Anda di halaman 1dari 14

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN, PENELITIAN DAN

PENGEMBANGAN DAERAH KABUPATEN CIREBON


Ruang Lingkup

1. Dasar Hukum
2. Batasan Pengertian
3. Tujuan Penetapan KTR
4. hak dan kewajiban
5. kawasan tanpa rokok;
6. pengelolaan kawasan tanpa rokok;
7. peran serta masyarakat;
Dasar Hukum
 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (yang mewajibkan
pada pemerintah Daerah untuk menetapkan KTR di wilayahnya (Pasal 115)
 Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Peraturan Disiplin
Pegawai Negeri Sipil ;
 Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan yang
Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan
 Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri DaIam Negeri Nomor
188/MENKES/PB/I/2011 dan Nomor 7 Tahun 2011 tentang Pedoman
Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok ;
 Peraturan Bupati Cirebon Nomor 55 Tahun 2016 tentang Kawasan Tanpa
Rokok di Kabupaten Cirebon (ditetapkan tanggal 28 Oktober 2016 dan
diundangkan pada tanggal 4 Nopember 2016)
Batasan Pengertian
 Rokok adalah salah satu Produk Tembakau yang dimaksudkan untuk dibakar
dan dihisap dan/atau dihirup asapnya, termasuk rokok kretek, rokok putih,
cerutu, rokok elektrik atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman
nicotiana tabacum, nicotiana rustica, dan spesies lainnya atau sintetis yang
asapnya mengandung nikotin dan tar, dengan atau tanpa bahan tambahan
 Perokok aktif adalah setiap orang yang secara langsung menghisap asap rokok
dari rokoknya yang sedang dibakar;
 Perokok pasif adalah setiap orang yang secara tidak langsung atau bukan
perokok namun terpaksa menghisap atau menghirup asap rokok dari asap
perokok aktif;
 Kawasan Tanpa Rokok yang selanjutnya disingkat KTR adalah ruangan atau
area yang dinyatakan dilarang untuk kegiatan produksi, penjualan, iklan,
promosi dan/atau penggunaan rokok;
Batasan Pengertian
 Promosi Rokok adalah kegiatan pengenalan atau penyebarluasan informasi
suatu Produk rokok untuk menarik minat beli konsumen terhadap Produk
rokok yang akan dan sedang diperdagangkan;
 Kawasan Terbatas Merokok adalah tempat atau area dimana kegiatan merokok
hanya boleh dilakukan di tempat khusus yang disediakan;
 Tempat kerja adalah ruang tertutup yang bergerak atau tetap dimana tenaga
kerja bekerja atau tempat yang sering di masuki tenaga kerja dan tempat
sumber-sumber bahaya termasuk kawasan pabrik, perkantoran, ruang rapat,
ruang sidang/seminar, dan sejenisnya.
 Satuan Tugas Penegak Kawasan Tanpa Rokok adalah Pejabat Pegawai Negeri
Sipil di lingkungan Pemerintah Daerah dan/atau individu yang ditunjuk oleh
Bupati dan mempunyai tugas untuk membina, menegur dan memberi
peringatan dan mengawasi pelaksanaan kegiatan larangan merokok pada
kawasan Tanpa Rokok dan perlindungan bagi masyarakat bukan perokok;
Tujuan Penetapan Kawasan Tanpa Rokok
 menciptakan ruang dan lingkungan yang bersih dan sehat serta bebas
dari asap rokok bagi masyarakat ;
 melindungi kesehatan perorangan, keluarga, masyarakat dan
lingkungan dari bahaya akibat merokok baik langsung maupun tidak
langsung;
 membudayakan hidup sehat;
 menekan angka pertumbuhan perokok pemula;
 melindungi perokok pasif dari paparan asap rokok.
 melindungi penduduk usia produktif, anak, remaja dan perempuan
hamil dari dorongan lingkungan dan pengaruh iklan dan promosi untuk
penggunaan dan ketergantungan terhadap rokok;
Hak dan Kewajiban
Pasal 6
Setiap orang berhak atas:
 lingkungan yang sehat bagi pencapaian derajat kesehatan;
 udara bersih dan menikmati udara yang bebas dari asap rokok; dan
 informasi dan edukasi yang benar mengenai rokok atau merokok dan
bahayanya untuk kesehatan.

Pasal 7
Setiap orang berkewajiban:
 menghormati hak orang lain dalam upaya memperoleh lingkungan yang
sehat, baik fisik, biologi, maupun sosial;
 berperilaku hidup sehat untuk mewujudkan, mempertahankan, dan
memajukan kesehatan yang setinggi-tingginya; dan
 memelihara lingkungan yang bersih dan sehat yang bebas dari asap rokok di
ruang atau area yang ditetapkan sebagai KTR.
Kawasan Tanpa Rokok
Pasal 10
Kawasan Tanpa Rokok, meliputi:
 fasilitas pelayanan kesehatan;
 tempat proses belajar mengajar (sekolah/madrasah, perguruan tinggi, balai
diklat, bimbingan belajar, tempat kursus, pondok pesantren);
 tempat anak bermain (Kober, Tempat Penitipan Anak, PAUD, TK);
 kendaraan angkutan umum(angkot, angdes, taksi,bus umum, bus sekolah dll);
 tempat ibadah;
 tempat kerja (perkantoran pemerintah/Pemda, Pemdes, TNI, Polri, BUMN,
BUMD, perkantoran swasta, industri;
 tempat umum (tempat wisata, hotel/motel, rumah makan/café/restoran,
stasiun KA, SPBU, terminal); dan

