Anda di halaman 1dari 9

JURNAL SEHAT MASADA Volume XI Nomor 1.

Januari 2017 ISSN: 1979-2344

PENERAPAN KAWASAN TANPA ROKOK (KTR)


DI KOTA BANDUNG TAHUN 2016

Ejeb Ruhyat 1), Etna Fatmini2), Panji Aldino3)


1) 3)
Prodi S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat, 2) Dinas Kesehatan Kota Bandung
Email : eruhyat@yahoo.com

ABSTRAK

Pendahuluan: Indonesia menduduki peringkat ke-3 sebagai jumlah perokok terbesar


didunia. Berdasarkan laporan Riskesdas tahun 2013 perilaku merokok penduduk Indonesia
yang berusia 15 tahun keatas cenderung meningkat dari 34,2% menjadi 36,3%. Pemerintah
berupaya menanggulangi dampak bahaya rokok diantaranya dengan menetapkan KTR
(Kawasan Tanpa Rokok). Dinkes Kota Bandung melalui Seksi Promkes melakukan pelatihan
Satgas KTR di 30 SMP dan 20 SMA di Kota Bandung. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui penerapan KTR di SMP dan SMA yang telah dilatih sebagai Satgas KTR di Kota
Bandung.
Metode: Penelitian ini menggunakan metode kualitatif fenomenologi dengan jumlah
informan sebanyak 8 orang terdiri atas kepala sekolah, guru, Satgas KTR dan perwakilan
siswa dari SMPN 4 dan SMAN 24 Bandung. Pengumpulan data dikumpulkan melalui teknik
wawancara dan observasi.
Hasil: Hasil penelitian ini yaitu dukungan terhadap program KTR serta kaderisasi
didapatkan dari semua pihak sekolah dan sektor terkait. Sosialisasi program dilakukan melalui
madding, penempelan rambu larangan merokok, kampanye dan sosialisasi saat upacara
bendera. Sehingga tidak ada lagi orang yang merokok di lingkungan sekolah, namun
pelaksanaan program KTR dirasa masih naik turun serta sanksi yang di berikan belum terlihat
jelas bahkan pada salah satu sekolah masih sulit menemukan rambu larangan yang
dikarenakan kurangnya pemantauan dari berbagai pihak terkait serta tidak adanya dana
khusus dan Fasilitas yang sediakan oleh sekolah.
Kesimpulan dan Saran: Adapun saran yang di berikan yaitu diharapkan pihak
puskesmas dapat lebih intens dalam pemantauan program KTR, pihak sekolah diharapkan
dapat mengalokasikan anggaran khusus serta fasilitas untuk program KTR, Satgas KTR
diharapkan dapat memanfaatkan fasilitas serta lebih aktif lagi dalam menjalankan tugas.

Kata Kunci : Penerapan, Penerapan Kawasan Tanpa Rokok

Pendahuluan dibakar dan dihisap dan/atau dihirup


Kebiasaan Merokok adalah suatu hal asapnya, termasuk rokok kretek, rokok putih,
yang tidak asing lagi di telinga kita. Hampir cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan
semua orang mengetahui bahaya dari dari tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana
merokok, tapi belum mengerti bagaimana Rustica, dan spesies lainnya atau sintetisnya
dampak dari seorang perokok aktif dan yang asapnya mengandung nikotin dan tar,
perokok pasif. Rokok adalah salah satu dengan atau tanpa bahan tambahan (PP RI
produk tembakau yang dimaksudkan untuk No. 109 Tahun 2012).

Jurnal Penelitian Kesehatan STIKes Dharma Husada Bandung 64


JURNAL SEHAT MASADA Volume XI Nomor 1. Januari 2017 ISSN: 1979-2344

Menurut laporan World Health tertinggi di Bangka Belitung (18,3 batang).


