Anda di halaman 1dari 4

LAPORAN INOVASI DAERAH

Pemerintah Daerah: Kabupaten Banjar


Nomor Registrasi: 63.03-6277-38634-2021

1. PROFIL INOVASI

1.1. Nama Inovasi


DUTA ANTI ROKOK

1.2. Dibuat Oleh


iga2020.kabupaten.banjar ( iga2020.kabupaten.banjar )

1.3. Tahapan Inovasi


Implementasi

1.4. Inisiator Inovasi Daerah


OPD

1.5. Jenis Inovasi


Non Digital

1.6. Bentuk Inovasi Daerah


Inovasi pelayanan publik

1.7. Urusan Inovasi Daerah


kesehatan

1.8. Rancang Bangun dan Pokok Perubahan Yang Dilakukan


Merokok merupakan salah satu kebiasaan buruk masyarakat, yang jumlah konsumennya terus mengalami
peningkatan setiap tahunnya. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2009, konsumsi rokok di dalam
masyarakat dewasa ini sudah sangat memprihatinkan. Sifat adiksi rokok membuat banyak orang sulit lepas dari
jeratannya. Meski miskin, pekerjaan tidak menentu, dan sadar ancaman penyakitnya, mereka tetap merokok. Tingkat
konsumsi rokok dikalangan masyarakat Indonesia cendrung meningkat,karna Indonesia berada diurutan ke 3 dari 10
besar negara pengkonsumsi rokok tertinggi di dunia setelah China dan India.

Hasil survey yang dilakukan Kementrian Kesehatan RI pada tahun 2013 di Indonesia mengukapkan bahwa
prevalensi perokok umur 15 tahun cendrung meningkat,36,3 persen dibanding tahun 2010. Global Youth Tubacco
Survey (GYTS) menyatakan bahwa Indonesia sebagai negara dengan angka perokok remaja tertinggi tahun 2014,
sebagian besar laki-laki ,pertama merokok pada usia 12-13 tahun dan untuk perempuan awal merokok usia 14-15
tahun. Data Kementrian Kesehatan menunjukan peningkatan prevalensi perokok dari 27% pada tahun
1995,meningkat menjadi 36,3% pada tahun 2014. Artinya, jika 20 tahun yang lalu dari setiap 3 orang Indonesia 1
orang diantaranya adalah perokok. Menurut data siswa di SMAN 1 GAMBUT terdapat perokok pasif sebesar
25%I(78orang) dan aktif sebesar 75%(234 orang).

Menyadari arti pentingnya perlindungan masyarakat terhadap bahaya rokok. Adanya mudlarat yang ditimbulkan
kebiasaan merokok ini juga mendapatkan perhatian dari organisasi Islam Indonesia, yaitu Muhammadiyah.
Berdasarkan Surat Fatwa Majelis Tarjih danTajdid PP Muhammadiyah/Surat Fatwa Haram No. 6/SM/MTT/III/2010
tentang Hukum Merokok menegaskan tentang haram merokok. Namun sayangnya, fatwa tersebut tidak mengikat
pada warganegara, karena tidak dijadikan acuan bagi kebijakan pemerintah (Iriani, 2016).

Di Indonesia, kewajiban pemerintah untuk memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat telah diatur dalam UU
Kesehatan No. 36 Tahun 2009, dimana pada pasal 115 mengamanahkan bagi pemerintah untuk menetapkan
kawasan tanpa rokok bagi kebutuhan kesehatan masyarakat, yang meliputi area-area sebagai berikut : fasilitas
pelayanan kesehatan, tempat proses belajar mengajar, tempat anak bermain, tempat ibadah, angkutan
umum,tempat kerja, dan tempat umum lainnya yang ditetapkan.
Tujuan umum dari kegiatan inovasi ini untuk melindungi kesehatan masyarakat baik secara langsung maupun tidak
langsung sedangkan tujuan khususnya adalah untuk mewujudkan kualitas udara yang bersih dan sehat serta
memberikan pengetahuan kepada siswa tentang bahaya rokok di SMAN 1 GAMBUT.

Duta rokok ini terbentuk dari siswa - siswi pilihan SMAN 1 GAMBUT terdiri dari 1 siswa laki-laki dan 1 siswa
perempuan. Duta Anti Rokok ini dibimbing oleh bagian promkes UPT.Puskesmas Gambut sebelum melakukan
penyuluhan di sekolah. Tugas Duta Anti Rokok ini adalah untuk menyadarkan betapa bahanya perokok aktif dan
perokok pasif, mereka bertugas untuk mensosialisasikan bahaya rokok kepada teman-teman mereka disekolah.

Mamfaat inovasi ini yaitu untuk mengendalikan perilaku merokok siswa, mencegah perokok pemula,memberikan
hak kepada orang yang tidak merokok untuk tidak terkena dampak racun rokok serta mecegah meningkatnya
penyakit yang disebakan oleh perokok aktif maupun perokok pasif di SMAN 1 GAMBUT.Inovasi Duta Anti Rokok ini
dikatakan berhasil apabila sudah terbentuknya duta anti rokok dan terlaksananya kegiatan sosialisasi bahaya
merokok oleh Duta Anti Rokok di SMAN 1 Gambut serta terjadinya pengurangan perokok aktif maupun pasif
disekolah tersebut.

