I. Pendahuluan
Di tengah modernitas ini, tradisi masyarakat fakfak tentang “sasi pala” mulai
melemah, hal ini terjadi karena perubahan pola kearifan masyarakat mampun
tuntutan dari segi perekonomian. Perubahan ini terjadi karena adanya interpedensi
dan bahkan sudah menjadi multidependensi, sehingga intergritas dari masyarakat
lokal mulai memudar, karena masyarakat lokal harus menyesuaikan diri terhadap
dinamika perubahan yang terjadi wilayah tersebut. Seperti dikutip dari website
wahananewspapuabarat, bahwa kadis perkebunan fakfak menghimbau kepada
masyarakat fakfak di kampung kramongmongga agar memperhatikan masa atau
waktu yang tepat untuk pemanenan buah pala, jangan sampai memanen buah pala
sebum waktunya, dan mengharapkan kepada petani pala, agar paham dengan aturan
pemanenan pala untuk tetap menjaga kualitas pala fakfak.
Bab II. Pembahasan
Etnis Bham matta di kabupaten fakfak sudah mengenal sasi pala dari zaman
leluhur nenek moyang mereka, sasi pala merupakan pengaturan tata tertip
pemanenan buah pala, yang dikolaborasikan dengan adat istiadat mereka.
pengaturan ini dibuat agar masyarakat lokal memahami tentang kapan masaknya
buah pala dan pemetikan/panen buah pala. tujuan dari pengaturan ini adalah untuk
memastikan masaknya buah pala, yang segar di atas pohon, sehingga kualitas biji
dan bunganya tetap terjaga dengan baik. Masyarakat fakfak biasa mengenal dua
musim pala yaitu musim pala hujan (Timur) dan musim pala matahari (Barat),
untuk musim pala timur biasa diketahui buahnya masak pada bulan Juni-Juli, dan
musim pala barat biasa diketahui buahnya masak pada bulan Oktober-November.
Karena pengetahuan ini membuat leluhur nenek moyangnya membuat namanya
sasi pala di dua musim tersebut, sehingga ketika pembukaan sasi mereka tahu
bahwa pala yang mereka petik sudah benar-benar masak buahnya. pembuatan sasi
pala ini dilakukan oleh patuanan marga yang tertinggi atau marga yang tertua di
kampung tersebut, yang mengerti tentang pembuatan sasi pala, karena mereka
masih menganut yang namanya sistem kerajaan, jadi yang marganya paling tertua
dia akan dihormati di wilayah tersebut dan di yang ditunjuk untuk melakukan
budaya sasi tersebut. Budaya sasi pala ini juga, mengandung hukum adat yang
sangat berat, mereka percaya bahwa jika seseorang melangar lalu memetik buah
pala sebelum waktunya tiba, maka orang tersebut akan mengalami musibah pada
waktu yang akan datang. Sasi pala biasa dibuka oleh kepala marga dengan
memberikan sesajian berupa Mahi tuni (Tembakau) dan pandoki (Rokok khusus
orang fakfak), Pinang, siri, dan kapur serta bahan keperluan lainnya. Budaya ini di
hadiri oleh pemilik hak wilayat yang dusun palanya masuk di dalam sasi pala
tersebut. Namun di zaman sekarang ini sasi pala sudah tidak banyak digunakan oleh
semua orang, sehingga seringkali ditemukan di lapangan mereka selalu memetik
buah pala sebelum waktunya tiba. Saat di telusuri terdapat beberapa masala yang
membuat mereka tidak patuh pada tradisi tersebut yaitu karena tuntutan
perekonomian di dalam keluarga maupun kesadaran dari masyarakat sudah tidak
terkondinir dengan baik.
Menurut Hasanudin Lesilawang dan Abraham F. Rosando dalam jurnal
Keabsahan Hukum Adat Sasi Bagi Pemilik Hak Atas Tanah. Yang mengambarkan
Bahwa tradisi sasi pala mulai melemah, karena perubahan perilaku manusia, dan
adanya transmigrasi didaerah tersebut. Daerah yang jumlah data penduduk
asingnya cukup tinggi, cendurung akan terjadi interpendensi bahkan bisa
menyebabkan multidepedensi. Di kabupaten fakfak presentase jumlah penduduk
untuk OAP sendiri di tahun 2022 yaitu 17% sedangkan jumlah penduduk yang
paling tinggi yaitu di kabupaten Maybarat yang mencapai 24%. (Saik+Papua barat).