Organization (WHO), Indonesia menduduki Proporsi rumah tangga Indonesia yang
peringkat ke- 3 sebagai jumlah perokok memenuhi kriteria perilaku hidup bersih dan
terbesar di dunia yakni sekitar 65 juta orang sehat yang baik mengalami penurunan dari
dengan jumlah perokok terbanyak setelah 38,7% pada tahun 2007 menjadi 32,9% di
China dan India yang mengkonsumsi tahun 2013.
tembakau. Angka ini akan terus meningkat Kebijakan pengendalian tembakau di
jika pemerintah tidak mengatur perilaku Indonesia masih menimbulkan perdebatan
merokok dan industri rokok serta tidak yang panjang, mulai dari hak asasi seseorang
menerapkan larangan iklan rokok (WHO, perokok. Tobacco Control Support Center
2008). (TCSC) Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat
Pada negara-negara sedang berkembang Indonesia (TCSC-IAKMI) bekerja sama
rokok telah menjadi faktor risiko utama pada dengan Southeast Asia Tobacco Control
6 dari 8 penyebab kematian di dunia yang Aliance (SEATCA) dan WHO melaporkan
mengancam milyaran laki-laki, wanita dan empat alternatif kebijakan yang terbaik untuk
anak-anak dalam abad ini. Faktor risiko pengendalian tembakau, yaitu: 1) menaikkan
utama terjadinya berbagai penyakit tidak pajak (65% dari harga eceran), 2) melarang
menular seperti kardiovaskuler, stroke, semua bentuk iklan rokok, 3)
penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), mengimplementasikan 100% Kawasan Tanpa
kanker paru, kanker mulut, dan kelainan Rokok (KTR) ditempat umum, tempat kerja,
kehamilan. Penyakit-penyakit tidak menular tempat pendidikan, dan 4) memperbesar
tersebut saat ini merupakan penyebab peringatan merokok dan menambahkan
kematian utama di dunia, termasuk di negara gambar akibat merokok pada bungkus rokok
kita Indonesia. Sekitar 80% kematian terkait (TCSC,2013).
rokok terjadi di Negara-negara sedang Regulasi tembakau di Indonesia diatur
berkembang. Di Indonesia, merokok oleh Peraturan Pemerintah (PP 19/2003) dan
meningkatkan resiko kematian 1,3- 8,2 kali Undang-Undang Republik Indonesia No.
diantara penderita penyakit kronik. Merokok 36/2009 tentang Kesehatan. Pada tahun 2007
juga dapat menimbulkan dampak negatif bagi Pemerintah Indonesia memperkenalkan
orang yang berbeda di sekeliling perokok. Roadmap Industri Tembakau. Roadmap
Risiko yang akan ditanggung perokok pasif mempertimbangkan tiga prioritas utama bagi
lebih berbahaya dari pada perokok aktif sektor tembakau di Indonesia ketenaga
karena daya tahan terhadap zat-zat yang kerjaan, pendapatan Negara dan kesehatan
berbahaya sangat rendah (WHO, 2008). masyarakat dan menetapkan batas-batas
Berdasarkan laporan Riset Kesehatan waktu regulasi dari tahun 2007-2020. (TCSC,
Dasar (Riskesdas) tahun 2013 perilaku 2013).
merokok penduduk Indonesia yang berusia Pemerintah berupaya untuk merumuskan
15 tahun keatas masih belum terjadi berbagai regulasi dan kebijakan yang dapat
penurunan dari 2007 ke 2013, bahkan diimplementasikan dalam menanggulangi
cenderung meningkat dari 34,2% tahun 2007 dampak bahaya rokok tersebut diantaranya
menjadi 36,3% tahun 2013. Ditemukan 1,4 melalui Undang-Undang Republik Indonesia
persen perokok umur 10-14 tahun, 9,9% Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan.
perokok pada kelompok tidak bekerja, dan Berdasarkan berbagai kebijakan tersebut,
32,3% pada kelompok kuintil indeks salah satu kebijakan yang wajib
kepemilikan terendah. Sedangkan rerata diimplementasikan oleh seluruh daerah di
jumlah batang rokok yang dihisap adalah Indonesia adalah menetapkan KTR yang
sekitar 12,3 batang, bervariasi dari yang dapat dimulai dari institusi kesehatan,
terendah 10 batang di Yogyakarta dan

