Anda di halaman 1dari 15

HALAMAN PERSETUJUAN PENERBITAN ARTIKEL EJOURNAL

Artikel eJournal dengan identitas sebagai berikut:

Judul : IMPLENMENTASI KEBIJAKAN PERATURAN DAERAH NO. 03


TAHUN 2016 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DI DINAS
KESEHATAN KABUPATEN PASER

Pengarang : Ahmad Kurniawan

NIM : 1502025135

Program Studi : Ilmu Pemerintahan

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Mulawarman

telah diperiksa dan disetujui untuk dionlinekan di eJournal Program Studi Ilmu Pemerintahan
Fisip Unmul.

Samarinda 05 Juni 2023

Pembimbing I, Pembimbing II,

Prof. Dr. H. Adam idris, M.si Mohammad Taufik, S.Sos, M.Si


NIP.19600114 198803 1003 NIP. 19750313 200591 1004

Bagian di bawah ini


DIISI OLEH PROGRAM STUDI

Identitas terbitan untuk artikel di atas

Nama Terbitan : eJournal ............................

Volume : Program Studi .........


Nomor :
[ttd & stempel]
Tahun :

Halaman : [Nama]
eJournal Pemerintahan Integratif, Volume 1, Nomor 1, 2023: 1-13

eJournal lmu Pemerintahan, 2023, 1 (1): 1-13


ISSN 0000-0000, ejournal.ip.fisip-unmul.org
©Copyright 2023

IMPLENMENTASI KEBIJAKAN PERATURAN DAERAH NO. 03


TAHUN 2016 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DI DINAS
KESEHATAN KABUPATEN PASER
Ahmad Kurniawan 1

Abstrak
Ahmad Kurniawan, 2022. Implementasi Kebijakan Peraturan Daerah
No.03 Tahun 2016 Tentang Kawasan Tanpa Rokok di Dinas Kesehatan
Kabupaten Paser (dibimbing oleh Prof. Dr. H. Adam idris, M. Si selaku dosen
pembimbing I dan Mohammad Taufik, S. Sos, M. Si selaku dosen pembimbing II).
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Implementasi Kebijakan
Peraturan Daerah No.03 Tahun 2016 Tentang Kawasan Tanpa Rokok di Dinas
Kesehatan Kabupaten Paser.
Data diperoleh melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Jenis
penelitian adalah kualitatif dan tipe penelitian adalah fenomenologi. Sumber data
penelitian adalah data primer dan sekunder. Jumlah informan penelitian adalah
6 orang. Teknik analisis data meliputi reduksi data, penyajian data serta
penarikan kesimpulan dan verifikasi.
Hasil penelitian menujukkan Implementasi Kebijakan peraturan daerah
no 3 tahun 2016 tentang Kawasan Tanpa Rokok di Dinas Kesehatan Kabupaten
Paser menggunakan model implementasi Soren. C. Winter, dalam penerapan
Implementasi Perda Tentang Kawasan Tanpa Rokok di Dinas Kesehatan
Kabupaten Paser sudah berjalan meskipun pelaksanaannya belum optimal. Oleh
karena itu, dalam Upaya yang dilakukan seperti sosialisasi dan penyuluhan oleh
para instansi pemerintah dan Dinas Kesehatan Kabupaten Paser berkordinasi

1
Mahasiswa Program Studi Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Mulawarman. Email: awandeltranz@gmail.com

2
Kawasan Bebas Merokok Dinas kesehatan Kab.Paser (Ahmad Kurniawan)

dengan lembaga dari instansi lain telah dilibatkan secara maksimal namun saja,
Implementasi Perda Kawasan Tanpa Rokok belum berhasil.
Adapun faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan peraturan
daerah no 03 tahun 2016 tentang kawasan tanpa rokok di Dinas Kesehatan
Kabupaten Paser yaitu komitmen pemerintah yang kuat dan koordinasi yang baik
antar sesama organisasi, dan perilaku Tingkat profesionalisme staf masih kurang
baik setra perilaku kelompok sasaran yaitu respon masyarakat yang cenderung
negatif tentang Perda Kawasan Tanpa Rokok

