetisnya yang asapnya mengandung nikotin dan tar, dengan atau tanpa
No. 35 Tahun 2009 menggolongkan zat adiktif yaitu terdiri dari tembakau,
2. Kandungan padaRokok
komponen padat atau partikel sebanyak 8%. Asap rokok yang dihisap atau
31
Dengan demikian asap rokok yang dihisap berupa gas sebanyak 85%
dan sisanya berbentuk partikel. Asap yang dihasilkan rokok terdiri dari
asap utama (main stream smoke) yang merupakan asap yang tembakau
yang dihisap langsung oleh perokok dan asap samping (said stream
smoke) yaitu asap tembakau yang disebarkan melalui udara bebas dan
dapat dihirup oleh orang lain atau yang dikenal dengan prokokpasif
beda.Kadar tersebut tergantung pada jenis dan merek suatu produk rokok.
dalam rokok dan berbahaya bagi kesehatan terutama dapat memicu kanker
a. Nikotin
peringatanatasreaksihormonalyangmembuatnyaberdebarlebih
32
lama. Akibat kandungan nikotin dalam rokok dapat memicu terjadi
b. Tar
saat Rokok dibakar setelah dikurangi nikotin dan air, yang bersifat
karsiogenik (PP RI No. 109 2012). Zat karsiogenik adalah zat yang
beracun dan dapat menyebabkan kanker. Tar dapat diperoleh dari getah
tembakau, selain itu tar mengandung bahan kimia yang beracun, yang
dalam rokok yang tidak memiliki bau seperti pada asap yang dikeluarkan
jumlah oksigen, yang biasanya dibawah oleh sel-sel darah. Sehingga suplai
(Rifqi,2017).
33
Produk tembakau adalah suatu produk yang secara keseluruhan
atau sebagian terbuat dari daun tembakau sebagai bahan bakunya yang
tempat kerja, tempat umum dan tempat lain yang ditetapkan, untuk
RI,2011)
rokok.
34
3. Tidak ada batas anak aman untuk setiap paparan asap rokok orang
lain, oleh sebab itu 100% KTR merupakan upaya yang efektif untuk
melindungimasyarakat.
bagiKesehatan.
gambar di bawahini.
35
Sumber : Direktorat Penyakit Tidak Menular P2PL, Kemenkes RI, 2010,
Tobacco Epidemic)
36
(Kementerian Kesehatan RI, 2017)
37
Beberapa peraturan telah diterbitkan sebagai landasan hukum dalam
RumahSakit.
2. Undang –undang No. 36 Tahun 2009 tetang Kesehatan pasal 113 sampai
116, khusus pasal 115 yang terdiri dua ayat yang jelas sekali diakatakan
anak bermain, tempat ibadah, angkutan umun, tempat kerja dan tempat
perlindungananak
AsasiManusia.
PerlindunganKonsumen.
pengelolaan LingkunganHidup.
pencemaran Udara.
37
9. Peraturan Bersama Menteri Kesehatan RI dan Menteri Dalam Negeri,
Kawasan TanpaRokok.
jangka panjang yang terdiri atas tindakan observasi, diagnostik, terapeutik, dan
rehabilitatif untuk orang-orang yang menderita sakit, terluka, dan untuk mereka
merupakansuatuorganisasiyangunikkarenaberbaurantarapadat
teknologi,padatkaryadanpadatmodal,sehinggapengelolaanrumah
38
sakit menjadi disiplin ilmu tersendiri yang mengedepankan dua hal sekaligus,
Definisi rumah sakit dari Sofwan Dahlan, SpPF(K) yang dikutip dari
“ A place in which a patient receive food, shelter, and nursing care while
care and medical treatment of the sick or wounded, also the building used for
adalah:
danpenelitian”.
gabungan alat ilmiah khusus dan rumit, dan difungsikan oleh berbagai kesatuan
bentuk yang unik, yang berbeda dengan organisasi lain pada umumnya. Rumah
sakit mempunyai kekhususan yang lahir dari adanya hubungan yang terjadi
berikut :
1. Rumah SakitUmum
40
dan terapi untuk bernagai kondisi medik, seperti penyakit dalam, bedah,
2. Rumah SakitKhusus
penyakit akut dan kasus darurat, biasanyadi rawat di rumah sakit kurang
dari 30 hari. Rumah sakit umum pada umumnya adalah perawatan rumah
kesakitan akut yang biasanya pilih dalam waktu kurang dari 30 hari.