Jurnal Penelitian Kesehatan STIKes Dharma Husada Bandung 65


JURNAL SEHAT MASADA Volume XI Nomor 1. Januari 2017 ISSN: 1979-2344

pendidikan dan tempat-tempat umum lainnya Ternyata definisi ini hanya mempersoalkan
(Kemenkes RI, 2009). satu metode yaitu wawancara terbuka,
Hal ini sesuai dengan Undang-Undang sedang yang penting dari definisi ini
RI No.36 tahun 2009 tentang kesehatan pasal mempersoalkan apa yang diteliti yaitu upaya
115 ayat (1) yang menyatakan bahwa KTR memahami sikap, pandangan, perasaan dan
antara lain :Fasilitas pelayanan kesehatan; perilaku baik individu maupun sekelompok
Tempat proses belajar mengajar; Tempat orang.
anak bermain; Tempat ibadah; Angkutan Peneliti memilih metode kualitatif di
umum; Tempat kerja; dan Tempat umum dan karenakan masalah belum diketahuinya hasil
tempat lain yang di tetapkan. dari penerapan KTR di SMP dan SMA,
Ayat 2 yang menyatakan “Pemerintah untuk memastikan kebenaran data sehingga
daerah wajib menetapkan kawasan tanpa dengan metode penelitian kualitatif lebih bisa
rokok didaerah- nya”. Kawasan tanpa rokok menggali informasi secara mendalam dan
adalah ruangan atau area yang dinyatakan rinci tentang apa yang diinginkan oleh
dilarang untuk merokok atau kegiatan peneliti. Metode penelitian kualitatif untuk
memproduksi, menjual, mengiklankan, dan meneliti topik tentang penerapan kawasan
atau mempromosikan produk tembakau. tanpa rokok pada SMPN 4 dan SMAN 24
KTR yang dimaksud antara lain fasilitas Kota Bandung.
pelayanan kesehatan, tempat proses belajar
mengajar, tempat anak bermain, tempat Hasil Penelitian
ibadah, angkutan umum, tempat kerja, dan Pembahasan ini merupakan hasil
tempat umum serta tempat lain yang penelitian yang didapatkan oleh peneliti
ditetapkan(Kemenkes RI, 2009). selama observasi di lapangan dan hal ini
Sesuai dengan Undang-Undang RI disesuaikan dengan teori yang digunakan
No.36 tahun 2009 tentang kesehatan pasal oleh peneliti.
115 ayat (1). Dinas Kesehatan Kota Bandung
melalui Seksi Promosi Kesehatan telah Input
melakukan program pelatihan Satgas KTR di Berdasarkan hasil wawancara dengan
SMP dan SMA di Kota Bandung yang telah informan terkait input kawasan tanpa rokok
di lakukan selama 2 tahun yaitu tahun 2012 di lingkungan sekolah, adalah sebagai
melatih 10 sekolah yang terdiri dari 10 SMP berikut:
dan pada tahun 2013 melatih 40 sekolah yang ” ayo keseminar.. itu suka diadain
terdiri dari 20 SMP dan 20 SMA. Adapun diatas di lab fisika kataya ayo ikutan
yang dilatih sebagai Satgas KTR adalah 8 terus ada 2 orang dari kelas yang ikutan
orang siswa san 2 orang guru (guru UKS dan jadi Satgas KTR” (1B)
BP). “mereka diminta 40 kalo ga salah da di
Tujuan penelitian ini adalah untuk beri seragam dan di beri pelatihannya
mengetahui penerapan Kawasan Tanpa langsung waktu itu di SMP 4 kalo ga
Rokok (KTR) di Kota Bandung. salah. di gabung dengan yang lain…
nah terus mereka udah di latih terus
Metode sudah di beri tugas, jadi mereka itu
Jenis penelitian yang di gunakan adalah sebagai Satgas itu ya” (3A)
penelitian kualitatif. Menurut lexy J. “tiap kelas ada perwakilannya, jadi
Moleong (2012) bahwa penelitian kualitatif disini ada 50 orang KTR. Iya, heuh itu
merupakan penelitian yang memanfaatkan perwakilan dari tiap kelas, jadi euh
wawancara terbuka untuk menelaah dan apanamanya mereka jadi Satgas KTR
memahami sikap, pandangan, perasaan, dan yang 50- orang itu terus kita juga
perilaku individu atau sekelompok orang. melibatkan guru juga Satpam yah