Presentase ini menujukan bahwa penduduk OAP untuk wilayah kabupaten fakfak
masih terbelang cukup rendah karena perbadingan dengan kabupaten maybarat
yaitu 7%. Perubahan ini yang membuat masyarakat lokal di kabupaten fakfak harus
menyesuaikan diri terhadap dinamika perubahan yang ada di wilayahnya. Hal ini
cenderung mengarah pada intergritas dari masyarakat lokal tentang sasi pala,
perlahan-lahan akan menghilang. Perlu di rekondisikan kembali pemahaman,
kepada masyarakat etnis bham-matta, bahwa pentingnya sasi Pala untuk masa
depan anak cucu mereka serta memperkuat kualitas buah Pala sebagai identitasnya.
Jika di lihat dari sisi lain yaitu perilaku manusia, Mereka sudah terkena dampak
interpendensi, karena toleransi dari masyarakat lokal cukup tinggi yang membuat
mereka tersirna dengan perubahan yang ada, fakta yang terjadi sekarang ini adalah
penduduk lokal (asli) sudah melakukan perkawin/menikah dengan penduduk asing
(buka asli), sehingga timbulnya perubahan ras pada keterunanya. Maka terjadinya
pencampuran gen, yang berakibat pada penerunan pemahaman meraka tentang
budaya sasi pala.
Kesimpulan
1. Etnis bham-matta adalah etnis yang sangat besar ruang lingkungnya
mencapai 9 distirk yang ada di wilayah kabupaten fakfak, tradisi yang
diturunkan dari leluhur nenek moyang mereka hanya dipegang teguh oleh
sebagaian kecil masyarakat fakfak yang berkedudukan di kampung-kampung,
sala satu tradisi yang hampir punah adalah sasi pala. karena toleransi dari
masyarakat yang sangat tinggi membuat mereka terkena dampak interpedensi
sehingga menjunjung tinggi nilai budaya perlahan-lahan menghilang.
2. Tradisis Sasi pala merupakan tradisi yang mengkolaborasikan periode waktu
panen pala dengan adat istiadat yang dianut oleh etnis bham-matta di
kabupaten fakfak. Pengambungan ini bertujuan untuk melarang masyarakat
fakfak untuk memetik atau memanen buah pala sebelum waktunya tiba, agar
kualitas dari biji dan bunga pala tetap terjaga dengan baik.
3. Dalam upaya pemulihan tradisi ini, pemerintah daerah harus membuat
trobosan baru yaitu dengan membuat peraturan bupati tentang sasi pala, dan
mengamanahkan kepada kelapa-kelapa distrik dan kelapa-kelapa kampung
untuk menyukseskan program tersebut. Alternatif lain yang harus dilakukan
selain trobosan yaitu mengadakan pertemuan dengan pengedar pala dari
kabupaten fakfak untuk membuat kesepakatan agar tidak membeli pala
sebelum bulan masaknya buah pala.
Saran
Perlu adanya kontribusi dari pemerintah daerah supaya, kelestarian dari pala
fakfak tetap terjaga mutunya, sehingga di tahun-tahun kedepannya fakfak tidak
kehilangan indentitas sebagaia kota yang mewariskan pala papua terbesar di dunia.
Daftar Pustaka
1
Antoni Ungriwalu 2 San Afri Awang 3 Max Tokede (2018). studi etnobotani
buah hitam : Konstruksi Etnoekologi Etnis Wandamen-Papua.
Pemerintah daerah Papua Barat.
https://www.saikplus.papuabaratprov.go.id/data-kependudukan di akses pada
bulan 18 juli 2022 – 31 juli 2021.
Fajarini, U. 2014. Peranan Kearifan Lokal Dalam Pendidikan Karakter.
Universitas Islam Negeri ( UIN). Jakarta. Diakses pada tanggal 20 Oktober 2015 :
hal :123-125.
Frances dan khas. https://papua-barat.wahananews.co/khas/sasi-adat-pala-
harus-dipatuhi-masyarakat-tani-pala-tomandin di akeses pada tanggal 20 juli 2022.
1
Hasanudin Lesilawang dan 2 Abraham F. Rosando. Keabsahan Hukum adat
Bagi Pemiliki Hak Atas Tanah. Fakultas Hukum Universitas 17 Agutus 1945
Surabaya.
Biodata Penulis