Anda di halaman 1dari 21

Proposal Tesis

Penghancuran Memory Collective Masyarakat Dayak Pasar di Desa


Semuntai Kabupaten Paser Provinsi Klimantan Timur

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Metode Penelitian Kebudayaan

Mata Kuliah Cultural Studies

Disusun Oleh:

Eko Muji Santoso

F062222005

PROGRAM STUDI MAGISTER KAJIAN BUDAYA

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2023
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Desa Semuntai adalah sebuah kampung yang berada di kawasan Kalimantan


Timur, yang merupakan kawasan penanaman sawit terbesar di Kabupaten Penajam
Paser Utara, asal usul desa Semuntai berasal dari dialek suku asli yang merujuk kepada
jeruk limau yang dalam bahasa Dayak Paser di sebut “Munte”. Adapun nama lain selain
nama Semuntai untuk menamai daerah ini seperti nama “Selang”, karena desa semuntai
berada dipesisir sungai selang yang merupakan anak sungai semuntai. Seiring
berjalannya waktu daerah tersebut lebih dikenal dengan nama semuntai, karena
masyarakat setempat kerap menyebutkan kata “munte” / jeruk limau untuk pergi
mencari bauh tersebut sehingga melekatlah istilah kampung Semuntai. 1

Seperti masyarakat tradisional pada umumnya masyarakat Dayak Paser memiliki


pengetahuan atau Lokal Wisdom sebagai cara masyarakat tradisional mejalani
kehidupan sehari-hari, menurut Koentjaraningrat kebudayaan memiliki 7 unsur yaitu
sistem peralatan hidup, mata pencaharian, sistem kemasyarakatan, bahasa kesenian
sistem pengetahuan dan religi, dalam kebudayaan masyarakat Pasaer mereka memiliki
beberapa unsur kebudayaan dan pengetahuan tersebut seperti bentuk struktur
ekonomian, struktur sosial dan konservasi lahan secara tradisional. Untuk menjalani
kehidupan sehari-hari mereka yang sangat erat kaitannya dengan alam tempat mereka
hidup.2

Dalam aktivitas sehari-hari masyarakat Paser kerap melakukan perburuan,


perkebunan dengan pola berpindah-pindah, dan mencari ikan di sungai. Selain itu
masyarakat paser juga memiliki tradisi membuat kerajinan tangan dan melakukan ritual
khusus, dalam momen-momen tertentu seperti sebelum penanaman dan setelah panen
masyarakat paser melakukan ritual sebagai ucapan terimakasih untuk leluhur meraka,
ada pula ritual dalam pengobatan traditional yang biasa di sebut “Belian” selain ritus
adapula tradisi membuat kerajinan seperti anyaman manik-manik, kain, topi khas untuk
berladang dan anjat., dari kegiatan sehari-hari tersebut sumber mata pencaharian dan
ekosistem ekonomi masyarakat paser sangat tergantung dengan ketersediaan sumber
daya hutan atau lahan yang masih berupa semak belukar dan sungai/danau.

1
Muhammad Saleh, “Studi Tentang Pola Kemitran Pt. Perkebunan Nusantara xiii Dalam Meningkatkan
Perekonomian Masyarakat Di Desa Semuntai Kecamatan Long Ikis Kabupaten Paser”, eJournal Ilmu
Pemerintahan Universitas Mulawarman IP: 180.248.70.147
2
Eko Hrry Yulianto, “Konservasi Tradisional Berbasis Kearifan Lokal Masyarakat Tani Kabupaten Paser (Studi
Kasus Desa Semuntai Kecamatan Long Ikis Kabupaten Paser). Agrifor, vol. 12, no. 2, Oct. 2013, pp. 140-147,
doi:10.31293/af.v12i2.343.
Pada tahun 1980 ketika rezim orde baru berkuasa diterapkannya sebuah program
penanaman sawit di kawasan Penajam Paser Utara tepatnya Desa Semuntai Kecamatan
Long Ikis. Program tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat setempat selain dapat memberikan peluang terhadap kesempatan kerja
perkebunan kelapa sawit juga membawa munculnya berbagai macam inovasi teknologi.
Alih-alih ingin membawa perubahan di bidang kemajuan ekonomi, perkebunan kelapa
sawit justru menyebabkan berbagai macam perubahan sosial bagi masyarakat, dari
sekian banyak aspek kehidupan sosial masyarakat Paser yang diduga telah mengalami
penghancuran, terutuma pada memori kebudayaan sebagai pengidentifikasian
pengalaman baik maupun buruk dalam aspek hubungan antara sosial masyarakat dan
alam. Selain itu terjadi perubahan peran kepemimpinan lokal yang digambarkan dengan
terjadinya perubahan dalam sistem lapisan masyarakat. Sistem ekonomi, dan pola-pola
prilaku kebudayaan lainnya. 3

Pada masa sebelum era kelapa sawit di desa semuntai, dalam hirarkis sosial
masyarakat adat dipimpin oleh kepala adat atau penghulu kampung. Dalam
berkehidupan sehari-hari masyarakat memilih kepala adat sebagai sosok yang
dihormati. Dalam segala aspek kegiatan sosial seperti pembukaan lahan panen,
kelahiran dan kematian para tokoh adat turut terlibat dalam memimpin kegiatan
tersebut. Pengaruh kepala desa dan ketua adat mengalami perubahan setelah masuknya
industri perkebunan. Kini pengaruh pihak perusahaan perkebunan memiliki kekuasaan
lebih kuat daripada kepala desa dan ketua adat. Hal ini dikarenakan perusahaan
perkebunan mendapat dukungan dari pemerintah kabupaten.

Pada era masuknya perkebunan kelapa sawit pergeseran sosial tidak hanya pada
pengaruh kekuasaan dari ketua adat ke perusahaan, pergeseran juga terjadi pada profesi
masyarakat setempat yang awalnya bertani ladang gunung, menagkap ikan secara
berkelompok, memanfaatkan hasil hutan secara kolektif dengan cara berburu dengan
berkelompok, membuat kerajinan seperti membuat anyaman semua kegiatan tersebut
telah tergantikan oleh aktivitas ekonomi baru yang dibawah oleh perusahan kelapa
sawit seperti pembentukan petani plasma kalapa sawit untuk masyrakat setempat.

