Anda di halaman 1dari 6

TRADISI MASYARAKAT

FAKFAK DALAM PENGELOLAAN PALA PAPUA


SECARA TRADISIONAL

I. Pendahuluan

Kearifan lokal (Local wishdom) adalah kalimat yang menjelaskan tentang


kebudayaan suatu etnis yang perlu untuk dilestarikan terus-menerus, kalimat ini
menujukan bahwa masyarakat indonesia mempunyai tradisi atau kebiasaan yang
sudah diturukan dari generasi ke generasi sehingga perlu untuk dipertahankan di
tengah modernitas. Banyak akademis maupun aktivis yang sudah mengkaji tentang
kearifan lokal, sehingga kalimat ini tidak begitu asing diteligi. Namun dalam era
moderen dan global ini, tradisi atau kebiasaan masyarakat sedikit demi-sedikit
mulai memudar. Hal ini terjadi karena perubahan moderenisasi, maka perlu di
disipilkan kembali pemikiran seperti ini, sehingga tradisi dari etnis di suatu daerah
tetap dipertahakan. Menurut ungriwalu et al. 2018. Kearifan lokal adalah
Pengetahuan tentang pemanfaatan sumberdaya alam yang dilakukan oleh
masyarakat indonesia adalah pengetahuan lokal sebagai tradisi yang telah menjadi
budaya di dalam masyarakat tersebut. Karena telah menjadi suatu nilai budaya,
maka pengetahuan tersebut berkembang membentuk kearifan lokal yang diyakini
oleh masyarakat dan telah beradaptasi dalam wujud praktek-praktek pemanfaatan
sumberdaya hutan yang sesuai dengan lingkungannya.

Suku bham-Matta merupakan suku terbesar di kabupaten fakfak, suku ini


melingkup 9 Distrik yaitu Fakfak Timur, Karas, Fakfak Tengah, Fakfak Barat,
Kokas, Teluk Patipi, Kramongmongga, dan Bomberay. Suku ini masih
mengantungkan hidup pada sumber daya laut maupun darat, untuk memenuhi
kebutuhan hidup mereka. Namun dalam tradisi yang diturunkan dari leluhur nenek
moyang mereka hanya di dipegang teguh oleh sebagaian kecil masyarakat, sehingga
tradisi dari suku ini ada beberapa yang sudah punah. Sala satu tradisi yang hampir
punah adalah sasi pala, masyarakat lokal seringkali melakukan pemanenan buah
pala sebelum waktunya tibah, padahal zaman leluhur nenek moyang mereka, selalu
melakukan tradisi sasi pala, mereka melakukan ini agar mendapatkan kualitas biji
dan bunga pala yang bagus untuk di perdagangkan maupun di budidayakan, namun
sampai sekarang tradisi ini tidak dijalakan oleh mereka. Suku Bham-Matta ini juga
dikenal dengan toleransinya dalam beragama, sehingga wilayah ini seringkali
disebut oleh masyarakat fakfak yaitu satu tungku tiga batu karena torensi
keagamaan masih melekat erat di wilayah ini.

Terdapat berbagai macam metode yang digunakan untuk melestarikan


kearifan lokal, diataranya melalui penelitian yang dilakukan oleh akademisi. Seperti
studi etnobotani buah hitam : Konstruksi Etnoekologi Etnis Wandamen-Papua
(ungriwalu et al. 2018). Yang menjelaskan tentang sejarah, pemanfaatan,
pengetahuan lokal, serta perubahan pola kearifan masyarakat. Hal ini menjadi
referensi dalam melihat bagaimana masyarakat Etnis Wandaman mempertahankan
identitas dan entitasnya terhadapat perubahan ke era moderen. Masyarakat lokal
mempunyai tradisi karena adanya pengetahuan lokal. Menurut Fajarini (2014: 123)
kearifan lokal adalah pendangan hidup dan ilmu pengetahuan serta berbagai strategi
kehidupan yang berwujud aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat lokal dalam
menjawab berbagai masalah dalam pemenuhan kebutuhan mereka. Dari kedua teori
akademis ini dapat disimpulkan bahwa kearifan lokal ada kerana pengetahuan lokal
dari masyarakat yang memprakteknya pada kondisi lingkungan mereka berada dan
menjadi ciri khas tradisi yang harus diturunkan dari generasi ke generasi.