Rumah Sakit perawatan jangka panjang adalah rumah sakit yang merawat
41
Rumah sakit pada umumnya diklasifikasikan berdasarkan kapasitas tempat
1. Di bawah 50 tempattidur
2. 50-99 tempattidur
3. 100-199 tempattidur
4. 200-299 tempattidur
5. 300-399 tempattidur
6. 400-499 tempattidur
1. Rumah SakitPendidikan
2. Rumah SakitNon-Pendidikan
Rumah sakit yang tidak memiliki program pelatihan residensi dan tidak ada
Adalah rumah sakit rumah sakit yang telah di akui secara formal oleh suatu
42
suatu rumah sakit telah memenuhi persyaratan untuk melakukan kegiatan
tertentu.
Rumah Sakit Umum Kelas A adalah rumah sakit yang mempunyai fasilitas
Oleh Pemerintah Rumah Sakit Umum kelas A ini telah di tetapkan sebagai
rumah sakitpusat.
terbatas.
43
Adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan
subspesialistik.
D. KerangkaTeori
keberhasilanimplementasisuatukebijakan,yaitu:(1)komunikasi;
Komunikasi
Sumber Daya
Implementasi
Disposisi
Sruktur Birokrasi
Gambar 1. Teori Implementasi Kebijakan Model George C Edward III
44
1. Komunikasi
Koton,2016).
a. Transmisi
jalan.
b. Kejelasan
45
menyelewengkan tujuan yang hendak dicapai oleh kebijakan yang telah
ditetapkan.
c. Konsistensi
2. SumberDaya
elemen, yaitu:
a. Staf
kapabel) dalam
mengimplementasikankebijakanataumelaksanakantugasyang
46
b. Informasi
c. Wewenang
implementasi kebijakan.
47
diselewengkan oleh para pelaksana demi kepentingannya sendiri atau
kepentingan kelompoknya.
d. Fasilitas
berhasil.
3. Disposisi
Disposisi atau sikap dari pelaksana adalah faktor penting ke tiga dalam
kebijakan ingin efektif, maka para pelaksana kebijakan tidak hanya harus
mengetahui apa yang akan dilakukan tapi juga harus memiliki kemampauan
hal yang penting yang perlu dicermati pada variabel disposisi adalah:
a. Pengangkatanbirokrat
b. Insentif
4. Struktur Birokrasi
b. PelaksanaanFragmentasi
49
Adalah upaya penyebaran tanggung jawab kegiatan-kegiatan atau
2. Teori Implementasi Kebijakan Model Donald Van Meter dan Carl Van
Horn
variabel menurut Van Metter dan Van Horn yang mempengaruhi kinerja
kebijakan publik,adalah:
2. Sumberdaya
3. Karakteristik agenpelaksana
Teori Model Donald Van Meter dan Carl Van Horn dapat di gambarkan
50
Komunikasi Antar
Organisasi Dengan
Agen Pelaksana
Ukuran dan
Tujuan Kebijakan
Karakteristik
Agen Pelaksana
Disposisi
Kinerja
Implementasi
Sumber Daya
Lingkungan Sosial,
Ekonomi dan Politik
Gambar 2. Teori model Donald Van Meter dan Carl Van Horn
Analisis. Kedua ahli ini berpendapat bahwa peran penting dari implementasi
51
a. Kesukaran-kesukaranTeknis
52
b. Keberagaman Perilaku yangDiatur
beberapa cara:
akandicapai
c. Ketetapan alokasisumberdana
instansi-instansipelaksana.
undang
Implementasi
53
b. Dukunganpublik
pelaksana.