Jurnal Penelitian Kesehatan STIKes Dharma Husada Bandung 66


JURNAL SEHAT MASADA Volume XI Nomor 1. Januari 2017 ISSN: 1979-2344

semuah terlibat selain siswa semuah ikut di sisihkan untuk kegiatan lomba yang di
semua terlibat dalam program KTR” dapatkan dari iuran OSIS. Dan untuk
(3B) kegiatan yang bersifat keluar kota dan lomba
Dari informasi tersebut peneliti PMR itu merupakan tanggung jawab dari
menyimpulkan bahwa menurut informan (1B) pihak sekolah dikarenakan kegiatan yang
bahwa pada kegiatan KTR ada kegiatan bersifat besar dan menyangkut semua aspek
seminar yang di adakan di ruang fisika yang seperti lomba KKR (kelompok Kesehatan
di hadiri oleh perwakilan kelas sebanyak 2 Remaja) yang di dalamnya terdapat KTR.
siswa yang terdaftar sebagai Satgas KTR, Fasilitas yang sekolah sediakan untuk
serta menurut informan (3A) perwakilan kegiatan KTR adalah sebagai berikut:
sebanyak 40 siswa dari SMP 4 yang setelah ” Belum ada fasilitas, masih setengah
dilatih sebagai Satgas KTR lalu di berikan jangankan di sekolah yah di Kota
tugas untuk melaksanakan tugasnya, dan Bandung saja masih setengah hati, ini
menurut informan (3B) terdapatnya kenyataan bukan idealism kalau
perwakilan kelas yang berjumlah 50 siswa idealisme yah bisa saja ngomong tuh
yang bertugas sebagai Satgas KTR tidak harus… ini kan kenyataan, seperti
hanya siswa tetapi guru dan Satpam juga kemarin kan yang merokok di tempat
ikut andil dalam mengawasi lingkungan umum akan di denda, tapikan sampai
sekolah sebagai Satgas KTR. saat ini tidak ada jadi masih setengah
Selanjutnya untuk dana yang di hati, kalau menurut saat di Kota
keluarkan oleh sekolah adalah sebagai Bandung harus membebaskan minimal
berikut: seperti di Singapore ada di tempat-
“selama ini tidak ada dana khusus” tempat tertentu tidak bisa sambil jalan-
(4A) jalan.” (4A)
“untuk dana khusus tidak ada hanya “Fasilitas yang di berikan oleh kami
kita sisihkan dari OSIS karena OSIS dan ada ruang PMR ruang KTR, KKR itu
PMR itu dan PMR itu kan eskul di kita bersatu aja dulu di UKS yah di usaha
dan itu bagian kalau ada kegiatan untuk kesehatan sekolah nah di sana PMR
lomba apah itu tetep biayanya dari OSIS yang terpisah karena itu eskul, jadi yang
karena yang ada itu iuran OSIS dan sakit bagaimanapun juga kita tanya
kemudian sekolah juga bantuan kalau “kamu sakit apa? Nah ngarokonya?”
sidfatnya lomba keluar kota, nah itu nah itu kan kalau dia sakitnya dari
kalau KTR khusus itu tidak ada nah merokok akhirnya kita kasih nasihat
kemarin itu kan di PMR nah itu saja terus “kamu pura pura buta kan
tanggung jawab sekolah karena itukan disana juga disebutkan merokok dapat
menyangkut semua aspek bukan hanya mengakibatkan kok ga di baca?”,”tapi
KTR saja karena tidak ada lomba KTR kan pak itu membunuhmu bukan
khusus tetapi lomba sekolah sehat yang membunuhku!” jadi anak teh ada weh
di dalamnya ada KKR dan KTR”.(4B) yang becanda tapi kan bapak ge ehh
Dari informasi tersebut peneliti heeuh oge.”(4B)
menyimpulkan bahwa terdapat kesamaan Berdasarkan informasi yang di dapat
antara informan (4A) dan (4B) yaitu tidak dari kedua informan terdapat perbedaan
terdapatnya dana khusus yang sekolah informan (4A) sekolah belum memberikan
keluarkan untuk kegiatan KTR namun pada fasilitas kepada Satgas KTR dikarenakan
informan (4B) menyatakan meski tidak menurut informan tersebut kebijakan di Kota
adanya dana khusus yag sekolah keluarkan Bandung juga masih setengah-setengah
untuk kegiatan KTR namun program tetap belum ada penegakan sanksi yang tegas.
mendapatkan dana dari OSIS dan PMR yang Sedangkan menurut informan (4B) fasilitas