Di tengah modernitas ini, tradisi masyarakat fakfak tentang “sasi pala” mulai
melemah, hal ini terjadi karena perubahan pola kearifan masyarakat mampun
tuntutan dari segi perekonomian. Perubahan ini terjadi karena adanya interpedensi
dan bahkan sudah menjadi multidependensi, sehingga intergritas dari masyarakat
lokal mulai memudar, karena masyarakat lokal harus menyesuaikan diri terhadap
dinamika perubahan yang terjadi wilayah tersebut. Seperti dikutip dari website
wahananewspapuabarat, bahwa kadis perkebunan fakfak menghimbau kepada
masyarakat fakfak di kampung kramongmongga agar memperhatikan masa atau
waktu yang tepat untuk pemanenan buah pala, jangan sampai memanen buah pala
sebum waktunya, dan mengharapkan kepada petani pala, agar paham dengan aturan
pemanenan pala untuk tetap menjaga kualitas pala fakfak.
Bab II. Pembahasan

Etnis Bham matta di kabupaten fakfak sudah mengenal sasi pala dari zaman
leluhur nenek moyang mereka, sasi pala merupakan pengaturan tata tertip
pemanenan buah pala, yang dikolaborasikan dengan adat istiadat mereka.
pengaturan ini dibuat agar masyarakat lokal memahami tentang kapan masaknya
buah pala dan pemetikan/panen buah pala. tujuan dari pengaturan ini adalah untuk
memastikan masaknya buah pala, yang segar di atas pohon, sehingga kualitas biji
dan bunganya tetap terjaga dengan baik. Masyarakat fakfak biasa mengenal dua
musim pala yaitu musim pala hujan (Timur) dan musim pala matahari (Barat),
untuk musim pala timur biasa diketahui buahnya masak pada bulan Juni-Juli, dan
musim pala barat biasa diketahui buahnya masak pada bulan Oktober-November.
Karena pengetahuan ini membuat leluhur nenek moyangnya membuat namanya
sasi pala di dua musim tersebut, sehingga ketika pembukaan sasi mereka tahu
bahwa pala yang mereka petik sudah benar-benar masak buahnya. pembuatan sasi
pala ini dilakukan oleh patuanan marga yang tertinggi atau marga yang tertua di
kampung tersebut, yang mengerti tentang pembuatan sasi pala, karena mereka
masih menganut yang namanya sistem kerajaan, jadi yang marganya paling tertua
dia akan dihormati di wilayah tersebut dan di yang ditunjuk untuk melakukan
budaya sasi tersebut. Budaya sasi pala ini juga, mengandung hukum adat yang
sangat berat, mereka percaya bahwa jika seseorang melangar lalu memetik buah
pala sebelum waktunya tiba, maka orang tersebut akan mengalami musibah pada