Dalam fenomena ini masyarakat paser seperti dipaksakan untuk memulai


kebiasaan baru dimana hutan yang dianggap sebagai ruang ekonomi masyarakat dayak
paser, masyarakat adat diharuskan untuk menyerahkan lahan kepada pihak perusahaan
perkebunan tanpa ganti rugi sedikitpun dengan alasan bahwa tanah milik negara dan

3
Eko Harri Yulianto A, “Social Change on Community Due to the Entry of Palm Oil Plantation in the Semuntai
Village Long Ikis Sub-district Kabupaten Paser East Borneo Province”, jurnal-vol-7-no-1 Fakultas Pertanian
Universitas Mulawarman, Samarinda
industri perkebunan milik negara, industri perkebunan juga milik negara dan hasilnya
untuk kepentingan masyarakat.4

Pembentukan kebiasaan ekonomi baru ini tentu turut mempengarui perusakan


memori kebudayaan masyrakat paser selama ini dalam membaca petanda alam dan
sosial, karena kebiasaan ekonomi tradisional turut membentuk ingatan atau kenangan
serta pengetahuan dalam hubungan antara alam dan manusia. Menurut Halbwachs
(1925), “Memori adalah bagaimana pikiran bekerja bersama-sama dalam sebuah
masyarakat, bagaimana keberlangsungannya yang tidak hanya termediasi, tetapi juga
terstruktur oleh aturan-aturan sosial”, semua proses mengingat-ingat yang individual
selalu berlandaskan pada materi sosial, dalam sebuah konteks sosial, dan digunakan
untuk merespons petanda sosial. 5

Fenomena masuknya perkebunan kelapa sawit di desa Semuntai tentu banyak


mempengerui kebiasaan yang telah diwariskan secara turun menurun, kebiasaan lama
yang tentu turut menyelaraskan kehidupan manusia dan dan alam, salah satu contohnya
ialah penanaman padi gunung dengan pola berpindah, dalam keyakinan masyarakat
dayak paser tanah memiliki hak untuk istirahat setelah digarap dan dipanen untuk
beristirahat dan mengembalikan kondisi kualitas tanah, oleh karna itu masyarakat paser
memilih cara berladang dengan pola berpinah-pindah.

Secara kebudayaan di masalalu masyarakat dayak paser tidak memiliki


kebiasaan atau memori kolektif untuk berladang kelapa sawit sehingga masyarakat
dayak paser tidak memiliki pengetahuan dan keahlian dalam perawatannya oleh karna
itu tidak banyak masyarakat dayak paser yang ikut sukses dalam program kelapa sawit
tersebut dan justru menjadi masyarakat yang kurang sejahtera.6 Dalam penelitian ini
penulis mencoba mengurai dampak dari penghancuran memori kolektif kebudayaan
masyarakat paser terhadap kondisi sosial dan alam pasca invansi perkebunan kelapa
sawit di desa Semuntai Penajam Paser Utara.

4
Ibid, Eko Harry Yulianto, “Social Change on Community Due to the Entry of Palm Oil Plantation in the
Semuntai Village Long Ikis Sub-district Kabupaten Paser East Borneo Province”, jurnal-vol-7-no-1 Fakultas
Pertanian Universitas Mulawarman, Samarinda
5
Machmoed Effendhie, “Arsip, Memori, dan Warisan Budaya”
6
Shinta Maharani dan Amir mahbud “Institut Dayakologi: Kebun Sawit Hancurkan Biodiversitas Dayak”, berita
Tempo, Senin, 26 November 2018 10:04 WIB , https://tekno.tempo.co/read/1149682/institut-dayakologi-kebun-
sawit-hancurkan-biodiversitas-dayak?page_num=2 diakses pada 26-05-2023
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa dampak dari hilangnya memeri kolektif kebudayaan bagi masyarakat Dayak Paser?
2. Bagaimana kondisi sosial-budaya dan lingkungan pasca perkebunan sawit di desa
Semuntai?
3. Apakah terdapat motif kepengaturan dan pendisplinan dari relasi kuasa antara
perusahaan dan pemerintah terhadap pembentukan kebiasan baru masyarakat di desa
Semuntai?
1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk menguraikan dampak dari penghancuran memori kolektif

kebudayaan masyarakat Dayak Paser akibat penerapan program pembangunan kesejahteraan

lewat perkebunan kelapa sawit yang tidak berdasarkan tradisi lokal dan kebudayaan

setempat yang jutru merugikan sekolompok pihak dan menguntungkan pihak tertentu.

1.4 Manfaat Penelitian

Pada penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat, yaitu:

1.4.1 Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan mampu menjadi acuan untuk penelitian selanjutnya

yang menggunakan teori dan pendekatan yang sama dan menambah khazanah

tentang penelitian kajian budaya khususnya Hilangnya Memory Kolektif pada suatu

Kebudayaan. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan mampu membantu pembaca

untuk memahami penghancuran budaya pasca industry kelapa sawit.

1.4.2 Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi media pelestari Budaya

Ragar diketahui oleh masyarakat saat ini dan generasi yang mendatang.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Penelitian Relevan

Penelitian Damar Wibisino, dengan judul: Perubahan Sosial Budaya Masyarakat Pasca
Berdirinya Industri Kelapa Sawit (2022), Metode Penelitian: Tipe penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif bermaksud membuat
penyandaran secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi
tertentu (Usman dan Setiady, 2009). Untuk mencapai tujuan penelitian deskriptif, peneliti
berusaha menggambarkan secara faktual mengenai fakta-fakta yang terkait dengan perubahan
sosial budaya masyarakat pasca keberadaan PT Menggala Sawit Indo, baik itu terkait dengan
perubahan perilaku kehidupan sehari-hari ataupun hal lainnya. Dengan demikian diharapkan
tujuan penelitian deskriptif dapat tercapai.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Penggunaan
metode penelitian ini dirasa tepat untuk menggambarkan tentang pola tingkah laku masyarakat
Desa Lingai yang terkait dengan aspek perubahan sosial budaya masyarakat panca keberadaan
PT Menggala Sawit Indo. Informan dalam penelitian ini dipilih berdasarkan purposive sample,
sampling ini ditujuan untuk menggali informasi yang akan menjadi dasar dari rancangan dan
teori yang muncul. Teknik bola salju (snow ball) bermanfaat dalam hal ini, yaitu mulai dari
satu menjadi makin lama makin banyak. Artinya informan pertama dipilih berdasarkan
purposive sample kemudian ketika informasi yang dibutuhkan belum lengkap, maka peneliti
terus mencari informasi yang dibutuhkan sesuai dengan fokus penelitian. Informan yang
diperoleh dalam penelitian ini sebanyak 23 orang. Informan terdiri dari 3 orang aparat desa, 2
orang dari pihak PT Menggala Sawit Indo, 2 orang tokoh agama, dan 16 orang masyarakat
umum.