Jurnal Penelitian Kesehatan STIKes Dharma Husada Bandung 67


JURNAL SEHAT MASADA Volume XI Nomor 1. Januari 2017 ISSN: 1979-2344

yang sekolah beri untuk Satgas KTR berupa kurang tau, seperti ini kan sekolah sehat
ruangan meski masih bergabung dengan kan jaraknya sampai 300 meter dari
KKR di ruangan UKS. sekolah sudah tidak mungkin atuh orang
Selanjutnya kegiatan KTR mendapat depan aja pasar” (4A)
dukungan dari berbagai pihak seperti yang di “program KTR yang kemarin sudah
dapatkan dari informan yang di wawancarai berjalan yang tadi dengan sosialisasi
sebagai berikut: melalui selogan-selogan juga tetap kita
“dukungan dari sekolah sekolah mengkapanyekan anak-anak yang masuk
ngedukung banget ya sekolah buat Satgas KTR itu sambil keliling-keliling
program KTR ini jadi ehh guru-gurunya tiap kelas atau ke kantin nah biasanya
ngedukung kepala sekolahnya itu kan merokok di kantin saat orang-
ngedukung kita juga siswa siswa dan orang belajar dia pura-pura ijun ke
ligkungan ngedukung gitu.” (2A) belakang di kantin makan, ngarokok…
“untuk akhir akhir kelas 2 kelas 3 ini namanya juga anak da sedangkan kita
tapi sekolah cukup mendukung salah kan kalau sedang jam-jam belajar kan
satunya kan waktu seminar di bolehkan di kelas fokus ngajar, paling Satpam
dispen kan salah satunya itu….” (2B) suka laporan.” (4B)
“yahh bukan mendukung, akhirnya “penempelan spanduk, terus kalo
harus dan sekarang kelihatannya misalkan ada kegiatan, misalnya
perokok perokok di sekolah sudah di penerima tamu mereka itu sudah punya
persempit ruang geraknya semakin sulit seragamnya, melalui KKR melalui PMR
memang harus siap bukan mendukung itu suka di tayangkan video dari cd yang
lagi tapi harus siap.” (4A) khusus dari dinas kesehatan… ya mudah
“iya kami sangat mendukung karena ini mudahan sih melekat gitu” (3A)
juga dalam rangka menciptakan “pelaksanaan KTR euhh untuk siswanya
Bandung sehat, Bandung masagi kita sudah, Alhamdulillah tidak ada
kesininya itu karena bandung sudah yang merokok disini kemudian tidak ada
menjadi kota metropolitan” (4B) tidak diperbolehkan untuk merokok
Berdasarkan informasi yang tersebut dilingkungan sekolah, adapun misalnya
dukungan yang didapatkan untuk program kalau itu ada tamu atau apa nah kita
KTR oleh pihak sekolah sangat baik, juga melarang untuk merokok dan
dukungan ini dinilai menjadi suatu keharusan misalkan di Satpam itu sampai situ dan
bagi pihak sekolah karena dukungan terhadap kedalam lingkungan sekolah tidak ada
program KTR diharapkan dapat mendukung lagi yang merokok” (3B)
program pemerintah seperti Bandung sehat, “jadi biasanya kegiatannya itu
Bandung Masagi. ngawasin orang-orang yang lagi
1. Proses ngerokok terus suka ngasih tau ke orang
Berdasarkan informasi yang didapat itu bahwa di sekolah ini ga boleh
oleh Peneliti terkait proses kawasan tanpa merokok karena di sekolah ini udah
rokok di lingkungan sekolah masuk ke kawasan tanpa rokok.” (2A)
“yah di antaranya kalo saya selama ini “kegiatannya itu … yah
begitu aja yah kalau ke anak mah mengkampanyekan terus mengingatkan
sebenernya sudah jelas dalam aturan juga terus mengedukasi juga seperti apa
tata tertib sudah jelas, dari guru juga rokok itu kan emmm… banyak di
hanya bersifat himbauan atau Indonesia itu masih awam seperti rokok
menyarankan untuk tidak merokok di itu kategorinya gitu terus yang bahan-
lingkungan sekolah, cuman pengertian bahannya apa saja kadang orang itu
lingkungan sekolah itu berapa meter meng edukasi.” (2B)

Jurnal Penelitian Kesehatan STIKes Dharma Husada Bandung 68


JURNAL SEHAT MASADA Volume XI Nomor 1. Januari 2017 ISSN: 1979-2344

“iya jadi kalau ada yang keliling kaya didapatkan dari Dinas Kesehatan melalui
yang mantau gitu kak terus tiap upacara PMR dan KKR dengan harapan melalui
suka ada yang jaga di belakang terus video terseput dapat melekat kepada
dulu pernah dulu di kenalin pas upacara siswa.
tapi ga tau KTR gatau KKR.” (1A) Menurut informan (3B) pelaksanaan
“udah lama juga yah, waktu kelas 10 ya KTR untuk siswa sudah tidak ada yang
jadi paling itu aja paling ada seminar merokok di lingkungan sekolah serta
ada beberapa orang juga(petugas) itu larangan merokok untuk tamu yang
yang paling tahu mah bikin mading itu datang ke lingkungan sekolah biasanya
tentang bahaya merokok. Itu, ya mereka batas untuk merokok itu sampai Satpam
ngasih taunya lewat madding” (1B) gerbang saja untuk kedalam sekolah sudah
Dari informasi tersebut peneliti tidak ada lagi yang merokok.
menyimpulkan bahwa menurut informan Menurut informan (2A) kegiatan
(4A) untuk aturan kepada siswa tentang KTR itu mengawasi orang-orang yang
larangan merokok sudah jelas terdapat sedang merokok dan memberikan
dalam tata tertib sekolah sedangkan untuk informasi kepada perokok bahwa di
guru hanya bersifat himbauan atau sekolah tersebut tidak boleh ada yang
menyarankan untuk tidak merokok di merokok karena sudah masuk kedalam
lingkungan sekolah, namun informan KTR.
sendiri tidak tahu pengertian cakupan Menurut informan (2B) kegiatan
lingkungan sekolah itu berapa meter, KTR di sekolah seperti kampanye,
karena dalam aturan sekolah sehat yang di mengingatkan serta memberikan edukasi
maksud cakupan lingkungan sekolah itu seperti apa itu rokok, karena di Indonesia
adalah sampai 300 meter dari sekolah itu masih awam tentang kategori,
sehingga tidak mungkin karena depan kandungan, dan bahan bahan rokok
sekolah tersebut pasar. sehingga diadakan kegiatan edukasi.
Menurut informan (4B) program Menurut informan (1A) kegiatan
program KTR sudah berjalan seperti KTR di sekolah tersebut yaitu kegiatan
sosialisasi melalui selogan-selogan dan pemantauan keliling sekolah serta
kampanye keliling kelas dan kantin menjaga kegiatan upacara, dan dahulu
mengenai KTR oleh Satgas KTR, karena pernah di kenalkan ketika upacara tapi
biasanya ada siswa yang merokok di tidak tahu KTR atau KKR.
kantin ketika kegiatan pembelajaran Menurut informan (1B) kegiatan
sedang berlangsung dengan alasan ijin ke KTR sudah lama ketika informan kelas 10
toilet sedangkan guru dan Satgas tidak kegiatan tesebut seminar dan yang paling
dapat mengawasi lingkungan sekolah informan ingat itu kegiatan membuat
karena guru sedang fokus mengajar, tetapi madding tentang bahaya merokok.
ada Satpam yang laporan kepada pembina 2. Output
Satgas jika ada siswa yang merokok Berdasarkan hasil wawancara dengan
ketika kegiatan pembelajaran sedang informan terkait output kawasan tanpa
berlangsung. rokok di lingkungan sekolah, adalah
Menurut informan (3A) kegiatan sebagai berikut:
KTR yang berlangsung seperti “Iya jelas KTR ini harusnya yah
penempelan spanduk, dan jika ada semua warga sekolah, Guru, kemudian
kegiatan penerimaan tamu Satgas sudah Kepala Sekolah, penjaga termasuk siswa
memiliki seragam khusus untuk di cuman yah kalo di sekolah sekolah
gunakan. Dan program lainnya yaitu
menurun lah kalau di bandingkan dulu,
penayangan video tentang rokok yang