waktu yang akan datang. Sasi pala biasa dibuka oleh kepala marga dengan
memberikan sesajian berupa Mahi tuni (Tembakau) dan pandoki (Rokok khusus
orang fakfak), Pinang, siri, dan kapur serta bahan keperluan lainnya. Budaya ini di
hadiri oleh pemilik hak wilayat yang dusun palanya masuk di dalam sasi pala
tersebut. Namun di zaman sekarang ini sasi pala sudah tidak banyak digunakan oleh
semua orang, sehingga seringkali ditemukan di lapangan mereka selalu memetik
buah pala sebelum waktunya tiba. Saat di telusuri terdapat beberapa masala yang
membuat mereka tidak patuh pada tradisi tersebut yaitu karena tuntutan
perekonomian di dalam keluarga maupun kesadaran dari masyarakat sudah tidak
terkondinir dengan baik.
Menurut Hasanudin Lesilawang dan Abraham F. Rosando dalam jurnal
Keabsahan Hukum Adat Sasi Bagi Pemilik Hak Atas Tanah. Yang mengambarkan
Bahwa tradisi sasi pala mulai melemah, karena perubahan perilaku manusia, dan
adanya transmigrasi didaerah tersebut. Daerah yang jumlah data penduduk
asingnya cukup tinggi, cendurung akan terjadi interpendensi bahkan bisa
menyebabkan multidepedensi. Di kabupaten fakfak presentase jumlah penduduk
untuk OAP sendiri di tahun 2022 yaitu 17% sedangkan jumlah penduduk yang
paling tinggi yaitu di kabupaten Maybarat yang mencapai 24%. (Saik+Papua barat).
Presentase ini menujukan bahwa penduduk OAP untuk wilayah kabupaten fakfak
masih terbelang cukup rendah karena perbadingan dengan kabupaten maybarat
yaitu 7%. Perubahan ini yang membuat masyarakat lokal di kabupaten fakfak harus
menyesuaikan diri terhadap dinamika perubahan yang ada di wilayahnya. Hal ini
cenderung mengarah pada intergritas dari masyarakat lokal tentang sasi pala,
perlahan-lahan akan menghilang. Perlu di rekondisikan kembali pemahaman,
kepada masyarakat etnis bham-matta, bahwa pentingnya sasi Pala untuk masa
depan anak cucu mereka serta memperkuat kualitas buah Pala sebagai identitasnya.
Jika di lihat dari sisi lain yaitu perilaku manusia, Mereka sudah terkena dampak
interpendensi, karena toleransi dari masyarakat lokal cukup tinggi yang membuat
mereka tersirna dengan perubahan yang ada, fakta yang terjadi sekarang ini adalah
penduduk lokal (asli) sudah melakukan perkawin/menikah dengan penduduk asing
(buka asli), sehingga timbulnya perubahan ras pada keterunanya. Maka terjadinya
pencampuran gen, yang berakibat pada penerunan pemahaman meraka tentang
budaya sasi pala.