Setelah data dikumpulkan dan dituangkan dalam bentuk laporan lapangan, maka langkah
selanjutnya adalah melakukan analisis data. Adapun langkah-langkah untuk menganalisis data
menurut Usman dan Setiady (2009), dapat dilakukan dengan cara reduksi data, display data,
dan pengambilan keputusan dan verifikasi. Untuk uji uji validitas dan reliabilitas yang
dilakukan adalah kredibilitas, transferabilitas, dependabilitas dan konfirmabilitas.

Hasil penelitian: menunjukkan bahwa keberadaan industri kelapa sawit di pedesaan


menyebabkan perubahan sosial budaya sebagai berikut:

 perubahan sopan santun, khususnya kaum muda, namun secara garis besar aspek budaya,
bahasa, dan tata krama tidak mengalami perubahan signifikan.

 perubahan intensitas dan jumlah orang yang bekerja sama.


 interaksi intra dan antar komunitas yang semakin baik dan terbentuknya integrasi dalam
masyarakat.

 kehidupan religius yang hidup dan meninggalkan yang lama sistem kepercayaan.

 perubahan pola konsumsi dan gaya hidup masyarakat.

 peningkatan etos kerja masyarakat.

 terbentuknya kelas sosial baru yaitu buruh pabrik yang terlihat sukses menempati posisi
status sosial baru dan terjadinya sosial mobilitas masyarakat, terutama dalam hal
pendapatan dan status sosial.

 pembangunan organisasi ekonomi.

 pengembangan mata pencaharian baru di non-pertanian sector.

 munculnya masalah sosial, seperti perjudian dan minuman keras.

 perubahan cara pandang masyarakat terhadap kesehatan dan peningkatan jaminan sosial
kesehatan khususnya bagi orang yang bekerja di pabrik.

Persamaan Penelitian: Persamaan penelitian ini terletak pada studi kasus yang menjadi
objek penelitian yaitu desa dan kelapa sawit. Pada penelitian ini sodara Damar menganalisis
perubahan sosial budaya pada saat setelah dan sebelum masuknya perkebunan kelapa sawit di
lampung. Pembahasan tersebut memiliki persamaan dari penelitian saya dimana saya akan
melakukan penelitian yang berfokus pada perubahan sosial budaya yang terjad dayak paser di
desa Semuntai Kalimantan pasca kelapa sawit kelapa sawit.

Perbedaan Penelitian: Perbedaan penelitian ini terletak pada sudut pandang dan hasil
yang dituju kedua peneliti. Sodara Damar berfokus pada perubahan kebiasan masyarakat pasca
sawit yang terjadi akibat peningkatan ekonomi yang terjadi di masyarakat kawasan sawit, yang
mempengaharui perubahan motif moral prilaku sopan santun, masalah sosail seperti perjuadian
dsb. Sedangkan penulis melihat dari dampak hilangnya/bergesernya kebiasaan tradisional
seperti ritus adat dan pola-pola kebiasaan sosial masyarakat adat dayak paser seperti mata
pencaharian,kerja-kerja kolektif dsb. Hilang atau bergesernya suatu nilai dan kebiasaan
masyarakat mempengharui ingatan kolektif yang menjadi tata cara dan dasar berkehidupan
yang telah terjadi selama ratusan tahun, bergesernya kebiasaan ini memberikan dampak kepada
kebiasaan baru yang justru merugikan etnis dayak paser pada peningkatan kesejahteraan di
sekitar hutan.

Selanjutnya Penelitian Romolda dengan Judul Penelitian: Dampak Berdirinya


Perusahaan Kelapa Sawit Terhadap Kesejahteraan Masyarakat di desa Entabuk Kecamatan
Belitang Ilir Kabupaten Skandau (2022) Masyarakat Entabuk Kecamatan Belitang Ilir
Kabupaten Skandau. Tujuan penelitian Dari sodara Romolda adalah Untuk mendeskripsikan
dampak berdirinya perusahaan kelapa sawit (PT.Kalimantan Sanggar Pusaka Agro) terhadap
mata pencaharian masyarakat, tingkat pendapatan, dan kesejahteraan sosial masyarakat Di
Desa Entabuk Kecamatan Belitang Hilir Kabupaten Sekadau.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif kualitatif
dalam bentuk pendekatan penelitian fenomenologi. Data dan jenis data dalam penelitian ini
adalah data primer dan data sekunder. Validasi data yang digunakan adalah triangulasi sumber
dan triangulasi teknik.

Hasil penelitian ini adalah dampak berdirinya perusahaan kelapa sawit terhadap
kesejahteraan sosial masyarakat secara positif sangat berdampak bagi masyarakat terutama
dalam aspek perekonomian dan sosial budaya. Sedangkan dampak secara negatif adalah dari
aspek ekonomi masuknya pekerja luar yang berasal dari daerah lain dapat mengurangi peluang
kesempatan kerja dan aspek sosial budaya adalah kurangnya kesadaran masyarakat dalam
kebudayaan adat istiadat dan terjadi konflik antar pekerja masyarakat dengan pihak perusahaan.

Persamaan Penelitian: Adapun persamaan Penelitian sodara Romolda dan penulis yaitu
pada objek penelitian berupa masyarakat desa dan perkebunan kelapa sawit, Penelitian
Romulda membahas tentang dampak perubahan kesejahteraan sosial yang terjadi di desa pasca
perkebunan sawit, sama seperti penulis juga kerap memilihat perubahan kesejahteraan
masyarakat adat desa sebelum dan sesudah masuknya industry kelapa sawit

Perbedaan Penelitian: Meskipun memiliki latar objek yang sama adapun perbedaan
penelitian dari kedua penulis yaitu dalam fokus penelitian sodara Romolda objek masyarakat
desa adalah masyarakat pendatang sedangkan penulis lebih berfokus pada masyarakat asli yang
bercampur dengan masyarakat pendatang. Kemudian pada tujuan penelitian sodara Romolda
lebih kepada mendeskripsikan dampak positif dan dampak negative berdirinya perusahan
kelapa sawit, sedangkan penulis mencoba untuk menguraikan dampak dari penghancuran
memori kolektif kebudayaan masyarakat Dayak Paser akibat penerapan program pembangunan
kesejahteraan lewat perkebunan kelapa sawit yang tidak berdasarkan tradisi lokal dan
kebudayaan setempat yang jutru merugikan sekolompok pihak dan menguntungkan pihak
tertentu.