Permasalahan saat ini Terdapat berbagai alasan yang menjadi faktor yang menyebabkan masyarakat memiliki
kebiasaan merokok. Menurut Lewin (Komasari & Helmi 2000), perilaku atau kebiasaan merokok yang terjadi dalam
kehidupan masyarakat, selain disebabkan karena adanya pengaruh faktor yang berasal dari dalam diri individu, juga
disebabkan faktor lingkungan. Secara individu, faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan merokok meliputi
gengsi, tingkat pendidikan, strata sosial. Sedangkan secara lingkungan, meliputi sosio-kultural seperti kebiasaan
budaya dan pergaulan (Smet, 1994).

Hasil survey yang dilakukan Kementerian Kesehatan RI pada tahun 2013 di Indonesia mengungkapkan bahwa
prevalensi perokok umur 15 tahun cenderung meningkat, yaitu 36,3 persen dibanding tahun 2010 (Lombok Post, 22
Maret 2016). Jumlah perokok di Indonesia sebanyak 56 juta orang. Global Youth Tubacco Survey (GYTS)
menyatakan bahwa Indonesia sebagai negara dengan angka perokok remaja tertinggi tahun 2014, sebagian besar
laki-laki, pertama merokok pada usia12-13 tahun dan untuk perempuan awa merokok usia14-15 tahun (WHO, 2014).
Data Kementerian Kesehatan menunjukkan peningkatan prevalensi perokok dari 27% pada tahun 1995, meningkat
menjadi 36,3% pada tahun 2014. Artinya, jika 20 tahun yang lalu dari setiap 3 orang Indonesia 1 orang diantaranya
adalah perokok, maka dewasa ini dari setiap 3 orang Indonesia 2 orang diantaranya adalah perokok.

Kebiasaan buruk merokok meningkat pada generasi muda. Data Kemenkes menunjukkan bahwa prevalensi remaja
usia 16-19 tahun yang merokok meningkat 3 kali lipat dari 7,1% ditahun 1995 menjadi 20,5% pada tahun 2014. Dan
yang lebih mengejutkan, adalah usia mulai merokok semakin muda (dini). Perokok pemula usia10 14 tahun
meningkat lebih dari 100% dalam kurun waktu kurang dari 20 tahun, yaitu dari 8,9% ditahun 1995 menjadi 18%
ditahun 2013.Tingkat konsumsi rokok dikalangan masyarakat Indonesia juga cenderung meningkat, bahkan berada
pada urutan ke-3 dari 10 besar negara pengkosumsi rokok di dunia setelah China dan India, dengan rasio dua dari
tiga pria Indonesia adalah perokok (Lombok Post, 22 Maret 2016). Sebagian besar masyarakat mulai merokok
antara umur 11 dan 13 tahun. Sedangkan usia terbanyak masyarakat Indonesia selaku konsumen rokok terdapat
pada kelompok umur produktif, yaitu antara 25 sampai 34 tahun sebesar 31,1% (Smet, 1994).Data rokok di
Indonesia 87% kematian pada kanker paru adalah akibat rokok, 82% kematian pada brokitis adalah akibat merokok
dan 1 dari 4 kematian karna serangan jatung di seluruh dunia akibat meroko. sebanyak 25% pelajar laki-laki merokok
dan rata-rata mereka menghisap sebanyak 24.3 batang rokok sehari. Sebanyak 71% remaja pernah mencoba
merokok dan dalam satu penelitian diketahui 85% perok adalah mereka yang berusia 19-22 tahun. Setiap hari lebih
50 remaja di bawah umur 18 tahun mulai mengisap rokok.

Menurut data siswa di SMAN 1 GAMBUT terdapat perokok pasif sebesar 25%I(78orang) dan aktif sebesar 75%(234
orang). Adanya mudlarat yang ditimbulkan kebiasaan merokok ini juga mendapatkan perhatian dari organisasi Islam
Indonesia, yaitu Muhammadiyah. Berdasarkan Surat Fatwa Majelis Tarjih danTajdid PP Muhammadiyah/Surat Fatwa
Haram No. 6/SM/MTT/III/2010 tentang Hukum Merokok menegaskan tentang haram merokok. Namun sayangnya,
fatwa tersebut tidak mengikat pada warganegara, karena tidak dijadikan acuan bagi kebijakan pemerintah (Iriani,
2016).Rokok itu haram nggak ada label halalnya,rokok itu racun nggak ada tanggal kadaluarsanya. Dan menghalkan
bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk (QS.Al.A-RAFF157). Barang siapa
yang menghirup racun hingga mati, maka dia akan menghirup racun itu selama-lamanya di neraka jahannam (HR
BUKHARI DAN MUSLIM)Berdasarkan hal tersebut kami ingin melakukan inovasi Duta Anti Rokok di lingkungan
SMAN 1 GAMBUT agar siswa-siswi dapat mengetahui bahaya dari rokok sehingga terjadinya pengurangan perokok
aktif maupun pasif disekolah serta dapat terciptanya kawasan tanpa asap rokok di SMAN 1 Gambut.