Kata Kunci: Implementasi Kebijakan, Kawasan Tanpa Rokok (KTR)

Pendahuluan
Merokok merupakan hal lumrah yang sering kita jumpai dalam kehidupan
sehari-hari, menurut data yang dirilis oleh Southeast Asia Tobacco Control
Alliance (SEATCA) berjudul The Tobacco Control Atlas yang menunjukkan
bahwa Indonesia merupakan negara dengan jumlah perokok terbanyak di Asean
yaitu 65,19. juta orang, angka ini setara dengan 34 persen dari total penduduk
Indonesia pada tahun 2016. Hal ini dikarenakan harga rokok di Indonesia yang
murah dan sangat mudah untuk dibeli. Sekitar 79 persen perokok membeli rokok
di kios, warung, atau minimarket. 17 persennya membeli rokok dari supermarket.
(Dorotheo 2016)
Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) menyebutkan
sebanyak 25 persen zat berbahaya terkandung dalam rokok. Ini memiliki dampak
besar pada kesehatan perokok. Data dari Partnership for Healthy Cities
mengungkapkan bahwa secara global 8 dari 10 kematian disebabkan oleh
Penyakit Tidak Menular (PTM) dan cedera akibat merokok dan perokok pasif
adalah penyebab utamanya. 2 (www.bisnis.com diakses 2022)

2
Dea Adriyawan, 2020, Pemerintah Kota Bandung akan menciptakan Kota Bebas Asap
Rokok, 07 Januari 2020 bisnis.com
https://bandung.bisnis.com/read/20200107/549/1187758/pemkot-ingin-jadikan-kota-bandung-
kota-bebas-asap-rokok.

3
eJournal Pemerintahan Integratif, Volume 1, Nomor 1, 2023: 1-13

Pemerintah harus mengintervensi faktor risiko TMD dengan menerapkan


undang-undang zona bebas asap rokok untuk melindungi masyarakat dari perokok
pasif. Maka, salah satu upaya efektif untuk melindungi seluruh masyarakat dari
asap rokok adalah dengan menetapkan kawasan tanpa rokok (KTR).
Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pembangunan Daerah Kementerian
Dalam Negeri, 22 provinsi memiliki regulasi KTR. 12 provinsi lainnya belum
menerbitkan kebijakan itu dan masih sedikit pemerintah daerah yang menerapkan
kawasan tanpa rokok. Padahal pemerintah sudah memberikan kewenangan
kepada pemerintah daerah untuk membentuk kawasan tanpa rokok, untuk tingkat
kabupaten 300 wilayah sudah menerbitkan peraturan daerah mengenai KTR dan
untuk tingkat kota, 68 daerah telah menerbitkan kebijakan KTR.3
Saat ini, kurang efektifnya pelaksanaan KTR serta berbagai upaya
pemerintah daerah melalui dinas kesehatan dinilai tidak efektif karena fungsi dan
peran dinas kesehatan sebagai organ yang menyelenggarakan kegiatan tersebut.
bisnis medis dibidang tersebut mencakup peraturan dan kebijakan kesehatan
meskipun KTR telah diterapkan di Indonesia. Di berbagai daerah, khususnya di
Kabupaten Paser, masih banyak masyarakat yang melanggar peringatan zona
larangan merokok dan terus merokok di kawasan tersebut.
Kabupaten Paser sendiri telah menerbitkan Undang-undang Tata Usaha
Daerah Nomor 2a Tahun 2016 tentang Perubahan Nomor 9 Undang-Undang
Kawasan Tahun 2015 tentang kawasan bebas rokok. Hal tersebut menjadi dasar
bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Paser untuk menerapkan program kawasan
tanpa rokok (KTR) di lokasi atau di fasilitas umum di Kabupaten Paser. Dalam
peraturan kawasan tentang kawasan dilarang merokok, lokasi tertentu adalah
tempat pelayanan kesehatan, tempat belajar mengajar, tempat bermain anak,
tempat ibadah, dan angkutan umum. dan kendaraan dinas pemerintah. 4