Penelitian Fendria Sativa dengan judul Dampak Perubahan Perkebunan Kelapa Sawit
Terhadap Perubahan Kebudayaan Masyarakat Desa Mekar Sari Kecamatan Kumpeh
Kabupaten Muaro Jambi Provinsi Jambi (2022). Penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan perubahan kebudayaan yang terjadi di daerah penelitian terkait dengan
keberadaan perusahaan perkebunan kelapa sawit di Desa Mekar Sari. hasil penelitian
menunjukkan bahwa terjadinya perubahan kebudayaanmasyarakat Desa Mekar Sari
Kecamatan Kumpeh Kabupaten Muaro Jambi Provinsi Jambi.

Perubahan itu di mulai dari perubahan mata pencaharian masyarakat yang kemudian
proses inovasi, difusi, dan integrasi mempengaruhi unsur-unsur kebudayaan masyarakat di
Desa Mekar Sari yaitu sistem peralatan hidup, sistem kepercayaan, organisasi sosial, kesenian,
bahasa, dan sistem pengetahuan. Keberadaan perusahaan perkebunan kelapa sawit PT. Ricky
Kurniawan Kertapersada di Desa Mekar Sari juga menimbulkan dampak terhadap masyarakat
Desa Mekar Sari, baik itu dampak positif maupun dampak negatif.

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Mekar Sari Kecamatan Kumpeh Kabupaten Muaro
Jambi Provinsi jambi. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan dengan sengaja (purposive).In
depth interview dilakukan untuk memperoleh data dan informasi dari informan yang di pandu
oleh panduan wawancara. Penelitian ini juga menggunakan teknik Snowball. Teknik ini
digunakan ketika informan merekomendasikan untuk mewawancarai informan lainya yang
dinilai dapat memberikan informasi tambahan dan informan yang dimaksud memiliki
data/informasi yang lebih kuat dan akurat. Miles dan Huberman (2009) menganggap bahwa
analisis terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu: reduksi data,
penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Penelitian ini dilaksanakan selama satu
bulan. Dalam penelitian ini yang menjadi informan adalah masyarakat yang mengetahui sejarah
Desa Mekar Sari, kemudian mengetahui kondisi masyarakat sebelum dan setelah berdirinya
perusahaan perkebunan kelapa sawit PT Ricky Kurniawan Kertapersada.Pemilihan informan
menggunakan metode Purposive Sampling dan Snowball (Sugiyono, 2009).Informan dalam
penelitian ini ialah sekertaris desa, ketua BPD, kaur pemerintahan,tokoh masyarakat, karyawan
perkebunan, buruh perkebunan dan petani di Desa Mekar Sari.Dalam penelitian ini, perubahan
kebudayaan yang di lihat ialah perubahan unsur-unsur kebudayaan masyarakat.

Hasil Penelitian dari penelitian: Dampak positif seperti kesempatan kerja, peluang
berusaha, peningkatan pendapatan masyarakat, bantuan pendidikan, serta betambah dan
berkembangnya organisasi di masyarakat. Sedangkan dampak negatifnya persaingan untuk
mendapatkan pekerjaan yang lebih layak di perusahaan antara masyarakat Desa Mekar Sari
dengan pendatang. Tidak hanya itu, mudahnya arus informasi masuk dan bertambahnya
penduduk menjadikan masyarakat yang heterogen sehingga pengaruh narkoba dan sabu-sabu
sangat mudah mempengaruhi dan akhirnya digunakan masyarakat terutama pemuda Desa
Mekar Sari.

Persamaan Penelitian: Adapun Persamaan Peneletian dari saudara Fendria dengan


Penulis yaitu fokus penelitian yang melihat pengahruh masuknya kelapa sawit terhadap
partisipatif ekonomi masyarakat asli. Persamaan yang lain yaitu dalam hal melihat dampak
hilangnya system peralatan hidup, system kepercayaan organisasi sosial, kesenian dan system
pengetahuan yang terjadi akibat masuknya industry kelapa sawit.

