Anda di halaman 1dari 9

SOSIALISASI PERDA KAWASAN TANPA

ROKOK
Penetapan Kawasan Tanpa Rokok berasaskan:

• kepentingan kualitas kesehatan manusia


• kemanfaatan hukum
• keterpaduan
• keserasian
• partisipatif
• keseimbangan antara hak dan kewajiban
• keadilan
• perlindungan hukum
• keterbukaan dan peran serta; dan
• akuntabilitas
Penetapan Kawasan Tanpa Rokok bertujuan untuk:

• menciptakan ruang dan lingkungan yang bersih dan sehat


• melindungi kesehatan perseorangan, keluarga, masyarakat, dan
lingkungan dari bahaya bahan yang mengandung karsinogen dan
Zat Adiktif dalam Produk Tembakau yang dapat menyebabkan
penyakit, kematian, dan menurunkan kualitas hidup.
• melindungi penduduk usia produktif, anak, remaja, dan perempuan
hamil, dari dorongan lingkungan dan pengaruh iklan dan promosi
untuk inisiasi penggunaan dan ketergantungan terhadap bahan
yang mengandung Zat Adiktif berupa Produk Tembakau.
• meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan masyarakat terhadap
bahaya merokok dan manfaat hidup tanpa merokok; dan
• melindungi kesehatan masyarakat dari asap rokok orang lain.
Penyelenggaraan Kawasan Tanpa Rokok
dimaksudkan untuk memberikan jaminan
perolehan lingkungan udara yang bersih dan
sehat bagi masyarakat.
Setiap orang dilarang menjual Produk Tembakau:

• Setiap orang dilarang menjual Produk


Tembakau:
• menggunakan mesin layan diri
• kepada anak di bawah usia 18 (delapan belas)
tahun:dan
• kepada perempuan hamil
Pemerintah Daerah menetapkan Kawasan Tanpa Rokok meliputi:

• Fasilitas pelayanan kesehatan


• Tempat proses belajar mengajar
• Tempat anak bermain
• Tempat ibadah
• Angkutan umum
• Tempat kerja; dan
• Tempat umum dan tempat lain yang ditetapkan
• Larangan kegiatan menjual, mengiklankan, dan
mempromosikan Produk Tembakau tidak berlaku bagi
tempat yang digunakan untuk kegiatan penjualan Produk
PERAN SERTA MASYARAKAT
• Masyarakat dapat berperan serta dalam mewujudkan tempat atau
lingkungan yang bersih dan sehat serta bebas dari asap rokok.
• Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan dalam bentuk :
• Pengaturan kawasan tanpa rokok di lingkungan masing-masing;
• Penyampaian saran, masukan, dan pendapat dalam penetapan,
pelaksanaan, dan evaluasi kebijakan penyelenggaraan kawasan
tanpa rokok; dan
• Keikutsertaan dalam kegiatan penyelenggaraan dan pengendalian
penyelenggaraan kawasan tanpa rokok melalui pengawasan sosial.
SANKSI ADMINISTRASI

• Teguran lisan;
• Teguran tertulis;
• Penarikan dan/atau perbaikan iklan; dan/atau
• Pelarangan sementara mengiklankan produk
tambakau yang bersangkutan pada
pelanggaran berulang atau pelanggaran berat.
KETENTUAN PIDANA

• Pasal 29
• Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 5,
diancam dengan pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling banyak
Rp 25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah).
• Pasal 30
• Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaiman dimaksud dalam pasal 10,
diancam dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling
banyak Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
• Pasal 31
• Pimpinan atau penanggungjawab kawasan tanpa rokok yang tidak melaksankan sanksi
administratif sebagaimana dimaksud dalam pasal 26 ayat (1) diancam pidana kurungn
paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling banyak Rp 25.000.000,00 (dua puluh lima
juta rupiah).

Anda mungkin juga menyukai