3
Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia No
188/Menkes/PB/I/2011 Nomor 7 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Kawasan Tanpa
Rokok
4
Peraturan Daerah Kabupaten Paser Nomor 3 Tahun 2016 Perubahan Atas Peraturan Daerah
Nomor 16 Tahun 2015Tentang Kawasan Tanpa Rokok. 87 Peraturan Pemerintah Nomor 109
Tahun 2012 dan Depkes RI.2009.

4
Kawasan Bebas Merokok Dinas kesehatan Kab.Paser (Ahmad Kurniawan)

Hasil observasi yang dilakukan peneliti di beberapa kawasan bebas rokok


terdapat masih banyak masyarakat yang tidak mematuhi kawasan dilarang
merokok dan masih merokok. Selain itu termasuk area di dinas Kesehatan
merupakan instansi yang menjalankan atau melaksanakan perda yang telah dibuat
oleh pemerintah daerah.
Kawasan tanpa rokok sekalipun termasuk dinas Kesehatan Paser yang
menjalankan perda yang telah di buat di mana instansi tersebut juga wajib
mematuhi aturan yang berlaku untuk kawasan tanpa rokok seperti tercantum pada
Perda yamg berlaku dimana para pegawai yang berkerja di dinas kesehatan wajib
bertindak untuk tidak merokok di area KTR yang telah di tentukan untuk
memberi contoh kepada masyarakat umum dan memberikan pengetahuan tentang
Kawasan tanpa rokok tentang.
Ketidaktahuan masyarakat pentingnya menghormati kawasan bebas asap
rokok merupakan bentuk ketidakefektifan. Sosialisasi yang belum benar-benar
menjadi jembatan antara masyarakat dengan dinas kesehatan dalam
menyeimbangkan kebijakan kawasan tanpa rokok dikabupaten Paser.

Kerangka Dasar Teori


Implementasi Kebijakan Publik
Adapun makna implementasi menurut Daniel A. Mazmanian dan Paul
Sabatier (1979) sebagaimana dikutip dalam buku Solihin Abdul Wahab (2008),
mengatakan bahwa Implementasi adalah memahami apa yang senyatanya terjadi
sesudah suatu program dinyatakan berlaku atau dirumuskan merupakan fokus
perhatian implementasi kebijaksanaan yakni kejadian-kejadian dan kegiatan
kegiatan yang timbul sesudah disahkannya pedoman-pedoman kebijaksanaan
Negara yang mencakup baik usaha-usaha untuk mengadministrasikannya maupun
untuk menimbulkan akibat/dampak nyata pada masyarakat atau kejadian-
kejadian. (Wahab,2008).
Van Meter dan Van Horn dalam mendefinisikan 10 implementasi
kebijakan publik sebagai tindakan-tindakan dalam keputusan-keputusan
sebelumnya. Tindakan-tindakan ini mencakup usaha-usaha untuk mengubah
keputusan-keputusan menjadi tindakan-tindakan operasional dalam kurun waktu
tertentu maupun dalam rangka melanjutkan usaha-usaha untuk mencapai