Perbedaan Penelitian: Perbedaan Penelitian kedua penulis ini terletak pada hasil
penelitian yang ingin di peroleh, Hasil penelitian sodara Fendria yaitu pada penemuan dampak
negative dari industry kelapa sawit yang menyebabkan banyaknya masyarakat pendatang
masuk membawa informasi baru yang membuat kalangan anak muda kerap mengkonsumsi
narkoba berjenis sabu-sabu, dalam penelitian saudara Fendria hal tersebut diawali dari dampak
masuknya perusahaan kelapa sawit. Sedangkan penuis mencoba melihat dampak dari
kesenjangan ekonomi antara masyarakat asli dayak paser dan masyarakat transmigran, dimana
masuknya industry kelapa sawit menciptakan kesejahteraan yang tidak merata di kawasan desa
sekitar hutan.
Selanjutnya Penelitian dari Faried Bainta berjudul: Dampak Ekspansi Perkebunan
Kelapa Sawit di Kecamatan Karossa Kabupaten Mamuju Tengah (2021) Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis dampak yang ditimbulkan dari ekspansi perkebunan kelapa sawit di
Kecamatan Karossa Kabupaten Mamuju Tengah dengan menganalisis dua variabel yaitu dampak
ekonomi dan dampak lingkungan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk dampak ekonomi,
para petani kelapa sawit mendapatkan keuntungan sebesar Rp. 22.636.045- /ha/tahun, dan
menciptakan multiplier effect sebesar 1,186 terhadap perekonomian wilayah Kecamatan
Karossa. Sedangkan untuk dampak lingkungan yang ditimbulkan antara lain: terjadi perubahan
kualitas air sungai, polusi udara, dan gangguan terhadap hewan endemik, serta telah terjadi
pembukaan lahan sawit pada kawasan hutan lindung.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif, dengan menggunakan teknik
simple random sampling dalam pengumpulan data. Hasil analisis dampak ekonomi diperoleh
dari analisis pendapatan usaha tani dan analisis multiflier effect dengan jumlah responden 253
orang. Sedangkan analisis dampak lingkungan diperoleh dari analisis skala litkert dan analisis
spasial dengan jumlah responden 76 orang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk dampak ekonomi, para petani kelapa sawit
mendapatkan keuntungan sebesar Rp.22.636.045- /ha/tahun, dan menciptakan multiplier effect
sebesar 1,186 terhadap perekonomian wilayah Kecamatan Karossa. Sedangkan untuk dampak
lingkungan yang ditimbulkan antara lain: terjadi perubahan kualitas air sungai, polusi udara, dan
gangguan terhadap hewan endemik, serta telah terjadi pembukaan lahan sawit pada kawasan
hutan lindung. kelapa sawit telah memberikan dampak ekonomi yang baik namun belum
maksimal sehingga peran penting pemerintah diperlukan untuk melakukan pembinaan terhadap
petani dan semua pihak yang terkait agar dapat memperoleh hasil maksimal dari perkebunan
sawit. Selain itu pemerintah juga perlu melakukan pengawasan industri kelapa sawit yang ada di
Kecamatan Karossa serta melakukan penertiban dan pengawasan terhadap masyarakat yang
membuka lahan perkebunan sawit pada kawasan hutan lindung.
Persamaan Penelitian: Adapun Persamaan Penelitian dari kedua penulis yaitu yaitu pada
variable objek penelitian berupa ekonomi masyarakat desa pasca perkebunan kelapa sawit,
Penelitian Saudara Faried membahas tentang dampak perubahan kesejahteraan sosial yang
terjadi di desa pasca perkebunan sawit, sama seperti penulis juga kerap memilihat perubahan
kesejahteraan masyarakat adat desa sebelum dan sesudah masuknya industry kelapa sawit.

Perbedaan Penelitian: Adapun Perbedaan Penelitian dari kedua penulis yaitu pada variable
dampak lingkungan, penulis tidak berfokus kepada dampak lingkungan meskipun membahas
sedikit dampak lingkungan akibat perkebunan kelapa sawit. Kemudian Adapun saudara faried
membahas tentang usulan pemerintah untuk pembinaan petani kelapa sawit agar dapat
meningkatkan kualitas petani di desa sedangkan penulis melihat ketidakcocokan program sawit
terhadap kebudayaan masyarakat dayak paser sehingga tidak lagi memfokuskan atau memberi
usulan terhadap pengembangan teknik perkebunan sawit kepada masyarakat desa.
Penelitian dari Asman Aziz berjudul: Kontestasi Identitas Dayak di Lung Anai; Potret
Pergulatan Agama, Pariwisata, dan Ruang Hidup (2017). Tesis ini mendiskusikan bagaimana
identitas (etnis) bisa dimanfaatkan oleh berbagai kalangan untuk beragam kepentingan. Dalam
konteks penelitian ini, Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara misalnya menjadikan identitas
Dayak Kenyah Lepoq Jalan sebagai basis material utama dalam menetapkan Lung Anai—sebuah
kampung kecil yang dihuni oleh orang-orang Dayak Kenyah Lepoq Jalan—, sebagai Desa
Budaya (2017) untuk mendongkrak gairah dan kunjungan wisata ke daerah mereka.
Dengan bermodalkan predikat Desa Budaya inilah warga Lung Anai memperlebar
perjuangannya untuk terus mendapatkan pengakuan yang lebih substansial atas tradisi dan
kebudayaan mereka. Kalau rezim pariwisata pemerintah hanya mengakui tradisi tarian dan
nyanyian orang-orang Lepoq Jalan ini, maka mereka menuntut agar tradisi perladangan mereka
juga diakui oleh pemerintah, dan itu berarti mereka juga harus memiliki lahan perladangan yang
memadai. Dan ini juga harus dihormati oleh korporasi-korporasi yang selama ini mengancam
ruang hidup mereka. Perjuangan berbasis identitas ini penuh lika-liku dan perjalanannya sangat
panjang. Sampai hari ini pun kontestasi dan pertarungan ini masih terus berlangsung. Salah satu
kunci kekuatannya adalah mereka harus kembali memperkuat tradisi, pengetahuan, bahkan
agama lokal mereka yang selama ini sudah mereka tinggalkan atas nama modernitas,
pembangunanisme dan kemajuan
Persamaan Penelitian: Adapun Persamaan penelitian dari kedua penulis yaitu fokus
terhadap permasalahan etnis dayak yang meninggalkan atau dipaksakan untuk meninggalkan
system pengetahuan tradisional ritus dan cara pandang hidup, saudara asman aziz lebih berfokus
kepada masyarakat dayak di long anai yang ruang hidupnya bergeser menjadi proyek desa wisata
sedangkan penulis melihat pergesaren masyarakat adat dayak paser pada perkebunan kelapa
sawit. Persamaan penelitian ini lebih dalam terletak pada bagaimana kedua sub suku dayak
dilepaskankan atau dipisahkan dari kebiasaan hidup tradisional dalam kegiatan sehari-hari dan
dirubah menjadi pola-pola kebiasaan baru seperti industry wisata dan kelapa sawit.
Perbedaan Penlitian: selain letak geografis dan jenis sub dayak, Perbedaan dari kedua
penelitian ini terletak pada objek kajian, dimana saudara asman aziz lebih kepada masalah
industry pariwisata sedangkan penulis pada industry kelapa sawit. Pada penelitiannya saudara
Asman lebih fokus kepada dampak kontruksi identitas masyarakat dayak sedangkan penulis
lebih kepada dampak hilangnya ingatan kolektif masyarakat dayak paser
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Memory Kolektif
. Dalam Penulisan tesis ini penulis menggunakan konsep Memori kolektif tersebut oleh
Budiawan tertransfer menjadi ingatan individu atas pengalaman masa laluyang hidup dalam
masyarakat secara berkelanjutan, melalui penuturan ulang atas pengalaman yang dihadirkan
kembali pada masa kini lewat cerita dan gambar atau foto yang merepresentasikan kehidupan
masa lalu tersebut. Narasi masa lalu yang diwariskan itu kemudian dijadikan ideologi
masyarakat dalam berinteraksidan asas berpendapat terhadap kejadian yang memberikan arah
dan tujuan berperilaku secara kolektif untuk kelangsungan hidup bersama yang selalu
ditandingi alternatif wacana. 7 Dalam Site Of Memory dari Pierre Nora berpendapat bahwa
ingatan bukan hanya individu, pengalaman pribadi tetapi juga bagian dari domain kolektif,
yang membentuk masa depan dan pemahaman kita tentang masa lalu. Dalam konsep ini
megaskan bahwa ritual kebudayaan dan kebiasaan sosial masyarakat merupakan bagian dari
tugu ingatan dari sebuah masyarakat..