Mudah atau tidaknya masalahdikendalikan:
Kesukaran-kesukarantehnis
Keseragaman perilakukelompoksasaran
Prosentasi kelompoksasaran
Ruang lingkupperubahanperilaku yang
diinginkan
l
e
m
Tahapan- tahapan dalam
b proses implementasi
a
Output Kesediaan Perbaika
g
Dampak
kebijakan kelompok Dampak n
badan- sasaran a
nyata mendasa
output
badan memenuhi output kebijakan r dalam
pelaksan output kebijaka undang-
53
a kebijakan dipersepsi undang
n
Gambar 3. Model Pendekatan A Framework for Implementation Analisis
( Daniel Mazmanian and Paul Sabatier)
54
4. Kerangka Teori Penelitian Modifikasi
Gambar 4. Modifikasi teori dari George C Edward III (1980) dalam (Agustino, 2008), Donald Van Meter dan Carl Van Horn dalam
h (Dachi, 2017), Mazmanian dan Paul Sabatier (1983) dalam Siswadi (2012)
54
E. KerangkaKonsep
Dari Teori yang dikemukakan oleh George C Edward III dalam (Agustino,
disposisi; dan (4) sruktur birokrasi maka kerangka konsep dalam penelitian ini
adalah :
55
Komunikasi
Transmisi
Konsistensi
Kejelasan
Sumberdaya
Staf
Informasi
Implementasi
Wewenang Kebijakan
Fasilitas Kebijakan
Kawasan Tanpa
Rokok Di
Disposisi/Sikap Rumah Sakit
Pengangkatan Islam Faisal
birokrat
Insentif
StrukturBirokrasi
SOP
Koordinasi
Berjenjang
: Variabel dependen
56
: Variabel Independen
57
F. DefinisiKoseptual
2. Sumber Daya dalam penelitian ini dibagi menjadi 4 (empat) staf, informasi,
wewenang dan fasilitas. Staf yang di maksud adalah tersedianya staf rumah
sakit yang bertanggung jawab untuk implementasi kawasan tanpa rokok serta
insentif. Di bentuk tim khusus satuan tugas (satgas) penegak dan pengawas
58
sebagai motivasi dan kompensasi atas tugas yang di jalankan dalam
Makassar.
dan Standar Oprasional Prosedur (SOP). Yaitu struktur satgas dan prosedur
kegiatan rutin dalam pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok di Rumah Sakit Islam
sakit beserta dengan Aturan tentang Kawasan Tanpa Rokok di Rumah Sakit
59
BAB III
METODE PENELITIAN
A. JENIS PENELITIAN
Kawasan Tanpa Rokok di Rumah Sakit Islam Jakarta Pondok Kopi dengan
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Islam Jakarta Pondok Kopi yang
terletak Jl. A.P. Pettarani Makassar kota Makassar, Sulawasi Selatan. Penelitian
salju. Seperti halnya bola salju, semakin menggelinding bola salju akan makin
untuk mendapatkan responden ketiga. Hal tersebut dilanjutkan terus oleh peneliti,
menunjuk direktur rumah sakit sebagai informan pertama (informan kunci) karena
Fokus penelitian adalah pada kedalaman dan proses sehingga pada penelitian
partisipan pada penelitian ini tidak diarahkan pada jumlah tetapi berdasarkan pada
Anggraeni, 2010). Responden atau informan dianggap telah memadai apabila telah
sampai pada taraf ”redundancy” (datanya telah jenuh, ditambah informan lagi
berikut:(Lapau, 2012)
61
a. Kesesuaian(appropriateness)
terlihat situasi masalah atau fenomena apa yang menjadi perhatian untuk di
teliti. Demikian pula atas dasar situasi masalah atau fenomena tersebut,
b. Kecukupan(adequacy)
kelengkapan data.