5
eJournal Pemerintahan Integratif, Volume 1, Nomor 1, 2023: 1-13

perubahan besar dan kecil yang ditetapkan oleh keputusan-keputusan kebijakan


yang dilakukan oleh organisasi publik yang diarahkan untuk
mencapaitujuantujuan yang telah ditetapkan. (Budi Winarno,2008)
W.I. Jenkins dalam merumuskan kebijakan sebagai “aset of interrelated
decisions taken by a political actor or group of actors concerning the selection of
goals and the means of achieving them whitin a specified situation where these
secisions should, in principle, be within the power of these actors to achieve”
(serangkaian keputusan yang saling berkaitan yang diambil oleh seorang aktor
politik atau sekelompok aktor politik berkenaan dengan tujuan yang telah dipilih
beserta cara-cara untuk mencapainya dalam suatu situasi di mana keputusan-
keputusan itu pada prinsipnya masih berada dalam batas-batas kewenangan
kekuasaan dari para aktor tersebut). (Wahab, 2008)
Van Meter dan Van Horn (1975) yang memberikan pernyataan bahwa,
Policy implementation encompasses those actions by public and private
individuals (and groups) that are directed at the achievement of goals and
objective set forth in prior policy decisions. Pernyataan ini memberikan makna
bahwa implementasi adalah tindakan-tindakan yang dilaksanakan oleh individu-
individu, dan kelompok-kelompok pemerintah dan swasta yang diarahkan pada
pencapaian tujuan dan sasaran yang menjadi prioritas dalam keputusan kebijakan.
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa implementasi meliputi semua tindakan
yang berlangsung antara pernyataan kebijakan dan dampak aktualnya. (Mustari
2013).

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Implementasi Kebijakan


Kebijakan apapun bentuknya sebenarnya mengandung resiko untuk gagal.
Hoogwood dan Gunn membagi pengertian kegagalan kebijakan (policy failure) ke
dalam dua kategori yaitu non implementation (tidak terimplementasikan) dan
unsuccesful implementation (implementasi yang tidak berhasil). Tidak
terimplementasikan mengandung arti bahwa suatu kebijakan tidak dilaksanakan
sesuai dengan rencana, mungkin karena pihak-pihak yang terlibat di dalam
pelaksanaanya tidak mau bekerjasama, atau mereka telah bekerja secara tidak
efisien, bekerja setengah hati atau mereka tidak sepenuhnya menguasai
permasalahan, atau permasalahan yang dibuat diluar jangkauan kekuasaannya,

6
Kawasan Bebas Merokok Dinas kesehatan Kab.Paser (Ahmad Kurniawan)

sehingga betapapun gigih usaha mereka, hambatan-hambatan yang ada tidak


sanggup mereka tanggulangi Akibatnya implementasi yang efektif sukar
dipenuhi.(Mustari, 2013).
Menurut Goggin et al. kebijakan diasumsikan sebagai suatu “pesan” dari
pemerintah federal (pusat) kepada pemerintah daerah. Keberhasilan implementasi
pesan tersebut sangat dipengaruhi oleh 3 hal pokok:
 Isi kebijakan (the content of the policy message)
 Format kebijakan (the form of the policy message)
 Reputasi aktor (the reputation of the communicators) Isi kebijakan
meliputi sumberdaya, manfaat kebijakan, serta keterlibatan publik.

Format kebijakan terdiri dari kejelasan kebijakan (policy clarity),


konsistensi kebijakan (policy consistency), frequency serta penerimaan isi
kebijakan (receipt of message). Sedangkan reputation of communicator terdiri
dari legitimasi dan kredibilitas aktor-aktor pemerintah daerah. (Sulistyastuti
2012).
Rondinelli dan Cheema mengidentifikasi empat faktor yang
mempengaruhi kinerja implementasi, yaitu:
 Kondisi lingkungan (enviromental conditions)
 Hubungan antar organisasi (inter-organizational relationship)
 Sumberdaya (resources)
 Karakter institusi implementor (characterisic implementing agancies).
(Sulistyastuti 2012).