Proses untuk memahamikan kembali pengetahuan masyarakat lokal


maupun masyarakat non lokal, perlu adanya kontribusi dari pemerintah daerah.
Karena menghidupkan kembali citra daerah, pemerintah daerah juga harus turut
mengambil peran dalam perubahan tersebut. Sebagai bukti kontribusi pemerintah
dalam upaya pemulihan kembali sasi pala, maka perlu dicari solusi alternatifnya,
yaitu dikeluarkan Peraturan Bupati tentang sasi Pala di wilayah adat bham-matta.
Dengan adanya Peraturan Bupati tentang sasi pala, maka Petani, Pedangang,
Maupun Pengumpul Pala di dalam wilayah admistratif kabupaten fakfak, mereka
tidak semenah-menah melakukan pemanenan dan pembelian buah pala sebelum
waktunya tiba. Untuk mewujudkan program ini, maka pemerintah daerah
mengambil suatu kebijakan yaitu penambahan tugas dan tanggung jawab kepada
Kepala-kepala distrik dan Kelapa-kepala kampung se kabupaten fakfak, untuk
mendispilkan tanggung jawab mereka tentang sasi pala.

Bab III. Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan
1. Etnis bham-matta adalah etnis yang sangat besar ruang lingkungnya
mencapai 9 distirk yang ada di wilayah kabupaten fakfak, tradisi yang
diturunkan dari leluhur nenek moyang mereka hanya dipegang teguh oleh
sebagaian kecil masyarakat fakfak yang berkedudukan di kampung-kampung,
sala satu tradisi yang hampir punah adalah sasi pala. karena toleransi dari
masyarakat yang sangat tinggi membuat mereka terkena dampak interpedensi
sehingga menjunjung tinggi nilai budaya perlahan-lahan menghilang.
2. Tradisis Sasi pala merupakan tradisi yang mengkolaborasikan periode waktu
panen pala dengan adat istiadat yang dianut oleh etnis bham-matta di
kabupaten fakfak. Pengambungan ini bertujuan untuk melarang masyarakat
fakfak untuk memetik atau memanen buah pala sebelum waktunya tiba, agar
kualitas dari biji dan bunga pala tetap terjaga dengan baik.
3. Dalam upaya pemulihan tradisi ini, pemerintah daerah harus membuat
trobosan baru yaitu dengan membuat peraturan bupati tentang sasi pala, dan
mengamanahkan kepada kelapa-kelapa distrik dan kelapa-kelapa kampung
untuk menyukseskan program tersebut. Alternatif lain yang harus dilakukan
selain trobosan yaitu mengadakan pertemuan dengan pengedar pala dari
kabupaten fakfak untuk membuat kesepakatan agar tidak membeli pala
sebelum bulan masaknya buah pala.

Saran

Perlu adanya kontribusi dari pemerintah daerah supaya, kelestarian dari pala
fakfak tetap terjaga mutunya, sehingga di tahun-tahun kedepannya fakfak tidak
kehilangan indentitas sebagaia kota yang mewariskan pala papua terbesar di dunia.
Daftar Pustaka

1
Antoni Ungriwalu 2 San Afri Awang 3 Max Tokede (2018). studi etnobotani
buah hitam : Konstruksi Etnoekologi Etnis Wandamen-Papua.
Pemerintah daerah Papua Barat.
https://www.saikplus.papuabaratprov.go.id/data-kependudukan di akses pada
bulan 18 juli 2022 – 31 juli 2021.
Fajarini, U. 2014. Peranan Kearifan Lokal Dalam Pendidikan Karakter.
Universitas Islam Negeri ( UIN). Jakarta. Diakses pada tanggal 20 Oktober 2015 :
hal :123-125.
Frances dan khas. https://papua-barat.wahananews.co/khas/sasi-adat-pala-
harus-dipatuhi-masyarakat-tani-pala-tomandin di akeses pada tanggal 20 juli 2022.
1
Hasanudin Lesilawang dan 2 Abraham F. Rosando. Keabsahan Hukum adat
Bagi Pemiliki Hak Atas Tanah. Fakultas Hukum Universitas 17 Agutus 1945
Surabaya.

Biodata Penulis

Penulis dilahirkan di Fakfak pada tanggal 27 Maret 2000


sebagai anak ke-enam dari (5) bersaudara dari ayah
bernama David Rohrohmana dan Ibu bernama Feronika
Hindom. Penulis memulai pendidikan pada sekolah
Dasar (SD) YPPK Santo Yohanes Gewerpe Fakfak
Papua Barat pada tahun 2007 dan lulus pada tahun 2012.
Kemudian penulis melanjutkan studi pada Sekolah
Menengah Pertama (SMP) YPPK Santo Donbosco
Fakfak pada tahun 2012 dan lulus pada tahun 2015. Setalah itu penulis lanjutkan
pendidikan pada Sekolah Menengah Atas (SMA) Santo Donbosca Fakfak pada
tahun 2015 dan lulus tahun 2018. Dan pada tahun 2019 penulis melanjutkan
pendidikan ke Perguruan Tinggi dan terdaftar sebagai Mahasiswa Program Studi
Diploma Tiga (D3) Manajemen Hutan Alam Produksi (MHAP) pada Fakultas
Kehutanan Universitas Papua (UNIPA) Manokwari, melalui seleksi Jalur Lokal dan
lulus pada tahun 2022.

Anda mungkin juga menyukai