c. Populasipenelitian
62
apa populasi penelitiannya. Namun ada cara mendefinisikan populasi
penelitian yaitu tergantung pada situasi masalah yang hendak di teliti. Situasi
sampel hanya berlaku untuk sampel itu sendiri. Dengan demikian pada
D. TEKNIK PENGUMPULANDATA
Dalam Penelitian ini sumber data dipilih, dan mengutamakan perspektif emik
telah dipersiapkan dan dibantu oleh peralatan tape recorder. Selain itu
atauobservasidanFocusGroupDiscussion(FGD).Denganobservasi,
63
data yang langsung mengenai perilaku yang khas dari suatu objek
64
dapat dicatat segera dan tidak menggantungkan data dari ingatan seseorang
(Tiro, 2009). FGD di lakukan untuk memperoleh data dari suatu kelompok
E. TEKNIK PENYAJIANDATA
diungkapkan dalam bentuk kalimat serta uraian-uraian, bahkan dapat berupa cerita
pendek. Teknik penyajian data dalam penelitian ini adalah dalam bentuk narasi
atau uraian kata-kata dan kutipan-kutipan langsung dari informan yang disesuaikan
dengan bahasa dan pandangan informan. Penyajian secara narasi dilakukan dalam
bahasa yang tidak formal dalam kalimat yang digunakan sehari-hari dan pilihan
F. METODE ANALISISDATA
dilakukan setelah terlebih dahulu dilakukan editing data, mengorganisir data sesuai
63
Analysis), yaitu menguraikan jawaban-jawaban berdasarkan fakta-fakta yang ada
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan data
dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas,
sehingga datanya telah jenuh. Aktivitas dalam analisis data yaitu data reduction,
Reduksi data adalah merangkum semua data yang telah diperoleh, memilih hal-
hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan
polanya (Sugiono, 2012). Dengan demikian data yang telah direduksi akan
Dalam penelitian kualitatif penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian
64
sejenisnya (Sugiono, 2012).
awal yang dikemukakan bersifat sementara dan akan berubah bila tidak
data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal
didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke
65
DAFTAR PUSTAKA
66
Lapau, B. (2012). Metode Penelitian Kesehatan: Metode Ilmiah Penulisan Skripsi,
Tesis, dan Disertasi. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Muliku, H. R. (2016). Analisis Pengembangan Kawasan Tanpa Rokok di Rumah
Sakit Tingkat III Robert Wolter Mongisidi Manado. Jurnal Kesehatan.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2003 Tentang
Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan (2003).
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
(2009).
Rifqi, A. I. (2017). Implementasi Peraturan Daerah Kota Makassar No. 4 Tahun 2013
Tentang Kawasan Tanpa Rokok Di Universitas Hasanuddin. Jurnal Kesmas.
Saryono, & Anggraeni, M. D. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif Dalam
Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Satrianegara, M. F. (2014). Organisasi dan Manajemen Pelayanan Kesehatan.
Jagakarsa, Jakarta Selatan: Salemba Medika.
Siregar, C. J. P. (2004). Farmasi Rumah Sakit : Teori & Penerapan. Jakarta: EGC.
Siswadi, E. (2012). Birokrasi Masa Depan : Menuju Tata KelolaPemerintahan yang
Epektif dan Prima. Bandung: MutiaraPress.
Soenarko. (2005). Public Policy: Pengertian Pokok Untuk Memahami dan Analisa
kebijaksanaan Pemerintah. Surabaya: Airlangga University Press.
Sugiono. (2012). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Sugiono.
(2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.Bandung:
Alfabeta.
Suharto, E. (2015). Analisis Kebijakan Publik : Panduan Praktis Mengkaji
Masalah Dan Kebijakan Sosial. Bandung: Alfabeta.
Sulila, I. (2015). Implementasi Dimensi Pelayanan Publik Dalam Konteks Otonomi
Daerah. Yogyakarta: Deepublish.
Swarjana, I. K. (2016). Statistik Kesehatan. Yogyakarta: C.V Andi Offset.
Tiro, M. A. (2009). Penelitian: Skripsi, Tesis, dan Disertasi. Makassar: Andira
Publisher.
Wahab, S. A. (2002). Analsis Kebijaksanaan : Dari Formulasi Ke Implementasi
Kebijaksanaan Negara. Jakarta: BumiAksara.
Peraturan Daerah Kota Makassar No. 4 Tahun 2013 Tentang Kawasan Tanpa
Rokok(2013).
Zulaeha. (2015). Implementasi Kebijakan Pemerintah Tentang Penetapan Kawasan
Tanpa Rokok, Studi Pada Rumah Sakit Umum Daerah Undata Propinsi
Sulawesi Tengah. Jurnal Kesehatan.
67