Model Implementasi Kebijakan Publik


Salah satu bentuk bangunan untuk mensinergikan beberapa variabel
penting dalam penelitian implementasi, maka variabel tersebut dapat di
integrasikan sebagaimana dipresentasikan oleh Winter (2004) yang kemudian
dikenal dengan istilah An Integrated Implementation Model. Selanjutnya Winter
mengemukakan 3 (tiga) variabel yang mempengaruhi keberhasilan proses
implementasi yakni:

7
eJournal Pemerintahan Integratif, Volume 1, Nomor 1, 2023: 1-13

 Perilaku hubungan organisasi antar organisasi. Dimensinya adalah:


komitmen dan koordinasi antar organisasi.
 Perilaku implementor (aparat/birokrat) tingkat bawah. Dimensinya adalah
diskreasi, pendekatan, kontrol organisasi dan etos kerja dan norma-norma
professional.
 Perilaku kelompok sasaran. Kelompok sasaran tidak hanya memberi
pengaruh pada dampak kebijakan tetapi juga mempengaruhi kinerja aparat
tingkat bawah, jika dampak yang ditimbulkan baik maka kinerja aparat
tingkat bawah juga baik demikian dengan sebaliknya. Perilaku kelompok
sasaran meliputi respon positif atau negatif masyarakat dalam mendukung
atau tidak mendukung suatu kebijakan yang di buat. (Winter, 2004)

Faktor selanjutnya adalah peroses implementasi kebijakan organisasi dan


antar organisasi ditandai oleh adanya komitmen dan kordinasi, dalam tataran
implementasi, komitmen yang dimaksud adalah kesepakatan bersama antara
organisasi yang ada, dalam kaitannya dengan pelaksanaan program yang dapat
mempengaruhi hasil akhir dari suatu implementasi. Kontribus suatu organisasi
terhadap implementasi sangat tergatung input yang diterima dari hubungan inter
organisasi secara timbal balik dan saling bergantung satu sama lain, dengan
demikian proses implementasi kebijakan dapat dicapai pada titik optimal dalam
merealisasikan kebutuhan dan kepentinga. (Winter, 2004)

Metode Penelitian
Dalam melakukan penelitian, diperlukan adanya metode penelitian untuk
membantu peneliti dalam mengolah dan menganalisis data penelitian. Terdapat
dua jenis metode penelitian yaitu metode penelitian kuantitatif, dan metode
penelitian kualitatif. Menurut Sugiyono (2014:1) metode penelitian kualitatif
adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek
alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai
instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi

8
Kawasan Bebas Merokok Dinas kesehatan Kab.Paser (Ahmad Kurniawan)

(gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih
menekankan makna daripada generalisasi.
Menurut Pasolong (2013:165) metode penelitian kuantitatif menggunakan
pendekatan pengukuran atau numberik terhadap masalah yang hendak diteliti dan
juga pada pengumpulan data dan analisis data. Metode yang digunakan pada
umumnya metode survey yang mendalam dan dapat mengkaji isu-isu yang luas,
sehingga melibtkan banyak faktor, termasuk penyebaran geografis, sampel-
sampel yang representative yang berfokus pada hasil kelompok. Sehingga
penelitian kuantitatif dapat disebut sebagai penelitian yang sering menggunakan
pendekatan makro. Berdasarkan rumusan masalah yang ada, jenis metode
penelitian yang digunakan penulis adalah Penelitian Deskriptif Kulaitatif, yaitu
sebuah penelitian yang dimaksudkan untuk mengungkap sebuah fakta empiris
secara obyektif. Penelitian kualitatif menyusun desain yang secara terus menerus
disesuaikan dengan kenyataan di lapangan, tidak harus menggunakan desain yang
telah disusun secara ketat atau kaku, sehingga tidak dapat diubah lagi