Jurnal Penelitian Kesehatan STIKes Dharma Husada Bandung 69


JURNAL SEHAT MASADA Volume XI Nomor 1. Januari 2017 ISSN: 1979-2344

5 tahun 10 tahun yang lalu masih ada KTR menjadi salahsatu indikator
Guru yang merokok.” (4A) penilaian.
“nak kebetulan karena kita yah itu
tadi kita ikut lomba sekolah sehat 3. Outcome
Berdasarkan hasil wawancara dengan
makanya salah satunya indikator
informan terkait output kawasan tanpa
sekolah sehat itu harus di jadikan
rokok di lingkungan sekolah, adalah
sekolah kawasan tanpa rokok, bebas
dari asap rokok, nah itu salah satu sebagai berikut:
bagian yang emmmm.” (4B) ” terus terang saja lingkungan bersih
dan udara menjadi segar. Kan kalau ada
” tahun 2015 itu boomingnya 2016
yang merokok mah pasti ada calacah dan
mah rada tidak ada lagi pelatihan, pas
puntung di mana mana, kalaupun ada
2015 ibu ingat sampai ada deklarasi,
pemasangan spanduk langsung di beri yang merokok kan paling malam hari, kan
suka ada yang memanfaat kan peraturan,
dari dinkes.” (3A)
penjaga itu memanfaatkannya gini
“kalau ga salah itu pas aku kelas 8 “dilarang merokok di sekolah” kan
tahun 2014” (2A) mereka kalo sekolah itu tempat belajarnya
“2014 untuk angkatan saya cuman sekolah kalo ga ada yang belajar bukan
untuk angkatan sebelumnya itu kurang sekolah kalau ga ada mah yah cuman
tahu soalnya waktu angkatan…. Maaf bangunan saja, jadi mereka beranggapan
maksudnya 2014 itu sudah di bentuk, tidak boleh merokok itu kalau ada anak
udah seperti ini di bentuk.” (2B) kalu malam mah merokok sambil kerja itu
kenyataannya seperti itu.”(4A)
“wahhhh udah lama kayanya kak
kalau ga salah mah pas aku kelas itu “iya manfaat sekolah menerapkan
tahun 2015.” (1A) KTR yah pertama kita dalam rangka
menjunjung program pemerintah untuk
“waktu aku kelas 10 deh soalnya sekolah sehat bisa tercapai karena
udah lama banget dengernya, 2014 tapi semakin menurunnya anak anak yang
itukan pas baru masuk, nah waktu udah terlibat merokok di sekolah yah dalam
semester 2 juga masih kadang suka artian dengan adanya teguran dengan
denger-denger.” (1B) adanya sosialisai dari masing-masing
Berdasarkan informasi tersebut temannya walikelas juga selalu
peneliti menyimpulkan bahwa Penerapan mengingatkan saya juga dalam upacara
KTR menurut informan (2A, 2B, 1B) selalu mengingatkan akhirnya munsecara
berpendapat bahwa penerapan KTR itu grafikmah menurun dan tidak naik, yah
pada tahun 2014, sedangkan menurut manfaat lainya sekolah sehat terwujud,
informan (3A, 1A) penerapan KTR itu konsep kawasan wiyata mandaka juga
pada tahun 2015. Dan pelaksanaan KTR terwujud kalaupun kita nanti ada lomba-
menurut informan (4A) itu seharusnya lomba dengan sekolah hijau makanya tiap
seluruh warga sekolah melaksanakan sekolah sekarang makanya ada taman.”
sehingga terdapat penurunan dari 5 (4B)
sampai 10 tahun kebelakang bahwa di ” lingkungan sekolah sebelum ada
sekolah guru tidak ada lagi yang merokok. KTR itu kadang suka menemukan di pot-
Sedangkan menurut informan (4B) pot putung,asbak kita tidak menyediakan,
penerapan KTR itu sejalan dengan di pot, disini juga meja kalo ada pot ada
program lomba sekolah sehat yang mana aja yah” (3A)
dalam lomba sekolah sehat ini program