Sementara Paul Connerton, mendefinisikan memori kolektif sebagai ingatan bersama


di dalam suatu kelompok masyarakat yang dibangun dari sebuah pengalaman masa lalu yang
terorganisir berdasarkan ingatan. Sehingga sebuah ingatan dijadikan dasar kehidupan
berperilaku, dan dioperasikan dengan cara eksplisit dan implisit diberbagai tingkatan yang
berbeda dari pengalaman. 8

Sedangkan Emile Durkheim dalam memahami konsep ingatan, menempatkan dimensi


kolektif dalam suatu masyarakat yang disebutnya sebagai fakta sosial. Bagi Durkheim,makna
simbolik dalam suatu masyarakat lahir melalui interaksi antara individu yang hadir dengan
simbol-simbol yang berbeda kemudian masing-masing individu tersebut menggunakannya
dalam proses berinteraksi dengan individu lain sehingga menciptakan kolektivitas. Hal tersebut
mengeksternalisasi individu secara utuh pada dirinya dan meleburkan diri dalam komunitas
dengan simbol kolektif. Simbol itu kemudian diwariskan ke generasi masyarakat berikutnya
melalui ingatanbersama dalam skala waktu tertentu, sehingga membentuk struktur ingatan
kolektif. 9.

7
Michael Billig, Collective Memory, Ideology and the British Royal Family (London: Sage Publishing, 1990), 60.
8
Paul Connerton, How Societies Remember (London: Cambridge University Press, 1989), 6.
9
Fowler Bridget, The Obituary as Collective Memory (London: Routledge, 2007), 31.
2.2.3 Relasi Kuasa
Analisis wacana kritis (Critical Discourse Analysis) dari Michel Foucault merupakan
salah satu metode analisis teks untuk membongkar bagaimana cara ritual mengkonstruksi
sebuah wacana. Analisis wacana menekankan pada konstelasi kekuatan yang terjadi pada
proses produksi dan reproduksi makna. Analisis wacana kritis melihat pemakaian bahasa dalam
tuturan dan tulisan sebagai praktek sosial. Bahasa dianalisis bukan dengan menggambarkan
semata dari aspek kebahasaan, tetapi juga menghubungkan dengan konteks. Konteks di sini
berarti bahasa dipakai untuk tujuan dan praktik tertentu termasuk di dalamnya praktik
kekuasaan (Eryanto, 2005: 11). Kekuasaan (power) merupakan elemen yang dipertimbangkan
dalam analisis wacana kritis. Di sini, setiap wacana yang muncul dalam suatu teks, percakapan
atau apapun tidak dipandang sebagai sesuatu yang alamiah, wajar dan netral, tetapi merupakan
bentuk pertarungan kekuasaan.

Konsep kekuasaan adalah salah satu kunci hubungan antara wacana dengan
masyarakat. Pemakai bahasa bukan hanya pembicara, penulis, pendengar atau pembaca, ia juga
bagian dari kategori sosial tertentu, bagian dari kelompok profesional, agama, komunitas atau
masyarakat tertentu (Eryanto, 2005:11). Menurut Foucault, wacana tidak dipahami sebagai
serangkaian kata atau proposisi dalam teks, tetapi wacana merupakan sesuatu yang
memproduksi yang lain (sebuah gagasan, konsep, atau efek). Wacana dapat dideteksi karena
secara sistematis suatu ide, opini, konsep dan pandangan hidup dibentuk dalam suatu konteks
tertentu sehingga mempengaruhi cara berpikir dan bertindak tertentu (Eryanto, 2005:11).

Dalam analisis wacana pendekatan Foucault, kuasa tidak dimaknai dalam term
“kepemilikan”, di mana seseorang mempunyai sumber kekuasaan tertentu. Kuasa menurut
Foucault tidak dimiliki tetapi dipraktikkan dalam suatu ruang lingkup di mana ada banyak
posisi yang secara strategis berkaitan satu sama lain. Bagi Foucault, kekuasaan selalu
terakulasikan lewat pengetahuan, dan pengetahuan selalu mempunyai efek kuasa.
Penyelenggara kekuasaan menurut Foucault, selalu memproduksi pengetahuan sebagai basis
kekuasaannya. Pengetahuan tidak merupakan pengungkapan samar-samar dari relasi kuasa,
tetapi pengetahuan berada di dalam relasi-relasi kuasa itu sendiri. Tidak ada pengetahuan tanpa
kuasa, dan sebaliknya tidak ada kuasa tanpa pengetahuan (Eryanto, 2005:65-66). Untuk
mengetahui relasi kuasa/pengetahuan dikonstruksi, dapat dilakukan analisis wacana menurut
Faucault yang meliputi analisis arkeologi pengetahuan yang memungkinkan penyelidikan
peristiwa-peristiwa wacana, pernyataan yang dibincangkan dan dituliskan. Faucult melengkap
perangkat analisis dengan genealogi kuasa untuk mengungkap keterkaitan antara pengetahuan
dan kuasa.
Analisis wacana mengacu pada pemikiran Michel Foucault meliputi metode analisis
genealogi kuasa dan analisis arkeologi pengetahuan. Dalam analisis genealogi kuasa, tugas
geneolog adalah memeriksa rangkaian wacana terbentuk; analisis hubungan kesejarahan antara
kuasa dengan wacana (Foucault, 1994:387). Proses genealogi adalah memeriksa serangkaian
wacana terbentuk, analisis hubungan kesejarahan antara kuasa dengan wacana dan bukan
menyelidiki suatu konspirasi melalui kesadaran aktor-aktornya (Ritzer, 2003: 78-80). Suatu
teks di media massa dapat dilihat adanya keterjalinan antar teks dengan teks sebelumnya. Teks
berfungsi dalam kaitannya dengan situasi awalnya. Teks-teks yang terlibat di media massa
meninggalkan jejak-jejak di belakang yang menentukan kaitannya dengan teks sebelumnya.
Arkeologi pengetahuan memungkinkan penyelidikan peristiwa-peristiwa wacana, pernyataan-
pernyataan yang dibincangkan dan dituliskan. Langkah ini dilakukan untuk mengetahui
analisis kearsipan suatu teks (Foucault, 2002:75). Menurut Foucault, objek kajian penelitian ini
terletak pada arsip (dokumen), yang merupakan akumulasi dari keberadaan wacana. Arkeologi
adalah analisis wacana dalam bentuk kearsipannya (Foucault, 2002:93). Arkeologi
menggambarkan wacana-wacana sebagai praksis-praksis yang dikhususkan dalam elemen
sebuah arsip (Foucault, 2002:216).