Hasil Penelitian
Implementasi Kebijakan Peraturan Daerah No. 03 Tahun 2016 Tentang
Kawasan Tanpa Rokok di Dinas Kesehatan Kabupaten Paser
Implementasi Kebijakan Peraturan Daerah No. 03 Tahun 2016 Tentang
Kawasan Tanpa Rokok di Dinas Kesehatan Kabupaten Paser Sebagai tempat
pelayanan kesehatan yang ditetapkan dan sebagi penanggung jawab dalam Perda
maka, Kabupaten Paser 58 dinyatakan Kawasan yang dilarang untuk kegiatan
produksi, penjualan, iklan, promosi dan/atau penggunaan rokok.
Pengimplementasian Peraturan daerah Kabupaten Paser nomor 03 Tahun
2016 tentang Kawasan Tanpa Rokok telah disosialisasikan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten Paser kepada masing-masing pengelola Kawasan Tanpa Rokok.
`Setelah di sosialisasikannya Perda tersebut maka setiap tempat yang telah
ditetapkan harus menjalankan kebijakan.
Implementasi Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok di Kabupaten Paser telah
berjalan tetapi dalam implementasinya masih banyak orang yang kurang disiplin
dengan melanggar atau tidak mempedulikan peraturan tersebut. Masih ada
pengunjung yang kurang mengetahui tentang Kawasan Tanpa Rokok dimana

9
eJournal Pemerintahan Integratif, Volume 1, Nomor 1, 2023: 1-13

batasan-batasan tempat merokok, tidaknya adanya smoking area, dan tidak


mengetahui sanksi tegas dari peraturan tersebut.
Adapun indikator yang dilihat dalam implementasi perda kawasan tanpa
rokok di Kabupaten Paser yakni 1. Menciptakan ruang dan lingkungan yang bersi
dan sehat 2. melindungi kesehatan masyarakat dari asap rokok 3. meningkatkan
kesadaran dan kewaspadaan masyarakat terhadap bahaya merokok dan manfaat
hidup tanpa rokok.

Menciptakan Ruang dan Lingkungan yang Bersih dan Sehat


Lingkungan yang sehat dan bersih merupakan dambaan semua orang.
Tentu saja lingkungan dalam kondisi bersih dan sehat akan membuat para
penghuninya nyaman dan kesehatan tubuhnya terjaga dengan baik. Jadi, sudah
selayaknya menjaga kebersihan serta kesehatan ruang dan lingkungan agar
terhindar dari bebagai penyakit.
Lingkungan dengan kondisi bersih yang bebas dari asap rokok sangatlah
penting dalam lingkungan masyarakat karena asap 59 rokok sangat berbahaya
bagi kesehatan masyarakat. Dalam menjaga kesehatan dari asap rokok maka harus
dilakukan upaya-upaya sehingga dapat terciptanya ruang dan lingkungan yang
bersih dan bebas dari asap rokok.
Upaya-upaya yang seharusnya dilakukan pemerinta dalam menciptakan
ruang dan lingkungan yang bersih dan sehat yaitu, menciptakan kesadaran
masyarakat akan pentingnya lingkungan hidup serta hidup sehat tanpa rokok.
Namun dinamikanya yang terjadi masih banyak kelompok sasaran (target group)
yang belum menyadari betapa pentingnya menjaga lingkungan hidup harus di
jaga agar selalu seimbang, melakukan kegiatan rutin untuk membersihkan
sampah, memberikan efekjerah bagi kelompok sasaran (target group) yang
merokok di tempat-tempat umum sehingga bisa tercipta lingkungan yang bersih
dan sehat, hal tersebut akan sulit terlaksana jika tidak ada kesadaran dari pribadi
masing-masin
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Dewa selaku kepala Dinas
Kesehatan menyatakan bahwa:
“Mengenai tentang menciptakan ruang dan lingkungan yang bersih dan
sehat, kami dari dinas kesehatan telah memasang iklan tentang larangan

10
Kawasan Bebas Merokok Dinas kesehatan Kab.Paser (Ahmad Kurniawan)

merokok di berbagai instansi, tarmasuk kantor dinas kesehatan itu sendiri


setiap lingungan aktifitas maysarakat yang ada di kabupaten Paser dan
kami juga telah menyediakan tempat sampah untuk menjaga kebersihan
kantor.” (Wawancara dengan Bapak Dewa, 19 Sep 2022)

Terkait hasil wawancara diatas maka penulis menyimpulkan bahwa upaya


yang dilakaukan dalam menciptakan ruang dan lingkungan yang bersih dan sehat
yaitu memasang iklan tentang larangan merokok dan menyediakan tempat
sampah, dari hasil observasi penulis berpendapat bahwa betul tindakan yang
dilakukan oleh dinas kesehatan selaku penanggung jawab penuh atas kebijakan
kawasan tanpa rokok yaitu memasang iklan tentang bahaya merokok di setiap
istansi dan lingkungan aktifitas masyarakat yang ada di kabupaten Paser.