1.9. Tujuan Inovasi Daerah


Tujuan Umum
Untuk melindungi kesehatan masyaraka tsecara umum dari dampak buruk merokok baik secara langsung
maupun tidak langsung dan sebagai upaya pencegahan untuk perokok pemula.

Tujuan Khusus

Untuk mewujudkan kualitas udara yang sehat dan bersih di lingkungan sekolah SMAN 1 GAMBUT dan
memberikan pengetahuan kepada siswa / siswi tentang bahaya merokok

1.10. Manfaat Yang Diperoleh


Menambah pengetahuan siswa - siswi tentang bahaya merokok, mengendalikan perilaku meroko, mencegah
perokok pemula, menegakan etika merokok, memberikan hak kepada orang yang tidak merokok untuk tidak terkena
dampak racun rokok yang sangat banyak terkandung dalam asap rokok dan mencegah meningkatnya penyakit yang
disebabkan oleh perokok aktif maupun perokok pasif di SMAN 1 GAMBUT

1.11. Hasil Inovasi


Terbentuknya Duta Anti Rokok yang bertugas untuk mensosialisasikan bahaya merokok pada siswa - siswi di
SMAN 1 Gambut
Terjadinya pengurangan perokok pasif.
Terjadinya perubahan perilaku perokok aktif.
Terciptanya kualitas udara yang bersih di lingungan sekolah SMAN 1 GAMBUT.

1.12. Waktu Uji Coba Inovasi Daerah


15-03-2019

1.13. Waktu Implementasi


15-03-2019

1.14. Anggaran
https://res2.tuxedovation.com/2f1034806d3aa312a794e306afefc44a36f83b69.pdf

1.15. Profil Bisnis


https://res2.tuxedovation.com/39d1aea624b35992de0347cec9436456b9d5415f.pdf

1.16. Kematangan
67.00

2. INDIKATOR INOVASI

No. Indikator SPD Informasi Bukti Dukung


1. Regulasi Inovasi Daerah SK Kepala Perangkat Daerah INOVASI DUTA ANTI ROKOK
2. Ketersediaan SDM Terhadap 1-10 SDM INOVASI DUTA ANTI ROKOK
Inovasi Daerah
3. Dukungan Anggaran Anggaran tersedia pada kegiatan KEGIATAN GERMAS INOVASI
penerapan inovasi daerah DUTA ANTI ROKOK
4. Penggunaan IT - Tidak Tersedia
5. Bimtek Inovasi Dalam 2 tahun terakhir pernah 3 INOVASI DUTA ANTI ROKOK
kali atau lebih
6. Program dan kegiatan inovasi - Tidak Tersedia
Perangkat Daerah dalam RKPD
7. Jejaring Inovasi Inovasi melibatkan 1-2 Perangkat INOVASI DUTA ANTI ROKOK
Daerah
8. Replikasi - Tidak Tersedia
9. Pedoman Teknis - Tidak Tersedia
10. Pelaksana Inovasi Daerah Ada pelaksana dan ditetapkan INOVASI DUTA ANTI ROKOK
dengan SK Kepala Perangkat
Daerah

11. Kemudahan Informasi Layanan Layanan melalui aplikasi online WEBSITE INOVASI DUTA ANTI
ROKOK
12. Penyelesaian Layanan Pengaduan - Tidak Tersedia
13. Keterlibatan aktor inovasi Inovasi melibatkan lebih dari 5 SOSIALISASI DUTA ANTI ROKOK
aktor
14. Kemudahan Proses Inovasi Yang Hasil inovasi diperoleh dalam SOP PEMBINAAN DUTA ANTI
Dihasilkan waktu 6 hari keatas ROKOK
15. Online Sistem Ada dukungan melalui informasi Tidak Tersedia
website atau sosial media
16. Kecepatan Inovasi INOVASI DUTA ANTI ROKOK
Inovasi dapat diciptakan dalam
waktu 5-8 bulan

17. Kemanfaatan Inovasi - Tidak Tersedia


18. Monitoring dan Evaluasi Inovasi Hasil laporan monev eksternal INOVASI DUTA ANTI ROKOK,
Daerah berdasarkan hasil penelitian
SOSIALISASI DUTA ANTI ROKOK,

KEGIATAN GERMAS INOVASI


DUTA ANTI ROKOK,

INOVASI DUTA ANTI ROKOK


19. Sosialisasi Inovasi Daerah Foto kegiatan berspanduk SOSIALISASI DUTA ANTI ROKOK
20. Kualitas Inovasi Daerah Memenuhi 3 atau 4 unsur DUTA ANTI ROKOK
substansi

Anda mungkin juga menyukai