2.3 Definisi Optasional

Variabel dalam penelitian ini yakni memory kolektif, industry kelapa sawit dan
masyarakat dayak paser dengan penjelasan sebagai berikut.

 Memory kolektif merupakan upaya membangun ikatan keutuhan masyarakat selain


menjadi variable gerak budaya. Dalam fase liminal (perubahan identitas individu atau
masyarakat) ketika masyarakat mengalami disorientasi, memori kolektif merupakan
energi untuk bernostalgia sehingga tidak lepas dari benang budaya. Dalam masyarakat
Dayak paser ritual, kepercayaan dan ilmu pengetahuan lokal merupakan memory atau
ingatan kelompok yang menjadi prinsip pegangan hidup dalam menjalankan aktivitas
sosial.

 Industri kelapa sawit merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memiliki
peran strategis dalam pembangunan ekonomi Indonesia. Industri kelapa sawit masuk
pertama kali di desa Semuntai pada tahun 1980.

 Masyarakat dayak paser Suku Paser atau Dayak Paser adalah suku bangsa yang tanah
asal leluhurnya berada di sepanjang tenggara pulau Kalimantan atau Borneo atau
terletak di bagian Selatan dari provinsi Kalimantan Timur, Indonesia. Orang Dayak
Paser mendiami di beberapa kabupaten dan kota di provinsi Kalimantan Timur
maupun provinsi Kalimantan Selatan yakni di Kabupaten Paser.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian lapangan, yaitu penelitian yang mengumpulkan data
secara langsung pada suatu wilayah yang menjadi objek penelitian. Dalam proses kerjanya,
penelitian ini berpartisipasi secara langsung dalam penelitian skala sosial kecil dan mengamati
budaya setempat. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan dengan data berupa cerita lisan
dari tuturan informan.
Penelitian lapangan dalam lingkup sastra lisan adalah penelitian yang secara langsung
dan eksklusif meneliti suatu gejala di masyarakat mengenai persoalan seputarkesusastraannya
yang hidup dan mempunyai peran penting dalam kehidupan masyarakat. Mengingat sastra lisan
adalah jenis kesusastraan yang penyampaiannya dengan media alat ucap manusia, maka
pengumpulan data harus secara cermat menangkap maksud pencerita dalam menuturkan sastra
lisan. Peneliti secara individu berbicara dan mengamati secara langsung sumber data. Hal
demikian bertujuan untuk mendapatkan hasil yang akurat dan pasti.

3.1.1 Pendekatan Penlitian


Pendekatan dalam penelitian sastra lisan diperlukan metode yang dapat menguraikan
analisis data dengan jelas melalui kata-kata, sehingga dapat menggambarkan konsep-konsep
yang dikaji. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat deskripstif. Menurut
Sugiyono (2012:8).
pendekatan kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistik karena penelitiannya
dilakukan pada kondisi alamiah (natural setting). Pendekatan ini digunakan untuk mendapatkan
data mendalam, yaitu suatu data yang mengandung makna. Penelitian dengan metode deskriptif
adalah penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang
berdasarkan data-data kemudian diuraikan secara rinci.
Dalam penelitian ini informasi yang bersifat kualitatif dideskripsikan secara teliti dan
analitis. Pendekatan kualitatif bersifat deskriptif merupakan pendekatan yang mengolah data-
data yang bukan angka. Dengan menggunakan pendekatan jenis ini, data-data yang terkumpul
dan tersortir dideskripsikan secara mendetail.
3.1.2 Data dan Sumber Data

Data dalam penilitian adalah data versi di masyarakat yang tinggal di desa Semnutai

Kalimantan Timur sedangkan Sumber data diperoleh dari ketua adat desa Semuntai dan pelaku

budaya di daerah penajam yang mengetahui cerita tentang budaya adat paser di Semuntai. Selain

ciri-ciri tersebut, informan yang dipilih memiliki ketentuan sebagai berikut:

 Batasan usia minimal 20 tahun dan maksimal 85 tahun, informan diharapkan mampu

menjadi penyampai informasi yang baik. Di usia demikian umumnya manusia sudah

matang dalam pengucapan. Oleh sebab itu informan mampu memberikan informasi

dengan baik dan jelas sesuai kebutuhan dalam penelitian.

 Selain berumur minimal 20 tahun dan maksimal 85 tahun, ketentuan informan

selanjutnya yaitu menguasai bahasa Dayak Paser, lahir dan menetap di Kalimantan

Timur

 Ketentuan informan terakhir adalah mengetahui budaya Dayak Paser

3.1.3 Waktu dan Lokasi Penilitian

Pada penelitian ini, pengambilan data awal sudah dilakukan sejak Mei 2023.

Pengambilan data tambahan serta pengolahan data selanjutnya dilakukan setelah penelitian ini

disetujui, yaitu sekitar bulan Juli hingga Agustus 2023. Lokasi penelitian ini yaitu di Desa

Semuntai, Kabupaten Paser , Provinsi Kalimantan Timur.

3.1.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data

penelitian Langkah pertama yang dilakukan dalam pengumpulan data penelitian sastra lisan adalah dengan

menentukan informan sebagai sumber data. Penentuan informan sangat perlu kecermatan agar data yang

didapatkan berkualitas bagus dan relevan dengan penelitian. Kualitas yang dimaksud adalah data dari

penuturan informan dapat menjadi perwakilan keseluruhan inti cerita yang ketahui oleh masyarakat

kolektifnya. Artinya, data tersebut diketahui umum oleh masyarakat. Setelah menentukan informan,
langkah selanjutnya adalah merekam kegiatan wawancara yang dilakukan antara peneliti dengan informan.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

 Observasi adalah suatu proses atau objek dengan maksud merasakan dan kemudia memahami

pengetahuan dari sebuah fenomena berdasarkan pengetahuan dan gagasan yang sudah diketahui

sebelumnya. Dalam hal untuk mendapatkan informasi-informasi awal yang dibutuhkan untuk

menlajutkan suatu peneltian.