Gambar.1
Pamplet larangan merokok di dalam ruangan

Gambar diatas adalah pamplet larangan merokok di dalam ruangan yang


di pasang iklan seruan bahaya rokok dan larangan tempat rokok di ruangan dinas
Kesehatan dan merupakan hasil kerja sama antara Dinas Kesehatan Kabupaten
Pa- ser dengan Puskesmas yang terkait, jadi sudah jelas kelompok sasaran (target
group) di larangan merokok di dalam rungan.

11
eJournal Pemerintahan Integratif, Volume 1, Nomor 1, 2023: 1-13

Hasil wawancara dengan Bapak Jon diatas penulis menyimpulkan bahwa


selain memasang iklan di setiap instansi yang ada di kabupaten Paser pegawai
Dinas Kesehatan juga melakukan sosialisai kepada masyarakat mengenai aturan
dan larangan merokok agar terciptaya runag dan lingkungan yang bersih dan
sehat. Hasil ofsevasi di lapangan penulis melihat bahwa setiap instansi yang ada d
kabupaten paser sudah ada iklan tentang larangan merokok d tempat-tempat
umum.
Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Subhan selaku Seksi Promosi
dan Pemberdayaan Masyarakat mengatakan bahwa:
“saya pernah menegur salah satu masyarakat yang merokok di dalam
ruangan ini awalnya dia protes tetapi setelah saya menunjukkan poster tentang
larangan merokok akhirnya dia meminta maaf lalu keluar dari rungan dan
mematikan rokoknya sedangkan kalau dari pegawai di sini dulunya mereka
merokok di tempat yang tidak semestinya karana ada aturan perda yang mulai di
perlakukan mereka mentaati agar menjadi contoh untuk maysarakat tentang
tempat merokok yang di larang dan tidak dilarang ” (Wawancara dengan Bapak
Subhan, 20 juli 2022).

Kesimpulan
Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan oleh penulis tentang
Implementasi Kebijikan No 03 Tahun 2016 Tentang Kawasan Tanpa Rokok oleh
Dinas Kesehatan Kabupaten Paser dan dihubungkan dengan tujuan penelitian
maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Implementasi Kebijakan Perda No 03 Tahun 2016 Tentang Kawasan Tanpa


Rokok di Dinas Kesehatan Kabupaten Paser
 Menciptakan ruang dan lingkungan yang bersih dan sehat yaitu dengan
adanya pemasangan- pemasanga iklan mengenai larangan merokok dan
juga menyediakan temat-tempat khusus untuk merokok.
 Melindungi kesehatan masyarakat dari asap rokok yaitu dengan
melakukan sosialisasi secara langsung kerumah- rumah warga untuk
menghimbau dan memberi saran untuk memperhatikan keluarga saat
ingin merokok agar menghindari keberadaan orang lain, namunhal ini