Jurnal Penelitian Kesehatan STIKes Dharma Husada Bandung 70


JURNAL SEHAT MASADA Volume XI Nomor 1. Januari 2017 ISSN: 1979-2344

“tidak keliatan polusi. sekolah juga buat lingkungan sekolah sama tetem yang
masuk adiwiyata, kemarin siswa SMP 4 ada di sekolah.” (1A)
KKR nya itu mewakili tingkat kecamatan
“kalau menurut aku, iyah emmhh
batu nunggal juara masuk 3 besar tahun jadi, kalau dulu kan di daerah-daerah sini
2015 tahun 2016 juga masuk 10 besar
apalagi di kantin kurang adanya menu-
kota bandung biasanya satu kecamatan
menu makanan sama nilai-nilai gizinya
satu sekolah.” (3A)
gitu terus kalau setau aku setelah ada itu
“kalau manfaatnya sih banyak, kalau jadi ada. Tapi gak tau berhubungan apa
misalnya anaknya tidak merokok mereka nggak, terus ada tulisan juga dilarang
jadi sehat, dalam belajar juga mereka merokok, karena sebelumnya belum ada
lebih focus, lebih konsentrasi, dan kayak gitu. Aku tapi kalau dari awal disini
lingkungan kesehtan mereka lebih memang gak pernah liat ada yang
segalanya jadi lebih baik kemudian tidak merokok siswa.” (1B)
meruksak lingkungan terus jadi tidak
“bagus banget, maksudnya kan
memikirkan hal-hal yang negative salah
minimal disekolah dulu deh, jangan ada
satunya itu. Kemudian dari merokok bisa kan, gak tau yah orang di luar, karena
jadi ken ke narkoba berkembang ke situ,
saya sama temen-temen yang lain juga
jadi pertama sih dari kesehtannya sendiri suka alergi sama asap rokok, ya minimal
dan lingkungannya yang paling penting
di sekolah dulu deh. Sukur-sukur di luar
itu.” (3B) juga nggak!” (1B)
“sekolah kita itu jadi sekolah yang Berdasarkan informasi tersebut
lebih baik dari sebelumnya mungkin
peneliti menyimpulkan bahwa Banyak
sebelunya masih ada yang pada merokok
Manfaat sekolah menerapkan program
terus dengan adanya KTR ini euh.. KTR agar perokok sadar bahaya merokok
udaranya jadi lebih segar gitu terus pada
itu seperti apa sehingga dengan tidak
sehat gitu ka kan ga enak juga masa buat adanya kegiatan merokok udara dan
dirinya sendiri ga ada gunannya apalagi
lingkungan menjadi bersih dan segar,
buat orang lain.” (2A) dengan demikian kegiatan belajar
“Nah itu sangat penting sekali mengajar akan lebih focus dan lebih
diadakan KTR khususnya agar orang itu konsentrasi. Manfaat lainnya program
sadar lah bahaya rokok itu, mereka sadar KTR ini mendukung program pemerintah
misalkan kita tidak bisa menghentikan untuk sekolah sehat Karena semakin
rokok mereka yang sudah terlanjur akut menurunnya anak-anak yang terlibat
secara langsung sekaligus gitu… bisa saja merokok di sekolah
dia berfikir setidaknya berfikir lagi untuk
merokok ohhh rokok itu seperti ini lebih Simpulan
banyak mudorotnya dari pada Faktor strategi dukungan sosial yang
manfaatnya, jadi KTR itu sangat penting berhubungan dengan cakupan dana sehat
yang terutama untuk rokok yang marak.” adalah status social, peran, dan kegiatan.
(2B) Faktor yang tidak berhubungan dengan
“wah bagus sih kak jadi ga ada yang cakupan dana sehat adalah umur, pendidikan,
ngerokok di sekolah, jadi seger gitu pengetahuan, dan sikap. Faktor peran yang
ditambah banyak pohon pohon di sekolah berhubungan dengan cakupan dana sehat
kalau bisa sih di aktifin lagi Satgas nya. dalam strategi advokasi adalah sebagai
fasilitator, sebagai katalistator, sebagai
jadi kalau ada yang ngerokokmah kan
biasanya ada polusi jadi ga baik juga penghubung lintas sektoral, dan sebagai
pembuat keputusan. Faktor kegiatan yang