 Setelah menentukan informan, langkah selanjutnya untuk mengumpulkan data adalah


dengan wawancara sekaligus merekam tuturan informan. Wawancara yang dilakukan
adalah wawancara bebas. Wawancara jenis ini bersifat natural dan dapat dilakukan di
mana saja. Selain itu, pertanyaan yang diajukan kepada informan tidak terkesan kaku,
peneliti bebas mengajukan pertanyaan seputar fokus penelitian. Apabila informan
memberikan informasi berupa data yang masih kurang, peneliti bebas mengajukan
pertanyaan yang dibutuhkan dalam melengkapi data penelitian. Dalam proses
wawancara, alat perekam suara digunakan untuk mendokumentasi tuturan yang
disampaikan oleh informan.
 Dokumentasi adalah bukti pengambilan data dalam penelitian. Menurut Danandjaja (2002:13)

bahwa pengumpulan atau inventarisasi folklor dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu; (1)

mengumpulkan semua judul karangan (buku dan artikel) yang pernah ditulis orang mengenai

folklor Indonesia; dan (2) mengumpulkan bahan-bahan folklor dari tutur kata orang-orang anggota

kelompok yang mempunyai folklor dan hasilnya kemudian langsung diterbitkan atau diarsipkan.

3.1.5 Teknik Analisis Data

Dalam menganalisis data, penelitian ini menggunakan konsep analisis data penelitian lapangan

seperti yang dipaparkan oleh Nasution (1988:129). Teknik analisis data yang dimaksud adalah teknik

analisis data yang memiliki tahap analisis data berupa reduksi data, penyajian data dan penarikan simpulan.

Ketiga tahap analisis data tersebut diaplikasikan dalam penelitian ini bersamaan dengan teori struktural

dan teori sosiologi sastra (pandangan dunia tragis). Dengan menggunakan teori struktural, data yang

terkumpul akan dianalisis supaya dapat diuraikan berdasarkan unsur-unsur prosa. Sedangkan dengan

menggunakan teori sosiologi, data dianalisis dengan memperhatikan peristiwa di dalam teks dan

mengaitkan dengan kehidupan masyarakat yang memiliki teks tersebut. Tahap-tahap analisis data pada

penelitian ini sebagai berikut.


 Reduksi Data, Data yang diperoleh di lapangan ditulis dengan rinci, kemudian disusun

berdasarkan fokus teori dalam penelitian ini. Mereduksi data merupakan tahap membuang data-

data yang tidak diperlukan dalam proses analisis. Proses reduksi data dalam penelitian ini memiliki

langkah kerja yaitu menyatukan data dari semua tuturan informan yang terkumpul dan telah

diterjemahkan, serta disesuaikan ejaannya berdasarkan pedoman kebahasaan yang berlaku.

Mengingat data dalam penelitian ini bersumber dari beberapa informan, data yang terkumpul

disatukan dan dijadikan satu narasi cerita.

 Disiplin Data, Displai data atau penyajian data adalah memaparkan data-data yang telah dikumpul

dan disortir. Penyajian data dalam penelitian ini merupakan penyajian data berbentuk narasi. Data

yang disajikan merupakan gabungan cerita Budaya Rati yang disampaikan oleh semua informan.

Dalam tahap ini, teks Budaya Rati telah melewati tahap reduksi sehingga data yang tersaji adalah

data akhir. Data akhir yang dimaksud adalah hasil penyatuan teks Budaya Rati dari semua

informan. Pada tahap selanjutnya, data akhir dianalisis sesuai rumusan masalah penelitian.

4.1 Penarikan Kesimpulan

Merupakan kegiatan akhir dari analisis data. Penarikan kesimpulan berupa kegiatan interpretasi,

yaitu menemukan makna data yang telah disajikan. Penarikan kesimpulan ini merupakan jawaban dari

pertanyaan rumusan masalah, yaitu mengenai penghancuran memory collective masyarakat adat dayak

paser di desa Semu


Daftar Pustaka

Muhammad Saleh, “Studi Tentang Pola Kemitran Pt. Perkebunan Nusantara xiii Dalam
Meningkatkan Perekonomian Masyarakat Di Desa Semuntai Kecamatan Long
Ikis Kabupaten Paser”, eJournal Ilmu Pemerintahan Universitas Mulawarman
IP: 180.248.70.147

Eko Hrry Yulianto, “Konservasi Tradisional Berbasis Kearifan Lokal Masyarakat Tani
Kabupaten Paser (Studi Kasus Desa Semuntai Kecamatan Long Ikis
Kabupaten Paser). Agrifor, vol. 12, no. 2, Oct. 2013, pp. 140-147,
doi:10.31293/af.v12i2.343.

Eko Harri Yulianto A, “Social Change on Community Due to the Entry of Palm Oil Plantation in
the Semuntai Village Long Ikis Sub-district Kabupaten Paser East Borneo
Province”, jurnal-vol-7-no-1 Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman,
Samarinda

Shinta Maharani dan Amir mahbud “Institut Dayakologi: Kebun Sawit Hancurkan Biodiversitas
Dayak”, berita Tempo, Senin, 26 November 2018 10:04 WIB ,
https://tekno.tempo.co/read/1149682/institut-dayakologi-kebun-sawit-
hancurkan-biodiversitas-dayak?page_num=2 diakses pada 26-05-2023

Machmoed Effendhie, “Arsip, Memori, dan Warisan Budaya”

Michael Billig, Collective Memory, Ideology and the British Royal Family (London: Sage
Publishing, 1990), 60.

Paul Connerton, How Societies Remember (London: Cambridge University Press, 1989),6.

Fowler Bridget, The Obituary as Collective Memory (London: Routledge, 2007), 31.

Swadesta Aria Wasesa, Relasi Kuasa dalam Novel Entrok Karya Okky Madasari, Skripsi,

(Yogyakarta, 2013) Hal 16

Anda mungkin juga menyukai