12
Kawasan Bebas Merokok Dinas kesehatan Kab.Paser (Ahmad Kurniawan)

belum berjalan efektif karena masih ada kelompok sasaran (target group)
yang merokok di sembarang tempat.
 Meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan masyarakat terhadap bahaya
merokok dan manfaat hidup tanpa rokok yaitu bahwa kelompok sasaran
(target group) telah menyadari banyaknya bahaya merokok yang
ditimbulkan dan juga beberapamanfaat jika hidup tanpa rokok yaitu hidup
masyarakat akan menjadi lebih tenang dan sektor ekonomi keluarga kan
lebih baik.
 Perilaku hubungan antara organisasi yaitu adanya komitmen yang kuat
tentang kebijakan kawasan tanpa rokok dan juga adanya 83 kerjasama
yang dilakukan oleh para pelaksana kebijakan ini dengan organisasi-
organisasi lain dalam melaksanakan sosialisasi dan kegiatan-kegiatan
yang mendukung dalam pelaksanaan kebijakan kawasan tanpa rokok.
 Perilaku implementor tingkat bawah meliputi Tingkat profesionalisme staf
masih kurang baik dari segi jumlah dan maupun pelaksanaan. Walaupun
kontrol organisasi dan pengadaan media-media yang telah dilakukan oleh
implementor yang bertanggung jawab akan tetapi staf
yangprofesionalisme sangat dibutuhkan dalam mematuhi aturan tentang
Perda KTR demi menjamin keberhasilan dari kebijakan Perda tentang
Kawasan Tanpa Rokok, serta 6) Perilaku kelompok sasaran meliputi
respon kelompok sasaran (target group) yang yang cenderung negatif
mengindikasikan bahwa mereka belum sepenuhnya memahami manfaat
adanya Implementasi Perda tentang Kawasan Tanpa Rokok.

2. Faktor pendukung dari Implementasi Kawasan Tanpa Rokok di Dinas


Kesehatan Kabupaten Paser dengan adanya peran aktif instansi terkait yang
mendukung dan bekerjasama dalam upaya penerapan kebijakan KTR sedangkan
faktor yang menjadi penghambat adalah kurangnya kesadaran masyarakat dalam
mentaati kebijakan KTR, belum adanya sanksi yang tegas terhadap pelanggaran
KTR dan minimnya pengawasaan yang secara langsung oleh pihak Dinas
Kesehatan.

13
eJournal Pemerintahan Integratif, Volume 1, Nomor 1, 2023: 1-13

Daftar Pustaka
Dokumen

Southeast Asia Tobacco Control Alliance. The tobacco control atlas: ASEAN
region. 3rd ed. Bangkok: Southeast Asia Tobacco Control Alliance. 2016.

TCSC-IAKMI.Bunga Rampai Fakta Tembakau Permasalahannya Di Indonesia


2009. Tobacco Control Support Center (TCSC)-Ikatan Ahli Kesehatan
Masyarakat Indonesia (IAKMI). Jakarta: TCSC-IAKMI: 2010.

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. Pemerintah RI.


Jakarta
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 Tentang
Pengendalian Pencemaran Udara.
Meter, Donal, Van and Carl E. Van Horn. The Policy Implementation Process.
Sage Publication: Beverly Hill.
Departemen Kesehatan RI. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun
2009 Tentang Kesehatan. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI: 2009

Buku
Winarno, Budi. 2007. Kebijakan Publik: Teori dan Proses.Yogyakarta: Med
Press.
Suryana, 2010, Metode Penelitian Model Praktis Penelitian Kuantitatif dan
Kualitatif, Bandung: UPI
Solihin, A. Wahab.2008. Analisis Kebijakan: dari Formulasi ke Implentasi
Kebijakan Negara. Jakarta: Sinar Grafika
Setiawan, Guntur. 2004. Impelemtasi dalam Birokrasi Pembangunan. Jakarta:
Balai Pustaka.
Pasolong, H. 2013. Metode Penelitian Administrasi Publik. Penerbit. Bandung:
Alpabeta
Hikmat, Harry. 2010.Strategi Pemberdayaan Masyarakat. Bamdumg: humaniora
utama press.

14
Kawasan Bebas Merokok Dinas kesehatan Kab.Paser (Ahmad Kurniawan)

Web
Dea Adriyawan, 2020, Pemerintah Kota Bandung akan menciptakan Kota Bebas
Asap Rokok, 07 Januari 2020 bisnis.com
https://bandung.bisnis.com/read/20200107/549/1187758/pemkot-ingin-
jadikan-kota-bandung-kota-bebas-asap-rokok.

15

Anda mungkin juga menyukai