Jurnal Penelitian Kesehatan STIKes Dharma Husada Bandung 71


JURNAL SEHAT MASADA Volume XI Nomor 1. Januari 2017 ISSN: 1979-2344

berhubungan dengan cakupan dana sehat Rokok. Pusat Promosi Kesehatan,


adalah memberikan pelatihan/seminar, Jakarta; 2010.
mensosialisaikan, mengadakan forum Moleong Lexy J. 2012. Metodologi
komunikasi, membuat dan melaksnakan Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja
rencana peraturan atau kebijakan, dan Rosda Karya
melakukan kerjasama lintas sektoral. Notoatmodjo, Soekidjo. Promosi
Kesehatandan Ilmu Perilaku, Jakarta:
Saran Rineka Cipta; 2007.
Diharapkan pihak Dinas Kesehatan Kota Prof. Dr. Sugiyono. Metode Penelitian
melalui puskesmas dapat lebih intens dalalam Kuantitatif Kualitatif dan R&D,
pemantauan program KTR sekolah. dan Bandung : Alfabeta Bandung; 2012.
melakukan lagi pelatihan Satgas KTR ke Purwo Setiyo Nugroho. Evaluasi
SMP dan SMA. Implementasi Kawasan Tanpa Rokok
Diharapkan pihak sekolah dapat (Ktr) Fakultas Ilmu Kesehatan
mengalokasikan anggaran khusus serta Universitas Muhammadiyah Surakarta.
fasilitas untuk program KTR, membuat Skripsi, Universitas Muhammadiyah
rambu larangan merokok sekaligus sanksi Surakarta, 2015.
yang diberikan bila kedapatan merokok di Reni Agustina. Evaluasi Pelaksanaan
kawasan KTR sekolah dalam bentuk media Program Penanggulangan Anemia Gizi
cetak ataupun media luar ruang ditempat Besi Pada Balita di Yayasan Balita
yang strategis dengan ukuran yang dapat Sehat Kecamatan Cilandak Jakarta
terlihat dari jarak jauh. Selatan. Skripsi, Universitas Indonesia,
2004.
Sukendro S. Filosofi Rokok. Yogyakarta:
Referensi Pinus Book; 2007.
Aditya Arif Wibawa. 2011. Intensi Merokok Sulaeman. Endang. Manajemen Kesehatan
Pada Remaja Awal Laki-laki. Skripsi, Teoridan Praktik di Puskesmas.
Fakultas Psikologi Universitas GadjahMada University Press.
Muhammadyah Malang. Yogyakarta; 2011
Azwar, Azrul. Pengantar Administrasi TCSC-IAKMI. Bunga Rampai Fakta
Kesehatan. Jakarta: Binarupa Aksara; Tembakau Permasalahannya di
1996. Indonesia 2009, Tobacco Control
Basyir UA. Mengapa Ragu Tinggalkan Support Center (TCSC) Ikatan Ahli
Rokok. Bandung: Pustaka At-Tazkia; Kesehatan Masyarakat Indonesia
2006. (IAKMI), Jakarta; 2013.
Departemen Kesehatan RI. 2003. Pedoman Tendra. S, Bahaya Dan Dampak Rokok
Pembinaan dan Pengembangan Usaha Menurut Para Ahli, Jakarta: PT Rineka
Kesehatan Sekolah, Jakarta Cipta Jakarta; 2003
Depkes RI. 2013. Hasil Riskesdas 2013 WHO. 2008. WHO report on the Global
Departeman Kesehatan Republik Tobacco Epidemic. WHO
Indonesia. www.depkes.go.id Diakses www.who.int Accessed: 29 January
: 29 Januari 2016 01:10. 2016 09:21.
Depkes RI. Undang-undang No. 36 Tahun Wijono.Djoko. Manajemen Mutu Pelayanan
2009 Tentang Kesehatan, Jakarta Kesehatan Teori, Strategidan Aplikasi.
Kementerian Kesehatan RI, Pedoman Airlangga University Press. Surabaya;
Pengembangan Kawasan Tanpa 1999.

Jurnal Penelitian Kesehatan STIKes Dharma Husada Bandung 72

Anda mungkin juga menyukai