Kawasan Tanpa Rokok dan/atau tempat khusus untuk merokok di tempat kerja,
tempat umum dan tempat lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f,
huruf g dan huruf h ditetapkan lebih lanjut oleh Bupati dan/atau pejabat yang
berwenang atau penanggungjawab tempat kerja swasta yang bersangkutan.
Kawasan Tanpa Rokok
 Fasilitas pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
10 ayat (1) huruf a meliputi:
 rumah sakit;
 puskesmas;
 poliklinik;
 Sarana kesehatan praktek mandiri tenaga kesehatan;
 Sarana kesehatan praktek pengobatan tradisional;
 Laboratorium klinik;
 apotek; dan
 sarana penunjang kesehatan lainnya.
(2) Fasilitas pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) adalah di tempat atau gedung tertutup sampai batas luar
pagar area Fasilitas pelayanan kesehatan.
Pengelolaan Kawasan Tanpa Rokok
Pasal 8
 Pimpinan lembaga dan/atau badan pada Kawasan Tanpa Rokok yang telah
ditetapkan sebagai Kawasan Tanpa Rokok wajib melarang orang merokok di
Kawasan Tanpa Rokok pada tempat dan/atau lokasi yang menjadi tanggung
jawabnya.
Pasal 9
 Pimpinan lembaga dan/atau badan pada Kawasan Tanpa Rokok yang telah
ditetapkan sebagai Kawasan Tanpa Rokok wajib memasang tanda-tanda dilarang
merokok atau pengumuman yang dapat berupa pamflet, selebaran, banner,
spanduk dan/atau audio visual di Kawasan Tanpa Rokok pada tempat dan/atau
lokasi yang menjadi tanggung jawabnya.
Pimpinan lembaga dan/atau badan wajib untuk:
 melakukan pengawasan internal pada tempat dan/atau lokasi yang menjadi
tanggung jawabnya;
 melarang semua orang merokok di Kawasan Tanpa Rokok yang menjadi tanggung
jawabnya baik melalui tanda-tanda atau media yang mudah dimengerti;
 memasang tanda-tanda dilarang merokok sesuai persyaratan di semua pintu masuk
utama dan di tempat-tempat yang dipandang perlu dan mudah terbaca dan/atau
didengar dengan baik.
Pengelolaan Kawasan Tanpa Rokok
Pasal 22
 Pimpinan atau penanggungjawab Kawasan Tanpa Rokok pada
tempat kerja dan tempat umum wajib menyediakan tempat
khusus untuk merokok.
 Tempat khusus untuk merokok sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) harus memenuhi persyaratan:
 merupakan ruang terbuka atau ruang yang berhubungan
langsung dengan udara luar sehingga udara dapat bersirkulasi
dengan baik;
 terpisah dari gedung/tempat/ruang utama dan ruang lain yang
digunakan untuk beraktifitas;
 jauh dari pintu masuk dan keluar ruangan dan/ atau gedung;
 jauh dari tempat orang berlalu lalang.
Peran Serta Masyarakat pada KTR
 Peran serta masyarakat dalam mewujudkan KTR dapat dilakukan dengan cara:
 memberikan sumbangan pemikiran, masukan dan pertimbangan terkait
penentuan kebijakan dan pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok;
 ikut serta memberikan bimbingan, penyuluhan serta penyebarluasan data
dan/atau informasi dampak rokok bagi kesehatan dan Kawasan Tanpa
Rokok;
 berpartisipasi dalam pelaksanaan KTR dengan mengawasi dan melaporkan
pelanggaran yang terjadi kepada Satuan Tugas Penegak KTR atau pimpinan
atau penanggungjawab Kawasan Tanpa Rokok.
 Setiap orang yang memiliki kompetensi dapat ikut serta memberikan
bimbingan dan penyuluhan dampak rokok bagi kesehatan kepada keluarga
dan/atau lingkungannya
Satgas Penegak KTR
 Dalam rangka untuk menegakkan KTR di kabupaten dibentuk Satuan Tugas Penegak KTR.
 Satuan Tugas Penegak KTR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berasal dari Organisasi Perangkat
Daerah dan instansi yang terkait.
 Tugas dan kewenangan Satuan Tugas Penegak KTR, adalah:
 menyusun rencana kegiatan dan tindak lanjut dalam menegakkan KTR;
 mensosialisasikan ketentuan peraturan perundang-undangan tentang Penetapan Kawasan Tanpa
Rokok kepada PNS, Pemerintah Desa, remaja, anak usia sekolah, badan usaha/lembaga dan
masyarakat luas dalam berbagai bentuk dan ragam sosialisasi;
 memberikan teguran, peringatan baik lisan maupun tulisan dan memberi sanksi administarsi lainnya
kepada aparatur pemerintah daerah yang melanggar ketentuan kawasan tanpa rokok;
 melakukan inspeksi atau sidak ke berbagai gedung pemerintah atau instansi swasta dan kawasan
yang ditetapkan tanpa rokok;
 melakukan pengawasan, monitoring dan evaluasi pelaksanaan KTR;
 melakukan koordinasi, kerjasama dengan berbagai pihak dalam mendukung dan menegakkan
KTR;
 meminta keterangan, memberi teguran kepada pimpinan, penanggungjawab KTR dan setiap orang
yang diperlukan terkait dengan pelanggaran KTR;
 memotret atau membuat rekaman audio visual;
 melaksanakan tugas dan kewenangan lain yang dituangkan dalam keputusan bupati;
 melaporkan hasil pengawasan dan evaluasi pelaksanaan KTR kepada bupati.
 Pembentukan satuan tugas KTR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan keputusan
bupati.
. TERIMA KASIH ATAS PER-
HATIAN ANDA;

. MOHON MAAF JIKA ADA


KATA-KATA YANG KURANG
BERKENAN;

. SAMPAI JUMPA LAGI

Bidang Pemdes BPMPD Kab Cirebon 14

Anda mungkin juga menyukai